KELOMPOK 8
A. PENGERTIAN GGK
Gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang terjadi akibat kerusakan
ginjal sehingga ginjal tidak mampu lagi mengeluarkan racun dan produk sisa dari
darah, yang ditandai dengan adanya protein dalam urine dan penurunan laju
filtrasi glomerulus selama lebih dari 3 bulan (Black&Hawks, 2009). Selain
sebagai organ eliminasi racun dan sisa produk ginjal juga memiliki peranan
menjaga keseimbangan cairan tubuh,pembentukan sel darah merah, mengatur
tekanan darah, mengatur asam basa (pH darah) dan mengatur dalam
pembentukan vitamin D aktif. Akan tetapi ketidakmampuan ginjal dalam
menjalankan fungsinya dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan
cairan yang dapat mengakibatkan terjadinya bengkak seluruh tubuh, pernapasan
menjadi sesak, penumpukan racun dan produk sisa darah dalam tubuh serta tidak
terkendalinya tekanan darah pasien dengan gagal ginjal kronis, kondisi tersebut
mampu mempengaruhi fungsi organ lain seperti jantung, hati, pencernaan bahkan
hingga ke otak yang dapat berdampak pada peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortilitas) (Echder T&Schriner,2012) Pada
tahun 2016 data Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) mencatat
penyakit ginjal kronis sebagai salah satu penyakit dengan pembiayaan terbesar
kedua setelah penyakit jantung (Kemenkes RI, 2017).
Indonesia merupakan Negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang
cukup tinggi. Hasil survey data Indonesia Renal Registry (IRR) tahun 2016
sebanyak 90% pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium 5 atau Chronic
Kidney Disease Stage V, sedangkan data pasien yang menjalani homodialisa di
tahun 2016 sebanyak 25.446 pasien baru dan 52.835 pasien aktif. Jumlah pasien
bar uterus meningkat dari tahun ke tahun tercatat pada tahun 2017 sebanyak
30.831 pasien baru dan 77.892 pasien aktif yang menjalani hemodialisis dengan
jenis kelamin sebagian besar laki – laki (56%) (Report Indonesia Renal Registry
(IRR), 2017). Hemodialisis sebagai salah satu terapi pengganti ginjal yang
dilakukan hampir sebagian besar pasien gagal ginjal kronis. Akan tetapi tindakan
ini tidak sepenuhnya mampu mengganti fungsi ginjal. Ketika pasien sudah mulai
menjalani hemodialisis maka saat itulah sebagian besar aspek kehidupan pasien
telah berubah. Pasien harus menjalani hemodialisis secara rutin 2– 3 kali
seminggu, konsumsi obat –obatan yang harus konsisten setiap hari (Kim, Y.,
Evangelista I.S.,Phillips, L.R., Pavlish C.,& Kopple,J.D, 2010). Perubahan aspek
kehidupan tidak hanya dirasakan oleh pasien namun juga oleh keluarga, karena
keluarga dan orang lain akan memandang klien sebagai individu yang memiliki
keterbatasan, hal ini disebabkan proses hemodialisis membutuhkan waktu
tersendiri sehingga mengakibatkan kegiatan aktivitas social pasien berkurang,
keterbatasan waktu yang dialami pasien hemodialisis juga mengakibatkan
timbulnya rasa bersalah, frustasi bahkan bisa terjadi konflik (Smeltzer & Bare,
2009). Keterbatasan yang dimiliki pasien hemodialisis akan rentang menimbulkan
stres pada pasien hemodialisis. Stres yang dialami akibat ketidak kesenjangan
terjadi mala akan semakin tinggi pula strees yang dialami individu (Yosep, 2014).
B. PENGERTIAN HEMODIALISA
Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan
alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan serta
elektrolit tubuh. Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dilakukan pada
pasien gagal ginjal kronik sebagai pengobatan pengganti ginjal. Gagal ginjal
kronik merupakan salah satu gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal kronik adalah
penurunan fungsi ginjal secara progresif dan ireversibel. Gagal ginjal kronik
biasanya timbul beberapa tahun setelah penyakit atau kerusakan ginjal terjadi,
tetapi pada situasi tertentu dapat muncul secara mendadak. Dialisis atau
transplantasi ginjal diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien gagal ginjal
kronis. Dialisis dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan ginjal untuk
membantu mendapatkan kembali fungsi ginjal yang seharusnya. Hemodialisis
memungkinkan sebagian penderita hidup mendekati keadaan yang normal.
Hemodialisis digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan
terapi dialisis jangka pendek atau pasien dengan penyakit gagal ginjal stadium
terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen.
Hemodialisis dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi
dengan membran penyaring untuk memindahkan produk-produk limbah yang
terakumulasi dari darah ke dalam mesin dialisis. Pada mesin dialisis, cairan
dialirkan dipompa melalui salah satu sisi membran filter (ginjal buatan)
(Anon.2014).
Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan
kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali (Smeltzer, 2002). Terapi
pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan: (a) membuang produk
metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat, (b) membuang
kelebihan air (c) mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh, (d)
mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh, (e) memperbaiki
status kesehatan penderita.
Menurut peneliti tehnik relaksasi genggam jari dan aromatherapy lemon lebih
efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien yang menjalani hemodialisa
dibandingkan edukasi mengunakan leaflet hal ini dikarenakan terapi genggam jari
dapat menurunkan kecemasan dengan mengembalikan energi – energi yang
terletak pada bagian jari – jari tangan, sedangkan aromatherapy menciptakan
lingkungan dan suasana yang tenang. Sehingga,ketika proses relaksasi yang
didukung suasana yang tenang karena ada aroma wangi dari aromatherapy lemon,
kecemasan pada pasien dapat segera teratasi.
A. METODE PENELITIAN
B. HASIL PENELITIAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada Terdapat pengaruh antara kombinasi
terapi genggam jari dan aromatherapy lemon terhadap tingkat kecemasan pasien
CKD yang menjalani hemodialisa dengan p value < 0.05. Mengingat efektifitas
dari kombinasi terapi genggam jari dan aromaterapy lemon disbanding dengan
edukasi menggunakan leaflet maka disarankan untuk menerapkan pemberian
kombinasi terapi genggam jari dan aromaterapy lemon terhadap pasien yang
menjalankan hemodialisa. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengkombinasikan
atau membandingkan terapi genggam jari atau aromatherapy lemon dengan jenis
terapi atau variable lainnya untuk mengatasi kecemasan pada pasien.
A. METODE PENELITIAN
B. HASIL PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
B. HASIL PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
B. HASIL PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
B. HASIL PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah disain penelitian
kuasi eksperimen. Desain kuasi eksperimen berarti eksperimen yang dilakukan
seolaholah menyerupai keadaan yang sebenarnya. Jenis desain yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu the non-randomized control group pretest-posttest
design yang berarti desain penelitian ini melakukan pembentukan kelompok yang
diambil secara acak serta akan mengadakan pra-uji dan pasca-uji (Sukardi, 2005).
B. HASIL PENELITIAN
Hasil uji hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari terapi kelompok suportif untuk meningkatkan optimism pasien
gagal ginjak kronis yang menjalani hemodialisis pada subjek kelompok
eksperimen dibandingkan subjek kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
intervensi dengan Z = -2,32 dan nilai p = 0,00 (p <0,005).
C. KESIMPULAN DAN SARAN
A. METODE PENELITIAN
B. HASIL PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
B. HASIL PENELITIAN