Tugas Mandiri GAstritis
Tugas Mandiri GAstritis
OLEH :
SALWATI
NIM 201412072
JAKARTA
2015
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini berbagai macam jenis makanan dan masakan dijual, baik
dalam kemasan maupun makanan siap saji. Makanan dengan berbagai sumber
dan campuran bahan pembuat memiliki unsur yang mempengaruhi pencernaan
yang memakannya. Misalnya saja makanan siap saji pastinya menggunakan
bumbu yang pastinya menggugah selera bagi yang memakan dan ditambahkan
dengan minuman yang bersoda. Atau lagi makanan cemilan yang beraneka
ragam dan bahan campuran penyedap dan pengawetnya. Atau bakso yang pedas
ditambah dengan asam cuka. Kesemuanya itu pastinya akan mempengaruhi
terutama lambung orang yang memakan makanan tersebut.
Makanan yang pedas, asam, banyak bumbu, bersoda, beralkohol
merupakan penyebab terjadinya penyakit gastritis atau bahasa awamnya penyakit
maag. Gastritis ini terjadi akibat teriritasinya lapisan mukosa lambung oleh zat-
zat yang masuk kedalam lambung melalui makanan dan minuman. Gastritis juga
dapat disebabkan oleh penggunaan obat yang dapat meniritasi lambung
misalnya: obat analgetik, ani inflamasi,antibiotik atau steroid.
Menurut gustin 2011 ; kejadian gastritis tersebut erat kaitannya dengan
pola kebiasaan makan dan faktor stress. Umumnya klien yang dengan gastritis
akut berlanjut mengalami gastritis kronis, atau tanpa disadari menjadi gastritis
kronis. Hal ini dikarenakan pola kebiasaan makan yang tidak teratur ditambah
proses perawatan yang kurang optimal dan pencegahan yang kurang efektif.
Dengan latar belakang diatas kami tertatrik untuk lebih mendalami
mengenai penyakit gastritis tersebut.
B. Tujuan
1. Pengertian
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (brunner dan suddart, 2015).
Gastritis dibedakan 2 yaitu:
a. Gastritis akut ,berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari.
b. Gastritis kronis , berlangsung lama dan berkepanjang.
2. Anatomi Fisiologi
a) lapisan mukosa dan lapisan muskularis. Lapisan ini juga berisi pembuluh darah
dan saluran limfe.
b) Lapisan mukosa, terdiri atas lipatan-lipatan longitudional yang disebut rugae,
yang hilang bila makanan masuk ke lambung. Pada lapisan ini ada beberapa
tipe kelenjar dan dikategorikan menurut bagian anatomi lambung yang
ditempati.
(1) Kelenjar kardia, berada dekat sfincter kardia, kelenjar ini mensekresi
mucus.
(2) Kelenjar fundus atau gastric terletak di fundus dan pada hampir seluruh
korpus lambung. Kelenjar ini memiliki tiga tipe sel. Sel-sel zimogenik
atau chief cells yang mensekresi pepsinogen. Sel-sel parietal
mensekresi asam hidroklorida (HCl) dan faktor intrinsic. Faktor
intrinsic diperlukan untuk absorpsi vit B 12 sanokobalamin (unsur
hematinile) di dalam usus halus. Kekurangan faktor intrinsic akan
mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel mucus ditemukan di leher
fundus, sel-sel ini mensekresi mucus.
(3) Kelenjar pylorus, terdapat pada pylorus lambung. Dimana terdapat sel
G yang memproduksi Hormon Gastrin yang merangsang kelenjar
gastric untuk menghasilkan asam HCl dan pepsinogen.
Fungsi lambung terdiri dari :
1) Fungsi motorik : menyimpan/menampung makanan, menghancurkan,
mengaduk dengan peristaltik lambung dan getah lambung, serta fungsi
pengosongan lambung yang diatur oleh sfincter pylorus.
2) Fungsi pencernaan dan sekresi yaitu menghasilkan :
- Pepsinogen, memecah putih telur/protein menjadi asam amino
(pepton).
- Renin, sebagai ragi yang mengemulsi susu, membentuk kasein dari
karsinogen.
- Lipase lambung, mencerna lemak.
- Amilase, mencerna karbohidrat
- Asam HCl untuk mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan
desinfektan.
- Sekresi faktor intrinsic untuk memungkinkan absorpsi vitamin B 12.
- Sekresi hormon gastrin.
3. Etiologi/ Penyebab
Pada gastritis akut disebabkan oleh diet yang tidak bijaksana {memakan –
makanan yang mengiritasi , merangsang( berbumbu) , atau yang terinfeksi}.
Selain itu juga disebabkan oleh penggunaan obat seperti aspirin, obat anti
inflamasi non steroid (NSAID) dan penggunaan Alkohol yang berlebihan.
Untuk gastritis kronis disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas. Hal
ini disebabkan oleh bakteri seperti Helicobacter Pylori , penyakit autoimun
seperti anemia pernisiosa, faktor diet seperti kafein, penggunaan obat seperti
NSAID atau bifosfanat ( misal : alendronat{ Fosamax}, risedronat{Actonel},
ibandronat {Bonival}) , alkohol, merokok atau refluk sekresi pankreas dan
empedu ke dalam lambung dalam waktu lama.
4. Kalsifikasi Gastritis
5. Patofisiologi
a. Pada gastritis akut
Terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung
akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3
akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.
Hasil dari perseyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika
asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka
akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus
yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL
maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan
tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi
erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan
nyeri dan hypovolemik.
6. Manisfestasi klinis
a. Gastritis akut
Awitan gejala mungkin belangsung cepat, ketidaknyamanan abdomen,
sakit kepala, kelesuan, mual , anoreksia, muntah dan cegukan .
b. Gastritis kronis
Mungkin tidak bergejala, keluhan anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan,
bersendawa, rasa asam di mulut atau mual dan muntah. Pada gastritis
kronis berakibat defisiensi vitamin seperti malabsorsi vitamin B12.
7. Test Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium :
Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL
menurun pada klien dengan gastritis kronik.
Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin
B12 yang rendah merupakan anemia pernisiosa.
Kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit dan elektrolit serum
Pemeriksaan diagnostik : Foto rontgen gastrointestinal atas, pemeriksaan
stimulasi asam gaster.
Pemeriksaan endoscopi : esofago-gastroscopi. Biopsi disetai pemeriksaan
histologi . Pemeriksaan serologi untuk antibodi terhadap antigen H pylori.
Penatalaksanaan keperawatan
1) Mengurangi stress
Laksanakan tindakan darurat untuk kasus ingesti asam atau alkali.
Berikan terapi suportif kepada pasien dan keluarga selama terapi
,setelah asam/basa yang tertelan telah dinetralisasi atau diencerkan.
Persiapankan pasien menjalani pemeriksaan diagnostik (endoscopi)
atau pembedahan.
Dengarkan secara tenang dan jawab pertanyaan selengkap-
lengkapnya ,jelaskan semua prosedur dan terapi.
2) Meningkatkan nutrisi yang optimal
Berikan dukungan fisik dan emosional.
Bantu pasien menangani gejala seperti mual, muntah, nyeri ulu hati.
Hindari makanan dan minuman selama beberapa jam atau hari sampai
gejala akut reda.
Berikan kepingan es dan cairan jernih ketika gejala reda.
Anjurkan pasien melapor jika muntul gejala gastitris berulang ketika
diiisi makanan.
Cegah mengkonsumsi minuman berkafein, alkohol, dan merokok
sigaret( nikotin menghambat netralisasi asam lambung didalam
duodenum)
Rujuk pasien untuk menjalani konselingalkohol dan berhenti merokok
jika tepat.
3) Meningkatkan keseimbangan cairan
Pantau asupan dan haluaran harian untuk mengetahui adanya
dehidrasiminimal asupan 1,5L/hari.
Berikan cairan intravena sesuai program.
Kaji nilai elektrolit setiap 24 jamuntuk medeteksi keseimbangan
cairan.
Waspadai indikator gastritis hemoragik ( hemtemesis,
tachycardi,hipotensi). Laporkan dokter.
4) Meredakan nyeri
Anjurkan pasien untuk menghindari makanan atau minuman ringan
yang dapat mengiritasi mukosa lambung.
Anjarkan pasien cara penggunaan obat secara benar untuk
meredakan gastritis kronis.
Mengkaji ulang nyeri dan kenyamanan yang dirasakan melalui
penggunaan medikasi dan menghindari zat –zat yang mengiritasi.
5) Mengajarkan pasien tentang perawatan diri.
Kaji pengetahuan pasien tentang gastritis, buat rencana pendidikan
individu yang menggabungkan pola makan pasien ,kebutuhan kalori
harian, dan pilihan makanan.
Berikan daftar zat yang harus dihindari ( kafein, nikotin, makanan
pedas, alkohol, yang banyak bumbu dan mengiritasi lambung) kalau
perlu konsultasi ahli gizi.
Berikan penjelasan agen antibiotik, antasid, garam bismuth, medikasi
penenang atau agen anti kolinergik.
Tekankan penting regiman medikasi sesuai program untuk mengatasi
infeksi H pylori.
9. Komplikasi
Perdarahaan hebat sehingga terjadi hematemesis dan melena.
Ulkus kronis , akibat peningkatan aktivitas getah lambung dan pelepasan
gastrin , bahkan diperkuat dan menetap terlalu lama dengan asam pepsin
berlanjut ulkus peptikum.
Anemia pernisiosa sebagai lanjutan defisiensi kobalamin / B12.
Gangren dan perforasi pada mukosa lambung akibat asam dan alkali yang
kuat.
Karsinoma lambung ,akibat dari hiperplasia sel ECL( Enterokromafin ) yang
berkembang menjadi Karsinoid.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi ,kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrien yang tidak adekuat dan anoreksia.
2. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
masukan cairan yang tidak adekuat dan kehilangan cairan yang berlebihan
karena muntah.
3. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi
4. Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit.
3. Intevensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrien yang tidak adekuat dan anoreksia.
DS :
- Nyeri ulu hati
- Mual
- Muntah
- Rasa perih jika diisi makanan
DO :
NOC :
Intervensi
a. Kaji kebutuhan nutrisi dan adanya alergi terhadap makanan .
b. Monitor mual,muntah serta intake nutrisi (asupan makanan)
c. Berikan diet lambung dengan porsi kecil tapi sering dan tidak
merangsang lambung.
d. Monitor kadar Hb,Ht dan albumin.
e. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan.
f. Informasikan klien dan keluarga tentang manfaat makanan.
g. Kolaborasi dokter dalam pemberian terapi anti emetik,
ankikolinergik, K/P intake dengan NGT, atau intake parenteral serta
kebutuhan terhadap supplemen.
h. Management pemberian obat-obat tersebut.
i. Pertahankan terapi iv line termasuk terapi cairan.
j. Kaji ulang pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
DO :
NOC :
Hidrasi
Fluid intake dan fluid balance
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2- 3 hari,defisit cairan
teratasi dengan kriteria :
Intake oral dan parenteral adekuat.
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Kadar Hb, Ht dan elektrolit serum dalam batas normal.
pH urine dalam batas normal.
Tanda-tanda vital stabil dan normal.
Intervensi
a. Monitor status hidrasi ( kelembaban mukosa, nadi adekuat, TD
ortostatik) dan vital sign klien .
b. Kolaborasi pemberian cairan IV beserta obat anti emetik.
c. Pertahankan dan catat jumlah intake dan output yang akurat.
d. Berikan cairan peroral yang adekuat apabila keluhan mual dan
muntah berkurang/hilang.
e. Monitor hasil laboratorium misal Hb, Ht, elektrolit, ureum dan
kreatinin serum. Kolaborasikan terhadap nilai yang abnormal.
f. Monitor intake dan output, (Lakukan pengontrolan pemenuhan
kebutuhan terhadap cairan dan elektrolit apabila kurang)
DO :
NOC :
Comfort level.
Pain control
Pain level.
Intervensi
DO :
NOC :
- Peningkatan pengetahuan klien.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari, pengetahuan klien
meningkat dengan kriteria :
Klien mampu menyebutkan kembali penyebab , tanda-gejala, perawatan
dan pencegahan ,pengobatan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan , bahasa yang dipahami klien, pola pikir dan
persepsi klien.
b. Berikan penyuluhan kesehatan ( edukasi ) sehubungan dengan
gastritis : pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan ,
pencegahan serta terapi pengobatan saat ini.
c. Diskusikan /libatkan juga keluarga.
d. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya tentang apa
yang belum dimengerti.
e. Berikan pujian terhadap pengulangan kebenaran yang sudah
dijelaskan.
PATOFLODIAGRAM GASTRITIS
-OBAT-OBATAN(NSAID, Aspirin, steroid) -makanan pedas, berbumbu(m’rangsang) -minuman beralkohol, soda, kafein.
Asymtomat
I
k Asam lambung ↑
Iritasi lambung
k
nyeri
Akibat HCO3 ↑
inflamasi
anoreksia
sembuh
erosi
Gastritis kronis
Sel parietal & sel chief ↓ H. pylori Lambung terasa penuh Mual/ muntah Hematemesis & melena
Hiperplasia sel G
Metaplasia epitel
Karsinoma
kematian
DAFTAR PUSTAKA
Nurachmah, E., & Angriani, R. (2011). Dasar-dasar Anatomi fisiologi adaptasi Anatomy and
Physiology in Health and Illness 10th ed. Singapore: Elsevier.
Silbernagl, S., & Lang, F. (2006). Teks dan Atlas berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. (2013). Keperawatan medikal Bedah Brunner dan Suddart edisi12. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S., & Bare, B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC.
Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis kompetensi edisi 4. Jakarta: EGC.