Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. R Dengan Diangnosa Medis Faktur Femur Di Sistem Muskuloskeletal
RS”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan IV Program Studi Sarjana Keperawatan.
4. Ibu Rimba Aprianti, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Hazelel Poni, S.Kep Selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan pendahuluan
dan Asuhan Keperawatan ini
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 27 Oktober 2021
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit Fistula Ani.............................................................................4
2.1.1 Definisi Fistula Ani.................................................................................4
2.1.2 Anatomi FIsiologi....................................................................................4
2.1.3 Etiologi....................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................7
2.1.5 Fatosiologi (WOC) .................................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis .................................................................................11
2.1.7 Komplikasi ...........................................................................................11
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................12
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .........................................................................13
2.2 Fistulotomi/Fistulektomi .................................................................................14
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ...................................................................16
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................17
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................17
2.2.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................18
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................22
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................23
3.1 Pengkajian ...................................................................................................23
3.2 Diagnosa ......................................................................................................27
3.3 Intervensi .....................................................................................................28
3.4 Implementasi ...............................................................................................30
3.5 Evaluasi .......................................................................................................33
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................35
4.1 Kesimpulan .................................................................................................36
4.2 Saran ............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman menyebabkan perubahan pada pola hidup masyarakat
seperti kebiasaan konsumsi fast food, paparan zat kimia dan kurangnya aktivitas
fisik yang menyebabkan penyakit, salah satunya kanker. Kanker adalah istilah
umum untuk satu kelompok besar penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel
abnormal di luar batas normal yang kemudian dapat menyerang bagian tubuh
yang berdampingan atau menyebar ke organ lain (WHO, 2017) dalam (Gentry,
2017). Karakteristik dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat menjadi
tantangan dalam pengendalian kanker dan berdampak pada peningkatan
prevalensi kanker yang tidak terkendali. Salah satu jenis kanker dengan faktor
risiko terkait perilaku yang tidak sehat adalah kanker kolorektal (Dirseciu, 2017).
Kanker kolorektal adalah kanker yang terdapat pada kolon dan rektum.
Kanker ini disebut kanker kolon atau kanker rektum bergantung dari mana kanker
tersebut berawal. Kanker kolon dan kanker rektum sering digabungkan bersama
karena memiliki banyak kesamaan (American Cancer Society, 2015) dalam
(Harahap, 2019). Kanker rektum merupakan salah satu dari keganasan pada
rektum yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel dimana lama kelamaan
timbul nekrose dan ulkus (Nugroho, 2011). Rektum merupakan bagian 15 cm
terakhir dari usus besar dan terletak di dalam rongga panggul di tengah tulang
pinggul. Rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang
disebut dengan traktus gastrointestinal (Oliver, 2013) .
Kanker rektum adalah kanker ketiga yang banyak terjadi didunia dengan
presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah seluruh penderita kanker
diseluruh dunia, dan kanker kedua dengan jumlah kematian 9.2% atau 880.792 di
tahun 2018 . Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi 1.021.005 kasus di Asia dengan
43.324 kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker rektum adalah kanker
yang sering terjadi baik pada pria dan wanita, prevalensi tahun 2013 sampai 2018
terjadi 32.069 kasus dengan 14.112 kasus baru di tahun 2018, di Kalimantan
Tengah sendiri ada 734 pasien mengalami kanker dengan rawat jalan dan 218
orang dengan rawat inap (The Global Cancer Observatory, 2019).
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi Fistula Ani
Fistula ani merupakan suatu kondisi terdapatnya saluran atau terowongan
antara regio anorektal dengan kulit di sekitar anus. Orificium internal sering kali
berada di kanalis anal dan orificium eksternal berada di kulit perianal. Fistula ani
terjadi akibat adanya abses anorektal yang telah keluar. Abses anorektal
merupakan suatu kondisi akut, sedangkan fistula memperlihatkan fase kronis
(Oliveira PG, Sousa JB, Almeida RM 2015).
Fistula ani adalah terbentuknya saluran di antara ujung usus besar dan kulit di
sekitar anus atau dubur. Kondisi ini disebabkan oleh adanya infeksi yang
berkembang menjadi benjolan berisi nanah (abses) di area kulit sekitar anus
Hokkanen, et al. (2019).
Penyakit fistula ani (anal fistula) adalah terbentuknya saluran kecil di
antara ujung usus besar dan kulit di sekitar anus. Fistula sendiri yaitu saluran
penghubung antara dua bagian tubuh atau pembuluh darah Ratto, et al. (2019).
Dari beberpa pendapat ahli diatas saya menyimpukan bahwa Fistula Ani
adalah adalah terbentuknya saluran kecil di antara ujung usus besar dan kulit di
sekitar anus yang disebabkan infeksi yang berkembang menjadi benjolan berisi
nanah di area kulit sekitar anus.
Proses defekasi diawali oleh terjadi refleks defekasi akibat ujung – ujung
serabut saraf rektum terangsang ketika dinding rektum teregang oleh massa feses.
Sensasi rektum ini berperan penting pada mekanisme kontinen dan juga sensasi
pengisian rektum merupakan bagian integral penting pada defekasi normal. Hal
ini dapat digambarkan sebagai berikut : pada saat volume kolon sigmoid menjadi
besar, serabut saraf akan memicu kontraksi dengan mengosongkan isinya ke
dalam rektum. Studi statistika tentang fisiologi rektum ini mendeskripsikan tiga
tipe dari kontraksi rektum yaitu :
2.1.3 Etiologi
Etiologi fistula ani belum diketahui secara jelas, tetapi biasanya diawali
oleh infeksi anorektal. Beberapa mikroba yang menjadi etiologi abses anorektal
adalah Bacteroides fragilis, Peptostreptococcus, Prevotella, Fusobacterium,
Porphyromonas, Clostridium, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Abses
perianal dapat menyebabkan adanya ruang kosong yang menetap, membentuk
kista atau fistula antara kanalis analis dengan kulit perianal. Kebanyakan fistula
berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum. Kadang-kadang fistula
merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal. Tetapi lebih
sering penyebabnya tidak dapat diketahui.
7
2.1.4 Klasifikasi
Selain fistula simple, Parks membagi fistula ani menjadi 4 type:
1. Intersphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna dan
bermuara berdekatan dengan lubang anus.
2. Transphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna,
kemudian melewati muskulus sfingter eksterna dan bermuara sepanjang satu atau
dua inchi di luar lubang anus, membentuk huruf ‘U’ dalam tubuh, dengan lubang
eksternal berada di kedua belah lubang anus (fistula horseshoe)
3. Suprasphinteric fistula
8
Berawal dari ruangan diantara m. sfingter eksterna, dan interna dan membelah
ke atas muskulus pubrektalis lalu turun di antara puborektal dan m.levator ani lalu
muncul satu atau dua inchi di luar anus.
4. Ekstrasphinteric fistula
Berawal dari rektum atau colon sigmoid dan memanjang ke bawah, melewati
muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus. Fistula ini biasa disebabkan
oleh abses appendiceal, abses diverticular, atau Crohn’s Disease.
2.1.5 Patofisiologi
Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar
anal (krypto-glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan sampai kebawah
kulit disekitar dubur , kulit menjadi merah , sakit dan ada benjolan , penderita
biasanya merasa meriang. Dengan bertambahnya kumpulan nanah maka rasa sakit
sakit juga akan bertambah, keadaan ini oleh awam sering disebut bisul.Pada
tahap ini pemberian antibiotik saja tidak akan dapat menyembuhkan abses , tetapi
nanah harus juga hilang. Jika abses ini pecah maka gejala diatas akan hilang.
Abses dapat pecah sendiri (spontan) atau harus dibuka (incisi) dalam
narkose.Pembukaan dalam narkose umumnya dapat dilakukan dalam rangka rawat
jalan tetapi penderita harus puasa makan dan minum selama 6 jam sebelum
dilakukan tindakan.
Setelah nanah keluar dan luka mengering , ada dua kemungkinan yaitu
sembuh sama seka.li atau sembuh dengan meninggalkan lubang kecil yang terus
menerus mengeluarkan cairan nanah terkadang bercampur darah. Meskipun
tidak sakit tetapi akan mengganggu kehidupan sehari-hari. Kondisi ini disebut
anal fistula.
Infeksi dari kelenjar Peradangan Inflamasi usus
2.1.5.2 WOC anus (cyptoglandular) berkepanjangan
FISTULA ANI
B1 B2 B3 B4 B5 B6
MK: tidak ada Terbentuk lubang saluran kecil Nyeri reaksi Spinger Ani Spingter ani
masalah baru di antara infeksi mengalami mengalami
keperawatan ujung usus kerusakan kerusakan
besar dan
Keterbatasan MK :
Terbentuk aktivitas
Peradangan Inkontinesia Terbentuk
Rembesan rembesan
pada anus Fekal
berupa darah berupa darah
atau feses Ketidakmampuan atau feses
mengakses toilet
Reaksi
infeksi
MK :Risiko Keluar melalui
MK : Risiko lubang dan tak
Pendarahan terkontrol
Gangguan
MK : Nyeri akut Eliminasi Urin
MK : Gangguan MK : Risiko
Integritas Kulit Infeksi
10
FISTULA ANI
TINDAKAN OPERATIF
2.1.7 Komplikasi
Fistula ani merupakan penyakit yang dapat kambuh kembali setelah perawatan.
Tanpa perawatan dan pengobatan yang tepat, gejalanya akan semakin memburuk.
Komplikasi juga bisa terjadi apabila anal fistula tidak diobati dengan tepat. Salah satu
komplikasi yang mungkin terjadi akibat fistula ani adalah ketidakmampuan untuk
mengontrol pergerakan usus. Kondisi ini dapat mengganggu atau memengaruhi
kebiasaan buang air.
Komplikasi pada anal fistula dapat terjadi langsung setelah operasi atau tertunda.
a. Komplikasi terjadi secara langsung
- Perdarahan
- Impaksi fekal
Impaksi fekal adalah masa atau kumpulan feses yang mengeras di dalam rektum.
Impaksi terjadi akibat retensi dan akumulasi materi feses dalam waktu lama
- Hemorrhoid
Pelebaran pembuluh darah vena di bagian bawah dari saluran cerna, yaitu rektum
dan anus (dubur).
b. Komplikasi terjadi secara tunda
- Inkontinensia
Munculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot sfingter yang terpotong,
khususnya pada pasien dengan fistula kompleks seperti letaktinggi dan letak posterior.
Drainase dari pemanjangan secara tidak sengaja dapat merusak saraf - saraf kecil dan
menimbulkan jaringan parut lebih banyak. Apabila pinggiran fistulotomi tidak tepat,
12
maka anus dapat tidakrapat menutup, yang mengakibatkan bocornya gas dan feces.
Risiko ini juga meningkat seiring menua dan pada wanita.
- Rekurens
Terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukaan primer atau
mengidentifikasi pemanjangan fistula ke atas atau ke samping. Epitelisasi dari bukaan
interna dan eksterna lebih dipertimbangkan sebagai penyebab persistennya fistula.
Risiko ini juga meningkat seiring penuaan dan pada wanita.
- Stenosis analis
Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis pada kanalis anal.
- Penyembuhan luka yang lambat
Penyembuhan luka membutuhkan waktu ± 12 minggu, kecuali ada penyakit lain
yang menyertai (seperti penyakit Crohn)
Evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien tertentu seperti pada
pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang
yang mengenai sphincter ani.
2.2 Fistulotomi/Fistulektomi
2.2.1 Definisi
Definisi Fistulotomy merupakan tindakan bedah untuk mengobati anal fistula
dengan cara membuka saluran yang menghubungkan anal canal dan kulit kemudian
mengalirkan pus keluar.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed consent
- Asisten II, asisten I pada saat operasi
- Follow up pasca operasi
Tahapan Bedah Lanjut (semester IV-VII ) dan Chief Residen ( Semester VIII-IX )
- Persiapan Pra operasi
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed Consent
- Melakukan Operasi ( Bimbingan dan Mandiri )
Penanganan komplikasi
Follow up dan rehabilitasi
2.2.8 Teknik Operasi
Posisi pasien litotomi atau knee chest :
1. Dilakukan anestesi regional atau general
2. Sebelum melakukan operasi sangat penting untuk meraba adanya jaringan
fibrotik saluran fistel di daerah perianal maupun dekat linea dentate, sehingga
dapat ditentukan asal dari fistel
3. Dengan tuntunan rektoskopi dicari internal opening dengan cara memasukkan
methilen blue yang dapat dicampuri perhidrol
4. Bila internal opening belum terlihat dilakukan sondage secara perlahan dengan
penggunaan sonde tumpul yang tidak kaku kedalam fistula dan ujung sonde
diraba dengan jari tangan operator yang ditempatkan dalam rektum.
5. Bila internal opening telah ditemukan, dengan tuntunan sonde, dapat dilakukan
fistulatomi yaitu dengan cara insisi fistula searah panjang fistula dan dinding
fistula dilakukan curettage untuk pemeriksaan patologi. Hati-hati jangan sampai
memotong sfingter eksterna.
6. Luka operasi ditutup dengan tampon.
2.2.9 Komplikasi Operasi
16
2.3.1.2 Identitas
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data
mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
Kaji secara umum perjalanan penyakitnya sampai dengan muncul keluhan seperti
nyeri dapat dikaji dengan PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan
klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri atau gatal dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana
yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak
kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat
sebelumnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
NIM : 2018.C.10a.0988
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 31
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Beliang
Tgl MRS : 3 November 2021
Diagnosa Medis : Fistula Ani
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
23
Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 3 November 2021 pukul 07.30 WIB
dengan keluhan nyeri pada area anus saat beraktivitas yang dirasakan kurang lebih 1
minggu yang lalu dengan diagnosa medis Fistula Ani dan disarankan rawat inap. Dan
akan dilakukan tindakan operasi. Klien operasi pada tanggal 4 November 2021 pukul
08.00 WIB di ruangan OK, kemudian klien puasa 8 jam sebelum operasi dilakukan.
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit, dan tidak
ada riwayat operasi, klien tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan.
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Klien
... : Tinggal Serumah
: Hubungan Keluarg
TTV klien, suhu tubuh klien/ S = 36,8°C tempat pemeriksaan axilla, nadi/HR
= 92 x/menit dan pernapasan/ RR = 22 x/menit, tekanan darah/BP = 120/80 mmhg.
Serah terima Tn. A umur 31 Tahun operasi dari ruangan Dahlia ke OK/IBS
pukul 08.00 WIB tanggal 4 November 2021, dengan diagnosa medis Fistula ani
dengan tindakan Fistulotomi, TTV klien, suhu tubuh klien/ S = 36,6°C tempat
pemeriksaan axilla, nadi/HR = 92 x/menit dan pernapasan/ RR = 22 x/menit, tekanan
darah/BP 120/80 mmhg. Klien mengatakan takut/cemas dengan keadaanya, skala
cemas 2, klien tampak cemas, klien tampak gelisah, klien tampak tegang. Persiapan
operasi klien puasa 8 jam sebelum operasi, di berikan injeksi sedacum 5 mg.
Tempat operasi di OK, mulai anestesi pukul 08.30 WIB jenis anastesi spinal
klien diberikan injeksi bupivacaine , regivell 5 mg, ondansetron 2 mg. klien
terpasang dan infus NaCl 0,9% 20 tpm, Disiapkan satu kantung darah di BDRS,
klien tidak ada asma, Posisi klien saat dioperasi adalah litotomi, tindakan operasi
pembedahan Fistulotomi, klien tampak dilakukan pembedahan di fistula searah
panjang fistula dan dinding fistula, perdarahan sebanyak 30 cc, mulai operasi pukul
08.30 WIB dan selesai pukul 09.30 WIB, terpasang kateter. Tingkat kesadaran GCS
: E2 V3 M2 (Somnolen), jalan napas paten tidak ada obstruksi jalan napas. TTV
klien, suhu tubuh klien/ S = 36,5 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/HR = 90
x/menit dan pernapasan/ RR = 22 x/menit, tekanan darah/BP 140/100 mmhg. Klien
dipindahkan ke ruangan recovery room (RR) pukul 09.30 WIB
ondansetron 2 mg dan klien tampak terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm, terpasang
kateter.
- Airway
- Breathing
Gerakan dinding dada simetris, irama nafas teratur, pola nafas teratur, suara
nafas vesikuler, Saturasi O2 98 %, RR : 22x/menit.
- Circulation
Td : 120/80 mmHg, N : 90x/menit, nadi teraba, irama regular, sianosis (-), CRT
< 2 detik, terpasang infus RL 20 tpm
- Dissability
- GCS : E2 V3 M2 (Somnolen)
- Exposure
- Suhu : 36,60C
- Serah terima pasien post operasi dari RR (IBS) ke ruangan perawatan Dahlia
pukul 10.30 WIB
Aldrete Score : 7
Sectriacson
Profilas
28
PRIORITAS MASALAH
- TTV :
TD : 140/100mmHg N :
90x/menit RR :
22x/menit S : 36,60C
- Klien dipindahkan
ke ruangan
Recovery Room
(RR) pukul
- 09.30 WIB
Post Operatif Luka pembedahan Nyeri Akut
DS : Klien mengatakan ↓
merasakan Nyeri di area Respons Serabut Lokal
anusnya yang muncul saat
bergerak dan rasanya seperti
di tusuk – tusuk di area anus
dengan durasi ±3 menit.
tampak meringis menahan
nyeri. l.
DO :
- Klien tampak meringis
menahan nyeri
- Skala nyeri 6
- Terpasang Kateter
- Klien tampak gelisah
- Tampak luka post
operasi pada area
rectum.
- Jalan nafas paten tidak
ada obstruksi jalan
nafas
- Gerakan dinding dada
simetris, irama nafas
teratur, pola nafas
teratur, suara nafas
vesikuler, Saturasi O2
98 %, RR :
22x/menit.
- Td : 120/80 mmHg, N :
90x/menit, nadi teraba,
irama regular, sianosis
(-), CRT < 2 detik,
terpasang infus RL 20
tpm
- Dissability
GCS : E2 V3 M2
(Somnolen)
- Suhu : 36,50C
- Serah terima pasien post
operasi dari RR (IBS) ke
ruangan perawatan
sakura pukul 05.00 WIB
- Aldrete Score : 7
32
PRIORITAS MASALAH
Pre Operatif
Intra Operatif
Post Operatif
N : 88 x/menit
- Suhu tubuh membaik
- S : 36,6 0C
- Klien dipindahkan ke ruangan
Recovery Room (RR) pukul 04.00
WIB
A : Masalah Risiko Perdarahan teratasi
P : Hentikan intervensi
33
- Exposure
Suhu :
36,60C
- Aldrete Score : 7
A : Masalah Nyeri Akut teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi No. 1, 2, 3, 4,
5
35
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker kolorektal adalah kanker yang terdapat pada kolon dan rektum. Kanker ini
disebut kanker kolon atau kanker rektum bergantung dari mana kanker tersebut berawal.
Kanker kolon dan kanker rektum sering digabungkan bersama karena memiliki banyak
kesamaan (American Cancer Society, 2015) dalam (Harahap, 2019). Kanker rektum
merupakan salah satu dari keganasan pada rektum yang terjadi akibat timbulnya di
mukosa/epitel dimana lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus (Nugroho, 2011). Rektum
merupakan bagian 15 cm terakhir dari usus besar dan terletak di dalam rongga panggul di
tengah tulang pinggul. Rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang
disebut dengan traktus gastrointestinal (Oliver, 2013) .
Asuhan Keperawatan hasil pengkajian pada Tn. T berdasarkan laporan kasus diatas
maka penulis menyimpulkan beberapa hal : Diagnosa yang diangkat sesuai dengan
prioritas masalah pada laporan kasus ini adalah : Nyeri Akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik ditandai dengan luka post operasi, P : Nyeri pada luka post operasi di
abdomen kiri, Q: nyeri terasa nyut nyutan, R: nyeri dirasakan di daerah abdomen kiri, S:
skala nyeri 4 (sedang), T: nyeri dirasakan ± 2 menit, pasien tampak protektif , pasien
tampak meringis, pasien tampak berhati hati saat bergerak, pemeriksaan TTD : TD: 155/95
mmHg, N:85 x/menit, R:20 x/menit. S:37oC, Risiko Infeksi berhubungan dengan efek
prosedur infansiv ditandai dengan luka abdomen kiri post operasi, pasien mengatakan nyeri
pada bagian luka post op, area luka teraba hangat, area luka tampak kemerahan, area luka
sedikit membengkak, tapi masih dalam keadaan normal, pasien tampak meringis, nilai
leukosit 10.500, pemeriksaan TTD : TD: 155/95 mmHg, N:85 x/menit, R:20 x/menit.
S:37oC dan Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
lemah post operasi, pasien mengatakan masih merasa lemas, pasien mengarakan nyeri saat
bergerak Pasien membutuhkan bantuan untuk bergerak, tonus otot menurun, pasien tampak
lemas, pasien diet air dan gula, pasien tidak dapat mengakses toilet, perpasang infus di
tangan kiri, terpasang kantong kolostomi.
Intervensi yang muncul pada laporan kasus Tn. T adalah : Indentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri,
35
36
indentifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri, identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri, identifikasi
pengaruh budaya terhadap respon nyeri, identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup,
monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan, monitor efek samping
pengguanaan analgetik, berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri,
kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan), fasilitasi istirahat dan tidur, pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri., jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri,
anjurkan monitor rasa nyeri, anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri kolaborasi, kolaborasi pemberian analgetik,
monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, batasi jumlah pengunjung, berikan
perawatan kulit pada area edema, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien, pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi, jelaskan
tanda dan gejala tinggi infeksi, ajarkan cara mencuci tangan dengan benar, ajarkan etika
batuk, ajarkan cara memeriksa luka atau luka operasi, kolaborasi pemberian imunisasi,
identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia, monitor tingkat kemandirian,
identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan, sediakan
lingkungan yang terapeutik, siapkan keperluan pribadi, dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri, fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan,
fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri, jadwalkan
rutinitas perawatan diri, anjurkan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan.
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dalam
proses keperawatan, dimana rencana perawatan dilaksanakan, pada tahap ini perawat siap
menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
keperawatan, agar implementasi perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
perlu mengidentifikasi prioritas perawatan klien kemudian bila telah dilaksanakan,
memantau dan mencatat respon klien terhadap setiap intervensi dan
mendokumentasikannya.
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks
ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien
dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil,
dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Dari hasil evaluasi data pada Rabu, 27
37
Oktober 2021 yang didapat dengan 3 (tiga) masalah yang diangkat teratasi sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil dengan diagnosa keperawatan yaitu, Nyeri akut, Risiko infeksi,
dan Defisit Perawatan Diri.
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan Tumor Rektum hendaknya dengan hati-hati, cermat dan teliti
serta selalu menjaga sopan santun, maka akan mempercepat proses penyembuhan. Perawat
perlu mengetahui data dari pasien, perawat harus mampu mengetahui kondisi klien secara
keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional
pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk
mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan
diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang penyakit,
penyebab, pencegahan, dan penanganan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Anal Fistula.
Cleveland Clinic (2019). Anal Fistula.
Onkelen RV. Anal Fistulas. New perspectives on treatment and pathogenesis. 2015.
Available from: https://www.werkgroepcoloproctologie.nl/wp-
content/uploads/2018/03/Anal-fistulas-New-perspectives-on-treatment-and-
pathogenesis-1.pdf
2. Tanya jawab
Metodetanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan lalu memberikan jawaban ataupun sebaliknya.
1.1.5 Media
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan tentang Malaria
pada Tn.A adalah :
1. Leaflet
Leaflet merupakan bentuk publikasi singkat dalam bentuk selebaran yang berisi
informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
42
3
Mempraktikan
5 menit
4 Evaluasi :
disampaikan. 6 menit
5 Terminasi : 1. Mendengarkan
2. Menjawab salam
1. Mengucapkan terimakasih atas 2 menit
perhatian peserta
2. Mengucapkan salam penutup
4. Membagikan konsumsi
4) Simulator : Thomas Erik Helvin
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang
didemonstrasikan.
5) Dokumentator : Thomas Erik Helvin
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen pada
saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
6) Notulen : Thomas Erik Helvin
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar,
diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis oleh seorang
Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting. Dan mencatat segala
pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan.
Keterangan:
: Peserta
45
46
47
Pada hari Kamis tanggal 04 (Empat) bulan November tahun 2021, telah
dilaksanakan bimbingan online/virtual melalui Zoom Meeting pada mahasiswa Prodi
Sarjana Keperawatan Tingkat III-B TA. 2020-2021. Praktik Praklinik Keperawatan IV
mulai pukul 09 : 00 WIB sampai dengan pukul 17 : 30 WIB.
Demikian berita acara bimbingan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Mengetahui,
KUP PS Sarjana Keperawatan
Dokumentasi Kehadiran
Pada hari Jumat tanggal 05 (Lima) bulan November tahun 2021, telah dilaksanakan
bimbingan online/virtual melalui Zoom Meeting pada mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan
Tingkat III-B TA. 2020-2021. Praktik Praklinik Keperawatan IV mulai pukul 09:00 WIB
sampai dengan pukul 17:00 WIB.
Demikian berita acara bimbingan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui,
KUP PS Sarjana Keperawatan
Dokumentasi Kehadiran
Pada hari Sabtu tanggal 06 (Enam) bulan Novemberer tahun 2021, telah
dilaksanakan bimbingan online/virtual melalui Zoom Meeting pada mahasiswa Prodi Sarjana
Keperawatan Tingkat III-B TA.2020-2021. Praktik Praklinik Keperawatan IV mulai pukul
14:00 WIB sampai dengan pukul 17:00 WIB.
Demikian berita acara bimbingan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui,
KUP PS Sarjana Keperawatan
Dokumentasi Kehadiran