MODUL PRAKTIKUM
KEADVOKATAN
(PIDANA DAN PERDATA)
Disusun :
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan kepada kami untuk menjalankan amanat ini dengan baik, aamiin.
Sejak digulirkannya wacana perkuliahan Mata Kuliah Kemahiran Hukum
(MKKH) untuk bisa dikembangkan menjadi sebuah model perkuliahan yang
bernuansakan kombinasi antar teori dan praktik dengan memberikan porsi yang
lebih pada materi praktek. Dalam rangka mewujudkan cita-cita tersebut, maka
sejak saat itulah Pusdiklat FH UII melalui Kapusdiklat dan bidang pendidikan
khususnya staf kurikulum menuangkan sebuah konsep praktikum sebagai
“jawaban” untuk sebuah model perkuliahan MKKH di FH UII yang
mengedepankan sisi praktik yang lebih dari teori yang didapat oleh peserta didik
(baca mahasiswa). Dengan model perkuliahan praktikum ini diharapkan dapat
meminimalisir masalah dan kendala perkuliahan MKKH, di mana “minimnya”
jumlah pertemuan/tatap muka dengan mengingat materi SAP Silabi yang harus
disampaikan kepada mahasiswa sangat banyak, serta memberikan waktu tersendiri
terhadap praktikum MKKH yang selama ini “ada” di bawah bayang-bayang materi
perkuliahan MKKH dan “adanya” praktikum sengaja dimunculkan untuk
memenuhi unsur “praktikum” yang harus dipenuhi dalam sebuah aktifitas belajar
mengajar di FH UII guna melengkapi persyaratan sebuah penilaian sebuah institusi
pendidikan dan guna untuk mencetak out put FH UII yang siap mengaplikasikan
ilmunya di masyarakat baik teori maupun praktik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pusdiklat FH UII
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
PIDANA
BAB I : PENDAHULUAN ------------------------------------------------- 1
A. Ruang Lingkup Perkara Pidana----------------------------- 1
B. Hukum Pidana Materiil dan Hukum Pidana Formal ---- 2
C. Asas-Asas Hukum Acara Pidana -------------------------- 4
BAB II : PENDAMPINGAN DALAM PROSES PENYIDIKAN--- 6
A. Pendampingan Penyidikan ---------------------------------- 6
1. Mewakili/membantu (mendampingi) Pihak korban
atau keluarga----------------------------------------------- 7
2. Mewakili/membantu (mendampingi) Pihak pelaku
(tersangka/terdakwa)-------------------------------------- 15
BAB III : PENDAMPINGAN DALAM PERSIDANGAN ----------- 16
A. Pra Penuntutan -------------------------------------------------- 16
B. Penuntutan ------------------------------------------------------- 17
C. Surat Dakwaan -------------------------------------------------- 18
1. Fungsi Surat Dakwaan --------------------------------------- 18
2. Syarat-Syarat Surat Dakwaan ------------------------------- 20
3. Bentuk Surat Dakwaan -------------------------------------- 21
D. Keberatan (Eksepsi )-------------------------------------------- 24
1. Jenis-Jenis Keberatan (Eksepsi)----------------------------- 24
2. Waktu Mengajukan Keberatan (Eksepsi) ----------------- 27
3. Langkah-Langkah Penyusunan Keberatan (Eksepsi )---- 27
4. Pertimbangan Untung Rugi Mengajukan Keberatan
(Eksepsi )------------------------------------------------------ 29
E. Pemeriksaan Saksi dan Barang Bukti ------------------------ 30
iii
1. Proses Pemeriksaan Saksi ----------------------------------- 30
2. Macam- Macam Alat Bukti --------------------------------- 32
F. Nota Pembelaan (Pledooi ) ------------------------------------- 35
G. Replik dan Duplik ---------------------------------------------- 36
BAB IV : PUTUSAN DAN UPAYA HUKUM ------------------------ 38
A. Putusan ------------------------------------------------------------ 38
B. Upaya Hukum --------------------------------------------------- 41
1. Upaya Hukum Biasa ------------------------------------------ 41
a. Banding --------------------------------------------------- 41
b. Kasasi ----------------------------------------------------- 46
2. Upaya Hukum Luar Biasa ------------------------------------ 47
a. Kasasi Demi Kepentingan Hukum --------------------- 48
b. Peninjauan Kembali -------------------------------------- 48
BAB V : EKSEKUSI ------------------------------------------------------- 51
PERDATA
BAB VI : PENDAHULUAN------------------------------------------------- 53
A. Ruang Lingkup Hukum Acara Perdata ---------------------- 53
B. Sumber Hukum Acara Perdata -------------------------------- 53
C. Asas-asas Hukum Acara Perdata ----------------------------- 54
BAB VII : SURAT KUASA, SOMASI, MEDIASI PERDAMAIAN - 56
A. SURAT KUASA ----------------------------------------------- 56
1. Pengertian pemberian kuasa perdata ----------------------- 56
2. Pengertian surat kuasa --------------------------------------- 56
3. Isi surat kuasa ------------------------------------------------- 58
B. SOMASI (TEGURAN) ---------------------------------------- 60
C. PERDAMAIAN DAN MEDIASI ---------------------------- 65
1. Perdamaian ---------------------------------------------------- 65
2. Mediasi di Pengadilan --------------------------------------- 66
iv
BAB VIII : GUGATAN --------------------------------------------------------- 71
A. Gugatan -------------------------------------------------------- 71
1. Hal-hal yang harus terdapat dalam gugatan
a.Identitas Para Pihak--------------------------------------- 71
b.Posita/ Fundamentum Petendi -------------------------- 73
c.Tuntutan/ Petitum ---------------------------------------- 74
B. Format Umum Surat Gugatan-------------------------------- 75
C. Cara Mengajukan Gugatan ---------------------------------- 75
D. Pencabutan dan Perubahan Surat Gugatan ---------------- 76
E. Upaya Menjamin Hak Yang Dituntut Dalam Gugatan -- 77
1. Sita Jaminan Atas Barang-Barang Milik Penggugat----- 78
2. Sita Jaminan Terhadap Barang Milik Tergugat----------- 79
F. Pengajuan Gugatan dan Kewenangan Pengadilan----------- 80
1. Wewenang Mutlak Atau Absolute Competentie --------- 80
2. Wewenang Relatif Atau Relative Competentie ---------- 81
G. Komulasi Gugatan ---------------------------------------------- 82
BAB IX : JAWABAN, REPLIK, DUPLIK ---------------------------- 84
A. Jawaban ---------------------------------------------------------- 84
1. Eksepsi --------------------------------------------------------- 85
2. Jawaban Dalam Pokok Perkara----------------------------- 88
B. Replik ------------------------------------------------------------ 89
C. Duplik ------------------------------------------------------------ 90
BAB X : PEMBUKTIAN DAN KESIMPULAN ----------------------- 92
A. Pembuktian ------------------------------------------------------ 92
1. Asas, Tujuan, dan Beban Pembuktian Dalam perkara
Perdata ---------------------------------------------------------- 92
2. Macam-Macam Alat Bukti Dalam Acara Perdata-------- 94
2.a. Bukti Tulis ------------------------------------------------ 95
2.b. Bukti Saksi ----------------------------------------------- 97
v
2.b.1. Saksi Kebetulan ---------------------------------- 97
2.b.2. Saksi Sengaja ------------------------------------- 97
2.c. Persangkaan ---------------------------------------------- 100
2.d. Pengakuan ------------------------------------------------ 101
2.d.1. Pengakuan di depan sidang ---------------------- 101
2.d.2. Pengakuan di luar sidang ------------------------ 101
2.e. Sumpah --------------------------------------------------- 102
2.e.1. Sumpah Decissoir / Sumpah Pemutus---------- 102
2.e.2. Sumpah Supletoir/ Sumpah Pelengkap -------- 103
2.e.3. Sumpah Aestimotoir / Sumpah Penafsiran----- 104
B. Kesimpulan ------------------------------------------------------ 104
1. Kesimpulan Jawab Menjawab ------------------------------ 104
2. Kesimpulan dari Bukti- Bukti Tertulis--------------------- 104
3. Kesimpulan dari Saksi --------------------------------------- 105
BAB XI : PUTUSAN DAN UPAYA HUKUM --------------------------- 106
A. Putusan ----------------------------------------------------------- 106
B. Upaya Hukum --------------------------------------------------- 110
1. Upaya Hukum Biasa ----------------------------------------- 110
a. Perlawanan (verzet) ------------------------------------- 111
b. Banding---------------------------------------------------- 112
c. Kasasi ----------------------------------------------------- 115
2. Upaya Hukum Luar Biasa ---------------------------------- 117
a. Peninjauan kembali -------------------------------------- 117
b. Perlawanan Pihak Ketiga (Derden Verzet)------------ 119
BAB XII : PELAKSANAAN PUTUSAN/ EKSEKUSI ---------------- 121
vi
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------- 124
LAMPIRAN : BERKAS PERKARA PIDANA
BERKAS PERKARA PERDATA
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana
bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut, dikenal dengan sebutan
Perbuatan pidana atau delik atau tindak pidana. Perbuatan-perbuatan pidana ini
menurut wujud atau sifatnya adalah bertentangan dengan tata tertib atau
ketertiban yang dikehendaki oleh hukum, mereka adalah perbuatan yang
melawan/melanggar hukum.
1
Tetapi tidak semua perbuatan yang melawan hukum atau merugikan
masyarakat dapat diberi sanksi pidana. Ukuran perbuatan melawan hukum yang
dapat ditentukan sebagai perbuatan pidana, biasanya merupaka perbuatan-
perbuatan yang menimbulkan kerugian yang besar dalam masyarakat diberi
sanksi pidana, tetapi tidak semata-mata perbuatan-perbuatan yang menimbulkan
kerugian besar saja yang dijadikan perbuatan pidana dan diberi atau dikenai
sanksi pidana, misalnya pencurian kecil saja karena dipandang sebagai delik,
dan karena kuantitasnya /frekuensinya yang sering atau banyak maka dapat
dikenai sanksi pidana.
Namun dalam kaitan penulisan modul ini hal tersebut diatas tidak akan
kami uraikan satu persatu dan kami hanya tekankan pada Hukum Pidana
Obyektif (Ius Punale) ialah semua peraturan yang mengandung keharusan atau
larangan, terhadap pelanggaran mana diancam dengan hukuman bersifat siksaan
atau pembelengguan terhadap hak seseorang.
Hukum Pidana Obyektif ini dapat dibagi 2 yaitu Hukum Pidana Materiil
dan Hukum Pidana Formal. Hukum Pidana Materiil adalah peraturan-
peraturan yang menegaskan, yang meliputi rumusan perbuatan hukum pidana
yang dapat dihukum, dengan hukuman apa menghukum seseorang atau dengan
kata lain ialah mengenai pertanggung jawaban hukum pidana itu sendiri. Hukum
pidana materiil mengatur perumusan dari pelanggaran dan kejahatan serta
syarat-syarat bila seseorang dapat dihukum. Di dalam Hukum Pidana Materiil
ini membedakan antara Hukum Pidana Umum dan Hukum Pidana Khusus.
2
Hukum Pidana Formal adalah mengenai bagaimana cara atau
prosedurnya untuk menuntut kemuka pengadilan terhadap orang-orang yang
disangka melakukan perbuatan pidana. Jadi hukum pidana formil itu mengatur
bagaimana cara pelaksanaan hukum pidana mulai dari timbulnya persangkaan
akan adanya suatu perbuatan pidana sampai dengan pelaksanaan putusan hakim
di pengadilan.
Hukum Pidana Formal atau Hukum Acara Pidana diatur dalam Reglemen
Indonesia yang diperbaharui disingkat dahulu R.I.B atau (Herziene Inlandsche
Reglemen = H.I.R ) dan sejak diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) tahun 1981, maka peraturan-peraturan mengenai Hukum
Acara Pidana diluar KUHAP dicabut, kecuali selama dalam masa peralihan
untuk sementara masih berlaku ketentuan tentang Hukum Acara Pidana dalam
undang-undang khusus.
3
C. ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA
1. Peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan
Pencantuman peradilan cepat di dalam KUHAP cukup banyak yang
diwujudkan dengan istilah ”segera”. 1Dalam KUHAP dapat kita lihat
beberapa ketentuan sebagai penjabaran dari asas peradilan cepat, tersangka
atau terdakwa berhak segera mendapat pemeriksaan penyidik, segera
diajukan kepada Penuntut Umum oleh Penyidik, segera diajukan ke
pengadilan oleh Penuntut Umum, segera diadili oleh pengadilan.
2. Oportunitas
Sekalipun seorang tersangka telah terang cukup bersalah menurut
pemeriksaan penyidikan, dan kemungkinan besar akan dapat dijatuhi
hukuman, namun hasil pemeriksaan tersebut tidak dilimpahkan ke sidang
pengadilan oleh Penuntut Umum. Kasus ini di ”deponer”(dikesampingkan)
oleh pihak Kejaksaan atas dasar pertimbangan ”Demi Kepentingan Umum”.
Kejaksaan berpendapat, akan lebih bermanfaat bagi kepentingan umum jika
perkara itu tidak diperiksa di muka sidang pengadilan. (Pasal 77 KUHAP) 2
3. Legalitas
Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pidana yang telah ada (Nullum Delictum
Nulla Poena Sine Previa Lege Poenali) (Pasal 1 ayat (1) KUHP).
1
Andi Hamzah., Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika., Edisi Revisi., hlm. 10
2
Muhammad Taufik Makarao, Suhasril, Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek., Ghalia
Indonesia, Cetakan Pertama Januari 2004, hlm.3
4
memperoleh kekuatan hukum tetap (Penjelasan umum angka 3c KUHAP
dan Pasal 8 Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman)
7. Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum (Equality
Before The Law)
Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-
bedakan orang (Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman).
Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan tidak
mengadakan pembedaan perlakuan. (penjelasan umum angka 3a KUHAP).
3
Muhammad Taufik Makarao, Drs. Suhasril, Op. Cit., hlm 9, lihat juga KUHAP Pasal 213
5
BAB II
A. PENDAMPINGAN PENYIDIKAN
Seorang advokat dalam penanganan perkara pidana ada dua kemungkinan
yaitu pertama adalah berposisi membantu sebagai penasihat hukum (mewakili)
pihak korban dan atau keluarga korban kejahatan. Kedua berposisi membantu
sebagai penasihat hukum (mewakili) dari pihak pelaku kejahatan. Dalam
penanganan perkara pidana baik membantu atau sebagai penasihat hukum
(mewakili) korban dan atau keluarga korban atau pelaku di dalam praktek dapat
dibedakan menjadi dua tahap, yaitu:
1. Di luar sidang (proses peradilan / pra persidangan) atau yang dalam bahasa
praktek ada yang menyebut non litigasi;
2. Di dalam sidang pengadilan (proses peradilan), dalam bahasa praktek ada
yang menyebut litigasi.
4
Abdul Jamil,”Hukum Acara Pidana Dalam Praktek (Pendampingan Pada Tingkat Penyidikan”,
makalah dan bahan ajar PKPA FH UII,hlm. 2., 2008
6
1. Mewakili/Membantu (Mendampingi) Pihak Korban Dan Atau Keluarga
Korban
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh seorang advokat
dalam bertindak sebagai wakil (kuasa) dari korban dan atau keluarga korban,
yaitu:5
a. Melakukan Investigasi Terhadap Kasus Yang Menimpa Pihak
Korban Dan Atau Keluarga Korban
Sebelum melakukan tindakan-tindakan hukum yang bermanfaat,
tentunya seorang advokat terlebih dahulu melakukan investigasi terhadap
perkara yang dikuasakan kepada advokat. Investigasi yang dimaksud
adalah melakukan penyelidikan terhadap kasus yang dilaporkan kepada
advokat secara mendalam, mencocokkan bukti baik tertulis atau saksi
dengan fakta-fakta yang diceritakan.
5
Ibid., hlm. 2
7
itu adalah mengkualifisir peristiwanya, dan yang selanjutnya adalah
mengkonstituir atau memberi memberi konstitusinya. 6 Meskipun tiga hal
langkah menyelesaikan perkara itu adalah untuk hakim, tetapi tiga hal
langkah tersebut juga sangat baik dan wajib dilakukan seorang advokat
yang juga sebagai penegak hukum.
6
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, edisi ke tujuh, Ctk Pertama, Yogyakarta:
Liberty, 2006, hlm. 117-119
8
dapat tandatangan, maka pemberi kuasa membubuhkan cap jempol
pemberi kuasa dihadapan Notaris atau bisa juga dengan cara
dilegalisasi di Notaris atau Kepaniteraan Pengadilan;
b) Dibuat oleh Panitera Pengadilan, untuk hal ini harus dilegalisir
oleh Ketua Pengadilan Negeri atau Hakim;
c) Berbentuk akta otentik yang dibuat oleh Notaris.
9
Sampai sekarang ini tidak ada format baku tentang bentuk laporan atau
pengaduan. Undang-undang juga tidak mengharuskan bentuk tertentu
dalam membuat laporan/pengaduan, artinya laporan atau pegaduan
boleh diajukan secara lisan maupun tertulis, namun dalam pmbuatan
laporan atau pengaduan ini setidak-tidaknya memuat unsur-unsur
siapa, apa, di mana, dengan apa, mengapa, bagaimana dan kapan.
Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah kepolisian dalam hal ini
penyidik dalam melakukan penyelidikan guna pembuktian dari unsur-
unsur Pasal yang disangkakan.
Laporan tertulis dan pengaduan tertulis yang dibuat langsung oleh
pelapor/pengadu atau oleh kuasanya harus ditanda tangani dan
mencantumkan identitas pihak-pihak secara jelas. Adapun pihak-pihak
yang ada dalam laporan/pengaduan adalah terdiri dari pihak
pelapor/pengadu, yaitu pihak yang secara aktif mengajukan
laporan/pengaduan kepada Kepolisian. Laporan boleh diajukan oleh
siapa saja yang mengetahui akan atau telah terjadi tindak pidana,
sedangkan dalam pengaduan, harus diajukan oleh yang bersangkutan
yang merasa dirugikan dengan terjadinya tindak pidana tersebut (yang
berkepentingan).
Di sisi lain disebut sebagai pihak terlapor/teradu adalah satu atau
beberapa orang yang disangka/diduga telah melakukan suatu tindak
pidana. Laporan atau pengaduan yang disampaikan secara lisan oleh
pelapor/pengadu kepada Petugas Kepolisian, maka Petugas Kepolisian
harus mencatat laporan atau pengaduan tersebut dan kemudian harus
ditandatangani/cap ibu jari oleh pelapor/pengadu dan Petugas
Kepolisian yang berwenang. Laporan atau pengaduan yang tertulis
harus disesuaikan dengan kronologis peristiwa dan sebaiknya didukung
oleh alat bukti yang mendukung adanya tindak pidana yang dilaporkan.
Laporan atau pengaduan ditujukan kepada Kepala Kepolisian di mana
10
kejadian/peristiwa itu terjadi. Perbedaan antara laporan dengan
pengaduan terletak pada jenis hukum materiil atau jenis kejahatan
tindak pidana yang diberitahukan sedangkan persamaannya kedua
bentuk pemberitahuan tersebut diberitahukan kepada pejabat yang
berwenang menerima laporan dan pengaduan.
a) Laporan ( Pasal 1 angka 24 jo. Pasal 108 KUHAP )
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan seseorang
karena hak dan kewajiban berdasarkan undang-undang, kepada pejabat
yang berwenang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya tindak
pidana.
(2) Tindak Pidana atau Delik Aduan ada 2 (dua) macam, yaitu
(a) Tindak Pidana/Delik Aduan Absolut, yaitu tindak pidana
yang tidak dapat dituntut apabila tidak ada pengaduan dari
pihak korban atau yang dipermalukan dengan adanya tindak
pidana tersebut. Jadi hanya dapat dituntut apabila ada
pengaduan. Delik aduan ini yang dituntut adalah peristiwanya
sehingga harus berbunyi ” saya minta agar peristiwa ini
dituntut”. Pengadilan dapat ditarik sewaktu-waktu selama
pemeriksaan di muka pengadilan belum dimulai, dan jika
pemeriksaan sudah dimulai di pengadilan pengaduan tidak
dapat ditarik kembali. Contoh Pasal -Pasal tindak pidana
absolut: 284, 287, 293, 310, 332 dan 369 KUHP.
(b) Tindak Pidana/Delik Aduan Relatif, yaitu suatu tindak
pidana yang penuntutannya ke muka persidangan hanya dapat
8
Ibid., hlm. 27
12
dilakukan atas pengaduan dari pihak yang dirugikan atau yang
mendapat malu dengan dilakukannya tindak pidana tersebut.
Delik aduan relatif pada dasarnya merupakan delik laporan,
akan tetapi menjadi delik aduan karena dilakukan dalam
kalangan keluarga sendiri. Dalam delik ini yang dituntut
adalah orang-orang yang melakukan tindak pidana itu, bukan
menuntut peristiwa kejahatannya. Contoh Pasal-Pasal delik
aduan relatif: 367, 370, 376, 394, 404 dan 411 KUHP.
(3) Pihak-pihak yang berhak membuat pengaduan :
(a) Orang tua, suami/isteri, anak, wali, kelurga dalam garis lurus
atau garis lurus menyamping sampai derajat ketiga. (lihat
Pasal -Pasal 72, 73, 284, 287, 332 KUHP);
(b) Orang yang dikenai kejahatan/korban (lihat Pasal -Pasal 278,
293, 310, 311,315, 319, 321 dan 369 KUHP);
(c) Orang lain (lihat Pasal 320 KUHP).
13
pengaduan dapat dicabut kembali selama perkara belum di
sidang di muka pengadilan.
2) Pendampingan
Setelah adanya laporan dan atau pengaduan tentu saja akan
ditindak lanjuti oleh penyidik. Tindak lanjut penyidik itu ada kalanya
olah TKP, penyelidikan, penyidikan, penyitaan, dan lain sebagainya.
Terhadap tindakan-tindakan sebagai tindak lanjut tersebut pelapor dan
atau pengadu dapat dampingi oleh penasihat hukumnya. Itulah yang
dimaksud oleh pendampingan ini. Pendampingan ini perlu dilakukan
sebab tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penyidik ada
kemungkinan merugikan pihak pelapor dan atau pengadu oleh sebab-
sebab tertentu. Misalnya pihak pelapor dan atau pengadu takut dan lain
sebagainya.
3) Penyelamatan Barang Bukti
Penyelamatan barang bukti ini adalah barang-barang milik
korban yang disita oleh penyidik yang akan digunakan sebagai alat
bukti ketika kasusnya diperiksa di pengadilan. Barang bukti yang perlu
diselamatkan tentu saja barang-barang yang memang membutuhkan
suatu perawatan dan dapat dimanfaatkan oleh pemilik ataua korban.Di
dalam praktek penyelamatan barang bukti itu dilakukan dengan
mengajukan surat permohonan peminjaman barang bukti.
4) Pra Peradilan
Pasal 1 angka 10 KUHAP Praperadilan adalah wewenang
pengadilan negeri untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu
penangkapan atau penahanan, sah atau tidaknya penghentian
penyidikan atau penghentian penuntutan, permintaaan ganti rugi dan
rehabilitasi oleh tersangka atau keluarga atau pihak lain atas kuasanya
yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
14
Alasan dilakukan praperadilan:
a) Sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan.
b) Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan.
c) Permintaaan ganti rugi dan rehabilitasinoleh tersangka atau
keluarga atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak
diajukan ke pengadilan.
15
BAB III
PENDAMPINGAN DALAM PERSIDANGAN
A. PRA PENUNTUTAN
Pasal 14 KUHAP khususnya butir b, disebutkan, ”mengadakan
prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan
ketentuan Pasal 110 ayat 3 dan 4, dengan memberi petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan dari penyidik.” 9Jadi yang dimaksud dengan istilah
pra penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk memberi petunjuk
dalam rangka penyempurnaan penyidikan oleh penyidik. Sehingga dapat
dikatakan bahwa petunjuk untuk penyempurnaan penyidikan pada hakikatnya
merupakan bagian dari penyidikan lanjutan.
9
Andi Hamzah, Op.Cit., hlm. 154
16
penyidikan masih ada kekurangan (belum lengkap) dan kemungkinan kedua
adalah berkas perkara hasil penyidikan sudah lengkap. Apabila belum
lengkap, Penuntut Umum mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik
dengan petunjuk untuk dilengkapi.
B. PENUNTUTAN
Definisi penuntutan pada Pasal 1 angka 7 KUHAP adalah tindakan
penuntut umum melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
Pengadilan. Pihak yang berwenang melakukan penuntutan adalah Penuntut
Umum di daerah mana tindak pidana itu dilakukan hal ini sesuai dengan Pasal
137 KUHAP. Penuntutan dilakukan dengan melimpahkan perkara ke Pengadilan
Negeri yang berwenang untuk mengadilinya. Sebelum melakukan penuntutan,
Penuntut Umum terlebih dahulu mempelajari/meneliti hasil penyidikan dari
10
Ibid., hlm. 155-157., lihat juga Pasal 110 ayat 1, 2, 3 dan 4 serta Pasal 138 KUHAP., lihat juga
HMA Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, UMM Press., Edisi Kedelapan (revisi) Cetakan
Kedelapan September 2013, hlm.210-213, lihat juga AT Hamid, Praktek Peradilan Perkara Pidana, CV Al
Ihsan, 1981., hlm 44-45
17
penyidik, dan dalam waktu 7 (tujuh) hari wajib memberitahukan kepada
penyidik apakah hasil penyidikan tersebut telah selesai/sempurna atau belum,
hal ini diatur dalam Pasal 138 ayat (1) KUHAP.
C. SURAT DAKWAAN
Surat Dakwaan menurut para ahli hukum adalah suatu-surat atau akte yang
memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada Terdakwa yang
disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan dan merupakan dasar
serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di mulai persidangan. 11 Surat
Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan hal
yang dimuat dalam surat itu, hakim akan memeriksa perkara itu.
11
HMA Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, UMM Press., Edisi Kedelapan (revisi)
Cetakan Kedelapan september 2013, hlm.219., lihat juga Pasal 140 ayat (1) KUHAP
18
c. Pengadilan/Majelis Hakim dalam melakukan pemeriksaan di sidang
pengadilan dalam upaya membuktikan kesalahan terdakwa dan
menjatuhkan putusannya harus dilakukan berdasarkan Surat Dakwaan. 12
Oleh karena itu surat dakwaan yang demikian tidak patut dan tidak
dapat dipergunakan oleh Jaksa Penuntut Umum, misalnya hasil kesimpulan
dari pemeriksaan penyidikan secara murni, Terdakwa diperiksa atas tindakan
melakukan perbuatan penipuan Pasal, yaitu melanggar ketentuan Pasal 378
KUHP, tetapi dari hasil penyidikan tersebut Jaksa Penuntut Umum
merumuskan surat dakwaan pencurian yaitu melanggar ketentuan Pasal 362
KUHP. Oleh karenanya disini dituntut kecermatan seorang
pengacara/penasihat hukum dari seorang Terdakwa, untuk meneliti secara
cermat rumusan surat dakwaan yang diajukan sehingga tidak menyimpang
dari hasil pemeriksaan penyidikan.
12
Ibid., hlm 241-242, lihat juga Pasal 182 ayat (4) KUHAP
19
Sudah menjadi prinsip umum bahwa rumusan surat dakwaan yang tidak
sinkron dan tidak menegaskan secara jelas rumusan tindak pidana yang
diperoleh dari hasil penyidikan dengan apa yang diuraikan dalam surat
dakwaan adalah batal.
1) Syarat Formil
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan syarat formil surat
dakwaan :
a) Surat dakwaan harus diberi tanggal dan ditandatangani oleh Jaksa
Penuntut Umum;
b) Berisi nama lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan Terdakwa.
2) Syarat Materiil
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam syarat materiil adalah
sebagai berikut :
a) Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana
yamg didakwakan. Tidak hanya menguraikan secara umum tetapi
harus diperinci dengan jelas bagaimana Terdakwa melakukan tindak
pidana, disamping itu surat dakwaan juga harus jelas memuat semua
unsur tindak pidana yang didakwakan;
20
b) Menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan (Locus
dan Tempus Delicti).
21
dijumpai dalam tindak pidana yang jelas dan tidak mengandung faktor
penyertaan atau tidak mengandung faktor gabungan pernbuatan. Misalnya,
dari hasil penyidikan cukup nyata tindak pidana yang dilakukan berupa
pencurian, yaitu melanggar Pasal 362 KUHP, perbuatan hanya dilakukan
sendiri oleh Terdakwa. Pencurian biasa dilakukannya tidak menyentuh
faktor-faktor lainnya yang tersebut diatas, sehingga cukup merumuskan
dakwaan dalam bentuk dakwaan yang bersifat tunggal.
22
d. Surat Dakwaan Kumulatif
Gabungan beberapa dakwaan sekaligus, atau surat dakwaan yang
disusun berupa rangkaian dari beberapa dakwaan. Adapun dakwaan ini
diajukan secara gabungan dalam satu surat dakwaan yang sama dalam
pemeriksaan yang sama. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 141 KUHAP
dengan syarat yaitu :
1) Apabila beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh satu orang dan
kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap
penggabungan tersebut;
23
D. EKSEPSI
Eksepsi adalah suatu jawaban yang tidak mengenai pokok perkara dan
eksepsi dapat diartikan sebagai suatu tangkisan, penolakan yang berisikan
permintaan agar pengadilan tidak dapat menerima atau menyatakan tidak
berwenang untuk memeriksa perkara yang diajukan (JCT. Simorangkir, 1980,
hal. 25). Keberatan Terdakwa melalui penasihat hukumnya terhadap surat
dakwaan dalam praktek dikenal dengan istilah eksepsi. Keberatan yang diajukan
adalah keberatan mengenai hal-hal yang di luar pokok perkara. Dengan
diajukannya eksepsi diharapkan agar hakim dapat menyatakan bahwa
pengadilan tiak berwenang mengadili perkara atau setidak-tidaknya dakwaan
dinyatakan tidak diterima atau agar dakwaan dinyatakan batal.
1. Jenis-jenis Eksepsi
Eksepsi menurut pendapat Darwan Prints (Darwan Prints, SH, 1989,
hlm. 100-104) terbagi atas dua jenis :
a. Eksepsi Absolut yaitu eksepsi mengenai kewenangan/kompetensi
pengadilan untuk mengadili perkara baik dari segi kompetensi absolut
maupun kompetensi relatif;
b. Eksepsi Relatif yaitu eksepsi mengenai tidak dipenuhinya syarat formal
maupun materiil dalam merumuskan surat dakwaan (Pasal 145 KUHAP)
atau menyangkut daluwarsa, nebis in idem, Terdakwa tidak mampu
bertanggungjawab atau dakwaan kabur dan lain sebagainya.
24
Dari uraian di atas maka dapat dilihat jenis dan ragam eksepsi tersebut,
namun jika dilihat dari obyek sasarannya sebenarnya hanya ada tiga macam
eksepsi yaitu :
a. Eksepsi agar hakim menyatakan tidak berwenang mengadili, baik secara
absolut maupun relatif atau tangkisan mengenai kewenangan pengadilan
yang bersangkutan dalam memeriksa dan memutus perkara;
b. Eksepsi yang berisikan agar dakwaan dinyatakan tidak diterima;
c. Eksepsi ini berisikan tentang perbuatan yang dituntutkan kepada
Terdakwa bersifat dapat dihukum atau tidak. Jika perbuatan yang
dituntut tersebut tidak bersifat dapat dihukum, maka Penuntut Umum
tidak boleh menuntut dan oleh karena itu dapat diajukan eksepsi oleh
Terdakwa/penasehat hukumnya;
d. Eksepsi agar dakwaan dinyatakan batal yaitu eksepsi yang berisikan
tangkisan terhadap apakah suatu dakwaan telah memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan undang-undang atau tidak (Pasal 143 ayat (2) KUHAP).
Dasar hukum eksepsi adalah Pasal 156 ayat (1) KUHAP yang membatasi
keberatan yang mungkin dapat dikabulkan hakim hanya sebatas masalah
berwenangnya hakim dalam mengadili perkara, dakwaan tidak dapat diterima,
dakwaan dibatalkan, maka mengenai beragamnya alasan dan jenis eksepsi tidak
menjadi masalah sepanjang obyek eksepsi tidak keluar dari ketentuan Pasal 156
KUHAP. Dengan demikian meskipun obyek sasaran eksepsi terbatas, namun
bukan berarti tertutup kemungkinan seluas-luasnya untuk mengajukan alasan
eksepsi sepanjang tidak melebihi obyek sasaran eksepsi yang telah dibatasi oleh
Pasal 156 ayat (1) KUHAP.
Dari ketiga jenis eksepsi yang diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP
tersebut sebenarnya ada dua jenis eksepsi yang kurang jelas yaitu mengenai
eksepsi dakwaan tidak dapat diterima dan dakwaan batal. Menurut Yahya
Harahap yang dimaksud dengan eksepsi dakwaan tidak dapat diterima adalah
25
keberatan yang berisi bahwa dakwaan yang diajukan Penuntut Umum tidak
tepat, karena yang didakwakan tidak tepat, baik mengenai dasar hukum maupun
sasaran dakwaan.
26
d. Nomor 492 K/Kr/1981.
Menyatakan Pengadilan Tinggi telah dapat mempertimbangkan bahwa
tuduhan samar-samar/kabur harus dinyatakan batal demi hukum.
27
Menjawab pertanyaan di atas ada dua hal penting yang harus dicermati,
yaitu pertama surat dakwaan itu sendiri dan kedua Berita Acara Pemeriksaan
Penyidik (BAP) yang terdapat dalam berkas perkara penuntutan yang
disampaikan Penuntut Umum kepada pengadilan.
28
4. Pertimbangan untung rugi mengajukan eksepsi
Dalam mengajukan eksepsi dapat menguntungkan Terdakwa tetapi juga
dapat merugikan. Keuntungan yang didapat dengan diajukan eksepsi, yaitu
apabila eksepsi yang diajukan oleh Terdakwa/Penasihat Hukumnya
dikabulkan oleh hakim, maka perkara tersebut tidak dimungkinkan untuk
dilanjutkan pemeriksaannya atau dengan istilah lain pemeriksaan perkara di
Pengadilan Negeri dihentikan.
Kerugian yang akan muncul apabila eksepsi dikabulkan adalah ketika
Terdakwa mengajukan eksepsi, sementara Penuntut Umum masih dapat
menuntut terdakwa setelah melengkapi surat aduan, maka adalah tidak tepat
jika eksepsi tersebut diajukan karena hanya akan membuang-buang waktu
dan lebih tepat tidak diajukan eksepsi namun membiarkan perkara tersebut
terus diperiksa sampai habis batas waktu pengaduan barulah masalah tersebut
kita permasalahkan misalnya sewaktu kita menyampaikan pledooi.
Lain halnya apabila perhitungan kita dengan diajukan eksepsi dan
hakim mengabulkan, penuntut umum tetap tidak mungkin mengajukan
penuntutan lagi karena habisnya waktu bagi korban untuk mengadu (vide :
Pasal 74 ayat (1) KUHP) yang mengatur bahwa batas waktu pengaduan
adalah 6 bulan sejak diketahui terjadi kejahatan maka adalah tepat jika kita
segera mengajukan eksepsi.
Sebagai catatan penting, terlepas dari pertimbangan untung ruginya
dalam mengajukan ekspsi, maka baiknya kita mempertimbangkan tujuan
hukum acara pidana yaitu untuk mencari dan menemukan kebenaran materiil.
Apabila kita menemukan suatu kesalahan dalam proses peradilan yang
dikhawatirkan akan mengganggu tercapainya tujuan hukum acara pidana
tersebut, maka sudah sepatutnya kita mengingatkan pengadilan dengan salah
satunya dengan eksepsi.
29
E. PEMERIKSAAN SAKSI DAN BARANG BUKTI
1. Proses Pemeriksaan Saksi
Menurut Pasal 1 point yang ke-27 KUHAP, keterangan saksi adalah
salah satu bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi
mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri dann ia alami sendiri
dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
Pada dasarnya semua orang dapat diajukan untuk memberikan
keterangan sebagai saksi, namun demikian Pasal 186 KUHAP memberikan
pengecualian dengan alasan tertentu, yaitu terhadap keluarga sedarah atau
semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ke tiga dari
Terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa:
a. saudara dari Terdakwa atau yang bersama-sama sebagai Terdakwa,
saudara;
b. ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena
perkawinan dan anak-anak saudara Terdakwa sampai derajat ke tiga;
c. suami atau istri Terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-
sama sebagai Terdakwa.
30
kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi ...”, dengan demikian
pengecualian menjadi saksi karena harus menyimpan rahasia jabatan atau
karena martabat merupakan pengecualian yang bersifat relatif.
31
Pertanyaan-pertanyaan pada saksi tidak boleh ada yang bersifat
menjerat atau memancing (misalnya : Terdakwa/Penasihat Hukum/Saksi
belum pernah mengatakan bahwa ia telah kenal kepada X, tetapi ditanya
kapan saudara kenal X? Atau meskipun tidak pernah mengatakan bahwa ia
telah mengambil uang Y, ditanya apa yang saudara beli dengan uang Y).
Ketua Majelis dapat menolak setiap pertanyaan dengan memberikan
alasannya. Apabila saksi telah selesai memberikan keterangannya, maka
kepada Terdakwa atau Penasehat Hukumnya ditanyakan mengenai
tanggapan/jawabannya terhadap keterangan yang telah diberikan oleh saksi.
32
mereka diperlihatkan barang bukti, apakah kenal atau tidak? Barang
bukti yang tidak ada hubungannya dengan perkara harus dikembalikan
ke asalnya dari mana barang itu diambil. Barang bukti diserahkan
kembali kepada yang yang paling berhak yang namanya nanti disebutkan
dalam putusan, kecuali yang dirampas untuk negara atau
dimusnahkan/dirusakkan. Perintah penyerahan barang bukti harus
dilaksanakan tanpa syarat, kecuali kalau putusan belum mempunyai
kekuatan hukum tetap.
33
2.c. Keterangan ahli
2.d. Petunjuk
Menurut Pasal 188 KUHAP ialah perbuatan/kejadian atau keadaan
yang oleh karena persesuaiannya satu dengan yang lain dengan tindak
pidana itu manandakan bahwa telah terjadi tindak pidana dan siapa
pelakunya. Dalam menggali petunjuk dapat dilakukan melalui
keterangan saksi, surat dan keterangan Terdakwa. Apabila dikaji secara
mendalam yang dimaksud dengan petunjuk oleh KUHAP hanyalah yang
bersumber dari keterangan saksi, surat, Terdakwa (yang diperiksa oleh
hakim di persidangan) maka samalah maksudnya dengan pengetahuan
hakim (pemeriksaan) sendiri oleh hakim menurut Mahkamah Agung.
2.e. Keterangan Terdakwa
Menurut Pasal 189 KUHAP adalah apa yang Terdakwa nyatakan
di persidangan tentang perbuatan yang ia lakuakan atau yang ia ketahui
sendiri atau alami sendiri. Keterangan Terdakwa hanya diperuntukkan
diri sendiri dan tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti bagi kawan
Terdakwa. Keterangan Terdakwa di luar persidangan hanya membantu
34
menemukan bukti, asal didukung oleh suatu alat bukti sah tentang hal
yang didakwakan.
35
Dalam membuat pledooi perlu juga diperhatikan konsep Tri-Dimensional
manusia yaitu; faktor fisiologis, faktor sosiologis, dan faktor psikologis dari
Terdakwa, sehingga Penasehat Hukumnya dapat lebih mempersiapkan
pledooinya dengan baik dan menarik, karena tujuan dari pledooi sesungguhnya
adalah untuk mempengaruhi majelis hakim dalam memutus perkara.
36
1. REPLIK
Dalam praktek peradilan, setelah Terdakwa atau Penasehat hukum
mengajukan pembelaan/pledooi, maka Jaksa Penuntut Umum mendapat
kesempatan untuk ”menjawab kembali” atas pembelaan/pledooi dari
Terdakwa/Penasehat Hukumnya. Kesempatan menjawab kembali inilah
yang dimaksud dengan replik, yaitu kesempatan Jaksa Penuntut Umum
untuk menanggapi pledooi dari Terdakwa/Penasehat Hukumnya.
2. DUPLIK
Sedangkan atas replik yang disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum,
Terdakwa/Penasehat Hukumnya diberi kesempatan pula untuk ”menjawab
kembali” atas replik tersebut, dan inilah yang dimaksud dengan duplik,
yaitu tanggapan Terdakwa/Penasehat Hukumnya atas replik Jaksa Penuntut
Umum.
37
BAB IV
PUTUSAN DAN UPAYA HUKUM
A. PUTUSAN
Dalam mengambil putusan, terlebih dahulu diadakan musyawarah di
antara Majelis Hakim Pemeriksa Perkara (Pasal 182 ayat (3) KUHAP). Dalam
musyawarah untuk menjatuhkan putusan yang berkaitan dengan hasil
pemeriksaan persidangan, hakim ketua majelis mengajukan pertanyaan dimulai
dari hakim yang termuda sampai hakim yang tertua. Setelah masing-masing
anggota majelis hakim secara berturut-turut menyampaikan pendapatnya disertai
dengan pertimbangan dan dasarnya, kemudian pendapat akhir diberikan oleh
hakim ketua majelis (Pasal 182 ayat (5) KUHAP) 13.
13
Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, cetakan kedelapan, UMM Press.,
2013., hlm.378-379
38
Putusan Pengadilan Negeri hasil musyawarah majelis hakim tersebut dapat
dijatuhkan dan diumumkan pada hari itu juga atau pada hari lain yang
sebelumnya harus diberitahukan kepada Penuntut Umum, Terdakwa dan atau
Penasihat Hukum (Pasal 182 ayat (8) KUHAP).
39
pengertian, mungkin dikira kalau Terhukum berada dalam tahanan harus keluar
dahulu; hal itu tidak benar, sebab yang ditangguhkan adalah eksekusinya,
tahanan bukanlah eksekusi, namun demikian soal penahanan apakah
permohonan agar dapat dikeluarkan dari tahanan akan dikabulkan atau tidak,
tergantung dari yang berwenang.
Syarat formil suatu putusan diatur dalam Pasal 197 KUHAP, suatu
putusan pemidanaan batal demi hukum bila tidak terpenuhinya salah satu syarat
formil tersebut yaitu :
1. Kepala Putusan ”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”.
2. Nama lengkap, tempat kelahiran, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan Terdakwa.
3. Dakwaan, sebagai terdapat dalam surat dakwaan.
4. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan
beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di persidangan
yang menjadi dasar penentuan kesalahan Terdakwa.
5. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan.
6. Pasal peraturan perundangan-undangan yang menjadi dasar pemidanaan
atau tindakan dan Pasal peraturanperundangan-undangan yang menjadi
dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang
meringankan Terdakwa.
7. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah Majelis Hakim kecuali perkara
diperiksa oleh Hakim Tunggal.
8. Pernyataan kesalahan Terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur
dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan
pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.
9. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan
jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti.
40
10. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana
letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu.
11. Perintah supaya Terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau
dibebaskan.
12. Hari dan Tanggal putusan, nama Jaksa Penuntut Umum, Hakim dan
Panitera.
Apabila yang terlupa hanya yang tersebut pada nomor 7 dan 9 (hari dan
tanggal musyawarah hakim atau biaya atau ketentuan mengenai barang bukti)
tidak menjadikan putusan itu batal demi hukum; demikian pula kalau hanya
kekhilafan penulisan belaka.
B. UPAYA HUKUM
1. Upaya Hukum Biasa
a. Banding
Terhadap putusan perkara biasa dan perkara singkat dapat
dimohonkan kepada Pengadilan Tinggi, sedangkan putusan perkara
cepat, yakni perkara ringan dan perkara lalu lintas jalan tidak dimintakan
banding, kecuali hukuman berupa perampasan kemerdekaan.
Timbul pertanyaan kalau demikian, semua putusan perkara cepat
dapat dimohonkan banding, sebab dalam putusan perkara cepat dimana
Terdakwa dijatuhi hukuman denda dinyatakan pula hukuman
subsidairnya berupa perampasan kemerdekaan bilamana Terpidana
41
ternyata tidak dapat membayar denda itu. Menurut A.T Hamid, SH,
kalau permohonan banding itu didasarkan pada keberatan mengenai
lamanya hukuman subsidair itu, permohonan banding dapat diterima dan
pemeriksaan tingkat banding jadinya hanya terbatas pada masalah itu
saja, selainnya harus dinyatakan tidak dapat diterima.
Sekalipun permohonan banding terhadap putusan perkara cepat
tidak dapat diajukan, namun permohonan kasasi kepada Mahkamah
Agung diperbolehkan, jadi bila tidak puas putusan tingkat pertama
langsung dapat mohon kasasi. Terhadap putusan praperadilanpun tidak
terbuka kesempatan untuk banding, kecuali kalau putusan yang
menetapkan tidak sahnya penghentian penyidikan/penuntutan, dalam hal
mana dapat dimohonkan banding dan merupakan putusan akhir (Pasal 83
KUHAP). Permohonan banding untuk perkara pidana harus diajukan
dalam waktu tujuh (7) hari sesudah putusan diajuhkan (Pasal 233
KUHAP).
Dalam hal Terdakwa tidak hadir ketika putusan dijatuhkan,
ada dua (2) kemungkinan :
1) Kalau putusan itu putusan verstek (Terdakwa tidak pernah hadir),
maka bagi Terdakwa terbuka kesempatan untuk mengemukakan
perlawanan (verzet) dan sesudah putus kalau belum puas dapat
banding.
2) Kalau pernah hadir kemudian tidak hadir ketika putusan dijatuhkan,
misalnya ketika itu dalam perantauan, maka kesempatan banding
baginya adalah dalam tujuh (7) hari sesudah keputusan
diberitahukan kepadanya.
Kapankah dianggap keputusan sudah diberitahukan kepada
Terdakwa?. Jadi pemberitahuan kepada Terdakwa mungkin sekedar
dengan cara penempelan panggilan di papan pengumuman dan dianggap
cukup meskipun tidak bertemu Terdakwa. Terdakwa dalam hal ini tidak
42
dapat menempuh jalur perlawanan (verzet), melainkan langsung banding.
Juga tidak boleh langsung kasasi sebelum banding.
Apabila pemohon tidak dapat menghadap, hal itu harus dicatat oleh
Panitera. Disini bisa timbul masalah yaitu dapatkah permohonan banding
itu diajukan sekedar melalui surat tanpa menghadap sendiri atau
permohonan melalui surat masih dalam tenggang waktu untuk banding,
tetapi pemohon baru menghadap sesudah waktu.
43
dari Pengadilan Tinggi mengenai penahanan Terdakwa itu, maka yang
berlaku adalah perintah penahanan oleh Pengadilan Negeri itu. Jadi dapat
terjadi Terdakwa baru saja sesaat yang lalu masuk dalam tahanan untuk
memenuhi perintah Pengadilan Negeri, tetapi kemudian ada penetapan
Pengadilan Tinggi yang sebaliknya, maka yang berlaku adalah menurut
Pengadilan Tinggi.
Sesuai dengan instruksi bersama Jaksa Agung-Mahkamah Agung,
Jaksa harus segera melaksanakan penetapan Pengadilan Negeri (sambil
menunggu penetapan Pengadilan Tinggi mengenai penahanan itu).
44
Pengadilan Tinggi setelah menerima berkas yang dimohonklan
banding itu dalam waktu 3 hari wajib mempelajari tentang perlu tidaknya
Terdakwa ditahan. Untuk mencegah terjadinya kelambatan penanganan,
Pengadilan Negeri setelah menerima permohonan Banding/Kasasi harus
segera melaporkan melalui telepon/telegram kepada Pengadilan
Tinggi/Mahkamah Agung :
45
Apabila ternyata ada kesalahan pada Pengadilan Negeri, maka
Pengadilan Tinggi dapat :
1) Memerintahkan Pengadilan Negeri memperbaikinya atau
2) Pengadilan Tinggi memperbaikinya sendiri.
Dalam tenggang waktu 7 hari sesudah putusan, salinannya harus
dikirimkan kepada Pengadilan Negeri yang bersangkutan, dan Panitera
harus segera memberitahukannya kepada Terdakwa dan Penuntut
Umum. Telah dijelaskan bahwa mengenai pemberitahuan itu berlaku
ketentuan seperti dalam hal menyampaikan panggilan, yakni harus
diberitahukan di tempat tinggalnya, kalau tidak dapat ditemui di tempat
tinggalnya, pemberitahuan diberitahukan di tempat kediaman yang
terakhir, kalau tidak diketemukan pula disitu, maka disampaikan melalui
kepala desa kediaman terakhir. Kalau berada di Luar Negeri melalui
perwakilan RI di Negara yang bersangkutan. Tapi kalau tidak di kenal
(Dalam negeri/Luar negeri), disampaikan melalui surat kabar 2 kali
berturut-turut. Tenggang waktu mulai dihitung sejak pengumuman yang
kedua kali itu.
b. Kasasi
Setiap perkara kecuali yang Terdakwanya dibebaskan atau dilepaskan
dari tuntutan hukum, dapat dimohonkan kasasi, dalam jangka waktu 14 hari.
Kini tidak dibedakan lagi antara Jawa dan Luar Jawa. Permohonan diajukan
kepada Panitera Pengadilan Negeri yang memutus di tingkat I dan dapat
dicabut oleh Mahkamah Agung. Permohonan harus disertai memori kasasi,
yang diajukan dalam waktu 14 hari sesudah permohonan, dan selama itu
dapat disusulkan memori tambahan.
46
memori kasasi secara tertulis, tetapi Panitera dalam hal itu bukanlah sebagai
Penasehat Hukumnya.
47
hukum luar biasa hanya dapat dilakukan apabila putusan hakim telah
memperoleh kekuatan hakim tetap.
b. Peninjauan Kembali
Menurut Pasal 263 KUHAP menegaskan terhadap putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali putusan
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, Terpidana atau ahli warisnya
48
dapat mengajukan permintaan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah
Agung. Jaksa Agung/Jaksa tidak mempunyai hak, karena hal ini adalah
demi untuk kepentingan Terhukum/ahli warisnya belaka.
Dasar permohonannya adalah :
1) Apabila terdapat keadaan baru (novum), yang menimbulkan dugaan
kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan Penuntut Umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara ini diterapkan ketentuan pidana yang
lebih ringan;
2) Apabila dalam putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah
terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan
yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu
dengan yang lainnya;
3) Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan
hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
49
b) Apabila MA membenarkan alasan pemohon, MA membatalkan
putusan yang dimintakan PK itu dan menjatuhkan putusan yang
dapat berupa :
(1) Putusan bebas;
(2) Putusan lepas dari segala tuntutan hukum;
(3) Putusan tidak dapat meneriman tuntutan Penuntut Umum;
(4) Putusan dengan menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan
5) Putusan yang telah mempunyai kekuatan tetap dimana dinyatakan
bahwa dakwaan terbukti, tapi tidak diikuti pemidanaan, dapat pula
dimohonkan Peninjauan Kembali;
6) Permohonan Peninjauan Kembali atas suatu putusan tidak
menangguhkan/menghentikan pelaksanaan putusan (eksekusi);
7) Apabila Peninjauan Kembali sudah diterima Mahkamah Agung dan
sementara itu pemohon meninggal setelah surat permohonan telah
diterima Mahkamah Agung, maka terserah kepada ahli warisnya apakah
akan melanjutkan atau tidak.
50
BAB V
EKSEKUSI
51
bilamana biaya perkara dan atau ganti kerugian ditanggung bersama secara
berimbang.
Dalam hal pengadilan menjatuhkan pidana bersyarat, maka pelaksanaannya
dilakukan dengan pengawasan serta pengamatan yang sungguh-sungguh dan
menurut ketentuan undang-undang (Pasal 276 KUHAP).
Pada setiap pengadilan ada Hakim dengan tugas khusus untuk membantu
Ketua Pengadilan Negeri dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap
putusan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan diseut hakim
pengawas dan pengamat.
Dalam Pasal 280 KUHAP ditegaskan :
1. Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna memperoleh
kepastian bahwa putusan pengadilan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
2. Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengamatan untuk bahan
penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan, yang diperoleh
dari perilaku narapidanaatau pembinaan Lembaga Pemasyarakatan serta
pengaruh timbal-balik terhadap narapidana selama menjalani pidananya.
3. Pengamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini tetap
dilaksanakan setelah Terpidana selesai menjalani pidananya.
4. Pengawasan dan pengamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 277 KUHAP
berlaku pula bagi pemidanaan bersyarat.
52
BAB VI
PENDAHULUAN
14
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, Edisi Ketiga, Ctk-
Pertama, 1988, hlm.2
53
8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.
9. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung.
11. Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
12. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun1975 tentang pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1974.
12. Yurisprudensi.
13. Doktrin.
14. Konvensi
55
BAB VII
A. SURAT KUASA
1. Pengertian Pemberian Kuasa Perdata
Pemberian kuasa sering disebut Lastgeving, Volmacht, sedangkan
dalam sistem Common Law disebut Instruction mandate. Pada Pasal 1792
KUHPerdata mendefinisikan pemberian kuasa adalah :
“suatu persetujuan dengan mana seseorang memberikan kuasanya
(wewenang) kepada orang lain yang menerimanya untuk atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan.”
Sehingga pemberian kuasa dapat diartikan pelimpahan perwakilan atau
mewakilkan dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk mewakili
kepentingannya.
16
Teguh Sri Rahardjo, Agus Bintoro, “Taktik dan Strategi Penanganan Perkara Perdata”, Modul
Karya Latihan Hukum (KARTIKUM), 1996, hlm. 7 dan 8
56
1) dibuat oleh Panitera Pengadilan, dilegalisisr oleh Ketua Pengadilan
Negeri atau hakim.
2) berbentuk akta otentik yang dibuat oleh Notaris.
17
Ibid., hlm 8
57
3. Isi Surat Kuasa 18
a. Identitas para pihak :
1) Pemberi kuasa
2) Penerima kuasa
b. Obyek Sengketa (Materi/Pokok Masalah)
c. Kompetensi :
1) Absolut
2) Relatif
d. Ruang Lingkupnya
Agar surat kuasa benar, maka harus dilakukan :
1) Identifikasai masalah :
18
Machsun Tabroni, “Teknik perumusan surat kuasa untuk kegiatan persidangan”, bahan ajar,
PKPA FH UII, HLM.1
58
menimbulkan kerugian), sekaligus akan diketahui siapa yang melakukan
perbuatan yang merugikan tersebut ( identitas para pihak/subyek hukum
para pihak ).
Contoh :
3) Memutuskan masalah
Identifikasi masalah adalah faktor yang sangat penting dalam
membuat surat kuasa, gugatan, laporan, pengaduan maupun dalam
pembelaan bagi klient,apabila identifikasi masalahnya keliru maka
59
gugatannya keliru, laporan / pengaduan keliru dan bahkan pembelaan
juga akan kurang / tidak akurat.
Berakhirnya surat kuasa diatur dalam Pasal 1813 –1819 KUHPerdata, karena:
1) ditariknya kembali kuasa oleh pemberi kuasa
2) dengan pemberitahuan penghentian kuasanya oleh pemberi kuasa
3) dengan meninggal, pengampuan, pailitnya si pemberi kuasa atau si kuasa
4) pengangkatan kuasa baru untuk mengurus hal yang sama yang
menyebabkan ditariknya kuasa pertama.
5) Dengan kawinnya seorang perempuan yang memberi kuasa atau yang
menerima kuasa. Tetapi ketentuan ini menjadi tidak berlaku dengan
adanya SEMA No. 1115/B/3292/M/1963 dan Undang-Undang Pokok
Perkawinan No. 1/1974.
B. SOMASI ( TEGURAN )
Sommatie (Bld) adalah teguran atas kelalaian atau kealpaan
seseorang/Badan hukum/Badan usaha (Soimmateur: Pihak yang menegur).
Dalam pengertian lain Somasi Adalah teguran untuk membayar oleh dan atau
dengan perantaraan Hakim (Subekti & Tjitrosoedibio, 1980). 19
Dalam suatu perjanjian ada kalanya salah satu pihak lalai melaksanakan
kewajibannya (Wanprestasi), atau kalau ada orang atau badan usaha/badan
hukum telah melakukan perbuatan melawan hukum yang dapat merugikan orang
lain, maka bagi pihak yang merasa dirugikan baik karena prestasinya tidak
dipenuhi oleh orang lain atau hak-haknya dilanggar oleh orang lain, maka
kepadanya dapat melakukan tuntutan hak, namun sebelumnya hendaklah atau
biasanya didahului dengan melakukan sommatie kepada pihak lain tersebut.
19
Andi Rais, “Surat kuasa, Somasi, dan Aanmaning”, Bahan Ajar PKPA FH UII
60
Somasi dapat dilakukan melalui surat biasa atau melalui surat kabar, atau
dapat pula dilakukan oleh pengadilan ( dalam hal Eksekusi selalui didahului
dengan somasi ). Seperti disebutkan di atas bahwa munculnya somasi (teguran)
adalah dikarenakan orang yang disomier ( diberi peringatan ) tersebut telah
dianggap melakukan wanprestasi atau melakukan perbuatan melawan hukum,
sehingga dengan demikian somasi tersebut adalah merupakan tindakan awal
untuk melakukan tuntutan hak, yang bertujuan agar persoalan tersebut dapat
ditanggapi dan dapat diselesaikan secara musyawarah kekeluargaan.
Bagi pihak yang ditegur tentunya akan mempelajari apakah yang menjadi
inti permasalahan yang ada, tentunya apabila teguran tersebut dalam kaitannya
dengan wanprestasi maka yang harus dipelajari adalah perjanjian yang ada
apakah teguran itu benar? Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu
mengenai apa yang dimaksud dengan Wanprestasi itu. Definisi Wanprestasi
secara lengkap ialah tidak terpenuhinya prestasi oleh debitur karena
kesalahannya baik karena kesengajaan atau kelalaian.
61
Untuk seseorang dikatakan wanprestasi sebelumnya harus ada
perjanjian, tanpa adanya perjanjian tidak mungkin seseorang dapat dikatakan
wanprestasi, wanprestasi terhadap apa kalau perjanjiannya tidak ada;
2. Adanya pelanggaran.
Pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap kesepakatan
dalam perjanjian tersebut. Misalnya dalam perjanjian penyerahan barang, jika
ternyata pihak yang diwajibkan menyerahkan barang tidak juga menyerahkan
barang yang seharusnya ia serahkan sesuai dengan perjanjian atau
kesepakatan antara keduanya;
62
Pasal 1365 KUHPerdata perbuatan melawan hukum (selanjutnya
disebut PMH) adalah setiap perbuatan melawan hukum yang menimbulkan
kerugian kepada orang lain, maka mewajibkan bagi orang yang karena
salahnya mengganti kerugian yang timbul tersebut.
20
Machsun Tabroni, “Teknik Yuridis Dalam Menghadapi Somasi”, Bahan Ajar PKPA FH UII, hlm.2
63
Perbuatan melawan hukum ada 2 (dua) macam yakni perbuatan
melawan hukum dalam aspek hukum perdata yang di dalam bahasa Belanda
disebut On rechtmatige daad (dilakukan oleh orang, sedang kalau pelakunya
pejabat negara disebut sebagai Onrechtmatige Overheiddaad), dan perbuatan
melawan hukum dalam aspek hukum pidana yang dalam bahasa Belandanya
disebut dengan Wetderetelijke daad.
Seorang yang mendapat teguran dari orang lain, maka yang pertama-
tama harus dilakukan adalah menganalisis apakah perbuatannya tersebut
memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum atau telah memenuhi
unsur-unsur dari wanprestasi tersebut.
64
Dalam praktek sering kali dalam hal ada teguran tidak ditanggapi
dengan baik, bahkan timbul kesan atau bahkan kadang-kadang melakukan
tindakan atau kata-kata yang dapat ditafsirkan menantang agar diselesaikan
melalui pengadilan (gugatan), hal semacam itu adalah tidak benar dan sangat
merugikan kedua belah pihak, karena selain akan mengeluarkan biaya yang
tidak sedikit juga akan memakan waktu yang lama, oleh karenanya hal
semacam itu hendaklah dihindari, atau penyelesaian melalui pengadilan
hendaklah merupakan upaya penyelesaian terakhir ( alternatif terakhir ).21
Pasal 130 ayat (1) HIR/Pasal 154 1 Rbg, hakim diwajibkan untuk
mengusahakan perdamaian diantara para pihak yang bersengketa. Dengan
demikian, hakim mempunyai peranan aktif mengusahakan penyelesaian
perkara para pihak dengan perdamaian dalam perkara perdata tidak hanya
dalam sidang pertama kali digelar, tetapi hakim tetap dapat mendamaikan
pihak-pihak yang berperkara selama proses pemeriksaan perkara di
persidangan.22
21
Ibid., hlm 2
22
Sri Wardah, Bambang Sutiyoso, Hukum Acara Perdata dan Perkembangannya di Indonesia,
GAMA MEDIA, 2007, hlm. 91-92
65
hal mana harus dicatat dalam berita acara persidangan, maka pemeriksaan
perkara dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan dalam bahasa yang
dimengerti oleh para pihak, jika perlu dengan menggunakan penerjemah
(Pasal 131 HIR).
2. Mediasi Di Pengadilan
23
Sri Wardah, Bambang Sutiyoso, Op.Cit., hlm. 94
24
Pasal 4 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
66
Pihak.25
3) Biaya pemanggilan Para Pihak untuk menghadiri proses Mediasi
dibebankan terlebih dahulu kepada pihak penggugat melalui panjar
biaya perkara. Biaya pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditambahkan pada perhitungan biaya pemanggilan Para Pihak
untuk menghadiri sidang. Dalam hal Para Pihak berhasil mencapai
Kesepakatan Perdamaian, biaya pemanggilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditanggung bersama atau sesuai kesepakatan
Para Pihak. Dalam hal Mediasi tidak dapat dilaksanakan atau tidak
berhasil mencapai kesepakatan, biaya pemanggilan Para Pihak
dibebankan kepada pihak yang kalah, kecuali perkara perceraian di
lingkungan peradilan agama. 26
4) Kecuali perkara yang diselesaikan melalui prosedur pengadilan
niaga, pengadilan hubungan industrial, keberatan atas putusan
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dan keberatan atas
putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, permohonan
pembatalan putusan arbitrase, keberatan atas putusan konfirmasi
informasi, penyelesaian perselisihan partai politik, sengketa yang
diselesaikan melalui tata cara gugatan sederhana, sengketa lain yang
pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang waktu
penyelesaiannya dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.27
5) Mediator wajib memiliki sertifikat mediator yang diperoleh setelah
mengikuti dan dinyatakan lulus dalam pelatihan sertifikasi Mahkamah
Agung, berdasarkan keputusan ketua pengadilan mediator tanpa
sertifikat dapat menjadi mediator dikarenakan keterbatasan atau tidak
ada. 28
6) Proses Mediasi pada dasarnya bersifat tertutup kecuali Para Pihak
25
Pasal 8 ayat (1), (2) Perma No. 1 Tahun 2016
26
Pasal 9 ayat (1). (2), (3), (4) Perma No. 1 Tahun 2016
27
Pasal 4 ayat (2) Perma No. 1 Tahun 2016
28
Pasal 13 Perma No. 1 Tahun 2016
67
menghendaki lain.29
29
Pasal 5 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
30
Pasal 20 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
31
Pasal 19 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
32
Pasal 20 ayat (3) Perma No. 1 Tahun 2016
33
Pasal 20 ayat (3) Perma No. 1 Tahun 2016
34
Pasal 20 ayat (4) Perma No. 1 Tahun 2016
35
Pasal 24 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
36
Pasal 20 ayat (3) Perma No. 1 Tahun 2016
68
Mahkamah Agung,37 jangka waktu Mediasi dapat diperpanjang paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak berakhir jangka waktu. 38
6) Mediator wajib menyatakan mediasi gagal, jika salah satu atau para
pihak atau kuasa hukumnya telah dua kali berturut-turut tidak
menghadiri pertemuan yang telah disepakati, atau tidak menghadiri
pertemuan mediasi tanpa alasan setelah dipanggil secara patut.39
7) Jika dicapai kesepakatan dalam mediasi, para pihak dengan bantuan
mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai
dan ditandatangani oleh para pihak dan mediator.40 Para pihak wajib
menyampaikannya dalam sidang yang ditentukan dan dapat minta
kesepakatan tersebut dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian. 41 Jika
ada salah satu pihak tidak menghendaki kesepakatan itu dikuatkan
dalam bentuk akta perdamaian, kesepakatan harus memuat klausula
pencabutan gugatan atau klausula yang menyatakan perkara telah
selesai. 42
8) Jika setelah batas waktu maksimal 30 (empat puluh) hari kerja, para
pihak tidak mampu menghasilkan kesepakatan, mediator wajib
menyatakannya secara tertulis dan memberitahukannya kepada
hakim. 43 Segera setelah itu, hakim melanjutkan pemeriksaan perkara
sesuai hukum acara yang berlaku.44
9) Hakim tetap berwenang untuk terus mengupayakan perdamaian hingga
sebelum pengucapan putusan. Jika para pihak berkeinginan untuk
berdamai, maka upaya perdamaian dapat berlangsung paling lama 14
hari kerja, sejak penyampaian keinginan tersebut. 45
37
Pasal 3 ayat (6) Perma No. 1 Tahun 2016
38
Pasal 24 ayat (2) Perma No. 1 Tahun 2016
39
Pasal 7 Perma No. 1 Tahun 2016
40
Pasal 27 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
41
Pasal 27 ayat (4) Perma No. 1 Tahun 2016
42
Pasal 27 ayat (5) Perma No. 1 Tahun 2016
43
Pasal 20 ayat (2) Perma No. 1 Tahun 2016
44
Pasal 18 ayat (2) Perma No. 1 Tahun 2008
45
Pasal 33 ayat (1) (4) Perma No. 1 Tahun 2016
69
10) Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan, pernyataan dan
pengakuan para pihak selama proses mediasi tidak dapat dijadikan
bukti dalam proses persidangan perkara, catatan mediator wajib
dimusnahkan, mediator tidak dapat menjadi saksi dan tidak dapat
dikenai pertanggungjawaban pidana maupun perdata.46
46
Pasal 35 ayat (3) (4) (5) (6) Perma No. 1 Tahun 2016
70
BAB VIII
GUGATAN
A. GUGATAN
Tuntutan hak merupakan tindakan yang bertujuan memperoleh
perlindungan hukum yang diberikan pengadilan untuk mencegah
”eigenrichting”. Syarat sebuah tuntutan hak (dalam Pasal 118 ayat 1 HIR atau
Pasal 142 ayat 1 Rbg) disebut sebagai tuntutan perdata (burgerlijke vordering)
atau tuntutan hak yang mengandung sengketa yang lazimnya disebut gugatan
adalah harus mempunyai kepentingan hukum. 47 Tuntutan hak dapat ada dua
macam yaitu pertama, tuntutan hak yang mengandung sengketa yang disebut
gugatan di mana sekurang-kurangnya ada dua pihak. Kedua, tuntutan hak yang
tidak mengandung sengketa yang disebut permohonan di mana hanya terdapat
satu pihak saja.
47
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 34
48
Teguh Sri Rahardjo, Agus Bintoro, Op. Cit., hlm. 10
71
Pihak Penggugat selain harus mencantumkan identitas para pihak
seperti tersebut di atas dengan lengkap dan jelas, juga harus merumuskan dan
menentukan para pihak dalam gugatannya secara lengkap dan benar pula.
Jadi dalam merumuskan kelengkapan para pihak tidak hanya memandang
dari segi kelengkapan subyek Tergugatnya saja, yaitu mengenai siapa saja
yang menurut hukum harus dijadikan sebagai pihak Tergugat (seandainya
Tergugatnya lebih dari seorang), tetapi juga harus memperhatikan
kelengkapan subyek Penggugatnya (seandainya Penggugatnya lebih dari
seorang) yaitu berkenaan dengan siapa saja yang seharusnya menurut hukum
dapat mengajukan gugatan.
Ada beberapa hal untuk suatu gugatan dikatakan telah terjadi Error In
Persona yaitu :49
a. Disquailificatie In Person
1) Penggugat bukan persona standi in judicio
2) Belum dewasa
3) Bukan orang yang mempunyai hak dan kepentingan
4) Di bawah pengampuan (curatele)
5) Tidak mendapat kuasa, baik dengan lisan maupun dengan surat kuasa
khusus.
6) Surat kuasa khususnya tidak sah.
49
Ibid., hlm. 11
72
b. Gemis Aanhoedanigheid
Orang ditarik sebagai Tergugat tidak tepat misalnya seorang
pengurus yayasan digugat secara pribadi (Putusan Mahkamah Agung, 20
April 1977 No. 601 K/Sip/1975).
2. Posita/Fundamentum Petendi
Posita atau Fundamentum Petendi merupakan dalil-dalil konkrit
tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta alasan-alasan
dari tuntutan (middelen van den eis)50. Di dalam posita ini dijelaskan secara
jelas dan tegas adanya hubungan antara para pihak yang akan menjadi dasar
gugatan. Fundamentum Petendi ini pada pokoknya memuat 2 (dua) hal
yaitu:51
a. Bagian yang menguraikan peristiwa atau kejadian perkaranya merupakan
penjelasan duduk perkara
b. Bagian yang menguraikan tentang hukumnya, merupakan uraian tentang
adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis dari
tuntutan (uraian yuridis bukanlah merupakan penyebutan peraturan-
peraturan hukum yang dijadikan dasar tuntutan).52
50
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 34
51
Ibid., hlm. 35
52
Ibid
73
3. Tuntutan atau Petitum
Menurut Pasal 8 Rv Petitum yang tidak jelas atau tidak sempurna dapat
berakibat tidak diterimanya gugatan atau tuntutan tersebut. Ketika
merumuskan posita maupun Petitum harus secara cermat, jelas, tegas dan
lugas dan yang paling penting adalah antara Posita dan Petitum harus
sinkron. Kekurang cermatan dalam merumuskan posita dan atau Petitum
dapat berakibat gugatan akan tidak dapat diterima karena gugatan tersebut
obscuur libel (gugatan kabur/tidak jelas).
Catatan:
53
Ibid., hlm. 36
74
5. Petitum tidak terinci tetapi hanya berupa kompositur atau ex aequo et
bono
a. Pada prinsipnya Petitum primer harus terinci
b. Bila Petitum primer sudah terinci boleh dibarengi dengan Petitum
subsidair
75
Apabila gugatan lisan yang ditandatangani oleh Ketua Pengadilan tersebut
terdapat kesalahan maka gugatan tersebut dapat diperbaiki namun siapa yang
dapat memperbaiki (Ketua Pengadilan atau Penggugat) belum ada kejelasan.
Pada dasarnya seseorang yang mengajukan gugatan ke Pengadilan akan
dikenakan biaya, sebagai biaya perkara. Namun bagi pihak yang tidak mampu
dapat mengajukan gugatan secara prodeo disertai surat keterangan tidak mampu
dari Kepala Desa atau Keluarahan setempat.
Selain itu juga terhadap surat gugatan yang telah diajukan ke Pengadilan,
apabila Penggugat merasa ada sesuatu hal yang masih ingin dirubah, pada
54
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 76
76
dasarnya perubahan terhadap surat gugatan masih dapat dilakukan asalkan
Tergugat belum memberikan jawaban atas surat gugatan tersebut. Apabila
Tergugat telah memberikan jawaban maka perubahan surat gugatan tersebut
hanya dapat dilakukan atas persetujuan dari Tergugat.
Perubahan gugatan dilarang apabila atas dasar keadaan hukum yang sama
dimohon pelaksanaan suatu hak yang lain, atau apabila Penggugat
mengemukakan keadaan baru sehingga dengan demikian mohon putusan hakim
tentang suatu perhubungan hukum antara kedua belah pihak yang lain daripada
yang semula telah dikemukakan. Misalnya semula gugatan wanprestasi dengan
tuntutan pelaksanaan perjanjian, dirubah menjadi pembatalan perjanjian disertai
dengan ganti rugi.
a. Sita Revindicatoir
Sita revindicatoir yaitu sita jaminan atas barang milik Penggugat
yang dikuasai oleh pihak Tergugat atau pihak lain dengan harapan agar
barang tersebut tidak diperalihkan kepada orang lain selama gugatan
Penggugat diperiksa di Pengadilan. Yang dapat disita dalam sita
revindicatoir ini hanya meliputi atas barang-barang bergerak milik
Penggugat saja. Akibat hukum daripada sita revindicatoir ini ialah bahwa
pemohon sita atau penyita barang tidak dapat menguasai barang yang telah
disita, sebaliknya yang terkena sita dilarang untuk mengalihkannya pada
orang lain. Apabila gugatan Penggugat nantinya dikabulkan, maka sita
revindicatoir ini dinyatakan sah dan berharga dan harus dikembalikan
kepada Penggugat sebagai pemilik barang tersebut oleh Tergugat.
b. Sita Marital
Maksud dari sita marital ini hanyalah agar barang-barang yang
merupakan hasil dari perkawinan antara suami isteri tidak dialihkan
kepada pihak lain atau pihak ketiga selama proses persidangan di
Pengadilan masih berjalan. Jadi dalam sita marital tidak ada titel sah dan
berharga untuk mengalihkan sita tersebut ke sita eksekutorial. Dalam sita
78
marital yang dapat disita tidak hanya barang bergerak saja tetapi juga
barang tak bergerak.
Maksud dari sita marital ini adalah untuk melindungi pihak isteri
karena pihak isteri dianggap tidak cakap untuk melakukan perbuatan
hukum. Akan tetapi karena sekarang pihak isteri sudah dianggap mampu
untuk melakukan perbuatan hukum maka sita marital ini sekarang sudah
mulai ditinggalkan.
55
Sudikno Mertokusumo, Op. Cit., hlm. 57
80
2. Wewenang relatif atau Relative Competentie
Wewenang relatif diartikan sebagai kekuasaan Pengadilan yang satu
jenis dan satu tingkatan, dalam perbedaannya dengan kekuasaan Pengadilan
yang sama jenis dan sama tingkatan lainnya, misalnya antara Pengadilan
Negeri Magelang dengan Pengadilan Negeri Purworejo, antara Pengadilan
Agama Muara Enim dengan Pengadilan Agama Baturaja. Asasnya adalah
yang berwenang adalah pengadilan negeri tempat tinggal Tergugat, di mana
asas ini dikenal dengan nama Actor Sequitur Forum Rei.
81
4. Dalam hal gugatan yang diajukan oleh Penggugat menyertakan juga turut
Tergugat selain dari Tergugat sendiri, maka gugatan diajukan ditempat
tinggal Tergugat.
5. Apabila tempat tinggal dan tempat kediaman dari Tergugat tidak diketahui,
maka gugatan diajukan ditempat tinggal salah satu dari Penggugat, apabila
Penggugat lebih dari satu.
8. Domisili Pilihan
Apabila ada tempat tinggal yang dipilih dengan suatu akta, maka gugatan
diajukan di Pengadilan Negeri ditempat tinggal yang dipilih dalam akta
tersebut. Akan tetapi tetap memberikan hak kepada Penggugat untuk
mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri di mana Tergugat bertempat
tinggal. Dengan demikian asas domisili pilihan tidak mutlak menyingkirkan
asas actor sequitur forum rei.
G. KOMULASI GUGATAN
Dalam suatu perkara perdata itu sekurang-kurangnya terdiri dari dua pihak
yaitu pihak Penggugat dan Tergugat. Dalam perkara perdata yang sederhana
masing-masing pihak terdiri dari seorang Penggugat dan seorang Tergugat yang
82
menyengketakan satu tuntutan. Namun dapat juga terjadi bahwa Penggugat yang
terdiri lebih dari seorang melawan Tergugat yang hanya seorang saja, atau
seorang Penggugat melawan Tergugat yang terdiri lebih dari seorang atau kedua
pihak masing-masing terdiri lebih dari seorang. Hal ini disebut kumulasi
subyektif yaitu penggabungan subyeknya.
1. Kalau untuk suatu tuntutan (gugatan) tertentu diperlukan suatu acara khusus,
misalnya gugat cerai sedangkan gugatan yang harus diperiksa menurut acara
biasa adalah gugatan untuk memenuhi perjanjian, maka kedua gugatan
(tuntutan) itu tidak boleh digabungkan dalam satu surat gugatan.
3. Tuntutan tentang bezit (Hak Milik atas benda) tidak boleh diajukan bersama-
sama dengan tuntutan tentang eigendom dalam satu gugatan. (Pasal 103 Rv).
83
BAB IX
JAWABAN, REPLIK DAN DUPLIK
A. JAWABAN
Pada prinsipnya terhadap gugatan Penggugat ini Tergugat bebas dan dapat
dengan leluasa menentukan sikapnya dalam menghadapi gugatan Penggugat
tersebut. Tidak ada kewajiban khusus bagi Tergugat untuk melawan atau
mengakui gugatan. Bahkan Tergugat boleh membiarkan begitu saja gugatan
Penggugat tersebut. Hanya saja semua sikap Tergugat dalam menghadapi
gugatan Penggugat mempunyai konsekuensi atau akibat yang berbeda. Sikap
Tergugat dalam menghadapi gugatan Penggugat antara lain :
84
3. Sikap Tergugat/kuasanya hadir dalam persidangan dengan memberikan
tanggapan atau jawaban terhadap gugatan Penggugat di persidangan.
a. Tanggapan yang berupa jawaban dapat lisan ataupun secara tertulis
b. Tanggapan/jawaban dapat berupa
1) Pengakuan, yaitu membenarkan isi dari gugatan. Jika kebenaran isi
gugatan tersebut diakui semuanya oleh Tergugat, maka perkara
menjadi tidak berkepanjangan dan cepat diputuskannya.
2) Bantahan/sangkalan
3) Menyerahkan putusannya pada kebijaksanaan hakim/referte, yaitu
tidak membantah dan tidak pula membenarkan isi gugatan, dan
Tergugat hanya menunggu putusan hakim.
85
a) Kompetensi Absolut
Kompetensi Absolut dari Pengadilan adalah menyangkut
kewenangan dari jenis Pengadilan apa untuk memeriksa perkara itu,
apakah wewenang Pengadilan Negeri, Pengadilan Militer, Pengadilan
Agama, atau Pengadilan Tata Usaha Negara. Masalah kompetensi
absolut itu diatur di dalam Pasal 134 HIR / Pasal 160 Rbg, dan dapat
diajukan setiap saat selama perkara masih berjalan. Bahkan Pengadilan
sendiri wajib menyatakannya walaupun tidak ada eksepsi dari
Tergugat.
b) Kompetensi Relatif
Kompetensi Relatif adalah menyangkut wewenang Pengadilan
(sejenis) mana untuk memeriksa perkara itu. Misalnya apakah
Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Binjai, dan seterusnya.
Eksepsi mengenai kompetensi relatif yang diajukan sebagai keberatan
harus dikemukakan pada kesempatan pertama Tergugat memberikan
jawabannya, sesuai ketentuan Pasal 133 HIR/Pasal 159 RBG.
2) Eksepsi Relatif
Eksepsi relatif adalah suatu tangkisan yang tidak mengenai pokok
perkara. Eksepsi relatif harus diajukan pada jawaban pertama tergugat
memberikan jawabannya. Secara garis garis besar menurut sifatnya
eksepsi dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu:
86
a) Eksepsi prosesual
Tangkisan yang bertujuan kearah penghentian pemeriksaan oleh
pihak pengadilan tanpa mengkaitkan dengan pokok perkaranya
serta upaya menuntut tidak diterimanya gugatan. Misal: eksepsi
deklinatur, eksepsi diskualifikatur
b) Eksepsi materiil
Eksepsi yang didasarkan atas ketentuan hukum materiil, sehingga
eksepsi ini mengkaitkan hal-hal yang digunakan sebagai dasar
gugatan. Misal: eksepsi dilatur dan eksepsi peremptur.
a) Bantahan
Suatu pengingkaran terhadap apa yang dikemukakan Penggugat
dalam dalil-dalil gugatannya.
b) Pengakuan/Pembenaran
Di dalam jawaban ada kemungkinan Tergugat mengakui kebenaran
dalil-dalil gugatan Penggugat. Untuk menghindari agar jangan sampai ada
88
pengakuan yang tidak memerlukan pembuktian lagi, biasanya
dipergunakan kata-kata “seandainyapun itu benar” atau “qwodnoon”
Maksudnya tidak membantah secara tegas tetapi juga tidak mengakui
secara pasti.
c) Fakta-Fakta lain
Dalam jawaban, Tergugat dapat mengemukakan fakta-fakta baru untuk
membenarkan kedudukannya, misalnya seandainya Tergugat memang
wanprestasi bukan karena kemauannya sendiri tetapi karena adanya
keadaan tertentu seperti overmacht, jatuh pailit dsb.
B. R E P L I K
89
Replik biasanya berisi dalil-dalil atau hal-hal tambahan untuk menguatkan
dalil-dalil gugatan Penggugat. Untuk menyususun replik Penggugat dapat
mengikuti poin-poin jawaban dari Tergugat. Dalam replik Penggugat dapat
mengajukan hal-hal baru untuk menguatkan dalil gugatannya. Pada dasarnya
replik ini bukan merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh Penggugat. Jika
dianggap tidak diperlukan adanya jawaban Penggugat atas jawaban Tergugat
maka tidak perlu mengajukan jawab-jinawab lagi/replik. Hal ini dikarenakan
menurut para pihak proses jawab-jinawab pada tahap pertama/gugatan-jawaban
dianggap sudah cukup. Namun dimungkinkan sebaliknya apabila proses jawab-
jinawab sampai pada tahap replik ternyata belum dianggap cukup maka para
pihak masih dimungkinkan lagi untuk mengajukan rereplik.
Biasanya hal ini terjadinya pada suatu perkara di mana pihak Tergugat
mengajukan gugatan rekonvensi, karena hal ini untuk memberikan kesempatan
kepada Penggugat konvensi/Tergugat rekonvensi untuk mengajukan jawaban
atas gugat balik tersebut. Replik pada dasarnya hanya merupakan penguat untuk
mempertahankan bahkan kadang-kadang hanya pengulangan dari gugatan
sebelumnya yang ditambah dengan argumentasi yang baru.
C. D U P L I K
90
Seperti halnya replik, dalam duplik apabila dianggap tidak diperlukan
adanya jawaban tergugat atas replik Penggugat maka tidak perlu Tergugat
mengajukan duplik. Namun dimungkinkan pula sebaliknya jika proses jawab
jinawab sampai pada duplik ternyata belum dianggap cukup maka pihak
Tergugat masih dimungkinkan untuk mengajukan reduplik. Dalam penyusunan
duplik ini biasanya Tergugat mengikuti poin-poin dari replik Penggugat.
91
BAB X
PEMBUKTIAN DAN KESIMPULAN
A. PEMBUKTIAN
56
Sudikno Mertokusumo, Op. Cit., hlm. 107
92
Dalam pembuktian ini yang harus dibuktikan adalah peristiwanya dan bukan
hukumnya, karena hukumnya tidak harus diajukan atau dibuktikan oleh para
pihak tetapi secara ex officio dianggap harus diketahui dan diterapkan oleh
hakim (ius curia novit).57 Pada tahap pembuktian ini dalam beberapa hal ada
peristiwa yang tidak perlu dibuktikan atau diketahui oleh hakim. Hal ini
disebabkan karena : 58
57
Ibid., hlm. 106
58
Ibid., hlm. 101
93
diperlukan dan hakim tidak boleh membebani para pihak dengan
pembuktian.
94
2.a. Bukti Tulis
Alat bukti tulis dalam acara perdata meliputi:
2.a.1. Akta Autentik (Pasal 165 HIR atau lihat juga Pasal 1868
KUH-Perdata dan Pasal 285 Rbg)
Akta autentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi
wewenang untuk itu oleh penguasa, menurut ketentuan yang telah
ditetapkan, baik dengan maupun tanpa bantuan dari yang
berkepentingan, yang mencatat apa yang dimintakan untuk dimuat di
dalamnya oleh yang berkepentingan. Akta otentik memuat keterangan
seorang pejabat yang menerangkan apa yang dilakukan dan dilihat di
hadapannya.59
2.a.2. Akta Di Bawah Tangan
Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk
pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat,
sehingga semata-mata dibuat antara pihak yang berkepentingan.60
Contoh: akta jual beli yang dibuat tidak dihadapan pejabat umum,
akta sewa-menyewa, akta pemutusan hubungan ngindung.
2.a.3. Surat Biasa
Surat biasa yaitu surat yang tidak dibuat khusus untuk
dimakudkan menjadi alat bukti. Apabila surat tersebut dikemudian
hari dipergunakan sebagai alat bukti dipengadilan hanyalah
merupakan suatu kebetulan saja. Surat biasa itu misalnya Surat
pribadi, surat dari sahabat atau keluarga, isinya mungkin saja hanya
mengabarkan sesuatu hal yang pada saat itu tidak terlalu penting tapi
ketika timbul sengketa surat tersebut menjadi penting untuk dijadikan
sebagai alat bukti.
Kekuatan pembuktian dari surat atau alat bukti tertulis terletak
pada aslinya (Pasal 301 Rbg, Pasal 1888 KUHPerdata). Undang-
59
Sudikno Mertokusumo, Op. Cit., hlm. 119
60
bid., hlm. 121
95
undang hanyalah mengakui kekuatan pembuktian dari pada salinan
dari pada akta, sehingga kekuatan pembuktian dari pada salinan surat-
surat lainnya diserahkan kepada pertimbangan hakim. 61
Suatu alat bukti dipengadilan, maka para pihak selain harus
menyertakan aslinya juga harus menyerahkan salinannya kepada
hakim dengan terlebih dahulu dinazagel di Kantor Pos Besar untuk
memenuhi biaya pemateraian. Apabila alat bukti tulis yang akan
diajukan di muka persidangan cukup banyak atau lebih dari satu,
maka sebaiknya dibuatkan daftar alat bukti yang memuat nama-nama
bukti tulis itu dan keterangan kegunaan/peruntukan masing-masing
alat bukti tersebut. Dengan demikian majelis hakim pemeriksa
perkara akan lebih mudah memahami bukti-bukti tulis yang diajukan
oleh para pihak. 62
Contoh Penyusunan Bukti Tulis :
Saktiawan Sinaga, SH
61
Ibid., hlm. 128
62
Teguh Sri Rahardjo, Agus Bintoro, Op. Cit., hlm. 38
96
2.b.Bukti Saksi
Saksi adalah orang yang memberikan keterangan/kesaksian
mengenai apa yang dia ketahui, dia lihat, dia dengar, atau dia alami
sendiri, yang dengan kesaksian itu menjadi jelas suatu perkara. Menurut
sifatnya saksi dapat dibagi atas:
2.b.1. Saksi Kebetulan
Saksi kebetulan, adalah saksi yang secara kebetulan melihat,
mengalami atau mendengar sendiri peristiwa-peristiwa yang
menjadi perkara. Saksi demikian misalnya para tetangga, orang
yang secara kebetulan melihat, mendengar, peristiwa itu.
2.b.2. Saksi Sengaja
Saksi sengaja adalah, saksi yang pada waktu perbuatan
hukum itu dilakukan sengaja telah diminta untuk menyaksikannya,
misalnya Kepala Desa, Camat, Notaris, dll. Mengenai saksi ini
diatur dalam Pasal 139 HIR/Pasal 165 RBG, juga harus
diperhatikan ketentuan Pasal 169 HIR/ 306 RBG, yang
menyatakan bahwa keterangan seorang saksi saja dengan tidak ada
suatu alat bukti lain, tidak dapat dipercayai didalam hukum.
Asas ini sering dikenal dengan asas Unus Testis Nulus
Testis, artinya satu saksi bukanlah saksi. Oleh karena itu jika
seseorang ingin membuktikan haknya dengan saksi, maka saksi
tersebut hendaklah sekurang-kurangnya dua orang, atau didukung
dengan bukti-bukti lain. Selain itu jika seorang saksi menerangkan
sesuatu yang diperolehnya dari pihak ketiga, kesaksian seperti itu
adalah kesaksian yang didengar dari pihak lain atau bukan yang
dilihat sendiri, didengar sendiri ataupun dialaminya sendiri, sering
disebut dengan Testimonium De Auditu. Kesaksian seperti ini
tidak diperkenankan.
97
Sebelum memberikan kesaksiannya seorang saksi haruslah terlebih
dahulu disumpah atau mengucapkan janji menurut agama atau
kepercayaannya masing-masing. Saksi yang memberikan keterangan
tidak di bawah sumpah/janji, keterangannya bukanlah merupakan
kesaksian tetapi hanya dapat digunakan sebagai petunjuk saja. Adapun
isi sumpah tersebut antara lain dirinya akan menyatakan yang benar
seperti yang dia lihat, dengar, atau alami sendiri mengenai perkara itu.
Dalam acara perdata tidak semua orang dapat menjadi saksi. Ada
beberapa orang/golongan yang tidak dapat/dilarang menjadi saksi dalam
pemeriksaan perkara yaitu :
63
Achiel Suyanto, “Pembuktian, Penyusunan Alat Bukti, dan Kesimpulan”, bahan ajar PKPA FH
UII, 2006
98
1. mereka yang tidak mampu secara mutlak/absolut
a. Keluarga sedarah (ayah,ibu,kakek, nenek, anak, cucu) dan keluarga
semenda (hubungan kekeluargaan yang terjadi karena perkawinan,
misal adik ipar, kakak ipar) menurut keturunan lurus dari salah satu
pihak.
b. Suami atau istri salah satu pihak meskipun telah bercerai
99
Dalam praktek ada beberapa etika dalam mengajukan pertanyaan
kepada saksi yang harus diperhatikan hakim, oleh para pihak (kuasa
hukumnya / pengacara) yaitu berupa larangan untuk :
1. Mengajukan pertanyaan yang bersifat menjerat,
2. Mengajukan pertanyaan yang bersifat sugestif
3. Mengajukan pertanyaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan
perkara yang sedang diperiksa
4. Mengajukan pertanyaan secara tidak sopan atau tidak senonoh.
2.c. Persangkaan
100
Suatu persangkaan harus didasarkan pada peraturan perundang-
undangan. Persangkaan yang tidak berdasarkan peraturan perundang-
undangan hanya boleh diperhatikan oleh hakim sewaktu menjatuhkan
putusannya, jika sangka itu penting, seksama, tertentu dan bertujuan
sama yang satu dengan yang lain. Persangkaan tidak boleh berdiri sendiri
tetapi harus terdiri dari beberapa persangkaan yang satu sama lain saling
mendukung/ berhubungan sehingga peristiwa/dalil yang disangka itu
dapat dibuktikan.
2.d. Pengakuan
Pengakuan diatur dalam Pasal 174 – 176 HIR, Pasal 1923 – 1928
KUHPerdata dan Pasal 311 – 313 Rbg. Pengakuan terdiri dari 2 (dua)
macam:
101
dapat memberikan penilaian/penghargaan kepada pengakuan lisan
di luar sidang.
2.e. Sumpah
Alat bukti sumpah pada dasarnya merupakan suatu pembuktian yang
menggunakan pengaruh dari ketaatan dan ketundukan manusia terhadap
Tuhan, karena kalau orang itu bersumpah itu akan dipertanggungjawabkan
kepada Tuhan secara langsung sehingga seandainya orang yang bersalah
dan berani mengatakan kebenaran dirinya, maka dialah yang lansung
bertanggung jawab kepada Tuhan mengenai kebohongannya itu.
Alat bukti sumpah ada beberapa macam yaitu :
B. KESIMPULAN
Kesimpulan bukan merupakan keharusan akan tetapi sudah merupakan
kebiasaan dalam praktek peradilan. Tujuan dari kesimpulan adalah untuk
menyampaikan pendapat para pihak kepada hakim tentang terbukti atau
tidaknya suatu gugatan. Kesimpulan yang dibuat oleh para pihak ini diharapkan
dapat mempermudah hakim untuk mengambil keputusan terhadap perkara yang
sedang diperiksa.
Suatu kesimpulan biasanya berisikan antara lain:
1. Kesimpulan jawab-menjawab
Dari proses jawab-menjawab yaitu gugatan, jawaban, replik, dan duplik apa
hal-hal yang dianggap telah terbukti, atau hal-hal yang tidak terbukti
sebaliknya bagi Tergugat gugatannya tidak terbukti.
104
Biasanya isi penting dari alat-alat bukti tertulis dikemukakan secara singkat
dan jelas. Kemudian dirumuskan hal-hal yang dianggap terbukti atau tidak
dari bukti-bukti tersebut.
105
BAB XI
PUTUSAN DAN UPAYA HUKUM
A. PUTUSAN
Putusan merupakan hasil akhir dari pemeriksaan perkara di sidang
pengadilan. Putusan yang diberikan oleh hakim mempunyai 3 (tiga) macam
kekuatan yaitu:
1. Kekuatan Mengikat
Artinya bahwa suatu putusan pengadilan dimaksudkan untuk
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa dan untuk menetapkan hak atau
hukumnya. Kalau pihak yang bersengketa menyerahkan sengketanya kepada
pengadilan atau hakim untuk diperiksa atau diadili maka hal ini mengandung
arti bahwa pihak-pihak yang bersengketa akan tunduk dan patuh pada
putusan yang dijatuhkan. Putusan yang telah dijatuhkan oleh hakim haruslah
dihormati oleh para pihak. Salah satu pihak tidak boleh bertindak
bertentangan dengan putusan yang telah dijatuhkan tersebut.
2. Kekuatan Pembuktian
Putusan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis merupakan akta
otentik yang bertujuan untuk dapat digunakan sebagai alat bukti bagi para
pihak, yang mungkin akan dipergunakan untuk mengajukan banding, kasasi
atau pelaksanaannya.Dengan putusan tersebut telah diperoleh suatu kepastian
tentang sesuatu.
106
Suatu putusan hakim terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu :
1. Kepala putusan
Setiap putusan pengadilan harus mempunyai kepala putusan pada bagian
atas putusan yang berbunyi: “Demi keadilan berdasarkan KeTuhanan
Yang Maha Esa.” Kepala putusan ini mempunyai kekuatan eksekutorial
pada putusan. Apabila dalam kepala putusan tersebut tidak ada kata-kata
tersebut maka putusan pengadilan tersebut tidak dapat dilaksanakan atau
batal demi hukum.
3. Pertimbangan
Pertimbangan atau considerans merupakan dasar putusan. Pertimbangan
dalam putusan terdiri dari dua yaitu pertimbangan tentang duduk perkara
atau peristiwanya dan pertimbangan tentang tentang hukumnya.
4. Amar
Amar atau dictum putusan merupakan jawaban terhadap Petitum daripada
gugatan Penggugat.
1. Constitutif (Pengaturan)
Putusan konstitutif adalah putusan yang menciptakan, meniadakan
mengenai sesuatu, seolah-olah membuat suatu kaidah/ketentuan baru,
misalnya: putusan yang menetapkan tentang batas-batas tanah,
pengangkatan wali dll.
107
2. Declaratoir (Pernyataan)
Putusan declaratoir adalah putusan yang memberi menerangkan,
menyatakan mengenai sesuatu, misalnya bahwa seseorang adalah
dilahirkan pada tanggal tertentu.
3. Condemnatoir (Menghukum)
Putusan condemnatoir adalah putusan yang isinya menghukum
kepada pihak untuk memenuhi prestasi, misalnya menghukum Tergugat
untuk membayar hutangnya sebesar Rp 5 juta kepada Penggugat.
1. Interlocutoir Vonis
Interlocutoir vonis atau putusan sela adalah putusan yang belum
merupakan putusan akhir. Putusan sela dapat berupa:
a. Putusan Provisional
Putusan provisional adalah putusan yang diambil segera
mendahului putusan akhir tentang pokok perkara, karena adanya
alasan-alasan yang mendesak untuk itu.
b. Putusan Preparatoir
Putusan preparatoir adalah putusan sela guna mempersiapkan
putusan akhir. Misalnya putusan yang menolak/mengabulkan
pengunduran sidang, karena alasan yang tidak tepat/tidak dapat
diterima.
c. Putusan Insidental
Putusan insidental adalah putusan sela yang diambil secara
insidental. Hal ini terjadi misalnya karena kematian kuasa dari salah
satu pihak.
108
2. Putusan akhir
Putusan akhir terdiri dari:
c. Gugatan Dikabulkan
Suatu gugatan yang terbukti kebenarannya di pengadilan akan
dikabulkan seluruhnya atau sebagian. Apabila gugatan terbukti
seluruhnya maka gugatan tersebut akan dikabulkan seluruhnya namun
apabila gugatan hanya terbukti sebagian maka gugatan akan dikabulkan
sebagian.
109
d. Gugatan Ditolak
Suatu gugatan yang tidak terbukti kebenarannya di pengadilan
maka gugatan tersebut akan ditolak. Penolakan ini dapat untuk
seluruhnya atau sebagian.
B. UPAYA HUKUM
Upaya hukum adalah suatu tindakan dari salah satu pihak yang berperkara
untuk memohonkan pembatalan putusan-putusan yang dimintakan upaya hukum
itu, karena tidak puas atas putusan dimaksud. Upaya hukum dalam perkara
perdata dibedakan menjadi dua macam yaitu upaya hukum biasa seperti
perlawanan (verzet), banding, kasasi dan upaya hukum luar biasa, seperti
peninjauan kembali (request civil) dan perlawanan pihak ketiga (derden
verzet).
111
maka Tergugat tidak dapat lagi melakukan verzet, melainkan harus
mengajukan banding atas putusan itu. Dalam perkara verstek, maka gugatan
awal diperiksa kembali seperti perkara semula/ secara contradictoir
sebagaimana halnya perkara gugatan biasa. Artinya akan ada jawaban
eksepsi, replik, duplik dan kesimpulan, tetapi dalam banding hal itu tidak
ada melainkan hanya ada memori banding. Sedangkan bagi Penggugat yang
dengan putusan verstek dikalahkan, upaya hukumnya yang dapat dilakukan
adalah dengan mengajukan banding. Pihak yang mengajukan
perlawanan/verzet disebut sebagai Pelawan, sedangkan pihak yang
dimohonkan perlawanan disebut sebagai Terlawan.
b. Banding
Apabila salah satu pihak dalam suatu perkara perdata tidak puas atau
tidak menerima suatu putusan dari Pengadilan Negeri karena merasa hak-
haknya masih terserang oleh adanya putusan itu atau menganggap putusan
itu kurang benar atau kurang adil, maka pihak yang masih merasa
dirugikan dapat mengajukan permohonan banding. Upaya hukum banding
ini berlaku terhadap suatu putusan akhir yang dijatuhkan oleh Pengadilan
Negeri.
112
Dalam upaya hukum banding, memori banding bukan merupakan
suatu keharusan, artinya walaupun tidak membuat memori banding tetap
dibenarkan dan perkaranya tetap akan diperiksa. Tenggang waktu untuk
mengajukan banding adalah 14 hari sejak putusan didengar, apabila para
pihak hadir waktu diucapkan atau 14 hari sejak pemberitahuan putusan
apabila tidak hadir.
c. Kasasi
Kasasi adalah suatu alat hukum yang merupakan wewenang dari
Mahkamah Agung untuk memeriksa kembali putusan-putusan pengadilan
terdahulu dan ini merupakan peradilan yang terakhir. Kasasi juga
merupakan upaya untuk membatalkan putusan tingkat akhir/banding dan
penetapan Pengadilan lain karena alasan bertentangan dengan hukum.
Dalam upaya hukum kasasi ini tidak lagi memeriksa tentang fakta-faktanya,
saksi-saksi atau duduknya perkara sebagaimana dalam Pengadilan Negeri
dan Pengadilan Tinggi, namun yang diperiksa dalam tingkat kasasi ini
adalah penerapan hukumnya. Apakah putusan pengadilan tingkat terdahulu
bertentang tidak dengan peraturan perundang-undangan. Untuk mengajukan
kasasi bagi seorang kuasa diperlukan surat Kuasa Khusus. Permohonan
kasasi diajukan kepada Mahkamah agung melalui Pengadilan Tingat
Pertama (Pengadilan Negeri yang menjatuhkan putusan). Adapun alasan-
alasan mengajukan kasasi ini menurut Pasal 30 Undang-Undang No. 14
tahun 1985 tentang Mahkamah Agung adalah:
115
2) Hakim salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku
Salah menerapkan hukum dapat berarti salah menerapkan hukum
formal (hukum acara) maupun hukum materiil. Kesalahan ini dapat
dilihat pada penerapan hukum yang dilakukan. Melanggar hukum berarti
penerapan hukum itu sendiri tidak tepat dan bertentangan dengan
seharusnya.
116
bersangkutan. Dan dalam waktu 14 hari terhitung sejak menyatakan kasasi,
pemohon kasasi harus menyerahkan memori kasasi.
64
Sri Wardah, Bambang Sutiyoso, Op.Cit., hlm. 250., lihat juga UU Nomor 4 tahun 2004 Tentang
Kekuasaan Kehakiman, Pasal 23 ayat 1.
65
Pasal 67, 69, UU Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung,., Lihat Sri Wardah,
Bambang Sutiyoso, Op.Cit., hlm.250., lihat juga Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata di Indonesia,
Penerbit Liberty, Yogyakarta, Edisi Ketujuh, Cetakan Pertama, 2006 hlm. 244-245
117
putusan mana telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Tenggang
waktu untuk mengajukan Peninjauan Kembali adalah 180 hari sejak
diketahui kebohongan, tipu muslihat atau sejak putusan hakim pidana
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
120
BAB XII
PELAKSANAAN PUTUSAN / EKSEKUSI
Eksekusi ini harus diperintahkan secara resmi oleh Ketua Pengadilan Negeri
yang berwenang, sebagai pelaksanaan atas suatu putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap atau atas putusan yang dinyatakan dapat dijalankan serta
merta walaupun ada putusan yang berkekuatan hukum tetap. Setelah putusan
dijatuhkan maka pihak yang dimenangkan mengajukan permohonan kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang berwenang/memeriksa perkara pada tingkat pertama untuk
melaksanakan putusan tersebut.
Suatu putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang
pasti dapat dilaksanakan secara suka rela oleh pihak yang dikalahkan. Apabila
suatu perkara telah diputus dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap maka
pihak yang dikalahkan secara suka rela dapat melaksanakan putusan tersebut,
sehingga dengan demikian maka selesailah perkara tersebut tanpa mendapat
bantuan dari pengadilan dalam melaksanakan putusan tersebut.
Namun mungkin atau bahkan sering terjadi bahwa pihak yang dikalahkan
tidak mau melaksanakan isi putusan pengadilan secara suka rela sehingga
diperlukan bantuan pengadilan untuk melaksanakan isi putusan tersebut secara
paksa. Oleh karenanya maka pihak yang dimenangkan dalam putusan dapat
mengajukan permohonan pelaksanaan putusan kepada pengadilan yang akan
melaksanakannya secara paksa (execution force). Untuk itu pemohon eksekusi
mengajukan permohonan tertulis kepada Ketua Pengadilan Negeri.
121
Setelah menerima permintaan itu dan telah dibayar segala biaya eksekusi
maka Ketua Pengadilan Negeri akan mengeluarkan penetapan agar eksekusi
tersebut dilaksanakan. Apabila pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakan
eksekusi setelah Ketua Pengadilan mengeluarkan penetapan tersebut, maka Ketua
Pengadilan Negeri akan memanggil pihak yang kalah untuk ditegur, agar dengan
suka rela melaksanakan isi putusan tersebut (aanmaning) dalam waktu paling lama
8 hari sejak diaanmaning.
Apabila jangka waktu yang telah ditentukan sudah lewat, sementara pihak
yang kalah walaupun sudah dipanggil secara patut tidak juga menghadap, maka
Ketua Pengadilan Negeri atau pegawai yang dikuasakan karena jabatannya
memberi perintah supaya disita sejumlah barang bergerak milik yang kalah. Atau
apabila tidakl cukup, maka dapat disita barang tidak bergerak milik yang kalah.
Nilai yang disita itu sama dengan nilai yang ditetapkan dalam putusan pengadilan
ditambah dengan ongkos pelaksanaan putusan. Untuk melakukan penyitaan itu
petugas pelaksana dibantu dua orang saksi yang identitasnya disebut dalam berita
acara penyitaan.
66
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 248-249. lihat juga Sri Wardah, Bambang Sutiyoso, Op.Cit.,
hlm. 261
122
3. Eksekusi riil merupakan pelaksanaan prestasi yang dibebabkan kepada debitur
oleh putusan hakim secara langsung. Sehingga eksekusi riil adalah pelaksanaan
putusan yang menuju kepada hasil yang sama seperti apabila dilaksnakan secara
suka rela oleh pihak yang bersangkutan, misalnya pembayaran sejumlah uang,
melakukan suatu perbuatan tertentu, tidak berbuat, menyerahkan benda. Dengan
demikian maka eksekusi mengenai ganti rugi dan uang paksa bukan merupakan
eksekusi riil.
4. Eksekusi putusan pengadilan yang menghukum seseorang untuk mengosongkan
benda tetap. Eksekusi ini tidak diatur dalam HIR/RBg, melainkan diatur dalam
Pasal 1033 Rv.67
Ada beberapa prinsip dalam eksekusi putusan perkara perdata, yaitu :68
67
Sri Wardah, Bambang Sutiyoso, Op.Cit., hlm. 262
68
Ibid., hlm. 256
123
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Kurdianto, Sistem Pembuktian Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek,
Usaha Nasional, Surabaya, 1987.
Nawawi, Taktik Dan Strategi Membela Perkara Perdata, Fajar Agung, Jakarta,
Cet, 2, 1990.
Saleh, Wantjik, Hukum Acara Perdata RBG/HIR, Ghalia Indonesia, Jakarta, Cet. 4,
1981.
Sutantio, Retnowulan, Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek, Alumni,
Bandung, Cet. 6, 1986.
Wardah, Sri dan Bambang Sutiyoso, Hukum Acara Perdata dan Perkembangannya
di Indonesia, Gama Media, Cetakan 1, 2007
124
Makalah, Bahan Ajar, Modul
Rais, Andi, ”Surat kuasa, Somasi, dan Aanmaning”, bahan ajar, PKPA FH UII,
2006.
Harahap, Yahya, Makalah, Dalam Law Education And Training Centre, Hotman
Paris Jakarta Hilton.
Teguh Sri Raharjo, Agus Bintoro, “Taktik dan Startegi Penanganan Perkara
Perdata”, Modul, Karya Latihan Hukum (KARTIKUM), 1996
Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ;
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana;
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama;
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung;
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama ;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah
Agung;
125
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman;
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama;
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun1975 Tentang pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan;
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan;
126
PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN
LAMPIRAN
BERKAS KASUS PIDANA
0
DAFTAR ISI LAMPIRAN
No MATERI Hlm
0
Surat Kuasa Pelapor
Nama : KAFARI
Pekerjaan : Swasta.
KHUSUS
Untuk menjadi penasihat hukum saya dalam perkara : PIDANA
1
yang diajukan sebagai bukti-bukti dan saksi-saksi menolak bukti-bukti dan
saksi dalam keterangannya yang tidak benar, mengajukan permohonan,
mengajukan perlawanan, menerima putusan dan lain upaya hukum yang
baik dan berguna bagi pemberi kuasa serta diperbolehkan menurut Hukum
Acara
2
Surat Kuasa Tersangka
KHUSUS
Untuk menjadi penasihat hukum saya dalam perkara : PIDANA .
3.WAGIYO
4
Surat Kuasa Terdakwa
KHUSUS
Untuk menjadi penasihat hukum kami dalam perkara : PIDANA .
3. WAGIYO
6
Surat Kuasa Pra Peradilan
KHUSUS
Untuk menjadi penasihat hukum kami dalam perkara : PIDANA
7
benar, mengajukan permohonan, mengajukan perlawanan, menerima
putusan dan lain upaya hukum yang baik dan berguna bagi pemberi
kuasa serta diperbolehkan menurut Hukum Acara
3. WAGIYO
8
Surat Kuasa Pemohon Banding
Ketiganya beralamat di Jl. Pegangsaan Jaya No. 678 Patuk gunung Kidul
KHUSUS
untuk mendampingi secara sah pemohon banding dalam perkara pidana yang
didakwa telah melakukan perbuatan pidana pembunuhan sebagaimana diatur
dalam pasal 338 KUHP terhadap seorang yang bernama Lestari, 32 tahun,
Islam, beralamat di alan Pendowo Lor, No.65, Gunung Kidul, dalam perkara
pidana No.23/Pid.B/2011/PN.Wts, pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta melalui
Pengadilan Negeri Wates .
9
4. Menghadap dan berbicara di depan pejabat instansi pemerintah maupun
swasta ataupun lainya yang dipandang ada hubunganya dengan perkara ini ;
5. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberikan wewenang segala sesuatu yang
baik dan berguna bagi pemberi kuasa yang berhubungan dengan perkara
tersebut, serta dapat diperbolehkan menurut hukum;
Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain .
. 3.WAGIYO
10
Surat Kuasa Termohon Banding
KHUSUS
Untuk mendampingi secara sah Termohon Banding dalam perkara pidana yang
didakwa telah melakukan perbuatan pidana pembunuhan terhadap seorang
yang bernama Lestari, 32 tahun, Islam, beralamat di Jalan Pendowo Lor Nomor
65 Gunung Kidul, sebagaimana diatur dalam Pasal 338 KUHP dalam perkara
pidana No. 23/Pid. B/2011/PN.WT pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta melalui
Pengadilan Negeri Wates .
11
3. Membaca berkas perkaranya dengan mengutip hal-hal yang dipandang
penting untuk menyusun dan mengajukan memori banding ;
4. Menghadap dan berbicara di depan pejabat instansi pemerintah maupun
swasta ataupun lainya yang dipandang ada hubungannya dengan perkara ini ;
5. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberikan wewenang segala sesuatu yang
baik dan berguna bagi pemberi kuasa yang berhubungan dengan perkara
tersebut, serta dapat diperbolehkan menurut hukum;
Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain .
3. WAGIYO
12
Surat Kuasa Pemohon Kasasi
KHUSUS
untuk mendampingi secara sah Pemohon Kasasi dalam perkara pidana yang
didakwa telah melakukan perbuatan pidana pembunuhan terhadap seorang
yang bernama Lestari, 32 tahun, Islam, beralamat di Jalan Pendowo Lor Nomor
65 Gunung Kidul, sebagaimana diatur dalam Pasal 338 KUHP dalam perkara
pidana No.123/Pid.B/PT.YK., jo. No.23/Pid.B/2013/PN.WT, pada Mahkamah
Agung Republik Indonesia melalui Pengadilan Negeri Wates .
13
3. Membaca berkas perkaranya dengan mengutip hal-hal yang dipandang
penting untuk menyusun dan mengajukan memori KASASI ;
4. Menghadap dan berbicara didepan pejabat instansi pemerintah maupun
swasta atau lain-lainya yang dipandang ada hubunganya dengan perkara ini;
5. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberikan wewenang segala sesuatu yang
baik dan berguna bagi pemberi kuasa yang berhubungan dengan perkara
tersebut, serta dapat diperbolehkan menurut hukum;
Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain .
3. WAGIYO
14
Surat Kuasa Termohon Kasasi
KHUSUS
untuk mendampingi secara sah Termohon Kasasi dalam perkara pidana yang
didakwa telah melakukan perbuatan pidana pembunuhan terhadap seorang
yang bernama Lestari, 32 tahun, Islam, beralamat di Jalan Pendowo Lor Nomor
65 Gunung Kidul, sebagaimana diatur dalam Pasal 338 KUHP dalam perkara
pidana No. 123/Pid.B/PT.YK., jo. No.23/Pid.B/2011/PN.WT, pada Mahkamah
Agung Republik Indonesia melalui Pengadilan Negeri Wates .
3.WAGIYO
16
Laporan
Kepada
Di-
Wates
Dengan hormat,
Nama : Kafari
Pekerjaan : Wiraswasta
1. Renaya 3. Reno
2. Dipo 4. Marmo
Semuanya beralamat di Jalan Pegangsaan Jaya 678, Patuk, Gunungkidul,
selanjutnya mohon disebut sebagai terlapor.
17
1. Bahwa pada tanggal 25 Maret 2011 pada jam 15.30 Wib, bertempat di
rumah pelapor jalan Mawar 303, Sentolo, Kulon Progo, para terlapor
(1,2,3 dan 4) telah melakukan perbuatan berupa: mencopot kusen
jendela dan pintu rumah paviliun milik pelapor. Perbuatan tersebut
dilakukan tanpa seijin pelapor;
2. Perbuatan para terlapor tersebut di duga berkaitan dengan persoalan
hutang pelapor kepada terlapor (Renaya) yang belum dilunasi oleh
pelapor, sehingga terlapor marah lalu melakukan perbuatan sebagaimana
tersebut dalam angka 1 di atas;
3. Akibat perbuatan para terlapor tersebut maka bangunan paviliun milik
pelapor tersebut rusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi;
Berdasarkan hal tersebut di atas menurut pelapor perbuatan para terlapor
tersebut telah memenuhi ketentuan Pasal 406 jo. Pasal 412 jo. Pasal 55 ayat (1)
KUHP, oleh karena itu kami berharap Kepala Kepolisian Resort Kulon Progo
dapat menindak lanjuti laporan kami ini untuk selanjutnya dapat melakukan
proses penyelidikan dan atau penuntutan sebagaimana mestinya.
Hormat Pelapor
Kafari
18
Pengaduan
Kepada Yth,
KAPOLDA METROJAYA
di
Jakarta
Dengan hormat,
1. Bahwa Teradu bekerja pada PT. BP. K, Yogyakarta sejak tanggal 1 Juni 1991;
2. Bahwa sejak 1 Maret 1997, Teradu dipercaya dan diangkat sebagai
Koordinator dan Pengelola Iklan harian K, Perwakilan Jakarta dan terhitung
1 Juni 1998 selain jabatannya yang lama tersebut, diangkat pula sebagai PJS
Kepala Perwakilan Harian K, di Jakarta;
3. Bahwa antara mulai bulan Maret sampai bulan September 1999, Teradu
telah melakukan serangkaian perbuatan Penggelapan uang hasil tagihan
19
iklan milik Perusahaan PT. BP. K, yang masuk melalui Perwakilan Harian K
Jakarta;
4. Bahwa adapun cara Teradu melakukan Penggelapan, dengan jalan Teradu
membuka rekening Giro atas nama PT. BP. K, di BNI. $^, Cabang Kramat
Raya, Jakarta Pusat, dengan Rek. No. A/C 0017001. Pada hal, PT. BP. K
Perwakilan Jakarta sudah mempunyai Rekening yang resmi dengan No. A/C
0000001 di Bank BNI 46, Cabang Kramat Raya, Jakarta Pusat;
5. Bahwa setiap uang masuk dan setoran kliring BG atau cek dari Biro-Biro
iklan, oleh Teradu dimasukan ke Rek. No. 0017001 yang telah dibuat oleh
Teradu dan tidak dimasukan lagi ke rekening asli dari PT. BP. K, bernomor
0000001 di Bank BNI 46 Cabang Kramat Raya, Jakarta Pusat;
6. Bahwa perbuatan Teradu tersebut, baru diketahui oleh karyawan
Perwakilan Jakarta, pada bulan Juni 1999 dan oleh saudara H, wakil Kepala
Perwakilan Jakarta, melakukan pengecekan dan menanyakan langsung
kepada Teradu tentang perbuatannya tersebut, dan saat itu Teradu telah
mengakui perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi
perbuatannya itu;
7. Bahwa pada bulan September 1999, saudara H mengecek lagi laporan
keuangan, ternyata teradu terus melakukan perbuatannya menggunakan
uang perusahaan. Akhirnya saudara H melaporkan ke PT. BP. K Pusat di
Yogyakarta. Lalu kemudian Pengadu menugaskan seorang karyawan
bernama B melakukan audit laporan keuangan dari perwakilan Jakarta;
8. Bahwa dari hasil audit ternyata, uang Perusahaan yang telah digelapkan oleh
Teradu berjumlah lebih kurang Rp. 290.000.000,- dan jumlah ini pun setelah
diadakan perhitungan bersama dengan Teradu. Dan pada saat itu, Oktober
1999, Teradu telah mengaku menggunakan uang perusahaan sejumlah
tersebut dan sanggup mengembalikannya. (terlampir bukti rincian uang
yang telah digunakan oleh Teradu);
9. Bahwa sejak 15 Nopember 1999, Teradu sudah tidak pernah masuk kerja di
Perwakilan Jakarta lagi dan sejak itu pula inventaris perusahaan, sudah raib
dibawa oleh Teradu;
10. Bahwa sampai sekarang, Teradu tidak pernah lagi menghubungi Pengadu,
dan Pengadu tidak lagi mengetahui di mana Teradu berada;
11. Bahwa menurut Pengadu, perbuatan Teradu sebagaimana tersebut di atas
merupakan tindak Pidana Penggelapan sebagaimana diatur dalam pasal 372
KUHP.
20
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pengadu mohon kepada KAPOLDA
METROJAYA menerima pengaduan Pengadu dan selanjutnya mohon kepada
Kapolda Metrojaya untuk memproses kasus tersebut dan diteruskan sampai
kepada penuntutan.
Hormat kami,
Pengadu,
Suan Wanto
21
Pernyataan
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama : H. J A M A L
Pekerjaan : Swasta
Dengan ini mengaku dan menyatakan dengan benar dan sesungguhnya, apabila
permohonan penagguhan /pengalihan status penahan yang diajukan oleh
Penasihat Hukum saya dikabulkan, maka saya bersedia dan sanggup :
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan benar dan sesungguhnya,
apabila saya tidak mengindahkan pernyataan saya tersebut saya bersedia untuk
diproses sebagaimana hukum yang berlaku.
Yang menyatakan
H. J A M A L
22
Pernyataan Penjaminan
selaku kakak kandung dari orang yang bernama H.Jamal, alamat Jl. Bantul
KM 5 Bantul, Yogyakarta, yang pada saat ini berstatus sebagai Tersangka
(disangka telah melakukan perbuatan pidana pasal 359 jo 360 KUHP) dan
dalam penahanan Polsek Piyungan .
Dengan ini mengaku dan menyatakan dengan benar dan sesungguhnya, apabila
permohonan penagguhan/pengalihan status penahanan yang diajukan oleh
Penasihat Hukum adik saya tersebut dikabulkan, maka saya bersedia dan
sanggup menjamin bahwa adik saya tersebut tidak akan :
1. Melarikan diri
2. Menghilangkan/ merusak barang bukti
3. Mengulangi/melakukan perbuatan pidana lainnya.
4. Mempersulit pemeriksaan perkaranya, dan akan selalu hadir setiap
dibutuhkan kehadirannya dalam rangka memperlancar pemeriksaan
perkara ini.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan benar dan sesungguhnya,
apabila saya tidak menindahkan pernyataan saya tersebut saya bersedia untuk
diproses sebagaimana hukum yang berlaku.
Yang menyatakan
H. J U N A I D I
23
Permohonan Pinjam Barang Bukti
Kepada Yth,
Kapolres Sleman
Di –
Sleman
Dengan Hormat,
Pekerjaan : Advokat
Alamat : Kantor Advokat Manaf & Rekan di Jl. Barat No. 20 Yogyakarta
Berdasarkan surat kuasa Khusus tertanggal 25 Maret 2015 dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Klien kami
Umur : 49 Tahun
Pekerjaan : PNS
24
Sebagai korban tindak pidana pencurian yang dikualifikasikan melanggar Pasal
362 KUHP, dengan ini mengajukan permohonan peminjaman barang atau alat
bukti berupa Mobil Honda Jazz warna Biru metalik, Nopol AB XXX MA, nomor
mesin, XZ 09812-BG35, nomor rangka JZ 8179-K-39016 atas nama klien kami
Dadang S. Munandar yang telah disita Penyidik berdasarkan Penetapan
Pengadilan Negeri Sleman No. 309/Pen/III/2015/PN.Slm tertanggal 22 Maret
2015. Permohonan ini kami dasarkan atas hal-hal sebagai berikut :
Hormat kami
Penasihat Hukum
25
Permohonan Pengalihan Status Penahanan
Kapolsek Piyungan
di-
PIYUNGAN-BANTUL
Dengan hormat,
Sugeng Hariyanto, SH., Abdul Hamid, SH., Advokat, alamat Jl. Taman
Siswa No.100 Yogyakarta, berdasarkan surat kuasa tanggal 29 Juni 2015, dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama klien kami bernama H. Jamal, Pekerjaan
Swasta, alamat Jl.Bantul KM 5 Bantul,Yogyakarta, status sebagai tersangka
dalam perkara pidana sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 359 KUHP
jo. Pasal 360 KUHP, selanjutnya sebagai PEMOHON
Sehubungan dengan penahanan klien, dengan ini kami mohon kepada Bapak
Kapolsek Piyungan berkenan melakukan pengalihan status penahanannya dari
rumah tahanan negara menjadi tahanan kota. Adapun permohonan ini diajukan
atas hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa klien kami sebagai kepala keluarga dan sekaligus sebagai penopang
kehidupan keluarga, satu-satunya pencari nafkah dalam rumah tangga,
sehingga keberadaannya mencari nafkah sangat penting untuk
keluarganya;
2. Bahwa tindak pidana yang disangkakan terhadap Tersangka adalah karena
kealpaan, oleh karenanya wajar jika Tersangka meminta pengalihan status
26
tahanan, karena keberadaan Tersangka di luar rumah tahanan nyata-nyata
tidak membahayakan orang lain;
3. Bahwa klien kami tersebut di atas tidak cukup bukti untuk menimbulkan
kekhawatiran untuk melarikan diri, sebab sejak di dalam penyidikan
sampai dengan diajukan permohonan ini, klien kami tidak melarikan diri;
4. Bahwa klien kami maupun orang tuan klien kami telah membuat
pernyataan bahwa klien kami tidak akan melarikan diri, merusak atau
menghilangkan alat atau barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana
lagi;
5. Bahwa klien kami tidak akan mempersulit proses pemeriksaan
(penyidikan) yang berkaitan dengan perkara ini;
6. Bahwa untuk memperkuat permohonan ini kami lampirkan pernyataan
menjamin baik dari klien kami, maupun dari keluarga klien kami
(Permohonan terlampir)
Demikianlah permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan perkenannya
diucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
27
Permohonan Pra Peradilan
Kepada Yth.
di-
SURABAYA
Dalam hali ini diwakli oleh kuasa Hukumnya berdasarkan surat kuasa
bermaterai cukup tertanggal 5 dessember 2001, dengan memberikan kuasa
kepada :
1. H. Muhammad Taufiq,SH
2. H. Achmad Michdan, SH
3. A. Wirawan, SH
4. H.M. Mahendradatta, SH
28
5. M. Rahmana Marasabessy, SH
6. Alfried Maresel, SH, MBL
7. Amala Ghofur, SH
8. Andy Yudha, SH
9. Iman Nurhaeman, SH
10. Hasan Ohorella , SH
11. Nasrun Kalianda, SH
12. Suyanto, SH
13. Edy Suryono, SH
14. Cucuk Hariyadi, SH
Advocad/ Asisten Advokat/Pengacara yang tergabung dalam Tim Pengacara
Muslim yang berkantor di Jl. Manukan Lor 4 K No.1 Surabaya. Berdasarkan
surat kuasa Khusus tertanggal 5 Desember 2001 untuk selanjutnya secra
bersama-sama disebut sebagai Pemohon.
31
Apabila Pengadilan Negeri Surabaya berpendapat lain mohon putusan seadil-
adilnya.
Hormat Kami
MAM.
32
Contoh Surat Dakwaan
"UNTUK KEADILAN"
P-29
SURA T DAKWAAN
I IDENTITAS TERDAKWA:
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD (tamat)
33
II. PENAHANAN
Penyidik POLRI menahan sejak tanggal 2 Januari 2013 sampai dengan
tanggal 21 Januari 2013. Diperpanjang oleh Kepala Kejaksaan Negeri Bantu!
sejak tanggal 22 Januari 2013 sampai dcngan tanggal 2 Maret 2013. Ditahan
oleh Jaksa Penuntut Umum sejak tanggal 1 Maret 2013 sampai dengan
tanggal 20 Maret 2013
III. DAKWAAN
Bahwa ia terdakwa Wahono Nugrahantono pada hari Sabtu tanggal 1
Januari 2013 sekira jam 00.30 WIB atau setidak-tidaknyu pada waktu-
waktu lain dalam bulan Januari 2013 bertempat di perempatan jalan datum
komplek Perumahan Sidoarum, kec.Godean, Kab.Sleman, atau setidak-
tidaknya di suatu tempal lain yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Bantul, dengan sengaja telah melakukan penganiayaan
terhadap saksi korban Korie yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bahwa terdakwa Wahono Nugrahantono pada waktu dan tempat seperti,
tersebut di atas sewaktu terdakwa lewat di jalan depan Perumahan Sewon
Asri, dihentikan oleh saksi Korie lalu terdakwa berhenti, lalu bilang "ada
apa" dengan nada kasar kemudian dijawab oleh saksi Korie"kamu naik
motor kok kencang-kencang" dan dijawab oleh terdakwa "saya tidak
kencang hanya suara knalpot saya yang keras", Oleh karena terdakwa
merasa tersinggung diperingatkan oleh saksi Korie maka terjadi cekcok
antara korban Korie dengan terdakwa. Setelah beberapa saat kemudian
saksi Trionoharjo al Diyono (bapak terdakwa) dan saksi Trianto al Golek
(kakak terdakwa) datang menemui saksi Korie dan terjadi pertengkaran.
Karena memang sebelumnya keluarga terdakwa pernah dikecewakan oleh
keluarga korban Korie karena telah ditolak waktu melamar adik saksi
korban Korie yang bernama Reni Suharto yang telah hamil karena
perbuatan terdakwa. Setelah saksi Diyono dan saksi Golek dilerai oleh saksi
Bejo al Konde lalu mereka pulang ke rumah. Sementara itu terdakwa
datang lagi menemui saksi Korie sambil membawa sebilah golok dengan
panjang kurang lebih 39 cm di tangan kanannya dan terjadilah perkelahian
34
dengan posisi saling berhadapan. Terdakwa membacok 2 (dua) kali namun
bacokan yang pertama korban dapat menghindar, sedangkan yang kedua
terdakwa mengayunkan golok dengan cara golok diayunkan dari atas
dengan tangan kanan dan mengenai kepala bagian belakang atas dan
akibatnya saksi korban Korie jatuh dan di kepala bagian belakang atas
mengalami luka sobek. Setelah membacok terdakwa pergi meninggalkan
korban. Akibat perbuatan terdakwa, korban Korie harus opname selama 2
(dua) hari dan di kepala bagian belakang dijahit 7 (tujuh). Hal tersebut
diperkuat dengan Visum Et Repertum dengan nomor 90/E-II/V1S/l/2013
tanggal 3 Januari 2013 yang dibuat dan ditanda tangani oleh Dokter RSU
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Dr. H. Wisbento, SpB. yang
menerangkan :
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana sesuai pasal 351
ayat (1) KUHP.
JAKSANTINI, SH., MH
AJUN JAKSA NIP. 230026119
35
Contoh Surat Keberatan (Eksepsi)
E K S E P S I
ATAS NAMA PARA TERDAKWA
TANTRINA FEMINA,SH.,MM.
II. KULONPROGO
Sehubungan dengan dengan adanya Surat Dakwaan dari Rekan Jaksa Penuntut
Umum, maka perkenankanlah kami menyampaikan Eksepsi atas nama para
Terdakwa HARMOYO bin Herjoko,TAROJO bin Purnoko, SUNGKORO bin
Walido dan MARDOCO bin Joyoto, sebagai berikut :
37
3. Bahwa berdasarkan pasal 143 ayat (3) KUHAP, maka surat dakwaan
yang tidak diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap batal demi hukum.
PRIMAIR ;
1. Menerima dan mengabulkan eksepsi kami untuk seluruhnya.
2. menyatakan secara hukum bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum batal
demi hukum atau setidak tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.
3. Membebankan seluruh biaya perkara ini kepada negara.
SUBSIDAIR
Memberikan putusan yang seadil-adilnya.
2. TANTRINA FEMINA,SH.,MM.
38
Nota Pembelaan (Pledooi)
di -
SLEMAN
39
I. PENDAHULUAN
II. MENGENAI SURAT DAKWAAN
III. FAKTA-FAKTA YANG TERUNGKAP DIPERSIDANGAN
IV. ULASAN HUKUM ATAS FAKTA-FAKTA YANG TERUNGKAP DI
PERSIDANGAN
V. PERMOHONAN DAN PENUTUP
I. PENDAHULUAN
Pada hari ini, hari yang paling menentukan dalam hidup seseorang,
perkenankanlah kami Penasihat Hukum Terdakwa, menyampaikan serta
membacakan pembelaan kami, terhadap Terdakwa yang telah di dakwa
melakukan perbuatan pidana PENIPUAN sebagaimana diatur dan diancam
dalam Pasal 378 KUHPidana Jo. Pasal 65 ayat (1) KUHPidana oleh saudara
Penuntut Umum. Kita semua, khususnya yang hadir dalam persidangan ini,
telah sama-sama mengetahui, arti sebuah Pidana dan Pemidanaan bagi
seseorang yang sebelumnya tidak pernah mengalaminya, kemudian
bagaimana pula dengan pandangan masyarakat terhadap mereka yang
menjadi Terpidana;
Bahwa kekhilafan dan salah adalah selalu menjadi milik manusia dan kebenaran
serta kesempurnaan adalah mutlak milik tuhan yang maha esa (erare humanun
est) dengan berpedoman pada prinsip tersebut diatas, maka kasus yang dihadapi
oleh terdakwa sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang bisa saja terjadi
kepada siapa pun termasuk kepada kita para penegak hukum sekali pun. oleh
karenanya, apa yang sekarang dialami oleh terdakwa ini dapat menjadikan kita
bersama lebih berhati-hati lagi dan bertindak serta berperilaku.
40
Perkenankanlah terlebih dahulu kami mengetengahkan nuansa-nuansa
pandangan terhadap kedudukan dan kesalahan Terdakwa Toto Werdo alias
Wedok, yang menurut hemat kami agar dapat memperoleh pemahaman
yang menyeluruh terhadap kedudukan dan kesalahan Terdakwa, sehingga
nantinya terungkap hakekat-hakekat kebenaran dan keadilan yang mutlak
diperlukan dalam mVenalai kedudukan faktual maupun yuridis dan juga
kondisi batin Terdakwa ;
Akhirnya hanyalah perkenan serta kebijakan dari Yang Mulia Majelis Hakim
yang dapat kami harapkan, dalam memberikan putusan yang seadil-adilnya
terhadap Terdakwa melihat usia Terdakwa yang sudah lanjut dan kesehatannya
yang kian menurun.
Bahwa ia Terdakwa, pada hari dan tanggal yang sudah tidak dapat diingat
lagi secara pasti, antara bulan Maret 2000 sampai dengan bulan Maret 2001,
41
atau setidak-tidaknya pada waktu didalam tahun 2000 sampai dengan 2001,
bertempat diasrama POLRI, POLSEK Denok, Dusun Mancanegoro,
Kecamatan Denok, Kabupaten Sleman atau setidak-tidaknya pada suatu
tempat lain yang masih masuk daerah Pengadilan Negeri Sleman, telah
melakukan beberapa perbuatan berbarengan yang harus dipandang sebagai
perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri, dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum,
dengan mempergunakan nama palsu atau suatu sifat palsu, dengan
mempergunakan akal dan tipu muslihat, dengan rangkaian kata-kata
bohong, menggerakkan seseorang untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya atau supaya memberikan hutang, ataupun menghapuskan
piutang, yang dilakukan dengan cara yaitu :
42
untuk melamar pekerja merasa yakin dan percaya akan kata-kata Terdakwa
tersebut sehingga pelamar/pemohon pekerjaan (para saksi korban) tergerak
hatinya serta terbujuk dan menyerahkan sejumlah uang mereka masing-
masing melalui saksi (1) I SINYONYONG, kemudian sejumlah uang tersebut
olah saksi (1) I SINYONYONG diserahkan kepada Terdakwa, dengan
harapan agar dapat diterima bekerja sebagai pegawai pada Instansi yang
dijanjikan oleh Terdakwa, adapun saksi-saksi korban yaitu:
43
8. Saksi Korban BUDI SANTOSO
Pada bulan Desember 2000 menyerahkan uang sejumlah Rp.
15.000.000,- (lima belas juta rupiah) untuk masuk bekerja di PT.
INDOSALAM Indonesia.
9. Saksi Korban ARIFA SETIAWAN
Pada bulan Desember 2000 menyerahkan uang sejumlah Rp.
8.000.000,- (delapan juta rupiah) untuk masuk bekerja di PT.
INDOSALAM Solo.
KETERANGAN SAKSI-SAKSI :
1. Nama : I SINYONYONG ( 39 Th )
Agama : Hindhu
45
ditambah lagi dengan perlengkapan Terdakwa yang sempat saksi lihat
seperti sebuah tas doreng TNI AD dan sepucuk pistol standart TNI AD
serta posisi rumah dari Terdakwa;
- Bahwa setelah itu Terdakwa menyuruh saksi untuk menyiapkan atau
menyuruh membuat surat lamaran lengkap dengan lampirannya
sebagai berikut:
Foto copy Ijasah SD s/d Ijasah Sarjana dan daftar nilai
Surat Keterangan Berkelakuan Baik
Foto copy Kartu Tanda Penduduk
Daftar Riwayat Hidup
Pas foto 4 x 6 sebanyak 6 (enam) lembar
Foto copy Kartu Keluarga
Foto copy Akte Kelahiran
Surat Lamaran Bermaterai Rp. 2001
Surat Keterangan Dokter
- Bahwa besar kecilnya uang administrasi yang menentukan adalah
Terdakwa ;
- Bahwa setelah jangka waktu ± 2 (dua) minggu setelah lamaran
diterima akan turun blangko isian dari PT. INDOSALAM ;
- Bahwa setelah Para Pelamar mengisi blangko isian maka ± 6 bulan
dari waktu pengisian blangko, sekitar awal Januari 2001 para pelamar
akan ada panggilan, namun sampai batas waktu yang dijanjikan belum
ada realisasinya ;
- Bahwa sekali lagi terdakwa mengatakan sekitar bulan April para
pelamar pasti akan diterima ;
- Bahwa setelah sekian lama tidak ada realisasinya maka saksi pada hari
Jum’at (bulan dan tanggal saksi tidak ingat lagi) berinisiatif menelpon
Terdakwa namun pada saat itu katanya Terdakwa masih ada rapat di
KODAM ;
- Bahwa pada pukul 11.00.WIB (Jum’at malam) Terdakwa menelepon
saksi dan mengatakan kalau Terdakwa mendapat kecelakaan di daerah
Ungaran ;
- Bahwa saksi mengatakan kalau telah ada kesepakatan antara saksi
dengan Penasihat Hukum Terdakwa, untuk saksi bersedia mencabut
laporannya dan oleh saksi laporannya telah dicabut dengan jaminan
bahwa terdakwa mengembalikan uang yang telah diterimanya
sejumlah Rp. 73. 700.000,- (tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu
46
rupiah) dan ini pun telah dipenuhi oleh Terdakwa dengan jalan
Terdakwa menjual mobil milik menantunya ;
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
48
- Bahwa saksi menyetor uang kepada dan dirumah I SINYONYONG
pada saat menyetor uang, terdakwa tidak ada di rumah I
SINYONYONG tersebut ;
- Bahwa atas pembayaran tersebut, saksi menerima kwitansi, uang
yang disetorkan tersebut untuk pelatihan apabila saksi telah diterima
di PT INDOSALAM ;
- Bahwa saksi tidak pernah menyerahkan uang kepada terdakwa ;
- Bahwa saksi pernah bertemu lagi sebanyak 2 kali dengan terdakwa
untuk mengisi blangko di rumah I SINYONYONG ;
- Bahwa saksi tidak tahu rumah terdakwa ;
- Bahwa ternyata janji terdakwa tidak terealisir, saksi merasa kecewa
dan merasa tertipu ;
- Bahwa saksi pernah komplain kepada I SINYONYONG ;
- Bahwa menurut I SINYONYONG akan ada pengembalian secara
penuh ;
- Bahwa saksi tidak tahu siapa yang melaporkan terdakwa kepada polisi;
- Bahwa saksi belum pernah diberitahu bila uang sudah dikembalikan ;
- Bahwa menurut I SINYONYONG uang belum dikembalikan
50
- Bahwa hingga kini uang belum dikembalikan, saksi merasa tertipu
dan merasa dirugikan ;
- Bahwa menurut saksi uang akan dikembalikan sebagian dulu, namun
hingga kini belum dikembalikan ;
- Bahwa menurut saksi, I SINYONYONG mengatakan uang diusahakan
kembali sebagian dulu
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
51
- Bahwa menurut I SINYONYONG terdakwa tidak mau
menandatangani kwitansi sehingga yang menandatangani I
SINYONYONG ;
- Bahwa menurut terdakwa Surat Keputusan (S K) untuk saksi turun
pada tanggal 1 April 2001 ;
- Bahwa saksi memilih ditempatkan pada kantor PT. INDOSALAM
Solo, namun saksi memperoleh informasi bahwa saksi akan
ditempatkan di Wonosobo pada bulan Mei 2001;
- Bahwa pada pertengahan April 2001, dikumpulkan 9 atau 10 orang
dirumah I SINYONYONG, pertemuan tersebut adalah untuk
menerangkan bahwa janji terdakwa untuk mencarikan pekerjaan
belum bisa terealisasi dan masih belum bisa menjanjikan kapan dapat
terealisasi ;
- Bahwa ada kesepakatan damai antara I SINYONYONG (wakil para
pencari kerja) dengan terdakwa, dan uang akan dikembalikan
sebagian dulu ;
- Bahwa saksi memperoleh informasi dari I SINYONYONG kalau
sebagian uang sudah ada ditangan Penasihat Hukum terdakwa ;
- Bahwa saksi percaya kepada terdakwa karena tutur kata terdakwa
dapat menunjukan blangko-blangko yang nampak asli bagi saksi dan
juga penampilan terdakwa (berpakaian safari) ;
- Bahwa I SINYONYONG menginformasikan terdakwa adalah seorang
tentara berpangkat Mayor Jenderal dan terdakwa mengenal paman
saksi (seorang tentara berpangkat Letnan Kolonel) yang mVenanggal
di Surabaya, sehingga saksi bertambah yakin ;
- Bahwa saksi belum pernah melakukan pengecekan di kantor PT.
INDOSALAM namun saksi pernah mendapat informasi dari teman
saksi bahwa tidak ada penerimaan karyawan di PT INDOSALAM ;
- Bahwa dengan tidak terealisasinya janji terdakwa tersebut, saksi
merasa dirugikan ;
- Bahwa saksi mengenali surat-surat yang ditunjukkan oleh hakim di
persidangan ;
53
- Bahwa saksi menerangkan Vena pun dilakukan dengan cara saksi
dijanjikan untuk dimasukkan kerja pada PT. INDOSALAM ;
- Bahwa saksi mempersiapkan syarat-syarat lamaran kerja dan uang
sejumlah Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) ;
- Bahwa saksi tahu adanya orang yang bisa memasukkan kerja ke PT.
INDOSALAM tersebut dari saksi (1) I SINYONYONG & Terdakwa
tidak menerima langsung uang dari saksi akan tetapi uang tersebut
diberikan melalui I SINYONYONG ;
- Bahwa terdakwa menerima uang dari I SINYONYONG sebesar Rp. 8
Juta.
8. Nama : LERAMASATI
Alamat : Kalasan
54
- Bahwa setelah Terdakwa mendengar semua keterangan dari para saksi
korban, Terdakwa merasa ada keterangan saksi ;
PEMERIKSAAN TERDAKWA :
55
- Bahwa bisnis awal antara Terdakwa dengan saksi I adalah bisnis
tanah;
- Bahwa I SINYONYONG tidak pernah tanya langsung pada Terdakwa,
hanya saja I SINYONYONG pernah bertanya apakah Terdakwa bisa
mencarikan kerja ;
- Bahwa saksi Leramasati adalah saudara dari saksi (1) I SINYONYONG,
sedangkan yang lainnya Terdakwa tidak tahu ;
- Bahwa Stempel/cap yang digunakan adalah palsu cuma disimpan
dirumah saja ;
- Bahwa setelah lamaran diterima oleh Terdakwa cuma disimpan
dirumah saja ;
- Bahwa dari 11 orang oleh Terdakwa sudah di kembalikan semua uang
sejumlah Rp. 73.700.000,- ( Tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu
rupiah);
- Bahwa Terdakwa tidak pernah membawa pistol dan jaket ;
- Bahwa I SINYONYONG tahu kalau Terdakwa adalah penggemar Sen-
pin dan untuk memenuhi keinginan Terdakwa banyak mengoleksi
Prototipe segala jVenas pistol ;
- Bahwa terdakwa tidak tahu kalau para saksi korban telah
mengeluarkan uang sebesar Rp. 15 – 18 Juta ;
- Bahwa untuk mengembalikan seluruh uang yang berjumlah Rp.
73.700.000,- (tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah) Terdakwa
telah menjual satu unit mobil milik anak Terdakwa ;
Bahwa di dalam persidangan selain diajukan saksi-saksi sebagaimana tersebut
diatas, didengar pula keterangan dari Terdakwa, selain itu saudara Penuntut
Umum mengajukan pula bukti-bukti dimuka Persidangan, adapun bukti-bukti
yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. 2 (dua) pucuk pistol mainan ;
2. Beberapa bendel berkas para korban ;
3. Satu set alat stempel ;
4. Satu buah mesin ketik elektronik
Dan dari barang bukti yang diajukan oleh saudara Penuntut Umum, Terdakwa
ada beberapa keberatan. Hal mana yang menjadi keberatan Terdakwa adalah
mengenai keberadaan pistol yang sebenarnya tidak pernah dibawa oleh
Terdakwa kemana-mana, pistol mainan tersebut diambil oleh pihak yang
sebenarnya tidak berwenang (DENPOM) dirumah Terdakwa;
56
Bahwa setelah terdakwa mendengar semua keterangan dari para saksi Terdakwa
merasa keberatan dan perlu diluruskan ;
57
9. ARIFA SETIAWAN Sejumlah Rp. 8.000.000,-
============
Dari jumlah Rp. 83.000.000,- (delapan puluh tiga juta rupiah) tersebut
saksi (1) I SINYONYONG mendapat bagian Rp. 9.300.000,- (sembilan
juta tiga ratus ribu rupiah). Jadi jumlah keseluruhan uang yang
diterima Terdakwa adalah Rp. 73.700.000,- (tujuh puluh tiga juta
tujuh ratus ribu rupiah) ;
Bahwa terdakwa tidak pernah menerima langsung uang tersebut dari para
korban , kecuali yang pernah diterima langsung dari saksi Drs, DEHARI dan
saksi ARIFA SETIAWAN. Jadi selama ini Terdakwa hanya menerima uang
tersebut dari I SINYONYONG (tersebut diatas yang sebesar Rp. 73.700.000,-)
oleh Terdakwa telah dikembalikan, hal ini berdasarkan bukti (terlampir)
dimana pengembalian uang tersebut Terdakwa telah menjual (1) satu Unit
Mobil milik anak Terdakwa dan mobil tersebut sudah ada sebelum perkara
ini terjadi (tahun 1998) ;
58
Bahwa Terdakwa pada pertama kali kenalan tidak pernah mengaku
sebagai seorang Letnan Kolonel ;
Bahwa Terdakwa tidak pernah menunjukkan Kartu Anggota ABRI,
sebab memang terdakwa tidak pernah mempunyainya, yang ada pada
dompet Terdakwa pada waktu itu adalah cuma kartu asuransi ;
59
dan tidak pernah pula dapat dibuktikan oleh saudara Penuntut Umum,
maka haruslah dikesampingkan.
2. Masalah jumlah uang
Bahwa saudara Penuntut Umum dalam surat Dakwaannya tertanggal 13
September 2001 menyatakan kalau Terdakwa telah menerima uang dari
Para korban sejumlah Rp. 124.000.000,- (seratus dua puluh empat juta
rupiah), senyatanya dimuka persidangan berdasarkan keterangan Para
saksi telah didapatkan fakta-fakta sebagai berikut :
- Jumlah uang yang sesungguhnya diterima oleh Terdakwa adalah
dengan rincian sebagaimana tertulis pada halaman 11 dimuka ;
- Bahwa Terdakwa tidak pernah menerima secara langsung uang
tersebut dari Para korban tetapi Terdakwa menerima dari saksi (1) I
SINYONYONG, kecuali dari 2 (dua) orang saksi yakni : Drs. DEHARI
dan ARIFA SETIAWAN ;
- Bahwa pada kenyataanya uang sejumlah Rp. 73.700.000,- (tujuh
puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah), oleh Terdakwa melalui
Penasihat Hukumnya telah dikembalikan, sebagaimana tercantum
dalam bukti Akta Perdamaian tertanggal 13 April 2001. Dalam Akta
Perdamaian tersebut disepakati bahwa pihak pelapor ( I
SINYONYONG ) bersedia mencabut laporannya di POLRES Sleman,
hal ini sesuai dengan bukti surat Pencabutan Laporan Tindak Pidana
Penipuan No. LP/223/VII/2001/Serse (bukti terlampir) Sedangkan
untuk mengembalikan uang tersebut Terdakwa telah menjual 1(satu)
Unit mobil Merk Mitsubishi/Colt –T. 132 SS tahun 1998 (bukti
Terlampir) ;
b. Membujuk Orang
Selain itu Terdakwa tidak pernah menerima uang secara langsung dari para
saksi korban kecuali dari saksi korban yang bernama ARIFA SETIAWAN,
akan tetapi uang tersebut Terdakwa terima melalui saksi (1) I
SINYONYONG, lagi pula jumlah uang yang diterima Terdakwa dari saksi (1)
I SINYONYONG tidak sebesar yang didakwakan oleh saudara Penuntut
Umum yaitu : Rp. 124.000.000,- (seratus duapuluh empat juta rupiah)
melainkan yang telah pernah diterima Terdakwa sebesar Rp. 73.700.000,-
(tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah). Dan uang yang sebesar Rp.
73.700.000,- (tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah) oleh Terdakwa
telah dikembalikan kepada para korban, dan untuk mengembalikan uang
tersebut Terdakwa telah menjual 1 (satu) unit mobil merek Mitsubishi/ Colt
T 132 SS tahun 1998, milik anak Terdakwa (bukti terlampir).
62
V. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Memori Banding
Di –
YOGYAKARTA
Melalui:
Di –
YOGYAKARTA
Dengan Hormat,
WELAS ISTI, SH., Advokat pada Law Office “ISTI & PARTNERS”, yang
beralamat di Jl. Trans Tamsis No. 58 , Yogyakarta, Telp/Fax. 0274 –
64
989997, sedemikian berdasarkan Surat Kuasa Khusus dibawah tangan dan
bermaterai cukup tertanggal 20 Desember 2008 dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama serta mewakili kepentingan hukum dari :
MENGADILI:
Adapun yang menjadi dasar dan alasan keberatan Pembanding d/h. Terdakwa
sehingga mengajukan Memori Banding ini adalah sebagai berikut:
67
2. Saksi Sartoso (Petugas Hotel Maluna) menyatakan :
- bahwa perempuan tersebut (Prety Cantika) terlihat sama sekali
tidak dipaksa oleh Terdakwa, masuknya (check out) biasa saja dan
tidak terlihat ketakutan atau menolak, check out kesannya juga
biasa dan kejadian-kejadian selanjutnya pun kesannya juga sama;
- bahwa saat itu saksi yang menerima, kemudian saksi antar ke
kamar dan saat itu Terdakwa dan Prety Cantika berjalan
berdampingan, dan yang duluan masuk kamar adalah Prety Cantika
dan tidak ada tarik menarik antara Terdakwa dengan Prety Cantika
oleh karenanya tidak benar jika dikatakan Terdakwa memaksa saksi
korban;
3. Saksi Ratmo Mulyanto menyatakan :
- bahwa saksi pernah lihat perempuan yang diboncengkan Terdakwa
(Prety Cantika) biasa-biasa saja dan tidak terkesan ada paksaan.
- bahwa saat diboncengkan Prety Cantika keliahatannya asyik
seperti orang pacaran dengan pegangan perut Terdakwa, bahwa
terlihat senyum-senyum seperti orang sedang bersuka cita;
4. Saksi FX. Asarsih menyatakan:
- bahwa saat bocengan Prety Cantika berpegangan diperut Terdakwa;
- bahwa kesan yang terlihat mereka mesra seperti orang berpacaran;
Sehingga terbukti bahwa hubungan intim tersebut memang dikehendaki
oleh Terdakwa/Pembanding dan Prety Cantika (Saksi Korban) dengan
bukti Prety Cantika tidak berusaha keluar kamar dan meminta
tolong/berteriak justru menunggu dan pada akhirnya hubungan intim
tersebut terjadi dan hal ini telah tidak terbukti adanya pemaksaan,
maupun tekanan dari Terdakwa;
05. bahwa hubungan intim tersebut dilakukan dengan dasar suka sama suka
dan tidak ada bujuk rayu untuk mengelabui atau bahkan memanfaatkan
kesempatan, melainkan memang benar adanya bahwa hubungan tersebut
dikehendaki oleh para pihak yakni Pemohon Banding dan Prety Cantika;
06. bahwa dikarenakan secara fakta atas perumusan Pasal yang didakwakan
pada Pembanding (Terhukum) sebagaimana yang didakwakan yang pada
akhirnya dipertimbangkan Majelis Hakim Tingkat Pertama secara fakta
dipersidangan nyata-nyata tidak dapat terungkap, sehingga layak bila
Permohonan Banding dari Pemohon Banding dipertimbangkan untuk
dikabulkan;
68
07. bahwa terhadap dawaan kedua sebagaimana diatur dalam Pasal 81 ayat (2)
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yakni
Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi
setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya
atau dengan orang lain, jika dikuatkan dengan Saksi, Petunjuk dan
Keterangan Terdakwa, dimana perbuatan tersebut dilakukan atas
kehendak bersama antara Prety Cantika dengan Terdakwa, adalah tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan.
PRIMAIR :
SUBSIDAIR
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain dan Terdakwa harus dijatuhi hukuman
atas perbuatannya tersebut, maka mohon Kepada Yang Terhormat Majelis
Hakim agar kepada Terdakwa diberi hukuman yang seringan-ringannya dengan
69
mempertimbangkan berbagai unsur-unsur yang sangat meringankan bagi
Terdakwa.(Ex Aequa Et Bono).
Hormat Kami,
70
Contoh Permohonan Kontra Memori Kasasi
di-
Jakarta
Melalui
YOGYAKARTA
Pekerjaan : Advokat
71
Alamat : Jl. Taman Siswa 158 Yogyakarta
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Klien kami WIROMULYO,
Pekerjaan Swasta, alamat Jl.Janturan No.15 Muja-Muju, Umbulharjo,
Yogyakarta, selanjutnya disebut TERMOHON KASASI
Dengan ini mengajukan Kontra Memori Kasasi atas putusan perkara pidana
nomor 145/Pid.B/2002/PNYk jo., No.11.KS/Akta.Pid/ 2002/PNYk.
Adapun Kontra Memori Kasasi ini diajukan atas hal hal sebagai berikut :
I. Bahwa klien kami tersebut diatas dalam perkara pidana
no.145/Pid.B/2002/PNYk yang berstatus sebagai Terdakwa oleh Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta, telah diberikan putusan yang amar
putusannya berbunyi sebagai berikut :
------------------------------- M E N G A D I L I -------------------------------
72
karena itu dalih dalih Jaksa Penuntut Umum tersebut haruslah ditolak atau
setidak tidaknya haruslah dikesampingkan.
IV. Bahwa kami sangat kebertan terhadap dalih Jaksa Penuntut Umum yang
menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam memeriksa dan
mengadili perkara tersebut tidak sesuai dengan hukum acara yang berlaku,
khususnya karena Hakim Pengadilan negeri telah menolak diajukannya
saksi yang memberatkan oleh Jaksa Penunut Umum, saksi mana tidak ada
dalam berkas perkara, karena menurut pasal 160 KUHAP untuk pengajuan
saksi yang demikian memang diatur akan tetapi menurut Yurisprudensi
MA hal demikian haruslah ada ijin dari hakim, dan karena hakim
memandang hal itu akan menimbulkan adanya ketidak pastian dalam
hukum dan dalam rangka untuk melaksanakan asas Peradilan
Cepat,sederthana , biaya murah, serta apabila logika yureidis yang
dikemukakan Jaksa Penuntut Umum tersebut selain menimbulkan adanya
ketidak pastian hukum juga akan menimbulkan pertanyaan atas dasar
apakah Jaksa Penunutut Umum membuat surat dakwaan ? dan bukankah
surat dakwaan dibuat atas dasar Berita Acara Pemeriksaan dari Penyidik ?,
oleh karena itu dalih tersebut haruslah ditolak ( vide Buku : ” Pedoman
Pelaksanaan Tugas Administrasi Pengadilan Buku II ,MARI April l994 “,
hal 200-201 );
Demikian Kontra memori Kasasi ini disampaikan atas perhatian dan perkenan
Yth. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia diucapkan terima kasih.
Hormat Kami
74
PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN
LAMPIRAN
1
DAFTAR ISI LAMPIRAN
No MATERI hlm.
0
Contoh Blangko Surat Kuasa
SURAT KUASA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Dalam hal ini menyatakan menunjuk domisili hukum kepada kuasa saya seperti
tersebut di bawah ini dengan memberikan kuasa kepada :
KHUSUS
Untuk itu Pemegang Kuasa ini kami berikan wewenang untuk: menghadap dan
berbicara di depan Pejabat Instansi Pemerintah maupun Swasta, membaca
berkas perkara, membuat surat-surat serta menandatangani surat tersebut,
mengajukan permohonan-permohonan yang baik dan berguna bagi pemberi
kuasa, menjawab dan membantah hal-hal yang tidak benar, mengajukan bukti-
bukti surat dan saksi sehubungan dengan perkara tersebut, mewakili dalam
mediasi, mengusahakan perdamaian dalam mediasi serta menandatangani akta
perdamaian. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberi wewenang segala
sesuatu yang baik dan berguna bagi pemberi kuasa sehubungan perkara tersebut
serta dapat dibenarkan menurut hukum acara.
Pemberian kuasa ini diberikan dengan Hak Substitusi sebagian atau seluruhnya
kepada orang lain.
Yogyakarta,
Dalam kedudukannya dan atas nama dasar Surat Kuasa Tertanggal ..................,
dari:
Dengan ini,
MELIMPAHKAN KUASA
Tersebut diatas kepada,
KHUSUS
............................., .............................
2
Contoh Blangko Surat Kuasa Banding/Kasasi
SURAT KUASA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Dalam hal ini menunjuk domisili kepada kuasanya seperti tersebut dibawah ini,
dengan ini memberikan kuasa kepada :
KHUSUS
Untuk menjadi Kuasa Hukum saya/ Kami dalam perkara PERDATA, Sebagai:
Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain.
……………., ……………………..
3
Contoh Surat Kuasa Penggugat
SURAT KUASA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : SADAM
Umur : 54 TAHUN
Alamat : Jl. Kenangan 67 Tempel Sleman
Dalam hal ini menyatakan menunjuk domisili hukum kepada kuasa saya seperti
tersebut di bawah ini dengan memberikan kuasa kepada :
Na m a : MUHAMMAD KOHAR, SH., MH.
Pekerjaan : Advokat
Alamat : Kantor DMH Law Firm & Rekan, Jl. Taman Indah Permai No.
12 Yogyakarta
KHUSUS
Untuk menjadi Kuasa Hukum kami/membela hak-hak serta memperjuangkan
kepentingan-kepentingan kami menurut hukum dalam perkara : Perdata
Pemberian Kuasa ini diberikan dengan hak substistusi sebagian atau seluruhnya
kepada orang lain.
5
Contoh Surat Kuasa Subtitusi
KHUSUS
Untuk menjadi Kuasa Hukum kami penggugat /membela hak-hak serta
memperjuangkan kepentingan-kepentingan kami menurut hukum dalam
perkara perdata gugatan wan prestasi dan tuntutan ganti rugi No register
123/Pdt.G/2007/PN.Btl antara Sadam/ Penggugat dengan Fulan/ Tergugat dalam
sidang acara replik tertanggal 25 Maret 2009 pada Pengadilan Negeri Bantul
SURAT KUASA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Dalam hal ini menyatakan menunjuk domisili hukum kepada kuasa saya seperti
tersebut di bawah ini dengan memberikan kuasa kepada :
Abu Bakar Amir, SH., MH., Daniel Asy’ari, SH, pekerjaan advokat,
keduanya adalah Advokat yang berkantor di ADM & Rekan, Jl. Trunojoyo No. 1
Yogyakarta.
KHUSUS
Untuk itu Pemegang Kuasa ini kami berikan wewenang untuk: menghadap dan
berbicara di depan Pejabat Instansi Pemerintah maupun Swasta, membaca berkas
7
perkara, membuat surat-surat serta menandatangani surat tersebut, mengajukan
permohonan-permohonan yang baik dan berguna bagi pemberi kuasa, menjawab dan
membantah hal-hal yang tidak benar, mengajukan bukti-bukti surat dan saksi
sehubungan dengan perkara tersebut, mewakili dalam mediasi, mengusahakan
perdamaian dalam mediasi serta menandatangani akta perdamaian. Pada pokoknya
pemegang kuasa ini diberi wewenang segala sesuatu yang baik dan berguna bagi
pemberi kuasa sehubungan perkara tersebut serta dapat dibenarkan menurut hukum
acara.
Pemberian Kuasa ini diberikan dengan hak substistusi sebagian atau seluruhnya kepada
orang lain.
2. Daniel Asy’ari, SH
8
Contoh Surat Kuasa Pemohon Banding
SURAT KUASA
KHUSUS
10
Contoh Surat Kuasa Pemohon Kasasi
SURAT KUASA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Dalam hal ini menunjuk domisili kepada kuasanya seperti tersebut dibawah ini,
dengan ini memberikan kuasa kepada :
KHUSUS
11
3. Menghadap dan berbicara di depan pejabat instansi pemerintah maupun
swasta ataupun lain - lainya yang dipandang ada hubunganya dengan
perkara ini
4. Membuat serta menanda tangani surat surat yang diajukan sebagai alat
bukti
5. Menolak bukti bukti dan saksi saksi dalam keterangannya yang tidak
benar
6. Mengupayakan dan menanda tangani perdamaian serta menerima
putusan
7. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberikan wewenang segala sesuatu
yang baik dan berguna bagi pemberi kuasa yang sehubungan perkara
tersebut , serta dapat diperbolehkan menurut hukum.
Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain .
12
Contoh Somasi
Hal :SOMASI
Kepada Yth.
Di-
Yogyakarta
Dengan hormat,
Berdasarkan surat kuasa tertanggal 1 Maret 2007, dalam hal ini bertindak untuk
dan atas nama Klien kami yang bernama : Ny. Levina Nusantara ;- Alamat : Jl.
Brigjend Katamso No. 41 Yogyakarta.
13
Sesuai dengan pengaduan Klien kami tersebut di atas, ternyata Saudara masih
mempunyai kewajiban untuk membayar hutang sebagaimana yang telah
diperjanjikan sejumlah Rp 100.000.000, 00 (Seratus juta rupiah) ditambah bunga
sebesar Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) untuk itu diharapkan
kepada Saudara agar segera menyelesaikannya/ membayar paling lambat 7
(tujuh) x 24 jam setelah dikirimnya surat teguran ini, atau setidak-tidaknya pada
14 Maret 2007, hal ini disampaikan selain masalah ini sudah cukup lama dan
sudah jatuh tempo, juga karena uang tersebut akan dipergunakan oleh Klien
kami tersebut. Kemudian apabila dalam tenggang waktu tersebut Saudara belum
menyelesaikannya (membayar), maka dengan terpaksa akan kami selesaikan
melalui jalur hukum yang berlaku ( baik pidana maupun perdata ).
Hormat Kami,
14
Contoh Surat Kesepakatan Damai
Muslich Akbar, SH., MH , Hartono Ruslan, SH., keduanya Advokat, alamat Jl. Cik
Ditiro No. 1 Yogyakarta, berdasarkan surat kuasa tanggal 1 Maret 2007 dalam hal
ini bertindak untuk dan atas nama klien kami bernama Levina Nusantara, alamat Jl.
Katamso No. 41 Yogyakarta, selanjutnya disebut Pihak Pertama
Adam Garuda, swasta, alamat Jl. Godean No.10 Demak Ijo, Godean, Sleman,
selanjutnya disebut Pihak Kedua
Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat mengikatkan diri dalam Perjanjian
Kesepakatan Damai sebagai berikut :
1. Bahwa Pihak Kedua telah mengaku mempunyai hutang kepada Pihak Pertama Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) ditambah bunga Rp.25.000.000 (dua puluh lima
juta rupiah);
2. Bahwa Pihak Kedua telah bersedia dan sanggup membayar semua kewajibannya,
kepada Pihak Pertama sebesar Rp 55.000.000,00 (lima puluh lima juta rupiah);
3. Bahwa pembayaran sebagaimana tersebut di atas akan dibayar Pihak Kedua kepada
Pihak Pertama akan dilakukan bertahap sebagai berikut :
1) Tahap Pertama akan dibayar Rp.30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) tanggal
29 Maret 2007.
2) Tahap Kedua akan dibayar Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) tanggal 5
April 2007.
3) Tahap Ketiga akan dibayar Rp.15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) tanggal 15
April 2007.
4. Bahwa Pihak Pertama bersedia dan rela hutang sebagaimana tersebut pada point 1
di atas dibayar oleh Pihak kedua sebagaimana tersebut pada point 1 dan 2 di atas;
5. Bahwa setelah kewajiban Pihak kedua telah dilaksanakan dengan benar, maka
segala sesuatu yang berkaitan dengan perkara tersebut dianggap selesai, dan Pihak
Pertama bersedia mencabut laporan yang diajukan Pihak Pertama kepada Pihak
yang berwajib, dengan segala akibat hukum yang menyertainya;
6. Bahwa apabila Pihak Kedua lalai melaksanakan kewajibannya sebagaimana tersebut
di atas, maka semua kewajiban sebagaimana tersebut dalam perjanjian tersebut
tetap berlaku dan menjadi beban dan tanggungjawab Pihak Kedua, kemudian
perdamaian ini dianggap tidak pernah ada, sedang pembayaran yang telah
15
dilakukan oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama dianggap hapus karenanya dan
menjadi hak dari Pihak Pertama;
7. Bahwa apabila Pihak kedua telah melaksanakan kesepakatan damai ini, maka
perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada dengan segala akibat hukum yang
menyertainya;
8. Bahwa perjanjian ini berlaku sejak ditandatanganinya oleh kedua belah pihak;
9. Bahwa apabila terjadi sengketa, kedua pihak sepakat menyelesaikan secara
musyawarah mufakat, dan apabila tidak terjadi kata sepakat memilih domisili
hukum di Pengadilan Negeri Yogyakarta.
Demikianlah perjanjian kesepakatan damai ini dibuat dengan benar, tanpa paksaan dari
siapapun, dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
…………………….. …………………….
Saksi – Saksi :
1. .............................. 2………………………...
16
Contoh Gugatan (Perbuatan Melawan Hukum)
Di
YOGYAKARTA
Dengan Hormat ,
Berdasarkan surat kuasa tertanggal 9 Mei 2009 dalam hal ini bertindak untuk
atas nama Klien kami yang bernama Hajjah Raden Roro Siti Astanah , Pekerjaan
Wiraswasta , alamat Jl KH . Ahmad Dahlan no 29 Yogyakarta, selanjutnya
mohon disebut sebagai : -------------- PENGGUGAT --------
17
mohon disebut sebagai : ------------------------------- TERGUGAT ---------------
--
Adapun gugatan ini kami ajukan berdasarkan dalil–dalil sebagai berikut :
PRIMAIR
19
4. Menghukum kepada Tergugat untuk menyerahkan obyek sengketa kepada
Penggugat dalam keadaan kosong tanpa beban yang menyertai baik dari
tangannya maupun dari tangan orang lain atas ijinnya, bila perlu secara
paksa dengan bantuan aparat kepolisian;
5. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar ganti kerugian kepada
Penggugat sebesar Rp 151.500.000,00 (Seratus Lima Puluh Satu Juta Lima
Ratus Ribu Rupiah);
6. Menyatakan secara hukum bahwa putusan perkara ini dapat dilaksanakan
terlebih dahulu meskipun ada upaya hukum lain dari Tergugat;
7. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul
dalam perkara ini.
SUBSIDAIR
Demikian gugatan ini kami sampaikan atas dikabulkannya gugatan kami ini
diucapkan terima kasih.
Hormat kami ,
Kuasa Hukum
Penggugat,
20
Contoh Gugatan (Wan Prestasi)
Kepada Yth.
di-
YOGYAKARTA
1. Bahwa pada tanggal 10 Januari 2017 telah terjadi perjanjian hutang piutang
antara Penggugat dan Tergugat I sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus juta
rupiah), dan akan dikembalikan dalam tenggang waktu 2(dua) bulan
21
2. Bahwa dalam perjanjian hutang piutang tersebut dinyatakan bahwa
Tergugat telah memberikan jaminan selembar Cek Nomor : C 12345687
senilai Rp.100.000.000,-
3. Bahwa Tergugat I telah bersedia dan sanggup untuk memberikan bunga
sebesar 2 % setiap bulannya kepada Penggugat;
4. Bahwa ternyata sampai batas waktu yang telah ditentukan (tanggal 10 Maret
2017), Tergugat I tidak memenuhi pembayaran dan atau pemenuhan prestasi
kepada pihak Penggugat sebagaimana yang diperjanjian.
5. Bahwa dengan demikian Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi,
dalam perjanjian apabila pihak debitur terlambat membayar utang melebihi
batas yang telah ditentukan maka debitur dikenakan denda Rp.200.000,-
(dua ratus ribu rupiah) per harinya namun hingga kini pihak tergugat
belum membayar utangnya tersebut maka sudah sepantasnyalah apabila
Tergugat dihukum untuk membayar hutang nya tersebut kepada Penggugat
dengan segala akibat hukum yang menyertainya.
6. Bahwa dengan adanya tindakan wanprestasi tersebut, Penggugat telah
memberikan somasi-somasi (teguran) baik secara lisan maupun tertulis
terhadap Tergugat I, akan tetapi Tergugat I tetap tidak mau
mengindahkannya bahkan Tergugat I cenderung untuk tetap tidak
melaksanakan kewajibannya, dengan demikian Tergugat I telah dengan
sengaja tidak beriktikad baik untuk tidak memenuhi prestasinya.
7. Bahwa akibat wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat I, menimbulkan
kerugian bagi penggugat baik kerugian materiil, sebab uang tersebut
merupakan modal usaha yang sangat dibutuhkan oleh Penggugat, maka
sudah sewajarnya tergugat dibebani untuk membayar ganti rugi sebesar 2 %
setiap bulannya, terhitung mulai tanggal 10 Januari 2013 hingga batas
waktu perjanjian dan denda hingga gugatan diajukan dengan perincian
sebagai berikut:
Kerugian Materiil
Hutang Pokok : Rp. 100.000.000,-
Bunga 2 X2 % X Rp.100.000.000,- : Rp. 4.000.000,-
Denda 168 hari (sejak tgl 11 maret 2017-25 Agsutus2017)
168 HARI x Rp.200.000,- : Rp. 27.600.000,-
Kerugian Immateriil : Rp. 300.000.000,-
Jumlah keseluruhan : Rp. 431.600.000,-
22
8. Bahwa akibat adanya perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh Para
Tergugat, mengakibatkan Penggugat dirugikan tidak hanya kerugian
materiil tapi juga kerugian immateriil, sebab apabila uang tersebut diputar
atau dimasukkan/disimpan di Bank, maka Penggugat akan mendapatkan
keuntungan yang besar oleh dan karena itu sudah sepantasnyalah apabila
Para Tergugat dihukum untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat Uang
sebesar yang disebutkan diatas dan mengembalikan uang tersebut kepada
Penggugat secara tanggung renteng dengan segala akibat hukum yang
menyertainya.
9. Bahwa untuk menjamin hak Penggugat dan untuk menjamin pelaksanaan
putusan perkara ini Penggugat mohon agar Pengadilan Negeri Yogyakarta
meletakan Sita Jaminan terhadap tanah dan bangunan SHM No.
345/JT/1997, seluas 274 m2 nama Suharyati (Tergugat II) yang terletak di
Jl.AM Sangaji No.99 Yogyakarta.
10. Bahwa oleh karena gugatan ini diajukan atas dasar bukti-bukti yang kuat
dan otentik, maka mohon segala penetapan dan putusan dapatlah
dilaksanakan terlebih dahulu (Uitvoerbaar bijvoorraad) meskipun Tergugat
melakukan Verzet, banding maupun kasasi.
11. Bahwa dikarenakan gugatan ini menyangkut perbuatan cidera janji
(wanprestasi) yang disebabkan kesengajaan Tergugat baik dengan cara tidak
mau memenuhi prestasinya pada tergugat dihukum untuk membayar uang
paksa (dwangsom) sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap hari lalai
dalam melaksanakan putusan kelak, terhitung adanya putusan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap, hingga Tergugat melaksanakan isi putusan
perkara ini.
12. Bahwa oleh karena perjanjian hutang piutang tersebut terjadi pada saat
Tergugat I dalam ikatan perkawinan yang sah dengan Tergugat II, maka
sudah sepantasnyalah apabila Tergugat II dilibatkan dalam perkara ini dan
sudah seharusnya apabila dihukum untuk membayar hutang hutang
Tergugat I secara tanggung renteng dengan segala akibat hukumnya.
Maka berdasarkan segala apa yang terurai diatas, Penggugat memohon kepada
Bapak Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta berkenan memutuskan perkara ini
sebagai berikut:
23
PRIMAIR
SUBSIDAIR
Mohon putusan seadil-adilnya.
24
Demikian gugatan ini kami sampaikan atas perhatian dan terkabulnya, kami
haturkan terima kasih.
Hormat Kami :
1. KHAMIDIN,SH.,MH.
25
Contoh Jawaban (Eksepsi, Jawaban Konpensi dan Gugatan Rekonpensi)
di-
SLEMAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya MEGA PERKASA, SH, Advokat,
berkantor di Kantor Advokat MEGA PERKASA dan Rekan , Jalan
Diponegoro Nomor 105, Telp. 0274-5809234 Kota Yogyakarta, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tertanggal 24 Maret 2007 bertindak untuk dan atas
nama klien saya,
1. Budi Mulyanto, Swasta, Alamat Jalan C.Simanjuntak Nomor 203 Kota
Yogyakarta.
Selanjutnya mohon disebut sebagai TERGUGAT I
2. Titik Mulyanti, Swasta, Alamat Perum Ngoto Permai Nomor 707,
Kecamatan Imogiri, Kabupaten BANTUL, selanjutnya mohon disebut
sebagai TERGUGAT II
A. KONPENSI:
1. DALAM EKSEPSI:
26
Bahwa pada pokoknya Para Tergugat menolak dalil-dalil yang telah
diajukan oleh Penggugat sebagaimana yang terdapat dalam Surat Gugatan
Penggugat, kecuali yang secra tegas-tegas diakui kebenarannya oleh Para
Tergugat.
PRIMAIR :
1. Menerima dan mengabulkan semua eksepsi Para Tergugat.
2. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya
menyatakan gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima.
3. Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Sleman tidak berwenang
mengadili gugatan perkara ini.
4. Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya yang timbul
dalam perkara ini.
28
maka untuk itu Tergugat I sah secara hukum untuk melakukan
peralihan hak/jual-beli kepada siapapun.
6. Bahwa permintaan Penggugat tentang kerugian, seolah-olah
Tergugat I, II telah merugikan Penggugat adalah ditolak dan dibantah
keras oleh Para Tergugat, karena Penggugat tidak berhak atas obyek
eksekusi, dan juga Penggugat tidak mempunyai hak untuk menghayal
untuk menuntut ganti rugi apalagi memperhitungkan harta sewa tiap
tahun atau perincian sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
7. Bahwa Tergugat II sebagai pihak pembeli terhadap obyek sengketa
adalah pembeli yang beritikat baik, karena telah melakukan
pembelian obyek sengketa sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan oleh undang-undang dan juga jual belitelah dilakukan
oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Yang dengan
demikian Tergugat II sebagai pembeli beritikat baik harus dilindung
undang-undang dan hukum.( Vide Putusan Mahkamah Agung RI
tanggal 29 Maret 1982 No. 1230 K/Sip/1980, “Pembeli yang beritikat
baik harus mendapatkan perlindungan hukum”)
8. Bahwa Para Tergugat I dan II menolak dan membantah keras
permintaan Penggugat untuk melakukan sita Jaminan terhadap
obyek sengketa maupun terhadap hak milik Tergugat I di Jalan C
Simanjuntak 203 Kota Yogyakarta DIY, hal ini dikarenakan tuntutan
Penggugat yang tidak beralaskan hak tersebut.
9. Bahwa demikian pula terhadap permintaan Penggugat tentang
lembaga UITVOORBAAR BIJ VOORRAD dalam perkara ini maka
dikarenakan sengketa ini jelas-jelas tidak didasarkan bukti yang kuat
maka mohon permohonan putusn serta merta tersebut untuk ditolak
oleh Majelis Hakim pemeriksa perkara.
PRIMAIR :
29
B. REKONPENSI :
Dalam Pokok Perkara
1. Bahwa dalam Rekonpensi ini mohon Tergugat I dan II/Para Tergugat
dalam Konpensi disebut sebagai Penggugat I dan II/Para Penggugat,
dan selanjutnya pula Penggugat dalam Konpensi mohon disebut
sebagai Tergugat.
2. Bahwa pada pokoknya Para Penggugat menolak dalil-dalil yang telah
diajukan oleh Tergugat sebagaimana yang terdapat dalam Surat
Gugatan Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonpensi, kecuali yang
secara tegas-tegas diakui kebenarannya oleh Para Penggugat.
3. Bahwa semua alasan dan dalil-dalil yang Para Penggugat ajukan
dalam eksepsi dan dalam konpensi mohon menjadi alasan bantahan
dalam rekonpensi ini.
4. Bahwa obyek sengketa adalah bukan sebagai barang gono gini
Penggugat I dengan Tergugat, karena obyek sengketa didapatkan
Penggugat I sebelum melakukan pernikahan dengan Tergugat.
5. Bahwa dengan demikian pula jual beli obyek sengketa antara
Penggugat I dengan Penggugat II adalah jual beli yang sah, karena
disamping obyek sengketa adalah barang milik Penggugat I juga
dikarenakan proses jual beli yang ada dilakukan sesuai dengan
prosedur yang dibenarkan oleh hukum.
6. Bahwa dengan adanya proses yang sah terhadap jual beli obyek
sengketa maka jelas-jelas Penggugat II adalah sebagai pembeli yang
beritikat baik, yang dengan demikian harus dilindungi undang-
undang.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka mohon agar Majelis Hakim
pemeriksa perkara ini berkenan untuk memutus gugatan rekonpensi ini
dengan putusan sebagai berikut :
PRIMAIR
30
Rekonpensi, yang terletak di Desa/Kelurahan Banyuraden, Kecamatan
Gamping, Kabupaten Sleman, Propinsi D.I.Y. adalah sah secara hukum
3. Menyatakan bahwa Penggugat II adalah Pembeli yang beritikat
baik.
4. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul
dalam perkara ini.
SUBSIDAIR :
DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI
Mohon putusan yang seadil-adilnya.
Demikian Jawaban Konpensi dan Gugatan Rekonpensi ini kami ajukan, atas
perkenan dan dikabulkannya Jawaban Konpensi dan Gugatan Rekonpensi ini
diucapkan terima kasih
Hormat kami,
Kuasa Hukum Para Tergugat Konpensi/Para Penggugat Rekonpensi,
MEGA PERKASA, SH
31
Contoh Replik
di-
Y O G Y A K A R T A
Untuk dan atas nama Klient kami; Dengan ini menyampaikan Replik atas
Jawaban Tergugat I sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI :
1. Bahwa pada pokoknya kami tetap pada gugatan kami semula, dan
menolak jawaban Tergugat I, kecuali yang secara tegas tegas kami akui
kebenarannya.
2. Bahwa kami tidak sependapat dengan dalih Tergugat 1 point 1 tersebut
karena kaedah hukum yang dijadikan dasar tersebut selain tidak
kontektual juga telah ada Yurisprudensi yang lebih baru yang menafikan
kaedah tersebut (vide Yurispudensi MARI tanggal 9-9l975,No.457
K/Sip/l974 jo. Put MA RI Tgl. 18-9-l976 No.157 K/Sip/l975 jo Put MARI
tgl.6-9-l975,No.51 K /Sip/l975 jo Put MARI tgl.10–5-l977 No.1656
K/Sip/l975 yang pada intinya menyatakankan bahwa tidak ada daluwarsa
untuk menuntut hak (lihat lebih lanjut Rangkuman Yurisprudensi MARI
1. Hukum Pidana dan Acara Pidana 2. Hukum Perdata dan Acara
Perdata, hal 29 dan 30 ). dengan demikian dalih tersebut haruslah ditolak
atau setidak tidaknya haruslah dikesampingkan.
32
3. Bahwa kami tidak sependapat dengan dalih Tergugat I, karena obyek
sengketa adalah milik Yayasan dengan nama Yayasan Hatta, maka sudah
sepantasnya Yayasan mempunyai hak untuk menuntut ganti rugi
tersebut, oleh karena itu dalih Tergugat I tersebut haruslah ditolak atau
setidak tidaknya haruslah dikesampingkan.
Berdasarkan hal hal tersebut diatas, maka dengan ini kami mohon
kepada Yth. Bapak/Ibu Majelis Hakim agar meberikan putusan sebagai
berikut:
PRIMAIR :
SUBSIDAIR:
PRIMAIR ;
SUBSIDAIR :
Mohon putusan yang seadil-adilnya.
Demikianlah Replik ini disampaikan, atas perhatian dan perkenan Bapak, Ibu
Majelis Hakim diucapkan terima kasih.
2. Suryanto, SH.
34
Contoh Duplik
Hal : Duplik
di-
B A N T U L
Untuk dan atas nama Klien kami, dengan ini menyampaikan duplik dalam
perkara perdata No.57/Pdt/G/2002PN.Btl sebagai berikut:
A. DALAM EKSEPSI
1. Bahwa pada pokoknya kami tetap pada Eksepsi kami semula dan
menolak seluruh dalih gugatan Penggugat , kecuali yang secara tegas
tegas kami akui kebenarannya.
2. Bahwa kami tidak sependapat dengan dalih Penggugat point 02, Sebab
biarpun untuk menempatkan subyek hukum dalam suatu gugatan
memang menjadi hak dari Penggugat, akan tetapi tidak berarti kalau ada
pihak yang seharusnya digugat oleh Penggugat akan tetapi tidak
diajukan sebagai Pihak dalam perkara ini adalah SUGIYONO, maka
dengan tidak dilibatkannya SUGIYONO sebagai Pihak dalam perkara
menjadikan gugatan Penggugat menjadi kurang lengkap subyek
Hukumnya ( Statuta Personalia ), dan karenanya haruslah dinyatakan
tidak dapat diterma.
3. Bahwa gugatan Penggugat sejak semula terdapat cacat dalam bentuk dan
hukumnya karena antara Penggugat dengan Tergugat tidak pernah
melakukan hubungan hukum sebagai mana didalihkan oleh Penggugat,
oleh karena itu gugatan Penggugat haruslah ditolak.
4. Bahwa dengan adanya penyebutan bangunan konstruksi hukum yang
tidak benar yakni perbuatan melawan hukum, mengakibatkan gugatan
35
Penggugat menjadi tidak jelas/ kabur dan karenanya gugatan Penggugat
haruslah dinyataan tidak dapat diterima.
PRIMAIR
DALAM EKSEPSI
37
SUBSIDAIR
DALAM EKSEPSI DAN POKOK PERKARA
Demikianlah duplik ini disampaikan ,atas perhatian dan perkenan Yth .Bapak
Majelis Hakim disampaikan terima kasih.
38
Contoh Penyusunan Daftar Alat Bukti Surat
PENGGUGAT/TERGUGAT REKONPENSI
NAMA/JENIS
No. KODE KEGUNAAN BUKTI KETERANGAN
SURAT
1 P - 01 Akta - Untuk membuktikan 1 (satu) lembar
Kelahiran No. bahwa Penggugat
/Tergugat Rekonpensi
17896/
adalah sebagai anak yang
JS/1985
lahir dari Rosearni sebagai
ibu kandungnya.
- Untuk membuktikan
bahwa
Penggugat/Tergugat
Rekonpensi adalah ahli
waris ROSEARNI dan
berhak atas harta warisan.
2 P - 02 Akta Nikah - Untuk membuktikan 1 (satu) bendel
No. 145/014/ bahwa antara Ibu
XII/1976 Penggugat/Tergugat
Rekonpensi dan Tergugat
I/Penggugat I Rekonpensi
menikah secara sah dan
tercatat, dengan demikan
telah terjadi percampuran
harta suami istri antara Ibu
Penggugat/Tergugat
Rekonpensi dengan
Tergugat I/Penggugat I
39
Rekon pensi
Hormat kami,
M. ABDULLAH, SH.,M.Hum
SAIFUL JAMIL,S.H.,M.H
40
Contoh Kesimpulan
di
SLEMAN
HAL : KESIMPULAN
Untuk dan atas nama Klien kami;- dengan ini menyampaikan kesimpulan
dalam perkara perdata no.39/Pdt /G/2012/PNYk , namun sebelum itu
perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada Majelis Hakim yang telah berkenan memeriksa perkara ini
dengan penuh kesabaran dan cukup teliti, semoga semuanya itu mendapatkan
balasan dari Allah Swt sebagai suatu amalan ibadah , dan semoga Allah SWT
selalu memberikan Rahmat dan HidayahNya kepada kita sekalian khususnya
kepada Majelis Hakim sehingga dapat membedakan yang benar itu benar dan
yang salah itu salah serta diberikan daya serta kekuatan sehingga dapat
menjalankan yang benar dan menjauhkan yang batil (salah) amin, Selain dari
pada itu melalui kesempatan ini baik kami selaku kuasa Terggugat I maupun
selaku pribadi, apabila selama pemeriksaan perkara ini ada hal-hal yang kurang
berkenan dihati Majelis Hakim, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
PRIMAIR
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya gugatan
Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima seluruhnya;
2. Menghukum kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara ini.
SUBSIDAIR :
Hormat Kami,
43
Contoh Memori Banding
di
Y o g y a k a r ta
Di
Bantul
44
MELAWAN
Bahwa Pembanding tidak menerima serta menolak sebagian isi putusan perkara
pidana nomor. 128/Pdt.G/2008/PN.Btl yang selanjutnya dalam tenggang waktu
yang ditetapkan undang-undang, yakni pada tanggal 28 maret 2008 telah
mohon pemeriksaan banding dihadapan Bapak Kepala Panitera Pengadilan
Negeri Yogyakarta.
MENGADILI
47
biaya perkara yang timbul dalam pemeriksaan ini dibebankan
pada terbanding (penggugat asli).
Bahwa berdasarkan hal-hal yang kami uraikan di atas, maka kami mohon
kepada yang terhormat Majelis Hakim agar memutuskan perkara banding ini
dengan amar sebagai berikut:
PRIMAIR
SUBSIDAIR
Demikian memori banding ini kami ajukan atas perhatian dan perkenannya
diucapkan terima kasih.
Hormat Kami
KuasaHukum Pembanding
48
Contoh Kontra Memori Banding
di-
Yogyakarta
di
Yogyakarta
ARIEF SUDITOMO, SH., M.Hum, advokat dan konsultan hukum, alamat Jalan
Taman Siswa Nomor 158 Yogyakarta, berdasarkan surat kuasa tertanggal 23
April 2003, yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama klien kami yang
bernama:
Dengan ini mengajukan Kontra Memori Banding dalam perkara perdata nomor;
19/Pdt.G/2003/PN.Yk
49
MELAWAN;
Adapun Kontra memori Banding ini diajukan atas hal hal sebagai berikut :
1. Bahwa pada pokonya kami menolak dalih dalih Pemohon Banding yang
tertuang dalam memorie banding tersebut, kecuali yang secara tegas
tegas kami akui kebenarannya;
2. Bahwa kami sependapat dengan putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta
yang dimohonkan banding ini, karena putusan tersebut selain telah
memenuhi rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, juga telah
didasarkan pada pertimbangan hukum dan dasar hukum yang benar,
oleh karena itu permohonan banding Pemohon banding haruslah ditolak
atau setidak-tidaknya haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;
3. Bahwa untuk kelengkapan kontra memori banding ini perlu kami
tanggapi memori banding Para Pemohon Banding sebagai berikut :
Bahwa putusan tersebut sudah tepat karena apabila Majelis Hakim
tidak memperhatikan dan mempertimbangkan hal itu (dan memang
fakta hukumnya menyatakan demikian) sangat dikhawatirkan
muncul putusan yang bersifat kontradiktif, sehingga akan
menimbulkan ketidak pastian hukum, karena itu pula dalih-dalih
Para Pemohon Banding haruslah ditolak;
Bahwa dengan tidak dilibatkannya orang lain sebagai mana tersebut
dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim tersebut mengakibatkan
Subyek hukum dari gugatan Penggugat menjadi kurang lengkap,
sebab sesuai dengan fakta yang ada Tergugat dalam melakukan
perbuatan tersebut dalam kapasitasnya menjalankan tugas dan sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya sebagai Puket II
STIEKERS ( bukan sebagai diri pribadi ), karena itu pula dalih-dalih
Para Pemohon Banding haruslah ditolak;
Bahwa kami tidak sependapat dengan dalih Para Pemohon Banding
tersebut, sebab biarpun hak ada pada seseorang untuk menggugat dan
tidak menggugat kepada orang lain adalah ada pada Penggugat akan
tetapi tidak berarti, dapat dilakukan tanpa memperhatikan kaedah
kaedah hukum, maupun ketentuan hukum lainnya di Hukum Acara
Perdata), oleh karena itu dalih tersebut haruslah dikesampingkan;
50
Bahwa kami tidak sependapat dengan dalih-dalih Para Pembanding
sebagaimana tersebut pada point 11 s /d 20 sebab soal kewenangan
dan hak dari Para Pembanding masih dipersoalkan dan menjadi
perkara pada Pengadilan Negri Yogyakarta, maka gugatan Penggugat
menjadi prematuur, dan karena itu sudah sepantasnyalh apabila
dalih-dalih tersebut haruslah ditolak;
Bahwa Termohon Banding hingga saat ini ( secara factual )adalah
selaku Pejabat Puket II yang diberikan wewenang untuk melakukan
pengelolaan keuang STIEKERS maka segala tindakan hokum tersebut
adalah sah dan bukan merupakan perbuatan melawan hukum, karena
itu dalih dalih Pembanding haruslah ditolak.
Berdasarkan hal hal tersebut di atas, maka dengan ini kami mohon kepada
Bapak Ketua Pengadilan Tinggi Yogyakarta agar memberikan putusan sebagai
berikut :
PRIMAIR :
SUBSIDAIR :
51
Contoh Memori Kasasi
Kepada yth.
Ketua Mahkamah Agung RI
Melalui Ketua Pengadilan Negeri Bantul
di-
BANTUL
Yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Klien kami :
1. N a m a : Drs. DJULISTYO.
Alamat : Dukuh Onggobayan No.103.B, RT 002/ RW 30, Desa
Ngestiharjo, Kec. Kasihan, Kab. Bantul.
2. N a m a : IGUH SETIADI
Alamat : Jambean RT 02 RW 41 Desa Triwidadi, Kec.Pajangan,
Kab.Bantul
52
selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai Pihak Pemohon Kasasi II/
Tergugat II asal.
3. N a m a : MARDIYONO
Selaku Kepala desa Triwidadi, Kec.Pajangan, Kabupaten Bantul.
selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai Pihak Pemohon Kasasi III/
Tergugat III asal.
EKSEPSI
KONPENSI
REKONPENSI
III. Bahwa terhadap putusan tersebut kami sangat berkeberatan, karena putusan
tersebut selain tidak memenuhi rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat,
juga karena putusan tersebut didasarkan pada dasar hukum serta
pertimbangan hukum yang salah / tidak benar;
IV. Bahwa oleh karena permohonan kasasi tersebut telah dilakukan dalam
tenggang waktu dan tata cara yang diatur dalam undang-undang, maka
permohonan kasasi tersebut haruslah diterima dan dikabulkan;
55
Adapun keberatan-keberatan kami atas putusan tersebut adalah sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI :
56
Error in obyeckta), mestinya gugatan harus ditolak atau setidak
tidaknya harus dinyatakan tidak dapat diterima, oleh karena itu putusan
tersebut haruslah dibatalkan.
DALAM KONVENSI:
57
sekali tidak dipertimbangkan, sehingga hakim melanggar asas Audi et
elteram partem), oleh karena itu putusan tersebut haruslah dibatalkan;
5. Bahwa Hakim Pengadilan Negeri Bantul dengan tidak
mempertimbangkan keberadaan dan pernyataan Mbok Supami sebagai
mana tersebut diatas, maka dengan tidak dilibatkannya Mbok supami
sebagai pemberi hibah dalam perkara ini (padahal Mbok Supami pada saat
ini masih hidup) menunjukkan dan membuktikan bahwa Subyecktum
litis gugatan ini tidak lengkap dan karenanya putusan tersebut haruslah
dibatalkan (sebagaimana Eksepsi Para Tergugat Asal);
6. Bahwa kami tidak sependapat dengan pertimbangan Hakim Pengadilan
Negeri Bantul (vide hal 57 alenia 2) tersebut, karena dalam
pertimbangannya tanpa mempertimbangkan bukti bukti saksi baik yang
diajukan oleh Para Penggugat Asal /Para Termohon Banding maupun
Para Tergugat Asal / Para Pemohon Banding maupun keterangan Mbok
Supami sendiri, maupun Tergugat Asal IV yang kesemuanya
menerangkan bahwa hibah tersebut telah dilakukan sesuai dengan tata
cara dan hukum yang berlaku, dengan demikian putusan tersebut
haruslah dibatalkan;
7. Bahwa Hakim tingkat Pertama dalam pertimbangannya pada halaman 57
tersebut ternyata hanya mendasarkan pada persangkaan hakim, padahal
alat bukti persangkaan gradasi-nya adalah lebih rendah dibanding
dengan alat bukti surat dan saksi, terlebih lebih kesimpulan/
persangkaan ternyata bertentangan dengan alat – alat bukti yang ada,
oleh karena itu putusan tersebut haruslah dibatalkan;
8. Bahwa kami tidak sependapat dengan pertimbangan dan putusan Hakim
Tingkat Pertama yang menyatakan bahwa bahwa girik C Nomor : 362
seluas 540 M2 dan 1980 m², yang terletak didesa Jambean, Tridadi,
Pajangan, Bantul adalah obyek sengketa, sebab pada saat dilakukan
pemeriksaan ditempat ternyata pada saat Para Penggugat Asal menunjuk
tanah tersebut ternyata keliru dalam menunjukkan obyek yang dijadikan
sengketa dalam perkara ini, karena dalam gugatannya menyebutkan
obyek sengketa terletak di dusun TRUCUK, sedang yang ditunjuk adalah
tanah sawah persil No.52 S Kelas III seluas 531 m² yang terletak didusun
58
Kaguhan yang tidak termasuk dalam gugatan ini, dengan demikian
memperkuat dalih Para Tergugat Asal yang menyatakan bahwa obyek
sengketa keliru/salah/ Error, oleh karena itu gugatan Para Penggugat
haruslah ditolak;
9. Bahwa kami tidak sependapat dengan putusan Majlis Hakim khususnya
dikitum penyitaan, sebab selain obyek sengketanya salah, ternyata dalam
pertimbangannya sama sekali tidak menyebutkan alasan alasannya, oleh
karena itu putusan tersebut haruslah dibatalkan;
10. Bahwa kami tidak sependapat dengan putusan Pengadilan Negeri Bantul,
khususnya mengenai kedudukan janda (vide put.Hlmn 53) yakni dengan
mengutip putusan Mahkamah Agung RI yang ternyata keliru/salah sebab
yang benar adalah putusan MA RI No.3190 K/Pdt/1985 tanggal 26
Nopember 1987 yang berbunyi: “Janda memiliki hak waris dari harta
peninggalan suaminyadan hknya tersebut adalah sederajat dengan anak
anak kandung, baik anak kandung, anak tiri maupun anak angkat , SI
JANDA sebagai PENGHALANG bagi sekelompok ahli waris lain yang
merupakan Saudara Suaminya. Dengan demikian janda mewaris pula
harta yang berasal dari suami baik harta yng berasal dari harta bersama
maupun harta asal”, hal ini sesuai dengan pendapat doktrin (Van Dijk)
antara lain menyatakan bahwa hukum adat dapat berubah sesuai dengan
keadaan jamnnya. (Vide Prof. Dr. HR OTJE SALMAN
SOEMADININGRAT, SH dalam bukunya “Rekonseptualisasi Hukum
Adat Kontemporer, Telaah Krtis terhadap Hukum Adat Sebagai hukum
Yang Hidup Dalam Masyarakat”, hlm.34) oleh karena itu putusan
tersebut haruslah dibatalkan;
DALAM REKONVENSI:
59
Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima dengan alasan yang hanya
menyatakan bahwa gugatan penggugat Rekonvensi adalah tidak relevan
dengan tanpa memberikan alasan alasannya.
3. Bahwa Gugatan Penggugat Rekonvensi ada korelasinya yakni karena
adanya gugatan Penggugat Konvensi yang tidak sesuai dengan hukum
yang berlaku dan merugikan Para Penggugat Rekonvensi, maka diajukan
gugatan Rekonvensi ini, oleh karena itu putusan tersebut harus
dibatalkan.
Berdasarkan hal hal tersebut di atas, maka dengan ini kami mohon ke hadapan
Yth. Ketua Pengadilan Tinggi Yogyakarta, agar memberikan putusan sebagai
berikut :
PRIMAIR :
DALAM EKSEPSI:
DALAM KONVENSI :
60
DALAM REKONVENSI :
SUBSIDAIR :
Hormat Kami ,
HEDDY SULISTYO,SH.
61
Contoh Kontra Memori Kasasi
Hal: Kontra memori Kasasi Perkara No. 95/Pdt. G /2001/PN.Btl Jo.No57 /Pdt.
/2001 /PNYK.
Melalui
di
YOGYAKARTA
Berdasarkan surat kuasa tertanggal 18 Maret 2003, yang dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Klient kami yang bernama :
62
N a ma : Ny. Ummyatun alias Ny. Siswati
Dengan ini mengajukan Kontra Memori Kasasi dalam perkara perdata nomor;
95/Pdt.G/2001/PNBtl jo.No. /Pdt/ 2001 / PTYk yang diajukan oleh orang yang
bernama PARDI HARJONO alias SUPARDI, alamat : Demangan , Jambidan,
Banguntapan, Kab.Bantul, selanjutnya ini disebut PEMOHON KASASI
Adapun Kontra memori Kasasi ini diajukan atas hal hal sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
- Menolak Eksepsi Tergugat
63
(lima puluh ribu rupiah ) terhitung sejak putusan Pengadilan
mempunyai kekuatan hukum tetap dan dapat dilaksanakan.
- Menolak gugatan untuk selebihnya;
- Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang hingga kini
berjumlah Rp.169.000 ( Seratus enam puluh sembilan ribu rupiah );
2. Bahwa terhadap putusan tersebut telah diajukan banding,yang kemudian
oleh Pengadilan Tinggi Yogyakarta telah diberikan putusan yang amar
putusannya berbunyi sebagai berikut :
64
7. Bahwa Hakim Pengadilan Tinggi Yogyakarta dalam memeriksa,mengadili
dan memutus perkara a qua telah sesuai dengan hukum yang berlaku ( baik
hukum materiil maupun formil yang berlaku ) sebab semua bukti bukti
yang ada ( baik bukti Penggugat Asal maupun Tergugat ) telah
dipertimbangkan oleh Majelis Hakim,yakni bahwa hubungan hukum yang
terjadi adalah antara Termohon Kasasi dengan Pihak lain yang dalam
perkara ini ternyata oleh Penggugat Asal sama sekali tidak dilibatkan,baik
sebagai Penggugat maupun sebagai Tergugat,hingga karena itu Subyecktum
litisnya memang tidak lengkap,sehingga dengan demikian dalih dalih
Pemohon kasasi haruslah ditolak, dan karena itu pula gugatan Penggugat
sudah sewajarnya apabila dinyatakan tidak dapat diterima;
8. Bahaw sesuai dengan bukti bukti yang ada serta pengakuan Pemohon
Kasasi,ternyata kwitansi pembayaran yang diajukan bukti oleh Penggugat
Asal adalah atas nama orang lain dan bukan atas nama Penggugat.sehingga
sungguh aneh apabila hubungan hukum jual beli tersebut adalah antara
Penggugat dan Tergugat.sebab bukankah ketiak jual beli tersebut akan
diujudkan dalam akta jual beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah akan
ditanyakan kwitansi pembayarannya dan kalau ternyata kwitansi tersebut
ternyata atas nama orang lain, maka akan menjadi persoalan baru dan PPAT
tidak akan / setidak tidaknya akan mempengarugi proses balik namanya,
sehingga demikian Hakim Penmgadilan Tinggi tidak keliru dalam
menerapkan hukumnya (sesuai dengan hukum yang berlaku) oleh karena
itu putusan tersebut haruslah dikuatkan, dan semua dalih Pemohon kasasi
haruslah ditolak;
9. Bahwa Hakim Pengadilan Tinggi telah tepat dalam memutus perkara ini
karena baik dalam pertimbangan hukum maupun dalam penerapan
hukumnya sama sekali tidak tidak keliru sebab bukankah semua kwitansi
penerimaan adalah atas nama orang lain ,yang dalam perkara ini justru oleh
Pihak Penggugat Asal/Pemohon Kasasi tidak diajukan baik sebagai
Penggugat maupun sebagai Tergugat, begitupun telah ternyata didalam
persidangan Penggugat asal tidak dapat membuktikan adanya hubungan
pemberian kuasa tersebut, dengan demikian jelaslah bahwa Hakim
Pengadsilan Tinggi telah menerapkan asas pembuktian dalam hukum Acara
Perdata yang menyatakan bahwsa pembuktian dalam hukum acara perdata
adalah bersifat formil waarheids ,oleh karena itu dalih dalih Para Penggugat
Asal /Pemohon Kasasi haruslahj ditolak atau setidak tidaknya haruslah
dinyatakan tidak dapat diterima.
65
Berdasarkan hal hal tersebut diatas,maka dengan ini kami mohon kepada
Yth.BapakKetua Mahkamah Agung Republik Indonesia agar berkenan
memberikan putusan sebagai berikut :
PRIMAIR:
SUBSIDAIR:
Hormat Kami
66
Contoh Permohonan Eksekusi Putusan
67
Yang selanjutnya dalam hal ini mohon disebut sebagai PARA TERMOHON
EKSEKUSI.
Adapun permohonan ini disampaikan atas hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa Klien kami tersebut diatas dalam berperkara di Pengadilan Negeri
Yogyakarta sebagaimana tersebut dalam register perkara
No.03/Pdt.G/l996/PN.Yk telah dijatuhkan putusan yang amar putusannya
berbunyi sebagai berikut :
--------------------------------------MENGADILI -------------------------------
Dalam Konpensi
Dalam Eksepsi ;
- Menolak Eksepsi Para tergugat
Mengenai Pokok Perkara
68
Menghukum kepada Para Tergugat membayar bunga kepada Penggugat
sebesar 18 % pertahun terhitung sejak gugatan ini dimasukkan hingga
putusan ini dilaksanakan oleh Para Tergugat yang setiap tahunnya
sebesar Rp 127.286.163 ( seratus dua puluh tujuh juta dua ratus delapan
puluh enam ribu seratus enam puluh tiga ribu rupiah )
Dalam gugatan Rekonvensi :
- Menolak gugatan Penggugat seluruhnya
Dalam gugatan Konvensi dan Gugatan Rekonvensi
Hormat Kami
Kuasa Hukum Pemohon Eksekusi
70
Contoh Permohonan Eksekusi Sertipikat Hak Tanggungan
di-
YOGYAKARTA
71
2. N a m a : TIA IRAWATI
Alamat : Perum Mayang Indah Blok A-15 , Sidorejo, Salatiga
selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai TERMOHON EKSEKUSI II.
Hormat kami,
Kuasa Hukum Pemohon
73
Contoh Surat Kuasa Khusus Permohonan Perwalian anak
H E N D R A R A I S, SH
Tn. M A N T O R O
Swasta, beralamat di Jl. Mangkuyudan No. 9
Dalam hal ini memilih kedudukan hukum dikantor Kuasanya tersebut dibawah
ini, dengan ini memberi kuasa kepada :
HENDRA RAIS, S.H
ADVOKAT/PENGACARA – KONSULTAN HUKUM
beralamat di kantor Advokat Hendra Rais, SH & Rekan
Jl. Timoho Lor No. 20. A Yogyakarta 55212
===== K H U S U S =====
Untuk menjadi Kuasa Hukum, membela hak-hak dan memperjuangkan
kepentingan kami menurut Hukum dalam perkara Perdata dimuka Pengadilan
Negeri Yogyakarta, guna mengajukan Permohonan perwalian kedua anak yang
lahir dari perkawinanTn. SUGIYANTO ( yang dalam KTP tertulis
SUGIYANTO ) dengan Ny. TITIK, yang bernama JAJA RAHARJA, sebagaimana
dalam Akta Kelahiran No. 4139/I/1988, yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan
Sipil/Pegawai Luar Biasa Pencatat Sipil Kotamadya Yogyakarta dan IKE NUR
FADILAH sebagaimana dalam Akta Kelahiran No. 640/1991, yang dikeluarkan
oleh Kantor Catatan Sipil Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman ;
74
Untuk itu kepada pemegang kuasa tersebut diatas, baik secara bersama-sama
maupun sendiri-sendiri kami beri hak dan wewenang :
H E N D R A R A I S, S.H Tn. M A N T O R O
75
Contoh Permohonan Perwalian Anak
di -
YOGYAKARTA
Dengan hormat,
H E N D R A R A I S, S H
==================================
Tn. M A N T O R O
PEMOHON
Dengan ini mengajukan Permohonan Perwalian anak hasil perkawinan dari Tn.
Sugiyanto dengan Ny. Titik ;
Bahwa pada hari Kamis tanggal 10 Mei 1990 telah terjadi Perkawinan antara
SUGIYANTO (dalam KTP tertulis SUGIYANTO) dengan TITIK, sebagaimana
termuat dalam Kutipan Akta Nikah No. 34/44/V/1993 tanggal 10 Mei 1993 yang
dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa
Timur.
Bahwa dari perkawinan antara SUGIYANTO dengan TITIK tersebut telah lahir
2 (dua) orang anak yang bernama :
JAJA RAHARJA, lahir pada tanggal 17 Agustus 1988 sebagaimana termuat dalam
Akte Kelahiran No. 4139/I/1988, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Catatan
Sipil/Pegawai Luar Biasa Pencatat Sipil Kotamadya Yogayakarta
IKE NUR FADILAH, lahir pada tanggal 25 Januari 1991 sebagaimana termuat
dalam Akte Kelahiran No. 640/1991, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor
Catatan Sipil Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman.
Bahwa sampai saat ini anak-anak hasil perkawinan antara SUGIYANTO dengan
TITIK masih dititipkan kepada neneknya (Ibu Pemohon, yang bernama Ny.
77
RAHMAWATI), yang tinggal di rumah anaknya Novintri laras beserta
suaminya Candra Putra ;
Bahwa Pemohon adalah Adik Kandung dari (Almh) TITIK yang Notabene
berarti PAMAN dari anak-anak (Almh) TITIK;
Bahwa berdasarkan ketentuan yang termuat dalam KUHPerdata Pasal 345, yang
kami kutib sebagai berikut :
“Apabila salah satu dari kedua orangtua meninggal dunia, maka perwalian
terhadap anak-anak kawin yang belum dewasa, demi hukum dipangku oleh
orangtua yang hidup terlama, sekedar ini tidak, telah dibebaskan atau dipecat
dari kekuasaan orangtuanya”
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 345 KUHPerdata tersebut diatas maka saat
ini yang mempunyai tanggungjawab penuh terhadap kelangsungan hidup kedua
anak hasil perkawinan dari SUGIYANTO dengan TITIK adalah SUGIYANTO,
mengingat TITIK telah meninggal dunia ;
Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 335 KUHPerdata, yang kami kutib
sebagai berikut :
78
Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 335 KUHPerdata tersebut diatas,
maka dalam hal ini SUGIYANTO mempunyai hak untuk mengangkat seseorang
yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup anak-anaknya untuk
menjadi wali.
“ Wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain
yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan berkelakuan baik.”
Dalam hal ini Pemohon adalah PAMAN dari anak-anak tersebut, sehingga
berdasarkan ketentuan tersebut diatas, jelas-jelas merupakan orang yang
mempunyai prioritas untuk mendapatkan hak perwalian dari anak-anak
tersebut.
79
Bahwa Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 360 KUHPerdata, kami kutib sebagai
berikut :
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas maka dengan ini jelas sudah kewenangan
Pengadilan Negeri Yogyakarta untuk menetapkan Pemohon sebagai Wali dari
kedua anak hasil perkawinan antara SUGIYANTO dengan TITIK.
PRIMAIR
Menyatakan dan Menetapkan kedua anak hasil perkawinan antara Afiat Ashan
Hasan dengan Maymianti yang bernama :
JAJA RAHARJA, lahir pada tanggal 17 Agustus 1988 sebagaimana termuat dalam
Akte Kelahiran No. 4139/I/1988, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Catatan
Sipil/Pegawai Luar Biasa Pencatat Sipil Kotamadya Yogayakarta
IKE NUR FADILAH, lahir pada tanggal 25 Januari 1991 sebagaimana termuat
dalam Akte Kelahiran No. 640/1991, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor
Catatan Sipil Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman.
80
Dibawah PERWALIAN Pemohon ;
SUBSIDAIR:
Mohon putusan yang seadil-adilnya menurut hukum dan kebenaran (Ex Aequo
Et Bono)
Terima kasih
Hormat - Kami,
81