3923 7408 1 SM
3923 7408 1 SM
ABSTRAK
Kata kunci: SNI 1726-2012, Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK),
Kolom Kuat Balok Lemah, Dilatasi, Drift Story.
ABSTRACT
Key word: SNI 1726-2012, Special Moment Frame System, Strong Column Weak
Beam, Dilatation, Drift Story.
Drift Story
PERHITUNGAN STRUKTUR hsx Δx Δy Δa / ρ δM(Δx1-Δx2) δM(Δy1-Δy2)
Lantai
(mm) (mm) (mm) (mm) h h
Gambaran Umum Gedung
Rooftop 4000 22 21.2 76.9231 0.0333 0.0233
Gedung Apartemen White Pearl Lantai 7 4000 20.9 20.4 76.9231 0.0454 0.0350
Lantai 6 4000 19.4 19.2 76.9231 0.0544 0.0437
terdiri atas 9 lantai dengan 1 lantai atap, Lantai 5 4000 17.6 17.7 76.9231 0.0635 0.0554
dengan fungsi bangunan sebagai tempat Lantai 4 4000 15.5 15.8 76.9231 0.0726 0.0641
Lantai 3 4000 13.1 13.6 76.9231 0.0787 0.0758
tinggal. Seluruh komponen struktur Lantai 2 4000 10.5 11 76.9231 0.0564 0.0562
apartemen ini menggunakan beton Lantai 1 6220 7.6 8 119.6154 0.1771 0.1794
Groundfloor 4030 1.7 1.8 77.5000 - -
bertulang. Lokasi apartemen ini adalah Berdasarkan SNI 1726-2012 Pasal
terletak di kota Semarang, Jawa 7.12.1 Syarat kinerja batas layan
Tengah. struktur gedung, dalam segala hal
Gedung apartemen ini memiliki simpangan antar tingkat yang dihitung
bentuk yang tidak simetris, sehingga dari simpangan struktur gedung pada
menyebabkan pusat kekakuan dan pusat kondisi I tidak boleh melampaui
massa gedung tidak berada pada satu 0,025hsx (tinggi tingkat di bawah tingkat
titik, sehingga perlu dilakukan dilatasi. yang bersangkutan), yaitu:
Gedung apartemen ini kemudian dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu gedung A, B, , ρ = 1,3
dan C. Karena ukuran dari masing-
, Cd = 5,5, I = 1
masing bagian gedung hampir sama,
Dari hasil perhitungan di atas
maka perhitungan struktur diwakili oleh
dapat dilihat bahwa drift story tiap
salah satu bagian gedung yaitu gedung
lantai apartemen ini memenuhi batasan
B. Dilatasi bangunan ini diharapkan
maksimum yang diijinkan.
dapat membuat pusat massa dan pusat
kekakuan menjadi berhimpit. Kriteria Desain
Perbandingan tinggi gedung dan Standar desain yang digunakan
lebar gedung cukup besar yaitu lebih dalam perencanaan struktur apartemen
dari 3, maka perlu dilakukan ini yaitu Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung (SNI ≤ Nrata-rata ≤ 50, maka tanah termasuk ke
03-2847-2002), Tata Cara Perencanaan dalam kelas situs SD (Tanah Sedang).
Ketahanan Gempa untuk Struktur Setelah kita mendapat nilai SDS, S1, dan
Bangunan Gedung dan Non Gedung kelas situs kita dapat menentukan nilai
(SNI 1726-2012), dan Peraturan Fa dan Fv dari tabel yang terdapat
Pembebanan Indonesia untuk Gedung dalam SNI 1726-2012, sehingga didapat
1983. Perencanaan ini akan digunakan nilai Fa sebesar 1,18 dan Fv sebesar 1,8.
mutu beton 30 MPa, mutu tulangan 400 Kemudian kita dapat menentukan nilai
MPa untuk ulir dan 240 MPa untuk SMS, SM1, SDS, SD1, T0, dan TS yang
tulangan polos. nantinya nilai-nilai tersebut akan
digunakan dalam penggambaran grafik
Standar Perencanaan Ketahanan
respons spektrum. Setelah menentukan
Gempa untuk Struktur Bangunan
grafik respons spektrum kita dapat
Gedung dan Non Gedung (SNI 1726-
menentukan Kriteria Desain Seismik
2012)
(KDS) dari apartemen ini, yaitu KDS
SNI 1726-2012 sebagai revisi dari tipe D. KDS tipe D ini digunakan untuk
Standar Nasional Indonesia SNI 03- perencanaan gedung dengan tingkat
1726-2002 akan menjadi acuan resiko kegempaan tinggi. Untuk
perencanaan ketahanan gempa untuk mengantisipasi gaya gempa yang besar,
struktur bangunan gedung dan non maka dalam perencanaan struktur
gedung. Analisis beban gempa untuk gedung ini digunakan metode Sistem
apartemen ini adalah dengan Rangka Pemikul Momen Khusus
menggunakan analisis dinamik respons (SRPMK).
spektrum. Langkah pertama dalam
penentuan respons spektrum adalah Sistem Rangka Pemikul Momen
Dalam SNI Beton, satu sistem beban hidup sebesar 250 kg/m2,
struktur dasar penahan beban lateral sedangkan untuk lantai atap adalah
adalah Sistem Rangka Pemikul Momen sebesar 100 kg/m2. Besarnya beban mati
gaya-gaya yang bekerja melalui aksi gempa pada proyek apartemen ini
beban mati dan 1,6 untuk beban hidup. Kuat lentur maksimum (Mpr) pada
Besarnya beban hidup untuk pelat daerah sendi plastis dihitung
tangga berdasarkan PPIUG 1983 adalah berdasarkan tulangan terpasang dengan
sebesar 300 kg/m2, sedangkan untuk tegangan tarik baja fs = 1,25 fy dan
pelat lantai digunakan beban hidup faktor reduksi 1,0 dan tidak boleh lebih
2
sebesar 250 kg/m . kecil dari gaya geser berdasarkan
Penulangan pelat dan tangga, dari analisis struktur. Gaya geser rencana
gaya dalam yang diperoleh selanjutnya balok direncanakan berdasarkan kuat
dihitung tulangan yang dipasang untuk lentur maksimum balok (Mpr) yang
menahan gaya tersebut sehingga elemen terjadi pada daerah sendi plastis balok
struktur dapat menahan beban yang yaitu pada penampang kritis dengan
bekerja. Sehingga didapat dengan jarak 2h dari tepi balok.
Gaya geser terfaktor pada muka bertemu pada kolom tersebut. Untuk
tumpuan dihitung sebagai berikut: perencanaan kolom, gaya geser didapat
M pr1 M pr2 Wu. ln dengan menjumlahkan Mpr kolom atas
Vsway dengan
ln 2 dengan Mpr kolom bawah dibagi dengan
tinggi bersih kolom. Gaya geser tidak
Wu = 1,2 WD + WL
perlu diambil lebih besar gaya geser
rencana dari kuat hubungan balok
kolom berdasarkan Mpr balok, dan tidak
boleh lebih kecil dari gaya geser
terfaktor hasil analisis struktur.
Pu M x .y M y .x
P
n b.y 2 a.x 2