Dosen Pembimbing :
1. Sikni Retno K., S.Farm.,M.Sc., Apt.
2. Richa Yuswantina, S.Farm., Apt., M.Si
3. Nova Hasani F., S.Farm.,M.Sc., Apt.
Nama Kelompok:
1. Fajriannur (052191111)
2. Hafni Zuhroh (052191197)
3. Armiatin Damayanti (052191198)
4. Indah Mahendra Wardani (052191199)
2
A. JUDUL PRAKTIKUM
“PEMBUATAN ASETALDEHIDA”
B. TANGGAL PELAKSANAAN
JUM’AT, 4 OKTOBER 2019
C. TINJAUAN PUSTAKA
Aldehida dan keton adalah dua dari sekian banyak kelompok senyawa organik
yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang
terikat pada karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai sekurangnya satu atom
hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehida (R
dalam rumus ini) dapat berupa alkil, aril, atau H. Aldehida dapat dibuat dari oksidasi
alkohol primer. Aldehid dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat. Keton
dapat dibuat melalui oksidasi alkohol sekunder dan tidak mudah dioksidasi lebih
lanjut. Aldehida dan keton mengalami reaksi umum bagi senyawa karbonil (Ralp
J.Fessenden, Joans S.Fessenden, 1982).
3
Kalium dikromat adalah suatu senyawa yang mempunyai kegunaan luas bagi
kehidupan manusia. Contoh dari penggunaaan kalium dikromat yang umum dijumpai
yaitu pada industri penyamakan kulit, bahan celup untuk lukisan, hiasan pada
porselin, percetakan, photolithography, warna print, bahan untuk petasan, bahan
pembuatan korek api, penjernihan minyak kelapa, jalan, spon, dan untuk baterai serta
depolarisator pada sel kering.Kalium dikromat ini merupakan garam kalium tidak
stabil dalam bentuk bebas dan juga merupakan oksidator kuat, khususnya dalam
larutan asam (Ir.Hj.Siti Miskah, dkk, 2015).
Sifat-sifat kalium dikromat (Ir.Hj.Siti Miskah, dkk, 2015) :
Rumus : K 2 Cr2 O7
Massa molar : 294.19
gr/mol Warna : oranye-
merah
Titik didih : ~500OC
Titik leleh : 3970C
Kelarutan : 123 gr/lt pada 20OC
2. Sebagai pengoksidasi dalam titrasi. Kalium dikromat sering kali digunakan untuk
menentukan konsentrasi ion besi (II) dalam larutan. Hal ini dilakukan sebagai
alternatif pergunaan larutan kalium permanganat.
(Ir.Hj.Siti Miskah, dkk, 2015).
4
D. ALAT DAN BAHAN
NO ALAT BAHAN
1. Etanol Labu Destilasi 100 mL
2. Kalium Bikromat Lampu Spiritus
3. Asam Sulfat Pekat Pendingin Leibig 80 cm
4. NaOH Pipa Along
5. Perak Nitrat Labu Alas Bulat
6. Fenilhidrazin Erlenmeyer
7. Ammonium Sulfida Pipet Tetes
8. Amonia Tabung Reaksi
9. Cu Sulfat Beaker glass
10. Seignette Gelas Ukur
11. Formaldehida
12. Khloralhidrat
13. Aseton
14. Sublimat
E. CARA KERJA
Pembuatan Asetaldehida dari Etil Alkohol
Tambahkan
Hubungkan
Masukkan 7,5 gram campuran 30 mL air
pendingin dengan
Kalium Bikromat dan 5,5 mL Asam
labu destilasi
Sulfat Pekat
Lakukan percobaan
Tampung destilat
reaksi berikutnya
5
1. Reaksi – reaksi terhadap Asetaldehid
d. Pembentukan Fenilhidrazin
Ma s ukkan sebagian
Ta mbahkan sedikit
l a rutan destilat ke Ama ti !
rea gen fenilhidrazin
ta bung reaksi
6
2. Reaksi-reaksi Terhadap Formaldehida
Perhitungan
8
masing-masing per tabungnya. Pada tabung 1 diteteskan 10 tetes hasil destilat ke dalam
tabung tanpa dilakukan reaksi dengan larutan apapun. Hal ini bertujuan sebagai pembanding
atau disebut dengan larutan kontrol dan untuk membandingkan ketika tabung reaksi lain
direaksikan dengan larutan-larutan pereaksi. Pada tabung 1a, hasil destilat di teteskan dengan
larutan perak amoniakan membentuk larutan bening yang kemudian dipanaskan dan tidak
terjadi perubahan apapun. Uji ini disebut juga dengan uji tollens. Prinsip dari uji Tollens ini
adalah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan
menambahkan reagen Tollens yaitu perak amoniakal dimana akan terjadi reaksi reduksi
oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens
direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada
dinding dalam tabung reaksi. Uji ini bertujuan untuk membedakan aldehid dan keton
berdasarkan sifat kemudahan oksidasi. Pada pembanding formaldehida atau formalin dan
Kloraldehida setelah ditambah pereaksi Tollens yang tak berwarna dan dipanaskan didapatkan
endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi pada senyawa Kloralhidrat, sedangkan pada
senyawa Formaldehid terbentuk endapan hitam yang kemduian menjadi bening ketika
dipanaskan. Hal ini menunjukkan hasil yang positif pada uji Tollens. terhadap Kloralhidrat,
sedangkan negatif terhadap hasil destilat dan formaldehida. Bila suatu senyawa positif
terhadap reagen ini ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak pada dinding tabung
reaksi.
Pada tabung 1b, hasil destilat di tetesi dengan pereaksi fehling A+B sebanyak 10 tetes
sama banyak ke dalam tabung reaksi dan didapatkan hasil biru bening dan dipanaskan
menjadi biru tua. Sedangkan pada formaldehida didapatkan hasil biru bening yang ketika
dipanaskan menjadi biru tua kehijauan. Pada kloralhidrat didapatkan hasil biru muda dan
ketika dipanaskan menjadi biru kehiauan tua. Pemanasan yang dilakukan hanya dengan
tabung reaksi dipanaskan diatas lampu spiritus secara langsung bukan pada penangas air
ataupun didalam beakerglass berisi air dan dipanaskan diatas lampu spiritus dengan kontrol
suhu 60-70o C. Sehingga pembentukan hasil nya tidak sempurna, hal ini terjadi akibat
keterbatasan waktu yang ada. Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus aldehid
9
dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling. Dalam reaksi ini terjadi
reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion
Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Pereaksi Fehling merupakan kompleks ion Cu(II) tartrat
dalam larutan asam. Ion Cu(II) direduksi menjadi ion Cu2 O (endapan berwarna merah bata).
Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel ditujukan jika terbentuk endapan merah
bata. Sedangkan hasil yang diperoleh tidak membentuk endapan merah bata dengan alasan
faktor pemanasan yang kurang sempurna. Hasil percobaan yang diperoleh tidak sesuai
dengan literatur karena seharusnya Kloralhidrat dan formaldehid merupakan gugus aldehid,
yakni memiliki gugus OH bebas sehingga ketika diuji dengan fehling seharusnya
membentuk endapan merah bata.
Pada tabung 1c, 2c, dan 3c hasil destilat, formaldehida 5% dan Kloralhidrat 10%
ditambahkan larutan NaOH 10% sebanyak 10 tetes pada masing-masing tabung dan
menghasilkan larutan bening pada tabung 1c yakni hasil destilat yang kemudian dipanaskan
tidak terjadi perubahan. Pada tabung 2c yakni formaldehida dihasilkan larutan bening
kemudian dipanaskan dan tidak terjadi perubahan apapun. Pada tabung 3c yakni
Kloralhidrat diahsilkan endapan putih yang dipanaskan menjadi larutan bening. Pada uji
terakhir yakni penambahan fenilhidrazin untuk tabung 1d, yakni hasil destilat menghasilkan
endapan kuning. Sedangkan pada 2d, yakni formaldehida menghasilkan endapan kuning
kecoklatan. Pada tabung 3d, yakni Kloraldehida menghasilkan cairan kuning tanpa endapan
yang terbentuk. Pada uji kali ini tidak dilakukan pemanasan. Semua senyawa aldehida dan keton
menghasilkan endapan dengan pereaksi fenilhidrazin. Reaksi ini umum digunakan untuk
mengetahui adanya gugusaldehid dan keton. Warna endapan yang terbentuk bervariasi mulai dari
kuning hingga merah.
10
H. KESIMPULAN
11
I. DAFTAR PUSTAKA
Husin, Husin, dan Fikri. 2006. Studi Oksidasi Etanol Menjadi Asetaldehida
Menggunakan Katalis Molibdenum Oksida Berpenyangga Al3 O3 , TiO2 , dan SiO2 .
Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 5, No. 1, hal. 8-16, 2006. Universitas
Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh.
12
LAMPIRAN
Lampiran 1.TitranAsetaldehida
Lampiran 2.RangkaianAlatDestilasi
13
3. NaOH (+) LarutanBening
Lampiran4.HasilUjiCobaFormaldehida
No. Pereaksi SebelumPemanasan SesudahPemanasan Hasil Keterangan
1. Perak (+) Terbentuk Perak
Amoniak
Lampiran5.HasilUjiCobaKhloralhidrat
No. Pereaksi SebelumPemanasan SesudahPemanasan Hasil Keterangan
14
1. Perak (+) Terbentuk Perak
Amoniak
15