Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL REVIEW (CJR)

“Penerapan Model Pembelajaran Make a Match dan Quantum Teaching Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar IPS SD”

NAMA : EUNIKE MANULLANG


NPM : 1901010312

Dosen Pengampu : Nancy Angelia Purba, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PEMATANGSIANTAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
"Critical Jurnal Riview" ini dapat tersusun hingga selesai, selesainya "Critical Jurnal Review"
ini yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN
QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SD”
Dan harapan Saya semoga CJR ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
CJR agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam CJR ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan CJR ini.

Pematangsiantar, 01 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I IDENTITAS JURNAL
1.1 Identitas Jurnal Utama ........................................................................................... 1
1.2 Identitas Jurnal Pembanding .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulis ....................................................................................................... 1
BAB II ANALISIS JURNAL
2.1. Alasan Tertarik Pada Jurnal Utama ....................................................................... 2
2.2. Alasan Tertarik Pada Jurnal Pembanding .............................................................. 2
2.3. Abstrak Jurnal Utama ............................................................................................ 2
2.4. Abstrak Jurnal Pembanding ................................................................................... 2
2.5. Masalah Yang Dibahas Jurnal Utama .................................................................... 3
2.6. Masalah Yang Dibahas Jurnal Pembanding .......................................................... 6
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
3.1. Kelebihan Jurnal .................................................................................................... 11
3.2. Kekurangan Jurnal ................................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 12
4.2. Saran ...................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

ii
BAB I
IDENTITAS JURNAL
1.1 Identitas Jurnal Utama
1. Judul jurnal : Penerapan Model Make A Match Dalam Upaya Peningkatan Hasil
Belajar IPS Siswa
2. Volume dan No : Volume 1, No 2
3. Halaman : Halaman 119 - 126
4. Bulan, Tahun terbit : Tahun 2017
5. Nama Penulis : Epri Nuraini Rusminawati, Nani Mediatarti
6. Instansi :-
7. Email : 292013235@student.uksw.edu
8. Alamat :-

1.2 Identitas Jurnal Pembanding


1. Judul Jurnal : Penerapan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Muatan Materi IPS
2. Volume dan No :-
3. Halaman : Halaman 135 – 145
4. Bulan, Tahun terbit :-
5. Nama Penulis : Riza Zahiyah Ithri, Suprayitno
6. Instansi :-
7. Email :-
8. Alamat :-

1.3 Tujuan Penulisan


1. CJR ini berguna agar kita bisa mengetahui pengertian dari model make a match, model
quantum teaching, kelebihan atau kelemahan model, dan hasil belajar pada materi
pembelajaran IPS
2. Agar mengetahui apa itu tujuan model, langkah – langkah dalam proses pembelajaran dengan
model make a match serta metode dalam penelitian
3. Menyelesaikan tugas mata kuliah Penelitian Pendidikan

1
BAB II
ANALISIS JURNAL
2.1 Alasan Tertarik Pada Jurnal Utama
Penulis tertarik pada jurnal ini karena isi pembahasannya sangat baik, lengkap dan
terperinci. Materi isi bahasan pada Jurnal ini sangat menarik dan diperlukan untuk para
Mahasiswa dan calon Pendidik, terlebih khususnya pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar. Karena didalamnya terdapat bahasan mengenai Peningkatan Hasil Belajar Siswa
dengan Metode Make a Match yang penjelasannya cukup baik serta terdapat banyak hal baru
yang akhirnya diketahui dari jurnal ini.

2.2 Alasan Tertarik Pada Jurnal Pembanding


Ini adalah Jurnal kedua yang membuat penulis tertarik dengan isinya. Karena isi dari
jurnal ini hampir mirip pembahasannya pada Jurnal Utama. Pada Jurnal pembanding ini
terdapat pembahasan mengenai pengertian dari model quantum teaching dan hasil
observasi/pengamatan yang cukup jelas.

2.3 Abstrak Jurnal Utama


Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Kadirejo
02 dengan ketuntasan 90% dari jumlah siswa mencapai nilai KKM ≥ 60 melalui penggunaan
model Make A Match. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan melalui dua siklus. Teknik pengumpulan data mengunakan observasi dan tes
yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisis data menggunakan teknik
kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: pada siklus I, diperoleh 7 siswa tidak
tuntas (29%) dan 17 siswa tuntas (71%), dan pada siklus II diperoleh sebanyak 22 siswa
tuntas (92%) dan 2 siswa tidak tuntas (8%). Jadi penggunaan model Make A Match dapat
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN Kadirejo 02 semester II tahun ajaran 2016/
2017.

2.4 Abstrak Jurnal Pembanding


Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada SDN Putat Jaya 2 Surabaya
ditemukan kendala dalam pembelajaran IPS yang kurang optimal pada kelas IV. Dengan itu
peneliti memberikan alternative untuk menanggulangi masalah tersebut dengan menerapkan
model quantum teaching yang mendorong keterlibatan dan motivasi siswa untuk belajar.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa selama

2
pembelajaran serta mendeskripskan peningkatan hasil belajar. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian tindakan kelas kolaboratif. Subjek dan lokasi penelitian ini adalah siswa
kelas IV SDN Putat Jaya 2 Surabaya dengan jumlah 37 siswa. Teknik analisis data yang
digunakan ialah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini
yaitu pada aktivitas guru Siklus 1 75%, Siklus 2 87,5%, aktivitas siswa pada Siklus 1 70,83%,
Siklus 2 83,3%. Dan hasil belajar ranah pengetahuan Siklus 1 73%, Siklus 2 89,18%, ranah
sikap Siklus 1 70,27%, Siklus 2 83,78%, dan pada ranah keterampilan Siklus 1 64,86%,
Siklus 2 81,08%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model quantum teaching dapat
meningkatkan aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar.

2.5 Masalah Yang Dibahas (Ringkasan Jurnal Utama)


PENDAHULUAN
Pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang berusaha membekali
wawasan dan keterampilan para siswa agar mampu beradaptasi dan bermasyarakat, serta
menyesuaikan dengan perkembangan dalam era globalisasi (Adelia, 2012). Siswa diharapkan
peka terhadap masalah masalah sosial di lingkungannya dan mampu menyelesaikan. Selain
itu siswa diharapkan dapat mengikuti perkembangan zaman dengan tidak menghilangkan jati
diri sebagai bangsa Indonesia. Penerapan model Make A Match (mencari pasangan) ini
dimulai dari siswa diminta untuk mencari pasangan yang memiliki kartu yang merupakan
jawaban atau soal dari kartu yang dimilikinya sebelum batas waktu yang disepakati selesai,
siswa yang dapat mencocokkan kartunya mendapat poin (Rusman, 2012). Tujuan utama
dalam pembelajaran model Make A Match ini adalah untuk melatih siswa lebih cermat, dapat
berpikir cepat, ulet, dan memiliki pemahaman yang kuat mengenai materi serta dapat
berinteraksi sosial dengan temannya.
Terdapat 8 langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan model Make
A Match (Komalasari, 2011) yaitu:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/ topik yang cocok untuk sesi
review
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Setiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.
6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya.

3
7. Demikian seterusnya.
8. Kesimpulan dan penutup
Beberapa kelebihan dari model Make A Match ini antara lain: suasana menyenangkan
dalam pembelajaran terjadi kerjasama antar siswa, dan meningkatkan pemahaman siswa.
Sedangkan kelemahan model Make A Match ini antara lain: diperlukan bimbingan dari guru
untuk melakukan kegiatan, perlu persiapan alat dan bahan, dan memerlukan waktu yang
banyak.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas merupakan sebuah kegiatan yang
dilaksanakan untuk mengamati kejadian-kejadian didalam kelas untuk memperbaiki praktek
dalam pembelajaran agar lebih berkualitas dalam proses sehingga hasil belajar pun menjadi
lebih baik. Model PTK meliputi empat tahap yaitu perencanaan/ rencana, pelaksanaan/
tindakan, pengamatan/ observasi, dan refleksi, Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas 4 SD Negeri Kadirejo 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, sejumlah 24
siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa: (1) tes tertulis dalam bentuk
pilihan ganda yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPS siswa; dan (2)
observasi/pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangung, dalam bentuk lembar observasi yang digunakan untuk mengukur kesesuaian
aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan langkah-langkah model Make
A Match.
Teknik analisis data menggunakan analisis deskripsi kuantitatif dan kualitatif. Teknik
deskripsi kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa dalam bentuk data
numerik (data yang berupa angka), yang dilakukan dengan cara menghitung ketuntasan
individual, nilai rata-rata siswa, dan ketuntasan klasikal. Sedangkan teknik deskripsi kualitatif
digunakan untuk menganalisis hasil pengamatan pada lembar observasi aktivitas guru dan
siswa selama pembelajaran berlangsung, lembar observasi yang digunakan dalam bentuk
check list. Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila hasil belajar siswa kelas 4
SDN Kadirejo 02 yang mencapai ketuntasan dengan nilai KKM ≥ 60 sebanyak 90% dari
seluruh siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4
Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I menggunakan model Make A Match
hasil belajar siswa meningkat, walaupun masih ada sebagian siswa yang belum mencapai
ketuntasan hasil belajar dengan KKM ≥ 60. Dari 24 siswa, siswa yang tuntas 71% atau 17
siswa, dan siswa yang tidak tuntas mencapai 29% atau 7 siswa. Nilai terendah 52 dan nilai
tertinggi 96, sedangkan nilai rata-rata 73. Ketuntasan hasil belajar ini belum mencapai
indikator keberhasilan penelitian ini yaitu lebih dari 90% dari seluruh siswa tuntas.
Oleh kaena itu penelitian ini dilanjutkan ke siklus II dengan perbaikan berdasarkan
refleksi siklus I kekurangan dari siklus ini adalah guru tidak mempersiapkan ruang kelas,
guru tidak mengajak siswa berdoa dikarenakan guru mengajar tidak pada jam pertama, dan
guru tidak meminta siswa untuk mencatat materi. Sedangkan siswa tidak mendengarkan
penjelasan dari guru mengenai materi karena mereka masih sibuk dengan kegiatannya
masing-masing seperti: berbicara dengan teman sebelah, siswa tidak mencatat materi.
Hasil belajar siswa pada siklus II dengan perbaikan penggunaan model Make A
Match, menunjukkan peningkatan dibandingkan siklus I. Dari 24 siswa, siswa yang tuntas
92% atau 22 siswa, dan siswa yang tidak tuntas mencapai 8% atau 2 siswa. Nilai terendah 52
dan nilai tertinggi 100, sedangkan nilai rata-rata 81.
Perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar IPS pada pra siklus, siklus I, dan
siklus II diperoleh data sebagai berikut:
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
No Ketuntasan
Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%)
1. Tuntas 11 46% 17 71% 22 92%
2. Tidak Tuntas 13 54% 7 29% 2 8%
Jumlah 24 100% 24 100% 24 100%
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada
pra siklus hanya 11 siswa (46%) tuntas mencapai KKM ≥ 60, sementara untuk siswa yang
tidak tuntas berjumlah 13 siswa (54%). Pada siklus I terdapat 17 siswa tuntas (71%) dan 7
siswa yang tidak tuntas (29%). Indikator keberhasilan ketuntasan belum tercapai pada siklus
I, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pada siklus II. Pada siklu II didapatkan 22 siswa
(92%) mencapai ketuntasan hasil belajar, namun masih terdapat 2 siswa (8%) yang belum
tuntas. Dengan demikian dari setiap tindakan (siklus I dan siklus II) mengalami peningkatan
ketuntasan hasil belajar siswa. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model Make A Match
dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN Kadirejo 02
sebesar 92% pada siklus II.

5
Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada tahap pra siklus di kelas 4 SD Negeri
Kadirejo 02, ditemukan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah.
Dari 24 siswa kelas 4 ada 13 siswa (54%) dengan persentase 54% tidak mencapai KKM ≥60.
Berdasarkan observasi terhadap pembelajaran IPS menunjukkan bahwa pembelajaran IPS
kurang menarik bagi siswa, karena guru hanya menggunakan metode ceramah yang bersifat
menghafal materi saja. Dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa
SD N Karanganyar 03 Semester II Tahun Pelajaran 2011/ 2012’’ yang menyimpulkan bahwa
model Make A Match yang diterapkan pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, model Make A Match sangat cocok diterapkan dalam
pembelajaran IPS di SD, karena siswa dapat menemukan pengetahuan secara langsung
melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam model Make A Match dengan bimbingan guru.

2.6 Masalah Yang Dibahas (Ringkasan Jurnal Pembanding)


PENDAHULUAN
Dalam K13 siswa dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran, tidak
dijadikan objek lagi bagi guru. Salah satu muatan materi dalam K13 yang ada di sekolah
dasar yaitu muatan materi IPS, mengarahkan siswa dalam berbagai kecakapan, diantaranya :
(1) dapat mengenalkan berbagai macam konsep yang berkaitan dengan kondisi lingkungan
dan masyarakatnya, (2) dapat melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan untuk berpikir
logis, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, dan mampu memecahkan masalah dalam
bermasyarakat, serta (3) dapat berinteraksi, ikut serta dan terjun dalam kegiatan
kemasyarakatan dengan baik, baik di lingkungan sekitar maupun di lingkungkungan rumah.
Namun saat ini guru masih banyak yang menggunakan pembelajaran yang bersifat
terkstual dan guru sebagai pusat pembelajaran sehingga siswa hanya memperoleh
pengetahuan berdasarkan penjelasan dari guru dan berdasarkan buku yang mereka miliki.
Ternyata dalam penjelasannya guru kurang menghubungkan materi IPS yang disampaikan
dengan kegiatan siswa sehari-hari. Dampaknya adalah dalam pembelajaran siswa terlihat
kurang dalam keterampilan mencari informasi, keterampilan dalam berdiskusi dan
keterampilan dalam mengambil keputusan. Guru hanya terfokus pada penyampaian materi,
sehingga penilaian hasil belajar siswa hanya berbentuk nilai pengetahuan saja.
Kegiatan ini menunjukkan tentang sikap seorang guru, bahwa sebagai guru sudah
seharusnya dapat memberikan pemahaman konsep yang baik kepada siswanya. Guru dapat
menumbuh kembangkan potensi siswa dalam memahami berbagai konsep dengan cara
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi efektif.

6
Alternatif untuk menanggulangi permasalahan tersebut akan diterapkan kegiatan
pembelajaran atau model pembelajaran dari guru yang mendorong keterlibatan dan motivasi
siswa.
Model yang cocok untuk diajarkan yaitu model quantum teaching. Menurut DePorter
(2008:6) arti quantum teaching adalah suatu pembelajaran yang dikonsep dengan metode-
metode yang baru untuk memudahkan proses pembelajaran melalui unsur seni. Sedangkan
menurut Kaifa (dalam Syaefudin, 2012:125-126) dalam menerapkan model quantum teaching
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan dapat merangsang rasa ingin tahu
siswa dengan mengembangkan keterampilan guru dalam merancang dan mengelola sistem
pembelajaran.
Digunakan model ini karena dalam model ini siswa dapat menggali pengalaman yang
dialami siswa lalu siswa dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang telah mereka peroleh
sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran ini. Hal ini sesuai dengan karakteristik
siswa kelas IV yang menginginkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Kelebihan dalam penerapan model ini siswa dapat
lebih memahami materi, karena terdapat pengulangan materi tiga kali dalam tahap Namai,
Demonstrasi dan Ulangi, selain itu dapat melatih siswa untuk lebih percaya diri dan aktif
dalam pembelajaran

METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif yaitu dengan bekerjasama antara peneliti dan guru
kelas. Subjek dari penelitian ini adalah siswa Putat Jaya 2 Surabaya yang berjumlah 37 siswa
diantaranya 16 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan. Pemilihan subjek
penelitian ini dikarenakan terdapat permasalahan yang terjadi yaitu hasil belajar yang
didapatkan siswa pada muatan materi IPS menurun. Oleh karena itu diperlukan perbaikan
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Lokasi penelitian ini dilakukan di SDN Putat Jaya 2
Surabaya di jalan Dukuh Kupang No. 37, Putat Jaya, Kec. Sawahan, Kota Surabaya, Provinsi
Jawa Timur. Di sekolah ini terdapat beberapa ruangan diantaranya yaitu, ruang kelas, ruang
guru dan kepala sekolah, perpustakaan, laboratorium dan kamar mandi.
Selain itu dipilihnya lokasi SD ini dikarenakan dari pihak sekolah dapat bekerjasama
dalam pelaksanaan penelitian tindakan perbaikan siswa untuk muatan materi IPS. Penelitian
ini mengacu pada rancangan penelitian model PTK yang terdiri dari 3 tahapan yaitu : (1)
perencanaan; (2) pelaksanaan dan pengamatan; (3) refleksi yang dilakukan dengan siklus

7
berulang, minimal dilaksanakan dua siklus. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
yaitu dengan observasi dan tes. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar
pengamatan aktivitas guru, lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar tes hasil belajar.
Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa diperoleh dari teknik observasi. Tes hasil
belajar diperoleh dengan teknik tes
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah instrumen penelitian yaitu
dengan cara:
1. Analisis lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dapat dihitung dengan persentase yaitu,
sebagai berikut :
Keterangan :
P : persentase aktivitas guru/siswa.
f : skor aktivitas guru/siswa yang diperoleh.
N : jumlah skor aktivitas keseluruhan
Untuk menentukan kriteria penilaian aktivitas guru dan siswa memiliku aturan
sebagai berikut :
80% - 100% dinyatakan sangat baik
66% - 79% dinyatakan baik
56% - 65% dinyatakan cukup
0% - 55% dinyatakan kurang

2. Analisis tes hasil belajar digunakan untuk mengukur persentase ketuntasan belajar secara
klasikal, menggunakan rumus sebagai berikut :
Kriteria penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan adalah sebagai
berikut :
< 20% = sangat rendah
20-39% = rendah
40-59% = sedang
60-79% = tinggi
>80% = sangat tinggi
Adapun penelitian ini dikatakan berhasil: (1) apabila dalam pelaksanaan pembelajaran
aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran quantum teaching mencapai
skor ≥80% dari skor maksimal, (2) hasil belajar siswa secara individu mencapai skor ≥71.
Dan secara klasikal apabila ≥80% dari siswa mendapat skor ≥71

8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini dideskripsikan tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa pada
saat pembelajaran menggunakan model quantum teaching. Selain itu juga dipaparkan hasil
belajar siswa yang telah didapatkan siswa setelah proses pembelajaran menggunakan model
quantum teaching. Berikut ini pembahasan dari aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil
belajar siswa berdasarkan model pembelajaran quantum teaching:
Aktivitas Guru
Pada siklus 1 aktivitas yang dilakukan memperoleh persentase 75%, pada siklus 2
mengalami peningkatan yaitu 87,5%. Aktivitas guru pada siklus 1 memperoleh persentase
75% persentase tergolong ke dalam kategori baik, namun persentase tersebut belum mencapai
indikator keberhasilan yang ditetapkan. (1) guru kurang maksimal dalam menumbuhkan
apersepsi sehingga respon siswa kurang terhadap apersepsi yang telah diberikan oleh guru,
(2) guru belum maksimal dalam menumbuhkan AmBak sehingga untuk memunculkan rasa
ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan menjadi kurang, (3) pada saat guru
memberikan stimulus atau instruksi kepada siswa untuk mengalami atau mencari dari suatu
konsep kurang maksimal dikarenakan penyampaian guru yang kurang lantang dan siswa
dalam keadaan yang kurang kondusif, (4) guru kurang dalam pemberian motivasi kepada
siswa dalam menggali lebih banyak informasi terhadap materi yang diajarkan sehingga hanya
beberapa siswa yang dapat menyebutkan informasi, (5) penyampaian guru dalam
membimbing siswa untuk merangkum materi yang didapatkan pada pembelajaran kurang
sehingga hanya sebagian siswa yang dapat menyimpulkan materi pembelajaran.
Pada siklus 2 guru telah memperbaiki kesalahan kesalahan atau poin-poin yang
kurang pada siklus 1 sehingga mengalami peningkatan persentase menjadi 87,50% di
antaranya guru sudah mampu untuk menumbuhkan AmBak serta rasa ingin tahu siswa agar
siswa fokus selama pembelajaran karena siswa merasa tertarik untuk mempelajarinya, guru
mampu memberikan stimulus atau instruksi kepada siswa untuk mengalami atau mencari dari
suatu konsep sehingga pembelajaran tersebut menjadi lebih bermakna atau dapat diingat
dalam jangka panjang, guru mampu membimbing siswa dalam merangkum materi yang
didapatkan dengan baik melalui pengalaman belajar siswa. Setelah itu, dalam proses
pembelajaran tersebut nantinya akan muncul kosakata baru ataupun pengetahuan baru dari
guru maupun siswa dengan itu siswa dapat membawa dunia mereka ke dunia kita.
Aktivitas Siswa
Pada siklus 1 persentase yang diperoleh dalam aktivitas siswa yaitu 70,83% dan pada
siklus 2 mengalami peningkatan 12,47% sehingga memperoleh persentase 83,3%. Persentase

9
yang diperoleh pada siklus 1 dikategorikan baik namun belum mencapai indicator
keberhasilan yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan terdapat poin-poin yang belum
terpenuhi oleh siswa yaitu (1) siswa kurang memperhatikan bimbingan dari guru pada saat
guru memotivasi siswa untuk menggali lebih banyak informasi , (2) siswa belum
melaksanakan kegiatan sesuai arahan dari guru pada saat guru meminta siswa untuk ikut serta
dalam kegiatan belajar kelompok, (3) beberapa siswa tidak bersungguh-sungguh dalam
melakukan pencarian data dengan ditandai dengan siswa mengobrol dengan teman
sekelompoknya, (4) siswa sudah mengidentifikasi data dengan baik, namun siswa sendiri
sebenarnya kurang mengetahui makna identifikasi data yang dilakukan contohnya beberapa
siswa tidak melakukan identifikasi data sesuai pertanyaan guru, (5) siswa sudah
melaksanakan kegiatan menjelaskan data namun terdapat beberapa siswa yang
menyampaikan hasil tidak dengan bahasanya sendiri.
Setelah dilakukan perbaikan pada siklus 2 aktivitas siswa mengalami peningkatan
yakni menjadi 83,30%. Hal tersebut dikarenakan beberapa sebab yaitu guru berusaha untuk
memaksimalkan dalam pelaksanaan pembelajaran seperti dalam membangun apersepsi serta
memberikan stimulus untuk mengolah sebuah konsep berdasarkan pengalamannya agar dapat
lebih baik, dari kegiatan tersebut siswa menjadi lebih konsentrasi terhadap demonstrasi yang
dilakukan guru, siswa dapat mendetail dalam pencarian data karena telah diberi stimulus oleh
guru, dengan siswa mendetail dalam melakukan pencarian data siswa menjadi lebih mudah
dalam mengidentifikasi dan menjelaskan data.
Peningkatan aktivitas siswa dalam siklus 1-2 sesuai dengan pendapat Slameto (2010)
bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang terdapat dalam diri siswa itu sendiri seperti
jasmani, rohani maupun kelelahan sedangkan factor eksternal yaitu berasal dari luar seperti
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah
dapat berjalan dengan baik apabila tempat yang digunakan untuk belajar didesain oleh guru
membuat siswa merasa nyaman dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.

10
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
3.1 Kelebihan Jurnal
Pada Jurnal Utama, kelebihan yang terdapat yaitu penjelasan isi dari jurnal lengkap
dan terperinci disertai penjelasan mengenai pengertian model pembelajaran make a match,
terdapat kelebihan dan kelemahan model, tujuan serta langkah langkah penerapan model.
Dimana juga membahas tentang metode dan penjelasan beberapa siklus dari hasil dan
pembahasan yang dijelaskan lengkap dengan tabel, kelebihan selanjutnya yaitu pada abstrak
dimana menggunakan dua bahasa sehingga memudahkan pembaca mengetahui.
Sedangkan Jurnal pembanding, banyak menggunakan kutipan para ahli dan juga
nama-nama para ahli beserta tahunnya yang menambah kelengkapan materi.

3.2 Kekurangan Jurnal


Kekurangan pada Jurnal Utama yaitu identitas pada jurnal ini kurang lengkap yaitu
pada instansi, dan alamat yang tidak diketahui sedangkan pada jurnal pembanding di
indentitas jurnalnya kurang lengkap pada volume dan nomor, instansi, email, bulan dan tahun
terbitnya serta alamatnya, dan pada jurnal ini bahasa yang digunakan cukup sulit dipahami
bagi pembaca.

11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada Jurnal Utama
Hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN Kadirejo 02 semester II tahun ajaran 2016/ 2017
meningkat melalui penggunaan model pembelajaran Make A Match yang sudah dilaksanakan
pada siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa penerapan model
Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas 4
SDN Kadirejo 02, oleh karena itu penulis menyarankan kepada: (1) Guru dapat menerapkan
model Make A Match dalam mata pelajaran IPS, disamping itu guru diharapkan dapat
mengoptimalkan pembelajaran dengan memilih serta menggunakan model pembelajaran
yang tepat, melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan dan tindakan perbaikan
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. (2) Kepala sekolah agar
memotivasi guru-guru untuk menerapkan model inovatif, salah satunya adalah model Make
A Match pada mata pelajaran IPS dan mata pelajaran lainnya.

Pada Jurnal Pembanding


Berdasarkan analisis data penelitian tentang penggunaan model pembelajaran
quantum teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa muatan materi IPS, dapat ditarik
kesimpulan yaitu : (1) Aktivitas guru selama proses pembelajaran menggunakan model
quantum teaching dalam muatan materi IPS di kelas IV SDN Putat Jaya 2 Surabaya sudah
mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas
guru dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 2, skor aktivitas guru sudah mencapai indikator
keberhasilan., (2) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan model quantum
teaching dalam muatan materi IPS di kelas IV SDN Putat Jaya 2 Surabaya sudah mengalami
peningkatan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas siswa pada
siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 2, skor aktivitas guru sudah mencapai indikator keberhasilan,
(3) Hasil belajar siswa dalam muatan materi IPS mengalami peningkatan setelah penerapan
model quantum teaching di kelas IV SDN Putat Jaya 2 Surabaya. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Pada
siklus 2 hasil belajar siswa muatan materi IPS sudah mencapai indikator keberhasilan.

12
4.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat dipaparkan saran sebagai
berikut :
1. Dalam pembelajaran guru dapat memilih pembelajaran yang inovatif yang disesuaikan
dengan materi yang akan diajarkan serta karakteristik siswa dengan diterapkannya
pembelajaran tersebut siswa akan senang dan aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga
dapat memacu semangat siswa dalam belajar
2. Guru dapat menggunakan model make a match dan quantum teaching sebagai alternative
dalam pelaksanaan pembelajaran karena dengan menerapkan model tersebut siswa mudah
mengingat materi yang diajarkan oleh guru

13
DAFTAR PUSTAKA
Zahiyah Ithri, R. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching PENERAPAN
MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MUATAN MATERI IPS KELAS IV SDN PUTAT JAYA 2 SURABAYA. Retrieved
November 7, 2021, from https://core.ac.uk/reader/230634090

Rusminawati, E. N., & Mediatati, N. (2017). PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH


DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA. WACANA
AKADEMIKA: Majalah Ilmiah Kependidikan, 1(2).
https://doi.org/10.30738/wa.v1i2.1038

14

Anda mungkin juga menyukai