Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG TRAUMA SALURAN KEMIH

D
I
S
U
S
U
N
Oleh : Kelompok 2
1. Fadilla Rahayu
2. Fatya Salsabilah
3. Febby Safitri
4. Hanna Ulina Purba
5. Hengky Chandra
6. Isna Musfirah
7. Khairunnisa
8. Khoirun Nisa
9. Kurnia Indra Yanti Gea
10. Lastiar Pane
11. Laila Noviana Siregar
12. M. Risky Sukanda
13. Melati Arista
14. Milatul Hayatina
15. Meilina Kristianti Br. Tarigan
16. Meylida

Dosen pengampu : Ns. Hizkianta Sembiring, M.kep. CWCCA

Fakultas Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana
Institut Kesehatan Deli Husada delitua
T.A 2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmad dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tept pada
waktunya. Makalah ini di buat untuk memenuhi mata kuliah keperawatan
Bencana.
Penulisan makalah ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan dari
pihak lain. Maka dari itu, saya mengucapkan terimakasih kepada bapak Ns.
Hizkianta Sembiring,M.kep, CWCCA selaku dosen mata kuliah keperawatan
bencana.
Penulis menyadari ini masih jauh dari taka sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran supaya makalah ini menjadi lebih sempurna.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak
yang terkait dalam pembuatan makalah ini.

Rantau prapat, 13 september 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................2
Daftar isi.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….4
1.1 Latar belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................4
1.3 Tujuan ......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................5
2.1 Definisi trauma urinaria ……………………………………………….5
2.2 Klasifikasi urinaria....................................................................................5
2.3 Etiologi.....................................................................................................7
2.4 Patofisiologi..............................................................................................7
2.5 Manifestasi klinis......................................................................................8
2.6 Pemeriksaan diagnostic............................................................................8
2.7 Komplikasi................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan........................................................................................8
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.......................9
BAB IV PENUTUP.....................................................................................15
Kesimpulan...................................................................................................15
Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA 16

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa
karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota
gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti
perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu pada setiap kecelakaan trauma
saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.
Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga
sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan.
Juga harus diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu
diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik.
Trauma sistem perkemihan bisa terjadi karena trauma tumpul dan trauma
tajam. Trauma tumpul sistem perkemihan lebih besar tingkat kejadiannya 80 –
90% dibandingkan dengan trauma tajam yang mencapai 10 – 20%. Biasanya
cedera saluran kemih disertai dengan trauma pada struktur organ lain, kecuali
cedera atrogenik yang umumnya merupakan cedera tunggal.
Melihat akibat yang ditimbulkan dari trauma urinaria, maka kami dari
kelompok akan menjelaskan makalah laporan pendahuluan dan konsep asuhan
keperawatan gawat darurat pada sistem perkemihan sebagai penunjang kegiatan
perkuliahan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Apa yang dimaksud dengan trauma urinaria?
 Bagaimana tanda dan gejalanya?
 Apa saja klasifikasi dari trauma urinaria?
 Bagaimana komplikasinya?
 Bagaimana asuhan keperawtan pada trauma urinaria yang salah
satunya trauma VU?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah gawat

1.3.2 Tujuan Khusus


Mengetahui definisi dari trauma urinaria
Mengetahui tanda dan gejala dari trauma urinaria
Mengetahui klasifikasi trauma urinaria
Mengetahui komplikasi trauma urinaria

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI TRAUMA URINARIA


Trauma urinaria atau trauma pada saluran perkemihan merupakan adanya
benturan pada saluran perkemihan (ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra). Pada
laki-laki dapat pula mengenai scrotum, testis dan prostat.
Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat
bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan
segera dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat, peritonitis dan
sepsis. Secara anatomic buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh
tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera.
Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.
Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih
sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka
daripada saat kosong .
Trauma kandung kemih adalah suatu keadaan dimana terjadinya ruda
paksa pada area vesika urianaria baik saat vesika urinaria dalam keadaan penuh
ataupun tidak.
Trauma bledder adalah rusaknya kandung kencing ( organ yang
menampung uruin dari ginjal) atau uretra (saluran yang menghubungkan kandung
kencing dengan dunia luar).Trauma bledder atau vesika urinaria merupakan
keadaan darurat bedah yang memerlukan pelaksanaan segera. Bila tidak
ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti peritoritis dan
sepsis.

2.2 KLASIFIKASI TRAUMA URINARIA


2.2.1 Trauma Ginjal
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering
terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma
abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma
organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan ruptur berupa
perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi akibat
trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
2.2.2 Trauma Ureter
Sebagian besar trauma ureter (saluran dari ginjal yang menuju ke kandung
kemih) terjadi selama pembedahan organ panggul atau perut, seperti histerektomi,

5
reseksi kolon atau uteroskopi. Seringkali terjadi kebocoran air kemih dari luka
yang terbentuk atau berkurangnya produksi air kemih. Trauma ureter jarang sekali
terjadi karena struktunya fleksibel dan terlindung oleh tulang dan otot.
2.2.3 Trauma Vesika Urinaria
Trauma bledder atau trauma vesica urinaria merupakan keadaan darurat
bedah yang memerlukan pelaksanaan segera. Bila tidak ditanggulangi dengan
segera dapat menimbulkan komplikasi seperti peritoritis dan sepsis.
Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.
Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih
sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka
daripada saat kosong (arif muttaqin : 211)
2.2.4 Trauma Uretra
Ruptur uretra bisa sebagian atau total, biasanya rupture terjadi pada pars
membranesea. Dapat juga uretra pars pandibulum, trauma lebih sering dialami
pria.
2.2.5 Trauma Penis
Trauma pada penis yang sedang ereksi disebabkan oleh pembalut karet
atau penyempit lain yang merobek jaringan kavernosa dan dapat menyebabkan
necrosis. Kadang-kadang terjadi kerusakan jaringan penis pada kecelakaan rupture
dalam hal ini mungkin diperlukan skin graf.
2.2.6 Trauma Scrotum
Trauma pada testis jarang terjadi. Nyeri hebat, muntah dan bahkan syok
bila testis mengalami kontosio, laserasi / rupture total, mungkin diperlukan
eksplorasi scrotum. Penyembuhan setelah trauma hebat biasanya disertai atropi
testis.
2.2.7 Trauma Testis
Pada luka tembak, cedera ekstensif, luka compang-camping dan terdapat
jaringan nekrosis serta cedera ikutan pada daerah sekitarnya. Pada rudapaksa
tumpul, besarnya pembengkakan skrotum dan ekimosis bisa berbeda. Cedera
akibat rudapaksa tajam segera setelah trauma biasanya penderita mengeluh sakit,
mual, muntah, kadang sinkop. Terdapat tanda cairan atau darah di dalam skrotum.
Ditemukan testis yang membesar dan nyeri.

6
2.3 ETIOLOGI
1. Kecelakaan lalu lintas/ kerja yang memnyebabkan patah tulang pelvis
 Fraktur tulang panggul

 Ruptur kandung kemih

 Ruda paksa tumpul

 Ruda paksa tajam akibat luka tusuk dan tembak

 Trauma pada tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli

 Trauma tembus

 Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan oprasi trans


uretral resection (TUR)

2. Fraktur tulang panggul yang menyebabkan konstio dan ruptur buli-buli


dibedakan 2 macam, yaitu :

 Intra peritonial : peritenium yang menutupi bagian atas / latar


belakasng dinding buli-buli robek sehingga urune langsung masuk
kedalam rongga peritoneum.

 Ekstra peritenium : peritoneum utuh,yang dikeluarkan dari rapuutra


tetap berada diluar. Akibat luka tusuk misal ujung pisau, peluru.

3. Didapati perforasi buli-buli uruine keluar melalui dinding buli-buli terus


kekulit. Akibat manipulasi salah sewaktu melakukan traans uretetol
resection, misalnya sewaktu tumor buli, operasi prostat, dan lain-lain.
2.4 PATOFISIOLOGI
Bila buli-buli yang penuh dengan urune mengalami trauma,,maka akan
terjadi peningkatan tekanan intra vesikel dapat menyebabkan contosio buli-buli
pecah keadaan ini dapat menyebabkan rutura intraperitonial.
Secara anatomik buli-buli atau bledder terletak didatlam rongga pelvis
sehingga jarang mengalami cidera.Ruda paksa kandung kemih karena kecelakaan
kerja dapat menyebabkan fragmen patah tulang pelvis sehingga mencederai buli-
buli. Jika faktur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau ruptur kandung
kemih,tetapi hanya terjadi memar pada diding buli-buli dengan hematura tanpa
ekstravasasi urin.Ruda paksa tumpul juga dapat menyebabkan ruptur buli-buli

7
terutama bia kandung kemih penuh atau dapat kelainan patogenik seperti tuber
colosis,tumor atau obtruksi sehingga rudapaksa kecil menyebabkan ruptur.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


 Gejala utama adalah adanya darah dalam air kemih atau kesulitan untuk
berkemih. Rasa sakit di area panggul dan perut bagian bawah. Sering
buang air kecil atau sukar menahan keinginan berkemih (ini terjadi jika
bagian terbawah kandung kemih mengalami cedera).
 Umumnya fraktyur tulang dan pelvis disertai pendarahan hebat sehingga
jarang penderita datang dalam keadaan anemik bahkan sampai shok.
 Pada abdomen ,bagian bawah tampak jelas atau hematom dan terdapat
nyeri tekan pada daerah supra publik ditempat hematom
 Pada ruptur buli-buli intraperitonial urine yang seriong masuk kerongga
peritonial sehingga memberi tanda cairan intra abdomen dan rangsangan
peritonial.
 Lesi ekstra peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat urine dirongga
peritonial yang sering menyebabkan septisema.
 Nyeri supra publik baaik publik maupun saat palpasi
 Hemaetura
 Ketidakmampuan buang air kecil.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


 Hematokrit menurun
 Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine vesika urinaria dapat pindah
atau tertekan yaitu suatu prosedur di mana pewarna radioaktif (senyawa
kontras) yang dapat dilihat dengan X-ray, disuntikkan ke dalam kandung
kemih.
 Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan CT scan atau X-ray untuk
melihat kebocoran. Sementara untuk luka kandung kemih yang terjadi
selama prosedur operasi biasanya diketahui tepat pada waktunya sehingga
Rangkaian tes tersebut tidak perlu dilakukan.
2.7 KOMPLIKASI
 Urosepsis
 Klien lemah akibat anemia

2.8 PENATALAKSANAAN
 Atasi syok dan perdarahan.
 IstirahatIstirahat baring sampai hematuri hilang.

8
 BilaBila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria
intra peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan
laparatomi.
 RobekanRobekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukkan kateter
ke dalam uretra untuk mengeluarkan air kemih selama 7-10 hari dan
kandung kemih akan membaik dengan sendirinya.
 UntukUntuk luka yang lebih berat, biasanya dilakukan pembedahan untuk
menentukan luasnya cedera dan untuk memperbaiki setiap robekan.
Selanjutnya air kemih dibuang dari kandung kemih dengan menggunakan
2 kateter, 1 terpasang melalui uretra (kateter trans-uretra) dan yang lainnya
terpasang langsung ke dalam kandung kemih melalui perut bagian bawah
(kateter suprapubik).Kateter tersebut dipasang selama 7-10 hari atau
diangkat setelah kandung kemih mengalami penyembuhan yang sempurna.

9
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
TRAUMA VESIKA URINARIA

3.1 .CONTOH KASUS


Tn.S datang ke RSUD Jombang mengeluh sakit di daerah bawah perut setelah
terjatuh dari motor. Klien memegangi perutnya, terdapat jejas di bagian perut
bawah. Dari hasil pemeriksaan urine terdapat hematuria, TD: 100/80 mmHg , RR
25 x/menit, S: 36,5 C, N: 62 x/menit, HB : 6,5 gram/dl.
3.2 PENGKAJIAN
Biodata
4. Nama : Tn.S
5. Umur : 45 th
6. Jenis kelamin : laki-laki
7. Agama : Islam
8. Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
9. Pendidikan : SD
10. Bahasa : Indonesia
11. Alamat : Jombang
12. Tgl masuk RS : Senin, 24 April 2014
13. Tgl pengkajian: Senin, 24 april 2014
14. No. Register :1234
15. Diagnosa medis : Trauma Vesika Urinaria

Keluhan Utama : Px mengeluh nyeri pada perut bagian bawah


Riwayat Penyakit Sekarang : Pada hari senin tanggal 24 apri 2014 Px hendak ke
pasar dengan mengendarai sepeda motor , namun karena menghindari kucing
yang menyebrang jalan Tn S mengerem mendadak sehingga terjatuh dari sepeda
motor (kecelakaan tunggal) perut bagian bawah klien terbentur pembatas jalan.
Sehingga klien dibawa ke RSUD Ploso.
Riwayat penyakit dahulu : Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya,
Riwayat Penyakit Keluarga, Klien tidak memiliki keluarga yang memiliki
penyakit menurun.
Data Subyektife :
 Klien mengeluh pada nyeri pada perutbagian bawah (bledeer) yang terkena
 Klien mengatakan kencingnya bercampur darah.
 Klien mengatakan ada memar pada abdomen bawah setelah dia terjatuh

10
Data obyektif :
 Nyeri pada daerah trauma
 Hematuri
 HT menurun
 HB menurun
 Pada pemeriksaan BNO :Memperlihatkan suatu daerah yang berwarna
abu-abu di daerah trauma dan memperlihatkan ekstravasase urine
 Urogram ekskresi : Memperlihatkan gangguan fungsi / ekstravasasi urine
pada sisi yang terkena.
 CT Scan : Memperlihatkan adanya hematom retropenial dan konfigurasi
ginjal.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan ABC

A (Air Way)

 Tidak ada gangguan jalan nafas


 Tidak ada suara tambahan
 Tidak ada jejas di daerah dada

B (Beathing)

 Peningkatan frekuensi nafas


 Nafas dangkal
 Distress pernafasan
 Menggunakan otot-otot pernafasan

C (Cirkulasi)

 TD menurun
 Nadi perifer teraba lemah
 Terjadi hematuri

2. Head to too
a. Kepala
Bentuk kepala simetris, kulit kepala cukup bersih, posisi kepala
tegak dapat digelengkan ke kiri / kekanan, tidak terdapat luka
jahitan.

b. Rambut

11
Bentuk rambut lurus, berwarna hitam, kebersihan cukup baik.

c. Mata (Penglihatan)
Terlihat bersih (tidak ada kotoran), struktur mata simetris, fungsi
penglihatan baik, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
klien tidak memakai alat bantu penglihatan / kacamata.

d. Hidung (Penciuman)
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada perdarahan,
polip dan tidak ada peradangan, terlihat bersih (tidak ada benda
asing atau secret serta kotoran yang menempel.

e. Telinga (Pendengaran)
Bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat
luka danj klien tidak mengguanakan alat bantu pendengaran.

f. Mulut dan Gigi


Mukosa bibir agak kering, lidah tampak bersih, jumlah gigi
lengkap, kebersihan gigi cukup baik, tidak tercium bau mulut,
fungsi pengecapan baik (dapat membedakan rasa) tidak ada
masalah dalam menelan tapi klien Cuma kurang nafsu makan.

g. Leher
Terlihat bersih(tidak terdapat kotoran dilipatan kulit), tidak
terdapat pembesaran getah bening maupun kelenjar tiroid, dan
tidak ada keterbatasan gerak pada leher.

h. Thorax (Fungsi Pernafasan)


Bentuk simetris, frekuensi nafas 24 x/menit, tidak terlihat sesak
nafas / tidak menggunakan alat bantu pernafasan, dada teraba datar.
i. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tampak kebiruan pada perut bagian
Bawah.
AuskultasiAuskultasi : bising usus normal 8x/m
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah.

j. Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, terpasang kateter dan keluar darah
saat BAK melalui kateter.
k. Ekstremitas
Atas
Ekstremitas atas sebelah kanan terpasang infus RL 20
Tetes/menit dan ekstremitas atas sebelah kiri dan kanan terdapat
Luka lecet.

12
Bawah
Ekstremitas bawah terdapat luka lecet pada kedua
Lutut dan nyeri apabila digerakkan.

Integument
Turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, warna kulit sawo
matang, suhu 36,5 ºC, dan terdapat hematume serta lesi.

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


 Resiko infeksi berhubungan dengan kateterisasi
 Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bleder.
 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penekanan
kandung kemih.

3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN


N Diagnose Tujuan dan kriteria hasil ( Intervensi ( Nic)
o Keperawatan noc )
1. Resiko infeksi NOC : 1. Bersihkan
berhubungan dengan 1. Immune status lingkunga
kateterisasi. 2. Knowledge : n setelah
Definisi : infection control dipakai
Mengalami 3. Risk control oleh
peningkatan resiko Kriteria hasil : pasien.
terserang organisme 1. Klien bebas dari 2. Pertahank
patogenik. tanda dan an tehnik
Factor-faktor gejakah infeksi. isolasi
resiko : 2. Menunjukkan 3. Batasi
1. Penyakit prilaku hidup pengunjun
kronis sehat g bila
Diabetes 3. Jumlah leukosit perlu.
militus dalam batasan 4. Monitor
2. Pengetahuan normal tanda dan
yang tidak 4. Menunjukkan gejala
cukup untuk kemampuan infeksi
menghindari untuk mencegah sistemik
pemanjanan timbulnya dan local
pathogen infeksi
3. Pertahankan
tubuh yang
adekuat.
2. Gangguan eliminasi Noc : pengawasan urine Nic :
urine Kriteria Hasil : 1. Mengatak
Berhubungan 1.mengatakan keinginan an keingin
dengan trauma untuk BAK. untuk
bladder. 2. menentukan pola BAk BAK

13
3. mengatakan dapat BAk 2. Waktu
dengan teratur. yang ade
3. mengatakan BAk dengan kuat un
teratur antara
ingin
BAK dan
mengeluar
kan BAK
di toilet
3. Menentuk
an pola
BAk
4. Ketidak efektifan NOC : NIC :
pola nafas 1. Respiratory status Airway
berhubungan dengan 2. Vital sign Management :
dispneu. Kriteria hasil : 1. Posisikan
Defenisi : 1. Mendemonstrasi pasien
Inspirasi atau kan batuk untuk
ekspirasi yang tidak efektif. memaksi
memberikan 2. Menunjukan malkan
ventilasi jalan napas yang ventilasi
paten 2. Lakukan
3. Tanda-tanda fisiotrafi
vital sign dalam dada jika
rentan normal di
perlukan
3. Pasang
mayo bila
di
perlukan.

3.6 IMPLEMENTASI
 Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluargapasien untuk
mempermudah proses keperawatan
 Memberikan penjelasan dan motivasi kepada pasien tentang penyakitnya
 Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya
 Mengobservasikan TTv
 Mengkaji pasien.
3.7.EVALUASI
S : px mengatakan masih terasa nyeri pada bagian perut
O: TD : 110 mmhg N:65 x/menit S: 36,5 RR:20x/menit
A: masalah teratasi
P: planning selanjutnya

14
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Trauma pada system perkemihan adalah kejadian dimana saluran kemih
mengalami gangguan bukan karena pengaruh dari dalam tubuh tetapi
adanya gangguan dari luar. Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter,
kandung kemih dan uretra) dapat mengalami trauma karena luka tembus
(tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala
yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin
(hematuria), berkurangnya proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma
dapat menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup
berat, dapat menurunkan tekanan darah (syok).

Jika kita membicarakan mengenai system perkemihan, di dalamnya


terdapat beberapa organ yang kemungkinan dapat terkena trauma.
Diantaranya adlah ginjal, ureter. Kandung kemih, dan uretra.

4.2.SARAN
Saran kepada pendidikan: Diharapkan kepada pendidik supaya
memperlengkapi perpustakaan terutama buku buku yang membahas
tentang penyakit system perkemihan agar mempermudah proses belajar
dan mengajar.
Saran kepada mahasiswa: Diharapkan kepada mahasiswa untuk bisa
memahami isi makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,Arif.2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media


Aeskulapius, FKUI

Soeparman.1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius


FKUI, Jakarta.

http://id.scribd.com/doc/81798526/Askep-Trauma-Ginjal
http://www.slideshare.net/nufrz/dradam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
http://caramengecilkanpaha.com/tips-menurunkan-kolesterol/

http://www.susukolostrum.com/data-penyakit/penyakit-ginjal-dan-saluran-
kemih/trauma-saluran-kemih.html

http://www.scribd.com/doc/40369056/Asuhan-Kekperawatan-Klien-
Dengban-Trauma-Sistem-Perkemihan

17

Anda mungkin juga menyukai