3443 6622 1 SM
3443 6622 1 SM
Bakhtiar
Abstrak. Avian influenza (flu burung) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
influenza A (H5N1). Virus tersebut berasal dari unggas yang terinfeksi yang kemudian menular kepada
anak. Virus influenza A (H5N1) yang terinhalasi akan menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi
saluran pernafasan, yang diikuti juga dengan kelainan organ tubuh lainnya seperti mata, saluran cerna,
dan susunan saraf. Diagnosis didasarkan pada gambaran epidemiologis dan klinis. Namun, diagnosis
pasti dibuat berdasarkan pemeriksaan serologi atau ditemukannya virus influenza (H5N1) berdasarkan
pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Diagnosis avian influenza diklasifikasi dalam tiga
kelompok, yaitu suspek, probabel, dan terkonfirmasi. Tatalaksana avian influenza tergantung pada
tingkat beratnya penyakit. Dalam tatalaksana umum, dilakukan pemberian oksigen, hidrasi, dan
nutrisi. Sedangkan dalam tatalaksana khusus, dilakukan elimaninasi virus influenza A (H5N1) dengan
pmberian anti virus (Oseltamivir, Zanamivir), dan penangulangan infeksi sekunder dengan antibiotik,
atau penangulangan keparahan penyakit, seperti perawatan intensif dan pemasangan ventilator pada
kasus dengan kegagalan pernafasan. Untuk pencegahan avian influenza dapat dilakukan beberapa
tindakan seperti menghindari kontak dengan unggas atau bahan yang berasal dari unggas yang sakit,
pemberian obat antivirus untuk profilaksis, dan pemberain vaksinasi. (JKS 2011;1:16 -27)
Abstract. Avian influenza (bird flu) is an infectious disease caused by influenza A (H5N1) virus. The
virus originated from an infected bird which than spread to the children. The inhaled influenza A
(H5N1) virus will damege the structure and function of airway, which will be continued by demaging
other organs, such as eye, gastrointestinal, dan nervous system. The diagnosis is based on
epidemiological dan clinical appearance. But, definite diagnosis is based on serological examination
or the finding of Influenza A (H5N1) virus according to Polymerase Chain Reaction (PCR)
examination. The diagnosis of avian influenza is clasified into three groups, e.i suspected, probable,
and confirmed case. The management of avian influenza depends on the severity of disese. In general
management, it is done by administration of oxigen, hidration, and nutrition. On the other hand, the
special management is done by elimination of influenza A (H5N1) virus with antiviral (Oseltamivit
and Zanamivir), the tretment of secundary infection with antibiotic, or management of severity of
disease, such as intensive care and usage of ventilator in cases with respiratory failure. The
prevention of avian influenza can be done by several acts, such as avoiding contact with infected bird
or substances, administration of antivirus for profilatic vaccination. (JKS 2011;1:16 -27)
16
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011
pasien baru per bulan di tahun 2005 Secara umum, influenza pada manusia
dengan total 95 kasus.2,3 Hingga bulan ditularkan melalui percik renik (droplet
April 2008, di seluruh dunia telah nuklei) sekresi respiratori yang
berhasil dikonfirmasi sejumlah 382 disebarkan oleh pasien, terutama pada
kasus avian influenza A (H5N1) saat batuk atau bersin. Penularan virus
dengan angka kematian mencapai 241 influenza A (H5N1) pada manusia
pasien (63%). Indonesia merupakan umumnya terjadi secara langsung dari
negara dengan kasus terbanyak di unggas ke manusia, walaupun
dunia, yaitu mencapai 133 pasien mekanisme dan lokasi masuknya
dengan kematian 108 pasien (81%).3-5 kuman belum diketahui dengan
Sebagian besar kasus infeksi influenza pasti.7,10 Dari laporan kasus
A (H5N1) pada manusia berhubungan terkonfirmasi adanya kontak dengan
dengan adanya riwayat kontak dengan unggas dalam 2 minggu sebelumnya
peternakan unggas atau benda yang dijumpai pada 76-100% kasus. Virus
terkontaminasi. Sumber virus diduga influenza tidak dapat bereplikasi
berasal dari migrasi burung dan secara efisien pada manusia, sehingga
transportasi unggas yang terinfeksi. walaupun ada indikasi panularan dari
Walaupun sebagian kasus flu burung manusia ke manusia, namun sejauh ini
pada manusia berhubungan dengan tidak berlanjut. Pada saat terjadinya
adanya dengan unggas yang sakit atau wabah di Vietnam, tidak ada satupun
mati, tetapi terdapat beberapa kasus petugas rumah sakit di Hanoi yang
yang diduga kemungkinan merupakan menangani avian inflenza yang
penyebaran manusia ke manusia. 6,7 tertular.3,11
Virus influenza A (H5N1) yang
Etiologi dan Patogenesis teraspirasi ke dalam saluran
pernafasan, kemudian berikatan
Avian influenza disebabkan oleh virus dengan reseptor virus yang berada di
influenza A tipe H5N1. Secara umum, sepanjang saluran pernafasan. Virus
virus influenza termasuk dalam famili ini melekat ke reseptor asam sialat
Orthomyxoviridae, merupakan virus pada permukaan sel pejamu melalui
Ribo Nucleic Acid (RNA) tunggal heaglutinin dan secara endosistosis
berbentuk besar dengan genon terbagi, masuk ke dalam vakuol sel. Di dalam
dilapisi kapsul yang mengandung vakuol terjadi asidifikasi progresif.
lipid.7,8 H5N1 pada virus ini Selanjutnya, virus mengalami fusi ke
menggambarkan dua protein dalam membran endosom dan
permukaan utama yang menembus pelepasan RNA virus ke dalam
kapsul dan menonjol seperti duri yang sitoplasma sel pejamu.7,12 Di dalam
juga sekaligus menentukan serotipenya sitoplasma, RNA ditransport ke dalam
yaitu Hemaglutinin (H) dan nukleus dan ditranskripsi. RNA baru
7
Neuramidase (N). Unggas secara yang terbentuk kemudian
umum dan unggas air khususnya dikembalikan ke sitoplasma dan
merupakan induk semang (reservoir) diterjemahkan ke dalam bentuk protein
alami bagi influenza A.3 Hasil isolasi yang kemudian dibawa ke membran
aspirat trakeal dari anak berusia 3 sel. Berikutnya, terjadi penonjolan
tahun di Hongkong tahun 1997, virus menembus membran sel pejamu.
menunjukkan bahwa virus avian Neuramidase meningkatkan replikasi
influenza A (H5N1) (A/Hong virus dari sel yang terinfeksi,
Kong/156/97) positif dengan penyakit mencegah agregasi virus, dan
menyebabkan kematian.7,9 membantu gerakan virus di sepanjang
seluran pernafasan.3,7
17
Bakhtiar; Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan
Avian Influenza pada Anak
18
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011
19
Bakhtiar; Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan
Avian Influenza pada Anak
20
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011
21
Bakhtiar; Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan
Avian Influenza pada Anak
22
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011
23
Bakhtiar; Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan
Avian Influenza pada Anak
sakit memperlihatkan gejala seperti tindakan non medis lainnya yang dapat
jengger berwarna biru, kepala meminimalkan penularan, yang
bengkak, sekitar mata bengkak, meliputi: isolasi, pelacakan sumber,
demam, diare, dan tidak mau makan. pembatasan perjalanan (dosmestik dan
Pada unggas yang sakit juga dapat international), dan peliburan tempat
terjadi gangguan pernafasan berupa massal seperti sekolah dan
batuk dan bersin. Gejala awal dapat kantor.1,4,11,18
berupa gangguan reproduksi berupa Anak-anak yang mengalami kontak
penurunan produksi telur. Pada dengan unggas yang sakit perlu
beberapa kasus, unggas mati tanpa diberikan profilaksis. Sebelum
gejala. Kematian dapat terjadi 24 jam dilakukan profilaksis, maka perlu
setelah timbul gejala. Pada kalkun, terlebih dahulu dilakukan pelacakan
kematian dapat terjadi dalam 2 sampai kontak, yaitu orang yang berada atau
3 hari dari permulaam timbulnya tinggal bersama dalam satu rumah,
gejala.25 barak atau kemah rekreasi yang
Upaya pencegahan penularan terpajan dengan sumber infeksi. Orang
dilakukan dengan cara menghindari tersebut harus dipantau selama 7 hari
bahan yang terkontaminasi tinja dan sejak mereka terakhir terpajan. Dalam
sekret unggas, dengan tindakan seperti masa observasi, dilakukan
menggunakan menggunakan pelindung pemeriksaan suhu tubuh. Mereka yang
(masker, kaca mata renang) bagi setiap mengalami kontak dengan unggas
orang yang berhubungan dengan bahan yang sakit perlu segera diberi terapi
yang berasal dari saluran cerna profilaksis. Untuk profilaksis diberikan
unggas.7,24 Bahan yang berasal dari oseltamifir. Dosis oseltamivir untuk
saluran cerna unggas seperti tinja harus profilaksis sama dengan terapi, namun
ditatalaksana dengan baik frekuensi pemberiannya satu kali
(ditanam/dibakar) agar tidak menjadi sehari selama 10 hari.3,14
sumber penularan bagi orang di Pemberian vaksin merupakan cara
sekitarnya. Alat-alat yang yang direkomendasikan dalam upaya
dipergunakan dalam peternakan harus pencegahan avian influenza pada
dicuci dengan desinfektan. Kandang anak. Imunisasi influenza dianjurkan
dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari mulai dari bayi yang berusia diatas 6
lokasi peternakan. Daging ayam yang bulan hingga anak dan orang dewasa
dikonsumsi harus terlebih dahulu yang mempunyai resiko mengalami
dimasak pada suhu 80°C selama 1 komplikasi. Vaksin diberikan secara
menit, sedangkan telur unggas perlu intramuskuler untuk imunisasi primer
dipanaskan pada suhu 64°C selama 5 pada anak di atas 9 tahun. Vaksin
menit. Tindakan lainnya adalah diberikan diberikan 2 kali, dengan
melaksanakan kebersihan lingkungan selang waktu satu bulan. Setelah itu,
dan melakukan kebersihan diri.4,14,24 vaksin diberikan setahun sekali. Untuk
Dalam pengendalian pandemik, perlu anak berusia 6 hingga 36 bulan,
dilakukan secara simultan pada kedua dosisnya adalah 0,25 ml, sedangkan
kelompok pejamu utama yaitu unggas untuk anak yang berusia 3 tahun
dan manusia. Pengendalian terhadap hingga 8 tahun, dosisnya adalah 0,5
unggas berupa pemusnahan unggas ml.3,8,20
selama wabah. Pengendalian dengan
pemusnahan unggas telah dilakukan di Kesimpulan
Hongkong, Thailand, dan Vietnam.
Namun hasilnya masih minimal. Avian influenza (flu burung)
Karena itu, diperlukan sejumlah merupakan penyakit infeksi yang
24
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011
25
Bakhtiar; Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan
Avian Influenza pada Anak
26
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011
27