Pemeriksaan otot-otot mastikasi untuk melakukan palpasi pada otot/musculus, maka teknik palpasi
yang dilakukan tergantung dengan otot mastikasi (pengunyahan).
Palpasi Otot/musculus :
Palpasi masseter:
dilakukan secara bimanual, tangan yang satu (dengan satu jari) di bagian intraoral.
Jari diletakkan di kedua pipi dekat ramus mandibular lalu pasien diminta untuk melakukan
gerakan mengunyah
Palpasi temporalis: langsung pada region temporal dan meminta pasien untuk mengoklusikan gigi
geliginya
Palpasi pterygoid lateral: dengan menempatkan jari sedikit di belakang tuberositas maksila, pasien
diminta untuk memajukkan dagu.
Palpasi pterygoid medial: palpasi secara intraoral pada bagian lingual pada ramus mandibular
Pasien diminta untuk menutup mata dan bibirnya dengan rapat -> kekuatan untuk menutup
mata dan bibir dapat dirasakan dengan mencoba membukanya secara manual
Pasien diminta untuk menunjukkan giginya
Pasien diminta untuk melihat ke atas, mengangkat alis dan mengerutkan dahi
Pasien diminta untuk bersiul
Cek hiposalivasi dan sensasi rasa
Temuan abnormal meliputi: kelemahan fasial kontralateral, kelemahan fasial ipsilateral, salivasi dan
indra perasa terganggu, Bell’s palsy
Sumber: Scully, C., Bagan, J. V., Carrozo, M., Flaitz, C. M., Gandolfo, S., 2013 , Pocket of Oral
Disease, Churchill Livingstone Elsevier,
Pemeriksaan Ekstraoral – Sendi Temporomandibular
Sendi temporomandibular (temporomandibular joint/TMJ) merupakan komponen penting dari sistem
mastikasi yang bertanggung jawab dalam proses mastikasi, penelanan, dan berbicara. Sendi
temporomandibular terdiri atas fossa glenoidalis os temporalis, discus articularis, dan proc.
condylaris os mandibularis. Pergerakan TMJ difasilitasi oleh otot-otot mastikasi. Seorang dokter gigi
akan sangat sering menemui permasalahan pada TMJ berupa nyeri yang penyebabnya beragam
mulai dari oklusi yang kurang baik, mobilitas gigi geligi, bruxism, hingga gangguan sistemik seperti
arthritis. Untuk itu, perlu diketahui cara-cara pemeriksaan TMJ untuk mendukung diagnosis
Pertama kali, perlu diketahui terlebih dahulu tanda awal adanya permasalahan TMJ, yakni:
Selanjutnya, keluhan yang dialami oleh pasien dikonfirmasi melalui pemeriksaan objektif pada TMJ
Inspeksi
Perhatikan apakah ada pembengkakan, deformasi, deviasi dagu, dan atrisi gigi
Adanya pembengkakan dapat menjadi suatu tanda inflamasi akibat penyakit sendi. Pastikan
pembengkakan berasal dari TMJ, bukan dari struktur sekitarnya mis. kelenjar parotis
Deviasi dagu dan asimetri bisa jadi merupakan hasil dari penyakit sendi tahap lanjut
Atrisi gigi geligi akan menyebabkan perubahan oklusi sehingga berdampak pada kerusakan
TMJ
Analisis fungsional
Ukur jarak interinsisal maksimal pada saat membuka mulut. Jarak normal berkisar 36-38 mm
namun dapat bervariasi mulai dari 30-67 mm tergantung usia dan jenis kelamin. Cara
mudah= minta pasien untuk meletakkan buku jari telunjuk dan jari tengah di antara insisifus
atas dan bawah
Kemudian pasien diminta untuk menutup mulut
Setelah itu, pasien diminta mendeviasikan mandibula ke kanan dan kiri serta melakukan
gerakan protrusi
Perhatikan apakah ada gangguan pergerakan
Operator meletakkan satu tangan pada dagu pasien dan satunya pada vertex. Operator
meminta pasien membuka mulut sementara tangan pasien menekan mandibula untuk
melawan gerakan membuka. Ini untuk mengidentifikasi kekuatan m. pterygoideus lateralis
Pasien diminta untuk menggigit bantalan karet sekencang mungkin. Ini untuk
mengidentifikasi kekuatan m. temporalis, m.masseter, dan m. pterygoideus medialis
Operator meletakkan satu tangan pada dagu dan tangan lainnya pada regio temporal.
Pasien diminta untuk melakukan gerakan deviasi mandibula melawan gerakan tangan
operator ke kiri dan kanan. Ini untuk mengidentifikasi kekuatan m. pterygoideus medialis
satu sisi
Palpasi
Palpasi TMJ dilakukan pada saat proses membuka dan menutup mulut
Pada gerakan membuka mulut, palpasi dilakukan tepat di bawah os zygomaticus, di anterior
dari proc. condylaris mandibulae
Pada gerakan menutup mulut, palpasi dilakukan melalui anterior tragus di dalam meatus
acusticus externus. Rasakan apakah ada gerakan dari arah anterior yang merupakan aspek
posterior condylus
Lakukan pula palpasi pada otot-otot pengunyahan dengan cara meraba melalui origo
menuju insersionya
Musculus temporalis diraba bilateral mulai dari ototnya pada regio temporal hingga tendon
pada proc. coronoideus. Saat meraba, pasien diminta sedikit membuka mulut
Musculus masseter dapat diraba di bawah arcus zygomaticus hingga angulus
mandibulae
Tanyakan pada pasien apakah ada nyeri saat operator melakukan perabaan pada otot
mastikasi
Auskultasi
Letakkan stetoskop pada anterior meatus, kemudian minta pasien untuk melakukan gerakan
membuka menutup mulut serta gerakan protrusif mandibula
Dengarkan apakah terdapat suara “klik” atau krepitasi pada saat gerakan tersebut
Referensi:
Ombregt, L., 2013, A System of Orthopaedic Medicine, Third Edition, Elsevier, pp. 202-207
Pawar, R., Gulve, N., Nehete, A., Dhape, S., Deore, D., Chinglembi, N.,2016, Examination of the
Temporomandibular Joint – A Review, Journal of Applied Dental and Medical Sciences vol. 2
(1), pp. 145-152
Pemeriksaan Ekstraoral – Limfonodi
Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe memegang peran penting dalam sistem kekebalan tubuh. Limfe mirip dengan plasma
tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil dan di dalam limfe tidak terdapat sel lain.
Fungsi
Limfonodi berbentuk kecil lonjong dan terdapat di sepanjang pembuluh limfe. Kerjanya sebagai
penyaring dan dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok kelenjar limfe
utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipat paha.
Hampir semua bentuk radang atau keganasan di area kepala dan leher akan terlihat dan
bermanifestasi ke kelenjar limfe leher. Pasien dengan penyakit pada leher dan wajah mempunyai
banyak gejala yang bervariasi. Pasien akan menderita nyeri kepala, kelemahan otot, disestesia,
pembengkakan atau tumor, deformitas dan perubahan pada kulit merupakan keluhan-keluhan yang
paling sering dijumpai.
Pada keadaan sehat kelenjar getah bening tidak teraba, kecuali kelenjar getah bening inguinal.
Kelenjar getah bening yang normal konsistensinya lunak, mudah digerakkan dari kulit di atas
maupun dari dasarnya, suhu normal, permukaannya licin dan tidak nyeri tekan. Bila teraba maka
deskripsikan ukurannya, konsistensinya, permukaannya, keadaan kulit diatasnya (melekat erat
atau tidak), dasarnya (tempat perlekatannya apakah kelenjar getah bening di atasnya mudah
digerakkan atau tidak), suhu, nyeri tekan atau tidak.
Pembesaran kelenjar getah bening abnormal dapat terjadi sebagai akibat penjalaran dari infeksi
regional yang akan menyebabkan konsistensi kelenjar getah bening yang terkena akan teraba
kenyal atau lunak dengan ukuran tidak terlalu besar, nyeri terhadap tekanan, dan bisa
digerakkan. Penyebab pembesaran kelenjar getah bening lainnya adalah akibat metastasis dari
neoplasma ganas yang menyebabkan kelenjar getah bening tersebut konsisteninya keras seperti
batu tetapi tidak nyeri dan terfixir. Abnormal jika teraba dengan diameter 1-4,5 cm. Bila kelenjar
limfe teraba kenyal dan ukurannya termasuk besar dijumpai pada penyakit hodgkin atau
limfoma.
Pemeriksaan fisik kelenjar limfe pada area kepala leher meliputi pemeriksaan di kelenjar
submandibula yang terletak pada dekat sudut mandibula, kelenjar submental yang terletak pada
bawah dagu yaitu di area mentalis, dan kelenjar servikal pada kedua sisi leher bagian atas.
Intensitas sakit pada saat dilakukan palpasi bergantung pada fase akut dan kronis. Pada kondisi
akut biasanya akan terasa sakit, sedangkan pada kondisi kronis akan tidak terasa sakit pada saat
palpasi.
Istilah :
Limfadenopati merujuk pada kelenjar getah bening yang abnormal pada ukuran, jumlah atau
konsistensi dan sering digunakan sebagai sinonim dari pembengkakan atau pembesaran kelenjar
getah bening.
Palpasi kelenjar parotis dan submandibula, apakah ada pembesaran? Apakah ada nyeri tekan?
Kelenjar saliva adalah kelenjar yg ditemukan di sekitar mulut dan kerongkongan yang menghasilkan
cairan mulut, yang terdiri dari kelenjar saliva mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari
kelenjar parotis yang sekresinya bersifat serous, kelenjar sublingua bersifat mucinous, dan kelenjar
submandibular yg merupakan gabungan keduanya.
Manifestasi infeksi akut yang biasa terjadi pada kelenjar ludah biasanya berupa parotitis akut.
Beberapa kelompok virus dan bakteri merupakan penyebab umum terjadinya ketidaknormalan
produksi kelenjar ludah. Sebagian besar infeksi bakteri kemungkinan berasal dari kavitas oral dan
berhubungan dengan penurunan aliran ludah. Selain itu beberapa pasien dengan kondisi lemah dan
imunosupresan memiliki resiko untuk terkena sialedenitis akut.
Acute suppurative Sialedenitis merupakan suatu kondisi akut dan nyeri difus pada keadaan
awal penyakit glandula parotis. Kelenjar mengalami pembesaran, terasa sakit, dan terdapat
eksudat purulen yang terlihat pada orifice bukal duktus Stensen.
Suppurative parotitis. Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir, biasanya pada
bayi yang lahir prematur (35-40%) dengan dehidrasi sebagai faktor predisposisi. Onset
biasanya terjadi sekitar 7-14 hari dan terdapat eritema pada kulit di sekitar kelenjar parotis.
Penyebab umum infeksi antara lain Staphylococcus, Pseudomonas,
Streptococcus, Pneumococcus, and Escherichia.
Sialodochitis merupakan inflamasi yang terjadi baik pada duktus Warthon maupun Stensen.
Biasanya terjadi dilatasi pada obstruksi distal. Pembesaran duktus dapat berbentuk fusiform
atau berantai menghasilkan area ductal stenosis.
Sialolithiasis (batu kelenjar ludah) sebagian besar terjadi pada kelenjar submandibula (80-
90%), kelenjar parotis (10-20%), dan sekitar 1-7% terjadi di kelenjar ludah sublingual dan
bisa menyebabkan sialodenitis.
Chronic Reccurent Sialodenitis, merupakan pembengakakan difus maupun terlokalisasi
pada kelenjar ludah, dan terasa sakit. Penyakit ini biasanya diasosiasikan dengan obstruksi
tidak sempurna pada sistem duktus, walaupun biasanya terjadi variasi.
Sialodochitis Fibrinosa (Kussmaul’s Disease), merupakan pembengkakan rekuren, akut, dan
bias terasa nyeri maupun tidak nyeri pada kelenjar parotis atau submandibula. Penampakan
klinis berupa penyumbatan pada pintu masuk duktus Stensen atau duktus Warthon.
Pemeriksaan OHI
Plaque Index