Anda di halaman 1dari 12

RAGAM BAHASA LISAN PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SERPONG

KOTA TANGERANG SELATAN


(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)
1
Yunisa Rainy Rohani
Program Studi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
e-mail: rainyrohani@gmail.com
2
Tri Pujiati
Program Studi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
e-mail: tpujiati.unpam@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mendeskripsikan bentuk penggunaan ragam bahasa lisan pada penjual
di pasar Serpong kota Tangerang Selatan, 2. Mendeskripsikan bentuk penggunaan ragam bahasa lisan
pada pembeli di pasar Serpong kota Tangerang Selatan, 3. Mendeskripsikan faktor yang menyebabkan
terjadinya ragam bahasa lisan pada penjual dan pembeli di Pasar Serpong kota Tangerang Selatan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Objek Penulis
menggunakan data sebanyak 10 data yang diperoleh dengan menggunakan teknik simak dengan teknik
dasar berupa teknik sadap dalam hal pengumpulan data, serta teknik catat dan rekam sebagai teknik
lanjutan. Acuan teori yang digunakan untuk menganalisis data terkait ragam bahasa lisan dari Chaer
(2010), teori dari Kridalaksana (1985) digunakan sebagai acuan analisis data terkait faktor penyebab
terjadinya ragam bahasa lisan. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa 1. Ragam bahasa lisan yang
digunakan oleh penjual di Pasar Serpong kebanyakan menggunakan bahasa tidak baku dan bersifat
informal, 2. Ragam bahasa lisan yang digunakan oleh pembeli di Pasar Serpong kebanyakan
menggunakan bahasa tidak baku dan bersifat informal, 3. Pada ragam bahasa lisan terdapat faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya ragam bahasa pada penjual dan pembeli di Pasar Serpong berakar dari
konteks dan situasi seperti waktu, usia, situasi berbahasa.

Kata Kunci: ragam bahasa lisan penjual dan pembeli, faktor penyebab ragam bahasa, pengunjung pasar
serpong kota tangerang selatan

PENDAHULUAN sosial akan hidup berkat adanya aktivitas


Manusia merupakan makhluk sosial, bicara pada anggota pemakai bahasa itu
artinya selalu ingin berinteraksi dengan sendiri. Bahasa memiliki banyak ragam.
manusia yang lain. Kegiatan ini Terjadinya keragaman bahasa ini bukan
membutuhkan alat, sarana atau media yang hanya disebabkan oleh para penuturnya
digunakan manusia untuk berinteraksi yang heterogen, tetapi juga karena kegiatan
yaitu dengan bahasa. Penggunaan bahasa interaksi sosial yang mereka lakukan sangat
dapat membantu manusia untuk saling beragam. Keragaman ini akan semakin
bertukar pendapat, saling berbagi bertambah kalau bahasa tersebut
pengalaman, dan melancarkan berbagai digunakan oleh penutur yang sangat
kehidupan. Bahasa merupakan salah satu banyak, serta dalam wilayah yang sangat
alat komunikasi yang sering digunakan luas (Chaer dan Agustina, 2010: 61).
untuk berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa adalah sebuah sistem,
Berbicara bahasa sebagai alat komunikasi, artinya sebuah bahasa itu dibentuk oleh
sudah pasti erat kaitannya dengan sejumlah komponen yang berpola secara
sosiolinguistik yaitu cabang ilmu bahasa tetap dan dapat dikaidahkan. Di dalam
yang mempelajari pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat, sebenarnya
berinteraksi di masyarakat, artinya interaksi manusia dapat juga menggunakan alat
komunikasi lain selain bahasa. Namun, sangat luas. Penggunaan ragam bahasa
tampaknya bahasa merupakan alat harus disesuaikan dengan tempatnya, yaitu
komunikasi paling baik, paling sempurna, antara bahasa resmi dan bahasa tidak
dibandingkan dengan alat komunikasi resmi. Ragam bahasa digunakan dalam
lainnya; termasuk juga alat komunikasi situasi resmi seperti, pidato kenegaraan,
yang digunakan oleh para hewan (Chaer khotbah, surat menyurat resmi, dan buku
dan Agustina, 2010:11). Fishman (dalam pelajaran. Ragam bahasa resmi dipelajari
Wibowo, 2001:5-6) menegaskan bahwa melalui pendidikan formal. Sedangkan
pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan ragam bahasa tidak resmi digunakan dalam
oleh faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor situasi yang tidak formal, seperti di rumah,
nonlinguistik, seperti faktor sosial dan di warung, dalam surat-surat pribadi, di
faktor situasional. Faktor sosial, di jalan. Ragam bahasa tidak resmi dipelajari
antaranya meliputi status sosial, tingkat secara langsung dalam masyarakat umum,
pendidikan, tingkat ekonomi, usia, dan tidak dalam pendidikan formal.
jenis kelamin. Adapun faktor situasional di Di dalam kehidupan sehari-hari,
antaranya mencakup siapa yang berbicara, interaksi itu dapat bermacam-macam
dengan bahasa apa, kepada siapa, bentuknya, misalnya; bekerja, bermain-
bilamana, di mana, dan masalah apa yang main, bersenda gurau dan salah satunya
dibicarakan. Sesuai dengan penegasan ini, adalah tawar menawar. Seperti halnya yang
berarti dominasi faktor sosial dan sering terjadi di pasar, antara penjual dan
situasional dalam pemakaian bahasa akan pembeli sering melakukan interaksi dengan
mempengaruhi munculnya variasi bahasa. cara tawar-menawar barang dagangan.
Ragam bahasa adalah suatu bentuk Pasar merupakan tempat penjual
varian atau ragam menurut topik yang dan pembeli bertemu, barang dan jasa
dibicarakan dan menurut media tersedia untuk dijual dan akan terjadi
pembicaraannya (Kridalaksana dalam pemindahan hak milik (Swasta, 1996:50),
Rokhman, 2013: 15). Misalnya, ragam pertemuan penjual dan pembeli
bahasa yang digunakan orang tua berbeda memungkinkan terjadinya interaksi sosial.
dengan ragam bahasa yang digunakan Dalam interaksi hampir tidak mungkin
anak-anak. Seperti orang tua akan lebih tanpa melibatkan bahasa meskipun dalam
banyak berbicara tentang ajaran hidup dan batas-batas tertentu dimungkinkan manusia
nasihat, sedangkan anak-anak akan berinteraksi tanpa menggunakan bahasa,
berbicara tentang teman-teman akan tetapi kesempurnaan interaksi itu
bermainnya, keinginan membeli mainan hanya dapat dijamin melalui bahasa.
baru, atau kegiatan menyenangkan saat Tawar menawar sebagai bentuk
mereka di sekolah. Begitu juga ragam interaksi di dalamnya tentu melibatkan
bahasa seorang jurnalis akan berbeda bahasa. Dengan demikian tawar menawar
dengan ragam bahasa yang digunakan oleh termasuk salah satu peristiwa tutur (speech
seorang guru. Seorang jurnalis akan lebih event). Sebagai salah satu peristiwa tutur,
banyak membicarakan hal-hal yang wujud pemakaian bahasa dipengaruhi oleh
berhubungan dengan dunia politik, berbagai faktor, seperti situasi dan
kejahatan, isu-isu, dan berita aktual lainnya, peristiwa, peserta tutur, tujuan berbicara,
sedangkan guru, akan lebih banyak norma-norma interaksi dan sebagainya
berbicara tentang masalah pengajaran dan (Suharsono, 2003: 1).
mendidik siswa di sekolah. Jadi, penutur Pada observasi awal ditemukan
harus bisa memilih ragam bahasa yang data berupa dialog antara penjual dan
sesuai dengan keperluannya. pembeli yang menyebabkan proses
Ragam bahasa terjadi akibat terjadinya ragam bahasa lisan. Adapun data
keberagaman penutur dalam wilayah yang yang bisa ditampilkan sebagai berikut:
Data 001 terjadi karena keduanya berasal dari suku
Penjual Terong Sunda. Kosa kata tersebut digunakan
Pembeli : Pak ni sabaraha? dalam kehidupan sehari-hari untuk
Penjual : Sabaraha? berinteraksi dengan orang sekelilingnya.
Pembeli : Seperempat Secara keseluruhan faktor-faktor
Penjual : Sapuluh rebu, yang ini yang mempengaruhi adanya bentuk-bentuk
ma belas (nunjuk yang agak besar) ragam bahasa itu ada hubungannya dengan
Pembeli : Yang ini aja setting dan scene, tujuan dan instrumen.
berapa yak? (nunjuk yang agak Setting dan scene atau tempat dan suasana,
kecil) yaitu Pasar Serpong yang berada di Kota
Penjual : Sapuluh sayang Tangerang Selatan. Pasar ini banyak
dikunjungi oleh banyak orang dari berbagai
lapisan masyarakat. Ragam bahasa yang
Keterangan Penjual Pembeli digunakan biasanya dipengaruhi oleh
Nama Bapak Ibu Siti golongan kelas sosialnya karena pasar
Udin tersebut terdapat orang-orang yang bersifat
heterogen, maka terbentuk ragam bahasa
Usia 31th 25th
yang heterogen. Adapun suasana di pasar
Profesi Penjual Ibu adalah santai sehingga ragam bahasa yang
terong rumah digunakan oleh pembeli dan penjual pun
tangga beragam santai.
Bahasa Bahasa Bahasa Metode penelitian pada dasarnya
sehari-hari Sunda Sunda merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan
Konteks dari data di atas, pembeli kegunaan tertentu. Berdasarkan hal
dan penjual sedang melakukan interaksi tersebut terdapat empat kata kunci yang
jual beli di Pasar Serpong. perlu diperhatikan yaitu; cara ilmiah, data,
Pada percakapan di atas terlihat tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti
seorang penjual menuturkan “Sabaraha?”. kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-
Pada kalimat di atas terdapat unsur subjek ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan
yang tidak jelas, kalimat tersebut dituturkan sistematis. Rasional berarti kegiatan
dengan singkat dan tidak lengkap saat penelitian itu dilakukan dengan cara-cara
penjual hendak melakukan proses yang masuk akal sehingga terjangkau oleh
menawarkan barang dagangan yang sedang penalaran manusia. Empiris berarti cara-
dijajakkannya kepada pembeli. Pada cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh
percakapan di atas pembeli menuturkan indera manusia, sehingga orang lain dapat
“Pak ni sabaraha?”. Kalimat tersebut mengamati dan mengetahui cara-cara yang
dituturkan oleh pembeli pada saat pembeli digunakan. (Bedakan cara yang tidak
hendak menanyakan barang dagangannya. ilmiah, misalnya mencari uang yang hilang,
Dalam proses tersebut terdapat kalimat atau provokator, atau tahanan yang
yang singkat dan tidak jelas yang terdapat melarikan diri melalui paranormal).
pada kata “ni”. Kata “ni” pada tuturan Sistematis berarti proses yang digunakan
tersebut bertujuan untuk menanyakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-
harga terong yang sedang di tunjuk oleh langkah tertentu yang bersifat logis
pembeli. (Sugiyono, 2016:2).
Pada konteks tuturan di atas Menurut Moleong (2005: 6)
penjual dan pembeli menggunakan bahasa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
Sunda saat sedang melakukan interaksi jual bermaksud untuk memahami fenomena
beli. Penggunaan kosa kata bahasa Sunda tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, yang sedang melakukan transaksi jual beli
motivasi, tindakan, dll. secara holistic, dan di Pasar Serpong. Percakapan tersebut
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- dilakukan antara penjual dan pembeli
kata dan bahasa, pada suatu konteks dengan jarak usia yang tidak jauh berbeda.
khusus yang alamiah dan dengan Berdasarkan percakapan di atas seorang
memanfaatkan berbagai metode alamiah. penjual menuturkan “Tajem sekali teh,
Sedangkan menurut (Sugiyono, 2016:10) yang besar aja ni untuk potong ayam,
metode kualitatif adalah metode penelitian daging”. Pada proses menawarkan barang
yang berlandaskan pada filsafat dagangan dari percakapan tersebut terlihat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti bahwa penjual dan pembeli tidak saling
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai mengenal. Hal ini dapat dilihat dari gaya
lawannya dalam eksperimen) di mana pembicaraan yang kaku dan tidak meluas.
peneliti adalah sebagai instrument kunci, Penjual yang memiliki usia lebih tua,
teknik pengumpulan data dilakukan secara menggunakan ragam bahasa sosial berupa
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat bahasa Sunda. Dalam konteks tuturan di
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian atas penggunaan kosa kata bahasa Sunda
kualitatif lebih menekankan makna dari terjadi karena penjual berasal dari suku
pada generalisasi. Sunda asli. Kosa kata tersebut digunakan
Penelitian ini berjudul ragam dalam kehidupan sehari-hari untuk
bahasa lisan penjual dan pembeli di Pasar berinteraksi dengan orang sekelilingnya.
Serpong kota Tangerang Selatan. Bahasa yang digunakan tidak baku dan
Penelitian ini menggunakan metode bersifat informal, bukan formal.
deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang Pada data di atas terjadi proses
menghasilkan data yang berupa kata-kata tawar menawar barang dagangan ketika
tertulis maupun lisan dari seseorang yang penjual menuturkan “Yaudah atuh dua
sedang melakukan intaraksi jual beli di puluh aja teh”. Variasi bahasa dari segi
pasar Serpong. keformalan kalimat di atas termasuk ke
dalam ragam usaha (konsutatif) yang kerap
PEMBAHASAN digunakan oleh penjual untuk menjajakkan
Analisis Ragam Bahasa Lisan Penjual di barang dagangannya. Pada saat proses
Pasar Serpong Kota Tangerang tawar menawar, penjual menyepakati harga
Selatan pisau yang sedang dipilih oleh pembeli.
Data 001 Akan tetapi dalam proses tersebut tidak
Penjual Pisau ada kesepakatan harga dari pembeli
sehingga tidak terjadi transaksi jual-beli,
Pembeli: Ni yang kecil tajem ga? ketika penjual tetap dengan harga yang
Penjual: Tajem sekali teh, yang telah disepakati.
besar aja ni untuk potong Data 002
ayam, daging. Penjual Pakaian
Pembeli: Ga, orang butuhnye yang
kecil Penjual: Ayo kaka dipilih dipilih
Penjual: Ya udah atuh dua puluh Pembeli: Liat-liat dulu
aja teh Penjual: Iya silahkan kaka
Pembeli: Kuranginlah Pembeli: Ini berapa yang kaya
Penjual: Gak bisa teteh udah gini?
harga pas Penjual: Yang itu murah kaka,
cuma tiga puluh
Pada data di atas terdapat sebuah Pembeli: Ambil satu yang ini
percakapan antara penjual dan pembeli Penjual: Boleh kaka
Penjual: Yang ketekko haragonyo
tiga puluh lima ribu
Pada data di atas terdapat sebuah Pembeli: Tidak bisa kurang?
percakapan antara penjual dan pembeli Penjual: Tidak, iko alah di obral
yang sedang melakukan transaksi jual beli Pembeli: Pasnya berapa, kurangin
di Pasar Serpong. Percakapan tersebut dikit
dilakukan antara penjual dan pembeli Penjual: Tidak bisa itu harago pas
dengan jarak usia yang tidak jauh berbeda.
Berdasarkan percakapan di atas seorang Keterangan Penjual Pembeli
penjual menuturkan ”Ayo kaka dipilih- Nama Ibu Bapak
dipilih”. Kalimat tersebut bersifat tidak Asni Rahman
lengkap, akan tetapi dapat dipahami oleh
Usia 30 37 tahun
pembeli. Variasi bahasa dari segi
tahun
keformalan percakapan di atas termasuk ke
Profesi Penjual Pegawai
dalam ragam usaha (konsultatif) yang kerap
tas Swasta
digunakan oleh para penjual untuk
Bahasa Bahasa Bahasa
menjajakkan barang dagangannya. Kalimat
sehari-hari Padang Indonesia
tersebut bertujuan untuk menarik
perhatian seorang pembeli agar dapat
melihat barang dagangannya yang sedang Pada data di atas terdapat sebuah
dijajakkan oleh penjual. Pada proses percakapan antara penjual dan pembeli
menawarkan barang dagangan dari yang sedang melakukan transaksi jual beli
percakapan tersebut terlihat bahwa penjual di Pasar Serpong. Percakapan tersebut
dan pembeli tidak saling mengenal. Penjual dilakukan antara penjual dan pembeli
yang memiliki usia lebih tua, menggunakan dengan jarak usia yang tidak jauh berbeda.
ragam bahasa sosial berupa bahasa Berdasarkan percakapan di atas
Indonesia. Dalam konteks tuturan di atas penjual menuturkan “Yang ketekko
penggunaan kosa kata bahasa Indonesia haragonyo tiga puluh lima ribu”. Variasi
terjadi karena penjual terbiasa bahasa dari segi keformalan kalimat
menggunakan ragam bahasa tersebut dalam tersebut termasuk ke dalam ragam usaha
kehidupan sehari-hari. Bahasa yang (Konsultatif) yang kerap digunakan oleh
digunakan tidak baku dan bersifat para penjual untuk menjajakkan barang
informal, bukan formal. dagangannya. Variasi bahasa yang terdapat
Pada data di atas tidak terjadi pada percakapan di atas termasuk variasi
sebuah proses tawar menawar barang bahasa idiolek dari segi penutur. Variasi
dagangan yang dilakukan oleh penjual idiolek ialah variasi bahasa yang bersifat
maupun pembeli. Penjual langsung perorangan, menurut konsep idiolek.
menawarkan dan menyebutkan harga yang Penjual yang memiliki usia lebih tua,
telah disepakatinya, yang terdapat pada menggunakan ragam bahasa sosial berupa
kalimat “Yang itu murah kaka, cuma tiga bahasa Padang. Dalam konteks tuturan di
puluh”. atas penggunaan kosa kata bahasa Padang
Data 003 terjadi karena penjual berasal dari suku
Penjual Tas Padang asli. Kosa kata tersebut digunakan
dalam kehidupan sehari-hari untuk
Pembeli: Bu ini berapaan tasnya? berinteraksi dengan orang sekelilingnya,
Penjual: Yang mako? dan kosa kata yang digunakan mudah
Pembeli: Yang iko berapa dipahami. Bahasa yang digunakan tidak
harganya? baku dan bersifat informal, bukan formal.
Pada data di atas terdapat kata Hal ini dapat dilihat dari gaya pembicaraan
“mako” dan “iko” yang ditututrkan oleh yang kaku dan tidak meluas. Pembeli yang
penjual. Kata tersebut sering kali berusia lebih muda, menggunakan ragam
digunakan dalam percakapan sehari-hari bahasa sosial berupa bahasa Betawi. Dalam
oleh masyarakat padang. “mako” yang konteks tuturan di atas penggunaan kosa
artinya mana, sedangkan “iko” yang artinya kata bahasa Betawi terjadi karena pembeli
ini. Dalam percakapan di atas terjadi berasal dari suku Betawi asli. Kosa kata
proses tawar menawar barang dagangan tersebut digunakan dalam kehidupan
yang dilakukan oleh pembeli, akan tetapi sehari-hari untuk berinteraksi dengan
penjual menuturkan “Tidak, iko alah di orang sekelilingnya. Bahasa yang
obral”. Pada saat proses tawar menawar digunakan tidak baku dan bersifat
penjual telah menyepakati harga tas informal, bukan formal.
tersebut. Akan tetapi tidak ada kesepakatan Ketika penjual sedang melakukan
harga dari pembeli, sehingga tidak terjadi proses menawarkan barang dagangannya,
transaksi jual beli dalam percakapan di pembeli menanggapi dengan kalimat “Ga,
atas. orang butuhnye yang kecil”. Pada kalimat
tersebut pembeli menegaskan bahwa ia
Analisis Ragam Bahasa Lisan Pembeli di hendak membeli pisau yang kecil.
Pasar Serpong Kota Tangerang Selatan Selanjutnya, pada percakapan di atas
Data 001 terdapat proses tawar menawar barang
Penjual Pisau dagangan ketika pembeli menuturkan
“Kuranginlah”. Pada saat proses tawar
Pembeli: Ni yang kecil tajem ga? menawar penjual menyepakati harga pisau
Penjual: Tajem sekali teh, yang yang sedang di tawar oleh pembeli. Akan
besar aja ni untuk potong tetapi dalam proses tersebut tidak ada
ayam, daging. kesepakatan harga dari pembeli sehingga
Pembeli: Ga, orang butuhnye yang tidak terjadi transaksi jual-beli, ketika
kecil penjual tetap dengan harga yang telah di
Penjual: Ya udah atuh dua puluh sepakati.
aja teh Data 002
Pembeli: Kuranginlah Penjual Pakaian
Penjual: Gak bisa teteh udah
harga pas Penjual: Ayo kaka dipilih dipilih
Pembeli: Liat-liat dulu
Pada data di atas terdapat sebuah Penjual: Iya silahkan kaka
percakapan antara penjual dan pembeli Pembeli: Ini berapa yang kaya
yang sedang melakukan transaksi jual beli gini?
di Pasar Serpong. Percakapan tersebut Penjual: Yang itu murah kaka,
dilakukan antara penjual dan pembeli cuma tiga puluh
dengan jarak usia yang tidak jauh berbeda. Pembeli: Ambil satu yang ini
Pada percakapan di atas seorang pembeli Penjual: Boleh kaka
menuturkan ”Ni yang kecil tajem ga?”.
Kalimat tersebut singkat dan tidak lengkap. Pada data di atas terdapat sebuah
Pada kalimat tersebut terdapat unsur percakapan antara penjual dan pembeli
subjek yang tidak jelas dan variasi bahasa yang sedang melakukan transaksi jual beli
dari segi keformalan kalimat tersebut di Pasar Serpong. Percakapan tersebut
termasuk ke dalam ragam santai (casual). dilakukan antara penjual dan pembeli
Pada percakapan di atas terlihat bahwa dengan jarak usia yang tidak jauh berbeda.
pembeli dan penjual tidak saling mengenal. Berdasarkan percakapan di atas seorang
pembeli menuturkan ”Liat-liat dulu”. ini berapaan tasnya?”. Variasi bahasa dari
Kalimat tersebut singkat dan tidak lengkap, segi keformalan kalimat tersebut termasuk
dari segi keformalan kalimat di atas ke dalam ragam santai (casual) yang kerap
termasuk ke dalam ragam santai (casual) digunakan dalam situasi yang tidak resmi
yang kerap digunakan dalam situasi tidak saat berinteraksi. Variasi bahasa dari segi
resmi untuk berinteraksi. Kalimat tersebut penutur yang terdapat pada percakapan di
menandakan bahwa pembeli hendak atas termasuk variasi bahasa dialek. Karena
melihat terlebih dahulu barang dagangan pembeli hanya mengikuti bahasa yang
yang sedang dijajakkan oleh penjual. digunakan oleh penjual saat berinteraksi
Pembeli yang memiliki usia lebih muda, untuk mempermudah transaksi jual-beli.
menggunakan ragam bahasa sosial berupa Pembeli yang memiliki usia lebih muda,
bahasa Indonesia. Dalam konteks tuturan menggunakan ragam bahasa sosial berupa
di atas penggunaan kosa kata bahasa bahasa Indonesia. Dalam konteks tuturan
Indonesia terjadi karena pembeli terbiasa di atas bahasa tersebut digunakan dalam
menggunakan ragam bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang
kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan tidak baku dan bersifat
digunakan tidak baku dan bersifat informal, bukan formal. Akan tetapi dalam
informal, bukan formal. percakapan di atas pembeli menggunakan
Pada data di atas tidak terjadi bahasa Padang saat berinteraksi dengan
sebuah proses tawar menawar barang penjual tas, yang terdapat pada kalimat
dagangan yang dilakukan oleh pembeli. “Yang iko berapa harganya?”.
Pembeli setuju dengan harga yang telah Pada data di atas terjadi proses
disepakati oleh penjual, dan pembeli tawar menawar barang dagangan yang
segera melakukan transaksi jual beli. dilakukan oleh pembeli, yang terdapat
Terdapat pada kalimat “Ambil satu yang pada kalimat “Pasnya berapa, kurangin
ini”. dikit”. Akan tetapi penjual menuturkan
Data 003 “Tidak bisa itu harago pas”. Pada saat
Penjual Tas proses tawar menawar penjual telah
menyepakati harga tas tersebut. Akan tetapi
Pembeli: Bu ini berapaan tasnya? tidak ada kesepakatan harga dari pembeli,
Penjual: Yang mako? sehingga tidak terjadi transaksi jual beli
Pembeli: Yang iko berapa dalam percakapan di atas.
harganya?
Penjual: Yang ketekko haragonyo Faktor-Faktor Yang Menyebabkan
tiga puluh lima ribu Terjadinya Ragam Bahasa Lisan pada
Pembeli: Tidak bisa kurang? Penjual dan Pembeli di Pasar Serpong kota
Penjual: Tidak, iko alah di obral Tangerang Selatan
Pembeli: Pasnya berapa, kurangin Berdasarkan hasil penelitian
dikit faktor-faktor yang melatarbelakangi ragam
Penjual: Tidak bisa itu harago pas bahasa lisan penjual dan pembeli dalam
interaksi jual-beli. Penggunaan masing-
Pada data di atas terdapat sebuah masing tingkat tutur oleh para penjual dan
percakapan antara penjual dan pembeli pembeli pada umumnya dalam
yang sedang melakukan transaksi jual beli berinteraksi tidak konsisten. Dalam
di Pasar Serpong. Percakapan tersebut berinteraksi penutur jarang berpegangan
dilakukan antara penjual dan pembeli dengan satu ragam bahasa, penutur sering
dengan jarak usia yang tidak jauh berbeda. menggunakan dua atau lebih ragam bahasa
Berdasarkan percakapan di atas yang digunakannya.
terlihat seorang pembeli menuturkan “Bu Data 001
Penjual Pisau menggunakan ragam bahasa yang berbeda
saat sedang melakukan interaksi dengan
Pembeli: Ni yang kecil tajem ga? orang lain, baik yang lebih tua maupun
Penjual: Tajem sekali teh, yang setara. Pada data pertama, penjual yang
besar aja ni untuk potong berusia lebih tua menggunakan bahasa
ayam, daging. Sunda karena penjual berasal dari suku
Pembeli: Ga, orang butuhnye yang Sunda asli. Terdapat pada kalimat “Tajem
kecil sekali teh”, pada kalimat tersebut kata
Penjual: Ya udah atuh dua puluh “teh” digunakan oleh suku Sunda untuk
aja teh menghargai orang yang lebih tua maupun
Pembeli: Kuranginlah yang setara. Sedangkan pembeli yang
Penjual: Gak bisa teteh udah berusia lebih muda menggunakan ragam
harga pas bahasa Betawi, yang terdapat pada kalimat
“Ga, orang butuhnye yang kecil”. Pada
Keterangan Penjual Pembeli kalimat tersebut pembeli menggunakan
Nama Bapak Yuli kosa kata tidak baku, yang kerap digunakan
Darma oleh kalangan orang betawi. Suatu
kebiasaan dalam menggunakan bahasa juga
Usia 29 22 tahun
dapat mempengaruhi pemilihan ragam
tahun
bahasa yang akan digunakan. Hal ini dapat
Profesi Penjual Ibu
dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat.
pisau rumah
Pada data di atas penjual maupun pembeli
tangga
terbiasa menggunakan ragam bahasa dari
Bahasa Bahasa Bahasa
sukunya masing-masing.
sehari-hari Sunda Betawi
3. Sosiokultural
Faktor sosiokultural ialah suatu
Pada data di atas terdapat faktor- faktor yang berhubungan dengan keadaan
faktor yang mempengaruhi adanya bentuk sosial masyarakat budaya. Sebuah bahasa
ragam bahasa ada hubungannya dengan lahir dari budaya, budaya masing-masing
setting dan scene. Tempat dan suasana, daerah yang berbeda melahirkan bahasa
yaitu Pasar Serpong yang berada di kota daerah dengan logatnya masing-masing.
Tangerang Selatan. Selain itu terdapat pula Pada data pertama, seorang penjual
faktor-faktor lain diantaranya. menggunakan bahasa Sunda karena
1. Waktu penjual berasal dari suku Sunda asli.
Adanya faktor waktu dapat Terdapat pada kalimat “Ya udah atuh dua
menimbulkan perbedaan bahasa, puluh aja teh”. Pada kalimat tersebut kata
perbedaan jenis pekerjaan, dan lain- “atuh”, “teh” sering digunakan oleh suku
lainnya. Pada data pertama, seorang Sunda ketika sedang berinteraksi dengan
pembeli yang sedang berbelanja di pasar lawan bicaranya. Sedangkan pembeli
dapat melakukan tawar-menawar dalam menggunakan bahasa Betawi saat sedang
situasi yang sangat ramai. Berbeda ketika berinteraksi karena penjual berasal dari
seorang pembeli berbelanja di suku Betawi. Terdapat pada kalimat “Ga,
supermarket, tidak dapat melakukan tawar orang butuhnye yang kecil”. Keduanya
menawar sama halnya dengan yang menggunakan bahasa yang berbeda ketika
dilakukan ketika berada di pasar. sedang berinteraksi, dengan logatnya
2. Usia masing-masing.
Adanya faktor usia mempengaruhi
bentuk ragam bahasa karena dapat Data 002
menentukan seseorang untuk Penjual Pakaian
2. Situasi
Penjual: Ayo kaka dipilih dipilih Adanya faktor situasi sangat
Pembeli: Liat-liat dulu berpengaruh dalam pemakaian bahasa
Penjual: Iya silahkan kaka terutama ragam bahasa. Pada data kedua,
Pembeli: Ini berapa yang kaya seorang penjual menuturkan “Ayo kaka
gini? dipilih-dipilih”. Pada saat itu situasi di pasar
Penjual: Yang itu murah kaka, sangat ramai sekali, penjual yang sedang
cuma tiga puluh menjajakkan barang dagangannya
Pembeli: Ambil satu yang ini menggunakan kata yang diulang-ulang dan
Penjual: Boleh kaka bervolume kencang. Hal yang dilakukan
oleh penjual bertujuan supaya pembeli
Keterangan Penjual Pembeli dapat mengetahui barang yang sedang
Nama Linah Nisa dijajakkan oleh penjual.
Data 003
Usia 28 tahun 21 tahun Penjual Tas
Profesi Penjual Mahasiswi
pakaian Pembeli: Bu ini berapaan tasnya?
Bahasa Bahasa Bahasa Penjual: Yang mako?
sehari-hari Indonesia Indonesia Pembeli: Yang iko berapa
harganya?
Pada data di atas terdapat faktor- Penjual: Yang ketekko haragonyo
faktor yang mempengaruhi adanya bentuk tiga puluh lima ribu
ragam bahasa ada hubungannya dengan Pembeli: Tidak bisa kurang?
setting dan scene. Tempat dan suasana, Penjual: Tidak, iko alah di obral
yaitu Pasar Serpong yang berada di kota Pembeli: Pasnya berapa, kurangin
Tangerang Selatan. Selain itu terdapat pula dikit
faktor-faktor lain diantaranya. Penjual: Tidak bisa itu harago pas

1. Usia Keterangan Penjual Pembeli


Adanya faktor usia mempengaruhi Nama Ibu Bapak
bentuk ragam bahasa karena dapat Asni Rahman
menentukan seseorang untuk Usia 30 37 tahun
menggunakan ragam bahasa yang berbeda tahun
saat sedang melakukan interaksi dengan Profesi Penjual Pegawai
orang lain, baik yang lebih tua maupun tas Swasta
setara. Pada data kedua , penjual yang Bahasa Bahasa Bahasa
berusia lebih tua menggunakan bahasa sehari-hari Padang Indonesia
Indonesia, karena penjual terbiasa
menggunakan kosa kata bahasa Indonesia Pada data di atas terdapat faktor-
dalam berinteraksi. Akan tetapi pada data faktor yang mempengaruhi adanya bentuk
di atas penjual menggunakan bahasa ragam bahasa ada hubungannya dengan
Indonesia tidak baku. Dalam percakapan setting dan scene. Tempat dan suasana,
tersebut pembeli juga menggunakan kosa yaitu Pasar Serpong yang berada di kota
kata bahasa Indonesia tidak baku, karena Tangerang Selatan. Selain itu terdapat pula
pembeli terbiasa menggunakan bahasa faktor-faktor lain diantaranya.
Indonesia tidak baku dalam kehidupan 1. Sosiokultural
sehari-hari. Suatu kebiasaan dapat Faktor sosiokultural ialah suatu
mempengaruhi pemilihan ragam bahasa faktor yang berhubungan dengan keadaan
yang digunakan.
sosial masyarakat budaya. Sebuah bahasa terjadi karena kebanyakan penjual berasal
lahir dari budaya, budaya masing-masing dari suku Sunda. Kosa kata tersebut
daerah yang berbeda melahirkan bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
daerah dengan logatnya masing-masing. untuk berinteraksi dengan orang
Pada data ketiga, seorang penjual sekelilingnya. Hal ini juga membuat
menggunakan bahasa Padang karena penjual lebih mudah saat berinteraksi
penjual berasal dari suku Padang asli. dengan pembeli. Dari faktor bahasa daerah
Terdapat pada kalimat “Yang mako?”. yang digunakan oleh penjual juga dapat
Pada kalimat tersebut kata “mako” sering mengakibatkan mereka akrab dan saling
digunakan oleh suku Padang ketika sedang menghormati. Sedangkan ragam bahasa
berinteraksi dengan lawan bicaranya. lisan pembeli yang muncul pada saat
Sedangkan pembeli yang menggunakan berinteraksi dan transaksi dalam
bahasa Indonesia pada awal percakapan, lingkungan sosial penjual di Pasar Serpong
segera menyelaraskan dengan bervarisasi akan tetapi lebih dominan
menggunakan bahasa Padang. Pembeli menggunakan ragam bahasa sosial berupa
bertujuan agar dapat mempermudah dalam bahasa Indonesia, agar mudah dalam
transaksi jual-beli, akan tetapi terdapat berinteraksi dengan penjual. Bahasa antara
perbedaan dialek diantara mereka. penjual dan pembeli yang mereka gunakan
2. Usia kebanyakan bahasa tidak baku dan bersifat
Adanya faktor usia mempengaruhi informal, bukan formal. Dalam situasi
bentuk ragam bahasa karena dapat informal mereka menggunakan bahasa
menentukan seseorang untuk santai, ringkas, dan kurang memperhatikan
menggunakan ragam bahasa yang berbeda struktur kalimat yang benar. Mereka sering
saat sedang melakukan interaksi dengan menggunakan dua variasi bahasa terutama
orang lain, baik yang lebih tua maupun mereka mencampur antara bahasa Sunda
setara. Hal ini dapat dipengaruhi oleh dengan bahasa Indonesia meskipun hanya
lingkungan masyarakat. Pada data ketiga, beberapa kata saja tujuannya adalah untuk
penjual terbiasa menggunakan bahasa mempermudah pemahaman dalam
Padang dalam kehidupan sehari-hari. Pada komunikasi antara penjual dan pembeli.
data tersebut pembeli menggunakan Faktor-faktor yang
bahasa Indonesia pada awal percakapan, melatarbelakangi ragam bahasa lisan
akan tetapi seorang pembeli penjual dan pembeli berakar dari konteks
menyelaraskan dengan bahasa yang dan situasi seperti waktu, usia, situasi
digunakan oleh penjual. Tujuan pembeli berbahasa. Berdasarkan kenyataan
menyelaraskan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Indonesia memiliki bermacam-
penjual, untuk mempermudah dalam macam bahasa dan menguasai lebih dari
berinteraksi dan melakukan transaksi jual- satu bahasa. Dalam pemakaian bahasanya,
beli. setiap penutur selalu memperhitungkan
kepada siapa ia berbicara, di mana,
KESIMPULAN mengenai masalah apa, dan dalam situasi
Dari pembahasan yang telah diuraikan bagaimana. Dengan demikian, tempat
pada bab 4 dapat disimpulkan bahwa berbicara menentukan cara pemakaian
ragam bahasa lisan penjual di Pasar bahasa serta situasi tutur akan memberi
Serpong kota Tangerang Selatan yang kemudahan terhadap pembicaraan yang
muncul pada saat berinteraksi dan sedang berlangsung dalam kegiatan
transaksi jual-beli dalam lingkungan sosial masyarakat sosial. Ragam bahasa yang
penjual di Pasar Serpong lebih dominan digunakan biasanya dipengaruhi oleh
menggunakan ragam bahasa sosial berupa tingkat usia dan pekerjaan serta situasi di
bahasa Sunda. Kosa kata bahasa Sunda daerah tersebut.
dan Kualitatif. Bandung: Universitas
DAFTAR PUSTAKA Pendidikan Indonesia.
Alwasilah, A. Chaeder. (1985). Sosiologi Swasta, Basu. (1996). Azas-azas Marketing.
Bahasa. Bandung: Angkasa. Yogyakarta: Liberti Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Wahyu, Wibowo. (2001). Manajemen
Penelitian: Suatu Pendekatan. Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Jakarta: Rineka Cipta. Wardahaugh, Roland. (1986). An
Bachman, L.F. (1990). Fundamental Introduction to Sociolinguistics.
Considenations in Language Testing. New York: Basil Blackwell.
New York: Oxford University Press.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. (2010). Sumber Internet
Sosiolinguistk Perkenalan Awal. Ainurrahma, Isti. (2013). Analisis Ragam
Jakarta: Rineka Cipta. Bahasa Dan Strategi Tindak Tutur
Chaer, Abdul. (1995). Sosiolinguistik Pedagang Asongan di Terminal
Kajian Teoritik. Jakarta : Rineka Minak Koncar Kabupaten
Cipta. Lumajang. Skripsi. Universitas
Dendy, Sugono. (1999). Seputar Kalimat Jember.
Imperatif dalam Bahasa Indonesia. Fujiastuti, Ariesty (2014).’’ Ragam Bahasa
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Transaksi Jual Beli Di Pasar Niten
Pengembangan Bahasa. Bantul’’. Jurnal Bahastra ,Vol
Kridalaksana, Harimurti. (1985). Fungsi XXXII, Nomor 1, Oktober 2014.
Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Jurnal [Online]. Diakses pada
Flores: Nusa Indah. tanggal 20 Desember 2017 pukul
Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi 22:00. Tersedia di:
Penelitian Kualitatif. Bandung : http://download.portalgaruda.org
Remaja Rosdakarya. Hidayati. (2014). Variasi Bahasa Lisan
Nababan, P.W.J. (1984). Sosiolinguistik. Pedagang Kaki Lima dalam
Jakarta: Gramedia. Lingkungan Sosial di Alun-Alun
Rokhman, Fathur. (2013). Sosiolinguistik Kapuas. Skripsi. Institut Keguruan
Suatu Pendekatan Pembelajaran dan Ilmu Pendidikan.
Bahasa dalam Masyarakat Multi Indah Yuni Wulandari. (2016). Analisis
Kultural. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ragam Bahasa Dalam Acara Talk
Sudaryanto. (1991). Tata Bahasa Baku Show Kick Andy Periode Mei 2015
Bahasa Jawa. Yogyakarta : Duta Dan Implikasinya Dalam
Wacana University Press. Pembelajaran Bahasa Indonesia Di
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Sma. Skripsi. Universitas Lampung.
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Listianingsih, Harfita Wahyu. (2014).
Alfabeta. Analisis Pemakaian Ragam Bahasa
Suharsono. (2003). Register Tawar Jawa Guru Smp Negeri I Godean
Menawar pada Warung Penjaja Sleman Yogyakarta Di Lingkungan
Buah-buahan Yogyakarta: Sekolah. Skrpsi. Universitas Negri
Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Yogyakarta.
Indonesia (PIBSI) XXV. Mantiri, Rina cory Ance. (2013). Analisis
Sumarsono. (2011). Sosiolinguistik. Penggunaan Ragam Bahasa Baku
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pada Karangan Argumentasi Siswa
Sunaryo. (2000). Fungsi Bahasa dan Sikap Kelas X Smk Pembangunan
Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa. Tanjungpinang. Jurnal Ilmiah.
Suryana. (2010). Metodologi Penelitian: Universitas Martin Raja Ali.
Model Praktis Penelitian Kuantitatif Tersedia di:
http://jurnal.umrah.ac.id/wp-
content/uploads/2013/08/RIONA-
CORY-ANCE-MANTIRI-
090388201269.pdf
Rahayu, Utami. (2012). Analisis Ragam
Bahasa Pada Pesan Kesehatan Di
Puskesmas Tengaran. Jurnal Ilmiah.
[Online]. Diakses pada tanggal 16
Mei 2017 Pada pukul 19:00.
Tersedia di:
http://eprints.ums.ac.id/19372/15/02
._naskah_publikasi.pdf
Risanaya, Risa. (2017). Analisis Ragam
Bahasa Indonesia Non-Baku Dalam
Laporan Karya Tulis Ilmiah Siswa
Kelas Viii F Smp Negeri 1 Gatak.
Jurnal Ilmiah. [Online]. Diakses
pada tanggal 16 Mei 2017 Pada
pukul 19:00. Tersedia di:
http://eprints.ums.ac.id/50245/15/N
ASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Rukikah, Enung (2010). ‘’Ragam Bahasa
remaja puteri dalam percakapan
informal di kampus UPI
Taskimalaya’’ Jurnal saung guru:
Vol.1 No.2 (2010). [Online].
Diakses pada tanggal 20 Desember
2017 pukul 22:10. Tersedia di:
http://file.upi.edu/Direktori/JURNA
L/SAUNG_GURU/VOL._1_NO._
Yogatama, Adiprana (2010). ‘’Ragam
Bahasa Dialog Film Indonesia’’.
Fakultas Bahasa & Budaya Asing
Universitas Muhammadiyah
Semarang. Jurnal [Online]. Diakses
pada tanggal 20 Desember 2017
pukul 21:00. Tersedia di:
http://download.portalgaruda.org/art
icle.php?article=4331&val=426

Anda mungkin juga menyukai