Anda di halaman 1dari 12

Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan

Avian Influenza pada Anak

Bakhtiar

Abstrak. Avian influenza (flu burung) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
influenza A (H5N1). Virus tersebut berasal dari unggas yang terinfeksi yang kemudian menular kepada
anak. Virus influenza A (H5N1) yang terinhalasi akan menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi
saluran pernafasan, yang diikuti juga dengan kelainan organ tubuh lainnya seperti mata, saluran cerna,
dan susunan saraf. Diagnosis didasarkan pada gambaran epidemiologis dan klinis. Namun, diagnosis
pasti dibuat berdasarkan pemeriksaan serologi atau ditemukannya virus influenza (H5N1) berdasarkan
pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Diagnosis avian influenza diklasifikasi dalam tiga
kelompok, yaitu suspek, probabel, dan terkonfirmasi. Tatalaksana avian influenza tergantung pada
tingkat beratnya penyakit. Dalam tatalaksana umum, dilakukan pemberian oksigen, hidrasi, dan
nutrisi. Sedangkan dalam tatalaksana khusus, dilakukan elimaninasi virus influenza A (H5N1) dengan
pmberian anti virus (Oseltamivir, Zanamivir), dan penangulangan infeksi sekunder dengan antibiotik,
atau penangulangan keparahan penyakit, seperti perawatan intensif dan pemasangan ventilator pada
kasus dengan kegagalan pernafasan. Untuk pencegahan avian influenza dapat dilakukan beberapa
tindakan seperti menghindari kontak dengan unggas atau bahan yang berasal dari unggas yang sakit,
pemberian obat antivirus untuk profilaksis, dan pemberain vaksinasi. (JKS 2011;1:16 -27)

Kata kunci: avian influenza, gangguan pernafasan, antivirus, antibiotika, vaksinasi.

Abstract. Avian influenza (bird flu) is an infectious disease caused by influenza A (H5N1) virus. The
virus originated from an infected bird which than spread to the children. The inhaled influenza A
(H5N1) virus will damege the structure and function of airway, which will be continued by demaging
other organs, such as eye, gastrointestinal, dan nervous system. The diagnosis is based on
epidemiological dan clinical appearance. But, definite diagnosis is based on serological examination
or the finding of Influenza A (H5N1) virus according to Polymerase Chain Reaction (PCR)
examination. The diagnosis of avian influenza is clasified into three groups, e.i suspected, probable,
and confirmed case. The management of avian influenza depends on the severity of disese. In general
management, it is done by administration of oxigen, hidration, and nutrition. On the other hand, the
special management is done by elimination of influenza A (H5N1) virus with antiviral (Oseltamivit
and Zanamivir), the tretment of secundary infection with antibiotic, or management of severity of
disease, such as intensive care and usage of ventilator in cases with respiratory failure. The
prevention of avian influenza can be done by several acts, such as avoiding contact with infected bird
or substances, administration of antivirus for profilatic vaccination. (JKS 2011;1:16 -27)

Keywords: avian influenza, respiratory disturbance, antiviral, antibiotic, vaccination.

Pendahuluan sebanyak 6 dari 18 pasien yang


terinfeksi dengan virus influenza A
Penyakit avian influenza (flu burung)1 (H5N1) meninggal.1 Setelah kejadian
merupakan suatu masalah kesehatan tersebut, sejumlah kematian akibat
global yang berdampak terhadap avian influenza kemudian dilaporkan
morbiditas dan mortalitas. Kasus terjadi di sejumlah negara, terutama di
pertama kali Avian Influenza wilayah Asia. Pada tahun 2004, ada 46
dilaporkan terjadi di Hongkong pada pasien avian influenza di dunia, atau
tahun 1997, dimana pada waktu itu sekitar 4 pasien baru setiap bulannya.
Angka ini melonjak menjadi rata-rata 8
Bakhtiar adalah Dosen Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala

16
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011

pasien baru per bulan di tahun 2005 Secara umum, influenza pada manusia
dengan total 95 kasus.2,3 Hingga bulan ditularkan melalui percik renik (droplet
April 2008, di seluruh dunia telah nuklei) sekresi respiratori yang
berhasil dikonfirmasi sejumlah 382 disebarkan oleh pasien, terutama pada
kasus avian influenza A (H5N1) saat batuk atau bersin. Penularan virus
dengan angka kematian mencapai 241 influenza A (H5N1) pada manusia
pasien (63%). Indonesia merupakan umumnya terjadi secara langsung dari
negara dengan kasus terbanyak di unggas ke manusia, walaupun
dunia, yaitu mencapai 133 pasien mekanisme dan lokasi masuknya
dengan kematian 108 pasien (81%).3-5 kuman belum diketahui dengan
Sebagian besar kasus infeksi influenza pasti.7,10 Dari laporan kasus
A (H5N1) pada manusia berhubungan terkonfirmasi adanya kontak dengan
dengan adanya riwayat kontak dengan unggas dalam 2 minggu sebelumnya
peternakan unggas atau benda yang dijumpai pada 76-100% kasus. Virus
terkontaminasi. Sumber virus diduga influenza tidak dapat bereplikasi
berasal dari migrasi burung dan secara efisien pada manusia, sehingga
transportasi unggas yang terinfeksi. walaupun ada indikasi panularan dari
Walaupun sebagian kasus flu burung manusia ke manusia, namun sejauh ini
pada manusia berhubungan dengan tidak berlanjut. Pada saat terjadinya
adanya dengan unggas yang sakit atau wabah di Vietnam, tidak ada satupun
mati, tetapi terdapat beberapa kasus petugas rumah sakit di Hanoi yang
yang diduga kemungkinan merupakan menangani avian inflenza yang
penyebaran manusia ke manusia. 6,7 tertular.3,11
Virus influenza A (H5N1) yang
Etiologi dan Patogenesis teraspirasi ke dalam saluran
pernafasan, kemudian berikatan
Avian influenza disebabkan oleh virus dengan reseptor virus yang berada di
influenza A tipe H5N1. Secara umum, sepanjang saluran pernafasan. Virus
virus influenza termasuk dalam famili ini melekat ke reseptor asam sialat
Orthomyxoviridae, merupakan virus pada permukaan sel pejamu melalui
Ribo Nucleic Acid (RNA) tunggal heaglutinin dan secara endosistosis
berbentuk besar dengan genon terbagi, masuk ke dalam vakuol sel. Di dalam
dilapisi kapsul yang mengandung vakuol terjadi asidifikasi progresif.
lipid.7,8 H5N1 pada virus ini Selanjutnya, virus mengalami fusi ke
menggambarkan dua protein dalam membran endosom dan
permukaan utama yang menembus pelepasan RNA virus ke dalam
kapsul dan menonjol seperti duri yang sitoplasma sel pejamu.7,12 Di dalam
juga sekaligus menentukan serotipenya sitoplasma, RNA ditransport ke dalam
yaitu Hemaglutinin (H) dan nukleus dan ditranskripsi. RNA baru
7
Neuramidase (N). Unggas secara yang terbentuk kemudian
umum dan unggas air khususnya dikembalikan ke sitoplasma dan
merupakan induk semang (reservoir) diterjemahkan ke dalam bentuk protein
alami bagi influenza A.3 Hasil isolasi yang kemudian dibawa ke membran
aspirat trakeal dari anak berusia 3 sel. Berikutnya, terjadi penonjolan
tahun di Hongkong tahun 1997, virus menembus membran sel pejamu.
menunjukkan bahwa virus avian Neuramidase meningkatkan replikasi
influenza A (H5N1) (A/Hong virus dari sel yang terinfeksi,
Kong/156/97) positif dengan penyakit mencegah agregasi virus, dan
menyebabkan kematian.7,9 membantu gerakan virus di sepanjang
seluran pernafasan.3,7

17
Bakhtiar; Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan
Avian Influenza pada Anak

Pada infeksi primer, replikasi virus lebih berat dengan terjadinya


influenza A (H5N1) berlangsung 10-14 peradangan paru (pneumonia) sampai
hari. Dampak dari infeksi influenza A terjadinya distres pernafasan berat
(H5N1) ini adalah terjadinya lisis dalam satu minggu dari gejala
epitel saluran pernafasan, hilangnya awal.13,15,16
fungsi silia, turunya produksi mukus, Pada tahun 1997, di Hongkong terjadi
dan deskuamasi lapisan epitel.7,10,12 wabah Avian Influenza, dengan 18
Hal ini mempermudah terjadinya pasien terkonfirmasi, ditemukan gejala
infeksi bakteri sekunder. Mekanisme yang bervariasi, mulai dari infeksi
yang menyebabkan perjalanan yang asimtomatis , gejala nafas ringan,
penyakit yang berat dan angka hingga pneumonia berat dan gagal
kematian yang tinggi pada avian organ multipel.1 Umumnya, gejala
influenza belum diketahui dengan pada pasien berupa demam, nyeri
jelas. Adanya virus dengan subtipe kepala, lesu, nyeri otot, nyeri
baru yang belum diketahui oleh sistem tenggorokan, batuk dan pilek.
imun manusia tidak dapat sepenuhnya Konjungtivitis dan gejala saluran cerna
menjelaskan fenomena ini. Sebaliknya, seperti nyeri abdomen, diare dan
kemampuan virus untuk menyebar muntah ditemukan pada beberapa
secara diseminata, termasuk viremia pasien. Pada stadium awal, sulit untuk
dan ensefalitis, mungkin berperan mengenali pasien mana yang akan
penting. Aktivasi kaskade sitokin berlanjut menjadi berat. Pada kasus
proinflamasi yang berlebihan tersebut, 7 dari 18 pasien membaik
melipatgandakan respon inflamasi dan setelah mengalami gejala saluran
menyumbang terjadinya kerusakan pernafasan. Sedangkan 11 dari 18
jaringan lebih lanjut.3,13 pasien berlanjut menjadi pneumonia.
Sebanyak 6 dari yang mengalami
Gambaran Klinis Dan pneumonia tersebut, meninggal karena
Pemeriksaan Penunjang Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), atau gagal organ multipel.1,7,8
Masa inkubasi influenza A (H5N1) Pneumonia yang terjadi pada infeksi
hanya 48-72 jam, sehingga menjadi dengan influenza (H5N1) dapat
masalah karena terlalu pendek disebabkan oleh virus itu sendiri atau
dibadingkan dengan waktu yang juga oleh bakteri yang masuk dan
diperlukan untuk membangkitkan menginfeksi paru yang memang
respon imun protektif. Sementara itu sedang sakit akibat flu burung ini.8
masa infeksius pada manusia adalah 1 Perjalanan menjadi gagal nafas
hari sebelum, sampai 3-5 hari sesudah dihubungkan dengan adanya infiltrat
gejala timbul. Pada anak, masa yang difus, bilateral dan ground glass,
infeksius dapat sampai 21 hari.7,14 serta manifestasi acute respiratory
Virus influenza A (H5N1) dapat distress syndrome (ARDS), sehingga
menyerang berbagai organ pada pemilihan mode ventilasi mekanik
manusia yang terinfeksi, seperti paru- disesuaikan dengan keadaan
paru, mata (konjungtivitis), saluran ARDS.10,17 Di Thailand, waktu
pencernaan, dan sistem saraf pusat. (median) dari awitan gejala sampai
Manusia yang terserang avian terjadinya ARDS adalah 4-13 hari
influenza menunjukkan gejala seperti (rata-rata 6 hari). Komplikasi yang bisa
terkena flu biasa seperti demam, sakit terjadi adalah ventilator-associated
tenggorokan, batuk, rinore, nyeri otot, pneumonia, perdarahan paru,
sakit kepala, lemas.8 Penyakit dalam pneumotoraks, pansitopenia, Reye’s
waktu singkat atau progresif menjadi

18
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011

syndrome, sindroma sepsis tanpa bukti limfopenia ditemukan pada 4 (67%)


bakteremia.17,18 anak yang meninggal. Peninggian tes
Pada kejadian Avian Influenza yang fungsi hati dijumpai pada 5 (83%)
terjadi di Vietnam tahun 2003 hingga anak yang meninggal.13 Pemeriksaan
2004, gambaran klinisnya sama seperti serologik untuk melacak viris avian
yang ditemukan waktu kejadian luar influenza H5N1 didasarkan pada
biasa (KLB)/ atau outbreak di Hong adanya antibodi, yaitu dengan
Kong pada tahun 1997, walaupun diare mendeteksi IgG dan IgM dari
merupakan gejala klinis yang menonjol Influenza A/H5N1.19 Elisa IgM
pada pasien-pasien di negara tersebut. captured anti A/H5N1 dimaksudkan
Angka kematian juga lebih tinggi di untuk mendeteksi adanya infeksi baru
Vietnam dibandingkan dengan KLB pada manusia. Modifikasi
Hong Kong.15 Pada kejadian di Hanoi, hemaglutination inhibition test
Vietnam, antara 27 Desember 2003- merupakan cara konvensional dengan
januari 2004, enam dari 10 pasien mendeteksi anti A (H5N1) pada serum
(60%) anak (berusia 5-13 tahun) yang manusia. Pemeriksaan ini sangat
confirmed, menunjukkan gejala berguna pada laboratorium yang
demam tinggi (rentang suhu 38,5 0C – terbatas. Deteksi RNA virus dengan
39,6 0C), sesak nafas, dan batuk. Diare cara konvensional atau dengan cara
dijumpai pada 3 orang anak. Tidak ada real-time reverse-transcriptase chain
yang menunjukkan gejala nyeri reaction (RT-PCR) masih merupakan
tenggorokan, konjungtivitis, ruam, cara terbaik untuk diagnosis influenza
maupun pilek. Pemeriksaan fisis A (H5N1).3,7,19
memperlihatkan adanya nafas yang
cepat, distres pernafasan, dan Avian influenza A (H5N1) hampir
crackles.11,15 Pemeriksaan penunjang selalu menunjukkan kelainan pada foto
pada penyakit avian influenza meliputi thoraks. Gambaran radiologis yang
pemeriksaan laboratorium dan terlihat adalah perubahan unilateral
pemeriksaan radiologik. Lebih lanjut, atau bilateral berupa konsolidasi fokal,
pemeriksaan laboratorium itu sendiri segmental atau lobar, infiltrat
dibagi menjadi pemeriksaan berbercak atau efusi pleura.8,10,15
hematologik untuk melihat kelainan Dalam perjalanan penyakitnya terjadi
akibat virus influenza A/H5N1.8,19 foto toraks dapat menunjukkan
Kedua, pemeriksaan untuk melacak perluasan atau perburukan gambaran
ada tidaknya virus avian influenza pada foto toraks serial. Perburukan
dalam tubuh seseorang penderita, yang gambaran gambaran radiologis dapat
meliputi pemeriksaan serologik dan berlangsung sangat cepat, seperti
mikrobiologik. Pemeriksaan radiologik perjalanan klinisnya.7,13,20
(foto thorak) dilakukan pada semua
pasien yang dirawat dengan dugaan Diagnosis
avian influenza, yang dibuat serial
untuk melihat kelainan pada jaringan Diagnosis avian influenza A (H5N1)
paru.7,8 Kelainan laboratorium yang tergantung pada pertimbangan
ditimbulkan oleh virus avian influenza epidemiologik dan klinis. Dalam
A (H5N1) tidak khas. Pada kasus di keadaan epidemik, infeksi influenza
Thailand dari 6 anak yang meninggal, A (H5N1) dapat dicurigai jika pada
6 (83,3%) anak menunjukkan seorang anak ditemukan adanya gejala
terjadinya gambaran leukopenia dan 5 demam, malaise, dan gejala
(83,3%) menunjukkan respiratorik. Namun diagnosis dapat
trombositopenia. Sedangkan dipastikan secara serologi dengan

19
Bakhtiar; Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan
Avian Influenza pada Anak

membandingkan kadar serum fase terjadi infeksi pada hewan atau


konvalesen dengan fase akut dengan manusia dalam sebulan terakhir.
uji inhibisi heaglutinasi, atau pada Kontak dekat dengan hewan (selain
isolasi virus atau pada pemeriksaan unggas) yang telah dikonfirmasi
dengan Polymerase Chain Reaction terinfeksi oleh A (H5N1).
kualitatif (RT-PCR) untuk mendeteksi Memegang/menangani sampel
gen H5 dari A (H5N1).7,8,19 (hewan/manusia) yang dicurigai
Dalam penentuan diagnosis avian mengadung virus A (H5N1).
influenza diperlukan pembakuan
definisi kasus untuk berbagai 2. Kasus Probabel
keperluan. Sampai fase 3 Dikatakan kasus probabel jika
kewaspadaan pandemik, WHO memenuhi salah satu dari definisi
membuat kriteria definisi kasus yang berikut ini, yaitu:17
akan terkait dengan manajemennya, Definisi 1 : Seseorang yang
yaitu kasus suspek, kasus probabel, memenuhi kasus suspek dan satu
dan kasus terkonfirmasi. Maing- kriteria tambahan, yaitu:
masing kasus avian influenza tersebut i. Bukti pneumonia pada gambaran
dapat dijelaskan sebagai berikut: foto toraks dan bukti gagal nafas
1. Kasus Suspek (takipnea, hipoksemia).
Dikatakan kasus suspek jika ii. Konfirmasi laboratorium positif
seseorang dengan gejala penyakit untuk influenza A tetapi belum
saluran pernafasan yang tidak cukup bukti untuk infeksi H5N1.
dapat dijelaskan penyebabnya, Definisi 2 : Seseorang yang
disertai demam > 38 oC dengan meninggal karena suatu infeksi
gejala batuk dan sesak nafas, dan saluran pernafasan akut yang tidak
adanya ≥ 1 pajanan berikut dalam dapat dijelaskan penyebabnya, yang
7 hari sebelum timbulnya gejala, secara epidemiologik (waktu, tempat,
yaitu:17 pajanan) berkaitan dengan kasus A
Kontak (merawat, berbicara (H5N1) dengan status probabel atau
dengan, atau meraba) dekat (dalam terkontaminasi.
jarak 1 meter) dengan seseorang
yang dicurigai menderita avian 3. Kasus Terkontaminasi
influenza dengan status probabel Dikatakan kasus terkontaminasi
atau terkonfirmasi. jika seseorang yang memenuhi
Pajanan (memegang, kriteria suspek atau probabel DAN
menyembelih, membului, ≥ 1 pemeriksaan laboratorium
memotong, menyiapkan untuk berikut:17
konsumsi) dengan unggas ternak Isolasi virus A (H5N1)
atau unggas liar atau bangkai Hasil laboratorium positif untuk
unggas atau lingkungan yang H5 melalui pemeriksaan PCR
tercemar oleh unggas dalam dengan menggunakan 2 sasaran
wilayah yang dicurigai atau yang berbeda misalnya
diketahui telah terjadi infeksi pada menggunakan primer khusus untuk
hewan atau manusia dalam sebulan influenza A dan H5HA.
terakhir. Peningkatan ≥ 4 kali antibodi
Memakan produk ternak unggas netralisasi dibandingkan antara fase
yang tidak dimasak dengan akut 9dalam 7 hari awal gejala)
sempurna dalam wilayah yang dengan fase konvalesen minimal
dicurigai atau diketahui telah 1:80.

20
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011

Titer antibodi mikronetralisasi A frekuensi napas lebih dari 30 kali per


(H5N1) 1:80 atau lebih dalam satu menit (pada anak ≥ 40 kali/menit),
spesimen serum yang diambil pada dispneu (sesak napas), rasio PaO2/FiO2
hari ≥ 14 awitan gejala DAN satu < 250, foto toraks; penambahan
hasil positif menggunakan infiltrat > 50 % atau mengenai banyak
pemeriksaan serologik berbeda, lobus paru, tekanan sistolik kurang dari
ATAU hasil positif H5 90 mmHg atau tekanan diastolik
menggunakan spesifik Western kurang dari 60 mmHg, membutuhkan
blot. ventilator mekanik, syok septik,
membutuhkan vasopressor
Penatalaksanaan (dopamin/dobutamin) > 4 jam, fungsi
ginjal memburuk (serum kreatinin ≥ 4
Tatalaksana avian ifluenza meliputi mg/dl).14,20
tatalaksana umum untuk stabilisasi
penderita dan tatalaksana khusus untuk Tatalaksana Umum
eliminasi agent penyebab dan
kemungkinan adanya infeksi sekunder Karena manifestasi klinis yang terjadi
atau komplikasi yang lebih berat. pada seorang penderita avian influenza
Pertimbangan perawatan penderita A (H5N1) sangat berfariasi, maka
avian influenza sangat bergantung evaluasi yang mendetil dan tatalaksana
kepada berat ringannya penyakit. awal yang lebih tepat sangat
Apabila kasus masih meragukan dan diperlukan. Beberapa rumah sakit yang
berdasarkan penilaian tidak berfungsi sebagai rujukan telah
memerlukan rawat inap, maka perlu membuat prosedur tetap penanganan
diberikan pendidikan kesehatan penderita avian influenza ini.14
perorangan baik untuk keluarga Penderita dapat dirawat di ruang isolasi
maupun anak (cuci tangan, memakai sambil melakukan pemeriksaan
masker) dan segera membawa anak laboratorium dan rontgen toraks.
atau pergi ke sarana kesehatan apabila Perawatan di ruang isolasi
bertambah berat. Bila ada indikasi dimaksudkan karena ditakutkan adanya
klinis, pasien dirawat dengan transmisi melalui udara.14,20
memperhatikan kewaspadaan Dalam perawatan perlu diperhatikan
pengendalian infeksi yang memadai oksigenasi dan hidrasi penderita.
(appropriate infection control Pemberian oksigen dilakukan jika
7,14
precautions). terdapat sesak napas dan cenderung ke
Pertimbangan apakah penderita arah gagal napas dengan
dirawat di ruang isolasi atau ruang mempertahankan saturasi O2 > 90%.
perawatan intensif (Pediatric Intensive Hidrasi dapat dilakukan dengan
Care Unit = PICU) juga didasari pada memberi cairan parenteral dan minum
derajad beratnya penyakit, yang dapat banyak. Asupan cairan yang memadai
dilihat dari manifestasi klinis dan data dan istirahat merupakan unsur penting
laboratorium. Penderita perlu dirawat dalam tatalaksana avian influenza.3,17
di ruang perawatan isolasi biasa jika Pada kasus dengan distres pernafasan,
hasil usap tenggorokan negatif baik maka dilakukan pengobatan sesuai
dengan PCR maupun biakan. Setelah prosedur Respiratory Distres Sindrome
hari ke 7 demam, sesuai pertimbangan (RDS) pada lazimnya, dan penderita
dokter yang merawat, penanganan dimasukkan ke ruang perawatan
adalah kasus demi kasus. Kriteria intensif.14
merawat penderita d PICU adalah jika

21
Bakhtiar; Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan
Avian Influenza pada Anak

Tatalaksana Khusus terinfeksi. Interaksi antara oseltamivir


dan NA menyebabkan perubahan
Dalam tatalaksana khusus terhadap tempat kerja aktif enzim dan inhibisi
avian influenza, beberapa tindakan aktivitas enzim. Inhibisi aktivitas NA
yang menjadi prioritas adalah menyebabkan agregasi virus di
pemberian obat-obatan dan permukaan sel dan mengurangi
tatalaksana untuk mengatasi penyebaran virus di saluran nafas.7,14
kemungkinan terjadinya kegagalan Obat oseltamivir harus diberikan
pernafasan. Pemberian obat-obatan dalam 48 jam setelah awitan gejala.
meliputi anti viral, antibiotik, dan Pemberian oseltamivir dalam 48 jam
antipiretik. Antibiotika diberikan ini didasarkan pada replikasi virus
dengan pertimbangan bahwa secara yang mencapai puncaknya pada 48
radiologis, anak yang mengalami jam. Hasil penelitian multisenter yang
infeksi avian influenza A (H5N1) dilakukan pada 1426 penderita yang
menunjukkan gambaran pneumonia mendapat pengobatan dengan
pada saat masuk. Antibiotika yang oseltamivir 75 mg, 2 kali sehari,
diberikan disesuaikan dengan pedoman selama 5 hari, secara dini
tatalaksana aquired pneumonia yang memperlihatkan terjadinya
ada 3,21 pemendekan lama sakit. Pengobatan
Obat-obat antiviral yang pernah dalam 12 jam setelah awitan demam
digunakan untuk terapi avian influenza mengurangi lama penyakit selama 3
adalah oseltamivir 22, zamamivir, hari dibandingkan dengan pemberian
amantadine dan rimantadine.8 dalam 48 jam. Selain itu juga
Oseltamivir yang hanya tersedia dalam mengurangi lama demam, beratnya
bentuk oral, sampai saat ini masih gejala.22,23
merupakan obat antiviral primer Walaupun dosis optimal oseltamivir
pilihan untuk terapi avian influenza A untuk avian influenza (H5N1) belum
(H5N1).3,14 Oseltamivir merupakan dapat ditentukan, tetapi dosis yang
inhibitor neuroamidase (NA) virus direkomendasikan oleh American
influenza A (H5N1) yang selektif. Academy of Pediatrics (AAP)
Neuramidase virus memecah residu adalahoseltamivir 2 mg/kg, diberikan 2
sialic acid terminal dan kali sehari (dosis maksimum 75 mg)
menghancurkan reseptor yang dikenali selama 5 hari.21 Alternatif dosis lain
NA virus yang terdapat di permukaan yang juga dapat digunakan menurut
sel. Mekanisme enzimatik ini penting WHO adalah seperti tercantum dalam
untuk pengeluaran virus dari sel tabel 1.

Tabel 1. Alternatif Dosis Oseltamivir Untuk Anak.14

Berat Badan Dosis per kali pemberian Fekwensi Pemberian


Atau Usia
≤ 15 kg 30 mg 2 kali sehari
> 15 – 23 kg 45 mg 2 kali sehari
> 23 – 40 kg 60 mg 2 kali sehari
> 40 kg 75 mg 2 kali sehari
Usia ≥ 13 tahun 75 mg 2 kali sehari
Sumber: WHO 2007.

22
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011

Efek samping oseltamivir meliputi naik turun, atau terjadi perburukan


nausea, rasa tidak enak di perut dan keadaan klinis lain. Pemilihan jenis
muntah yang bersifat sementara dan antibiotika disesuaikan dengan
terjadi pada pemberian dosis pertama. kemungkinan penyebab, yang biasanya
Untuk mengurangi keluhan tersebut, bersesuaian dengan usia anak.20,21
maka obat diberikan obat bersama Untuk penurunan suhu tubuh dapat
makanan. Obat ini diberikan untuk digunakan parasetamol dan ibuprofen.
pengobatan pada anak usia lebih dari 1 Jangan memberikan salisilat (seperti
tahun. Pada anak dibawah 1 tahun aspirin) pada anak, karena ditakutkan
tidak direkomendasikan untuk terjadinya sindrom reye.3,20
diberikan karena dikhawatirkan terjadi
toksisitas otak karena sawar darah-otak Follow Up dan Memulangkan
yang masih imatur.22,23 Penderita
Selain oseltamivir, ada antivirus
lainnya yang juga digunakan dalam Selama perawatan, penderita difollow
tatalaksana avian influenza, yaitu up untuk monitoring perburukan
zanamivir, amantadine dan keadaan klinis penderita. Untuk follow
rimantadine. Zanamavir merupakan up dilakukan pengambilan spesimen
analog sialic acid yang menghambat apus hidung, nasofaring secara serial
NA virus influenza A dan B. untuk mendeteksi adanya infeksi
Mekanisme kerjanya sama dengan sekunder. Rontgen toraks juga dibuat
oseltamivir. Bioavailabilitas oral untuk menilai perubahan kondisi
zanamivir rendah sehingga obat paru, terutama jika pasien
diberikan dalam bentuk serbuk memperlihatkan perburukan pada
pernasal atau perinhalasi. Efek fungsi pernafasan.7,20 Jika telah terjadi
sampingnya adalah wheezing, perbaikan klinis, maka penderita dapat
bronkospasme, dan penurunan fungsi dipertimbangkan untuk dipulangkan.
paru. Pemberian obat ini pada pasien Adapun kriteria yang dapat digunakan
dengan penyakit saluran respiratorik untuk memulangkan penderita adalah:
memerlukan pengawasan yang ketat, penderita sudah tidak demam selama
tersedia bronkodilator, dan segera 72 jam, dan tidak mengalami batuk.
dihentikan bila timbul efek samping. Kriteria lainnya adalah adanya
Zanamivir diberikan sebagai perbaikan foto toraks dan laboratorium
pengobatan influenza pada anak lebih yang sebelumnya abnormal menjadi
dari 7 tahun. Dosis zamamivir adalah normal kembali.8,14,20
10 mg diberikan dua kali sehari selama
5 hari.14,21 Pencegahan
Disamping pemberian anti virus, dalam
tatalaksana avian influenza juga Angka kematian avian influenza masih
diberikan antibiotik dan antipiretik. tinggi, sehingga diperlukan berbagai
Antibiotik diberikan terutama untuk upaya pencegahan sehingga penyakit
mengatasi kemungkinan infeksi tersebut tidak terjadi. Beberapa upaya
sekunder. Hal ini didasari pada yang dapat dilakukan untuk
kenyataan bahwa sebagian besar pencegahan avian influenza, meliputi:
pasien yang dirawat karena influenza menghindari kontak dengan dengan
A (H5N1) secara radiologis unggas atau bahan yang berasal dari
menunjukkan gambaran pneumonia unggas yang sakit, pemberian obat-
pada saat masuk. Infeksi bakteri obatan (khemoprofilaksis), dan
dipikirkan bila demam menetap atau pemberian vaksin. 8,24 Unggas yang

23
Bakhtiar; Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan
Avian Influenza pada Anak

sakit memperlihatkan gejala seperti tindakan non medis lainnya yang dapat
jengger berwarna biru, kepala meminimalkan penularan, yang
bengkak, sekitar mata bengkak, meliputi: isolasi, pelacakan sumber,
demam, diare, dan tidak mau makan. pembatasan perjalanan (dosmestik dan
Pada unggas yang sakit juga dapat international), dan peliburan tempat
terjadi gangguan pernafasan berupa massal seperti sekolah dan
batuk dan bersin. Gejala awal dapat kantor.1,4,11,18
berupa gangguan reproduksi berupa Anak-anak yang mengalami kontak
penurunan produksi telur. Pada dengan unggas yang sakit perlu
beberapa kasus, unggas mati tanpa diberikan profilaksis. Sebelum
gejala. Kematian dapat terjadi 24 jam dilakukan profilaksis, maka perlu
setelah timbul gejala. Pada kalkun, terlebih dahulu dilakukan pelacakan
kematian dapat terjadi dalam 2 sampai kontak, yaitu orang yang berada atau
3 hari dari permulaam timbulnya tinggal bersama dalam satu rumah,
gejala.25 barak atau kemah rekreasi yang
Upaya pencegahan penularan terpajan dengan sumber infeksi. Orang
dilakukan dengan cara menghindari tersebut harus dipantau selama 7 hari
bahan yang terkontaminasi tinja dan sejak mereka terakhir terpajan. Dalam
sekret unggas, dengan tindakan seperti masa observasi, dilakukan
menggunakan menggunakan pelindung pemeriksaan suhu tubuh. Mereka yang
(masker, kaca mata renang) bagi setiap mengalami kontak dengan unggas
orang yang berhubungan dengan bahan yang sakit perlu segera diberi terapi
yang berasal dari saluran cerna profilaksis. Untuk profilaksis diberikan
unggas.7,24 Bahan yang berasal dari oseltamifir. Dosis oseltamivir untuk
saluran cerna unggas seperti tinja harus profilaksis sama dengan terapi, namun
ditatalaksana dengan baik frekuensi pemberiannya satu kali
(ditanam/dibakar) agar tidak menjadi sehari selama 10 hari.3,14
sumber penularan bagi orang di Pemberian vaksin merupakan cara
sekitarnya. Alat-alat yang yang direkomendasikan dalam upaya
dipergunakan dalam peternakan harus pencegahan avian influenza pada
dicuci dengan desinfektan. Kandang anak. Imunisasi influenza dianjurkan
dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari mulai dari bayi yang berusia diatas 6
lokasi peternakan. Daging ayam yang bulan hingga anak dan orang dewasa
dikonsumsi harus terlebih dahulu yang mempunyai resiko mengalami
dimasak pada suhu 80°C selama 1 komplikasi. Vaksin diberikan secara
menit, sedangkan telur unggas perlu intramuskuler untuk imunisasi primer
dipanaskan pada suhu 64°C selama 5 pada anak di atas 9 tahun. Vaksin
menit. Tindakan lainnya adalah diberikan diberikan 2 kali, dengan
melaksanakan kebersihan lingkungan selang waktu satu bulan. Setelah itu,
dan melakukan kebersihan diri.4,14,24 vaksin diberikan setahun sekali. Untuk
Dalam pengendalian pandemik, perlu anak berusia 6 hingga 36 bulan,
dilakukan secara simultan pada kedua dosisnya adalah 0,25 ml, sedangkan
kelompok pejamu utama yaitu unggas untuk anak yang berusia 3 tahun
dan manusia. Pengendalian terhadap hingga 8 tahun, dosisnya adalah 0,5
unggas berupa pemusnahan unggas ml.3,8,20
selama wabah. Pengendalian dengan
pemusnahan unggas telah dilakukan di Kesimpulan
Hongkong, Thailand, dan Vietnam.
Namun hasilnya masih minimal. Avian influenza (flu burung)
Karena itu, diperlukan sejumlah merupakan penyakit infeksi yang

24
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011

disebabkan oleh virus influenza A definisi kasus untuk berbagai


(H5N1) yang menimbulkan tingkat keperluan. WHO membuat kriteria
morbiditas dan mortalitas yang tinggi. definisi kasus yang akan terkait dengan
Sebagian besar kasus avian influenza manajemennya, yaitu kasus suspek,
pada manusia berhubungan dengan probebel, dan terkonfirmasi.
adanya riwayat kontak dengan Tatalaksna avian inflenza sangat
peternakan unggas atau benda yang tergantung tingkat beratnya penyakit.
terkontaminasi. Penularan virus Tatalaksna tersebut meliputi tatalaksna
influenza A (H5N1) umumnya terjadi umum untuk stabilisasi penderita dan
secara langsung dari unggas ke tatalksana khusus untuk eliminasi agen
manusia. Virus influenza A (H5N1) penyebab dan mengatasi kemungkinan
yang terinspirasi ke dalam saluran infeksi sekunder atau komplikasi yang
pernafasan, kemudian akan berikatan lebih berat. Tatalaksana umum
dengan reseptor virus yang berada di meliputi pemberian oksigen dan
sepanjang saluran pernafasan. Pada hidrasi penderita. Sedangkan
infeski primer, replikasi virus influenza tatalksana khusus meliputi pemberian
A (H5N1) berlangsung 10-14 hari. antivirus, antibiotika, antipiretik.
Dampak dari infeksi virus influenza A Antivirus yang direkomendasikan
(H5N1) ini adalah terjadinya lisis adalah oseltamivir dan zanamavir.
epitel saluran pernafasan, hilangnya Antibiotika dimaksudkan untuk
fungsi silia, turunnya produksi mukus, mengatasi infeksi sekunder. Pada
dan deskuamasi lapisan epitel. Hal ini kasus yang berat dengan peneumia
mempermudah terjadinya infeksi yang mengarah pada gagal pernafasan,
bakteri sekunder. penderita dirawat di ruang perawatan
Virus influenza A (H5N1) dapat intensif, dengan pertimbangan
menyerang berbagai organ pada pemasangan ventilator. Untuk
manusia yang terinfeksi, seperti paru, pencegahan avian influenza dapat
mata, saluran percernaan, dan sistem dilakukan beberapa tindakan seperti
saraf pusat. Manifestasi klinis sangat menghindari kontak dengan unggas
bervariasi, mulai dari infeksi yang atau bahan yang berasal dari unggas
asimptomatis, gejala saluran yang sakit, pemberian obat antivirus
pernafasan yang ringan, hingga untuk profilaksis, dan pemberain
pneumonia berat, dan bahkan gagal vaksin.
organ multipel. Pneumonia yang
terjadi dapat disebabkan oleh virus Daftar Pustaka
inflenza A (H5N1) sendiri atau juga
oleh bakteri yang masuk dan 1. Chan PKS. Outbreak of avian inflenza A
menginfeksi paru yang memang (H5N1) virus infection in Hongkong in
1997. Clin Infect Dis.2002.34:558-64.
sedang sakit.
Diagnosis avian inflenza tergantung 2. Center for Disease Control and
Prevention. Avian influenza infection in
pada pertimbangan epidemiologis dan
humans. Tersedia di:
klinis. Namun diagnosis dapat http://www.cdc.gov/flu/avian/gen-
dipastikan secara serologik dengan info/avian-flu-humans.htm. 2007.
membandingkan kadar serum fase 3. Setyanto DB. Avian influenza. Dalam:
konvalesen dengan fase akut dengan Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB.
uji inhibisi heamaglutinasi, atau pada Buku ajar respirologi anak. Jakarta: Ikatan
isolasi virus atau pemeriksaan Dokter Anak Indonesia. 2008: 558-577.
Polymerase Chain Reaction (PCR). 4. Aditama TY. Perkembangan terbaru
Dalam penentuan diagnosis avian pengobatan Flu burung. Cermin Dunia
influenza diperlukan pembakuan Kedokteran.2006. 151: 55-7.

25
Bakhtiar; Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan
Avian Influenza pada Anak

5. Setyaningsih ER. Isfandari S, Setiawati V. with diarrhea followed by coma. N Engl J


Epidemiology of cases of H5N1 virus Med. 2005.352:689-91.
infection in Indonesia. J Infect
17. Wolrd Health Organization. WHO Case
Dis.2007.196:522-7.
definition for human infections with
6. Ungchusak K, Auewarakul P, Dowell SF, influenza a (H5N1) virus. Geneva.2006.
Kitphati R, Auwanit W, Puthavathana P,
18. Areechokchai D, Jirafongsa C,
dkk. Probable person to person
Laosiritaworn Y, et.al. Investigation of
transmission of avian influenza A (H5N1).
avian influenza A (H5N1) outbreak in
N Engl J Med. 2005.352:333-40.
humans – Thailand. MMWR Morb Mortal
7. Wong SSY. Yuen KY. Avian influenza
Wkly Rep. 2004.1:3-6.
virus infections in humans. Chest
2006.129:156-68. 19. WHO. Recommended laboratory tests to
8. The Writing Commitee of the World identify avian influenza A virus in
Health Organization (WHO) Consultation specimens from humans. WHO Geneva.
on Human Influenza A/H5. Avian 2005.
Influenza A (H5N1) infections in humans.
20. Stephenson I, Democratis J. Influenza:
N Engl J Med. 2008.358:261-73.
Current treat from avian influenzae. Br
9. Fouchier RAM, Schneeberger PM,
Med Bull. 2006. 75 (76):63-80.
Rozendaal FW, Broekman JM, Kemink
21. American Academy of Paediatrics.
SAG, Munster V, dkk. Avian influenza A
Committee on infectious diseases.
virus (H7N7) associated with human
Reduction of the influenza burden in
conjunctivitis and a fatal case of acute
children. Pediatrics 2002.110:1246-1252
respiratory distress syndrome. PNAS.
22. Aoki FY, Macleod MD, Paggiaro P,
2004. 101:1356-61.
Carewicz O, El Sawy A, Wat C, dkk.
10. To KF, Chan PKS, Chan KF. Pathology of Early administration of oral oseltamivir
fatal human infection associated with increases the benefits of influenza
avian influenza A H5N1 virus. J Med treatment. J Antimicrob Chemother.
Virol. 2001. 63:242-6. 2003.51(1): 123-9.
11. Dinh PN, Long HT, Tien NTK. Risk 23. Hayden FG, Treanor JJ, Fritz RC, Lobo
factors for human infection with avian M, Betts RF, Miller M, dkk. Use of the
influenza A H5N1. Vietnam. Emerg Infect oral neuraminidase inhibitor oseltamivir in
Dis. 2006.12:1841-7. experimental human influenza. JAMA.
12. Cheung CY, Poon LLM, Lau AS, et.al. 1999.282(13):1240-6.
Induction of proinflamatory cytokines in 24. Osterholm MT. Preparing for the nex
human makrofage by influenza A (H5N1) endemic. New Engl J Med
viruses: a mechanism for the unusual 2005.352:1839-42.
severity of human diasease?Lancet.
2002.360:1831-7. 25. Santoso M, Salim H, Alim H. Avian
influenza. Cermin Dunia Kedokteran.
13. Chotpitayasunondh T, Ungchusak K, 2005.148:21-24.
Hanshaoworakul W, Chunsuthiwat S,
Sawanpanyalert P, Kijphati R, dkk.
Human disease from Influenza A (H5N1).
Thailand. Emerg Inf Dis. 2005.11(2):201-
9.
14. World Health Organization. Clinical
management of human infection with
avian influenza A (H5N1) virus. Geneva.
2007.
15. Hien TH, Liem NT, Dung NT, San LT,
Mai PP, Chau NVV, dkk. Avian influenza
A (H5N1) in 10 patients in Vietnam. N
Engl J Med. 2004.350:1179-88.
16. De Jong MD, Cam BV, Qui, PT, Hien
VM, Thanh TT, Hue NB, dkk. Fatal avian
influenza A (H5N1) in a child presenting

26
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011

27

Anda mungkin juga menyukai