Anda di halaman 1dari 4

2.

5 Hubungan Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual Perawat dalam


penangan masalah
2.5.1 Kecerdasan Intelektual
Dengan memiliki kecerdasan Intelektual yang baik dan terstandar maka
masing-masing individu memiliki kemantapan pemahaman tentang potensi diri dan
pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif dalam
kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya sebagai pelaksana atau pelaku
profesi karena (rasionalitas) dibutuhkan untuk dapat memahami dan
mempertimbangkan halhal yang bersifat etis dan tidak etis (Mahmudi, 2001:72 dalam
Ahmad,dkk.2020)
Kecerdasan intelektual diukur melalui kemampuan memecahkan masalah,
intelegensi verbal, dan intelegensi praktis. Perawat yang memiliki kecerdasan
intelektual dapat menyelesaikan permasalahan yang muncul pada saat melayani
pasien, dibutuhkan kecerdasan intelektual dari perawat dalam menyampaikan
informasi yang akurat, kecepatan dalam bertindak dan mampu menganalisa semua
resiko dari keputusan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nofri, Machasin dan Chairul (2014) bahwa kecerdasan intelektual
berpengaruh terhadap kinerja perawat (Ahmad,dkk.2020)
2.5.2 Kecerdasan Emosional
Diantara faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
seseorang dalam menghadapi permasalahannya, adalah faktor kecerdasan emosional.
Kecerdasan bila tidak disertai dengan pengolahan emosi yang baik tidak akan
menghasilkan seorang yang sukses dalam hidupnya. 80% penopang kesuksesan
seseorang ditentukan oleh faktor kecerdasan emosional. Hal ini disebabkan karena
kecerdasan akademik saja tidak memberikan kesiapan untuk menghadapi gejolak
yang ditimbulkan oleh kesulitan- kesulitan hidup. Perawat yang cerdas secara
emosional adalah orang yang memahami kondisi dirinya, emosi-emosi yang terjadi,
serta mengambil tindakan yang tepat. Kecerdasan emosional perlu dikembangkan
melalui seminar-seminar tentang cara mengatasi emosi karena hal inilah yang
mendasari keterampilan perawat di tengah masyarakat dan mempengaruhi semua
aspek yang berhubungan dengan pelayanan perawat, sehingga akan membuat seluruh
potensi dapat berkembang secara lebih optimal (Zainaro,2017).
Dalam konteks pekerjaan kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan
untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk cara tepat untuk
menangani masalah. Seseorang dikatakan mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi
bila ia mampu mengatasi berbagai masalah atau tantangan yang muncul dalam
hidupnya. Seorang perawat hendaknya memiliki dorongan kuat untuk melakukan
tindakan dalam upaya mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi karena
dalam lingkungan pekerjaan atau profesi sering muncul permasalahan ketika
berinteraksi dengan orang lain. Mengatasi berbagai permasalahan tersebut, perawat
tidak hanya dituntut untuk menggunakan kemampuan intelektualnya saja tetapi juga
diperlukan ketrampilan emosi dan sosial yaitu kemampuan untuk mengenali emosi
diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina
hubungan sosial dengan orang lain. (Zainaro,2017).
2.5.3 Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah suatu kecerdasan dimana setiap individu berusaha
menempatkan tindakan-tindakan dan kehidupannya seperti menghadapi persoalan makna atau
nilai ke dalam suatu konteks yang lebih luas dan lebih kaya, serta lebih bermakna dari yang
lain. Seorang perawat yang sehat dan cerdas secara spiritual mampu menempatkan pemberian
pelayanan keperawatan dalam konteks yang lebih tinggi yaitu atas dasar ibadah dan
pertolongan bagi manusia yang membutuhkan agar terwujud kesejahteraan (Wahyuni, 2017).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit menuntut perawat dan dokter bertanggung jawab
membantu pasien yang membutuhkan, memahami status kesehatan dan kebutuhan layanan
kesehatan masyarakat yang dilayaninya serta melibatkan masyarakat dalam menentukan cara
yang paling efektif untuk menyelenggarakan layanan kesehatan. Oleh karena itu, kecerdasan
spiritual merupakan suatu faktor yang sangat penting bagi perawat dalam membantu dan
mengarahkan perawat menghadapi situasi lingkungan kerja yang berat dan semakin menekan
kemampuan yang dimiliki perawat dalam memberikan layanan dan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat untuk mengubah pola pikir pasien yang dilayaninya (Umamit, 2016).
Perawat yang cerdas secara spiritual mampu menempatkan perilaku, menilai tindakan
layanan kesehatan yang diberikan, mampu menghadapi pekerjaan yang padat, berusaha
bertanggungjawab mengerjakan pekerjaannya dengan sabar tanpa mengeluh dan marah-
marah seta berusaha memohon petunjuk dari Tuhan. Perawat yang cerdas secara spiritual
adalah perawat yang menampilkan sosok dirinya sebagai petugas kesehatan profesional yang
membawa misi menolong yang membutuhkan, tidak merugikan, memiliki kesadaran yang
tinggi, melayani dengan penuh cinta dan menjadikan hidupnya penuh arti (Umamit, 2016).
Oleh karena itu, untuk membantu kinerja layanan oleh perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan supaya terwujud manajemen yang efektif dan efisien maka Rumah Sakit
melatih perawatnya untuk memanfaatkan teknologi yang ada dalam membantu pelayanan
kesehataan dan memberikan konstribusi yang besar dalam standart pelayanan yaitu
menggunakan komputer yang baik sehingga terjadi transfer data yang dibutuhkan dari
laboratorium, farmasi, administrasi dan lain sebagainya yang dbutuhkan oleh pasien (Yani,
2018).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,dkk.2020. Pengaruh Kecerdasan terhadap Kinerja melalui keterampilan perawat.
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang Vol 5 No 1
Zainaro, M. Arifki. 2017. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kinerja Perawat Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Alimuddin. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal
Of Holistic Healthcare), Volume 11, No.3
Wahyuni, R., Mayangsari, M. D., & Fauzia, R. (2017). Hubungan Kecerdasan Spiritual
Dengan Perilaku Prososial Pada Perawat Di Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Jurnal
Ecopsy, 3(3).
Umamit, R., & Mulyani, S. (2016). Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Sengan Stres
Kerja Pada Perawat RS Di Klaten. Jurnal Fakultas Hukum UII, 21(1).
Yani, A. (2018). Utilization Of Technology In The Health Of Community Health.
Promotif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 97-103.

Anda mungkin juga menyukai