1426 4260 1 PB
1426 4260 1 PB
dengan suhu awal 500c selama 30 menit kemunduran mutu benih selama masa
(L1), H2O dengan suhu awal 500c selama penyimpanan. Laju penurunan mutu benih
60 menit (L2), H2O dengan suhu awal 500c dapat dikurangi dengan cara menurunkan
selama 90 menit (L3), KNO3 dengan kadar air benih hingga mencapai kadar air
konsentrasi 1% selama 30 menit (L4), KNO3 benih optimum. Kadar air benih optimum
dengan konsentrasi 1,5% selama 30 menit dalam penyimpanan bagi sebagian besar
(L5), KNO3 dengan konsentrasi 2% selama benih berkisar antara 6-11%.
30 menit (L6).
Pengamatan yang dilakukan berupa
Viabilitas Benih
pemangamatan non distraktif yaitu
Perlakuan larutan dan genotip
pengamatan kadar air, viabilitas benih (daya
memberikan pengaruh berbeda nyata
berkecambah dan potensi tumbuh
terhadap hasil daya berkecambah dan
maksimum) kemudiam pengamatan vigor
potensi tumbuh maksimum benih. Rerata
benih (kecepatan tumbuh benih,
nilai daya berkecambah dan potensi tumbuh
keserempakan benih dan index vigor).
masksimum benih setelah diberi perlakuan
Selain tiu juga dilakukan pengamatan pada
larutan terdapat pada Tabel 2. Rerata nilai
intensitas dormansi atau bisa dikatakan
daya berkecambah dan potensi tumbuh
persentase dormansi. Data hasil
maksimum tertinggi terdapat pada
pengamatan dianalisis menggunakan
perlakuan L2. Perlakuan lain menyebabkan
analisis ragam (ANOVA) Rancangan Acak
penurunan daya berkecambah dan potensi
Lengkap Faktorial (RALF) dengan taraf 5%.
tumbuh maksimum benih, karena perlakuan
Apabila terdapat perbedaan yang nyata
L1 memiliki durasi perendaman yang
maka akan dilanjutkan dengan uji BNJ
pendek (30 menit), sehingga benih belum
dengan taraf 5%.
secara sempurna melakukan penyerapan
air. Sedangkan untuk perlakuan L3 memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN
durasi perendaman yang terlalu panjang
sehingga benih terlalu banyak menyerap air
Kadar Air Benih
dan menyebabkan pembusukan. Sandi
Genotip V1 meiliki kadar air tertinggi (2017) yang menyatakan bahwa
dari ketiga genotipe yang lain (Tabel 1). penggunaan air panas mampu melunakkan
Benih yang memiliki kadar air tinggi akan kulit benih yang ditandai dengan terjadinya
mengalami penurunan kualitas, karena pengembangan pada benih yang telah
pada masa penyimpanan benih terus direndam. Suhu air, intensitas perendaman,
melakukan respirasi. Selama benih dan interaksi antar keduanya perlu
mengalami respirasi energi yang diperhatikan karena dapat memberikan
seharusnya digunakan untuk berkecambah pengaruh yang sangat nyata terhadap tolak
habis selama proses respirasi. Sehingga ukur daya berkecambah, kecepatan
benih akan mengalami penurunan daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum,
berkecambah. Pernyataan tersebut sesuai dan persentase dormansi (Farhana,2013).
dengan hasil yang diperoleh dari uji Perlakuan KNO3 menyebabkan
viabilitas dan uji vigor pada genotip V1. penurunan daya berkecambah dan potensi
Didukung oleh hasil penelitian Indartono tumbuh maksimum benih karena kurang
(2011) yang menyatakan kadar air benih tepatnya dosis yang digunakan, sehingga
diatas 13% dapat meningkatkan laju
Viabilitas Benih
Perlakuan larutan dan genotip sehingga merusak pertumbuhan dan
memberikan pengaruh berbeda nyata perkembangan embrio benih. Saputra
terhadap hasil daya berkecambah dan (2016) Pengaruh yang terjadi karena
potensi tumbuh maksimum benih. Rerata pemberian larutan KNO3 tergantung pada
nilai daya berkecambah dan potensi tumbuh konsentrasi yang diberikan. Konsentrasi
masksimum benih setelah diberi perlakuan KNO3 yang berlebih dapat menyebabkan
larutan terdapat pada Tabel 2. Rerata nilai keracunan biji dan bila konsentrasinya
daya berkecambah dan potensi tumbuh kurang maka tidak akan berpengaruh pada
maksimum tertinggi terdapat pada biji yang diberikan perlakuan.
perlakuan L2. Perlakuan lain menyebabkan Bentuk fisik benih cabai rawit juga
penurunan daya berkecambah dan potensi dapat mempengaruhi daya berkecambah
tumbuh maksimum benih, karena perlakuan dan potensi tumbuh maksimum benih.
L1 memiliki durasi perendaman yang Rerata nilai daya berkecambah dan potensi
pendek (30 menit), sehingga benih belum tumbuh masksimum benih berdasarkan
secara sempurna melakukan penyerapan perlakuan genotip dapat dilihat pada Tabel
air. Sedangkan untuk perlakuan L3 memiliki 3. Daya berkecambah dan potensi tumbuh
durasi perendaman yang terlalu panjang maksimum tertinggi terdapat pada
sehingga benih terlalu banyak menyerap air perlakuan V3. Perbedaan hasil daya
dan menyebabkan pembusukan. Sandi berkecambah dan potensi tumbuh
(2017) yang menyatakan bahwa maksimum disebabkan oleh ketebalan
penggunaan air panas mampu melunakkan benih yang berbeda. Ketebalan benih akan
kulit benih yang ditandai dengan terjadinya mempengaruhi proses imbibisi, jika imbibisi
pengembangan pada benih yang telah pada benih berlebihan maka akan
direndam. Suhu air, intensitas perendaman, menyebabkan penurunan viabilitas benih.
dan interaksi antar keduanya perlu Ketebalan benih secara berurutan mulai
diperhatikan karena dapat memberikan dari yang paling tipis hingga paling tebal
pengaruh yang sangat nyata terhadap tolak adalah sebagai berikut V1 0,62 mm, V2
ukur daya berkecambah, kecepatan 0,68 mm, V3 0,73 mm dan V4 0,76 mm.
berkecambah, potensi tumbuh maksimum, Afifah (1990) yang menyatakan bahwa
dan persentase dormansi (Farhana,2013). penyebab penurunan viabilitas terjadi
Perlakuan KNO3 menyebabkan karena kerusakan imbibisi, dimana laju
penurunan daya berkecambah dan potensi imbibisi sangat tinggi sehingga kemampuan
tumbuh maksimum benih karena kurang berkecambah berkurang. Penurunan
tepatnya dosis yang digunakan, sehingga viabilitas benih tergantung pada sifat
menyebabkan benih mengalami keracunan. genetik yang dimiliki oleh masing-masing
Keracunan larutan disebabkan oleh genotip, seperti ukuran benih, warna benih
konsentrasi KNO3 yang terlalu tinggi dan tebal kulit benih.
Tabel 2. Hasil Uji BNJ 5% pada karakter Daya Berkecambah, Potensi Tumbuh Maksimum dan
Intensitas Dormansi (Persentase Dormansi) pada perlakuan larutan
Perlakuan DB PTM ID
L0 67,00 c 68,00 b 31,67 b
L1 65,33 c 66,67 bc 33,33 b
L2 68,00 c 69,67 c 26,67 a
L3 65,00 c 66,33 b 33,33 b
L4 51,67 b 63,00 b 29,67 a
L5 15,33 a 17,67 b 79,00 c
L6 13,67 a 17,33 a 82,00 c
BNJ 5% 3,89 3,61 4,01
Keterangan: Angka yang disamping oleh huruf kecil yang sama menunjukkan tidak nyata berdasarkan uji
BNJ 5%.
630
Tabel 3. Hasil Uji BNJ 5% pada karakter Daya Berkecambah, Potensi Tumbuh Maksimum dan
Intensitas Dormansi (Persentase Dormansi) pada perlakuan genotip
Perlakuan DB PTM ID
V1 39,62 a 41,33 a 57,90 d
V2 57,52 b 59,62 c 37,33 b
V3 59,62 bc 64,76 d 32,19 a
V3 40,95 a 44,95 b 52,95 c
BNJ 5% 1,99 0,06 2,05
Keterangan: Angka yang disamping oleh huruf kecil yang sama menunjukkan tidak nyata berdasarkan uji
BNJ 5%.
Vigor Benih
Perlakuan larutan dan genotip berbeda-beda. Benih yang tipis
menunjukkan adanya interaksi pada membutuhkan perlakuan perendaman
karakter pengamatan kecepatan tumbuh dengan larutan yang tidak menyebabkan
dan indeks vigor, sedangkan pada karakter kerusakan dengan lama perendaman yang
keserempakan tumbuh menunjukkan hasil pendek. Benih dengan tebal yang sedang
tidak berbeda nyata. Karakter kecepatan akan membutuhkan lama perendaman yang
tumbuh benih mencerminkan kemampuan lebih panjang. Benih yang memiliki kulit
benih untuk melakukan perkecambahan tebal membutuhkan perlakuan khusus untuk
dalam waktu singkat, sedangkan untuk mempercepat perkecambahan. Perlakuan
keserempakan tumbuh ialah kemampuan yang diberikan pada benih akan membantu
benih untuk tumbuh secara serempak atau mempercepat terjadinya imbibisi yang
bersamaan. Indeks vigor dan kecepatan bertujuan untuk mempercepat
tumbuh benih saling berhubungan karena perkecambahan pada benih. Perendaman
benih yang dapat tumbuh dengan cepat benih dengan waktu yang berbeda
dapat menghadapi kondisi lingkungan yang bertujuan untuk mengetahui waktu
sub-optimal. Rataan nilai interaksi antar perendaman yang efektif dalam mengatasi
perlakuan terhadap kecepatan tumbuh, dan dormansi, selain itu perendaman juga
indeks vigor dapat dilihat pada Tabel 4 dan mampu melunakkan kulit benih dan
Tabel 5. Genotip V1 merupakan benih yang membuka pori-pori kulit yang keras
paling tipis yang memberikan respon terbaik (Sandi,2014). Sedangkan larutan KNO3
setelah diberi perlakuan L1 (perendaman diketahui memiliki stimulator effect
menggunakan H2O dengan suhu awal 500C terhadap perkecambahan benih melalui
selama 30 menit). Benih yang tipis tidak perannya sebai ion penerima 22lectron
bisa diberi perlakuan perendaman yang (Hamidah,2013). Perlakuan yang diberikan
terlalu lama karena dapat menyebabkan harus sesuai dengan masing-masing
kerusakan benih. Genotip V2 dan V3 kondisi benih akan tidak terjadi kerusakan.
merupakan benih yang memiliki ketebalan Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
sedang. Genotip V2 dan V3 memberikan yang dilakukan oleh Afifah (1990) dimana
nilai rerata tertinggi pada perlakuan L2. dari hasil penelitian yang telah dilakukan
Genotip V4 ialah benih yang paling tebal dijelaskan bahwa ketebalan kulit benih
dari ketiga benih yang digunakan. Genotip sangat mempengaruhi proses imbibisi,
V4 memberikan respon terbaik setelah dimana kulit benih yang tipis akan
diberi perlakuan L4. mempercepat proses imbibisi. Laju imbibisi
Keempat genotip yang memiliki yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
ketebalan benih yang berbeda akan kerusakan pada embrio.
memerlukan perlakuan larutan yang
631