Anda di halaman 1dari 136

BUKU AJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

OLEH:

RINALDI, M.Ed., Ph. D


DENI WAHYUNI, S.Pd.I., M.A.
DRA. YUSNANI, M.A.

POLITEKNIK NEGERI PADANG


2017
i
LEMBARAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN
PENYUSUNAN BUKU AJAR

1. Judul : Buku Ajar Pendidikan Agama Islam


2. Ketua Pelaksana
Nama/NIP : Rinaldi, M.Ed., Ph.D/19841216 201404 1001
Jurusan/Prodi : Teknik Elektro/ELektronika
Matakuliah yg diampu : Pendidikan Agama Islam
3. Anggota Pelaksana 1
Nama/NIP : Deni Wahyuni,S.Pd.I,M.A./198608132014042001
Jurusan/Prodi : Administrasi Bisnis
Matakuliah yg diampu : Pendidikan Agama Islam
4. Anggota Pelaksana 2
Nama/NIP : Dra. Yusnani, M.A/195911031993032001
Jurusan/Prodi : Akuntansi
Matakuliah yg diampu : Pendidikan Agama Islam
5. Lokasi Kegiatan : Politeknik Negeri Padang
6. Biaya Yang Dibutuhkan :
7. JangkaWaktuPelaksana :
8. Biaya :

Mengetahui, Padang, 1 Oktober 2017


Ketua Jurusan KetuaPelaksana

(Dr. H. Afrizal Yuhanef, S.T., M.Kom) (Rinaldi, M.Ed., Ph.D)


NIP.19640429 199003 1001 NIP. 19841216 201404 1001

Wakil Direktur 1

(Drs. Albar, M.Kom)


NIP. 19580917 198603 1 002

ii
KATA PENGANTAR
Dr. H. Afrizal Yuhanef, S.T., M.Kom
Ketua Jurusan Teknik Elektro

Bimillahirrahmanirrahim

Di era modernisasi seperti saat ini, banyak bermunculan berita kerusakan moral para
generasi muda. Begitu juga dalam kalangan mahasiswa yang juga banyak terjerat
masalah moral dan juga pemahaman agama yang keliru. Oleh itu, diperlukan suatu
buku ajar khususnya Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi bagi kalangan
mahasiswa Politeknik Negeri Padang (PNP) dan khususnya bagi mahasiswa jurusan
Teknik Elektro yang merupakan mahasiswa alirans sains. Hal ini juga selaras dengan
tujuan PNP yaitu menghasilkan lulusan yang kompeten, berdaya saing antar bangsa,
bermartabat dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sehubungan dengan hal ini, saya sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro memberi
apresiasi yang tinggi terhadap penulis buku yang telah memberikan waktu dan
pikirannya dalam menghasilkan modul buku ajar ini.

Semoga kehadiran buku ajar ini akan menambah wawasan dan pemahaman
mahasiswa tentang Pendidikan Agama Islam demi melahirkn mahasiswa yang
berintelektual dan berakhlak mulia.

Padang, 1 Oktober 2017

Dr. H. Afrizal Yuhanef, S.T., M.Kom

iii
PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kepada Allah S.W.T. dan salawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW, buku ajar Pendidikan Agama Islam ini dapat diselesaikan dengan
baik.

Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari mata kuliah umum yang penting
untuk seluruh mahasiswa. Keberadaan pendidikan agama Islam merupakan suatu
keharusan supaya mahasiswa tidak hanya memiliki intelektualitas tetapi juga
memiliki pedoman hidup dan berkepribadian Islam serta muslim yang kaffah. Dalam
mempelajari pendidikan agama Islam, mahasiswa memerlukan suatu buku pedoman
berupa buku ajar yang berdasarkan Al-Qur‟an dan hadist. Hal ini mendorong penulis
untuk membuat buku ajar ini bagi khalayak pengguna buku yaitu mahasiswa
Politeknik Negeri Padang pada khususnya.

Buku ajar pendidikan Agama Islam ini berisikan topik tentang peranan pendidikan
Islam dalam membentuk kepribadian Islami, manusia dan agama, sumber ajaran
Islam (Al-Qur‟an, hadits dan ijtihad), aqidah, syariah dan akhlak, thaharah, shalat,
zakat, munakahat, ekonomi Islam, Islam dan hubungannya dengan iptek dan
kebudayaan Islam. Materi-materi dalam buku ini sesuai dengan RPS.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kesempurnaan hanya milik Allah S.W.T dan
sebagai manusia sangat tidak layak untuk mengakui kesempurnaan. Begitu pula
modul buku ajar ini yang juga memiliki kekurangan. Semoga dari
ketidaksempurnaan, akan wujud kebaikan untuk semua. Aamiin.

Padang, 1 Oktober 2017

Rinaldi, M.Ed., Ph.D

iv
UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih diberikan kepadapihak penyandang dana, editor, dan juga
kepada Dr. H. Afrizal Yuhanef, S.T., M.Kom selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro.
Ucapan terima kasih juga dipersembahkan kepada isteri (Dr. Sri Rizki Putri
Primandari, M.T.), anak (Keyara Fazliyah Rinaldi, Ahmad Fazle Rinaldi dan
Muhammad Zerazata Rinaldi), orang tua yaitu ayahanda (Syafrinas) dan ibunda
(Erni) serta adik beradik (Erneti, Indra, Erianto, Engki.P, Elfis, Nova Yanti dan M.
Rizki). Mereka tidak pernah lelah memotivasi saya untuk bersemangat dalam
menyelesaikan buku ajar ini. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada seluruh
rekan sejawat staff pengajar dan pegawai-pegawai di Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Padang.

v
PETUNJUK BAGI PEMBACA

Penulisan buku ajar ini dibuat supaya proses pengajaran dan pembelajaran dapat
terjadi secara berkesan. Buku ajar sebagai salah satu mediapentransferan ilmu dari
dosen kepada mahasiswa. Oleh itu, buku ajar ini disusun dengan tujuan memberikan
pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang ajaran agama Islam sehingga
menghasilkan mahasiswa yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia sesuai
dengan panduan Al-Qur‟an dan hadits.

Buku ajar ini secara umumnya ditujukan kepada seluruh mahasiswa yang beragama
Islam khususnya Politeknik Negeri Padang. Bagaimanapun juga, buku ajar ini tidak
membatasi kriteria dan persyaratan pembaca hanya kepada mahasiswa muslim saja
tetapi juga dapat dibaca bagi siapa yang mau belajar tentang pendidikan Islam. Buku
ini berisi tentang pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, hakikat
manusia dan agama serta pokok-pokok ajaran Islam berupa Aqidah. Syari‟ah Akhlak
dan Mu‟amalah serta penerapannya dalam kehidupan.

Dalam menggunakan buku ini, hendaklah dibaca secara berurutan dari bab pertama
tentang pendidikan agama Islam di perguruan tinggi dan tentang manusia serta
agama dan meningkat kepada bab yang lain sehingga ditutup oleh bab kebudayaan
Islam. Buku ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh mahasiswa khususnya yang
beragama Islam dalam meningkatkan pengetahuan dan kepahaman tentang
Pendidikan Agama Islam.

vi
DESKRIPSI MATA KULIAH

Identitas Mata Kuliah


Mata kuliah ini mengkaji tentang pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum, hakikat manusia dan agama serta pokok-pokok ajaran Islam berupa Aqidah.
Syari‟ah Akhlak dan Mu‟amalah serta penerapannya dalam kehidupan.

Tujuan Pembelajaran Mata Kuliah


Mata kuliah ini bertujuan untuk terbinanya mahasiswa yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT. Berbudi pekerti mulia, berfikir filosofis, bersikap rasional dan
dinamis, serta berpandangan luas dalam rangka pengembangan wawasan keislaman
mahasiswa dan mengimplementasikannya dalam kehidupan.

vii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

WAKTU PENGALA KRITERIA


M KEMAMPUAN METODE
BAHAN MAN PENILAIAN BOBOT
AKHIR YANG PEMBEL
KAJIAN BELAJAR DAN NILAI
KE DIHARAPKAN AJARAN
SISWA INDIKATOR

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1  Mahasiswa Kontrak Kuliah dan 2X50 diskusi  Hadir di kelas %


mengetahui pembelajaran tanya jawab Menit  Menunjukkan
mengenai kontrak dan Pendidikan kepribadian
pembelajaran Agama Islam di islami
 Mampu Perguruan
menjelaskan Tinggi
hakikat dan
pengertian
Pendidikan
Pendidikan agama
Islam.
 Mampu
menjelaskan tujuan
pendidikan agama
Islam
 Mampu
menjelaskan
peranan pendidikan
agama dalam
pembentukan
kepribadian Islami
2  Mampu Manusia dan Kuliah, 2X50 Tugas,  Hadir di kelas %
menjelaskan Agama diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
pengertian tugas dan menyusun kepribadian
manusia menurut seminar paper, islami
presentasi  Ketepatan
ilmu pengetahuan
analisis,
 Mampu ketajaman
menjelaskan pembahasan
agama menurut dan penyajian
ilmu pengetahuan laporan tugas.
 Mampu
menjelaskan
manusia menurut
Islam
 Mampu
menjelaskan
agama menurut
Islam

viii
 Mampu
menjelaskan Din
al-Islam dan ruang
lingkupnya
 Mampu
menjelaskan
toleransi
kehidupan
beragama
3  Mampu Sumber ajaran Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %
menjelaskan Islam diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
pengertian, tugas dan menyusun kepribadian
kandungan, seminar paper, islami
presentasi  Ketepatan
peranan dan
analisis,
sejarah turunnya ketajaman
Al-Qur‟an dan pembahasan
pemeliharaannya dan penyajian
 Mampu laporan tugas.
menjelaskan
pengertian,
tingkatan dan
kedudukan Hadits
dan Ijtihad dalam
Islam
4  Mampu Klasifikasi Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %
menjelaskan Ajaran Islam diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
aqidah Islamiyah Aqidah tugas dan menyusun kepribadian
islami
 Mampu seminar paper,
presentasi  Ketepatan
menjelaskan
analisis,
keimanan dan ketajaman
ketaqwaan pembahasan
 Mampu dan penyajian
menjelaskan laporan tugas.
kausalitas rukun
iman
 Mampu
menjelaskan
konsep ketuhanan
dalam Islam
 Mampu
menjelaskan
fungsi keimanan
dalam kehidupan
 Mampu
menjelaskan
pemeliharaan iman
dari bahaya syirik

ix
5  Mampu Klasifikasi Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %
menjelaskan Ajaran Islam diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
pengertian akhlak Akhlak tugas dan menyusun kepribadian
islami
 Mampu seminar paper,
presentasi  Ketepatan
menjelaskan
analisis,
proses ketajaman
terbentuknya pembahasan
akhlak dan penyajian
 Mampu laporan tugas.
menjelaskan
akhlak terhadap
Allah SWT dan
Rasul-Nya
 Mampu
menjelaskan
akhlak terhadap
ibu bapak
 Mampu
menjelaskan
akhlak terhadap
keluarga dan karib
kerabat
 Mampu
menjelaskan
akhlak terhadap
diri sendiri

 Mampu
menjelaskan
akhlak terhadap
sesama manusia
 Mampu
menjelaskan
akhlak terhadap
dosen
 Mampu
menjelaskan
akhlak terhadap
bangsa dan negara

x
 Mampu
menjelaskan
akhlak terhadap
lawan jenis
 Mampu
menjelaskan
akhlak berbusana
 Mampu
menjelaskan
akhlak terhadap
alam sekitar

6  Mampu Klasifikasi Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %


menjelaskan Ajaran Islam diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
konsep syari‟ah Syari‟ah tugas dan menyusun kepribadian
islamiyah dan seminar paper, islami
presentasi  Ketepatan
hukum Islam
analisis,
 Mampu ketajaman
menjelaskan pembahasan
standarisasi hukum dan penyajian
Islam laporan tugas.
 Mampu
menjelaskan
tujuan hukum
Islam
 Mampu
menjelaskan
sumber syari‟ah
islamiyah dan
hukum Islam
 Mampu
menjelaskan
pembagian ibadah
menurut hukum
Islam

7  Mampu Thaharah dan Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %


menjelaskan Implementasiny diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
pengertian bersuci a dalam Ibadah praktek, menyusun kepribadian
islami
 Mampu Sehari-hari tugas dan paper,
seminar presentasi,  Ketepatan
menjelaskan
analisis,
macam-macam air melakukan ketajaman
 Mampu prakek pembahasan
menjelaskan thaharah dan penyajian
macam-macam laporan tugas.
najis dan cara  Kesungguhan
dalam
mensucikanya

xi
 Mampu melakukan
menjelaskan praktek
istinjak
 Mampu
menjelaskan
wudhu‟
 Mampu
menjelaskan
mandi wajib dan
cara mandi wajib
 Mampu
menjelaskan
fungsi tazkiyah
dan thaharah
dalam shalat dan
dalam kehidupan

8  Mampu Shalat dan Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %


menjelaskan Keutamaan diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
pengertian shalat Sholat dalam praktek, menyusun kepribadian
islami
 Mampu Kehidupan tugas dan paper,
Sehari-Hari seminar presentasi,  Ketepatan
menjelaskan
analisis,
tujuan dan melakukan ketajaman
keutamaan ibadah prakek pembahasan
sholat shalat dan penyajian
 Mampu laporan tugas.
menjelaskan  Kesungguhan
dalam
fungsi shalat
melakukan
khusyu‟ dalam praktek
kehidupan
 Mampu
menjelaskan
hikmahnya sholat
dilihat dari segi
keimanan
seseorang dan
kesehatannya

9 UTS UJIAN 2x50 UJIAN  Kehadiran, %


Menit kejujuran

10  Mampu Aplikasi Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %


menjelaskan syarat Syariah Puasa diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
sah dan wajib tugas dan menyusun kepribadian
puasa seminar paper, islami
 Ketepatan
 Mampu presentasi
analisis,

xii
menjelaskan puasa ketajaman
sunat pembahasan
 Mampu dan penyajian
laporan tugas.
menjelaskan hal-
hal yang
membatalkan
puasa
 Mampu
menjelaskan hari
yang dilarang
berpuasa
 Mampu
menjelaskan
hikmah puasa
dilihat dari segi
keimanan
seseorang dan
kesehatannya
11  Mampu Aplikasi Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %
menjelaskan Syariah Zakat diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
pengertian zakat tugas dan menyusun kepribadian
islami
 Mampu seminar paper,
presentasi  Ketepatan
menjelaskan hal-
analisis,
hal yang ketajaman
berhubungan pembahasan
dengan zakat dan penyajian
 Mampu laporan tugas.
menjelaskan zakat
mal dan zakat
penghasilan
12  Mampu Aplikasi Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %
menjelaskan Syariah Halal diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
makanan dan dan Haram tugas dan menyusun kepribadian
minuman dalam Dalam Islam seminar paper, islami
presentasi  Ketepatan
Islam
analisis,
 Mampu ketajaman
menjelaskan pembahasan
NAZA (Narkotika dan penyajian
& Zat Adiktif laporan tugas.
Lainnya) menurut
Islam

13  Mampu Aplikasi Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %


menjelaskan Syariah diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
pengertian dan Pernikahan tugas dan menyusun kepribadian
hukum munakahat dalam Islam seminar paper, islami
 Ketepatan
 Mampu (Munakahat) presentasi
analisis,
menjelaskan rukun ketajaman

xiii
– rukun nikah pembahasan
 Mampu dan penyajian
menjelaskan laporan tugas.
tujuan dan hikmah
nikah
 Mampu
menjelaskan
penyebab putusnya
pernikahan
 Mampu
menjelaskan hak
dan kewajiban
suami – istri

14  Mampu Ekonomi Islam Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %


menjelaskan diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
pengertian, tujuan tugas dan menyusun kepribadian
dan prinsip-prinsip seminar paper, islami
presentasi  Ketepatan
ekonomi Islam
analisis,
 Mampu ketajaman
menjelaskan pembahasan
bentuk-bentuk dan penyajian
transaksi ekonomi laporan tugas.
Islam
 Mampu
menjelaskan
perbandingan
sistem ekonomi
konvensinal dan
sistem ekonomi
Islam
 Mampu
menjelaskan
prinsip ekonomi
muamalah
15  Mampu Islam dan Ilmu Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %
menjelaskan Pengetahuan diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
kedudukan ilmu tugas dan menyusun kepribadian
dan kehormatan seminar paper, islami
presentasi  Ketepatan
para ilmuan dalam
analisis,
Islam ketajaman
 Mampu pembahasan
menjelaskan dan penyajian
fungsi ilmu dalam laporan tugas.
memperkuat iman
 Mampu
menjelaskan kunci

xiv
membuka
khazanah ilmu
 Mampu
menjelaskan
hadits-hadits
Rasulullah tentang
ilmu
 Mampu
menjelaskan
peringatan sesudah
mendapat ilmu
 Mampu
menjelaskan Al-
Qur‟an sumber
inspirasi ilmu
pengetahuan

16  Mampu Aplikasi Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %


menjelaskan Syariah diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
konsep politik Politik Islam tugas dan menyusun kepribadian
Islam dan HAM seminar paper, islami
 Ketepatan
 Mampu presentasi
analisis,
menjelaskan hak ketajaman
asasi manusia pembahasan
dalam Islam dan penyajian
laporan tugas.
17  Mampu Sejarah Kuliah, 2x50 Tugas,  Hadir di kelas %
menjelaskan Kebudayaan diskusi, Menit diskusi,  Menunjukkan
pengertian Islam tugas dan menyusun kepribadian
kebudayaan Islam seminar paper, islami
 Ketepatan
 Mampu presentasi
analisis,
menjelaskan ketajaman
prinsip-prinsip pembahasan
kebudayaan Islam dan penyajian
 Mampu laporan tugas.
menjelaskan
perkembangan
kebudayaan Islam
 Mampu
menjelaskan masa
kejayaan Islam
Dinasti Abbasiyah
 Mampu
menjelaskan masa
Kemunduran
Peradaban dan
Kebudayaan Islam

xv
(13-18/19M)
 Mampu
menjelaskan masa
Kebangkitan
Peradaban dan
Kebudayaan Islam
Kembali (18/19 –
Sekarang
 Mampu
menjelaskan Islam
di Indonesia
18 UAS UJIAN 2x50 UJIAN  Kehadiran, %
Menit kejujuran

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ..... i

xvi
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. .. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... .. iii
PRAKATA ............................................................................................................. .. iv
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………. .................................. .. v
PETUNJUK BAGI PEMBACA…………………………………………….... ..... .. vi
DESKRIPSI MATA KULIAH…………………………………………..… ……….vii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) …………………………… viii

BAB I. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI


A. Penyajian Materi...…....……………..…....................……….....................1
1.1 Hakikat dan Pengertian Pendidikan Agama Islam……………………1
1.2 Tujuan Pendidikan Agama Islam………………………..…….……...3
1.3 Peranan Pendidikan Agama Pembentukan Kepribadian Islami .....…..4
B. Rangkuman………………………………………………………………..5
C. Tugas Latihan.…………………………………………………………….5
D. Daftar Pustaka…………………………………………………………….5

BAB II. MANUSIA DAN AGAMA


A. Penyajian Materi.…………………………………………..…....………...7
2.1 Manusia menurut Ilmu Pengetahuan…………….....…………………7
2.2 Agama menurut Ilmu Pengetahuan……..………....……………….....7
2.3 Manusia menurut Islam………………………….....……………….....8
2.4 Agama menurut Islam…………..…………........….………………....10
2.5 DinAl-Islam dan Ruang Lingkupnya…………….....…..………….... 11
2.6 Toleransi Kehidupan Beragama…..…………..….......………….……11
B. Rangkuman…………………...…..…………..….....…………….…........12
C. Tugas Latihan.…………………………………………………………....12
D. Daftar Pustaka…………………………………………………….……...12

BAB III. SUMBER AJARAN ISLAM


A. Penyajian Materi..…………………………………………..….. ……….13
3.1 Pengertian Al-Qur‟an…………………………….....……….………13

xvii
3.2 Peranan Al-Qur‟an…….………………….....………………………13
3.3 Sejarah Turunnya Al-Quran dan Pemeliharaannya..…………….......14
3.4 Pengertian, tingkatan dan kedudukan Hadits dalam Islam...……......15
3.5 Pengertian, tingkatan dan kedudukan Ijtihad dalam Islam...…..........21
B. Rangkuman…………………...…..…………..….....…………………...22
C. Tugas Latihan.…………………………………………………………..22
D. Daftar Pustaka…………………………………………………………..22

BAB IV. KLASIFIKASI AJARAN ISLAM AQIDAH


A. Penyajian Materi..…………………………………………..….....……23
4.1 Pengertian Aqidah Islamiyah….......…………….....……….………23
4.2 Keimanan dan Ketaqwaan....…………….....………………………24
4.3 Kausalitas Rukun Iman..............................................……………....25
4.4 Konsep Ketuhanan dalam Islam............................................…….....25
4.5 Fungsi Keimanan dalam Kehidupan.....................................….........27
4.6 Pemeliharaan Iman dari Bahaya Syirik..............................................29
B. Rangkuman…………………...…..…………..….....……………….....30
C. Tugas Latihan.……………………………………………………........31
D. Daftar Pustaka…………………………………………………………31

BAB V. KLASIFIKASI AJARAN ISLAM AKHLAK


A. Penyajian Materi..…………………………………………..….....…...32
5.1 Pengertian Akhlak...............….......…………….....……….……..32
5.2 Proses Terbentuknya Akhlak.....……….....……………………...33
5.3 Akhlak Terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya.......……....…….....34
5.4 Akhlak Terhadap Ibu Bapak.................................................…….35
5.5 Akhlak Terhadap Keluarga dan Karib Kerabat.................…........35
5.6 Akhlak Terhadap Diri Sendiri.......................................................36
B. Rangkuman…………………...…..…………..….....……………......37
C. Tugas Latihan.…………………………………………………….......37
D. Daftar Pustaka……………………………………………………...…37

xviii
BAB VI. KLASIFIKASI AJARAN ISLAM AKHLAK 2
A. Penyajian Materi..…………………………………………..….....…...38
6.1 Akhlak Terhadap Sesama Manusia..................….....……....……..38
6.2 Akhlak Terhadap Dosen...............……….....……………...……..39
6.3 Akhlak Terhadap Bangsa dan Negara....................………....…....39
6.4 Akhlak Terhadap Lawan Jenis................................................…....39
6.5 Akhlak Berbusana...............................................................…........40
6.6 Akhlak Terhadap Alam Sekitar.......................................................41
B. Rangkuman…………………...…..…………..….....………………....41
C. Tugas Latihan.…………………………………………………….......41
D. Daftar Pustaka………………………………………………………...42

BAB VII. KLASIFIKASI AJARAN ISLAM SYARI‟AH


A. Penyajian Materi..…………………………………………..….....…....43
7.1 Konsep Syari‟ah Islamiyah dan Hukum Islam..................….....…..43
7.2 Konsep Standarisasi Hukum Islam..…….....……………...………44
7.3 Tujuan Hukum Islam....................………....…................................45
7.4 Sumber Syari‟ah Islamiyah dan Hukum Islam.......................…….46
7.5 Pembagian Ibadah Menurut Hukum Islam.........................….........47
B. Rangkuman…………………...…..…………..….....………………....48
C. Tugas Latihan.…………………………………………………….......48
D. Daftar Pustaka………………………………………………………...49

BAB VIII. THAHARAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM


IBADAH SEHARI-HARI
A. Penyajian Materi..…………………………………………..….....…...50
8.1 Pengertian Bersuci..........................................................................50
8.2 Macam-Macam Air.............................…….....……………...…....51
8.3 Macam-Macam Najis dan Cara Mensucikannya..............................52
8.4 Istinja‟.......................................................................…...............….52

xix
8.5 Wudhu.........................….................................................................53
8.6 Mandi Wajib dan Cara Mandi..........................................................54

8.7 Fungsu Tazkiyah dan Thaharah dalam Shalat dan


Dalam Kehidupan............................................................................54
B. Rangkuman…………………...…..…………..….....……………….....55
C. Tugas Latihan.……………………………………………………........55
D. Daftar Pustaka…………………………………………………………55

BAB IX. SHALAT DAN KEUTAMAAN SHALAT DALAM


KEHIDUPAN SEHARI-HARI
A. Penyajian Materi..…………………………………………..….....…....57
9.1 Pengertian Shalat..............................................................................57
9.2 Tujuan dan Keutamaan Shalat..........…….....……………...……....58
9.3 Fungsi Shalat Khusu‟ dalam Kehidupan..........................................61
9.4 Hikmah Shalat dilihat dari Segi Keimanan dan Kesehatan.......…..61
B. Rangkuman…………………...…..…………..….....……………….....63
C. Tugas Latihan.……………………………………………………........63
D. Daftar Pustaka…………………………………………………………63

BAB X. APLIKASI SYARIAH PUASA


A. Penyajian Materi..…………………………………………..….....….....65
10.1 Syarat Sah dan Wajib Puasa...........................................................65
10.2 Puasa Sunat.....................................…….....……………...……...66
10.3 Hal-Hal yang Membatalkan Puasa.................................................68
10.4 Hikmah Puasa Dilihat dari Segi Keimanan dan Kesehatan...........69
B. Rangkuman…………………...…..…………..….....…....……..............69
C. Tugas Latihan.………………………………………………....….........70
D. Daftar Pustaka………………………………………………....….........70

BAB XI. APLIKASI SYARIAH ZAKAT


A. Penyajian Materi..……………..………………………..….........….....71

xx
11.1 Pengertian Zakat...........................................................................71
11.2 Hal-Hal yang Berhubungan dengan Zakat………...……............72
11.3 Zakat Mal dan Zakat Penghasilan................................................74
B. Rangkuman…………...………...…..…………..….....………….........74
C. Tugas Latihan.…………...………………………………………........75
D. Daftar Pustaka……………...……………………………………........75

BAB XII. APLIKASI SYARIAH HALAL DAN HARAM DALAM ISLAM


A. Penyajian Materi..……………..………………………..….........…...76
12.1 Pengertian Makan dan Minuman dalam Islam...........................76
12.2 Naza (Narkotika & Zat Adiktif Lainnya) menurut Islam..........78
B. Rangkuman…………...………...…..…………..….....…………........79
C. Tugas Latihan.…………...……………………………………….......79
D. Daftar Pustaka……………...…………………………………….......79

BAB XIII. APLIKASI SYARIAH PERNIKAHAN DALAM ISLAM


(MUNAKAHAT)
A. Penyajian Materi..……………..………………………..….........….....80
13.1 Pengertian dan Hukum Munakahat..............................................80
13.2 Rukun-Rukun Nikah....................................................................81
13.3 Tujuan dan Hikmah Nikah...........................................................82
13.4 Penyebab Putusnya Pernikahan....................................................83
13.5 Hak dan Kewajibab Suami-Isteri.................................................83
B. Rangkuman…………...………...…..…………..….....…………........85
C. Tugas Latihan.…………...……………………………………….......86
D. Daftar Pustaka……………...…………………………………….......86

BAB XIV. EKONOMI ISLAM


A. Penyajian Materi..……………..………………………..….........…...87
14.1 Pengertian, Tujuan dan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam............87
14.2 Bentuk-Bentuk Transaksi Ekonomi Islam.................................89

xxi
14.3 Perbandingan Sistem Ekonomi Konvensional dan
Sistem Ekonomi Islam................................................................91
14.4 Prinsip Ekonomi Muamalah.......................................................91
B. Rangkuman…………...………...…..…………..….....………….......92
C. Tugas Latihan.…………...………………………………………......92
D. Daftar Pustaka……………...……………………………………......92

BAB XV. ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN


A. Penyajian Materi..……………..………………………..…...........….94
15.1 Kedudukan Ilmu, Kehormatan Para Ilmuan dalam Islam..........94
15.2 Fungsi Ilmu dalam Memperkuat Iman.......................................95
15.3 Kunci Membuka Khazanah Ilmu...............................................95
15.4 Hadits-Hadits Rasulullah tentang Ilmu......................................96
15.5 Peringatan Sesudah Mendapat Ilmu...........................................98
B. Rangkuman…………...………...…..…………..….....………….......99
C. Tugas Latihan.…………...………………………………………......99
D. Daftar Pustaka……………...……………………………………......99

BAB XVI. APLIKASI SYARIAH POLITIK ISLAM DAN HAM


A. Penyajian Materi..……………..………………………..….........….101
16.1 Konsep Politik Islam................................................................101
16.2 Hak Asasi Manusia dalam Islam..............................................103
B. Rangkuman…………...………...…..…………..….....………….....104
C. Tugas Latihan.…………...………………………………………....104
D. Daftar Pustaka……………...……………………………………....105

BAB XVII. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


A. Penyajian Materi..……………..………………………..….............106
17.1 Pengertian Kebudayaan Islam..................................................106
17.2 Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam...........................................107
17.3 Perkembangan Kebudayaan Islam...........................................107

xxii
17.4 Masa Kejayaan Islam Dinasti Abbasiyah................................108
17.5 Masa Kemunduran Peradaban dan Kebudayaan Islam ..........108

17.6 Masa Kebangkitan Peradaban dan Kebudayaan


Islam Kembali (18/19-Sekarang)............................................109
17.7 Islam di Indonesia...................................................................109
B. Rangkuman…………...………...…..…………..….....….....……...112
C. Tugas Latihan.…………...…………………………………….…..112
D. Daftar Pustaka……………...………………………………….…..112

xxiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Kausalitas Rukun Iman...................................................................... ........ 26

xxiv
BAB I
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami tentang pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi

Kompetensi Khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan hakikat dan pengertian Pendidikan
Pendidikan agama Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pendidikan agama Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan peranan pendidikan agama dalam
pembentukan kepribadian Islami

A. PENYAJIAN MATERI

1.1 Hakikat dan Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pada hakekatnya, yang mendidik manusia adalah Allah SWT sebagaimana


diterangkan dalam Q.S.1:2 yang artinya: “ Segala puji bagi Allah, Tuhan (yang
ditaati, yang memiliki, yang mendidik dan memelihara) semesta alam”.
Rasulullah SAW pernah mengungkapkan bahwa:” yang mendidikku adalah
Tuhanku. Dia-lah yang menjadi pendidikku yang terbaik”.

Berdasarkan hal tersebut, maka hakekatnya yang mendidik manusia adalah Allah
SWT karena manusia diciptakan-Nya memiliki jasad untuk tumbuh dan ruh untuk
berkembang sehingga manusia memiliki kapasitas untuk mendengar, melihat,
merasa, berfikir serta memiliki nafsu makan, minum dan seks yang digunakan
sesuai dengan petunjuk Al-Qur‟an dan sunah agar manusia dapat melaksanakan
tugas sebagai khalifah (pemimpin) di bumi. Selain itu, manusia juga mengelola
SDA untuk mengabdi kepada Allah SWT.

1
Pendidikan agama Islam didefinisikan berdasarkan Q.S.3:104, Q.S. 66:6 dan Q.S.
4:59.
Q.S.3: 104 yang artinya “ dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat
(sebagai pendidik) yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

Q.S. 66: 6 artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”.

Q.S.4:59 artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul (Nya)
dan ulil amri di antara kamu. Kemudin jika kamu berlainan pendapat mengenai
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur‟an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Oleh itu, pendidikan agama Islam adalah bimbingan secara sadar yang diberikan
oleh seorang pendidik (murabi) terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian peserta didik, atau oleh diri sendiri terhadap diri sendiri berdasarkan
Al-Qur‟an dan hadits dengan pemberian bimbingan teori ke praktek atau dari
praktek ke teori dalam kehidupan sehari-hari melalui proses pembelajaran dan
keteladanan mengamalkan ajaran Islam secara kontinyu, sebagaimana yang telah
dipraktekan oleh Rasulullah SAW terhadap dirinya, keluarganya, para sahabatnya
dan umat di masanya.

2
1.2 Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mendidik akhlak (sikap dan tingkah
laku) peserta didik dari yang belum Islami kepada yang Islami melalui proses
praktek ke teori dan dari teori ke praktek atau sejalan teori dan praktek dalam
pembentukan sikap dan tingkah laku yang Islami.

Dalam proses pembentukan sikap dan tingkah laku yang Islami dimulai dari
pemberian contoh (praktek), kemudian secara beransur-ansur diberikan teori
sehingga terjadi pengalaman dan pemahaman dengan pemberian teori yang
disertai praktek sehingga terjadi proses penghayatan dan pemahaman teori yang
sempurna terhadap ajaran Islam. Pembentukan sikap dan tngkah laku yan Islami
dilakukan dengan bimbingan oleh pendidik kepada peserta didik, atau oleh diri
sendiri kepada diri sendiri sehingga terbentuklah pola sikap dan tingkah laku yang
Islami.

Selain itu, pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk keceradan dalam
definisi Islam yaitu yang meliputi kecerdasan spiritual, emosional, intelektual dan
biologis. Kecerdasan spiritual yaitu fitrah beragama untuk mengungkap nilai
kebenaran mutlak dari Allah SWT dan merasakan selalu dekat dengan-Nya serta
mengontrol kecerdasan lain (Q.S. 30:30, 13:28; 3:189-191). Kecerdasan emosi
yaitu daya rasa ketuhanan untuk mengingat Tuhan dan daya rasa kemanusiaan
merasa manusia untuk membedakan baik dan buruk serta indah dan tidak indah
(Q.S.7:179, 13:28 dan 32:9). Kemudian, kecerdasan intelektual adalah kecerdasan
yang berupa daya piker untuk membedakan benar dan salah di dalam kontrol
spiritual dan rasa ketuhanan (Q.S.3:190-191 dan 32:9). Kecerdasan biologis
merupakan kecerdasan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang meliputi makan,
minum, seksual dalam control spiritual, emosional dan intelektual yang islami
untuk mempertahankan hidup dan melanjutkan keturunan serta membedakan
nikmat, halal dan baik.

3
1.3 Peranan Pendidikan Agama dalam Pembentukan Kepribadian Islami

Pendidikan Agama Islam berperanan untuk mengembangkan 5 kemampuan dalam


pembentukan kepribadian islami.

1. Kemampuan konatif
2. Kemampuan afektif
3. Kemampuan kognitif
4. Kemampuan psikomotorik
5. Kemampuan penampilan islami (akhlak karimah)

Kemampuan konitif merupakan kemampuan untuk menumbuhkan motivasi (niat)


yang jelas karena Allah SWT, mengontrol pencapaian tujuan perbuatan yang
menjamin keselamatan manusia dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas
kehidupan (Q.S.3:112). Kemampuan afektif adalah kemampuan menerima secara
sadar tentang kebenaran ajaran Islam sehingga dapat meyakininya secara beanr,
dapat mengatasi setiap problem baru dengan keyakinan yang mantap,
berpartisipasi secara aktif melakukan amar makruf (melaksanakan segala
perintah-Nya) dan nahi mungkar (meninggalkan segala larangan-Nya).
Kemampuan ini juga merupakan kemampuan dalam memadukan nilai-nilai yang
kontradiktif sehingga dapat menghargai perbedaan pendapat tentang masalah-
masalah khilafiah yang bersifat fiqhiyah ijtihadiyah (perbedaan pendapat ulama
dalam hukum Islam) dan menyelesaikan perbedaan secara arif. Ini menjadikan
individu tersebut seseorang yang konsisten, memiliki kepribadian islami yang
mantap, percaya diri sebagai muslim yang taat (Q.S.3:110).

Kemampuan kognitif yaitu kemampuan untuk menyelaraskan norma-norma Islam


dnegan ilmu pengetahuan professional yang dimiliki sehingga mampu mengatasi
persoaln baru dalam kehidupan dengan bimbingan Islam sebagai hudan (petunjuk)
yang diyakini kebenarannya (Q.S.17:36). Kemampuan psikomotorik yaitu
kemmpuan melaksanakan amar makruf, nahi munkar (Q.S.3:110) dalam semua

4
aspek kehidupan, baik yang ibadah mahdhah (hubungan dengan Tuhan) maupun
ibadah mu‟amalah dalm hubungan dengan manusia, diri sendiri dan alam sekitar
(Q.S.2:127). Kemampuan penampilan islami atau akhlak yang mulia adalah
totalitas dari semua kemampuan baik itu konatf, afektif, kognitif dan psikomotorik
pada penerapannya terus-menerus secara konsisten yang melahirkan budaya dan
kepribadian yang kaffah (sempurna) dalam setiap aspek kehidupan seperti
berpakaian, berbicara, berjalan, beradaptasi dan sebagainya.

B. RANGKUMAN

Pada hakekatnya, pendidikan Agama Islam adalah untuk membentuk kepribadian


Islami sehingga diperoleh kepribadian kaffah. Mahasiswa bukan saja
berintelektual tetapi juga berakhlak mulia.

C. TUGAS LATIHAN
-

D. Daftar Pustaka
Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

5
BAB II
MANUSIA DAN AGAMA

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami tentang manusia dan agama

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian manusia menurut ilmu
pengetahuan
- Mahasiswa mampu menjelaskan agama menurut ilmu pengetahuan
- Mahasiswa mampu menjelaskan manusia menurut Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan agama menurut Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan Din al-Islam dan ruang lingkupnya
- Mahasiswa mampu menjelaskan toleransi kehidupan beragama

A. PENYAJIAN MATERI

2.1 Manusia menurut Ilmu Pengetahuan

Menurut ilmu pengetahuan, kejadian manusia adalah berdasarkan kepada teori


evolusi yaitu teori yang menganggap bahwa jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang
ada sekarang tidak lahir menurut wujudnya seperti sekarang ini. Teori ini
berpangkal pada penmuan Lanmark (1744-1829) dan diilmiahkan oleh Chares
Darwin (1882) dengan memberikan dasar data-data. Namun teori ini sangat
lemah.

2.2 Agama menurut Ilmu Pengetahuan

Ada dua pendapat mengenai pengertian agama. Pendapat pertama mengatakan


kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu a (tidak) dan gama (kacau), jadi
agama berarti sesuatu yang tidak kacau. Pendapat kedua yaitu mengatakan kata

6
agama diartikan sesuatu yang tidak kacau adalah tidak ilmiah, sebab jika
pernyataan “agama adalah sesuatu yag tidak kacau” dibalik susunannya menjadi
”sesuatu yang tidak kacau adalah agama”, maka semakin kacau hasilnya. Maka,
menurut pendapat kedua, agama adalah cara-cara sampai kepada keredhaan
Tuhan.

Pengertian agama secara terminologis adalah pengakuan manusia tentang adanya


yag suci secara insyaf (sadar) bahwa ada satu kekuatan yang memungkinkan
melebihi segala yang ada. Kekuatan inilah yang diangap sebagai asal atau Sang
Pencipta segala yang ada. Tentang kekuatan ini bermacam-macam bayangan yang
terdapat pada diri manusia, demikian pula cara membayangkannya. Demikianlah
tuhan dianggap manusia sebagai tenaga gaib di seluruh dunia. Tenaga gaib ini
dapat menjelma antara lain dalam alam (animisme) atau dalam diri manusia
(Yesus Kristus).

Kata agama dalam bahasa Indonesia dianggap semakna dengan kata asing
yaitu religi. Dalam bahasa Inggris ditulis religion dan dalam bahasa Belanda:
religie. Di samping religie ada lagi godsdien. Secara etimologi, religi mungkin
sekali berasal dari bahasa Latin yaitu religere atau religare yang berarti berhati-
hati dan pengertian asalnya observasi (berpegangan kepada kaedah-kaedah atau
aturan-aturan yang ketat).

2.3 Manusia menurut Islam

Menurut Islam, manusia didefinisikan menjadi 7 konsep yaitu:

1. Konsep Al-Basyr
Manusia dalam konsep al-Basyr dipandang sebagai makhluk biologis. Konsep ini
mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki kebutuhan-
kebutuhan biologis seperti memelihara diri yang meliputi makan, minum dan

7
beradaptasi dengan lingkungannya dan berkembang jenis (kebutuhan seksual)
yang diikat oleh tata aturan Tuhan melalui agama.

2. Konsep Al-Insaan
Kata al-insaan berakar pada kata nasiya yang berarti lupa (Shihab, 1997:60). Kata
ini mengacu kepada potensi yang diangugrahkan oleh Allah kepada manusia.
Potensi tersebut ada potensi positif dan negatif. Potensi positif yaitu tumbuh dan
berkembang secara fisik (al-Mu‟minun: 12-14), potensi mental spiritual (Ar-
Rahman: 3-4), menguasai ilmu pengetahuan melalui proses pembelajaran tertentu
(al-„Alaq: 4-5), kemampuan mengenali Tuhan (al-A‟raf: 172). Sedangkan potensi
negatif yaitu cenderung mengingkari nikmat (Ibrahim: 34), tidak berterima kasih
(Hud:9), sombong bila telah berkecukupan (al-Isra‟:83).

3. Konsep An-Nas
Konsep ini menganggap manusia sebagai makhluk sosial. Manusia diciptakan
sebagai makhluk bermasyarakat yang berawal dari pasangan laki-laki dan wanita,
kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa untuk salig kenal mengenal (al-
Hujurat:13). Dalam kehidupan sosial, manusia dituntut berbuat baik dan mengajak
manusia lain berbuat baik serta mencegah manusia berbuat kerusakan dan
kemungkaran sehingga tercipta Negara yang aman tentram di bawah naungan
Allah SWT (baldatun thaiyyibatun wa rabbun ghafur).

4. Konsep Bani Adam


Konsep ini menunjukkan bahwa keseluruhan manusia pada dasarnya adalah
keturunan Nabi Adam AS. Dengan konsep ini, maka semua manusia adalah
bersaudara yang dahulunya adalah satu umat kemudian berselisih (Yunus:19).
Konsep ini juga menyatakan bahwa manusia dinilai sama derajatnya, tidak
memandang status sosial, yang membedakannya adalah nilai ketaqwaan kepada
Allah SWT (Al-Hujurat: 13).

8
5. Konsep Abd Allah
Kata abd Allah berarti abdi atau hamba Allah (milik Allah SWT). Kepemilikan
Allah adalah mutlak dan sempurna. Pengabdian tersebut meliputi:
a. Menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dimilikinya termasuk dirinya
sendiri adalah milik Allah dan berada di dalam kekuasaan Allah.
b. Mengarahkan seluruh sikap dan aktivitasnya senantiasa mengarah pada
usaha untuk memenuhi perintah Allah dan menjauhi segala bentuk
larangannya.
c. Dalam mengambil keputusan senantiasa mengaitkannya dengan izin Allah.
Oleh itu, sebagai abd Allah seluruh aktivitas dan peranan yang dilakoni oleh
manusia harusnya semata-mata mencari ridha Allah saja (al-Bayyinah:5, Az-
Zumar:11).

6. Konsep Khalifah Allah


Dengan konsep ini, maka manusia merupakan khalifah di bumi karena bentuk
kemuliaan dan kesempurnaan penciptaan manusia dibanding makhluk Allah
lainnya. Sebagai khalifah, manusia merupakan pemegang hak pengelol dan wakil
Tuhan di muka bumi sehingga harus menjalin hubungan baik secara vertikal
dengan Tuhan dan secara horizontal dengn seluruh makhluk ciptaan Allah untuk
menjaga hubungan yang harmonis di alam semesta sebagai pertanggungjawaban
atas pelaksanaan tugas kekhalifahannya.

2.4 Agama menurut Islam

Kata Islam adalah kata jadian Arab yang asal katanya aslama akar katanya adalah
salama yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari kata itu terjadilah
kata mashdar salamat seterusnya salm dan silm. Salm atau silm berarti kedamaian,
kesejahteraan, kepatuhan, penyerahan diri pada Tuhan.Islam menggunakan istilah
Al-din yang terdapat dalam Al-Qur‟an yaitu din al-Islam dalam Q.S.3:19 dan 85
untuk menjelaskan agama. Al-Faituz Zabadi dalam kamu al-Muhith menjelaskan
arti al-din sebagai kemenangan, kekuasaan, paksaan dan peribadatan.

9
2.5 Din Al-Islam dan Ruang Lingkupnya

Berdasarkan pengertian Islam dan al-din, maka pengertian din al-Islam adalah
suatu konsep yang lengkap tentang hukum (undang-undang dan peraturan-
peraturan) yang diturunkan Allah SWT kepada para nabi dan rasul-Nya semenjak
Adam AS yang berakhir dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW.

Ruang lingkup ajaran agama Islam sangat luas dan mencakup semua aspek karena
agama Islam adalah agama universal. Namun secara garis besar ruang lingkup
terbagi:
1. „Aqidah Islamiyah
2. Syari‟ah Islamiah
3. Akhlak
„Aqidah Islamiyah mencakup keimanan dan „aqidah tauhid yaitu pembahasan
tentang arkanul-iman (rukun iman). Sedangkan Syariah Islamiyah adalah
mencakup ibadah mahdah (rukun Islam) dan syari‟ah mu‟amalah yang meliputi
aspek sosial, ekonomi, politik, hukum, filsafat, iptek, pendidikan, olah raga,
pergaulan, makan, minum dan sebagainya. Akhlak menbahas tentang akhlak
terhadap Tuhan dan akhlak antar makhluk.

2.6 Toleransi Kehidupan Beragama

Toleransi kehidupan beragama terdiri dari toleransi intern umat beragama


khususnya Islam, antar umat beragama, antar umat beragama dan pemerintah.
Toleransi intern umat beragama adalah kerukunan di dalam umat beragama itu
sendiri sesama umat Islam yang berbeda mazhab dan aliran dengan saling
menghormati dan menghargai. Toleransi antar umat beragama adalah toleransi
antara penganut agama yang berbeda untuk saling menghormati dan menghargai
agama lain. Toleransi antara umat beragama dan pemerintah adalah toleransi yang
harus diwujudkan oleh pemerinth yang bertugas mengayomi dan melindungi
masyarakatnya yang homogen.

10
B. RANGKUMAN

Manusia adalah makhluk yang sempurna dan mulia dan bertugas sebagai khalifah
di muka bumi sebagai bentuk pengabdian terhadap Allah SWT. Oleh itu, manusia
harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya selama di dunia dan
konteks perannya sebagai khalifah di muka bumi.

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang tujuan penciptaan manusia menurut Al-Quran.

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

11
BAB III

SUMBER AJARAN ISLAM

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami tentang sumber ajaran Islam

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, kandungan, peranan dan
sejarah turunnya Al-Qur‟an dan pemeliharaannya
- Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, tingkatan dan kedudukan
Hadits dan Ijtihad dalam Islam

A. PENYAJIAN MATERI

3.1 Pengertian Al-Qur’an

Secara bahasa kata Al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab yaitu qa-ra-a, yaq-ra-u,
qur‟an, waqura‟nan yang berarti bacaan. Selanjutnya, Al-Qur‟an menurut istilah
adalah firman Allah yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dalam
bahasa Arab melalui malaikat Jibril yang berfungs sebagai mukjizat, bersifat
mutawatir serta menjadi ibadah membacanya.

3.2 Peranan Al-Qur’an

Al-Qur‟an merupakan sumber pertama dan utama ajaran agama Islam.Selain itu
peranan Al-Qur‟an yang lain adalah:

1. Petunjuk jalan hidup


Ia juga merupakan petunjuk jalan terbaik bagi kehidupan manusia sebagaimana
dalam suah Al-Baqarah: 185 yang artinya

12
“ Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan yang
bathil)”.

2. Penjelasan Terhadap Segala Sesuatu


Al-Qur‟an diturunkan Allah SWT ke muka bumi untuk memberikan penejlasan
tentang segala sesuatu sehingga memiliki pedoman dan arahan yang jelas dalam
melaksanakan tugas hidupnya sebgai makhluk Allah SWT sebagaimana dalam Al-
An‟am:38, An-Nahl:89, An-Naml:1-2.

3. Sebagai Penawar Jiwa yang Haus (syifa)


Al-Qur‟an berfungsi sebagai obat (penawar) bagi manusia sebagaimana Al-
Isra:82. Sasaran dari penyembuhan ini adalah hati, ayitu memberikan
penyembuhan terhadap segala penyakit hati yang membuat manusia menderita
penyakit rohani seperti kecemasan, kegelisahan, ketakutan, kekecewaan,
kekosongan jiwa dan kegoncangan jiwa.

3.3 Sejarah Turunnya Al-Qur’an dan Pemeliharaannya

Al-Qur‟an diturunkan dalam dua periode yaitu periode Mekah dan Madinah.
Periode yang pertama periode Mekah yaitut saat nabi bermukim di Mekah (12
tahun 5 bulan 13 hari). Semua surah yang turun di Mekah dinamakan ayat-ayat
Makkiyah yang sebanyak 4.726 ayat yang meliputi 89 surat atau 19/30 juz.
Adapun cirinya adalah kebanyakan mengandung persoalan tauhid.

Kedua adalah periode Madinah yaitu pada masa Nabi Muhammad SAW berhijrah
ke Madinah yang berlangsung 9 tahun 9 bulan dan 9 hari. Ayat-ayat yang turun di
Madinah dinamakan Madaniyah yang mempunyai ciri kebanyakan berisi
kewajiban atau sanksi, ibadah, muamalah, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan
sosial, hubungan internasional baik waktu damai dan perang.

13
3.4 Pengertian, Tingkatan dan Kedudukan Hadits dalam Islam

Sunnah dan hadits adalah dua istilah yang berbeda dari segi bahasa namun
memiliki substansi yang sama. Sunnah dari segi bahasa bermakna “jalan yang
biasa dilalui” atau cara yang senantiasa dilakukan,” apakah cara itu sesuatu yang
baik atau buruk. Ini sebagaimana termaktub dalam sabda Rasulullah SAW yang
terjemahannya : “ Barangsiapa yang membiasakan sesuatu yang baik di dalam
Islam, maka ia menerima pahalanya dan pahala orang-orang sesudahnya yang
mengamalkannya (HR. Muslim). Sedangkan hadits menurut bahasa bermakna
khabar atau berita. Yang dimaksud di sini adalah khabar atau berita tentang
sunnag tersebut.

Sunnah tersebut meliputi ucapan, perbuatan dan sikap diamnya Rasulullah SAW.
Karena hadits merupakan pemberitaan maka ia terkait dengan si pembawa berita
baik segi kemampuan daya ingat, sifat atau perilakunya, maupun proses atau
penyampaian berita (transmisi) hadits itu sendiri. Atas dasar itulah muncul
penilaian-penilaian tentang kesahihan sebuah hadits oleh para ulama hadits sesuai
dengan metode yang sudah dibangun oleh para ulama terdahulu seperti Imam
Bukhari dan Muslim. Ilmu yang mempelajari tentang hadist disebut ilmu
musthalah alhadits.

Sunnah menurut istilah dapat dilihat dari tiga disiplin ilmu yaitu ilmu hadist, ilmu
ushul fiqh dan ilmu fiqh. Sunnah menurut para ahli hadits adalah seluruh yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan
maupun ketetapan atau sifat sebagai manusia biasa, akhlaknya baik sebeeum
maupun setelah beliau diangkat menjadi Rasul. Sunnah menurut ahli ushul fiqh
adalah segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW berupa perkataan,
perbuatan dan ketetapan yang berkaitan dengan hukum. Sedangkan sunnah
menurut ahli fiqh, di samping pengertian yang dikemukakan oleh ulama ushul
fiqh di atas, juga dimaksudkan sebagai salah satu hukum taklifi yang mengandung
pengertuan “perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila

14
ditinggalkan tidak berdosa.” Pengertian tersebut sebagaimana yang dipahami oleh
kalangan awam.

Perbedaan pengertian sunnah di kalangan ahli ushul fiqh dan ahli fiqh terjadi
karena perbedaan sudut pandang masing-masing terhadap sunnah. Ulama ushul
fiqh memandang bahwa sunnah tersebut merupakan salah satu sumber atau dalil
hukum. Sedangkan ulama fiqh menempatkan sunnah sebagai salah satu hukum
taklifi (Harun 1997). Sungguhpun demikian, baik ulama ushul fiqh, ulama fiqh
maupun ulama hadits sepakat mengatakan bahawa kata sunnah atau hadits hanya
merujuk kepada dan berlaku untuk Nabi, tidak digunakan untuk selainnya.
Alasannya adalah karena Nabi orang yang terpelihara dari, kesalahan, beliau
adalah sumber teladan sehingga apa yang disunnahkannya mengikat seluruh umat
Islam (Syarifuddin 1997).

Terdapat tiga kategori penilaian dalam mengklasifikasikan tingkatan-tingkatan


hadist yaitu berdasarkan kualitasnya (diterima atau ditolak),bentuknya, dan
jumlah perawinya.

1. Berdasarkan kualitasnya
Sebelum penjelasan mengenai hadits berdasarkan kualitasnya, maka perlu
dijelaskan istilah seperti sanad, matan rawi, „adalah dan dhabith.Sanad adalah
mata rantai yang dilalui oleh sebuah hadits atau orang-rang yang berperan dalam
penyampaian hadits tersebut. Matan adalah ucapan Nabi SAW itu sendiri atau
pengkhabaran tentang perbuatan beliau. Rawi adalah orang yang sudah melakukan
penelitian (takhrij) tentang hdits seperti Bukhari, Muslim, Ahmad dan sebagainya.
Adalah (adil) adalah sifat yang dimiliki oleh pembawa hadits yang terpelihara dari
dosa dan perbuatan-perbuatan tercela. Sedangkan dhabith adalah sifat yang
dimiliki oleh pembawa hadits (sanad) yang memiliki ingatan yang kuat atau
catatan yang rapi.

15
Berdasarkan kualitasnya, hadist terbagi atas tiga kategori yaitu shahih, hasan dan
dha‟if.
Pertama, hadits shahih yaitu hadits yang bersambung sanad nya yang
diriwayatkan rawi yang adil dan dhabith dari rawi yang lain (juga) adil dan
dhabith sampai akhir sanad, dan hadits ini juga tidak janggal serta tidak
mengandung cacat (illat). Syarat-syarat hadits shahih yang maqbul ada enam yaitu
rawi „adil, rawi dhabith, sanad bersambung, matan tidakmengandung kerancuan
gharib) dari segi bahasa, tidak terdapat cacat yang menyebabkan rusaknya hadits
tersebut, seperti isinya yang bertentangan dengan fakta sejarah. Contoh hadits
shahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim sebagai berikut:
“Meriwayatkan kepada kami uthhaibah bin Sa‟id, ia berkata:
“Meriwayatkan kepada kami Jarir bin al-Qa‟da dari Abu Zurr‟ah dari Abu
Hurairah, ia berkata: “ Ya Rasulullah siapakah yang berkah mendapatkan
perlakukanku yang baik? Rasulullah menjawab” „Ibumu.‟. Orang itu bertanya:
„Kemudian siapa?‟ Rasulullah menjawab:‟Ibumu‟. Orang itu bertanya lagi”
„Kemudian siapa?‟ Rasulullah menjawab “‟Ibumu.‟ Ornag itu bertantan lagi:
„Kemudian siapa? „Rasulullah menjawab:‟Kemudian bapakmu‟.

Sanad hadits tersebut bersambung melalui pendengaran orang yang adil dan
dhabith. Bukhari dan Muslim adalah dua imam yang agung dalam bidang ini.
Dan guru mereka, Quthaibah bin Sa‟id adalah orang yang tsiqah (terpercaya) dan
tetap hafalannya serta yang tsiqat dan shahih kitabnya.

Kedua, hadits hasan yaitu hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh
rawi yang adil, yang rendah tingkat kekuatan daya hafalnya, bahasanya tidak
rancu dan tidak bercacat.

Ketiga, hadits dha‟if yaitu hadits yang tidak memenuhi hadits shahih dan hasan.
Contohnya: “Barangsiapa yang berjabat tangan dengan orang Yahudi atau
Nasrani, maka hendaklah ia berwudhu dan menyucikan tangannya”.

16
2. Berdasarkan bentuknya
Berdasarkan bentuknya, hadits terbagi menjadi qauliyah, fi‟liyah dan taqririyah.
Pertama, hadits qauliyah yaitu ucapan Nabi Muhammad SAW yang didengar
oleh sahabat beliau dan disampaikannya kepada orang lain. Umpamanya, sahabat
menyampaikan bahwa ia mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Barangsiapa yang tidak melaksanakan shalat karena tertidur atau karena ia
lupa, hendaklah ia segera mengerjakan shalat itu ketika telah ingat”.

Kedua, hadits fi‟liyah yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW yang dilihat atau diketahui oleh sahabat, kemudian disampaikannya kepada
orang lain dengan ucapannya. Umpamanya, sahabat berkata: “ Saya melihat Nabi
SAW meakukan shalat sunat dua rakaat sesudah shalat Zuhur”.
Ketiga, hadits taqririyah yaitu perbuatan atau ucapan seorang sahabat di hadapan
Nabi SAW atau sepengetahuan Nabi yang tidak ditanggapi atau dicegah oleh
Nabi. Diamnya Nabi disampaikan sahabat kepada orang lain dengan ucapannya.
Sebagai contoh, pernah pada suatu kali seorang sahabat memakan daging dhab
(binatang padang pasir sejenis kadal) di depan Nabi SAW, beliau mengetahui apa
yang dimakan oleh sahabat tersebut tetapi beliau tidak melarang atau menyatakan
keberatan atas perbuatan itu. Kisah tersebut disampaikan oleh sahabat yang
mengetahuinya dengan ucapannya sendiri, contohnya, “Saya melihat seorang
sahabat memakan daging dhab di dekat Nabi SAW, Nabi SAW mengetahui tetapi
Nabi SAW tidak melarang perbuatan itu” (Syarifuddin 1997).

Apakah semua yang dinukilkan oleh Nabi SAW dikatakan sunnah yang mengikat
umat Islam?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ulama syariah
mengelompokkan sunnah dalam dua kelompok yaitu sunnah tasyri‟iyah dam
sunah ghairu tasyri‟riyah. Sunnah tasyri‟riyah adalah perbuatan atau kebiasaan
Nabi SAW yang berimplikasi kepada hukum syariat, seperti bidang ibadah,
muamalah dan perintah atau larangan lainnya, semuanya wajib diteladani dan
mengikat semua umat Islam. Sedangkan sunnah ghairu tasyri‟riyah adalah
perbuatan atau kebiasaan Nabi SAW yang tidak berimplikasi kepada hukum

17
syariat, misalnya hal-hal yang berkaitan dengan adat kebiasaan beliau sebagai
manusia biasa atau sebagai orang Arab yang menyenangi jenis-jenis makanan
tertentu atau model pakaian tertentu termasuk juga cara makan, minum, berjalan
berpaiakan serta memelihara jenggot merupakan kebiasaan dari seorang manusia
yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan atau adat istiadat setempat. Kebiasaaan-
kebiasaan tersebut tidak wajib secara syar‟i untuk diikuti, namun juga tidak salah
bila diikuti bahkan dianggap sebagai sesuatu yang terpuji karena ditiru dari
perbuatan Nabi SAW.

Perbuatan Nabi SAW yang mempunyai kapasitas hukum Islam menjadi dalil
hukum yang harus dipatuhi oleh umat. Dalam hal ini tidak ada perbedaan
pendapat dari ulama, semuanya sepakat bahwa apa saja yang dijelaskan Nabi
SAW dijadikan dalil seperti sabda Nabi: “Shallu kama raaitumuni ushalli
(Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat)” (Syarifuddin 1997).

3. Berdasarkan Jumlah Perawinya


Berdasarkan jumlah perawi (orang yang meriwayatkan), hadist terbagi dalam tiga
kategori yaitu hadits Mutawatir, Masyhur dan Ahad.

Pertama, hadits Mutawatir yaitu hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi
yang tidak memungkinkan mereka sepakat untuk berdusta. Contoh hadist
Mutawatir adalah sebagai berikut:
Rasul SAW bersabda: “Barangsiapa berbuat dusta atas namaku dengan sengaja,
maka hendaklah ia menepati tempat tinggalnya di neraka.”.
Hadits ini diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW dengan redaksi yang sama
oleh lebih dari tujuh puluh orang sahabat. Contoh lainnya: Rasulullah SAW : Al-
Qur‟an itu diturunkan atas tujuh huruf. Hadist ini diriwayatkan oleh dua puluh
tujuh orang sahabat.

18
Kedua, hadist Masyhur yaitu hadits yang memiliki sanad yang terbatas yang
lebih dari dua. Hadits tersebut ada yang berkualitas shahih, hasan dan ada juga
yang dha‟if. Contoh hadits Masyhur yang shahih:
RasulullahSAW bersabda: “Bila salahs eorang diantara kamu hendak mendirikan
shalat Jum‟at, maka hendaklah ia mandi”. Hadits ini diriwayatkan dari Nabi
SAW melalui banyak sanad.

Contoh hadits Masyhur yang hasan:


Rasulullah SAW bersabda: “Tidak boleh membiarkan datangnya bahaya dan
tidak boleh mendatangkan bahaya”. Hadits ini diriwayatkan dari Nabi
SAWmelalui banyak sanad tetapi dinilai derajatnya hasan oleh Imam Nawawi.

Contoh hadits Masyhur yang dha‟if:


Rasulullah SAW bersabda: “Carilah ilmu walau di negeri Cina. Hadits ini
diriwayatkan melalui banyak sanad dari Anas dan Abu Hurairah, akan
tetap seluruh sanad tidak terbebas dari cacat. Oleh karenanya hadits
tersebut jatuh ke dalam kategori hadits Masyhur yang dha‟if.

Ketiga, hadits Ahad yaitu hadits yang diterima dari Nabi SAW secara orang
perorangan sampai kepada rawinya yang terakhir. Hadits ahad ini diterima dan
disampaikan secara berantai dari satu orang ke satu orang yang lain, begitu
seterusnya.

Kedudukan Hadits

Hadits adalah sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur‟an. Kedudukan hadits
secara keseluruhan ada lima yaitu:
1. Fungsi Taqrir, yaitu memperkokoh hukum yang sudah ditetapkan Al-
Qur‟an.
2. Fungsi Tafsir/tafshil yaitu menafsirkan atau merinci ayat-ayat Al-Qur‟an
yang mengandung pengertian secara global.

19
3. Fungsi taqyid, yaitu memberikan batasan terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an
yang mengandung pengertian secara mutlak.
4. Fungsi ististna, yaitu memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al-
Qur‟an yang bersifat umum.
5. Fungsi munsyi‟al-hukmu, yaitu membentuk atau menambahkan hukum
yang tidak ditetapkan di dalam Al-Qur‟an.

3.5 Pengertian, tingkatan dan kedudukan Ijtihad dalam Islam

Ijtihad berasal dari bahasa jahdun yang berarti bersungguh-sungguh. Sedangkan


pengertian ijtihad menurut istilah adalah menggunakan seluruh kemampuan
berfikir secara maksimal dan dengan bersungguh-sungguh untuk mengeluarkan
atau untuk menetapkan hukum syara‟ dengan jalan mengistimbatkan (menetapkan
hukum) dari Al-Qur‟an dan haidts Nabi SAW.

Pada dasarnya ijtihad dilakukan dalam menghadapi masalah-masalah yang


hukumnya tidak dijelaskan dalam Al-Qur‟an dan Hadits, misalnya apabila:
- Al-Qur‟an dan hadits tidak menetapkan hukumnya secara jelas dan
langsung, baik sebagian maupun keseluruhan.
- Al-Qur‟an dan hadits tidak menyebutkan ketentuan hukum secara jelas
dan langsung terhadap suatu kasus tapi secara tidak langsung dapat
ditentukan hukumnya.

B. RANGKUMAN

Al-Qur‟an merupakan sumber dari segala sumber hukum Islam yang paling
utama. Ia karena firman Allah SWT yang memberi tuntutan tentang segala hal di
dunia. Oleh itu, membaca Al-Qur‟an merupakan salah satu ibadah. Setelah Al-
Qur‟an, sumber ajaran Islam kedua adalah hadits. Setelah Al-Qur‟an dan hadits
adalah ijtihad.

20
C. TUGAS LATIHAN

Buatlah list berapa banyak surat pada juz 30 (juz amma) yang sudah Anda hafal
dan sebutkan surat apa saja.

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

21
BAB IV

KLASIFIKASI AJARAN ISLAM AQIDAH

Kompetensi Umum:

- Mahasiswa memahami tentang klasifikasi ajaran Islam berupa aqidah.

Kompetensi Khusus:

- Mahasiswa mampu menjelaskan aqidah Islamiyah


- Mahasiswa mampu menjelaskan keimanan dan ketaqwaan
- Mahasiswa mampu menjelaskan kausalitas rukun iman
- Mahasiswa mampu menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi keimanan dalam kehidupan
- Mahasiswa mampu menjelaskan pemeliharaan iman dari bahaya syirik

A. PENYAJIAN MATERI

4.1 Pengertian Aqidah Islamiyah

Kata aqidah adalah bahasa Arab yaitu berasal dari kata „aqadah - ya‟qidu-
„aqidatan¸diIndonesiakan menjadi akidah. Artinya secara etimologis adalah ikatan
atau janji. Secara terminologis adalah ikatan jiwa dengan Allah SWT, yakni
mengakui nahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dalam ungkapan kalimat Laa
Ilaa ha illaulah (Tiada Tuhan yang disembah, kecuali Allah SWT) sebagaimana
QS Muhammad: 19.

Substansi dari „aqidahadalahtauhid yang berarti mengakui Maha Esa Allah SWT.
Akar kata tauhid adalah ahad sebagaimana dalam QS Al-Ikhlas:1-4. Mengesakan
juga bermakna membersihkan keyakinan tentang adanya kekuasaan yang dapat

22
menandingi atau mengatasi kekuasaan Allah SWT yang disebut dengan syirik.
Hal ini didasarkan firman Allah SWT dalam QS Ar-Ra‟d: 36 yang terjemahannya:
“....Katakanlah: „sesunggunya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan
tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru
(manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali”.

Pengakuan tentang tauhid merupakan awal dari iman. Kata iman berasal dari
amana, yu‟minu, imanan. Secara etiimologis, berarti kepercayaan atau keyakinan.
Secara terminologis adalah pengakuan dan pembenaran oleh hati tentang bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah SWT dan mengaku bahwa Muhammad SAW adalah
Rasulullah sebagaimana isi dua kalimat syahadat.

Berdasarkan pengertian akidah, tauhid dan iman, maka dapat dirumuskan bahwa
aqidah Islamiyah yaitu keyakinan yang mendalam tentang ke-Maha-Esaan Allah
SWT dan tentang kerasulan Nabi Muhammad SAW, yang berfungsu sebaga
penggerak di dalam diri seseorang sehingga seluruh aktivitasnya (gerak hati, otak
dan nafsu), ucapan dan perbuatannya tunduk kepada ketentuan-ketentuan Allah
SWT (Al-Qur‟an) dan Rasul-Nya (hadits) sebagaimana yang terkandung dan
dikehendaki oleh dua kalimat syahadat.

4.2 Keimanan dan Ketaqwaan

Keimanan merupakan konsep akidah Islamiyah, sedangkan ketaqwaan merupakan


aplikasi dan pelaksanaan dari akidah Islamiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa
ketaqwaan merupakan tindak lanjut dari keimanan pada tataran prakteknya dalam
kehidupan sehari-hari.

Keimanan dan ketaqwaan dalam Al-Qur‟an selalu dijelaskan dalam satu paket
ayat, karena sasaran akhir dari keimanan adalah ketaqwaan, sebagaimana
dijelaskan dalam QS Ali Imran: 102 yang terjemahannya adalah:

23
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah SWT sebenar-benar
taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam”.
Keimanan dan ketaqwaan juga sebagaimana dalam QS Al-Baqarah: 177.
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa ketaqwaan adalah aplikasi
keimanan pada tataran perbuatan yang berfungsi membentuk sikap konsisten
melaksanakan seluruh perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya.

4.3 Kausalitas Rukun Iman

Kausalitas adalah hubungan sebab akibat. Dengan pendekatan secara kausalitas,


maka kita akan mengetahui mana yang menjadi sebab utama dari keseluruhan
rukun iman tersebut sebagai inti dari seluruh rukun iman. Karena jika rukun iman
yang berada pada posisi sebab utama itu tidak ada dalam keimanan kita, maka
tidak ada pula keyakinan kepada rukun iman lainnya.

Masing-masing rukun iman yang terdiri atas enam pokok keyakinan tersebut
berfungsi saling mendasari sebagai asas rukun iman selanjutnya. Asas itu tersusun
secara kausalitas dari bawah ke atas seperti anak tangga sehingga terbentuklan
gambar susunan rukun iman secara kausalitas (sebab akibat) seperti Tabel 4.1.

4.4 Konsep Ketuhanan dalam Islam

Konsep ketuhanan dalam Islam adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan yang
mendasar tentang masalah ketuhanan yaitu siapakah Tuhan itu? Tuhan itu
monoteis atau politeis? Dan siapa nama Tuhan?

Tuhan adalah Khalik ( yang menciptakan) makhluk-Nya. Dia yang menciptakan


langit dan bumi beserta segala isinya dari tiada menjadi ada. Dialah pemilik
kerajaan langit dan bumi yang mengatur segala yang terjadii di langit da di bumi
dari „Arsy-Nya (singgasana-Nya) sebagaimana dalam QS Yunus: 3 yang

24
terjemahannya yaitu :‟Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan
langit dan bumu dalam enam masa, kemudia Dia bersemayam di atas „Arsy untuk
mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa‟at kecuali
sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, Maka
sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?.

Tabel 4.1 Kausalitas Rukun Iman


Beriman kepada qadar baik dan buruk yang telah ditetapkan Allah SWT
akibat beriman kepada Allah SWT, malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul- 6
Nya dan hari Akhirat.

Beriman kepada hari kiamat (akhir) yang ditetapkan Allah SWT akibat
beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-Nya dan 5
kepada Nabi dan Rasul sebagai sebab yang kelima.

Beriman kepada Nabi dan Rasul Allah SWT akibat beriman kepada
Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya sebagai sebab 4
yang keempat.

Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT (kalamullah) akibat beriman


kepada Allah SWT dan malaikat-malaikat-Nyasebagai sebab yang
ketiga. 3

Beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT akibat beriman kepada


Allah SWT sebagai sebab yang kedua. 2

Beriman kepada Allah SWT yang Maha Esa (tauhid), sebagai sebeb
yang pertama, sebab dari segala sebab. Tidak ada keimanan yang lain 1
tanpa mengimani Allah SWT terlebih dahulu.

25
Allah WT juga adalah pemilik mutlak semuanya sebagaimana QS Ali Imran: 189.
Terrjemahan QS Ali Imran : 189 adalah: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit
dan bumu, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu”.

Tuhan juga monoteis (Maha Esa). Tuhan sendiri yang memberitahu bahwa Dia
adalah Tuhan Yang Maha Esa dakam QS Al-Baqarah: 163 yang
terjemahannya:”Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan
melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.

Nama Tuhan adalah Allah SWT selain memiliki nama sifat-sifat-Nya. Allah
SWT sendiri yang memberi tahu bahwa Nama-Nya adalah Allah sebagaimana
yang dijelaskan QS Thaha: 14 yang terjemahannya adalah:
“ Sesungguhnya nama-Ku adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.

4.5 Fungsi Keimanan dalam Kehidupan

Keimanan kepada Allah SWT membentuk perilaku tauhid sebagai aplikasi dari
dimensi-dimensi Iman kepada Allah SWT. Perilaku tauhid tersebut meliputi
Tauhid rububiyah dan mulkiyah, uluhiyah, asma‟ wa al-shifatullah. Perilaku
tauhid rububiyah dan mulkiyah adalah meyakini bahwa Allah SWT itu Maha
Esa dalam menciptakan, memiliki, mengatur, menentukan takdir dan dalam
menentukan syari‟at (hukum). Perilaku tauhid uluhiyah yaitu mengakui ke-Esaan
Allah SWT dalam ke-ilahan-Nya (ke-Tuhanan-Nya) dan ber-„ubudiyah
(mengabdi) hanya kepada Allah SWT semata. Kemudian, perilaku tauhid asma‟
wa al-shifatullah yaitu perilaku menghiasi sifat kita dengan sifat-sifat Allah SWT
yang terkandung dalam Asmaul Husna karena kita meyakini bahwa Allah SWT
mempunyai nama lain sebagai sifat-Nya selain nama-Nya yang Agung yaitu
ALLAH.

26
Fungsi keimanan kepada malaikat-malaikat Allah SWT dalam kehidupan adalah
manusia akan selalu berhati-hati dalam setiap aktivitas hidupnya, selalu
mempunyai harapan positif karen amalnya tidak sia-sia, sehingga timbul sifat
jujur, amanah dalam perilakunya, dan sifat terpuji lainnya.
Fungsi keimanan kepada kitabullah dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan Al-Quran sebagai pedoman, pegangan, petunjuk dalam
menjalani kehidupan.
2. Memahami bahwa isi kandungan Al-Qur‟an memuat seluruh aspek
kehidupan manusia.
3. Membaca Al-Qur‟an karena gaya bahasanya yang indah dan juga
bernilai ibadah.
4. Memelihara kesucian dan keaslian Al-Qur‟an karena Al-Qur‟an tidak
dapat ditiru oleh manusia, karena terpelihara sepanjang zaman
keasliannya oleh Allah SWT.
5. Manusia dapat mengetahui sejarah perilaku umat-umat terdahulu
semenjak Adam sampai Muhammad sebagai bahan pelajaran dan
perbandingan yang berharga dalam kehidupan.
6. Dengan memahami Al-Qur‟an, kehidupan manusia akan terarah, penuh
keteraturan dan ketenteraman untuk mencapai hidup yang sejahtera dan
bahagia di dalam ridha Allah SWT.
Beriman kepada Nabi dan Rasulullah memiliki fungsi dalam kehidupan yaitu
sebagai berikut:
1. Menerima pencerahan kebaikan dan peringatan kepada manusia.
2. Mendapatkan penjelasan, praktek ajaran Al-Qur‟an.
3. Dapat menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan
tauladan dalam segenap aspek kehidupan manusai pada umumnya dan
dalam kehidupan ekonomi pada khususnya karena Rasululah adalah
seorang pemimpin dan juga pedagang.
4. Rasul juga bertujuan menyempurnakan akhlak manusia. Oleh itu,
beriman kepadanya berarti kita dapat menyempurnakan akhlak.

27
Kemudian, fungsi beriman kepada hari Akhirat dalam kehidupan adalah sebagai
motivasi bagi setiap pribadi muslim untuk memperbanyak amal ibadah maliyah
mu‟amalah dalam mencari hidup yang ridha Allah SWT. Beriman kepada hari
Akhirat juga dapat menjadi motivasi kuat untuk sukses dalam kehidupan secara
halal lagi baik.

Beriman kepada qadha dan qadar baik dan buruk dalam kehidupan berfungsi
sebagai berikut:
1. Manusia tidak akan putus asa jika usahanya tidak berhasil, karena niat
beramal shaleh adlam setiap mengawali usaha telah dinilai satu amal saleh
di sisi Allah SWT, bahkan manusia yang mengimani takdir akan selalu
tawakal (melibatkan Allah dalam setiap usaha).
2. Manusia tidak akan sombong jika usahanya berhasil gemilang karena ia
bersyukur kepada Allah SWT atas keberhasilannya, bahkan manusia
tersebut akan menjadi manusia yang selalu bersyukur kepada Allah SWT
setiap ia berhasil.
3. Dengan beriman kepada hari Akhirat , hidup manusia akan lebih berarti
jika manusia dapat mengahdapi kehidupannya dengan sikap penuh harap,
sabar dan tawakal serta tidak bersifat pesimisme karean takdir itu tidak
dapat diketahui sebelumnya.

4.6 Pemeliharaan Iman Dari Bahaya Syirik

Syirik adalah lawan daripada tauhid yang berasal dari kata Arab syirkun artinya
bersekutu. Syirik artinya percaya ada yang mempunyai kekuasaan yang mutlak
selain Allah SWT. Dalam Al-Qur‟an dijelaskan bentuk-bentuk syirik yaitu:
1. Menyembah selain Allah (QS Al-Anbiya‟: 52) seperti berhala, pohon,
bulan, matahari, bintang, dewa dan lain-lain.
2. Menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya. Misalnya keyakinan
bahwa Isa Al-Masih adalah anak Tuhan (QS Al-Maidah: 72-73).

28
3. Menjadikan pemimpin-pemimpin agama sebagai Tuhan (QS At-Taubah:
31).
4. Menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan (QS Al-Furqan: 43).
5. Keyakinan bahwa hidup di dunia hanya tergantung pada masa
sebagaimana keyakinan kaum dahriyyun/atheis (QS Al-Jatsiyah: 24).
6. Sifat Riya dalam beramal shaleh/beribadah.
7. Dari Abu Sa‟id Nabi SAW bersabda: “ Maukah kamu aku beritahu
sesuatu yang lebih aku takuti menimpa dirimu dari pada Dajjal yang
merajalela? Mereka menajwab, baiklah! Maka ia (Rasulullah) berkata:
Syirik khafi yaitu seseorang sedang shalat lalu ia perindah shalatnya
karena ia tahu dilihat orang (Ibnu Majah No. 4194).
8. Menurut Muhammad bin Abdul Wahab (1979), suatu amal yang dilakukan
karena Allah, kemudian dicampuri dengan riya, kalai riyanya disingkirkan,
maka riya itu tidak membahayakan, tetapi kalau riya yang datang itu terus
menghinggapinya, maka hilanglah nilai amal yang permulaannya ikhlas
karena Allah SWT.

Syirik merusak iman dan amalan dan juga dipandang sebagai kezaliman yang
paling dahsyat (QS Luqman: 12). Oleh itu, diperlukan kiat-kiat pemeliharaan
iman dari syirik yaitu menambah dan memperdalam ilmu, membiasakan amal
shalih, membiasakan jihad, berserah diri kepada Allah SWT, selalu mencari
keridhaan Allah, memakmurkan masjid, membiasakan zikir dan membaca serta
mendengarkan Al-Qur‟an.

B. RANGKUMAN

Aqidah Islamiyah adalah suatu yang mutlak dalam kehidupan muslim. Aqidah
Islamiyah bermaksud sesuatu yang terhimpun padanya kalbu seorang muslim,
berupa iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
akhir, serta qadha dan qadar yang baik dan buruk. Kesemuanya disertai rasa
tunduk dan patuh kepada manhaj Allah SWT dengan melakukan ibadah kepada-

29
Nya sesuai yang disyariatkan-Nya, dengan mengucapkan dua kalimat syahadat,
mengerjakan shalat, menunaikan zakat, menunaikan puasa pada bulan Ramadhan,
menunaikan ibadah haji bagi yang mampu, beramar makruf dan nahi munkar serta
berjihad demi menjunjung tinggi kalimat Allah SWT.

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang fungsi iman dalam membentuk sikap dan tingkah laku
yang islami.

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

30
BAB V
KLASIFIKASI AJARAN ISLAM AKHLAK

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa memahami klasifikasi ajaran Islam tentang akhlak

Kompetensi Khusus:
- Mampu menjelaskan pengertian akhlak
- Mampu menjelaskan proses terbentuknya akhlak
- Mampu menjelaskan akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya
- Mampu menjelaskan akhlak terhadap ibu bapak
- Mampu menjelaskan akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat
- Mampu menjelaskan akhlak terhadap diri sendiri

A. PENYAJIAN MATERI

5.1 Pengertian Akhlak

Secara umum, akhlak dipahami sebagai sikap, tingkah laku dari seseorang. Istilah
akhlak sering disejajarkan dengan istilah lain seperti etika, moral, susila, nilai,
adat dan lainnya. Namun, secara substansi antara akhlak dengan beberapa istilah
tersebut jauh berbeda. Perbedaan mendasarnya adalah sumber atau rujukan dari
sikap atau tingkah laku tersebut.

Menurut etimologi, akhlak berasal dari kata khuluq, yang berarti perilaku. Kata
khuluq tersebut berhubungan dengan kata khaliq dan makhluq. Dipahami bahwa
akhlak merupakan perwujudan perilaku yang menghubungkan makhluk dengan
khaliknya dan tata nilai dari khalik terhadap mahkuk-Nya. Akhlak secara
terminologi seperti yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali adalah sifat yang
tertanam dalam diri seseorang yang merupakan sumber lahirnya perbuatan dengan
gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

31
Dalam pengertian di atas, disebutkan beberapa karakteristik akhlak yaitu sifat
yang muncul dari jiwa/ diri yang dalam, jiwa yang menjadi sumber munculnya
perbuatan, muncul perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan dan pemikiran.
Karakteristik akhlak tersebut membedakannya dari istilah lain seperti moral (ide-
ide umum yang diterima oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu), etika
(ukuran baik dan buruk perbuatan manusia berdasarkan akal pikiran), adat
(kebiasaan yang dipelihara dan diwariskan di tengah-tengah masyarakat) dan
susila (prinsip-prinsip tingkahlaku dalam kehidupan) (Hamzah Ya‟qub 1996).

Penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa makna akhlak lebih tinggi


dibandingkan dengan istilah lain dalam konsep perilaku atau budi pekerti. Hal ini
karena kahlak bersumber dari jiwa sedangkan jiwa adalah pusat kendali hidup
manusia yang mampu menerima wahyu dan hidayah dari Allah SWT sehinga
yang dihasilkan dari akhlak hakekatnya merupakan aktualisasi dari nilai-nilai
wahyu. Munculnya akhlak adalah reaksi spontan tanpa pertimbangan dan
pemikiran. Sedangkan etika, moral, adat dan susila bersumberkan dari pemikiran
manusia.

5.2 Proses Terbentuknya Akhlak

Menurut Dr. Ahmad Amin pakar ilmu akhlak, akhlak manusia terbentuk melalui
proses kehendak dan pembiasaan.

Proses pertama, kehendak.


Kehendak terbentuk melalui tiga proses iaitu (1) timbulnya keinginan untuk
melakukan sesuatu itu, setelah terlebih dahulu adanya rangsangan melalui indera,
(2) timbul kebimbangan antara dua pilihan yaitu dilakukan atau tidak, (3)
mengambil keputusan mana yang harus dilakukan.

32
Proses kedua, membiasakan
Terbentuknya kebiasaan melalui dua proses yaitu (1) adanya kecnderunganhati
untuk melakukan suatu perbuatan, (2) dilakukan secara terus-menerus.

5.3 Akhlak Terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya

Akhlak terhadap Allah SWT mencakup taqwa, cinta dan ridha, ikhlas, khauf dan
raja‟, tawakal, syukur, murakabah dan taubat.Taqwa adalah memelihara diri dari
siksaan Allah dengan menikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya (QS 2: 177, QS 3: 133-135, 3: 192, 49:13, 8:29, 7:96, 65:2-4, 8:29). Cinta
dan ridha adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang terpaut hatinya terhadap apa yang dicintainya dengan
penuh semangat dan rasa kasih sayang (QS 2:165 dan 207, 9:24, 3:31, 8:2).

Ikhlas adalah beramal semata-mata mengharap ridha Allah SWT (QS 98:5, 6:162,
4:142, 2:264-265). Khauf berarti takut, kegalauan hati membayangkan sesuatu
yang tidak disuaki akan menimpanya, menbayangkan hilangnya sesuatu yang
disukai yang bersumber rasa takut kepada azab Allah SWT. Sedangkan raja‟
adalah harap, maka raja‟ adalah memautkan hati kepada sesutau yang disukai
pada masa akan datang. Khauf dan raja‟ adalah sepasang sikap batin yang harus
dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Bila khauf mendominasi
menyebabkan sikap putus asa, sementara raja‟ mendominasi menyebabkan
seseorang lain lupa diri serta rasa aman dari azab Allah SWT.

Tawakkal berarti mewakilkan dan berserah diri membebaskan hati dari segala
ketergantungan kepada selain Allah SWT dan menyerahkan keputusan segala
sesuatunya kepada Allah SWT semata (QS 11:12, 5:23, 64:13). Tawakal harus
diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal (ikhtiar). Hakikat tawakal adalah
melibatkan kekuasaan Allah SWT pada setiap usaha atau kegiatan dari awal
sampai akhir.

33
Syukur adalah memuji Sang Pemberi Nikmat. Syukurnya seorang hamba kepada
Allah SWT harus meliputi hati, ucapan dan perbuatan (QS 23:1-7, 2:152, 31:12,
14:7). Muraqabah berarti merasa sangat dekat. Muraqabah adalah kesadaran
seorang muslim bahwa ia selalu berada dalam pengawasan Allah SWT karena
kesadaran itu lahir dari keimanannya terhadap Allah SWT yang Maha
Mengetahui, Maha Melihat dan Maha Mendengar (QS 2:186). Tobat berarti
kembali. Orang yang ebrtobat adalah orang yang kembali dari sifat-sifat tercela
kepada sifat-sifat terpuji, kembali dari larangan-Nya kepada perintah-Nya,
kembali dari maksiat kepada taat, kembali dari segala yang dibenci Allah kepada
yang diridhai-Nya, kembali dari meninggalkan-Nya kepada dekat kepada –Nya.

5.4 Akhlak Terhadap Ibu Bapak

Akhlak kepada ibu bapak adalah berbakti dan berbuat baik yang merupakan
kewajiban dari anak sebagaimana dijelaskan dalam QS 17:23-24, 2:83, 4:36, 6:51,
46:15, 31:14-15, 71:28. Setiap individu wajib berbuat baik dan bertangung jawab
terhadap keselamatan ibu bapknya yang dikenal dengan istilah birr al-walidain
(berbuat baik kepada ibu bapa).

Setelah kedua orang tua wafat, berbuat baik kepada mereka masih bisa diteruskan
dnegan cara: menyelenggarakan jenazahnya, melunasi hutang-hutangnya,
melaksanakan wasiatnya, meneruskan silaturahmi yang telah dibinanya,
memuliakan sahabatnya dan mendo‟akannya (HR Abu Daud).

5.5 Akhlak Terhadap Keluarga dan Karib Kerabat

Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat adalah sikap yang muncul dari jiwa
yang berhubungan dengan pemeliharaan keharmonisan dan kebaikan diri secara
pribadi. Akhlak tersebut dapat meliputi memelihara keluarga dari segala macam
bentuk kesusahan dan kesengsaraan (QS 8:28, 64:14, 28:74, 41:13-19 dan 25, 4:1,
8 dan 36, 13:21, 47:22-23).

34
5.6 Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Akhlak terhadap diri sendiri meliputi shiddiq, amanah, istiqamah,„iffah,


mujahadah, syaja‟a, tawadhu‟, malu shabar dan pemaaf. Shiddiq artinya jujur.
Seorang muslim dituntut sellau berada dalam keadaan benar, lahir dan batin
(benar pikiran, perasaan, nafsu, ucapan dan perbuatan) sebagaimana dalam QS
19:54. Amanah berarti dipercaya seakar dengan kata iman. Sifat ini lahir dari
kekuatan iman seseorang. Amanah dalam artian kata sempit memelihara titipan
dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam artian
kata luas, amanah mencakup banyak hal, antara lain menyimpan rahasia orang,
menjaga kehormatan orang, menjaga diri sendiri, menunaikan tugas yang diterima
atau yang dipikulkan baik dari orang maupun dari Allah SWT (QS 4:58).

Istiqamah adalah sikapteguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman


sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan (QS 41:30). „Iffah
adalah memelihara kehormatan diri dari segala yang akan merendahkan, merusak
dan menjatuhkannya (QS 17:32).Mujahadah adalah mencurahkan segala
kemampuan untuk melepaskan diri segala yang menghambat pendekatan diri
kepada Allah SWT (QS 29:6).Syaja‟ah artinya berani, tapi bukan dalam arti
menantang siapa saja tanpa memperdulikan apakah dia berada pada pihak yang
benar atau salah dan bukan pula berani memperturutkan hawa nafsu. Tetapi berani
yang dimaksudkan adalah berani berlandaskan kebenaran yang dilakukan dengan
penuh pertimbangan yang bukan ditentukan oleh kekuatan fisik tetapi oleh
kekuatan hati dan kebesaran jiwa (QS 8:15-16, 33:39, 3:73, 9:38, 4:77-78, 2:249,
65:3).Tawadhu‟ adalah rendah hati, lawan kata dari sombong atau takabur (QS
3:159). Malu ( al-Haya‟) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keenganan
melakukan sesuatu yang hina, rendah, tidak baik atau dosa (HR Mutafaqun‟alaih).
Sabar adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharapkan ridho Allah SWT dan menerima kenyataan secara wajar. Pemaaf
adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain walaupun orang

35
tersebut tidak meminta maaf tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk
membalas (QS 3:134).

B . RANGKUMAN

Akhlak tidaklah sama seperti istilah etika, moral, adat dan susila. Ia adalah suatu
sikap yang lahir dari cerminan iman kepada Allah SWT. Akhlak terbentuk dari
kehendak dan kebiasaan. Oleh itu dalam membentuk akhlak yang baik akhlak
yang karimah, maka seseorang hendaknya memiliki kebiasaan taat kepada Allah
SWT dan menjauhi semua larangan-Nya.

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang “Pentingnya Menjaga Akhlak”.

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

36
BAB VI
KLASIFIKASI AJARAN ISLAM AKHLAK 2

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa memahami klasifikasi ajaran Islam tentang akhlak.

Kompetensi khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan akhlak terhadap sesama manusia
- Mahasiswa mampu menjelaskan akhlak terhadap dosen
- Mahasiswa mampu menjelaskan akhlak terhadap bangsa dan negara
- Mahasiswa mampu menjelaskan akhlak terhadap lawan jenis
- Mahasiswa mampu menjelaskan akhlak berbusana
- Mahasiswa mampu menjelaskan akhlak terhadap alam sekitar

A. PENYAMPAIAN MATERI

6.1 Akhlak terhadap Sesama Manusia

Akhlak terhadap sesama manusia meliputi akhlak bertamu dan menerima tamu,
hubungan baik dengan tetangga dan masyarakat serta ukhuwah Islamiyah (QS
49:10-13). Selain itu, akhlak terhadap orang yang lebih tua, teman sebaya dan
orang yang lebih muda. Akhlak kepada yang lebih tua adalah untuk menghormati
dan menghargai orang yang lebih tua. Akhlak terhadap teman sebaya yaitu tidak
boleh merasa lebih daripada orang lain. Akhlak terhadap orang yang lebih muda
adalah dengan memberikan kasih sayang. Ini akan memunculkan ikatan
emosional yang akan bermuara kepada pembinaan dan pendidikan generasi muda
ke arah yang lebih baik sesuai dengan sabda Rasul SAW: “Siapa yang tidak
menyayangi orang lain, dia juga tidak akan disayangi oleh orang lain”. Akhlak
terhadap orang yang berbeda agama dibatasi dalam konteks kehidupan sosial saja
sehingga muncul sikap saling menghargai dan toleransi antar sesama manusia.

37
Namun dalam persoalan akidah, agama memberikan ketegasan bahwa tidak
terdapat peluang untuk melakukan kerjasama dalam hal tersebut.

6.2 Akhlak terhadap Dosen

Dosen sebagai manusia yang diberi anugerah ilmu pengetahuan oleh Allah SWT.
Akhlak terhadap dosen adalah meliputi (1) menjaga kesucian jiwa (sikap metal)
dari sifat yang kotor dengan memperbanyak ibadah, karena ilmu yang diterima
dari dosen adalah pada hakekatnya datang dari Allah Yang Maha Suci, (2)
menjaga hati dari pengaruh kekuasaan hawa nafsu (makan/minym dan syahwat)
dengan sellau zikrullah, (3) tidak bersikap sombong dan sewenang-wenang
terhadap dosen karena kesombongan akan menjadi tabir ilmu masuk kedalam hati,
(4) menghindarkan kebencian yang menimbulkan hasud (dengki) yang berakibat
kepada pertengkaran, perselisihan dan permusuhan, (5) Tidak bersikap
diskriminatif terhadap cabang ilmu tertentu dalam hati karena ia saling
berhubungan dan saling mendukung, (6) menghormati dosen.

6.3 Akhlak terhadap Bangsa dan Negara

Setiap individu bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keadilan sosial dalam
kehidupan bermasyarakat. Membina hubungan persaudaraan dengan sesama
manusia tanpa memandang latar belakang etnis, suku, bangsa dan agama dengan
bangsa-bangsa di dunia. Akhlah terhadap bangsa dan negara meliputi
musyawarah, menegakkan keadilan, amar ma‟ruf nahi munkar dan hubungan
pemimpin dengan yang dipimpin.

6.4 Akhlak terhadap Lawan Jenis

Akhlak dalam pergaulan: pria wajib menahan pandnagannya melihat wanita dan
wajib menjaga kesucian kehormatannya (kelaminnya) dari perbuatan zina,
homoseksual, onani dan sejenisnya. Begitu juga wanita wajib menahan pandangan

38
melihat pria dan wajib menjaga kesucian kehormatannya (kemaluannya) dari
perbuatan zina, lesbian, masturbasi dan sejenisnya dan wajib berbusana muslimah
sebagaimana dalam QS 24:27 dan 30-32, 23:5, 7:26, 33:59, 70:29.

Ditegaskan kepada kaum perempuan agar selalu menutup aurat mereka. Batas
aurat untuk perempuan muslim adalah selain muka dan telapak tangan. Sedangkan
laki-laki minimal selain antara pusat dan lutut. Selanjutnya, Rasulullah SAW
bersabda: “ Hai Ali! Janganlah sampai pandangan yang satu mengikuti
pandangan yang lainya, kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun
yang berikutnya tidak boleh” (HR Abu Daud dan Tarmidzi).Seorang lelaki tidak
boleh melihat aurat laki-laki lain, begitu juga perempuan tidak boleh melihat
aurat perempuan lain, dan tidak boleh seorang laki-laki bercampur dengan laki-
laki laina dalam satu pakaian, dan begitu juga perempuan lain bercampur dalam
satu pakaian (HR Muslim Ahmad, Abu Daud dan Tarmidzi).

6.5 Akhlak Berbusana

Dalam Islam, berbusana menjadi perhatian khusus sebab menyangkut tata


kesopanan dalam berpenampilan. Karena fungsi busana di samping untuk
menutup aurat juga untuk keindahan dan bukti ketaqwaan kepada Allah SWT
sebagaimana dalam QS 7:26.

Akhlak berbusana bagi laki-laki adalah dilarang memakai celana pendek di atas
lutut karena sekurang-kurangnya aurat lelaki adalah sebatas pusat dan lutut.
Sedangkan akhlak berbusana bagi perempuan di atur Allah SWT dengan
menetapkan batas auratnya, bahwa selain muka dan telapak tangan wajib ditutup
dengan jilbab. Kata jilbab yang berbunyi jalaabihinna dalam QS 33:59 berarti
pakaian yang lapang yang dapat menutup aurat perempuan kecuali muka dan
telapak tangan. Jilbab artinya tidak sama dengan kerudung (bahasa Indonesia).
Kerudung adalah menutup kepala, leher sampai dada perempuan. Dalam bahasa
Arab ada kata lain yang bebunyi hijab.

39
Memakai jilbab (pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak
tangan) itu hukumnya wajib. Adapun, memakai purdah (pakaian luar atau tirai
yang berjahit) dan cadar serta sarung tangan, syariat Islam tidak mewajibkannya.

Beberapa persyaratan mutlak busana muslimah adalah (1) busana yang tidak
merupakan yang menampakkan kecantikan tubuh (QS 24:31, 33: 33), (2)
merupakan busana rangkap dan tidak tipis, (3) longgar dan tidak sempit, (4) tidak
berbau wangi-wangian yang dapat merangsang nafsu syahwat laki-laki, (5) Tidak
menyerupai busana laki-laki sehingga penampilannya menyerupai laki-laki, (6)
Tidak menyerupai busana wanita kafir.

6.6 Akhlak terhadap Alam Sekitar

Setiap individu dilarang merusak/membinasakan lingkungan alam sekitar,


bertanggung jawab dan menjaga/mmelihara lingkungan serta melestarikannya
demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri, dan memanfaatkan lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan hidup tanoa merusak kelestariannya (QS 30:41-45,
28:77).

B. RANGKUMAN

Akhlak mencakupi ruang lingkung yang sangat luas. Ia bukan saja akhlak kepada
sesama manusia, tetapi juga ada akhlak terhadap dosen, lawan jenis, berbusana
dan alam sekitar. Kesemua akhlak tersebut mensti dijaga adabnya sehingga
tercipta kehidupan yang sejahtera dan sesuai tuntutan Islam.

C. TUGAS LATIHAN
Buatlah makalah tentang Realitas Akhlak Remaja Islam Saat Ini dan Solusi
Memperbaikinya.

40
D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

41
BAB VII

KLASIFIKASI AJARAN ISLAM SYARI’AH

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami klasifikasi ajaran Islam tentang syari‟ah.

Kompetensi Khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan konsep syari‟ah islamiyah dan hukum
Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan standarisasi hukum Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan hukum Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan sumber syari‟ah Islamiyah dan hukum
Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan pembagian ibadah menurut hukum Islam

A. PENYAJIAN MATERI

7.1 Konsep Syari’ah Islamiyah dan Hukum Islam

Syari‟ah secara etimologis berarti jalan yang lempang, Islamiyah berarti selamat.
Jadi, syari‟ah Islamiyah berarti jalan menuju selamat. Secara terminologis,
syari‟ah Islamiyah adalah seluruh yang datang langsung dari Allah SWT yaitu Al-
Qur‟an dan dari Nabi SAW yaitu hadits (sunnah) berupa perintah dan larangan
yang mengatur segala aspek kehidupan manusia yang wajib untuk ditaati dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh saetiap umat Islam agar hidupnya
selamat di dunia dan di akhirat.

Ini sebagaimana QS al-Ma‟dah (5):38 dan QS Al-Jatsiyah (45):18. Dalam kedua


ayat tersebut, istilah syri‟atan yang berarti aturan atau syari‟ah yang berarti
peraturan/hukum. Maka, syariah Islamiyah pada hakekatnya adalah peraturan atau
hukum yang datang dari Allah SWT secara langsung yang berupa perintah dan

42
larangan yang telah jelas dan tegas yang tidak memerlukan intepretasi penafsiran
seperti perintah mendirikan shalat dan membayar zakat (QS Al-Baqarah (2):43),
atau larangan memakan jenis makanan tertentu dan diharamkannya beberapa
perbuatan.

Hukum Islam adalah hasil intrepretasi ahli hukum Islam terhadap Al-Qur‟an dan
hadits dalam menetapkan hukum yang belum terdapat hukumnya secara jelas dan
tegas dalam Al-Qur‟an dan hadits seperti hukum bersentuhan dengan lawan jenis
yang membatalkan wudhu (QS 5:6).

Hukum Islam merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang terbagi kepada lima


kategori hukum yaitu wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah yang mengikat
kehidupan seseorang muslim dalam menjalankan aktivitas hidupnya baik secara
vertikal hubungan dengan Allah SWT maupun secara horizontal hubungan dengan
sesama makhluk-Nya.

7.2 Konsep Standarisasi Hukum Islam

Hukum Islam terbagi lima yaitu wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah.

Wajib, adalah tuntutan yang mengandung suruhan yang mesti dikerjakan


sehingga orang yang mengerjakannya mendapatkan pahala dan kalau
meninggalkannya mendapatkan dosa seperti dalam QS An Nisa:36.

Sunnat, adalah tuntutan yang mengandung suruhan tetapi tidak mesti dikerjakan
hanya berupa anjuran untuk mengerjakannya. Bagi orang yang melaksanakannya
berhak mendapatkan pahala, tteapi kalau ditinggalkan atau tidak dikerjakan tidak
berdosa seperti QS al-Baqarah:282.

Haram, adalah tuntutan yang mengandung larangan yang mesti dijauhi. Apabila
seseorang telah meninggalkannya berarti dia telah patuh kepada Allah SWT,

43
karena itu ia patut mendapatkan pahala. Namun, orang yang tidak meninggalkan
larangan berarti ia telah mengingkari tuntutan Allah SWT maka ia berdosa
sebagaimana QS al-Isra‟:23.

Makruh, adalah tuntutan yang mengandunglarangan tetapi tidak mesti menjauhi


larangan tersebut. Orang yang meninggalkan larangannya akan mendapatkan
pahala. Namun, apabila larangan tersebut masih dikerjakan tidak akan berdosa.

Mubah, adalah suatu tuntutan yang tidak ada hukum yang diempat diatasnya.
Suatu perbuatan yang tidak akan berpahala jika dikerjakan dan tidak pula
mendapat dosa apabila meninggalkannya.

7.3 Tujuan Hukum Islam

Hukum Islam bertujuan untuk kemashlahatan (kebaikan) hidup manusia yang


terdiri dari tiga tingkatan yaitu dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat.

Kemashlahatan dharuriyat (sangat penting) adalah sutau perbuatan yang


mengandung kemashlahatan yang sangat penting, jika tidak dilaksanakan akan
mengakibatkan kerusakan dan kehancuran hidup manusia dunia dan akhirat yang
terdiri dari lima tujuan perbuatan yaitu (1) untuk memelihara aqidah, (2) untuk
memelihara jiwa, (3) untuk memelihara akal, (4) untuk memelihara keturunan, (5)
untuk memelihara harta.

Kemashlahatan yang bersifat hajiyat yaitu sesuatu yang sangat dibutuhkan sebagai
kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, sehinga hukumnya menjadi wajib.
Misalnya, manusia butuh makan, maka berusaha dan bekerja untuk memenuhi
kebutuhan makan hukumnya wajib.

Kemashlahatan yang bersifat tahsiniyat yaitu sebagai suatu nilai keindahan dan
kebaikan yang juga dibutuhkan oleh setiap manusia yang normal sebagai

44
aksesoris kehidupan sehingga hukumnya menjadi sunnat, seperti mengecat rumah
dengan warna sejuk dan indah.

7.4 Sumber Syari’ah Islamiyah dan Hukum Islam

Pengertian syari‟ah Islamiyah dan hukum Islam adalah berbeda. Oleh itu, akibat
dari perbedaan pengertian tersebut, maka antara sumber syaria‟ah Islamiyah dan
hukum Islam juga berbeda secara prinsipil. Sumber syari‟ah Islamiyah adalah
sumber ajaran Islam yang langsung datang dari Alah SWT dan dari Nabi SAW
yaitu Al-Qur‟an dan Hadits. Para ulama sepakat bahwa hadits yang dapat
dijadikan sebagai sumber syari‟ah dadalah hadits yang mutawatir lagi shahih.
Sedangkan hadis masyhur dan hasan tidak dapat dijadikan sebagai sumber
syari‟ah Islamiyah untuk menetapkan halal atau haramnya suatu hukum dan sah
atau batal suatu ibadah akan tetapi dapat dijadikan sebagai dasar amalan yang
ebrsifat sunnat. Sementara hadits ahad dan dha‟if tidak dapat dijadikan sebagai
dalil untuk memnetapkan hukum sama sekali.

Al-Qur‟an sebagai Sumber hukum Islam adlah ayat-ayat Al-Qur‟an yang


mengandung perintah dan larangan yang belum jelas dan tegas serta yang
mengandung anjuran yang masih bersifat umum yang memerlukan intrepretasi
dengan ayat-ayat Al-Qur‟an lain dengan hadits atau dengan ijtihad. Hadits sebagai
sumber hukum Islam adalah hadits yang mnegandung perintah dan larangan yang
belum mengandung ketentuan hukum yang jelas dan tegas serta yang
mengandung perintah dan anjuran yang masih bersifat umum, yang memerlukan
intrepretasi dengan hadits-hadits yang lain atau dengan ijtihad. Ijtihad adalah
kemampuan para ahli hukum Islam dalam menetapkan hukum yang belum
terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadits secara jelas dan tegas, yang ditetapkan
berdasarkan kepada beberapa metode ijtihad yang disepakati oleh pada ahli
hukum Islam.

45
Beberapa metode ijtihad adalah sebagai berikut:
- Qiyas, secara etimologis berrati analogi atau membandingkan/mengukur
sesuatu yang baru dengan sesuatu yang sudah ada berdasarkan persamaan
atau kesesuaian keadaan.
- Istihsandan istislah, secara etimologis berarti mengangap baik. Istihsan
adalah mengambil keputusan hukum didasarkan atas kepentingan umum
dan keadilan selama tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an dan hadits.
Istislah adalah suatu hukum yang diambil dengan menarik kesimpulan atas
dasar pertimbangan kesejahteraan umumselama tidak bertentangan dengan
Al-Qur‟an dan hadits.
- Istidlal, secara etimologis berarti menarik kesimpulan. Istidlal adalah
emnetapkan hukum berdasarkan adat dan kebiasaan selama tidak
bertentangan dengan hukum yang sudah jelas dan tegas dalam Al-Qur‟an
dan Hadits.
- Ijma‟ adalah kesepakatan pendapat para ahli hukum Islam dari abad
tertentu tentang hukum sesuatu, karena belum erdapat hukumnya secara
jelas dan tegas dalam Al-Qur‟an dan Hadits dan tidak bertentangan dengan
tujuan syari‟ah dan prinsip Al-Qur‟an dan hadits. Secara praktis, ada tiga
bentuk ijma‟ yaitu ucapan (kesepakatan para ulama dengan mengeluarkan
pendapat yang sama), perbuatan (kesepakatan ulama sebagian
mengeluarkan pendpat dan sebagian lain melakukannya), diam (sebagian
ulama mengeluarkan pendapat dan sebagain lain diam sebagai tanda
setuju).
- Saduzzari‟ah adalah mencegah suatu perbuatan yang dapat membawa
kepada perbuatan dosa.

7.5 Pembagian Ibadah Menurut Hukum Islam

Secara garis besar, ibadah dapat diklasifikasi kepada dua bentuk yaitu ibadah
mahdhah (ibadah khusus) dan ibadah mu‟amalah (umum). Ibadah mahdhah
adalah amal (aktivitas) yang berhubungan langsung antara manusia dengan Allah

46
SWT secara vertikal (ritual) dalam memenuhi kebutuhan kehidupan spiritual yang
telah dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul-Nya secara rinci,
jelas dan tegas sehingga tidak ada peluang bagi manusia untuk menambah dan
menguranginya seperti shalat, puasa, haji dan zikir. Prinsip dasar ibadah mahdhah
adalah mengikut apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Ibadah muamalah dalam arti luas adalah seluruh amal perbuatan manusia dalam
hubungannya memenuhi kebutuhan SDM-nya dalam hubungannya dengan
sesama manusia dan dengan alam sekitar dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya secara horizontal. Prinsip dasar ibadah umum adalah hudud (adanya
pembatasan hukum) dan halal (boleh). Hudud adalah dalil hukum berupa aturan
pembatasan atau larangan yang telah ditetapkan menurut syari‟ah atau hukum
Islam yaitu tentang yang dilarang (haram dan makruh) suatu benda atau suatu
perbuatan untuk dikerjakan.

B. RANGKUMAN

Syari‟ah adalah aturan-aturan Allah SWT yang mengikat seorang muslim dalam
berperilaku. Islam juga menganjurkan perkembangan dalam segala hal tanpa
memisahkan antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat. Islam
menganjurkan manusia untuk mencari kenikmatan dunia sekaligus kenikmatan
akhirat sebagaimana dalam QS Al-Qashash:77 dengan berpedoman kepada
syari‟ah Islamiyah dan Hukum Islam supaya selamat dunia dan akhirat.

C. TUGAS LATIHAN

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

47
Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

48
BAB VIII

THAHARAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM IBADAH


SEHARI-HARI

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami tentang thaharah dan implementasinya dalam
ibadah sehari-hari.

Kompetensi Khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian bersuci
- Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam air
- Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam najis dan cara
mensucikannya
- Mahasiswa mampu menjelaskan istinjak
- Mahasiswa mampu menjelaskan wudhu‟
- Mahasiswa mampu menjelaskan mandi wajib dan cara mandi wajib
- Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi tazkiyah dan thaharah dalam shalat
dan dalam kehidupan

A. PENYAJIAN MATERI

8.1 Pengertian Bersuci

Secara etimologis, thaharah (bersuci) berarti bersih (nazhafah), suci (nazahah)


dan terbebas (khulus) dari kotoran, baik yang bersifat hissiy (konkret atau dapat di
indera) maupun ma‟nawiyah (abstrak). Sedangkan thaharah secara terminologis
(syara‟) adalah membersihkan diri dari hadas atau menghilangkan najis dan
kotoran. Dengan demikian thaharah syar‟i (secara syariat Islam) terbagi dua
bagian yaitu thaharah dari hadas dan dari najis.

49
8.2 Macam-Macam Air

Macam-macam air yang boleh dipakai bersuci yaitu air laut, air mata air (air
pancuran), air ledeng, air hujan, air sungai, air sumur dan air salju. Pembagian air
dibagi 4 bagian yaitu air muthlaq, air makruh dipakai, air musta‟mal dan air yang
najis.

a. Air mutlaq (air suci lagi menyucikan), yakni air yang sah untuk menyucikan
benda yang trkena najis dan boleh diminum. Contohnya air yang jatuh dari
langit seperti air hujan, air laut, air sumur, air es yang sudah hancur kembali,
air embun, air mata air. Sedangkan air yang boleh diminum tapi tidak
menyucikan buat berwudhu atau mandi wajib seperti air teh, air kelapa dan
sebagainya.
b. Air Makruh dipakai, yaitu air yang suci lagi menyucikan tetapi makruh
memakainya ialah air yang panas, air yang sangat sejuk dan air yang dijemur
di kaleng sebab dikhawatirkan penyakit kulit.
c. Air musta‟mal (air suci tapi tidak menyucikan), yaitu air yang sedikit sudah
dipakai wudhu atau bekas dipakai mencuci kotoran (najis). Dalam bagian air
musta‟mal ini ada tiga macam yaitu
- Air yang telah berubah salah satu sifatnya dengan sebab bercampur dengan
suatu ebnda yang suci seperti air kopi, air teh dan sebagainya.
- Air yang sedikit yang kurang dari dua qullah, sudah dipakai untuk
menghilangkan hadats atau menghilangkannajis, sedang air itu tidak
berubah sifatnya dan tidak pula bertambah timbangannya. Adapun air dua
qullah adalah ukuran isi padda suatu tempat yang bersegi empat yaitu
panjangnya 1 seperempat hasta, lebarnya 1 seperempat hasta dan dalamnya
1 seperempat hasta.
- Air buah-buahan seperti nira, air kelapa dan sebagainya.

d. Air yang najis, yaitu air yang sedikit yakni tidak cukup dua kullah dan bercampur
dengan najis meskipun air tersebut tidak berubah warnanya, baunya dan rasanya

50
ataupun air yang banyak lebih dari dua qullah tapi berubah dengan campuran najis
(kotoran).

8.3 Macam-Macam Najis dan Cara Mensucikannya

Najis menurut istilah adlah tiap-tiap sesuatu yang menghalangi sahnya shalat, dan
diharamkan juga memakannya. Adapun macam-macam najis ada tiga macam
yaitu mughalladhah, mutawassithah dan mukhaffafah.
a. Najismughalladhah yaitu najis yang terbit dari binatang anjing dan babi atau
dari keturunan keduanya. Cara menyucikannya yaitu rupa najis tersebut
terlebih dahulu dihilangkan dan bersihkan dengan air sebanyak tujuh kali,
kemudian campuran tanah yang suci sekali.
b. Najis mutawassithah yaitu najis yang bukan dari binatang anjing dan bai dan
bukan pula dari keturunan keduanya, misalnya kencing, tahi, darah, nanah,
arak, muntah, bangkai binatang yang mati tidak disembelih, susu binatang
yang haram dimakan dan sebagainya. Adapun cara menyucikannya cukuplah
sekali basuh dengan air yang bersih hingga hilang warnanya, baunya dan
rasanya.
c. Najis mukhaffafah yaitu najis air kencing anak kecil (bayi) laki-laki yang
belum sampai dua tahun umurnya dan belum makan apa-apa hanya air susu
ibunya saja atau air susu lainnya. Adapun cara membersihkannya
(menyucikannya) cukup dengan memercikkan air di atasnya hingga basah dan
jika tidak mengalir sekalipun.

8.4 Istinjak

Makna istinja‟ yaitu menghilangkan najis kencing dan nerak daripada tempat
keluarnya dengan air atau batu hingga bersih hilang najisnya. Dan yang lebih baik
mula-mula dengan batu atau lainnya kemudian dengan air. Adapun syarat istinja‟
adalah menghilangkan rasanya, baunya dan warnanya. Rasulullah SAW bersabda:

51
“Beliau telah melalui dua buah kubur, ketika itu beliau bersabda” “kedua orang
yang berada dalam kubur ini disiksa. Seorang disiksa karena mengadu-adu
orang, dan yang seorang lagi karena tidak menginstinja‟ kencingnya” (sepakat
ahli hadist).
“Apabila seseorang dari kamu berinstinja‟ dengan batu, hendaklah ganjil “(HR
Bukhari dan Muslim).

Kandungan hadits dia atas adalah berarti tiga buah batu atau batu bersegi tiga.
Batu yang dimaksud adalah benda yang keras, suci da kesat seperti kayu,
tembikar, dan sebagainya. Sedangkan benda yang licin seperti kaca, tidak sah buat
beristinja‟ karena tidak dapat menghilangkannajis. Beristinja‟ dengan batu
hendaklah sebelum kotoran itu kering dan kotoran tersebut tidak menyebar
kemana-mana jadi tetap satu tempat keluarnya.

8.5 Wudhu

Kata wudhu berasal dari bahasa Arab yang diadopsi dari kata wadha‟ahyang
berarti baik dan bersih. Menurut syara‟ wudhu adalah perbuatan tertentu yang
dimulai dengan niat. Wudhu juga dapat diartikan menyengaja membasuh anggota
badan tertentu yang telah disyariatkan untuk melaksanakan suatu perbuatan yang
membutuhkannya seperti shalat dan thawaf.

Syarat sahnya wudhu adalah Islam, tamyiz(memasuki usia dewasa), air mutlak
atau suci dan mensucikan (air dipandang mutlak cukup didasarkan pada zhan
(keyakinan) orang yang mau wudhu saja), tidak ada yang menghalangi pada
anggota wudhu, baik hissi maupun syar‟i, masuk waktu shalat (khusus bagi yang
hadasnya berkepanjangan).

Adapun, fardu wudhu adalah niat, membasuh muka, membasuh tangan, menyapu
kepala, membasuh kaki dan tartib. Sunnah wudhu adalah membaca basmallah
pada awalnya, membasuh kedua telapak tangan sampai ke pergelangan tangan

52
sebanyak tiga kali sebelum berkumur-kumur, walaupun diyakini tangan itu bersih,
madmadhah yakni berkumur, istinsyaq yakni memasukkan air ke hidung
kemudian membuangnya, mertakan sapuan ke seluruh tubuh, menyapu kedua
telinga, menyela-nyela janggut dengan jari, mendahulukan kanan dari yang kiri,
melakukan setiap perbuatan suci itu tiga-tiga kali, muwalah yakini melakukan
perbuatan wudhu secara beruntun, tidak berselang lama antara satu dengan yang
lainnya, menghadap kiblat, menggosok angota-anggota wudhu khususnya bagian
tumit, menggunakan air dengan hemat.

8.6 Mandi Wajib dan Cara Mandi Wajib

Mandi wajib yaitu apabila ditinggalkan tidak dilakukan maka berdsa dan tidak sah
melaksanakan ibadah seperti shalat fardu atau sunnah, membawa dan memegang
Al-Qur‟an, atau masuk dan diam di dalam masjid. Yang dimaksud dengan mandi
yaitu mengalirkan air ke seluruh badan dengan niat. Adapun niatnya sebagai
berikut:
“ Sengaja saya mengangkat hadats yang besar (daripada sekalian tubuh)
fardu karena Allah”.
Sebab-sebab wajib mandi adalah jima‟ (bersetubuh), mati yang bukan mati
syahid, haidh, nifas dan wiladah (melahirkan)

Cara atau rukun mandi wajib yaitu:


a. Niat, bersamaan dengan mula-mula membasuh sebagian tubuh sambil
membaca lafadh niatnya yang telah disebutkan di atas.
b. Menghilangkan najis kalau bendanya ada di tubuh.
c. Menyampaikan air ke seluruh anggota tubuh

8.7 Fungsi Tazkiyah Dan Thaharah Dalam Shalat Dan Dalam Kehidupan

Tazkiyah adalah menyucikan jiwa dari segala macam bentuk kemusyrikan dengan
menghayati/meyakini makna syahadatain dan mengucapkannya dengan penuh

53
kesadaran dan keinsafan, bahwa semua yang dikerjakan hanya untuk menyembah
Allah SWT yang membentuk niat karena untuk menyembah Allah SWT di dalam
hati. Karena dengan thaharah itu tergantung sahnya ibadah seseorang, maka
tazkiyah dan thaharah dalam ibadah shalat bagaikan mata uang yang bermuka
dua, thaharah tanpa tazkiyah tidak sah, tazkiyah tanpa thaharah tidak berbentuk
ibadah. Niat karena Allah SWT berfungsi sebagai tazkiyah di dalam hati (jiwa),
karena niat pada hakikatnya inti sari dari syahadatain.

B. RANGKUMAN

Bab ini telah menjelaskan tentang thaharah dan implementasinya dalam kehidupan
sehari-hari. Thaharah dalam ajaran Islam merupakan bagian dari pelaksanaan
ibadah kepada Allah SWT. Setiap muslim diwajibkan shalat lima waktu dan
sebelum melaksanankannya disyaratkan bersuci terlebih dahulu. Di samping
sebagai suatu kewajiban, thaharah juga melambangkan tuntutan Islam untuk
memelihara kesucian diri dari segala kotoran dan dosa.

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang cara bersuci (thaharah) Rasulullah.!

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

54
Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sulaiman Rasjid. 2013. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Supiana & Karman. 2012. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

55
BAB IX
SHALAT DAN KEUTAMAAN SHOLAT DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami tentang shalat dan keutaman shalat dalam
kehidupan sehari-hari

Kompetensi Khusus
- Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian shalat
- Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan keutamaan ibadah sholat
- Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi shalat khusyu‟ dalam
kehidupan
- Mahasiswa mampu menjelaskan hikmahnya sholat dilihat dari segi
keimanan seseorang dan kesehatannya

A. PENYAJIAN MATERI

9.1 Pengertian Shalat

Secara etimologi shalat mengandung berbagai arti, yaitu:


a. Shalat berarti shillah yaitu berhubungan langsung dengan Allah SWT.
b. Shalat berarti zikir yaitu mengingat Allah SWT (QS 20:14).
c. Shalat berarti do‟a yaitu memohon kepada Allah SWT.
d. Shalat berarti mi‟raj yaitu naik jiwa menghadap langsung kepada Allah SWT
e. Shalat berarti tazkiyah dengan syahadah yaitu mensucikan hati (jiwa) dari
segala bentuk kemusyrikan yang melekat di hati.
f. Shalat berarti memperkukuh dan memperkuat rohani, melahirkan rasa percaya
diri.
g. Shalat berarti meningkatkan daya konsentrasi, melatih disiplin diri.

56
h. Shalat berarti melatih keseimbangan antara spiritual, emosional, intelektual
dan nafsu biologis di bawah kekuasaan iman.

Definisi shalat secara terminologis adalah beberapa ucapan dan beberapa


perbuatan yang dimulai dengan niat yang disertai takbir, disudahi dengan salam,
yang dengannya kita beribadatnkepada Allah SWT menurut rukun dan syarat
yang telah ditentukan.

9.2 Tujuan dan Keutamaan Ibadah Sholat

Shalat merupakan ibadah komunikasi langsung seorang muslim dengan Tuhannya


yang melibatkan ruhani dan jasmani yang disebut juga dengan istilah ibadah
ruhaniyah dan ibadah badaniyah sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam
QS Thaha (20): 14. Terjemahan QS Thaha: 14 yaitu:
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.

Mendirikan shalat melibatkan diri seorang muslim secara utuh dan total yang
mencakup unsur ruhani, seperti niat, mengerti setiap yang dibaca dan memahami
maknanya dan gerakan fisik sehingga shalat dapat berdampak langsung terhadap
tingkah laku hingga dapat menciptakan kemampuan untuk menghindari setiap
perbuatan keji dan munkar sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam QS Al-
Ankabut (20):45 yang terjemahannya sebagai berikut:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-kitab (Al-Qur‟an) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan munkar dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain) dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.

57
Dari kedua ayat tersebut, tujuan shalat adalah untuk menyembah, mengingat Allah
SWT dan mencegah manusia berbuat keji dan mungkar. Keutamaan ibadah shalat
adalah lebih besar dari ibadah-ibadah yang lain.

Dalam Islam, shalat menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh
ibadah lainnya. Selain termasuk rukun Islam yang berarti tiang agama, shalat juga
termasuk ibadah yang pertama diwajibkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW
ketika mi‟raj. Di samping itu, shalat memiliki tujuan yang tidak terhingga. Tujuan
hakiki dari shalat, sebagaimana dikatakan Al-Jaziri, adalah tanda hati dalam
rangka mengagungkan Allah sebgai pencipta. Shalat juga merupakan bukti taqwa
manusia kepada Tuhannya.

Selain keutamaan yang dijelaskan di atas (ibadah yang paling utama setelah
syahadatain dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar), keutamannya dapat
dirangkum sebagai berikut:
a. Shalat dapat menghapus dosa sebagaimana Rasulullah bersabda yang
terjemahannya sebagai berikut:
“perumpamanan shalat lima waktu itu seperti sungai yang mengalir deras
di depan pintu seorang di antara kalian, di mana dia selalu mandi di
sungai itu lima kali setiap hari” (HR. Muslim).

“shalat lima waktu dari Jum‟at ke Jim‟at berikutnya, satu Ramadhan ke


Ramadhan berikutnya, dapat menghapuskan berbagai dosa yang terjadi di
antara semunaya itu, jika berbagai dosa besar dihindari” (HR Muslim).
b. Shalat sebagai cahaya bagi orang yang mengerjakannya di dunia maupun
di akhirat. Ini sesuai dengan hadist Abdullah bin Umar RA dari Nabi
SAW.
“Barang siapa shalat, ia akan menjadi nur, bukti dan penyelamat baginya
pada hari kiamat.Dan barang siapa tidak memeliharanya, ia tidak akan
menjadi nur, bukti dan penyelamat, baginya dan pada hari kimat dia akan

58
bersama Qarun, Fir‟aun, Haman dan Ubay bin Khalaf” (HR Ahmad dan
Ad-Darimi)
c. Allah SWT akan meninggikan derajat dan menghapus kesalahan seseorang
karena shalat yang dikerjakannya sebagaimana hadits Tsauban, pembantu
Rasulullah SAW, Beliau bersabda kepadanya yang terjemahannya:
“Kamu harus banyak bersujud, karena tidaklah kamu bersujud kepada
Allah satu kali, melainkan dengannya Allah akan mengangkatmu satu
derajat dan menghapuskan satu kesalahan darimu”.
d. Shalat juga sebagai salah satu sebab masuknya seseorang ke surga untuk
menemani Nabi SAW sebagaimana yang disebutkan dalam hadist Rabi‟ah
bin Ka‟ab Al-Aslami, dia bercerita:
“Aku pernah bermalam bersama Rasulullah SAW, lalu aku bawakan
beliau air wudhu, sehingga beliau bersabda kepadaku:”Mintalah”
kemudian kukatakan,”Aku minta agar aku bisa menemanimu di surga”.
Beliau pun bersabda:”Tidak ada permintaan lain selain itu?”, aku
menjawab,”Hanya itu saja”. Beliau bersabda, “Bantu aku untuk
menolong dirimu dengan banyak sujud”.
e. Dengan berjalan kaki ke tempat pelaksanaan shalat, kebaikan akan dicatat,
derajat akan ditinggikan dan berbagai kesalahan akan dihapuskan
sebagaimana hadist Abu Hurairah RA yang bercerita Rasulullah SAW
bersabda:
“Barang siapa bersuci di rumahnya dan berjalan ke salah satu rumah
Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajibab
yang ditugaskan Allah, maka langkah-langkahnya: salah satunya akan
menghapus kesalahan dan yang lainnya meninggikan satu derajat” (HR
Muslim).
f. Disiapkan sambutan di surga setiap kali seseorang muslim pergi ke masjid
untuk mengerjakan shalat, pada pagi maupun sore hari sesuai dengan
hadits Abu Hurairah RA dari Nabi SAW:

59
“Barangsiapa pergi ke masjid pada pagi hari atau sore hari, Allah akan
menyediakan baginya sambutan di surga, setiap kali datang pada pagi
hari atau sore hari” (Muttafaqun „alaih).

9.3 Fungsi Shalat Khusyu’ Dalam Kehidupan

Shalat memiliki banyak fungsi atau hikmah. Antara lain mendidik orang agar
disiplin dengan waktu, karena ibadah shalat harus dikerjakan pada waktu yang
telah ditentukan. Shalat juga dapat menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan
kemungkaran. Dengan melakukan shalat, perbuatan dapat dikontrol dengan baik
karena setiap waktu shalat dia akan menghadap kepada Allah untuk memohon
petunjuk dan meminta ampunan. Peribadi yang terkontrol sedemikian rupa akan
cenderung bertingkah laku yang baik dan terhindar dari perbuatan dosa, sehingga
setiap selesai shalat dia akan kembali kepada rutinitas dengan jiwa yang bersih.

9.4 Hikmah Shalat Dilihat dari Segi Keimanan dan Kesehatan

Apabila dicermati dengan seksama dan dimaknai gerakan shalat yang dimulai
dengan tegak berdiri betul-betul dengan sikap siap, dilanjutkan dengan takbiratul-
ikhram dengan mengangkat kedua tangan, ruku‟, bangkit dari rku‟, sujud, bangkit
dari sujud, sujud lagi yang diteruskan setiap raka‟atnya, kemudian tasyahud dan
diakhiri dengan dua salam dengan memutar kepala ke kanan pada salam pertama
dan memutar kepala ke kiri pada salam kedua sebagai akhir dari prosesi gerakan
shalat. Dalam lingkaran gerakan shalat terdapat nilai-nilai kehidupan yaitu
disamping gerakan berolah raga, sekaligus juga merupakan cerminan realitas
lingkaran kehidupan seseorang muslim yang menggambarkan bentuk sikap hidup
sellau ingat akan kebesaran Allah SWT dengan mengucapkan “Allahu Akbar”
pada setiap perpindahan gerakannya membentuk sikap hidup yang tangguh, ulet,
sabar, tegar dan pantang menyerah kepada dinamika (perubahan) kehidupan,
hanya menyerah dan berserah diri kepada Allah SWT semata.

60
Gerakan siap kepala dan kali membnetuk garis tegak lurus 180 derajat
menanadkan di waktu kita mencaai keberhasilan hidup pada puncak karir, kita
tetap merasa kecil di hadapan Allah SWT, kita selalu taqwa dan syukur serta
mengakui kebesaran Allah SWT.

Gerakan ruku‟ di mana kepla dan pinggang membentuk sudut 90 derajat


menandakan kita sadar hidup tidak selamanya jaya, di waktu karir menurun,
merasa kecil di hadapan Allah SWT, selalu tawakkal, tidak frustasi, sellau
mengakui kebesaran Allah SWT. Gerakan sujud dimana kepala dan panggul
menukik membentuk sudut 45 derajat menandakan bahwa di waktu hidup kita
jatuh, pekerjaan dan kesehatan tidak ada, kita harus tetap tegas/sabar
menghadapinya, justru kita harus taqwa dan tawakal kepada Allah SWT dan
dengan selalu mengucapkan “Allahu Akbar” mencegah kita putus asa, kecewa dan
frustasi.

Posisi tasyahud merupakan keadaan hidup yang didambakan dimana hidup penuh
dnegan keselamatan dan keberkatan, hidup yang penuh tauhid dan mengikuti gaya
hidup Nabi SAW. Hidup yang penuh persaudaraan dengan sesama manusia,
sehingga setiap dengan manusia lain ia selalu mengucapkan salam perdamaian
Assalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh ke kanan dan ke kiri.

Selain itu, hikmah shalat dari segi keimanan adalah sebagai berikut:
a. Bacaan shalat sebagai media berzikir
Sebagian besar dari bacaan shalat adalah bermuatan zikir, yang berfungsi
untuk memperoleh ketenangan jiwa dan relaksasi. Zikir yang terkandung
dalam bacaan shalat antara lain takbir, tahmid, tahlil.
b. Bacaan shalat sebagai media berdoa
c. Hikmah shalat menyadarkan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah.
Manusia selalu butuh perlindungan Allah SWT dan hidayahNya melalui
shalat sebagaimana dicontohkan dan dipraktekkan Nabi Muhammad

61
SAW. Dari seluruh amal perbuatan manusia dalam hidupnya, shalatlah
yang pertama kali dipertanggungjawabkan kepada Allah di akhirat kelak.

B. RANGKUMAN

Bab ini telah menerangkan tentang shalat. Shalat merupakan ibadah yang
memiliki banyak keutamaan dan ibadah wajid dan paling penting di mana akan
dihisab pertama kali sewaktu di akhirat. Ini menjadikan manusia harus selalu
memperhatikan shalatnya dengan baik dan khusyu‟

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang shalat Jamak dan Qashar.

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sulaiman Rasjid. 2013. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Supiana & Karman. 2012. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

62
Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.
2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

63
BAB X
APLIKASI SYARIAH PUASA

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami aplikasi syariah puasa

Kompetensi Khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan syarat sah dan wajib puasa
- Mahasiswa mampu menjelaskan puasa sunat
- Mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal yang membatalkan puasa
- Mahasiswa mampu menjelaskan hari yang dilarang berpuasa
- Mahasiswa mampu menjelaskan hikmah puasa dilihat dari segi keimanan
dan kesehatan

A. PENYAJIAN MATERI

10.1 Syarat Sah Dan Wajib Puasa

Syarat sah puasa adalah sebagai berikut:


a. Islam, orang yang bukan Islam tidak sah puasa
b. Mumayiz,artinya dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik.
c. Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan)
Orang yang haid ataupun nifas itu tidak sah berpuasa, tetapi keduanya
wajib mengqada (membayar) puasa bulan Ramadhan yang tertinggal itu
secukupnya.
Dari Aisyah. Ia berkata: “Kami disuruh oleh Rasulullah SAW mengqada
puasa dan tidak disuruhnya untuk mengqada shalat” (Riwayat Bukhari).
d. Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. Dilarang puasa pada dua
hari raya dan hari Tasyriq (tanggal 11, 12, 13 bulan Haji).

64
Syarat wajib puasa adalah sebagai berikut:
a. Berakal. Orang yang gila tidak wajib berpuasa.
b. Baliq (umur 15 tahun ke atas) atau ada tanda yang lain. Anak-anak tidak
wajib berpuasa. Sabda Rasulullah SAW :
“Tiga orang yang terlepas dari hukum: (a) orang yang sedang tertidur
hingga ia bangun, (b) orang gila sampai ia sembuh, (c) kanak-kanak
sampai ia baliq” (Riwayat Abu Dawud dan Nasai)
c. Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau
sakit tidak wajib berpuasa. Firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah:
185:
“Barang siapa sakit atau sedang dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu”.
Firman Allah dalam Al-Baqarah: 184:
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka
tidka berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang
miskin”.
Bila orang hamil atau menyusui khawatir puasa akan membahayakan
dirinya, mereka boleh berbuka tetapi wajib mengqadanya di lain hari dan
tidak wajib membayar kafarat. Bila khawatir puasa akan membahayakan
kandungannya atau anaknya, mereka boleh berbuka, tetapi wajib
mengqadanya juga membayar kafarat dengan memberi makan satu mud
untuk setiap harinya.

10.2 Puasa Sunat

Puasa dalam bahasa Arab disebut shiyam dan shaum yang berarti menahan
(imsak) sesuatu. Menurut syara‟, puasa berarti menahan diri diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar samapi terbenam
matahari dengan niat dan beberapa syarat. Puasa ada empat macam yaitu:

65
a. Puasa wajib, yaitu puasa bulan Ramadhan, puasa kafarat (puasa wajib
karena sebab tertentu), dan puasa nazar
b. Puasa sunat
c. Puasa makruh, yaitu puasa sehari saja hanya pada hari Jum‟at atau Sabtu
kecuali disertai puasa pada hari sebelum atau sesudahnya. Nabi bersabda:
“Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum‟at, kecuali (ia berpuasa juga)
sehari sebelum atau sehari sesudahnya” (HR Mutafaq „Alaih). Dalam
hadits lain disebutlan “Nabi melarang berpuasa pada hari Sabtu” (HR
A;-Nasa‟i).
d. Puasa haram, yaitu puasa pada hari yang diharamkan

Dalam Sub bab ini akan dijelaskan tentang puasa sunat. Dalam puasa sunat,
sebenarnya tidak ada waktu pembatasan pelaksanaannya. Orang dapat memilih
sendiri waktu yang tepat baginya untuk berpuasa sesuai kemampuan dan
keadaannya kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa dan juga hari
Jum‟at dan Sabtu sebagaimana penjelasan di atas. Kecuali pada hari-hari tersebut,
sepanjang tahun, puasa sunat dapat dan baik dilakukan, tetapi ada beberapa yang
secara khusus dianjurkan berpuasa yaitu:
a. Puasa enam hari pada bulan syawal, sesuai dengan hadits Nabi
SAW:”Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan kemudian
mengiringinnya dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, amak itu
menjadi seperti puasa setahun”. Puasa ini dapat dilakukan secara berurut-
urutan atau tidak.
b. Puasa di hari Arafah, khususnya bagi orang yang tidak melaksanakan
ibadah haji, pada tanggal 9 Zulhijah, sebagaimana disebutkan dalam
hadits: “Rasulullah ditanya orang tentang puasa hari Arafah. Beliau
bersabda, (Puasa) itu mneghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun
yang akan datang” (HR Muslim). Nmaun, menurut Malik, hal itu
tergolong makruh dengan alasannya, ia khawatir orang mengaitkan
Ramadhan dengan yang bukan Ramadhan; atau kemungkinan hadits
tersebut tidak menjadikannya sebagai yang disunatkan.

66
c. Puasa hari Asyura (10) dan Tasu‟a (9) bulan Muharam.
d. Puasa tiga hari setiap bulan. Disenatkan berpuas tiga hari, sebaiknya
tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan karena Nabi melakukannya.
e. Puasahari Senin dan Kamis. Beliau bersabda:”Hari itu hari yang datang
padanya aku dilahirkan, hari yang padanya aku dibangkitkan, dan
diturunkan wahyu kepadaku”.
f. Puasa bulan Muharam dan Sya‟ban. Berpuasa pada bulan Muharam dan
Sya‟ban merupakan keutamaan. Dalam satu riwayat dijelaskan bahwa
Rasulullah senantiasa berpuasa dan menganjurkan agar umatnya berpuasa
pada bulan-bulan tersebut. Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik puasa
setelah Ramadhan adlah puasa pada bulan Allah, yaitu Muharam dan
sebaik-baik shalat setelah shalat fardu adalah shalat malam” (HR
Muslim).

10.3 Hal-Hal yang Membatalkan Puasa

Ada beberapa hal yang membatalkan puasa, yaitu:


a. Makan dan minum
Dalam hal ini, masuknya sesuatu ke rongga badan atau rongga kepala
melalui jalan terbuka, mulut, hidung, atau telinga diangap sama dengan
makan dan membatalkan puasa.
b. Al-huqnah
Yaitu memasukkan sesuatu ke dalam rongga melalu kemaluan dubur atau
qubul.
c. Muntah dengan sengaja
d. Bersetubuh, walaupun tidak sampai keluar mani.
e. Keluar mani dengan sebab mubasyarah (bersentuhan kulit tanpa
alas),mencium dan sebagainya. Namun, keluar mani tanpa bersentuhan
kulit, misalnya dengan sebab pandangan atau karena mimpi, tidak
membatalkan puasa.
f. Haid, Nifas, Gila dan Murtad

67
10.4 Hikmah Puasa Dilihat dari Segi Keimanan dan Kesehatan

Hikmah puasa dilihat dari segi keimanan adalah:


a. Ibadah puasa berfungsi sebagai bukti keimanan kepada Allah SWT (QS
Al-Baqarah: 183).
b. Puasa berfungsi sebagai ibadah kepada Allah SWT QS Al-Baqarah: 183-
186.
c. Puasa merupakan konsekuensi logis daripada syahadat.
d. Puasa melatih kedekatan dengan Allah dan tunduk secara utuh, total dan
optimal kepada Allah SWT
e. Puasa berfungsi untuk melatih kesucian sikap mental, yaitu kesucian
spiritual, emosional, intelektual dan kesucian nafsu makan/minum dan
nafsu syahwat.
f. Puasa berfungsi untuk melatih kesucian tingkah laku, seperti kesucian
mendengar, melihat, mencium, berbicara, berpakaian, bergaul, bekerja,
berjalan.
g. Berpuasa berfungsi melatih diri hidup hemat.
h. Berpuasa juga berfungsi melatih diri sederhana dan suka memberi serta
menolong orang yang sengsara.

Dari segi kesehatan, puasa memiliki hikmah sebagai tindakan pencegahan


terhadap beberapa penyakit mental seperti stress dan terutama yang berhubungan
dengan lambung, menyehatkan alat pencernaan, memperlncar peredaran darah,
memperbaiki organ tubuh, menstabilkan hubungan saraf dan terapi ampuh
terhadap beberapa penyakit dalam.

B. RANGKUMAN

Bab ini telah menjelaskan tentang puasa, syarat wajib dan sah puasa, puasa sunat,
hal yang membatalkan puasa serta puasa dari segi keimanan dan kesehatan.
Dianjurkan umat Islam untuk senantiasa melakukan kebaikan dalam berpuasa

68
merupakan pelajaran bagi umat Islam untuk membiasakan diri hidup baik demi
tercapainya kebahagiaan dan ketetraman hidup di dunia dan di akhirat.

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang sejarah diwajibkannya puasa Ramadhan.

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sulaiman Rasjid. 2013. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Supiana & Karman. 2012. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

69
BAB XI
APLIKASI SYARIAH ZAKAT

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami aplikasi syariah zakat

Kompetensi Khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian zakat
- Mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan zakat
- Mahasiswa mampu menjelaskan zakat mal dan zakat penghasilan

A. PENYAJIAN MATERI

11.1 Pengertian Zakat

Zakat secara etimologis, berarti tumbuh (al-numuw), bertambah banyak dan


mengandung berkah juga suci (thaharah). Menurut Syari‟ah, zakat adalah
memberikan harta tertentu yang diwajibkan Allah mengeluarkannya kepada
orang-orang yang berhak menerimanya. Menurut terminologi fikih, zakat adalah
pemberian sebagian harta yang telah sampai nisabnya, kepada yang berhak sesuai
dengan ketentuan syari‟at (Hukum Islam).

Hakikat zakat adalah membersihkan, mensucikan diri dari sifat-sifat rakus,


serakah, bakhil, kikir dan sombong. Dasar hukum mengeluarkan zakat adalah QS
At-Taubah: 103 yang terjemahannya:
“Ambilah zakat dari sebagian ahrta mereka, dengan zkat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendo‟alah untuk mereka. Sesungguhnya do‟a kamu
itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui”.

70
Zakat merupakan pemberian khas Islam yang sudah diwajibkan Allah semenjak
Nabi Ibrahim AS dan Nabi-Nabi sesudahnya.

11.2 Hal-Hal yang Berhubungan dengan Zakat

Benda yang wajib dizakati


Benda yang wajib dizakati adalah (1) binatang ternak, (2) Emas dan Perak, (3)
Biji makanan yang mengenyangkan, (4) buah-buahan, (5) harta perniagaan

Binatang ternak yang wajib dizakati hanya unta, sapi, kerbau dan kambing.
Keterangannya adalah ijma‟. Syarat bagi pemilik binatang ternak tersebut adalah:
Islam, merdeka, milik yang sempurna, cukup satu nisab, sampai satu tahun
dipunyai, digembalakan di rumput yang mubah (binatang yang
diumpan/diambilkan makanannya tidak wajib dizakati).Biji makanan yang
mengenyangkan seperti beras, jagung, adas dan sebagainya. Sedangkan buah-
buahan yang wajib dizakati adalah anggur dan kurma saja.

Orang-orang yang berhak menerima zakat adalah delapan golongan (asnaf)


sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Taubah: 60:
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zkat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekaan
budak, orang-orang yang berhutang untuk di jalan Allah, dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan, sebagai sutau ketetapan yang diwajibkan Allah; dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Secara lebih jelas, delapan
golongan tersebut adalah:

a. Amil, orang yang khusus ditugaskan oleh pemerintaj untuk mengurus


zakat seperti petugas yang mengutip, mencatat harta yang terkumpul,
membagi-bagi, dan mengumpul para wajib zakat atau pengumpul para
mustahik zakat.

71
b. Fakir, orang yang tidak memiliki harta ataupun usaha yang memadai
sehingga sebagian besar kebutuhannya tidak dapat dipenuhi. Namun, perlu
diperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan fakir ini yaitu:
- Orang yang jauh dari hartanya atau mempunyai piutang tetapi belum
jatuh temponya, tetap berhak atas zakat sebagai orang fakir.
- Orang yang cakap berusaha, tetapi tidak dapat melakukannya karena
sibuk dengan kegiatan menuntut atau mengajarkan Al-Qur‟an atau
ilmu-ilmu lain yang tergolong fardu kifayah, boleh menerima zakat
sebagai fakir. Tetapi mereka yang dapat belajar sambil berusaha, atau
yang tidak cukup cerdas untuk dapat menguasai ilmu-ilmu yang
dipelajari, atau yang tinggal di sekolah tanpa belajar, tidak berhak
menerima zakat.
- Orang yang tidak berusaha karena menyibukkan diri dengan
melakukan ibadah-ibadah sunat, tidak dibenarkan menerima zakat
sebagaimana ornag fakir, sebab usaha dan hidup madiri lebih baik
daripada melakukan ibadah sunat tetapi bergantung atau selalu
mengharapkan bantuan orang lain.
- Orang yang kebutuhannya dicukupi oleh kerabat atau suaminya tidak
berhak atas zakat sebagaimana orang fakir.
c. Miskin, yaiti orang yang memiliki harta atau usaha yang dapat
menghasilkan sebagaian kebutuhannya tetapi tidka mencukupi
d. Muallaf
e. Fi al-Riqab, para budak yang dijanjikan akan merdeka bila membayar
sejumlah harta kepada tuannya.
f. Gharimun, orang yang berhutang yang terbagi menjadi tiga golonga:
- Orang yang berhutang untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri
tetapi bukan untuk maksiat.
- Orang yang berhutang karena kepentingan mendamaikan perselisihan.
- Orang yang berhutang karena ia menjamin hutang orang lain.
g. Ibn Sabil (musafir)

72
Ibn sabil dapat diberi zakat dengan beberapa syarat. Pertama, perjalannya
tidak ditujukan untuk maksiat dan mubah. Kedua,ia kehabisan bekal, tidak
mempunyai atau kekurangan biaya.
h. Fi sabilillah, yaitu orang yang berperang di jalan Allah secara sukarela,
tanpa mendapat gaji dari pemerintah.

11.3 Zakat Mal dan Zakat Penghasilan

Zakat mal (emas dan perak) wajib dizakati didasarkan ayat QS Al-Taubat: 34.
Adapun nisab dan zakat mal adalah:
- Apabila beratnya sampai 20 mitsqal = 93.6 gram dan cukup setahun
lamanya disimpan, kecuali emas yang telah dijadikan perhiasan diri
sendiri (bukan dagangan) seperti giwang, kalung, gelang dan
sebagainya tidak wajib dizakati. Adapun zakat yang harus dikeluarkan
adalah 1/40 atau 2.5%.
- Nisabnya perak yang wajib dizakati yaitu: apabila mempunyai 200
dirham-624 gram dan telah cukup setahun lamanya disimpan.
Besarnya jumlah zakat juga sama dngan zamat emas.

Zakat penghasilan syarat wajibnya seperti pada zakat mal. Adapun nisab harta
penghasilan adalah menurut pokoknya.

B. RANGKUMAN

Bab ini telah menerangkan tentang zakat, harta yang wajib dizakati dan golongan
yang berhak menerima zakat. Zakat adalah pemberian sebagian harta yang telah
sampai nisabnya, kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan syari‟at (Hukum
Islam). Zakat ini berfungsi untuk membersihkan, menyucikan harta. Oleh itu,
diwajibkan kepada umat Islam yang telah sampai nisab hartanya untuk membayar
zakat.

73
C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang nisab benda yang wajib dizakati!

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sulaiman Rasjid. 2013. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Supiana & Karman. 2012. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

74
BAB XII
APLIKASI SYARIAH HALAL DAN HARAM DALAMISLAM

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami tentang halal dan haram dalam Islam

Kompetensi Khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan makanan dan minuman dalam Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan NAZA (Narkotika & Zat Adiktif
Lainnya) menurut Islam

A. PENYAJIAN MATERI

12.1 Pengertian Makanan dan Minuman dalam Islam

Dalam bahasa Al-Qur‟an, makanan disebut tha‟am, segala sesuatu yang dimakan
atau dicicipi. Karena itu, “minuman” termasuk dalam pengertian tha‟am. Al-
Qur‟an surat Al-Baqaqarah:249 menggunakan kata syariba (minum) dan yath‟am
(makan) untuk objek yang berkaitan dengan air minum. Kata tha‟am dalam
berbagai bentuknya terulang dalam Al-Qur‟an sebanyak 48 kali yang antara lain
berbicara tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan makanan.

Allah SWT memerintahlan agar manusia memakan makanan dan minuman yang
sifatnya halal dan thayyib sebagaimana QS Al-N+Baqarah:168 yang
terjemahannya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Makanan yang halal adalah makanan yang tidak haram yakni memakannya tidak
dilarang oleh agama. Makanan dan minuman yang halal adalah segala yang
diizinkan Allah, cara perolehan makanan dan minuman yang diizinkan Allah dan

75
cara penggunaan makanan dan minuman yang diizinkan Allah. Namun, tidak
semua makann yang halal otomatis baik karena halal tediri dari empat macam
yaitu wajib, sunnah, mubah dan makru. Kata thayyib dalam makanan adalah
makan yang sehat, proporsional dan aman. Tentunya, makanan yang halal adalah
makanan yang tidak haram.

Makanan dan minuman yang haram adalah makan dan minuman yang jenis, cara
perolehan dan cara penggunaan yang tidak diizinkan oleh Allah. Makanan yang
haram dalam Islam ada dua jenis:
a. Makanan yang diharamkan karena dzatnya. Maksudnya, asal dari makanan
tersebut memang sudah haram seperti bangkai, darah, babi, anjing, khamar
dan selainnya.
b. Makanan yang diharamkan karena suatu sebab yang tidak berhubungan
dengan dzatnya. Maksudnya, asal makanannya adalah halal, akan tetapi
menajdi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan
tersebut. Misalnya makanan hasil curian, upah perzinahan, sesajen
perdukunan dan sebagainya.
Makanan yang diharamkan dilatarbelakangi oleh alasan berikut:
e. Membahayakan tubuh dan akal
f. Bersifat buas
Binatang buas adalah binatang yang menyerang, melukai dan biasanya
memangsa. Faktor ini meliputi semua binatang pemakan bangkai dan benda-
benda najis lainnya, baik memangsa dengan taring seperti singa, harimau,
macan dan sebagainya, maupun bangsa burung yang memiliki cakar kuat
untuk memangsa seperti elang, rajawali dan sebagainya.
g. Bersifat najis
Mengkonsumsi barang najis yaitu bersifat najis „ain (substansinya sendiri
tergolong najis). Misalnya babi dan bangkai binatang darat yang jika
disembelih tidak sesuai dengan syariat Islam atau darah yang mengalir dari
binatang sembelihan, luka dan sebagainya berdasarkan QS Al-Maidah:3 yang
terjemahannya: “Diharamkan bagi kamu (memakan) bangkai, darah, daging

76
babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik,
yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang m=diterkam binatang
buas kecuali yang semoat kamu menyembelihnya dan (diharamkan bagimu)
yang dismebelih untuk berhala”.Selain yang disebutkan di atas,
makanan/minuman yang haram adalah makanan yang terkena najis (pada
awalnya suci).
h. Diharamkan karena disembelih untuk selain Allah
i. Diharamkan karena diperoleh secara haram.

12.2 NAZA (Narkotika & Zat Adiktif Lainnya) menurut Islam

Ganja, heroin serta bentuk lainnya baik padat maupun cair yang terkenal dnegan
sebutan mukhaddirat (narkotik). Di dalam Al-Qur‟an dan sunnah, istilah ini
disebut khamr. Khamr berasal dari kata khomara yang berarti “menutup”. Karena
itu, makanan dan minuman yang dapat menghantarkan kepada tertutupnya akal
dinamai juga khamr.

Mayoritas ulama berpendapat bahwa apapun yang memabukkan, menutup akal


atau menjadikan seseorang tidak dapat mengendalikan pikirannya termasuk
khamr. Selain itu, dijelaskan pula dalam hdits apa yang dimaksud dengan khamrI
yaitu: “ Setiap yang memabukkan adalah haram, dan semua yang memabukkan
adalah haram “ (HR Muslim melalui Ibnu Umar).

Rasullullah SAW melaknat yang berhubungan dengan khamr sepuluh golongan


yaitu (1) yang memerasnya, (2) yang minta diperaskan, (3) yang meminumnya,
(4)yang membawanya, (5) yang minta diantarkan (yang memesan), (6) yang
menuangkannya, (7) yang menjualnya, (8) yang makan hasil penjualannya,
(9)yang membelinya, (10) yang minta dibelikannya (HR At-Tirmidzi dan Ibnu
Majah).

Jelaslah bahwa NAZA adalah diharamkan dalam Islam.

77
B. RANGKUMAN

Bab ini telah menjelaskan tentang halal dan haram dalam Islam terutamanya
adalah tentang makanan, minuman dan zat lain yang diharamkan seperti NAZA
(Narkotika dan Zat Adiktif lainnya). Hal-hal tersebut diharamkan karena sifatnya
yang merusak tubuh, jiwa dan akal.

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah sebuah makalah tentang Bahaya NAZA dalam kehidupan sehari-hari.

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sulaiman Rasjid. 2013. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Supiana & Karman. 2012. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.
2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

78
BAB XIII
APLIKASI SYARIAH PERNIKAHAN DALAM ISLAM (MUNAKAHAT)

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami tentang pernikahan dalam Islam

Kompetensi Khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan hukum munakahat
- Mahasiswa mampu menjelaskan rukun – rukun nikah.
- Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan hikmah nikah.
- Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab putusnya pernikahan.
- Mahasiswa mampu menjelaskan hak dan kewajiban suami – istri.

A. PENYAJIAN MATERI

13.1 Pengertian dan Hukum Munakahat

Nikah secara bahasa artinya adalah berhimpun. Menurut syara‟ seperti yang
dikemukakan Wahbah az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu bahwa
pernikahan artinya aqad atau perjanjian atau ikatan yang menghalalkan
(membolehkan) pergaulan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
hidup bersama sebagai suami istri. Menurut kompilasi hukum Islam dinyatakan
bahwa pernikahan adalah aqad atau perjanjian antara kedua belah pihak
diwujudkan dalan bentuk ijab dan qabul seorang laki-laki dengan wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dari pengertian tersebut, maka pernikahan adalah suatu ikatan lahir dan batin
antara seorang laki-laki dan seornag perempuan yang menjamin halalnya
pergaulan sebagai suami istri untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan

79
mendapatkan keturunan yang sah dan dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan
syariat Islam.

Hukum nikah ada lima macam yaitu mubah, sunnah, wajib, makruh dan haram.

a. Mubah, ini merupakan hukum asal bagi seseorang yang akan melakukan
pernikahan. Artinya, setiap orang yang telah memenuhi syarat pernikahan,
maka mubah atau boleh atau halal terhadap orang yang tidak khawatir
melakukan zina atau tidak takut berbuat aniaya bila tidak menikah.
b. Sunah, seseorang yang sudah mencapai usia dewasa, berkeinginan untuk
menikah dan mempunyai bekal atau mata pencaharian untuk membiayai
hidup bekeluarga.
c. Wajib, terhadap orang yang sudah dewasa, memiliki biaya kehidupan yang
cukup dan bila tidak melangsungkan nikah akan jatuh ke perbuatan tercela
(zina).
d. Makruh, bagi orang yang sudah dewasa, sudah layak untuk kawin, tetapi
tidak mempunyai biaya untuk bekal hidup berumah tangga atau tidak
mempunyai keinginan untuk nikah.
e. Haram, seseorang yang akan mengawini perempuan dengan maksud akan
menyakiti, menganiaya, mempermainkannya.

13.2 Rukun – Rukun Nikah

Rukun nikah adalah sebagai berikut:


a. Adanya calon suami (pengantin laki-laki). Kriteria calon suami adalah:
beragama Islam, terang laki, lakinya, tidak dipaksa atau terpaksa, tidak
beristri empat orang bukan muhrimnya (pengantin perempuan), tidak
mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istrinya, tidak dalam
keadaab berikhram haji atau umrah.
b. Adanya calon istri (pengantin perempuan). Kriteria calon istri adalah
bukan perempuan musyrik, terang perempuannya, telah mendapat izin dari

80
walinya, tidak bersuami atau tidak dalam masa iddah, bukan mahramnya
calon suami, belum pernah di li‟an (sumpah li‟an) oleh calon suaminya,
jelas orangnya, bukan dalam keadaan berikhram haji atau umrah.
c. Wali dari calon pengantin perempuan. Orang yang dapat menjadi wali
adalah bapak, kakek, saudara laki-laki seibu sebapak, saudara laki-laki
sebapak, anak laki-laki saudara laki-laki sekandung, anak laki-laki dari
saudara laki-laki sebapak, paman dari pihak bapak, anak laki-laki dari
paman dari pihak bapak, wali hakim.
d. Saksi-saksi, jumlahnya minimal dua orang saksi.
e. Sighat aqad (kalimat aqad) yang terdiri dari ijab qabul.

13.3 Tujuan dan Hikmah Nikah

Tujuan pernikahan menurut syari‟at Islam adalah:


1. Memenuhi kebutuhan biologis.
2. Mengikuti dan mentaati perintah Allah dan sunnah Rasul.
3. Mencari dan mengharapkan keturunan yang shaleh.
4. Menginginkan kebahagian dan ketentraman

Hikmah pernikahan adalah sebagai berikut:


1. Menjaga harkat dan martabat manusia.
2. Melanjutkan dan memelihara garis keturunan.
3. Menumbuhkan kasih sayang.
4. Memperoleh ketenangan jiwa

13.4 Penyebab Putusnya Pernikahan

Menurut ajaran Islam, ikatan pernikahan dapat saja putus disebabkan beberapa hal
diantaranya:

81
a. Kematian
b. Thalaq
Thalaq artinya lepasnya ikatan. Menurut syara‟ ikrar yang diucapkan oleh suami
terhadap istri untuk menyatakan putusnya ikatan pernikahan mereka.
c. Khulu
Putusnya ikatan suami isteri dengan inisiatif dari pihak istri yang
menghendaki dikarenakan alasan tertentu dan suami tetap ingin
mempertahankan ikatan suami isteri tersebut.
d. Fasakh
Selain dari pihak suami isteri serta ajal yang menjemput, hakim dapat
menetapkan keputusan bahwa ikatan perkawinan suami isteri haruslah
diputuskan dikarenakan “cacat” dalam keabsahan dari perkawinan
tersebut.

13.5 Hak dan Kewajiban Suami – Istri

Pernikahan yang dilangsungkan dengan persyaratan dan rukunnya yang sempurna


menjadi sah dan selanjutnya mempunyai akibat hukum yang mengikat berupa hak
dan kewajiban, baik yang ada pada suami saja, siteri saja maupun yang ada pada
keduanya.

1. Hak dan Kewajiban Bersama


Mengenai hak dan kewajiban yang ada pada keduanya secara bersama-sama
adalah bebas bergaul, kerja sama dan bermusyawarah. Allah SWT berfirman
dalam QS Al-Baqarah: 19 yang intinya bahwa pergaulan suami-isteri hendaklah
diarahkan dalam bentuk yang baik (ma‟ruf) yaitu menyambung generasi.

Dalam kaitan ini, suami dan isteri harus saling mencintai, saling menghormati,
saling setia dan saling memberikan bantuan lahir dan batin. Suami dan siteri juga
wajib memikul kewajiban yang luhur untuk membina dan menegakkan rumah
tangga yang bahagia dan sejahtera lahir batin.

82
Mereka juga harus memelihara kehormatan masing-masing. Selain itu mereka
berkewajiban mengasuh dan memelihara anak, baik aspek jasmani maupun
rohani. Keputusan yang akan diambil juga merupakan hasil kesepakatan atau
musyawarah antara suami dan isteri.

2. Kewajiban Isteri terhadap Suami


Ada beberapa kewajiban isteri yang harus dilakukan terhadap suaminya yaitu:
- Isteri wajib taat kepada suaminya sebagaimana dalam QS Al-Nisa: 34:
“....Wanita shaleh adalah wanita yang taat kepada Allah dan memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara
mereka....”
Dari ayat tersebut, seorang isteri harus berbuat baik kepada suaminya.

- Isteri wajib menjaga diri


Ayat di atas juga menjelaskan bahwa istri wajib menjaga diri agar tidak
melakukan hal-hal mengurangi harga dirinya, waijb menyelamatkan harta
suami, tidak memberikannya kepada orang lain tanpa izin suami, tidak
keluar rumah dengan maksud supaya tidak menyelengarakan urusan rumah
tangga.

3. Kewajiban Suami terhadap Isteri


Kewajiban suami yaitu:
- Kewajiban nafkah, menurut ulama fikih, nafkah adlah pengeluaran yang
harus dikeluarkan oleh orang yang wajib memberi nafkah kepada
seseorang yang wajib dinafkahi tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keperluan hidup sebagaiman dalam QS Al-Baqarah: 233:
“.....Dan kewajiban ayah memeberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang ma‟ruf. Seseorang tidak dibebani, melainkan menurut
kesanggupannya.....”

83
Para ahli berpendapat tentang kewajiban suami membelanjau isteri-
osterinya bila sudah baliq, kecuali siterinya berbuat durhaka.
- Bergaul dengan perlakuan baik
Dalam QS Al-Nisa:15 dijelaskan tentang kewajiban suami terhadap isteri:
menghormati isteri, bergaul dengannya secara baik, memperlakukannya
dnegan cara baik dan wajar, mendahulukan kepentingannya dalam sesuatu
hal yang perlu didahulukan, bersikap lemah lembut, menahan diri dari hal-
hal yang tidak menyenangkan hati siteri. Diantara bergaul dengan cara
yang baik terhadap isteri yaitu dengan mengangkat martabatnya setara
dengan dirinya dan tidak meyakiti hatinya walaupun dengan kata-kata
yang sifatnya hanya berolok-olok.
- Menjaga isteri dengan baik
Suami berkewajiban menjaga isterinya, memelihara istri dari segala
sesuatu yang menodai kehormatannya, menjaga harta dirinya, menjunjung
tinggi kehormatannya sehingga citranya baik.
- Mendatangi isterinya
- Dalam QS Al-Baqarah: 222, Allah berfirman:
“Bila mereka telah suci, maka campurilah mereka di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu”.

B. RANGKUMAN

Pernikahan adalah keindahan yang tak terlukiskan dengan untaian kalimat.


Karenanya menjadi dambaan setiap insan. Pernikahan merupakan bagian dari
ajaran Islam sebagai suatu wadah untuk menghalalkan pergaulan antara seorang
pria dengan seorang wanita. Pernikahan yang sah apabila terpenuhi syarat dan
rukun. Dengan adanya pernikahan akan melahirkan generasi-generasi yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagai penerus.

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang Pernikahan Kunci Ketenangan Batin

84
D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sulaiman Rasjid. 2013. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Supiana & Karman. 2012. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

85
BAB XIV
EKONOMI ISLAM

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami tentang ekonomi Islam

Kompetensi Khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, tujuan dan prinsip-prinsip
ekonomi Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk transaksi ekonomi Islam.
- Mahasiswa mampu menjelaskan perbandingan sistem ekonomi konvensional
dan sistem ekonomi Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip ekonomi muamalah.

A. PENYAJIAN MATERI

14.1 Pengertian, Tujuan Dan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Islam menetapkan prinsip ekonomi Islam berdasarkan kepada kaidah pokok dalam
muamalah, yaitu semuanya dibolehkan kecuali yang dilarang. Namun secara
umum ada beberapa prinsip ekonomi Islam antara lain sebagai berikut:
a. Barang dan jasa yang diproduksi adalah barang dan jasa yang halal.
b. Sistem organisasi produksi Islam mengisyaratkan pengadministrasian yang
teratur terdapat QS Al-Baqarah:282.
Dalam pendistribusian barang dan jasa harus mengandung unsur keadilan. Islam
melarang usaha-usaha yang dapat merugikan konsumen, akibat dari permainan
harga atau distribusi yang tidak lancar. Perekonomian Islam juga menganut paham
efisien sebagaimana konsepnya dalam QS Al-Isya‟:29 yang terjemahannya:
“ Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulirkannya (terlalu kikir atau terlalu pemurah),
karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”.

86
Ekonomi Islam juga memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mewujudkan perikehidupan ekonomi umat manusia yang makmur dan
selalu dalam taraf yang lebih maju, dengan jalan melaksanakan produksi
barang dan jasa dalam kualitas dan kuantitas yang cukup guna memenuhi
kebutuhan spiritual dalam rangka menumbuhkan taraf kesejahteraan
duniawi maupun ukhrawi secara serasi dan seimbang.
b. Mewujudkan perikehidupan ekonomi umat manusia yang adil dan merata,
dengan jalan melaksanakan distribusi barang, jasa, kesempatan, kekuasaan
dan pendapatan masyarakat secara jujur dan terarah dan selalu
meningkatkan taraf keadilan dan pemerataannya.
c. Mewujudkan perikehidupan ekonomi umat manusia yang stabil dengan
jalan menghindari gangguan-gangguan inflasi dan depresi ataupun
stagnasi, namun tidak menghambat laju pertumbuhan ekonomi msyratakat,
dengan jalan mengendalikan tingkah laku masyarakat yang membawa ke
arah kegoncangan ekonomi.
d. Mewujudkan perikehidupan ekonomi umat manusia yang serasi, bersatu,
damai dan maju dalam suasanan kekeluargaan sesama umat dengan jalan
menghilangkan nafsu untuk menguasai, menumpuk harta ataupun sikap-
sikap lemah terhadap gejala-gejala negatif.
e. Mewujudkan perikehidupan ekonomi umat manusia yang relatif menjamin
kemerdekaan dalam memilih jenis barang dan jasa, memilih sistem dan
organisasi produksi, maupun memilih sistem distribusi sehingga tingkat
partisipasi masyarakat dapat dikerahkan kecara maksimal dengan
meniadakan penguasaan berlebih dari sekolompok masyarakat ekonomi
serta menumbuhkan sikap-sikap kebersamaan (solidaritas).
f. Mewujudkan perikehidupan ekonomi umat manusia yang tidak
menimbulkan kerusakan di bumi, kelestarian alam dapat dijaga sebaik-
baiknya baik alam fisik, kultural, sosial maupun spiritual keagamaan.
g. Mewujudkan perikehidupan ekonomi umat manusia yang relatif mandiri
tanpa ketergantungan yang berlebihan kepada sekelompok msayarakat
lain.

87
14.2 Bentuk-Bentuk Transaksi Ekonomi Islam

Bentuk-bentuk transaksi ekonomi Islam antara lain:


a. Perdagangan atau jual beli
Perdagangan dalam Islam merupakan bagian dari muamalah dan dapat
menjadi amak saleh bagi kedua belah pihak baik pedagang maupun
pembeli jika dilakukan dengan niat karena Allah dan apa yang dilakukan
bukan hal terlarang.
b. Jual beli kredit
Ada dua jual beli kredit yaitu:
Pertama: jual beli kredit dengan ketentuan bahwa penjual tidak
mengambil keuntungan tambahan harga dari penangguhan pembayaran.
Kedua: jual beli kredit dengan ketentuan bahwa penjual mengambil
keuntungan penambahan harga dari pembeli sebagai akibat dari
penangguhan pembayaran. Jual beli kredit diperbolehkan dalam Islam
dengan dasar QS Al-Baqarah:282.
Ulama fikih sepakat bahwa jual beli kredit yang pertama adalah jual beli
yang disyariatkan Islam karena pada umumnya orang yang membeli suatu
barang dengan cara kredit baik secara keseluruhan atau sebagian dari
harga menunjukkan ia sangat membutuhkan barang itu sementara ia tidak
mempunyai uang secara tunai. Pemberian kesempatan berarti meringankan
kesulitan. Sedangkan jual beli kredit yang kedua diperbolehkan oleh ulama
mazhab Syafi‟i dan Hanafi dengan persyaratan ada kesepakatan antara
kedua belah pihak baik mengenai harga maupun jangka waktu
pembayarannya yang berdasarkan QS An-Nisa: 29.
c. Sewa menyewa
Sewa menyewa adalah terjemahan dari bahasa Arab “al ijarah”. Orang
yang menyewakan disebut mu‟ajir, penyewa atau orang yang menyewa
disebut musta‟jir dan barang yang disewa disebut ma‟jur. Menurut
pengertian syarak, sewa menyewa adalah suatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian.

88
d. Gadai
Dalam bahasa Arab, gadai adalah Rahn yang artinya tetap atau lestari.
Dalam pengertian syarak, gadai berarti menjadikan barang yang secara
hukum mempunyai nilai harta sebagai jaminan hutang. Orang yang
menggadaikan disebut rahin, orang yang menerima barang gadai adalah
murtahin dan barang yang digadaikan adalah rahn.
e. Mudharabah
Mudharabah adalah persetujuan antara pemilik modal yang menyerahkan
modalnya kepada pedagang atau pekerja untuk diperdagangkan,
keuntungan dari dagang dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.
Apabila terjadi kerugian dari perdagangan tersebut ditanggung oleh
pemilik modal. Dasar hukum dari mudharabah adalah QS Al-
Muzammil:20 dan Al Baqarah:198.
f. Bank Islam
Bank Islam yaitu suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syari‟at Islam. Prinsip pengoperasian Bank Islam adalah”
- Al wadi‟ah yaitu perjanjian simpan menyimpan atau penitipan barang
berharga antara pihak yang mempunyai barang dan pihak yang diberi
kepercayaan dengan tujuan mengamankan barang tersebut.
- Almudharabah atau al-qiradh yaitu perjanjian kesepakatan bersama
antara apemilik modal dan pengusaha dengan ketentuan pihak pemilik
modal menyediakan dana dan pihak penguasa memutar modal dengan
dasar bagi hasil (keuntungan) jika beruntung dan kedua belah pihak
juga menanggung resiko jika terjadi kerugian.
- Al musyarakah yaitu perjanjian kesepakatan antara beberapa pemilik
modal untuk menyertakan modal sahamnya pada suatu proyek yang
biasanya berjangka waktu panjang.

89
- Al murabahah yaitu menjual harga barang dengan harga pokok
ditambah dengan keuntungan untuk dibayar pada waktu yang
ditentukan atau dibayar secara cicilan.
g. Asuransi

14.3 Perbandingan Sistem Ekonomi Konvensional dan Sistem Ekonomi


Islam

Sistem ekonomi konvensional atau kapitalis merupakan sistem ekonomi yang


memberikan keleluasaan dan kebebasan yang tidak terbatas kepada individu dan
swasta untuk melaksanakan dan mengelola sumber, kegiatan dan hasil produksi
ekonomi. Jadi, prinsip dasar ekonomi kapitalis menekankan kepada kebebasan
pelaku ekonomi untuk melaksanakan praktek ekonomi. Sistem ekonomi sosialis
merupakan sistem ekonomi yang dalam prakteknya dikuasai serta diatur oleh
pemerintah sedangkan masyarakat dan individu tunduk kepada aturan yang telah
ditetapkan.

Sistem ekonomi Islam berada di tengah-tengah atau di antara kapitalis dan


sosialis. Ekonomi Islam bertujuan mencapai kapital tetapi tidak kapitalis dan
ekonomi Islam berfungsi sosial tapi bukan sosialis. Jadi, ekonomi Islam
menegaskan pengakuan terhadap hak-hak individu dan masyarakat atau
pemerintah secara seiembang dan tidak terdapat dominasi yang berlebihan dari
masing-masingnya.

14.4 Prinsip Ekonomi Muamalah

Prinsip prinsip ekonomi muamalah adalah (1) didasari atas suka sama suka dan
tidak ada unsur paksaan, (2) memberi peluang untuk meneruskan atau
membatalkan traksaksi, (3) menyempurnakan takaran dan timbangan, (4) tidak
boleh menyembunyikan cacat barang, (5) dilarang jual beli tipuan, (6) dilarang
menimbun barang, (7) Dilarang menjual barang haram, (8) dilarang menjual

90
barang dengan dua akad, (9) dilarang menjual barang dengan manipulasi
kualitas/harga, (10) dilarang menjual barang yang sedang proses akad, (11)
dianjurkan perikatan itu secara tertulis dan pakai saksi.

B. RANGKUMAN

Dalam ajaran Islam ekonomi adalah suatu dimensi sosial manusia yang
dirangkum dalam muamalah yaitu aturan dasar hubungan antar manusia.
Muamalah mendapat perhatian besar dalam ajaran Islam. Bab ini telah
menerangkan tentang pengertian, tujuan dan prinsip-prinsip ekonomi Islam,
bentuk-bentuk transaksi ekonomi Islam, pebandingan sistem ekonomi
konvensional dan sistem ekonomi Islam dan prinsip ekonomi muamalah.

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang perbankan syariah

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sulaiman Rasjid. 2013. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

91
Supiana & Karman. 2012. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

92
BAB XV
ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami tentang Islam dan ilmu pengetahuan

Kompetensi Khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan kedudukan ilmu dan kehormatan para ilmuan
dalam Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi ilmu dalam memperkuat iman
- Mahasiswa mampu menjelaskan kunci membuka khazanah ilmu
- Mahasiswa mampu menjelaskan hadits-hadits Rasulullah tentang ilmu
- Mahasiswa mampu menjelaskan peringatan sesudah mendapat ilmu
- Mahasiswa mampu menjelaskan Al-Qur‟an sumber inspirasi ilmu pengetahuan
-
A. PENYAJIAN MATERI

15.1 Kedudukan Ilmu Dan Kehormatan Para Ilmuan Dalam Islam

Kedudukan ilmu dalam Islam adalah sangat sentral, karenaAllah SWT melarang
manusia mengerjakan ssuatu pekerjaan tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan
sebagai landasan teoritis setiap pekerjaan. Ini sebagaimana dalam QS Al-Isra‟
(17):36 yang terjemahannya:
“Dan janganlah kamu mengikuti (mengerjakan) apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya”.

Vitalitas dan keutamaan ilmu juga terungkap dalam sanjungan dan kehormatan
yang diberikan kepada para ilmuwan, tersirat dalam wahyu pertama yang diterima
Rasulullah SAW berupa kunci ilmu yaitu membaca. Keutamaan ilmu sebagai
karunia Allah SWT dan kehormatan para ilmuwan, penghargaan Allah SWT

93
kepada mereka yang berilmu serta ilmu sebagai milik yang boleh diandalkan
untuk memikul jabatan/kehormatan yang tinggi tercantum dalam ayat-ayat QS
3:18, 18:66, 16;43, 21:7 dan 79, 27:15 dan 29:43, 58:11.

15.2 Fungsi Ilmu Dalam Memperkuat Iman

Selain ilmu dapat mengangkat dan meningkatkan derajat manusia, memperluas


cakrawala serta memperkaya bahan pertimbangan dalam sikap dan tindakan
manusia. Ilmu adalah sarana untuk mendekati kebenaran dalam berbagai
bentuknya. Ilmu cinta kepada kebenaran. Kebenaran sesuatu yang
multidimensional dengan berbagai manifestasinya.

Dibalik semua wajah-wajah kebenaran itulah tersirat kebenaran mutlak yang


bersifat universal Allah SWT yang Maha berilmu sumber kebenaran (QS 2:147).
Apabila lebih banyak ilmu seseorang, ia akan mampu lebih menyempurnakan
sistem kendali kehidupannya. Sistem kendali yang efektif akan lebih
memudahkan seseorang untuk meniti jalan lurus (shirathal mustaqim) menuju
kebenaran mutlak untuk memperkuat iman (QS 3:7, 18).

15.3 Kunci Membuka Khazanah Ilmu

Dalam Islam terdapat beberapa cara yang dianjurkan oleh Allah SWT untuk
membuka khasanah ilmu dan pengembangan ilmu pengetahuan. Cara tersebut
adalah:
a. Membaca
Ayat pertama yang diwahyukan serta ayat itu pula tugas kerasuan
Muhammad SAW dimulai adalah dengan perintah membaca (QS Al-
„Alaq: 1-5).
b. Menulis

94
Demikian penting tulis baca sebagai kunci ilmu pengetahuan sehingga
diabadikan dalam Al-Qur‟an dalam Al-Qalam: 68 yang berarti pena atau
alat tulis.
c. Menalar
Setelah membaca dan meulis sebagai kunci membuka khasanah ilmu
untuk disebarluaskan dan dikembangkan, di dalam Al-Qur‟an banyak ayat
yang mendorong serta mengajak manusia untuk menalar (memperhatikan,
mengamati, menyelidiki dengan seksama secara logis dan analitis)
terhadap segala fenomena alam.
d. Berdiskusi dan Seminar

15.4 Hadits-Hadits Rasulullah Tentang Ilmu

Hadits-hadits tentang ilmu meliputi keutamaan ilmu dan ilmuwan, peringatan


kepada ilmuwan dan sikap terhadap ilmu.

Hadits-hadits tentang keutamaan ilmu dan ilmuwan adalah:


1. Orang-orang yang berilmu adalah pewaris nabi.
2. Bahwa ilmu itu menambah mulia orang-orang yang sudah mulia dan
meninggalkan seorang budak sampai ke tingkat raja-raja.
3. Apabila datang kepadaku hari yang tidak bertambah ilmuku padanya, yang
mendekatkan aku kepada Allah SWT, maka tidak ada berkatnya bagiku pada
terbit matahari hari itu.
4. Isi langit dan isi bumi memintakan ampun untuk orang yang berilmu
5. Kelebihan seorang berilmu dari seorang „abid (rajin beribadah kurang ilmu)
adalah seperti kelebihan terang bulan purnama dari bintang yang lain.
6. Kelebihan seorang mukmin yang berilmu dari seorang mukmin yang „abid
adalah tujuh puluh derajat.
7. Barang siapa yang menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu maka
dianugerahkan Allah SWT kepadanya jalan ke surga.

95
8. Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi mempelajari suatu bab dari ilmu
adalah lebih baik daripada engkau shalat sunat seratus kali.
9. Menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim.
10. Menghadiri majlis orang yang berilmu lebih utama daripada mendirikan shalat
sunnat seribu rakaat. Mengunjungi seribu orang sakit dan berta‟ziah seribu
jenazah.

Hadits-hadits tentang peringatan kepada ilmuwan adalah sebagai berikut:


1. Tidak wajar bagi orang bodoh berdiam diri atas kebodohannya. Dan tidak
wajar bagi orang yang berilmu berdiam diri atas ilmunya.
2. Apabila manusia mempelajari ilmu dan meninggalkan sedangkan mereka
berkaih-kasihan dengan lisan dan bermarah-marahan dengan hati serta
berputus-putusan silaturahmi, maka kenalah mereka kutukan Allah SWT ketika
itu. Ditulikan telinga mereka dan dibutakan mata mereka.
3. Barang siapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah petunjuk, niscaya dia
tidak bertambah dekat melainkan bertambah jauh dari Allah SWT.
4. Di antara bencana dari seseorang yang berilmu adalah lebih suka berkata-kata
daripada mendengar.
5. Yang binasa dari umatku adalah orang berilmu yang zalim dan orang beribadat
yang bodoh. Kejahatan yang paling jahat adalah kejahatan orang yang berilmu
dan kebaikan yang paling baik adalah kebaikan orang yang berilmu.
6. Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu keudian ia menyembunyikannya
(tidak mau menerangkannya), maka Allah SWT akan mengekangnya pada hari
kiamat dengan kekangan dari api neraka.
7. Barang siapa yang menuntut ilmu yang semestinya untuk mencari ridha Allah
SWT lalu ia tidak mempelajarinya kecuali hanya untuk mendapatkan harta
dunia, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat.
8. Orang yang sangat rugi nanti pada hari kiamat adalah laki-laki yang sewaktu di
dunia dan memungkinkan untuk menuntut ilmu, lalu ia tidak mau untuk
menuntut ilmu. Dan seorang yang mengajar ilmu, lalu orang yang diajar
mendapatkan manfaat dari ilmunya, sedangkan dirinya tidak melaksanakannya.

96
Hadits-hadits tentang sikap terhadap ilmu adalah sebagai berikut:
1. Seorang bertanya: “Ilmu apa engkau kehendaki?”, Nabi menjawab:”Ilmu
pengetahuan mengenal Allah SWT”.
2. Pelajari olehmu ilmu yang kau minati.
3. Pelajari olehmu akan ilm dan belajarlah untuk mendapatkan ilmu dnegan
ketenangan dan kesopanan dan bertawadhu‟lah kepada orang yang
mengajarkan ilmu.
4. Tuntutlah ilmu dari kecil sampai meninggal dunia.

15.5 Peringatan Sesudah Mendapat Ilmu

Ilmu adalah sarana untuk mencari kebenaran dan mendekati kebenaran. Siapa pun
yang telah mendapat ilmu, dalam disiplin apapun, semestinya mendayagunakan
ilmunya dengan efektif mendekati kebenaran lewat jalur disiplin masing-masing.
Jika lebih dari satu disiplin ilmu yang dipunyai, maka pendekatan kepada
kebenaran harus dilakukan secara interdisiplin. Sudah semestinya bagi orang yang
telah memiliki ilmu bahwa kebenaran adalah panglima dan fungsi ilmu adalah
membantu menunjuk kepada kebenaran. Kegagalan dalam mendayagunakan ilmu
untuk kemaslahatan dan kebenaran, beberapa kali Allah SWT memperingatkan
dalam Al-Qur‟an untuk diwaspadai oleh para ilmuwan (QS 3:19, 10:93, 28:78,
39:49, 23:83, 26:14, 45:17).

15.6 Al-Qur’an Sumber Inspirasi Ilmu Pengetahuan

Banyak ayat-ayat Al-Qur‟an membicarakan tentang penciptaan alam semesta,


penciptaan langit dan bumi serta apa yang ada di dalamnya, seperti penciptaan
tumbuhan (nabati), binatang ternak (hewani) dan penciptaan manusia (insani).
Dengan demikian dapat dikatakan Al-Qur‟an sebagai sumber inspirasi ilmu
pengetahuan.Pembicaraan tentang penciptaan makroskosmos dan mikroskosmos
itu dalam Al-Qur‟an hanya memuat informasi universal yang mendorong manusia
melakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut dan detail tentang proses

97
penciptaan dan kegunaan alam semesta itu diciptakan Allah SWT sehingga
manusia dapat mengambil manfaat dari alam semesta ini untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam melaksanakan tugas kekhalifahannya untuk
menyembah Allah SWT, karena memang apa saja yang diciptakan Allah SWT
adalah untukmanusia sebagaimana dalam QS 2:21-22 dan 29.

B. RANGKUMAN

Eksistensi (keberadaan) ilmu dalam Islam menduduki posisi penting. Ini karena
Islam adalah agama ilmu yang bersumber pada ilmu yaitu ilmu Allah SWT (Al-
Qur‟an) dan Rasul-Nya (Hadits), ilmu para sahabat, ilmu ulama tabi‟in, ilmu
ulama fuqaha (ahli fikih), mufassirin (ahli tafsir) ilmunya ulama ushuluddin (ahli
akidah), ilmu filosof (ahli filsafat) Islam dan ulama mutaakhirin (ilmu para
ilmuwan muslim sampai hari kiamat).

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang Al-Qur‟an sebagai sumber inspirasi ilmu pengetahuan.

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

98
Sulaiman Rasjid. 2013. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Supiana & Karman. 2012. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

99
BAB XVI
APLIKASI SYARIAH POLITIK ISLAM DAN HAM

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami tentang politik Islam dan HAM

Kompetensi Khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan konsep politik Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan Hak Asasi Manusia dalam Islam

A. PENYAJIAN MATERI

16.1 Konsep Politik Islam

Kata politik terambil dari bahasa Yunani yaitu politicos, atau dari bahasa Latin
yaitu politicus yang berarti relating to citizen. Keduanya berasal dari kata polis
yang berarti kota. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata politik
sebagai segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai
pemerintahan negara atau terhadap negara lain. Juga dalam arti “kebijakan, cara
bertindak (dalam menghadapi atau menangani satu masalah).

Dalam kamus-kamus bahasa Arab modern, kata politik diterjemahkan dengan kata
siyasah. Kata ini terambil dari akar kata “sasa- yasusu”, yang berarti
mengemudikan, mengendalikan, mengatur dan sebagainya. Politik secara umum
diartikan dengan ilmu memerintah dan emngatur negara, seni memerintah dan
mengatur masyarakat manusia. Secara lebih khusus politik diartikan sebagai
kemahiran dalam rangka menghimpun, meningkatkan kualitas dan kuantitas,
mengawasi dan mengendalikan dan menggunakan kekuatan untuk emncapai
tujuan kekuasaan dalam negara dan institusi lainnya.Sehubungan dengan
pengertian di atas dapat dipahami bahwa politik secaraumum berhubungan dengan
berbagai cara dalam pencapaian tujuan hidup manusia. Politik secara khusus

100
penekanannya kepada kekuasaan dan pemerintahan. Menurut Quraish Shihab,
politik adalah segala urusan dan tindakan berupa kebijakan dan siasat mengenai
pemerintah negara dan terhadap negara lain dengan tujuan untuk kemashlahatan
bersama.

Dalam Al-Qur‟an tidak ditemukan kata yang terbentuk dari akar kata sasa-yasusu,
namun bukan berarti bahwa Al-Qur‟an tidak menguraikan politik. Uraian Al-
Qur‟an tentang politik secara sepintas dapat ditemukan ayat-ayat yang berakar
kata hukm. Kata ini pada mulanya berarti “menghalangi atau melarang dalam
rangka perbaikan”. Dari akar kata yang sama terbentuk kata hikmah yang pada
mulanya berarti kendali. Makna ini sejalan denganmakna asal kata sasa-yasusu-
sais, siyasat, yang berarti mengemudi, mengendalikan, pengendali dan cara
pengendalian.

Dalam Islam, politik didasarkan kepada tiga prinsip yaitu tauhid, risalah dan
khalifah. Tauhid adalah mengesakan Allah selaku pemilik kedaulatan
tertinggi.Oleh karena itu, manusia adalah pengemban amanah dari pemilik
kedaulatan tertinggi itu yaitu Allah sehingga semua tindak tandukpolitik yang
dilakukan setiap muslim terkait erat dnegan keyakinannya kepada Allah SWT.

Risalah merupakan medium perantara penerimaan manusia terhadap hukum-


hukum Allah. Dalam menjalankan pemerintahan, risalah berfungs sebagai sumber
norma dan nilai. Sedangkan manusia adalah khalifah (pemimpin) yang diberi
tugas oleh Allah SWT untuk mengurus dan mengatur kehidupan di dunia
termasuk dalam masalah pemerintahan. Khalifah dituntut untuk melakukan tugas
kekhalifahan dengan baik dan maksimal sesuai dengan aturan-aturan yang
ditetapkan Allah SWT.

Norma karakteristik politik, Islam dengan politik lain adalah (1)politik merupakan
alat atau sarana mencapai tujuan bukan dijadikan tujuan akhir atau satu-satunya,
(2) politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat, (3) kekuasaan mutlak

101
adalah milik Allah, (4) pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah,
(5) ketaatan kepada pemimpin wajib setelah taat kepada Allah dan Rasul.

Kepemimpinan politik dalam Islam harus memenuhi syarat-syarat yang telah


digariskan oleh ajaran Islam sebagaimana penjelasan QS An-Nisa‟: 58-59 yaitu
(1) amanah yaitu bertanggung jawab dengan tugas dan kewenangan yang
diemban, (2) adil yaitu mampu menempatkan segala sesuatu secara tepat dan
proporsional, (3) taat kepada Allah dan rasul, (4) menjadikan Al-Qur‟an dan
Hadits sebagai referensi utama.

16.2 Hak Asasi Manusia dalam Islam

Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugerahi hak
dasar yang disebut dengan hak asasi tanpa perbedaan antara satu dengan yang
lainnay. Dengan hak asasi tersebut manusia dapat mengembangkan diri pribadi,
peranan dan sumbangannya bagi kesejahteraan hidup manusia. Ada perbedaan
prinsip antara HAM dilihat dari sudut pandang Barat dan Islam. HAM menurut
sudut pandang Barat semata-mata bersifat antroposentris artinya segala sesuatu
berpusat pada manusia. Dengan demikian manusia sangat dipentingkan.
Sebaliknya, HAM dalam pandangan Islam bersifat teosentris artinya segala
sesuatu berpusat kepda Tuhan. Dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan.
Islam sangat mementingkan penghargaan kepada hak-hak asasi dan kemerdekaan
dasar manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari kesadaran keagamaan yang
terpatri dalam hati, pikiran dan jiwa penganutnya.

Pemikiran Barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusia yang menjadi
tolak ukur segala sesuatu, sedangkan Islam menyatakan bahwa Allah yang
menjadi tolak ukur segala sesuatu sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk
mengabdi kepada-Nya. Disinilah perbedaan yang fundamental antara HAM
menurut Barat dan Islam. Makna teosentris bagi orang Islam adalah manusia
pertama-tama harus meyakini ajaran pokok Islam yang dirumuskan dalam dua

102
kalimat syahadat. Barulah manusia melakukan perbuatan yang baikmenurut isi
keyakinannya tersebut.

Dari uraian tersebut sepintas, seakan-akan dalam Islam manusia tidak memiliki
hak asasi, hanya mempunyai tugas dan kewajiban. Namun secara paradoks, di
dalam tugas-tugas inilah terletak semua hak dan kemerdekaannya. Menurut ajaran
Islam, manusia mengakui hak asasi dari manusia lain karena itu suatu kewajiban
yang dibebankan oelh hukum agama untuk mematuhi Allah. Oleh itu, HAM
dalam Islam tidak semata-mata dilandasi kewajiban hak asasi tetapi hak asasi
dilandasi kewajiban hak asasi manusia untuk mengabdi kepada Allah sebagai
pencipta. Kewajiban yang diperintahkan keapda umat manusia adalah huququllah
(hak Allah seperti ritual ibadah) dan huququl‟ibad (hak manusia terhadap
sesamanya dan makhluk lain).

B. RANGKUMAN

Bab ini telah menguraikan tentang politik Islam dan hak asasi manusia menurut
Islam. Politik Islam merupakan segala aktivitas yang didasarkan kepada tiga
prinsip. Prinsip tersebut adalah tauhid, risalah dan khalifah. Politik Islam yaitu
memiliki syarat amanah, adil, taat kepada Allah dan rasul, menjadikan Al-Qur‟an
dan Sunnah sebagai referensi utama.

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang demokrasi dalam politik Islam

E. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

103
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sulaiman Rasjid. 2013. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Supiana & Karman. 2012. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.


2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

104
BAB XVII
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Kompetensi Umum:
- Mahasiswa dapat memahami tentang kebudayaan Islam

Kompetensi Khusus:
- Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kebudayaan Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip kebudayaan Islam
- Mahasiswa mampu menjelaskan masa kejayaan Islam Dinasti Abbasiyah
- Mahasiswa mampu menjelaskan masa Kemunduran Peradaban dan
Kebudayaan Islam (13-18/19M)
- Mahasiswa mampu menjelaskanmasa Kebangkitan Peradaban dan
Kebudayaan Islam Kembali (18/19 – Sekarang)
- Mahasiswa mampu menjelaskanIslam di Indonesia

A. PENYAJIAN MATERI

17.1 Pengertian Kebudayaan Islam

Kebudayaan secara etimologi berasal dari kata Sansekerta budhhayah yang


merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan
kebudayan dalam bahasa Arab disebut al-tsaqafah. Adapun menurut terminologi
kebudayaan adalah himpunan segala usaha dan daya upaya yang dikerjakan
dengan menggunakan hasil pendapat budi, untuk memperbaiki sesuatu dalam
rangka mencapai kesempurnaan.

Gazalba (1962) mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan manisfestasi dari


ruh, zauq, iradah dan amal (cipta, rasa, karsa dan karya) dalam seluruh segi
kehidupan insani sebagai fitrah, ciptaan karunia Allah. Berdasarkan definisi

105
tesebut dapat dipahami bahwa kebudayaan muncul dari pengerahan semua potensi
yang diberikan Allah SWT kepada manusia.

17.2 Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam

Prinsip-prinsip kebudayaan Islam adalah:


a. Allah SWT sebagai sumber dan tempat kembali segalanya (QS Ar
Rum:11).
b. Allah sang Pencipta semuanya (QS Al Mu‟minun:62)
c. Semua makhluk punya ketergantungan kepada khaliknya (QS Al-Ikhlas: 2,
QS Hud: 6)
d. Allah mengangkat manusia sebagai khalifah di bumi yang diamanahkan
menjaga dan melestarikan bumi beserta isinya (QS Al-Baqarah: 30)
e. Manusia diberi potensi yang lebih dari makhluk lain sehingga makhluk-
makhluk tersebut tunduk kepadaNya (QS At Jatsiyah:13)
f. Manusia akan dtuntut pertanggungjawaban atas amanah yang telah
diberikan Allah SWT kepadanya (QS At-Takatsur:8)

17.3 Perkembangan Kebudayaan Islam

Ajaran Islam dari awal telah mempelopori untuk memajukan ilmu pengetahuan
sebagai sumber peradaban dan kebudayaan Islam. Namun dalam
perkembangannya mengalami pasang naik dan turun, pasang maju dan mundur
yaitu (1) masa permulaan Islam, meletakkan pondasi peradaban dan kebudayaan
Islam (7 M), (2) Masa dinasti Amawiyah, awal perkembangan dan kemajuan
peradaban dan kebudayaan Islam (7-9 M), (3) Masa Dinasti Abbasiyah (9-12 M),
(4) masa kemunduran peradaban dan kebudayan Islam (13-18/19 M), (5) masa
kebangkitan kembali peradaban dan kebudayaan Islam (18-sekarang).

106
17.4 Masa Kejayaan Islam Dinasti Abbasiyah

Masa dinasti Abbasiyah berlangsung dari abad 9-13 M yang dikenal dengan masa
kejayaan/keemasan Islam. Pada masa dinasti Abbasiyah telah terjadi
perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam yang amat pesat, sejalan
dengan semakin meluasnya ajaran Islam dianut oleh manusia hampir ke seluruh
dunia. Perkembangan secara umum antara lain ditandai dengan partisipasi bukan
Arab (Nawalli) Islam di bidang ilmu pengetahuan, masjid menjadi pusat
pendidikan/pengembangan ilmu, munculnya gerakan penterjemahan ilmu dari
bahasa Yunani dan kota-kota pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam semakin banyak.

Perkembangan secara khusus ditandai munculnya ahli tafsir dan kitab-kitabnya,


muncul para ahli hadits dan kitab-kitabnya, muncul ahli ilmu kalam membela
Islam dengan filsafat, muncul ahli bahasa dan kitab-kitabnya. Dalam ilmu hukum
muncul dua kelompok para ahli ilmu hukum yaitu ahli hadits dan ahli ra‟yu.
Muncul para ahli Hukum Islam terkenal (Imam Mazhab): Hanafi, Hambali,
Syafi‟i dan Maliki. Perkembangan yang lain adalah ilmu logika, seni budaya dan
seni suara.

17.5 Masa Kemunduran Peradaban dan Kebudayaan Islam (13-18/19M)

Terjadinya kemunduran peradaban dan kebudayaan Islam sangat dipengaruhi oleh


perebutan kekuasaan oleh para pemimpin Islam yang berakhir dengan
dihapuskannya sistem Khalifah yang didasarkan kepada prinsip syura
(musyawarah) menurut Al-Qur‟an dan Sunnah kemudian diganti dengan sistem
kerajaan. Disamping itu dipengaruhi oleh penjajahan yang dilakukan Kristen,
Yahudi dan golongan atheis terhadap daerah-daerah Islam.

Kemunduran peradaban dan kebudayaan Islam disebabkan pula telah ditutupnya


pintu ijtihad oleh pera pengikut mazhab yang membenarkan paham taqlid dan

107
semakin berkembangnya ajaran tasawuf yang kemudian melahirkan ajaran tarekat
bercampur mistis, tahayul, khufarat dan bid‟ah yang mengajarkan pengikutnya
agar menjauhi segala perbuatan yang berbau duniawi karena mereka berkeyakinan
dunia adalah surga bagi orang kafir dan penjara bagi mereka.

Namun, pada awal masa kemunduran tersebut masih terdapat sedikit


perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam pada masa daulah Usmaniah
(perkembangan ilmu hadits, astronomi, ulumul Qur‟an, teknik, tasawuf,
peperangan, kedokteran, politik, filsafat, administrasi dan ilmu pasti alam).

17.6 Masa Kebangkitan Peradaban dan Kebudayaan Islam Kembali (18/19


– Sekarang

Masa kebangkitan Islam ditandai dengan gerakan kembali kepada Al-Qur‟an dan
hadits secara murni dan konsekuen sebagai sumber ajaran Islam dalam sistem
akidah, syariah dan skhlak. Paham Taqlid dihapuskan dan pintu ijtihad kembali
dibuka seluas-luasnya sesuai tuntutan dan kebutuhan zaman dan dinamika
masyarakat.

Tokoh-tokoh gerakan pembaharuan pada masa kebangkitan Islam adalah Ibn Abd
al-Wahab (1703-1787 M, mempelopori gerakan pemaharuan berdasarkan mazhab
Hambali dan alur pikiran Ibnu Taimiyah), Jamaluddin al-Afgani (1839-1897 M,
tokoh reformasi Islam), Muhammad Abduh (1849-1905 M, membawa balik
kembali kepada Al-Qur‟an dan Hadits, pembaharuan bahasa Arab, pengakuan
hak-hak rakyat), Hasan Al-Bana (pendiri gerakan ikhwanul muslimin dengan
anggota mayoritas petani dan buruh.

17.7 Islam di Indonesia

Terdapat beberapa teori dan pendapat tentang sejarah masuknya Islam ke


Indonesia. Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya didasarkan pada bukti-bukti

108
yang telah ditemukan, melainkan juga dikuatkan oleh adanya catatan-catatan
sejarah yang dibuat oleh bangsa lain di masa lampau. Terdapat tiga pendapat
tentang masuknya Islam di Indonesia yaitu sejak abad ke 7 Masehi, sejak abad ke-
11 Masehi dan sejak abad ke-13 Masehi.

Sejarah masuknya Islam ke Indonesia sejak abad ke 7 Masehi didasarkan pada


berita yang diperoleh dari para pedagang Arab. Dari berita tersebut, diketahui
bahwa para pedagang Arab ternyata telah menjalin hubungan dagang dengan
Indonesia pada masa perkembangan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7 Masehi.
Wilayah Indonesia yang pertama kali menerima pengaruh Islam adalah daerah
pantai Sumatera Utara atau wilayah Samudra Pasai. Wilayah Samudra Pasai
merupakan pintu gerbang menuju wilayah Indonesia lainnya. Dari Samudra Pasai,
melalu jalur perdagangan agama Islam menyebar ke Malaka dan selanjutnya ke
Pulau Jawa. Pada abad ke 7 Masehi itu pula agama Islam diyakini sudah masuk ke
wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Masuknya agama Islam ke Pulau Jawa pada
abad ke 7 Masehi didasarkan pada berita dari China masa pemerintahan Dinasti
Tang. Berita itu menyatakan tentang adanya orang-orang Ta‟shih (Arab dan
Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang Kaling di bawah
pemerintahan Ratu Sima pada tahun 674 Masehi.

Pendapat yang mengatakan bahwa Islam masuk sejak abad ke-11 Masehi
didadarkan pada ukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang
berada di dekat Gresik Jawa Timur. Batu nisan ini berangka tahun 1082 Masehi.
Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa Islam masuk sejak abad ke-13
Masehi Pendapat ini didasarkan pada beberapa bukti yang lebih kuat, di antaranya
dikaitkan dengan masa runtuhnya Dinasti Abassiah di Baghdad (1258), berita dari
Marocopolo (1292), batu nisan kubur Sultan Malik as Saleh di Samudra Pasai
(1297), dan berita dari Ibnu Battuta (1345). Pendapat tersebut juga diperkuat
dengan masa penyebaran ajaran tasawuf di Indonesia.

109
Pada masa kedatangan agama Islam, penyebaran agama Islam dilakukan oleh para
pedagang Arab dibantu oleh para pedagang Persia dan India. Abad ke 7 Masehi
merupakan awal kedatangan agama Islam. Pada masa ini, baru sebagian kecil
penduduk yang bersedia menganutnya karena masih berada dalam kekuasaan raja-
raja Hindu-Budha. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan proses
penyebarannya berlangsung dalam waktu yang lama yaitu dari abad ke 7 sampai
abad ke 13 Masehi. Selama masa itu, para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia
makin intensif menyebarkan Islam di daerah yang mereka kunjung terutama di
daerah pusat perdagangan. Di samping itu, para pedagang Indonesia yang sudah
masuk Islam dan para Mubaligh Indonesia juga ikut berperan dalam penyebaran
Islam di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, pengaruh Islam di Indonesia
makin bertambah luas di kalangan masyarakat terutama di daerah pantai.

Pada akhir abad ke 12 Masehi, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya
mulai merosot. Seiring dengan kemunduran pengaruh Sriwijaya, para pedagang
Islam beserta para mubalighnya kian giat melakukan peran politik. Misalnya,
saaat mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan
Sriwijaya. Menjelang berakhirnya abad ke 13 sekitar tahun 1285 berdiri kerajaan
bercorak Islam yang bernama Samudra Pasai. Malaka yang merupakan pusat
perdagangan penting dan juga pusat penyebaran Islam berkembang pula menjadi
kerajaan baru dengan nama Kesultanan Malaka. Pada awal abad ke 15, kerajaan
Majapahit mengalami kemerosotan, bahkan pada tahun 1478 mengalami
keruntuhan. Banyak daerah yang berusaha melepaskan diri dari kerajaan
Majapahit. Pada tahun 1500, Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di
Jawa. Berkembangnya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam ini kemudian
disusul berdirinya Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Di luar Jawa juga
banyak berkembang kerajaan yang bercorak Islam seperti Kesultanan Ternate,
Kesultanan Gowa, dan kesultanan Banjar. Melalui kerajaan-kerajaan bercorak
Islam itulah, agama Islam makin berkembang pesat dan tersebar di berbagai
wilayah Indonesia. Agama Islam tidak hanya dianut oleh penduduk di daerah
pantai saja, tetapi sudah menyebar ke daerah-daerah pedalaman. Islam masuk dan

110
berkembang di Indonesia dilakukan melalui enam cara. Antara cara tersebut
adalah perdagangan, perkawinan, dakwah, pendidikan, seni budaya dan tasawuf.

B. RANGKUMAN

Bab ini telah menjelaskan peradaban dan kebudayaan Islam. Peradaban Islam dan
kebudayaannya meliputi beberapa fasa atau masa yaitu (1) masa permulaan Islam,
meletakkan pondasi peradaban dan kebudayaan Islam (7 M), (2) Masa dinasti
Amawiyah, awal perkembangan dan kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam
(7-9 M), (3) Masa Dinasti Abbasiyah (9-12 M), (4) masa kemunduran peradaban
dan kebudayan Islam (13-18/19 M), (5) masa kebangkitan kembali peradaban dan
kebudayaan Islam (18-sekarang).

C. TUGAS LATIHAN

Buatlah makalah tentang hikmah mempelajari sejarah Islam.

D. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Desmal Fajri. 2011. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Padang: Universitas
Bung Hatta.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam & Departemen Agama RI. 2000.
Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Fuadi Anwar, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

Izharman. 2014. Pendidikan Agama Islam: Pembentuk Kepribadian Islami.

Munir & Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Supiana & Karman. 2012. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

111
Syahidin, Buchari Alma, Munawar Rahmat, Toto Suryana, Aam Abdussalam.
2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Tim Dosen UNP. 2014. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi Umum.
Padang: UNP Press.

112

Anda mungkin juga menyukai