Anda di halaman 1dari 12

Nama : Ahmad Raga Khabib Musyafa

Kelas :SAX 2
NIM : 2110180122

SOAL
Buatlah rangkuman atau ringkasan tentang Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, di mulai
dengan :
1. Masa Orde Lama;
2. Masa Orde Baru;
3. Masa Reformasi;
4. Masa Transisi Demokratisasi;
5. Masa Sekarang;
Catatan: Saudara harus juga melihat dari beberapa aspek, antara lain: Bentuk
Pemerintahan, Kepala Negara (Presiden), Fungsi dan Kedudukan, Sistem Pemerintahan
Daerah.
Buatlah juga rangkuman atau ringkasan tentang pembentukan dan berlakunya UUD 1945
mulai masa Orde Lama sampai masa sekarang ini.

JAWABAN

1. Masa Orde Lama


Orde Lama ialah sebutan bagi masa pemerintahan Indonesia yang berada di bawah
kepemimpinan Presiden Soekarno. Pada masa Orde Lama, Presiden Soekarno yang menjadi tokoh
sentral pada masa orde lama yang memiliki kedudukan sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan.
Beberapa tujuan yang ingin dicapai pada masa pemerintahan orde lama, diantaranya yaitu:
1. Membentuk/membangun karakter bangsa (“national character building”) yang dalam
bidang politik yang anti imperialisme, anti kolonialisme, dan juga pastinya pro akan
perdamaian nasional maupun dunia.
2. Membangun atau membangkitkan rasa percaya diri Indonesia sebagai suatu bangsa yang
besar dan juga dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri.
3. Adanya keinginan untuk mengangkat derajat dan juga martabat bangsa Indonesia, baik bagi
bangsa Indonesia itu sendiri maupun di mata dunia.
Perubaham sistem presidensial Pada masa Orde Lama, sistem pemerintahan beberapa kali
berganti. Mulai dari presidental, parlementar, demokrasi liberal hingga demokrasi terpimpin.

 Sistem parlementer
Perubahan sistem pemerintahan dari presidensial menjadi parlementer terjadi pada tahun
1945-1950. Pada sistem ini presiden memiliki fungsi ganda, yakni sebagai badan eksekutif
merangkap badan legislatif. Masa itu juga terjadi adanya ketidakstabilan, tapi di sisi lain
menggambarkan kedewasaan berpolitik.
 Sistem liberal
Pada era Orde Lama juga menjalankan sistem pemerintahan liberal. Ini berlangsung pada
tahun 1950-1959. Pada masa itu politik dan perekonomian menggunakan prinsip liberal. Ini
terlihat dari presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat. Kemudian menteri
bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah. Presiden berhak membubarkan DPR. Pada 17
Agustus 1950 hingga 5 Juli 1959, presiden memerintahkan menggunakan konstitusi
Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS).
 Sistem demokrasi terpimpin
Sistem demokrasi terpimpin ini berlangsung pada tahun 1959-1968. Sistem ini pertama kali
diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam pembukaan Sidang Konstituante 10 November
1956. Pada masa demokrasi terpimpin ini banyak terjadi penyimpangan yang menimbulkan
beberapa peristiwa besar di Indonesia. Penyimpangan itu seperti, presiden membubarkan
DPR hasil pemilu 1955, serta MPRS mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup
Selain itu, adanya peristiwa G30S/PKI dan munculnya tiga tuntutan rakyat (Tritura). Tritura
berisi pembubaran PKI dan ormas-ormasnya, pembersihan kabinet Dwikora dari unsur-
unsur PKI dan penurunan harga barang-barang.

Ada dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh terhadap Dekrit Presiden :
 Kembali ke Undang- Undang Dasar 1945” dengan Pancasila sebagaimana dirumuskan
dalam Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara.
 Kembali ke Undang-Undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya dengan Pancasila seperti
yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang disahkan PPKI 18
Agustus 1945
Kedua usulan tersebut tidak mencapai kuorum keputusan sidang konstituante sehingga
Konstituante menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959.
Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit Presiden yang disetujui oleh kabinet
tanggal 3 Juli 1959, yang kemudian dirumuskan di Istana Bogor pada 4 Juli 1959 dan diumumkan
secara resmi oleh presiden pada 5 Juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana Merdeka.
Dekrit Presiden tersebut berisi :
1. Pembubaran konstituante;
2. Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku; dan
3. Pembentukan MPRS.

2. Masa Orde Baru


Lahirnya masa pemerintahan Orde Baru muncul setelah dikeluarkannya surat perintah 11
Maret 1966 hingga 1998. Soeharto diangkat sebagai presiden menggantikan Soekarno.Orde Baru
ialah orde yang ingin mengoreksi dan mengintrospeksi praktek pelaksanaan Pancasila dan UUD
1945 secara mendasar dan menyeluruh yang telah disalaharahkan pada masa Orde Lama. Upaya
untuk kembali pada kemurnian Pancasila dan UUD 1945 meledak setelah terjadinya pemberontakan
G 30 S/PKI.
Penanda lahirnya tujuan Orde Baru ialah ketika mandat pemerintahan diserahkan dari
Presiden Soekarno kepada Jendral Soeharto melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)
pada tahun 1966. Beberapa tujuan pemerintahan orde baru yang berada dibawah pimpinan Soeharto
sebagai Presiden RI diantaranya yaitu:
1. Mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di masa orde lama secara
keseluruhan tanpa kecuali.
2. Melakukan penataan kembali semua aspek kehidupan rakyat, bangsa dan negara Indonesia.
3. Menerapkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen seperti pada tujuan
awalnya.
4. Membangkitkan kembali kekuatan bangsa Indonesia dengan mengembalikan stabilitas
nasional dan mempercepat proses pembangunan terutama pada sektor ekonomi.
Berikut ini beberapa contoh kebijakan yang diberlakukan pada masa pemerintahan orde baru, antara
lain:
 Ekonomi
Kebijakan ekonomi pada masa orde baru diantaranya yaitu:
1969. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang dimulai pada 1 April 1969.
Repelita pertama berfokus pada rehabilitasi prasarana yang penting serta melakukan
pengembangan iklim usaha dan investasi. Kesuksesan Repelita 1 melatarbelakangi
menjadikan Indonesia menjadi negara yang makmur pada masa itu.
1970. Swasembada beras, yaitu kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk melakukan
pengembangan terhadap sektor pertanian. Pada masa itu, pengembangan terhadap sektor
pertanian bisa dibilang sukses sebab berhasil membangun fasilitas irigasi dan perhubungan.
1971. Pemerataan terhadap kesejahteraan penduduk. Sasaran dari kebijakan ini adalah
program-program penyediaan kebutuhan pangan, gizi, pelayanan kesehatan, keluarga
berencana, pendidikan dasar, penyediaan air bersih hingga terkait pembangunan rumah yang
sederhana.
 Politik
Kebijakan politik pada masa orde baru diantaranya yaitu:
1. Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) dan antek-anteknya. Kebijakan ini termuat
dalam kebijakan Presiden Soeharto yang bertujuan untuk menjamin keamanan, ketenanga
serta stabilitas pemerintahan Indonesia.
2. Penyederhanaan terhadap partai politik yang bertujuan untuk menstabilkan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3. Adanya pemilihan umum.
4. Dwi Fungsi ABRI. Berdasarkan kebijakan ini, selain memegang senjata, ABRI
diperbolehkan ikut serta dalam kegiatan politik.
5. Pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (P4) yang bertujuan untuk membentuk
pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila.
 Sosial
Kebijakan sosial pada masa orde baru diantaranya yaitu:
1. Adanya perencanaan Keluarga Berencana (KB).
2. Adanya program transmigrasi
3. Gerakan wajib belajar
4. Gerakan orangtua asuh
Selama Orde Baru, Pancasila dijadikan sebagai alat legitimasi politik.
 Dasar Negara itu untuk sementara waktu seolah dilupakan karena hampir selalu identik
dengan rezim Orde Baru.
 Pancasila berubah menjadi ideologi tunggal dan satu-satunya sumber nilai serta kebenaran
 Nilai-nilai itu selalu ditanam ke benak masyarakat melalui indoktrinasi

3. Masa Reformasi
Masa reformasi atau masa transisi ini terbuka peluang untuk menata kehidupan
berdemokrasi. Masa ini dimulai dari kepemimpin BJ Habibie sebagai presiden menggantikan
Soeharto yang mengundurkan diri. Reformasi adalah perubahan terhadap suatu sistem yang telah
ada pada suatu masa secara terbatas dan memiliki keleluasaan perubahannya melibatkan semua
elemet masyarakat yang terlihat dalam prosesi hubungan kepada pihak lain.
Tujuan reformasi yaitu untuk bisa melakukan perbaikan di berbagai bidang kehidupan
masyarakat sehingga keadaan menjadi lebih baik dan tepat sasaran di masa depan. Secara lebih
rinci, tujuan dilakukannya reformasi, diantaranya yaitu:
1. Untuk bisa membuat perubahan secara serius dan bertahap agar semua elemen masyarakat
memiliki nilai-nilai baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Untuk bisa melakukan penataan kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk di dalamnya
yaitu konstitusi dan perundang-undangan yang selama ini mengalami penyimpangan dari
arah perjuangan dan cita-cita masyarakat dan negara.
3. Untuk bisa memperbaiki setiap bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang
meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.
4. Untuk bisa mengubah atau menghilangkan kebiasaan atau cara-cara hidup yang tidak sesuai
dengan semangat reformasi. Misalnya perilaku Kolusi Korupsi Nepotisme (KKN), sikap
otoriter, penyimpangan, penyelewengan, dan lain-lain.
Puncak dari Rezim Orde Baru ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, yang kemudian
melahirkan Gerakan Reformasi di segala bidang politik, ekonomi dan hukum. Era Reformasi
memunculkan fobia terhadap Pancasila.
 Tap MPR Nomor XVIII/MPR/1998 Pasal 1 menyebutkan :
“Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara”
 Tap MPR Nomor III/MPR/2000 Pasal 1 Ayat (3) yang menyebutkan :
“Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, dan batang tubuh Undang-Undang Dasar
1945”.
Berikut ini beberapa contoh kebijakan yang berlaku pada masa reformasi di Indonesia, antara lain:
 Membebaskan Tahanan Politik
Sebelum Habibie menjabat sebagai Presiden, banyak tokoh politik yang ditahan karena terjerat
kasus-kasus ringan hingga berat. Oleh sebab itu, salah satu kebijakan sistem demokrasi politik
Presiden Habibie pada masa reformasi ialah membebaskan para tahanan tersebut.
Tindakan pembebasan tersebut bertujuan untuk meningkatkan legitimasi Habibie di dalam maupun
di luar negeri. Selain itu, Habibie juga memberikan kebebasan untuk semua masyarakat dalam
membuat partai politik serta rencana pelaksanaan pemilu.
Beberapa tokoh yang dibebaskan tersebut diantaranya yaitu Sri Bintang Pamungkas yang dulunya
adalah mantan anggota DPR karena kasus memberikan kritik pada Presiden Soeharto, Muchtar
Pakpahan yang merupakan tokoh kerusuhan yang terjadi di Medan tahun 1944 serta K.H
Abdurrahman Wahid.
 Kebebasan Pers
Pada masa reformasi, Habibie memberikan kebebasan pers, yang menunjukkan bahwa pemerintah
telah memberikan kebebasan pada fungsi pers dalam hal pemberitaan. Hal itu menyebabkan banyak
media massa baru atau lama yang bermunculan.
Kebebasan pers tersebut diimbangi dengan adanya kebebasan asosiasi organisasi pers hingga
organisasi seperti Asosiasi Jurnalis Independen turut berkontribusi dalam pers. Pencabutan SIUPP
adalah cara Habibie dalam memberikan kebebasan pers.
 Menyelesaikan Masalah Timor Timur
Masalah Timor Timur merupakan masalah yang belum mampu terselesaikan oleh pemerintahan
presiden sebelumnya. Oleh sebab itu, salah satu kebijakan politik Presiden Habibie pada masa
reformasi adalah berusaha untuk mengambil sikap yang pro aktif dengan memberikan 2 penawaran,
yaitu:
1. Pemberian status khusus dengan otonomi daerah secara luas, atau
2. Ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia.
Otonomi luas bisa diartikan sebagai pemberian kewenangan dalam berbagai bidang seperti politik,
budaya ekonomi, pengecualian dalam bidang hubungan antar luar negeri, pertahanan, keamanan
serta dalam kebijakan fiskal dan moneter.
Sedangkan opsi memisahkan diri artinya secara demokrasi dan konstitusi serta secara damai dan
terhormat Timor Timur akan melepaskan diri dari bagian NKRI dan Habibie akan membebaskan
tahanan politik seperti Ramos Horta dan Xananan Gusmao.
Akhirnya, pada tanggal 21 April 1999 bertempat di Dili, kelompok yang terbagi menjadi kelompok
pro kemerdekaan dan kelompok pro integrasi melakukan penandatanganan kesepakatan dalam
pelaksanaan penentuan pendapat di Timor Timur dengan melihat sikap rakyat terhadap 2 opsi yang
diberikan tersebut.
Proses jejak pendapat kemudian dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 dan selanjutnya akan
diumumkan pada 4 September 1999. Hasil dari jejak pendapat tersebut yaitu sekitar 78,5%
masyarakat Timor Timur lebih memilih untuk melepaskan diri dari NKRI. Meskipun permasalahan
itu telah selesai, tapi lepasnya Timor Timur menjadi catatan buruk pemerintahan Habibie karena
tidak bisa mempertahankan bagian NKRI.
 Pemilu dan Pembentukan Parpol 1999
Kebijakan dalam bidang politik lainnya yaitu pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) untuk pertama
kalinya setelah reformasi di Indonesia diadakan pada 7 Juni 1999. Pelaksanaan pemilu itu dibarengi
dengan pembentukan parpol. Pelaksanaan pemilu tersebut dianggap sebagai bentuk demokrasi
dibandingkan dengan pelaksanaan pemilu sebelumnya sebab menggunakan asas langsung, umum,
bebeas, rahasia, jujur, dan adil (luber dan jurdil).
Perubahan kebijakan terkait pemilu dilandasi dengan dikeluarkannya UU No. 2 tahun 1999 yang
berisikan tentang Partai Politik, UU No. 4 tahun 1999 yang berisikan tentang DPR dan MPR serta
UU no 3 tahun 1999 yang berisi tentang Pemilu.
Setelah reformasi, dalam sistem pemilu di Indonesia setidaknya terdapat 141 Partai Politik yang
mendaftar. Namun jumlah yang banyak tersebut diverifikasi datanya dan hanya 98 partai yang lolos.
Kemudian, setelah dilakukan seleksi lebih lanjut, yang memenuhi semua persyaratan yang telah
ditentukan dalam pemilu hanya 48 parpol.
Pada tanggal 1 September 1999 sesuai keputusan KPU dan PPI, telah dilakukan lembaga kursi dari
hasil pemilu. Berdasarkan hasil tersebut, ada 5 partai yang mendominasi menduduki kursi DPR,
yaitu PDIP yang menjadi pemenang pemilu, Golkar, PKB, PPP dan PAN.
 Pemeriksaan Kekayaan Soeharto dan Kroni-Kroninya
Berdasarkan Inpres No. 30 Tahun 1998, tertanggal 2 Desember 1998, Jaksa Agung Baru, yaitu Andi
Ghalib diperintahkan untuk segera mengambil tindakan hukum berupa pemeriksaan terhadap
mantan Presiden Soeharto beserta kroni-kroninya sebab adanya melakukan praktek KKN.
Pada tanggal 11 Oktober 1999, salah satu pejabat Jaksa Agung, Ismudjoko mengeluarkan SP3 yang
berisi bahwa penyelidikan terhadap Soeharto yang kaitannya dengan dana yayasan secara resmi
dihentikan, dengan alasan tidak ditemukannya bukti yang kuat untuk melanjutkan penyelidikan,
terkecuali apabila ternyata ditemukan bukti baru.
Peristiwa tersebut menyebabkan pemerintah dianggap gagal dalam melaksanakan TAP MPR No.
XI/MPR/1998 yang berisikan tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN,
terutama penyelidikan yang dilakukan terhadap kekayaan mantan Presiden Soeharto beserta kroni-
kroninya.
Disisi lain, Habibie memberikan gelar Pahlawan Reformasi bagi para mahasiswa yang menjadi
korban dalam peristiwa Trisaksi sebab berhasil membuat Soeharto lengser pada tanggal 12 Mei
1998. Pemberian gelar tersebut juga merupakan bagian dari kebijakan politik Presiden Habibie pada
masa reformasi.

4. Masa Transisi Demokratisasi


Masa transisi ini berlangsung selama kurang lebih satu tahun, yaitu antara tahun 1998 –
1999. Presiden Soeharto yang meletakkan jabatannya akhirnya digantikan oleh wakil presiden yang
pada waktu dijabat oleh B.J. Habibie. Dengan mundurnya presiden dan digantikan oleh wakil
presiden yang sesuai dengan Pasal 8 UUD RI Tahun 1945, bangsa Indonesia dihadapkan pada masa
transisi. Disebut masa transisi karena pada masa itu merupakan masa perpindahan kekuasaan.
Presiden B.J. Habibie sendiri menyatakan bahwa pemerintahannya adalah pemerintahan
transisional, di mana selanjutnya akan dibentuk pemerintahan baru yang demokratis dan
berdasarkan kehendak rakyat melalui pemilu.

Pada masa transisi ini banyak sekali pembangunan dan perkembangan ke arah kehidupan
negara yang demokratis. Contoh pembangunan ke arah demokrasi di antaranya adalah dengan
serangkaian kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, yaitu sebagai berikut.
 Keluarnya ketetapan-ketetapan MPR RI dalam sidang istimewa bulan November 1998
sebagai awal perubahan sistem demokrasi konstitusional.
 Ditetapkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.
 Keluarnya Undang-Undang Politik, yaitu Undang-Undang No. 2 Tahun 1999 tentang Partai
Politik, Undang-Undang No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, dan Undang-Undang
No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.
 Melakukan proses peradilan bagi para pejabat negara dan pejabat lainnya yang terlibat
korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta penyalahgunaan kekuasaan.
 Adanya jaminan kebebasan pendirian partai politik ataupun organisasi kemasyarakatan
secara luas.
 Pembebasan sejumlah tahanan politik semasa orde baru.
 Melaksanakan pemilihan umum tahun 1999 yang bebas dan demokratis dengan diikuti oleh
banyak partai politik.
 Kebebasan pers yang luas, termasuk tidak adanya pencabutan SIUPP (Surat Izin Usaha
Penerbitan Pers).
 Terbukanya kesempatan yang luas dan bebas untuk warga negara dalam melaksanakan
demokrasi di berbagai bidang.
Demokrasi di masa transisi berakhir dengan adanya pemilu pada tahun 1999, di mana Abdurrahman
Wahid dan Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia. Sejak
saat itulah bangsa Indonesia mulai memasuki masa reformasi.

5. Masa Sekarang
Masa sekarang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (sejak 20 Oktober 2014). Bentuk
pemerintahan Indonesia disebutkan dalam pasal 1 ayat 1 UUD 1945 bahwa negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik.Bentuk republik berlaku sejak bangsa Indonesia merdeka
dan membentuk negara modern yang diproklamasikan pada 17 Agustus.Sedangkan sistem
pemerintahan Indonesia yakni presidensial.
Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi, "bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam
suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. "

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, "Negara Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk republik."

Dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah Republik. Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan
republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus
kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, "Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar." Dengan demikian,
sistem pemerintahan di Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.

Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
Namun dalam praktiknya banyak bagian-bagian dari sistem pemerintahan parlementer yang masuk
ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem
pemerintahan yang berjalan i Indonesia adalah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau
perpaduan antara sistem pemerintahan presidensial dengan sistem pemerintahan parlementer.
Apalagi bila dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan Periodisasi
Sistem Pemerintahan, diantaranya :

- Pada tahun 1945 - 1949 = Indonesia pernah menganut Sistem Pemerintahan Presidensial
- Pada tahun 1949 - 1950, Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer yang semu
- Pada tahun 1950 - 1959, Indonesia masih menganut sistem pemerintahan parlementer dengan
demokrasi liberal
- Pada tahun 1959 - 1966, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial secara demokrasi
terpimpin.
- Pada tahun 1966-1998 (Orde Baru), Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial

Perubahan dalam sistem pemerintahan tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Karena terjadi
perbedaan pelaksanaan sistem pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum UUD 1945 diamandemen
dan setelah terjadi amandemen UUD 1945 pada tahun 1999 – 2002.

Rangkuman atau ringkasan tentang pembentukan dan berlakunya UUD 1945


mulai masa Orde Lama sampai masa sekarang ini.

Selama kurun waktu Indonesia merdeka sampai sekarang, sejarah UUD 1945 mengalami pasang
surut. Terjadi penyimpangan-penyimpangan dari masa ke masa, sampai akhirnya terjadi
amandemen UUD 1954 yang kita pakai saat ini. Tahapan atau periode pelaksanaan UUD 1945
secara berurutan diuraikan dalam tahapan konsitusi yang pernah berlaku di Indonesia, di bawah ini.
Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
Sejak disahkannya, 18 Agustus 1945, UUD 1945 belum bisa dilaksanakan sepenuhnya. Ini terjadi
karena kondisi Indonesia yang sedang berada dalam masa peralihan, sehingga banyak hal yang
masih harus dibenahi oleh pemerintah Indonesia. Selain itu, Indonesia juga disibukkan oleh
perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Beberapa hal yang belum sesuai dengan UUD 1945 pada periode ini adalah:

 Belum adanya lembaga legislatif di negara, sehingga presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintah mempunyai wewenang yang sangat luas. Baru kemudian, 16 Oktober 1945,
dikeluarkan Maklumat Presiden Nomor X yang memutuskan bahwa KNIP diberi kekuasaan
legislatif selama MPR dan DPR belum dibentuk.

 Sistem pemerintahan presidensil diganti dengan sistem pemerintahan semi presidensil (semi
parlementer), pada tanggal 14 November 1945.

Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (UUD RIS)


Sebulan setelah Konfrensi Meja Bundar, yang dihadiri perwakilan Indonesia, Belanda, Negara
Boneka Belanda, dan PBB ditandatangani pendirian negara Republik Indonesia Serikat (RIS), 27
Desember 1949. Mengikuti berdirinya negara RIS, undang-undang yang berlaku adalah UUD RIS.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi-bagi menjadi bebrapa negara bagian. Indonesia yang
dipimpin oleh Presiden Sukarno hanya meliputi Pulau Jawa dan beberapa wilayah Sumatra.

Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (UUDS 1950)


Republik Indonesia Serikat tidak berlangsung lama. Dalam kronologi pembubaran RIS, Sedikit
demi sedikit beberapa wilayah negaranya bergabung dengan wilayah Republik Indonesia. Sampai
akhirnya, 17 Agustus 1950, diperingatan HUT RI yang kelima, semua negara bagian RI
memutuskan kembali bergabung menjadi NKRI. Usaha Belanda untuk memecah belah dan kembali
menguasai Indonesia mengalami kegagalan. Rakyat Indonesia tetap berkeinginan di bawah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Namun, kembalinya Indonesia menjadi negara kesatuan republik tidak menyebabkan UUD 1945
langsung berlaku dan digunakan kembali. Presiden memutuskan menggunakan Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS)dan membentuk Konstituante untuk membuat undang-undang dasar baru.
Karena UUDS berlaku sejak tahun 1950, maka lebih dikenal dengan sebutan UUDS 1950.
Pada masa ini terjadi kekacuan, antara lain :
 UUDS memberlakukan demokrasi parlementer yang mengarah pada demokrasi liberal.
Akibatnya kabinet sering berganti dan pembangunan menjadi tersendat.

 Presiden menjadi lembaga pemerintah satu-satunya yang tidak dapat diganggu gugat.
Konstituante yang dibentuk untuk menyusun undang-undang baru gagal melaksnakan
tugasnya.

 Untuk menyelematkan negara yang sudah dalam kondisi genting, Presiden mengeluarkan
Dekrit, 5 Juli 1959. Isi dari Dekrit Presiden mengumumkan berlakunya kembali UUD 1945
dan UUDS 1950 tidak digunakan lagi,

Periode 5 Juli 1959 – 1966 (Masa Pemerintahan Orde Lama)


Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Indonesia kembali melaksanakan UUD 1945. Presiden
membubarkan Konstituante, membentuk DPRS, MPRS, dan MA. Namun pada pelaksanaanya
masih banyak terjadi penyimpangan. Pemerintahan masa ini disebut sistem pemerintahan orde lama
yang mempunyai ciri demokrasi terpimpin , bukan demokrasi pancasila. Di antara penyimpangan-
penyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa ini, yaitu:
 Diangkatnya ketua DPRS, MPRS, dan ketua MA sekaligus sebagai menteri negara.

 Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dapat membuat UU tanpa persetujuan DPR

 Presiden sebagai kepala negara juga merupakan ketua DPAS


MPR menetapkan Presiden Sukarno menjadi presiden seumur hidup.

 Pidato Presiden Sukarno yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita (Manifesto
Politik), 17 Agustus 1950, dijadikan sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Padahal fungsi GBHN dalam pembangunan nasional sangatlah strategis.

 Pada tahun 1960, DPRS tidak menyetujui Rancangan Anggaran Belanja Negara (RABN)
yang diajukan pemerintah. Akibatnya Presiden membubarkan DPRS dan menggantinya
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong royong (DPR-GR).

 Kekuasaan Presiden tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat.

Penyimpangan-penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 membuat situasi negara tidak
terkendali. Berbagai pemberontakan terjadi. Puncaknya adalah Pemberontakan yang kemudian
dikenal dengan Gerakan 30 September 1965 (pemberontakan G30S / PKI).

Periode 1966 – 1998 (Masa Pemerintahan Orde Baru)


Pemberontakan G30S/PKI membuat situasi bertambah darurat. Persediaan barang kebutuhan pokok
terb atas dan harga yang menjulang tinggi. Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden menyerahkan
kekuasaan kepada Letnan Jendral Suharto, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kostrad Angkatan
Darat. Surat penyerahan kekuasaan tersebut dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar), yang menandai lahirnya kekuasaan Orde baru. Supersemar menjadi pemerintah orde
baru..Pemerintahan Orde Baru, pada awalnya bertekad akan menjalankan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Hal ini dibuktikan dengan pembentukan lembaga-lembaga pemerintah
yang tidak lagi sementara dan dilanjutkan dengan diselenggrakannya Pemilu pertama mas Orde
Baru, tahun 1969.
Namun, pada kenyataannya, tidak jauh berbeda dengan masa pemerintahan Orde Lama, masa
pemerintahan Orde Baru juga melakukan banyak penyimpangan terhadap UUD 1945.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut, antara lain :

 Pemusatan kekuasaan di tangan presiden, di mana lembaga-lembaga negara yang ada


dikendalikan oleh Presiden.

 Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang mementingkan kepentingan pribadi dan
golongan di atas kepentingan negara merajalela.

 Kebebasan pers dibelenggu. Pers yang tidak sejalan dengan pemerintah akan dibekukan
surat ijinnya.

 Pembatasan hak-hak politik rakyat dengan hanya mengijinkan adanya 3 partai politik, yaitu
PPP, Golkar, dan PDIP.

Masa pemerintahan Orde Baru berakhir dengan demonstrasi besar-besaran dari mahasiswa. 
Mahasiswa yang berdemo menuntut refoemasi di segala bidang berakhir dengan mundurnya
Presiden Suharto sebagai presiden, 21 Mei 1998.

Periode 21 Mei 1998 – 19 Oktober 1999


Sejarah UUD dari periode ini dikenal sebagai masa transisi ke masa reformasi. Wakil presiden BJ
Habibie diangkat menjadi Presiden menggantikan Presiden Suharto. Pelaksanaan UUD 1945 masa
ini diguncang dengan lepasnya wilayah timor Timur dari NKRI.

Periode 19 Oktober 1999 sampai sekarang (Masa Reformasi)


Aksi mahasiswa tahun 1998 yang melahirkan reformasi, salah satu tuntutannya adalah perubahan
terhadap UUD 1945. Mereka beranggapan bahwa UUD 1945 yang ada menyebabkan banyak
peluang penyimpangan. Masa ini ingin menerapkan demokrasi era reformasi. Maka, sejak masa ini
UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang dikenal dengan amandemen UUD 1945.
Amandemen UUD 1945
Sesuai tuntutan reformasi, dilakukan perubahan terhadap UUD 1945. Tujuan amandemen UUD
1945, antara lain :

 Merubah struktur kekuasaan yang ada pada UUD 1945 agar tidak berpusat pada satu
lembaga negara

 Menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

 Menyempurnakan pasal-pasal yang belum jelas aturannya

Amandemen UUD 1945 dilakukan dengan kesepakatan, yaitu :

 Tidak mengubah bentuk negara kesatuan (NKRI) dan sistem pemerintahan presidensil

 Tidak akan mengubah Pembukaan UUD 1945 dan menghapus bagian penjelasan

 Amandemen dilakukan dengan tetap mempertahankan naskah asli (adendum).

Amandemen UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu tahun 1999, 2000,2001, dan 2002 (dapat
dibaca di artikel peridode konstitusi di Indonesia).  Perubahan yang terjadi antara lain :

 Perubahan terhadap lembaga-lembaga negara dan pembagian kekuasannya.  Lembaga DPA


dihapuskan dan adanya lembaga baru, yaitu Mahkamah Konsitusi (MK) dan Komisi
Yudisial (KY).

 Pasal-pasal lebih rinci tentang hubungan negara dengan warga negara.

 Pasal-pasal lebih rinci temtang pemerintah pusat dan pemerintah daerah

 Pasal-pasal lebih rinci tentang pelaksanaan hak asasi manusia di Inodnesia.

Anda mungkin juga menyukai