PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam Pasal 1329 KUH Perdata, perjanjian dibedakan menjadi 2 (dua) macam,
yaitu perjanjian bernama (nominaat) dan perjanjian tidak bernama (innominaat).
Kontrak atau perjanjian berkembang pada saat ini sebagai konsekuensi yang logis dari
berkembangnya kerjasama bisnis antar pelaku bisnis. Dalam suatu perjanjian itu
terdapat satu pihak mengikatkan dirinya kepada pihak lain. Sewa beli adalah perjanjian
yang tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata, tetapi oleh karena buku III KUH
Perdata menganut sistem terbuka, maka para pihak boleh membuat perjanjian yang
tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata.
Dengan demikian perjanjian sewa beli sebagai suatu perjanjian Innominaat juga
tunduk kepada ketentuan umum tentang perjanjian. Keberadaan perjanjian baik
nominaat maupun innominaat tidak terlepas dari adanya sistem yang berlaku dalam
hukum perjanjian itu sendiri.
1
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian sewa beli dan dimana letak
pengaturannya?
2. Siapakah subjek dalam perjanjian sewa beli?
3. Apakah objek dalam perjanjian sewa beli?
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu secara umum Pasal 1338 memberikan dasar yang sangat penting
dalam mana para pihak membuat kontrak diluar yang tertulis dalam KUHPerdata. Pasal
1338 KUHPerdata menegaskan semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya." artinya semua perjanjian
mengikat bagi mereka yang membuatnya, mempunyai hak yang oleh perjanjian itu
diberikan kepadanya dan berkewajiban melakukan hal-hal yang ditentukan dalam
perjanjian. Setiap orang dapat mengadakan perjanjian, jika memenuhi syarat yang
ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata.
2
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar perjanjian menjadi sah dan
mengikat para pihak. Pasal 1320 KUH Perdata menyebutkan adanya 4 (empat ) syarat
sahnya suatu perjanjian, yaitu:
Pengaturan mengenai Perjanjian sewa beli ini terdapat dalam Pasal 1 Surat
Keputusan Menteri Perdagangan Dan Koperasi Nomor 34/KP/II/1980 yang
menyebutkan bahwa sewa beli (Hire Purchase) merupakan sewa beli barang dimana
penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap
pembayaran yang dilakukan oleh pembeli sebagai pelunasan atas harga barang yang
telah disepakati bersama dan diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang
tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlahnya harganya dibayar
lunas oleh pembeli kepada penjual.
3
Soedewi Masychoen Sofwan, HIRE PUCHASE (HUUR KOOP), ialah lembaga jaminan
yang banyak terjadi dalam praktek di indonesia namun sampai kini belum terdapat
pengaturannya dalam undang- undang. Perjanjian sewa beli adalah perjanjian dimana
hak tersebut akan berakhir pada pembeli sewa jika harga barang tersebut sudah
dibayar lunas.
Dalam perjanjian sewa-beli terdapat 2 (dua) pihak, yaitu penjual sewa dan
pembeli sewa. Ciri yang membedakan perjanjian sewa-beli dengan perjanjian yang lain
adalah selama harga dari barang tersebut belum dibayar lunas oleh pembeli sewa,
maka di antara penjual sewa dan pembeli sewa dianggap terjadi suatu perjanjian sewa-
menyewa. Akan tetapi, ketika pembeli sewa membayar lunas harga dari barang
tersebut, maka di antara penjual sewa dan pembeli sewa dianggap terjadi suatu
perjanjian jual-beli. Dengan demikian, selama pembeli sewa belum membayar lunas
harga dari barang maka berlaku prinsip-prinsip perjanjian sewa-menyewa, sedangkan
setelah pembeli sewa membayar lunas harga dari barang maka berlaku prinsip-prinsip
perjanjian jual-beli.
4
meskipun harga belum lunas, sedangkan dalam perjanjian sewa-beli hak milik baru
berlaih dari penjual sewa kepada pembeli sewa setelah angsuran terakhir dibayar lunas
oleh pembeli sewa.
Terdapat beberapa ahli yang menyebutnya dengan penjual dan pembeli atau
penyewa. Menurut Subekti, pihak pembeli menjadi penyewa terlebih dahulu dari barang
yang ingin dibelinya. Adapun kewajiban dari para pihak, yaitu sebagai berikut :
a. Hak penjual :
1. Meminta dan menerima harga pembayaran atas angsuran objek yang
disewabelikan.
2. Menuntut ganti rugi dan membatalkan perjanjian, bilamana pihak penyewa
beli tidak membayar uang angsuran.
3. Menarik kembali objek dari pihak penyewa beli, bilamana ia
memindahtangankan kepada pihak ketiga atau menunggak membayar
angsuran.
b. Kewajiban penjual :
1. Menyerahkan objek perjanjian kepada penyewa beli.
2. Merawat barang yang akan disewabelikan itu sebaik-baiknya agar dapat
dipakai sebagaimana mestinya.
3. Menyerahkan hak milik sepenuhnya kepada pihak penyewa beli apabila
pembayaran harga objek yang disewabelikan telah lunas.
Sedangkan hak dan kewajiban pihak penyewa beli atau pembeli sewa atau lazim
disebut pihak kedua.
a. Hak pembeli :
1. Mendapatkan barang yang disewabelinya dari pihak penjual beli walaupun
hak milik objek tersebut belum berpindah kepada pihak pembeli sewa
sampai harga objek tersebut di bayar lunas.
2. Menuntut pada pihak yang mempersewabelikan atas cacat yang
tersembunyi dari barang yang disewabelinya.
3. Memperoleh hak milik sepenuhnya atas objek yang disewabelinya apabila
pembayaran harga objek tersebut telah lunas sesuai yang diperjanjikan.
5
b. Kewajiban Pembeli
1. Membayar uang panjar dan selanjutnya membayar uang angsuran lunas,
sesuai yang ditentukan dalam perjanjian.
2. Memelihara objek yang disewabelinya dan bertindak selaku bapak rumah
tangga yang baik dan tidak boleh memindahtangankan dalam bentuk
apapun sebelum angsuran dilunasi.
C. Objek Perjanjian Sewa Beli
Barang-barang yang boleh disewa belikan (hire purchase) adalah semua barang
niaga tahan lama yang baru dan tidak mengalami perubahan teknis, baik berasal dari
hasil produksi sendiri ataupun hasil produksi/perakitan (assembling) lainnya di dalam
negeri, kecuali apabila produksi dalam negeri belum memungkinkan untuk itu.
Contohnya : motor, mobil, dll.
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian campuran antara perjanjian jual beli
dan sewa menyewa. Akan tetapi perjanjian sewa beli lebih cenderung mengarah pada
bentuk perjanjian jual beli karena peralihan hak milik adalah hal yang menjadi pokok
utamanya. Jadi tujuan sewa beli adalah untuk menjual barang, bukan untuk
menyewakan atau menjadi penyewa barang.
Sewa beli atau beli sewa belum ada undang-undang yang mengaturnya, tetapi
perjanjian ini masih diberlakukan di masyarakat, asalkan masih berpegang pada asas
kebebasan berkontrak dengan tidak mengabaikan undang-undang, kesusilaan dan
ketertiban umum.