a. Manifestasi klinis
Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul :
• Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran membuka mulut
(trimus)
• Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot :
a) Otot leher
b) Otot dada
c) Merambat ke otot perut
d) Otot lengan dan paha
e) Otot punggung, seringnya epistotonus
• Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat)
• Iritabilitas
Gejala penyerta lainnya :
• Keringat berlebihan
• Sakiit menelan
• Spasme tangan dan kaki
• Produksi air liur
• BAB dab BAK tidak terkontrol
• Terganggunya pernafasan karena otot laring terserang
b. Komplikasi
• Hipertensi
• Kelelahan
• Asfiksia
• Aspirasi pneumonia
• Fraktur dan robekan otot
AUHAN KEPERAWATAN TETANUS PADA ANAK
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien : nama,umur,tasnggal lahir,jenis kelamin,alamat,tanggal masuk,
tanggal pengkajian,diagnosa medik,rencana terapi
b. Identitas penanggung jawab: nama,usia,pendidikan,pekerjaan,agama,alamat
2. Keluhan utama/alasan masuk RS
3. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayuat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan masa lalu
Antenatal care
Postnatal care
Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat imunisasi
5. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan fisik
Perkembangan tiap tahap
6. Riwayat nutrisi
Pemberian asi
Susu formula
Pemberian makanan tambahan
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia
7. Riwayat psikososial
8. Riwayat spiritual
9. Aktifitas sehari-hari
Nutrisi
Cairan
Eliminasi
Istirahat tidur
Olahraga
Personal hygiene
Aktifitas/mobilitas fisik
Rekreasi
10. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien
Tanda-tanda vital
Santropometri
Sistem pernafasan
Sistem kardiovaskuler
Sistem pencernaan
Sistem indra
Sistem muskuluskeletal
Sistem integumen
Sistem endokrin
Sistem perkemihan
Sistem reproduksi
Sistem imun
Sistem saraf
11. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. 0 – 6 tahun dengan menggunakan DDST (motorik kasar,motorik
halus,bahasa.personal sosial)
b. 2 tahun keatas (perkembangan kognitif,psikososial)
13. Intervensi
Dx Tujuan Intervensi Rasional
Kebersihan jalan Tujuan : jalan -bebaskan jalan - untuk meluruskan
nafas tidak efektif nafas efektif nafasa dengan rongga pernafasan
berhubungan Kriteria mengatur posisi sehingga proses
dengan -Klien tidak kepala ekstensi respirasi berjalan
penumpukan sesak, lendir atau dengan lancar
sputum pada trakea sleam tidak ada - pemeriksaan - untuk
dan spasme otot -PernafaSAN 16- fisik dengan cara menentukan
pernafasan 18 x/menit auskultasi adanya ronchin
-Tidak ada atau tidak
pernafasan cuping - bersihkan mulut
hidung dan saluran -untuk
-Tidak ada pernafasan membersihkan
tambahan otot p- menggunakan secret dan lendir
ernafasan sectio
-Hasil
pemeriksaan -kolaborasi -mencegah
laboratorium pemberian terjadinya hipoksia
darah,analisa gas oksigenasi
darah dalam batas
noormal -observasi TTV -untuk
tiap 2 jam mengetahuio
keadaan pasien
Gangguan pola Tujuan : pola -monitor irama Indikasi adanya
nafas berhubungan nafas teratur dan pernafasan penyimpangan atau
dengan jalan nafas normal kelainan dari
terganggu akibat pernafasan
spasme otot-otot Kriteria :
pernafasan hipoksemia -atur posisi pasien Agar proses
teratasi pernafasan berjalan
Tidak sesak lancar
Tidak sianosis
-observasi ttv Untuk mengetahui
keadaan pasien
14. Evaluasi
Dx Evaluasi Paraf
Kebersihan jalan nafas S = pasien berbafas normal
tidak efektif berhubungan O= tidak ada sekret
dengan penumpukan A = masalah teratasi
sputum pada trakea dan P = intervensi dilanjutkan dirumah
spasme otot pernafasan
Gangguan pola nafas S = pola nafas pasien teratur
berhubungan dengan jalan O = pernafasan normal 16x/menit
nafas terganggu akibat A = masalah teratasi
spasme otot-otot P = intervensi diberhentikan
pernafasan
Peningkatan suhu tubuh S = pasien tidak demam
berhubungan dengan efek 0 = suhu tubuh normal 36o c
toksin A = masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
Resiko terjadi cedera S = pasien tidak mengalami cedera
berhubungan dengan O = pasien tampak lebih baik
sewring kejang A = masalah teratsi
P = intervensi dihentikan
Resiko terjadi S = klien tidask dehidrasi
ketidakseimbangan cairan O = turgor kulit cepat kembali
dan elektrolit A = masalah teratasi
berhubungan dengan P = intervensi dihentikan
intake yang kurang
dengan oliguria
Pemenuhan nutrisi kurang S = pasien tidak kesulitan mengunyah
dari kebutuhan tubuh 0 = bb optimal
berhubungan dengan A = masalah teratasi
kekakuan otot mengunyah P = intervensi dihentikan
DIFTERI
A. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum yang timbul berupa:
Demam tidak terlalu tinggi
Lesu dan lemah
Pucat
Anoreksia
Gejala khas yang menyertai
Nyeri menelan
Sesak nafas
Serak
Gejala lokal: nyeri menelan,bengkak pada leher karena pembengkakan pada
kelenjar regional, sesak nafas, serak sampai stridor jika penyakit sudah pada
stadium lanujut. Gejala akibat eksitoksin tergantung bagian yang terkena,
misalnya mengenai otot jantung terjadi miokarditis dan bila mengenai saraf terjadi
kelumpuhan. Bila difteri mengenai hidung (hanya 2% dari jumlah pasien difteria)
gejala yang timbul berupa pilek,sekret yang keluar bercampur darah yang berasal
dari psuedomembran dalam hiddung. Biasanya penyakit ini akan meluas ke
bagian tenggorokan pada tonsil, faring dan laring.
B. KOMPLIKASI
Infeksi tumpangan oleh kuman lain
Obstruktif jalan nafas akibat membran atau oedem jalan nafas
Sistemik
Susunan saraf
- Paralysis palatum
- Ocural palsy
- Paralysis anggota gerak
C. PATHWAY
Jaringan
Bullneck Local
Ketidakseimbangan
nutrisi Ketidakefektifan pola nafas
Resiko komplikasi
Tracheostomi
2. Diagnosa keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas
b. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang kurang).
d. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakit
(metabolisme meningkat, intake cairan menurun).
3. Intervensi
- Pola napas tidak efektif b.d. sesak nafas
Tujuan:
Pola pernafasan menjadi efektif setelah dilaksanakan tindakan perawatan dalam 1
x 30 menit
Kriteria hasil:
1. Respirasi 18 –24 x /menit
2. Tidak ada tanda –tanda sianosis
3. Pasien mengatakan sesak nafas berkurang / hilang
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada
Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat kegagalan napas
2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas tambahan
Bunyi napas menurun bila jalan napas terdapat gangguan
(obstruksi,perdarahan,kolaps)
3. Tinggikan kepala dan bantu
mengubah posisi Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernapasan
4. Bantu pasien dalam napas dalam
dan latihan batuk Dapat meningkatkan pernapasan karena adanya obstruksi
5. Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan
- Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas
Tujuan :
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang
normal dan tidak ada distres pernafasan.
Kriteria hasil :
Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi Rasional
1. Observasi
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada
b. Auskultasi area paru, satat area penurunan atau tidak ada aliran
udara dan bunyi nafas adventisius, mis. Crackles, mengi.
c. Bantu pasien latian nafas sering. Tunjukan atau bantu pasien
mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada dan batuk
efektif sementara posisi duduk tinggi.
d. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml perhari(kecuali kontraindikasi).
Tawarkan air hangat daripada dingin . Kolaborasi
e. Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain,
mis. Spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, postural
drainage. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi
cairan bila mungkin.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang kurang)
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24jam kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi. sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan
mulut.
Intervensi rasional
a. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
b. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.
c. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau
makanan yang menarik untuk pasien.
d. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
- Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakit
(metabolisme meningkat, intake cairan menurun).
Tujuan :
Volume cairan pasien akan menjadi adekuat.
Kriteria Hasil :
Intake cairan meningkat. Kulit lembab. Membran mukosa oral lembab.
Intervensi Rasional
a. Timbang pasien
b. Mengukur intake dan output cairan.
c. Kaji turgor kulit.
d. Observasi konsistensi sputum.
e. Observasi konsentrasi urine.
f. Monitor hemoglobin dan hematocrit.
g. Observasi lidah dan mukosa membran.
h. Bantu pasien mengidentifikasi cara untuk mencegah kekurangan cairan.
4. Evaluasi
- Anak tidak menunjukan tanda dan gejala adanya komplikasi / infeksi • Fungsi
pernafasan anak membaik
- Tingkat aktifitas anak sesuai dengan usianya
CAMPAK
A. MANIFESTASI KLINIS
Campak memiliki masa tunas 10-20 hari, penyakit ini dibagi menjadi dalam 3 stadium
yaitu:
1. Stadium kataral
Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dalam 24 jam sebelum timbul enantema timbul
bercak koplik berwarna putih kelabu,sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat
dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita
morbili dalam waktu 2 minggu terakhir
2. Stadium erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan batuk bertambah
b. Kadang terlihat bercak koplik
c. Adanya eritema,makula,papula yang disertai kenaikan suhu badan
d. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
e. Splenomegali
f. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut “black measles” yaitu morbili yang disertai
pendarahan pada kulit,mulut,hidung dan traktus digestivus
3. Stadium konvalensensi
Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi) suhu
menurun sampai normal kecuali ada komplikasi.
B. Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius, namun
komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit
campak. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Otitis media akut (infeksi telinga)
2. Infeksi bakteri : pneumonia dan infeksi telinga tengah
3. Bronkopneumonia
4. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1000-2000 kasus
5. Bronkiolitis
6. Laringitis obstruksi dan laringotrakhetis
7. Kadang terjadi trombositopenia, sehingga penderita mudah memar dan mudah
mengalami perdarahan
8. Diare
9. Kejang demam
C. Pathway
Virus morbili
Mengalami replikasi
dehidrasi
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Test elisa (Ig m dan Ig g meningkat)
Leukosit menurun (leukopenia)
b. Pemeriksaan radiologi
Rontgen thorax, didapatkan gambaran infiltrate yang menunjukkan
adanya broncopneumonia.
5. Diagnosa keperawatan
a. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen
b. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sputum
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rush
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
e. Gangguan aktifitas berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya
6. Intervensi
Dx Tujuan Intervensi
Resiko penyebaran infeksi Tujuan: Setelah dilakukan 1) Tempatkan anak pada ruangan khusus
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2) Batasi pengunjung
organisme virulen diharapkan tidak terjadi 3) Pertahankan tindakan septik dan
penyebaran infeksi. aseptik
4) Pertahankan isolasi yang ketat di
Kriteria hasil: rumah sakit
1) Penyebaran infeksi tidak 5) Pertahankan istirahat selama periode
terjadi prodromal (kataral)
2) Tidak ada tanda-tanda 6) Berikan antibiotik sesuai anjuran
penyebaran infeksi dokter untuk mencegah infeksi
3) Tidak ada tanda-tanda sekunder
kolor, dubor, rubor, tumor
dan fungsiolaesa
Tidak efektif bersihan jalan Tujuan: Setelah dilakukan 1) Kaji ulang status pernafasan (irama,
nafas berhubungan dengan tindakan keperawatan kedalaman, suara nafas, penggunaan
penumpukan sputum diharapkan bersihan jalan obat bantu pernafasan)
nafas kembali efektif 2) Kaji ulang tanda-tanda vital (denyut
nadi, irama dan frekuensi)
Krtiteria hasil: 3) Berikan posisi tempat tidur semi
1) Batuk hilang/kurang fowler atau fowler
2) Sekret hilang/berkurang 4) Bantu klien untuk melakukan
3) Frekuensi nafas normal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
(20-30 kali/menit) kemampuannya
4) Ronchi tidak ada 5) Anjurkan anak untuk banyak minum
6) Lakukan fisioterapi dada
7) Berikan terapi inhalasi
8) Berikan obat-obatan yang dapat
meningkatkan efektifnya jalan nafas
(seperti bronkodilator, antikolenergik
dan anti peradangan)
Gangguan integritas kulit Tujuan: Setelah dilakukan 1) Pertahankan kuku anak tetap pendek
berhubungan dengan adanya tindakan keperawatan 2) Jelaskan kepada keluarga agar anak
rash diharapkan perubahan tidak menggaruk rash
integritas kulit dapat 3) Berikan anthistamin sesuai intruksi
teratasi. dokter dan monitor efek sampingnya
4) Monitor permukaan kulit secara
Kriteria hasil: keseluruhan terhadap tanda-tanda iritasi
1) Ruam-ruam pada kulit atau adanya kerusakan pada jaringan
berkurang kulit lainnya
2) Klien tampak tenang 5) Anjurkan pada orang tua agar
3) Bebas dari infeksi menjaga kulit tetap utuh, bersih dan
sekunder kering
4) Kulit tetap bersih, kering 6) Anjurkan pada orang tua agar anak
dan bebas iritasi memakai pakaian yang longgar
7) Anjurkan pada orang tua untuk
menjaga agar pakaian dan laken tetap
bersih dan kering
Perubahan nutrisi kurang Tujuan: Setelah dilakukan 1) Kaji nutrisi anak
dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan 2) Izinkan anak untuk memakan
berhubungan dengan diharapkan kebutuhan makanan yang dapat ditoleransi anak
intake yang tidak ade kuat nutrisi pada anak teratasi 3) Berikan makanan yang disertai
dengan suplemen nutrisi untuk
Kriteria hasil: meningkatkan kualitas intake nutrisi
1) Konjungtiva an-anemis 4) Kolaborasi untuk pemberian nutrisi
2) Nafsu makan anak parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui
bertambah oral tidak mencukupi kebutuhan gizi
3) Anak mengkonsumsi anak
makan yang tepat dengan 5) Menilai indikator terpenuhinya
jumlah yang cukup kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar
4) Berat badan naik sesuai lengan dab membran mukosa)
usia 6) Anjurkan kepada orang tua untuk
memberikan makanan dengan teknik
porsi kecil tapi sering
7) Timbang berat badan seminggu 2x
8) Pertahankan kebersihan mulut anak
9) Jelaskan pada keluarga pentingnya
intake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit anak
Gangguan aktivitas Tujuan: Setelah dilakukan 1) Jelaskan pada keluarga dan anak
berhubungan dengan isolasi tindakan keperawatan alasan untuk mengisolasikan anak dan
dari kelompok diharapkan keluarga dan penggunaan kewaspadaan khusus untuk
sebaya anak memahami tujuan dari meningkatkan pemahaman tentang
isolasi pembatasan atau isolasi
2) Berikan aktivitas ringan yang sesuai
Kriteria hasil: dengan usia anak (permainan,
1) Keluarga klien dapat keterampilan tangan, nonton televisi)
menunjukan pemahaman 3) Perkenalkan diri pada anak tiap
tentang isolasi pada anak melakukan tindakan
2) Anak dapat melakukan 4) Libatkan anak dalam mengatur
aktivitas yang tepat dan jadwal harian dan memilih aktivitas
tetap dapat melakukan yang diinginkan
interaksi
7. Implementasi
a. Mencegah penyebaran infeksi
b. Mempertahankan bersihan jalan nafas
c. Mempertahankan integritas kulit
d. Mempertahankan intake nutrisi yang adekuat
e. Mempertahankan aktivitas anak selama di isolasi
8. Evaluasi
1) Penyebaran infeksi tidak terjadi
2) Bersihan jalan nafas kembali efektif
3) Integritas kulit utuh
4) Perubahan nutrisi dapat teratasi
5) Gangguan aktivitas dapat terpenuhi