Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN
Tentang:
JAM’ALQURAN

Disusun oleh kelompok 1 :

Dede Yusuf Munthe : 21030025

Febrian : 21030020

Dosen Pembimbing :

Surya Afdal M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA BARAT (UMSB)
1443 H / 2021 M

1 Ulumul Qur’an
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat allah swt, atas segala

limpahan rahmad, hidayat dan inayahnya kepada kita semua,

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi

tugas kelompok pada mata kuliah” ULUMUL QUR’AN yang

berjudul JAM’ AL-QUR’AN dengan tepat waktu.

Tak lupa pula salawat dan salam kami haturkan kepada

junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang kita nantikan syafaatnya

di yaumul akhir kelak.

Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, didasari bahwa penyusunan makalah

ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami pemakalah

membuka ruang se lapang-lapangnyauntuk kritik dan saran untuk

kesempurnaan makalah kami ini, atas perhatian kami ucapkan terima

kasih.

Padang, 22 Oktober 2021

Pemakalah

2 Ulumul Qur’an
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata "penghimpunan al-Qur'an (Jam' al-Qur'an) terkadang
dmaksudkan sebagai "pemeliharaan dan penjagaan dalam dada"
(penghafalan), dan terkadang dimaksudkan sebagai "penulisan
seluruhnya, huruf demi huruf, kata demi kata, ayat demi ayat dan
surat-demi surat" (penulisan). Yang kedua ini medianya adalah
shahifah-shahifah dan lembaran-lembaran lainnya. Sedang yang
pertama medianya adalah hati dan dada. Selanjutnya, penghimpunan
al-Qur'an dalam pengertian "penulisannya" pada masa awal
berlangsung tiga kali. Pertama, pada masa Nabi SAW. Kedua, pada
masa kekhalifahan Abu Bakar RA. Dan ketiga, pada masa
kekhalifahan Utsman RA. Pada kali yang terakhir kali itulah,
dilakukan penyalinan menjadi beberapa mushhaf dan dikirim ke
berbagai daerah.1
Pada makalah kami ini, insya Allah kami akan menjelaskan
pengumpulan al-Qur'an dalam arti "penghafalan di lubuk hati" dan
penghimpunan al-Qur'an dalam arti "penulisan" yang medianya
shahifah-shahifah dan lembaran-lembaran lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Jam' Al-Qur'an.?
2. Bangaimana Penghimpunan Al-Qur'an dalam Arti Penghafalan pada
Masa Rasulullah SAW.?
3. Bangaimana Penghimpunan Al-Qur'an dalam Arti Penulisan Al-Qur'an
pada Masa Rasulullah SA

1 Syeikh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani. Manahil Al-‘Urfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an


1. Terj. Drs. H.M. Qadirun Nur dan Ahmad Musyafiq, S. Ag. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2002.
Hlm. 259.

3 Ulumul Qur’an
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan pada makalah ini adalah untuk mengetahui.
1. Pengertian Jam' Al-Qur'an.
2. Penghimpunan Al-Qur'an dalam Arti Penghafalan pada Masa
Rasulullah SAW.
3. Penghimpunan Al-Qur'an dalam Arti Penulisan Al-Qur'an pada Masa
Rasulullah SAW.

4 Ulumul Qur’an
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jam’ Al-Qur’an.


Di dalam kamus 'Ulum al-Qur'an dikenal istilah Jam' al-Qur'an.
Istilah ini, menurut Dr. Shubhiy Shalih dalam Mabahits fi 'Ulum al-
Qur'an mempunyai dua pengertian, yaitu al-hifzhu (menghafal) dan al-
kitabah, yakni menulis al-Qur'an pada benda-benda yang dapat ditulis.2
Kata al-Jam’u berasal dari kata ”Jama’a – Yajma’u _ Jam’an”
yang berarti pengumpulan atau penghimpunan.3 Adapun makna al-
Qur’an menurut bahasa, kata qur’an adalah bentuk masdar (kata benda
verbal) dari qara’a yang berarti membaca, baik membaca dengan melihat
tulisan ataupun secara menghafal.4 Jadi Jam’ul Qur’an berarti upaya
mengumpulkan al-Quran yang berserakan untuk diteliti dan diselidiki.
Istilah Jam' al-Qur'an bisa juga digunakan untuk salah satu
pengertian dibawah ini:
1. Menghafal al-Qur'an di lubuk hati. Oleh karena itu, para penghafal al-
Qur'an disebut juga Jamma' al-Qur'an.
2. Menuliskannya pada alat-alat yang tersedia, akan tetapi ayat-ayat dan
surah-surah tersebut terpisah-pisah; atau ayat-ayatnya tersusun, tetapi
surah-surahnya terpisah-pisah. Masing-masing surah tertulis pada
lembaran-lembaran kulit.
3. Menuliskannya secara bersambung ayat-ayatnya dan tersusun surah-
surahnya di dalam satu mushhaf.
4. Memindahkan dan menuliskannya berdasarkan satu qira'at yang
mutawatir di dalam suatu mushhaf.

2 Acep Hermawan, M. Ag. Ulumul Qur’an: Ilmu untuk Memahami Wahyu. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2011. Hlm. 64-65.
3 Majma’ al-Lugah al-Arabiyah, al-Mu’jam al-Wasit, jld II. [t.t.], [t.p],[t.th], h.750
4 Manna’ al-Qattan, Mabahis fi Ulum Al-Qur’an,(t.t Mansyuriah al Haditsah,1973), h.118

5 Ulumul Qur’an
Aplikasi pengertian-pengertian tersebut berjalan lebih dari satu
periode. Untuk pengertian pengumpulan yang pertama, yaitu
penghafalan di lubuk hati, maka dada Rasulullah SAW dan dada-dada
para sahabat RA merupakan lauh (tempat menulis) yang di dalamnya
terukir al-Qur'an pada masanya. Penghafalannya telah dilakukan oleh
ratusan orang muslim.
Pengertian yang kedua, terlaksana pada masa Rasulullah SAW
dan pada masa sebagian sahabat, sedangkan pengertian yang ketiga
terlaksana pada masa Abu Bakar RA, setelah wafatnya Rasulullah
SAW. Adapun pengertian yang keempat, adalah pengertian yang
dilakukan oleh khalifah Utsman bin'Affan RA.5
B. Penghimpunan Al-Qur'an dalam Arti Penghafalan pada Masa
Rasulullah SAW.
Al-Qur'an turun kepada Nabi SAW. Mulanya, perhatian beliau
tertuju sepenuhnya kepada penghafalan terhadapnya, kemudian beliau
membacakannya kepada orang-orang, sedikit demi sedikit agar mereka
juga mampu menghafalnya dengan baik. Pertimbangannya yang sangat
mendesak adalah karena beliau seorang Nabi ummi yang diutus oleh
Allah SWT kepada masyarakat yang ummi pula. Allah SWT
berfirman:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummi seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As
Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata, (QS. Al-Jumu’ah: 2)
Salah satu watak ummi adalah mengerahkan segenap kekuatan
hafalannya terhadap apa yang dianggapnya penting. Lebih-lebih bila

5 Dr. Dawud Al-Aththar. Mujaz Ulum al-Qur’an. Terj. Afif Muhammad dan Ahsin
Muhammad. Bandung: Pustaka Hidayah. 1994. Hlm. 153-154.

6 Ulumul Qur’an
mereka diberi kekuatan hafalan yang lebih, maka akan membuat mereka
lebih mudah menghafal. Demikian pula, bangsa Arab sewaktu al-Qur'an
turun. Mereka memiliki watak-watak ke-Arab-an yang khas, yang antara
lain cepat hafal dan keenceran hati, sehingga hati mereka merupakan
senjata, akal mereka merupakan lembaran-lembaran nasab dan sejarah
mereka, dan hafalan-hafalan mereka merupakan buku-buku sya'ir dan
kebanggaan mereka. Kemudian turunlah al-Qur'an, yang mengagetkan
mereka dengan kejelasannya, menarik perhatian mereka dengan
kekuatannya, dan mempengaruhi mereka dengan kebaikan redaksi dan
pengertiannya. Al-Qur'an berhasil membangkitkan kehidupan baru
mereka, setelah mereka sadar bahwa al-Qur'an adalah spirit hidup.
Sedangkan Nabi SAW, antusias untuk menghafal al-Qur'an dan
mendorong beliau untuk menggerakkan lidah , meski dalam kondisi
yang amat berat menghadapi wahyu dan Jibril sedang turun. Rasul SAW
melakukan hal itu demi mendapatkan hafalan yang cepat, karena
khawatir ada satu kata atau satu huruf yang terlewatkan. Nabi SAW
terus melakukan hal seperti itu, sampai Allah SWT menenangkan hati
beliau dengan berjanji akan menghimpun al-Qur'an ke dalam hati beliau
dan membuat beliau mudah membaca serta memahami pengertiannya.
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman kepada beliau:
16. janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran
karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.6
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

6 Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s.
kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad
s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.

7 Ulumul Qur’an
18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah
bacaannya itu.
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.7
Di dalam surat Thaha, Dia berfirman:8
Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan
janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: "Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."9 (QS. Thaha:
114)
Dari sinilah, Nabi SAW menjadi penghimpun al-Qur'an di
dalam hati beliau yang mulia, tuan para hafidz pada masa beliau, dan
rujukan kaum muslimin mengenai segala persoalan yang
menyangkut al-Qur'an dan ilmu-ilmunya. Beliau membacakannya
kepada masyarakat sedikit demi sedikit, sebagaimana yang
diperintahkan oleh Tuhannya.
Dengan al-Qur'an itulah, beliau menghidupkan malam dan
menghiasi shalat. Jibril AS setiap tahun membacakan ulang
dihadapan beliau sekali. Dan pada tahun terakhir, dua kali. Aisyah
dan Fatimah RA berkata: kami mendengar Rasulullah SAW
bersabda: "Sesunguhnya Jibril membacakan al-Qur'an kepadaku
sekali setiap tahun. Dan pada tahun ini, dia membacakannya
kepadaku sebanyak dua kali. Saya yakin ini pertanda ajalku (telah

7 Q.S. Al-Qiyamah Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemahannya ayat 16-19


,(Jakarta:PT.Bumi Restu,1977),
8 Q.S. Thaha Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemahannya ayat
114,(Jakarta:PT.Bumi Restu,1977),
9 Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s.
kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad
s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.

8 Ulumul Qur’an
dekat).10

C. Penghimpunan Al-Qur'an dalam Arti Penulisan Al-Qur'an pada


Masa Rasulullah SAW.
Kami mengatakan bahwa mula-mula perhatian Rasulullah SAW
dan para sahabatnya tertuju pada penghimpunan al-Qur'an ke dalam
hati, yakni dengan cara menghafalnya, dengan pertimbangan mendesak,
beliau merupakan seorang Nabi yang ummi yang diutus kepada umat
yang ummi pula. Tambahan lagi, alat-alat tulis tidaklah mudah mereka
dapatkan pada waktu itu. Oleh karena itu, tumpuan kepada hafalan
melebihi tumpuan pada tulisan. Di samping itu, sudah menjadi tradisi
bangsa Arab waktu itu, menjadikan lembaran dada dan hati mereka
sebagai media modifikasi syair-syair, silsilah keluarga, kebanggaan-
kebanggaan dan hari-hari mereka.
Akan tetapi al-Qur'an memang mendapatkan perhatian lengkap,
dari Nabi SAW dan para sahabat. Perhatian mereka untuk menghafalnya
tidak memalingkan mereka dari perhatian untuk menulis dan
menggoreskannya. Tetapi tentu saja sesuai dengan kemampuan sarana-
sarana tulis waktu itu. Rasulullah SAW sendiri telah mengangkat
beberapa penulis wahyu. Setiap kali ada wahyu yang turun, beliau
menyuruh mereka menulisnya, demi memperkokoh dokumentasinya,
disamping menambah keterpercayaan dan kehati-hatian terhadap
Kitabullah Ta'ala, sehingga penulisan mendukung hafalan dan goresan
mengukuhkan ucapan.
Para penulis itu diambil dari sahabat pilihan, antara lain Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali, Muawiyah, Abban ibn Sa'id, Khalid ibn al-

10 Syeikh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani. Manahil Al-‘Urfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an


1. Terj. Drs. H.M. Qadirun Nur dan Ahmad Musyafiq, S. Ag. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2002.
Hlm. 259-265.

9 Ulumul Qur’an
Walid, Ubay ibn Ka'b, Zaid ibn Tsabit, Tsabit ibn Qais dan lain-lain.
Rasulullah SAW selalu memberikan bimbingan mengenai letak ayat itu
harus ditulis. Mereka menulisnya pada sarana yang mudah mereka
dapatkan, seperti pelapah kurma, batu-batu tipis, lembaran terbuat dari
kulit atau yang lain, potongan-potongan kulit, tulang-tulang belikat dan
lain-lain. Kemudian tulisan-tulisan itu diletakkan di rumah Rasulullah
SAW. Demikianlah, masa kenabian telah paripurna, dan al-Qur'an telah
dihimpun sempurna melalui cara seperti itu. Hanya saja, ia belum ditulis
dalam shahifah-shahifah atau mushaf-mushaf . Ia tertulis berserakan, di
atas tulang-tulang dan yang sejenisnya.
Diriwayatkan dari Ibn Abbas, katanya: Rasulullah SAW, jika
turun kepada beliau suatu surat, maka beliau akan memanggil sebagian
orang yang akan menulisnya. Lalu beliau bersabda: "Letakkanlah surat
ini pada tempat yang menyebutkan begini dan begini." Dan dari Zaid
ibn Tsabit juga meriwayatkan, katanya: kami berada di sisi Rasulullah
SAW, menyusun al-Qur'an dari lempengan-lempengan batu."
Penyusunan itu merupakan kegiatan meruntutkan ayat-ayat
sesuai dengan bimbingan Nabi SAW hasil pengajaran langsung dari
Jibril AS. Diriwayatkan, bahwa Jibril AS berkata: "Letakkanlah yang ini
ditempat ini." tak pelak lagi, bahwa Jibril tidak akan mengetahui hal itu
kecuali dari Allah SWT. Pendeknya, al-Qur'an telah tertulis seluruhnya
pada masa Rasulullah SAW. Hanya saja, sebagian sahabat juga menulis
ayat-ayat yang telah terhapus bacaannya dan yang diriwayatkan melalui
khabar ahad. Bahkan kadang-kadang ada yang menulisnya secara tidak
runtut. Al-Qur'an pada masa itu belum dihimpun di dalam shahifah-
shahifah atau mushaf-mushaf.11

11 Ibid. 265-267.

10 Ulumul Qur’an
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata "penghimpunan al-Qur'an (Jam' al-Qur'an) terkadang
dmaksudkan sebagai "pemeliharaan dan penjagaan dalam dada"
(penghafalan), dan terkadang dimaksudkan sebagai "penulisan
seluruhnya, huruf demi huruf, kata demi kata, ayat demi ayat dan
surat-demi surat" (penulisan). Yang kedua ini medianya adalah
shahifah-shahifah dan lembaran-lembaran lainnya. Sedang yang
pertama medianya adalah hati dan dada. Selanjutnya, penghimpunan
al-Qur'an dalam pengertian "penulisannya" pada masa awal
berlangsung tiga kali. Pertama, pada masa Nabi SAW. Kedua, pada
masa kekhalifahan Abu Bakar RA. Dan ketiga, pada masa
kekhalifahan Utsman RA. Pada kali yang terakhir kali itulah,
dilakukan penyalinan menjadi beberapa mushhaf dan dikirim ke
berbagai daerah.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
pemakalah membuka seluas-luasnya masukan atau kritikan
terhadap isi makalah yang kami buat ini, demi ke sempurnaan
makalah kedepannya.

11 Ulumul Qur’an
DAFTAR PUSTAKA
Acep Hermawan, M. Ag. Ulumul Qur’an: Ilmu untuk Memahami
Wahyu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.
Majma’ al-Lugah al-Arabiyah, al-Mu’jam al-Wasit, jld II. [t.t.],
[t.p],[t.th].
Manna’ al-Qattan, Mabahis fi Ulum Al-Qur’an,(t.t Mansyuriah al
Haditsah,1973).

Dr. Dawud Al-Aththar. Mujaz Ulum al-Qur’an. Terj. Afif


Muhammad dan Ahsin Muhammad. Bandung: Pustaka Hidayah. 1994.

Q.S. Al-Qiyamah Departemen Agama, al-Qur’an dan


Terjemahannya ayat 16-19 ,(Jakarta:PT.Bumi Restu,1977),
Q.S. Thaha Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemahannya ayat
114,(Jakarta:PT.Bumi Restu,1977),

Syeikh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani. Manahil Al-‘Urfan Fi


‘Ulum Al-Qur’an 1. Terj. Drs. H.M. Qadirun Nur dan Ahmad Musyafiq, S.
Ag. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2002.

12 Ulumul Qur’an

Anda mungkin juga menyukai