GAGAL JANTUNG
Disusun oleh:
Dhea Maulidyastuti, S.Ked
Dhea Ayu Kartini Surya Putri, S.Ked
Lisdiana Putri, S.Ked
Indah Mayeri AS, S.Ked
Pembimbing:
dr. Lia Valentina Astari, SpJP-FIHA
KEPANITERAAN KLINIK
KJF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2020
2
GAGAL JANTUNG
A. Definisi
pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal jantung (nafas pendek yang
tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan),tanda
retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki), adanya bukti objektif
jantung tahun 2013, definisi gagal jantung adalah suatu sindroma klinis yang
kompleks yang merupakan hasil dari kerusakan struktural atau fungsional pada
B. Epidemiologi
juta pasien di United States. Setiap tahunnya, kasus baru dari Congestive Heart
gagal jantung.4
3
Prevalensi gagal jantung di Eropa berdasarkan rentang usia, pada usia 25-
49 tahun sebanyak 1,36%, 2,93% pada usia 50-59 tahun, 7,63% pada usia 60-69
tahun, 12,67% pada usia 70-79 tahun, dan 16,14% pada usia >80 tahun.
daripada laki-laki akan tetapi data terbaru menyatakan prevalensi saat ini lebih
C. Etiologi
D. Klasifikasi
NYHA AHA
Kelas I : tidak ada keterbatasan Stage A : risiko tinggi gagal jantung
aktifitas. aktivitas fisik sehari-hari tanpa disertai penyakit struktural
tidak menyebabkan sesak nafas, jantung atau gejala gagal jantung
lelah atau palpitasi
Kelas II : keterbatasan aktifitas fisik Stage B : penyakit jantung
ringan. Lebih nyaman apabila struktural tanpa ada tanda dan gejala
beristirahat, apabila beraktivitas gagal jantung
fisik sehari-hari menimbulkan sesak
nafas, lelah atau palpitasi
Kelas III : keterbatasan aktifitas Stage C : penyakit jantung
fisik yang sangat jelas. Lebih struktural disertai beberapa tanda
nyaman apabila beristirahat, dan gejala gagal jantung
aktivitas fisik ringan sudah
menimbulkan sesak nafas, lelah atau
palpitasi
Kelas IV : tidak dapat beraktifitas Stage D : gagal jantung refrakter
fisik. Gejala muncul walaupun saat dan membutuhkan tindakan
istirahat. Keluhan meningkat saat intervensi lebih lanjut
melakukan aktifitas
diastolik(fungsi sistolik atau fraksi ejeksi normal), yang selanjutnya akan disebut
Selain itu, gagal jantung dibagi lagi menjadi gagal jantung akut dan kronis,
Gagal jantung akut merupakan onset cepat perburukan dari tanda dan
gejala gagal jantung. Gagal jantung akut sering berpotensi mengancam jiwa,
Gagal jantung akut terjadi akibat peningkatan tekanan pengisian kapiler dan atau
dan edema pulmonal. Etiologi tersering adalah iskemik kardiak, dimana terjadi
oklusi total pada coroner sehingga menurunkan kontraktilitas otot jantung dari
namun juga terjadi hipertrofi pada jantung.4 Mekanisme kompensasi ini dalam
bentuk toleransi terhadap penurunan cardiac output (CO) dengan tujuan untuk
neurohormonal.9
Gagal jantung sering terjadi pada satu sisi dengan onset mendadak
(contoh: infark miokard akut). Gagal jantung dapat terjadi pada salah satu
peningkatan tekanan ruang jantung yang lain sehingga tingkat pengisiannya juga
7
meningkat. Gagal jantung kanan selalu diikuti dengan gagal jantung kiri, tetapi
gagal jantung kiri tidak selalu diikuti dengan gagal jantung kanan.4
E. Patofisiologi
a. Perubahan hemodinamik
Gagal jantung dapat meningkat akibat fungsi sistolik, diastolik dan atau
peningkatan heart rate (HR). Terakhir, otot jantung dapat mengalami hipertrofi
teratasi, gagal jantung tetap terjadi. Pada keadaan disfungsi diastolik, dapat
b. Perubahan Neuro-hormonal
neuro hormonal endogen dan sitokin. Secara umum, terjadi peningkatan aktivitas
renalis. Selain itu, juga berhubungan dengan pelepasan sitokin dan sirkulasi
monosit dan sel endotel sebagai respon kerusakan. Interleukin dan tumor necrosis
factor (TNF) merupakan grup besar sitokin yang berperan besar dalam gagal
jantung.10
c. Perubahan sel
kontraktil dan reuptake Ca2+ oleh retikulum sarkoplasmik melambat. Selain itu,
F. Diagnosis
Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
Sesak nafas Peningkatan JVP
Ortopneu Refluks hepatojugular
Paroxysmal nocturnal Suara jantung S3 (gallop)
dyspnoe Apeks jantung bergeser ke
Toleransi aktifitas yang lateral
berkurang Bising jantung
Cepat Lelah
Bengkak di pergelangan
kaki
1) Anamnesis
Cepat lelah bila beraktifitas ringan (mandi, jalan >300 m, naik tangga)
Sesak nafas saat terlentang, malam hari atau saat beraktifitas, tidur lebih
2) Pemeriksaan fisik
peningkatan pada vena jugularis, edema perifer. Edema biasanya muncul dari
edema pada ankle kemudian berkembang menjadi edema anasarka, asites, dan
efusi pleura.
Pulsasi bisa normal namun juga bisa takikardi disertai atrial fibrilasi.
Tekanan darah bisa menurun, normal ataupun tinggi tergantung staging dan
kelainan seperti pulsasi pada bagian apeks yang bergeser, terdapat suara jantung
tambahan seperti S3, S4, mur-mur, pansistolik mur-mur dan regurgitasi katup
mitral.2 Selain itu pada auskultasi paru juga dapat ditemukan pulmonary crackles
(ronki atau krepitasi) yang dihasilkan oleh transudasi cairan dari rongga
intravascular ke dalam alveoli. Pada pasien dengan edema paru akan ditemukan
“Framingham” yang terdiri dari 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dengan 2
kriteria minor.9
3) Pemeriksaan penunjang
a. Elektrokardiogram (EKG)
12
jantung. Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal jantung (Tabel 4).1
13
b. Radiologi
jantung. Abnormalitas pada penyakit gagal jantung dapat dilihat pada tabel
5.1
c. Laboratrium
glomerular filtration rate (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis.
jantung1
d. Peptida natriuretik
natriuretic peptide (BNP), dan c-type natriuretic peptide (CNP). Pada pasien
gagal jantung kita menilai dari BNP dan NT-proBNP. BNP normal pada orang
dewasa adalah <25 pg/ml dan NT-proBNP <70 pg/ml. Pasien dengan gejala
dispnea akut menandakan kadar BNP >25 namun <100 pg/ml. dan NT-proBNP
e. Troponin I atau E
ringan kadar troponin kardiak sering pada gagal jantung berat atau selama
f. Ekokardiografi
sistolik normal adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri (normal > 45 - 50%).1
jantung dengan fraksi ejeksi normal. Diagnosis harus memenuhi tiga kriteria :1
G. Tatalaksana
Non-farmakologi
Strategi pencegahahan
tetap menjaga fungsi ventrikel tetap bagus sebelum gejala gagal jantung
Latihan fisik
kronik stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik
Pengaturan diet
2. Farmakologi
overload cairan. Fungsi ginjal dan kalium serum harus dinilai dalam 2
- Riwayat angioedema
ARB bekerja dengan blok reseptor angiotensin II dan mencegah efek dari
produksi angiotensin II tidak hanya dari jalur ACE, namun juga chymase. ARB
- Sebagai pilihan alternatif pada pasien dengan gejala ringan sampai berat
menyebabkan batuk
- Monitor fungsi ginjal dan serum elektrolit serial ketika ARB digunakan
bersama ACE-inhibitor.3
merupakan MRB selektif yang mencegah ikatan aldosterone dan mencegah efek
MRB boleh digunakan pada pasien dengan kadar GFR <30mL/min/1.73m 2 dan
setidaknya dalam 4 minggu pertama dalam 3 bulan, dan setelah 3 bulan. Efek
- Dosis optimal penyekat β dan ACEI atau ARB (tetapi tidak ACEI dan ARB)
4. β-blocker
β-blocker bekerja dengan mencegah efek utama dari aktivasi sistem saraf
simpatis pada pasien gagal jantung sistolik. Efek jangka panjangnya adalah
mitral dan mengubah bentuk ventrikel kiri menjadi lebih elips dari sebelumnya
blocker dapat diberikan pada pasien dengan asimtomatik left ventricular systolic
samping yang sering terjadi adalah bradikardia simtomatik, hipotensi, rasa lelah
dan kelemahan.14
diberikan
- Pasien stabil secara klinis (tidak ada perubahan dosis diuretik, tidak ada
kebutuhan inotropik i.v. dan tidak ada tanda retensi cairan berat)
- Asma
Efek samping H-ISDN seperti hipotensi simtomatik, nyeri sendi atau nyeri
otot.14
- Sebagai terapi tambahan ACEI jika ARB atau antagonis aldosteron tidak
dapat ditoleransi
25
- Hipotensi simtomatik
- Sindroma lupus
6. Digoksin
tubulus ginjal.14 Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin
obat lain (seperti penyekat beta) lebih diutamakan pada pasien gagal jantung
- Irama sinus dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40%, gejala ringan
sampai berat (NYHA II-IV) dan dengan dosis optimal ACE dan atau
- Sindroma pre-eksitasi
Dosis awal: 0,25 mg, 1 x/hari pada pasien dengan fungsi ginjal normal.
Pada pasien usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dosis diturunkan
Periksa kadar digoksin dalam plasma segera saat terapi kronik. Kadar
7. Diuretik
meningkatkan klirens air. Loop diuretic memiliki waktu paruh yang lebih
untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang
Alur diagnosis
29
H. Prognosis
dengan perburukan dari gagal jantung seperti usia tua, laki-laki, status ekonomi
DAFTAR PUSTAKA
3. Yancy CW, et al. 2013 ACCF/AHA guideline for the management of heart
failure: a report of the American College of Cardiology
Foundation/American Heart Association Task Force on Practice
Guidelines. J Am Coll Cardiol. 2013;62(16):e147-e239.
12. Chatterjee NA, Fifer MA. Heart Failure. In: Lilly LS, Editor.
Pathophysiology of Heart Disease. 5th Edition. Philadelphia: Lippincott
Williams&Wilkins; 2011.