Kuliah 1 - Pengantar Manajemen Lalu Lintas
Kuliah 1 - Pengantar Manajemen Lalu Lintas
Kuliah 1
PENGANTAR MANAJEMEN LALU LINTAS
Duff, 1961 :
Manajemen lalu lintas adalah usaha pengaturan parasarana jalan yang ada dalam usaha untuk
memanfaatkan secara optimal prasarana jalan tersebut untuk kepentingan umum.
Buchanan, 1963 :
Manajemen lalu lintas adalah usaha mengefisiensikan pergerakan lalu lintas dalam suatu
wilayah jaringan jalan tertentu dengan melakukan pengaturan arus lalu lintas, perbaikan dan
pengaturan persimpangan dan pengaturan parkir dari aspek waktu maupun tempat.
Well, 1975 :
Manajemen lalu lintas adalah usaha-usaha pengaturan lalu lintas dengan peraturan
perundangan ataupun dengan memanfaatkan sistem prasarana jalan yang ada secara optimal untuk
mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya tanpa mengganggu kelestarian lingkungan.
Well, 1978 :
Manajemen lalu lintas adalah bagian dari rekayasa dimana teknik lalu lintas ataupun metoda
rekayasa digunakan untuk mengelola sistem prasarana yang ada sehingga pemanfaatan prasarana
jalan dan terminal dapat dilakukan secara efisien dan seimbang (antara manusia dan barang).
Hills, 1978 :
Manajemen lalu lintas adalah bagian dari rekayasa transportasi (transport engineering) di
mana teknik-teknik lalu lintas ataupun metoda pengaturan lainnya yang relevan digunakan untuk
mengelola sistem prasarana transport dan prasarana lalu lintas lainnya (termasuk terminal dan stasiun
antar moda) sedemikian sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara efektif, dengan
memperhatikan aspek-aspek : keamanan, kenyamanan, ekonomi dan lingkungan.
Manajemen lalu lintas adalah penggunaan teknik-teknik rekayasa lalu lintas dan metoda-
metoda yang relevan lainnya dalam usaha untuk memanfaatkan sistem prasarana jalan yang ada
secara efektif (tepat guna) dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan (safety) dan lingkungan.
Kesimpulan:
• Objek kajian manajemen lalu lintas adalah sistem pergerakan yang ada, baik pergerakan orang
maupun barang.
• Sistem prasarana jalan ataupun sistem prasarana transportasi dibiarkan apa adanya, tanpa
adanya usaha untuk merubah secara dramatis (tanpa membangun jalan baru, misalnya).
• Lingkup kajian umumnya terbatas pada suatu wilayah jaringan jalan atau seluruh sistem
prasarana transportasi yang ada dari suatu wilayah tertentu.
• Tujuan dan sasaran dari manajemen lalu lintas (misalnya, mengefisiensikan sistem pergerakan
manusia maupun barang).
Tujuan:
• Untuk mendapatkan tingkat efisiensi dari pergerakan lalu lintas secara menyeluruh,
sedemikian sehingga tingkat aksesibilitas seluruh daerah cukup tinggi. Pertimbangan
• Untuk meningkatkan tingkat keselamatan dari pengguna yang dapat diterima oleh semua
pihak, dan memperbaiki tingkat keselamatan tersebut sebaik mungkin.
• Untuk melindungi dan memperbaiki keadaan kondisi lingkungan dimana arus lalu lintas
tersebut berada.
• Untuk mempromosikan penggunaan energi secara lebih efisien ataupun penggunaan bahan
energi lain yang dampak negatifnya lebih kecil dari pada energi yang ada.
Sasaran manajemen lalu lintas perlu dirumuskan agar hasil manajemen lalu lintas dapat
diperbandingkan dengan sasarannya, sehingga keberhasilan suatu manajemen lalu lintas dapat diukur
secara lebih pasti.
Contoh sasaran:
• Meningkatkan kecepatan rata-rata dari 30 km/jam menjadi 40 km/jam pada saat-saat jam
sibuk.
• Mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas dari 10 kecelakaan per 1.000.000 km perjalanan
menjadi 5 kecelakaan per 1.000.000 km perjalanan.
• Mengurangi pencemaran gas buangan kendaraan (misal NOx) dari suatu tingkat pencemaran
tertentu menjadi dibawah ambang batas yang disyaratkan.
• Lingkup geografis yang dikaji pada studi MLL umumnya lebih kecil dibandingkan lingkup
geografis pada studi PTP.
• Rentang waktu (time horizon) yang dikaji pada studi MLL umumnya lebih singkat (satu minggu
sampai kurang dari 5 tahun), dibandingkan dengan studi PTP (satu tahun sampai 30 tahun).
• Komponen sistem yang dijadikan sebagai variabel kebijakan pada MLL umumnya pada
komponen pergerakan (demand), dan sangat terbatas pada komponen prasarana (supply).
Sedangkan pada PTP cenderung menjadikan komponen prasarana transportasi sebagai
variabel kebijakan
• Aksesibilitas daerah
• Kenyamanan pengendara
• Keselarasan lingkungan
• Konservasi energi
6. Metoda Penanganan
7. Daftar Peraturan
• PP No. 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen
Kebutuhan Lalu Lintas
• PP No. 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
• PERMEN Perhubungan No. KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
di Jalan
• PERMEN Perhubungan No.14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di
Jalan
• PERMEN Perhubungan No. 67 Tahun 2018 tentang Perubahan atas PERMEN Perhubungan No.
34 Tahun 2014