Anda di halaman 1dari 294

Versi/Revisi : 1/17

Tanggal berlaku : 1 Maret 2021

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN


(PUSDIKLAT)

MODUL PRAKTIKUM
KEADVOKATAN
(PIDANA DAN PERDATA)

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


FAKULTAS HUKUM
2021 0
Modul Praktikum
Keadvokatan/Kewirausahaan

Disusun :

Tim Pusat Pendidikan dan Latihan (PUSDIKLAT)


Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia

Edisi Tujuh Belas, 1 Maret 2021


( Semester Genap 2020 - 2021)

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan kepada kami untuk menjalankan amanat ini dengan baik, aamiin.
Sejak digulirkannya wacana perkuliahan Mata Kuliah Kemahiran Hukum
(MKKH) untuk bisa dikembangkan menjadi sebuah model perkuliahan yang
bernuansakan kombinasi antar teori dan praktik dengan memberikan porsi yang
lebih pada materi praktek. Dalam rangka mewujudkan cita-cita tersebut, maka
sejak saat itulah Pusdiklat FH UII melalui Kapusdiklat dan bidang pendidikan
khususnya staf kurikulum menuangkan sebuah konsep praktikum sebagai
“jawaban” untuk sebuah model perkuliahan MKKH di FH UII yang
mengedepankan sisi praktik yang lebih dari teori yang didapat oleh peserta didik
(baca mahasiswa). Dengan model perkuliahan praktikum ini diharapkan dapat
meminimalisir masalah dan kendala perkuliahan MKKH, di mana “minimnya”
jumlah pertemuan/tatap muka dengan mengingat materi SAP Silabi yang harus
disampaikan kepada mahasiswa sangat banyak, serta memberikan waktu tersendiri
terhadap praktikum MKKH yang selama ini “ada” di bawah bayang-bayang materi
perkuliahan MKKH dan “adanya” praktikum sengaja dimunculkan untuk
memenuhi unsur “praktikum” yang harus dipenuhi dalam sebuah aktifitas belajar
mengajar di FH UII guna melengkapi persyaratan sebuah penilaian sebuah institusi
pendidikan dan guna untuk mencetak out put FH UII yang siap mengaplikasikan
ilmunya di masyarakat baik teori maupun praktik.

Sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan praktikum bagi


mahasiswa FH UII yang mengambil MKKH ini yang insyaallah telah dilaksanakan
sejak semester genap 2008/2009, pada 4 (empat) MKKH yaitu Penyusunan
i
Kontrak dan Keadvokatan/Kewirausahaan, Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, Praktik Peradilan Pidana dan Praktik Peradilan Perdata, baik SAP Silabi,
RPS, pedoman praktikum maupun modul praktikum berusaha kami susun dengan
sebaik-baiknya meskipun kami yakin masih banyak kekurangannya, karena
Pusdiklat masih mencari model yang “terbaik” bagi pelaksanaan praktikum MKKH
di FH UII. Pelaksanaan praktikum MKKH akan berlangsung di FH UII setiap
semesternya khususnya bagi mahasiswa yang mengambil MKKH, meskipun baru
sebatas MKKH wajib, belum pada MKKH pilihan.
Berikut ini kami mencetak ulang modul untuk mata kuliah Keadvokatan
edisi revisi (edisi tujuh belas) yang telah mengalami beberapa kali revisi. Modul
ini diharapkan menjadi panduan atau pedoman bagi mahasiswa yang mengambil
mata kuliah tersebut, sehingga dalam praktikum nantinya dapat mengikuti
praktikum dengan mudah dan lancar, meskipun dalam pelaksanaannya nanti masih
memerlukan penambahan oleh Dosen pengampu masing-masing.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
mempercayakan amanat kepada kami, dan mohon masukan dan kritik terhadap
pelaksanaan praktikum dan isi dari modul ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 1 Maret 2021

Pusdiklat FH UII

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
PIDANA
BAB I : PENDAHULUAN ------------------------------------------------- 1
A. Ruang Lingkup Perkara Pidana----------------------------- 1
B. Hukum Pidana Materiil dan Hukum Pidana Formal ---- 2
C. Asas-Asas Hukum Acara Pidana -------------------------- 4
BAB II : PENDAMPINGAN DALAM PROSES PENYIDIKAN--- 6
A. Pendampingan Penyidikan ---------------------------------- 6
1. Mewakili/membantu (mendampingi) Pihak korban
atau keluarga----------------------------------------------- 7
2. Mewakili/membantu (mendampingi) Pihak pelaku
(tersangka/terdakwa)-------------------------------------- 15
BAB III : PENDAMPINGAN DALAM PERSIDANGAN ----------- 16
A. Pra Penuntutan -------------------------------------------------- 16
B. Penuntutan ------------------------------------------------------- 17
C. Surat Dakwaan -------------------------------------------------- 18
1. Fungsi Surat Dakwaan --------------------------------------- 18
2. Syarat-Syarat Surat Dakwaan ------------------------------- 20
3. Bentuk Surat Dakwaan -------------------------------------- 21
D. Keberatan (Eksepsi )-------------------------------------------- 24
1. Jenis-Jenis Keberatan (Eksepsi)----------------------------- 24
2. Waktu Mengajukan Keberatan (Eksepsi) ----------------- 27
3. Langkah-Langkah Penyusunan Keberatan (Eksepsi )---- 27
4. Pertimbangan Untung Rugi Mengajukan Keberatan
(Eksepsi )------------------------------------------------------ 29
E. Pemeriksaan Saksi dan Barang Bukti ------------------------ 30

iii
1. Proses Pemeriksaan Saksi ----------------------------------- 30
2. Macam- Macam Alat Bukti --------------------------------- 32
F. Nota Pembelaan (Pledooi ) ------------------------------------- 35
G. Replik dan Duplik ---------------------------------------------- 36
BAB IV : PUTUSAN DAN UPAYA HUKUM ------------------------ 38
A. Putusan ------------------------------------------------------------ 38
B. Upaya Hukum --------------------------------------------------- 41
1. Upaya Hukum Biasa ------------------------------------------ 41
a. Banding --------------------------------------------------- 41
b. Kasasi ----------------------------------------------------- 46
2. Upaya Hukum Luar Biasa ------------------------------------ 47
a. Kasasi Demi Kepentingan Hukum --------------------- 48
b. Peninjauan Kembali -------------------------------------- 48
BAB V : EKSEKUSI ------------------------------------------------------- 51

PERDATA
BAB VI : PENDAHULUAN------------------------------------------------- 53
A. Ruang Lingkup Hukum Acara Perdata ---------------------- 53
B. Sumber Hukum Acara Perdata -------------------------------- 53
C. Asas-asas Hukum Acara Perdata ----------------------------- 54
BAB VII : SURAT KUASA, SOMASI, MEDIASI PERDAMAIAN - 56
A. SURAT KUASA ----------------------------------------------- 56
1. Pengertian pemberian kuasa perdata ----------------------- 56
2. Pengertian surat kuasa --------------------------------------- 56
3. Isi surat kuasa ------------------------------------------------- 58
B. SOMASI (TEGURAN) ---------------------------------------- 60
C. PERDAMAIAN DAN MEDIASI ---------------------------- 65
1. Perdamaian ---------------------------------------------------- 65
2. Mediasi di Pengadilan --------------------------------------- 66

iv
BAB VIII : GUGATAN --------------------------------------------------------- 71
A. Gugatan -------------------------------------------------------- 71
1. Hal-hal yang harus terdapat dalam gugatan
a.Identitas Para Pihak--------------------------------------- 71
b.Posita/ Fundamentum Petendi -------------------------- 73
c.Tuntutan/ Petitum ---------------------------------------- 74
B. Format Umum Surat Gugatan-------------------------------- 75
C. Cara Mengajukan Gugatan ---------------------------------- 75
D. Pencabutan dan Perubahan Surat Gugatan ---------------- 76
E. Upaya Menjamin Hak Yang Dituntut Dalam Gugatan -- 77
1. Sita Jaminan Atas Barang-Barang Milik Penggugat----- 78
2. Sita Jaminan Terhadap Barang Milik Tergugat----------- 79
F. Pengajuan Gugatan dan Kewenangan Pengadilan----------- 80
1. Wewenang Mutlak Atau Absolute Competentie --------- 80
2. Wewenang Relatif Atau Relative Competentie ---------- 81
G. Komulasi Gugatan ---------------------------------------------- 82
BAB IX : JAWABAN, REPLIK, DUPLIK ---------------------------- 84
A. Jawaban ---------------------------------------------------------- 84
1. Eksepsi --------------------------------------------------------- 85
2. Jawaban Dalam Pokok Perkara----------------------------- 88
B. Replik ------------------------------------------------------------ 89
C. Duplik ------------------------------------------------------------ 90
BAB X : PEMBUKTIAN DAN KESIMPULAN ----------------------- 92
A. Pembuktian ------------------------------------------------------ 92
1. Asas, Tujuan, dan Beban Pembuktian Dalam perkara
Perdata ---------------------------------------------------------- 92
2. Macam-Macam Alat Bukti Dalam Acara Perdata-------- 94
2.a. Bukti Tulis ------------------------------------------------ 95
2.b. Bukti Saksi ----------------------------------------------- 97

v
2.b.1. Saksi Kebetulan ---------------------------------- 97
2.b.2. Saksi Sengaja ------------------------------------- 97
2.c. Persangkaan ---------------------------------------------- 100
2.d. Pengakuan ------------------------------------------------ 101
2.d.1. Pengakuan di depan sidang ---------------------- 101
2.d.2. Pengakuan di luar sidang ------------------------ 101
2.e. Sumpah --------------------------------------------------- 102
2.e.1. Sumpah Decissoir / Sumpah Pemutus---------- 102
2.e.2. Sumpah Supletoir/ Sumpah Pelengkap -------- 103
2.e.3. Sumpah Aestimotoir / Sumpah Penafsiran----- 104
B. Kesimpulan ------------------------------------------------------ 104
1. Kesimpulan Jawab Menjawab ------------------------------ 104
2. Kesimpulan dari Bukti- Bukti Tertulis--------------------- 104
3. Kesimpulan dari Saksi --------------------------------------- 105
BAB XI : PUTUSAN DAN UPAYA HUKUM --------------------------- 106
A. Putusan ----------------------------------------------------------- 106
B. Upaya Hukum --------------------------------------------------- 110
1. Upaya Hukum Biasa ----------------------------------------- 110
a. Perlawanan (verzet) ------------------------------------- 111
b. Banding---------------------------------------------------- 112
c. Kasasi ----------------------------------------------------- 115
2. Upaya Hukum Luar Biasa ---------------------------------- 117
a. Peninjauan kembali -------------------------------------- 117
b. Perlawanan Pihak Ketiga (Derden Verzet)------------ 119
BAB XII : PELAKSANAAN PUTUSAN/ EKSEKUSI ---------------- 121

vi
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------- 124
LAMPIRAN : BERKAS PERKARA PIDANA
BERKAS PERKARA PERDATA

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. RUANG LINGKUP PERKARA PIDANA


Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di
suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk:
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang
dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu
bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut;
2. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan dan dijatuhi pidana sebagaimana yang
telah diancamkan;
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan
tersebut.

Hukum pidana digolongkan dalam golongan hukum publik, yaitu hukum


yang mengatur hubungan antara negara dan perseorangan atau hukum yang
mengatur kepentingan umum. Sebaliknya hukum privat mengatur hubungan
antara perseorangan dan atau badan hukum yang mengatur kepentingan
perseorangan termasuk badan hukum (Recht Persoon).

Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana
bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut, dikenal dengan sebutan
Perbuatan pidana atau delik atau tindak pidana. Perbuatan-perbuatan pidana ini
menurut wujud atau sifatnya adalah bertentangan dengan tata tertib atau
ketertiban yang dikehendaki oleh hukum, mereka adalah perbuatan yang
melawan/melanggar hukum.

1
Tetapi tidak semua perbuatan yang melawan hukum atau merugikan
masyarakat dapat diberi sanksi pidana. Ukuran perbuatan melawan hukum yang
dapat ditentukan sebagai perbuatan pidana, biasanya merupaka perbuatan-
perbuatan yang menimbulkan kerugian yang besar dalam masyarakat diberi
sanksi pidana, tetapi tidak semata-mata perbuatan-perbuatan yang menimbulkan
kerugian besar saja yang dijadikan perbuatan pidana dan diberi atau dikenai
sanksi pidana, misalnya pencurian kecil saja karena dipandang sebagai delik,
dan karena kuantitasnya /frekuensinya yang sering atau banyak maka dapat
dikenai sanksi pidana.

B. HUKUM PIDANA MATERIIL DAN HUKUM PIDANA FORMAL


Hukum Pidana dapat dibagi sebagai berikut:
1. Hukum Pidana Obyektif
2. Hukum Pidana Subyektif
3. Hukum Pidana Umum
4. Hukum Pidana Khusus

Namun dalam kaitan penulisan modul ini hal tersebut diatas tidak akan
kami uraikan satu persatu dan kami hanya tekankan pada Hukum Pidana
Obyektif (Ius Punale) ialah semua peraturan yang mengandung keharusan atau
larangan, terhadap pelanggaran mana diancam dengan hukuman bersifat siksaan
atau pembelengguan terhadap hak seseorang.

Hukum Pidana Obyektif ini dapat dibagi 2 yaitu Hukum Pidana Materiil
dan Hukum Pidana Formal. Hukum Pidana Materiil adalah peraturan-
peraturan yang menegaskan, yang meliputi rumusan perbuatan hukum pidana
yang dapat dihukum, dengan hukuman apa menghukum seseorang atau dengan
kata lain ialah mengenai pertanggung jawaban hukum pidana itu sendiri. Hukum
pidana materiil mengatur perumusan dari pelanggaran dan kejahatan serta
syarat-syarat bila seseorang dapat dihukum. Di dalam Hukum Pidana Materiil
ini membedakan antara Hukum Pidana Umum dan Hukum Pidana Khusus.
2
Hukum Pidana Formal adalah mengenai bagaimana cara atau
prosedurnya untuk menuntut kemuka pengadilan terhadap orang-orang yang
disangka melakukan perbuatan pidana. Jadi hukum pidana formil itu mengatur
bagaimana cara pelaksanaan hukum pidana mulai dari timbulnya persangkaan
akan adanya suatu perbuatan pidana sampai dengan pelaksanaan putusan hakim
di pengadilan.

Hukum Pidana Formal memuat peraturan-peraturan tentang bagaimana


memelihara dan merpertahankan Hukum Pidana Materiil dan karena memuat
cara-cara menghukum sseorang yang melanggar peraturan pidana, maka hukum
ini dinamakan juga Hukum Acara Pidana. Di dalamnya memuat tentang laporan
dan atau pengaduan serta mengatur alat-alat negara yang ditugaskan untuk
menyelidiki kebenaran persangkaan itu dan yang melakukan tindakan
penyidikan/pengusutan terhadap siapa-siapa yang melakukan tindak pidana dan
mengambil tindakan-tindakan atau langkah-langkah yang perlu untuk
menangkap si Tersangka, kalau perlu menahannya kemudian mengumpulkan
barang-barang bukti yang diperoleh selama penyelidikan dan penyidikan,
selanjutnya bila terdapat cukup alasan, menghadapkan si Tersangka itu ke depan
pengadilan sebagai Terdakwa bahwa ia telah melakukan perbuatan pidana
tertentu, atas dakwaan mana setelah diadakan pemeriksaan dipersidangan
Pengadilan dan kesalahan Terdakwa dibuktikan, Pengadilan lalu akan
memberikan putusannya.

Hukum Pidana Formal atau Hukum Acara Pidana diatur dalam Reglemen
Indonesia yang diperbaharui disingkat dahulu R.I.B atau (Herziene Inlandsche
Reglemen = H.I.R ) dan sejak diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) tahun 1981, maka peraturan-peraturan mengenai Hukum
Acara Pidana diluar KUHAP dicabut, kecuali selama dalam masa peralihan
untuk sementara masih berlaku ketentuan tentang Hukum Acara Pidana dalam
undang-undang khusus.

3
C. ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA
1. Peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan
Pencantuman peradilan cepat di dalam KUHAP cukup banyak yang
diwujudkan dengan istilah ”segera”. 1Dalam KUHAP dapat kita lihat
beberapa ketentuan sebagai penjabaran dari asas peradilan cepat, tersangka
atau terdakwa berhak segera mendapat pemeriksaan penyidik, segera
diajukan kepada Penuntut Umum oleh Penyidik, segera diajukan ke
pengadilan oleh Penuntut Umum, segera diadili oleh pengadilan.

2. Oportunitas
Sekalipun seorang tersangka telah terang cukup bersalah menurut
pemeriksaan penyidikan, dan kemungkinan besar akan dapat dijatuhi
hukuman, namun hasil pemeriksaan tersebut tidak dilimpahkan ke sidang
pengadilan oleh Penuntut Umum. Kasus ini di ”deponer”(dikesampingkan)
oleh pihak Kejaksaan atas dasar pertimbangan ”Demi Kepentingan Umum”.
Kejaksaan berpendapat, akan lebih bermanfaat bagi kepentingan umum jika
perkara itu tidak diperiksa di muka sidang pengadilan. (Pasal 77 KUHAP) 2

3. Legalitas
Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pidana yang telah ada (Nullum Delictum
Nulla Poena Sine Previa Lege Poenali) (Pasal 1 ayat (1) KUHP).

4. Praduga Tidak Bersalah (Presumption of Innocent)


Setiap orang yang sudah disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan
atau dihadapkan di muka pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai
adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan

1
Andi Hamzah., Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika., Edisi Revisi., hlm. 10
2
Muhammad Taufik Makarao, Suhasril, Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek., Ghalia
Indonesia, Cetakan Pertama Januari 2004, hlm.3
4
memperoleh kekuatan hukum tetap (Penjelasan umum angka 3c KUHAP
dan Pasal 8 Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman)

5. Tersangka/Terdakwa berhak mendapat bantuan hukum


Asas bantuan hukum bagi tersangka/terdakwa diatur dalam Pasal 69
sampai dengan Pasal 74 KUHAP, di mana tersangka/terdakwa mendapat
kebebasan yang sangat luas untuyk mendapatkan bantuan hukum. Berhak
membela diri sendiri secara pribadi atau dengan bantuan penasihat hukum
menurut pilihannya sendiri, diberitahu tentang hak-haknya jika tidak
mempunyai penasihat hukum untuknya dll.

6. Pengadilan dengan hadirnya terdakwa


Ketentuan mengenai hadirnya terdakwa di persidangan diatur dalam
Pasal 154, Pasal 155 dan seterusnya dalam KUHAP. Pengecualian dari asas
ini ialah kemungkinan putusan dijatuhkan tanpa hadirnya terdakwa, yaitu
dalam acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan. 3

7. Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum (Equality
Before The Law)
Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-
bedakan orang (Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman).
Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan tidak
mengadakan pembedaan perlakuan. (penjelasan umum angka 3a KUHAP).

3
Muhammad Taufik Makarao, Drs. Suhasril, Op. Cit., hlm 9, lihat juga KUHAP Pasal 213
5
BAB II

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PENYIDIKAN

A. PENDAMPINGAN PENYIDIKAN
Seorang advokat dalam penanganan perkara pidana ada dua kemungkinan
yaitu pertama adalah berposisi membantu sebagai penasihat hukum (mewakili)
pihak korban dan atau keluarga korban kejahatan. Kedua berposisi membantu
sebagai penasihat hukum (mewakili) dari pihak pelaku kejahatan. Dalam
penanganan perkara pidana baik membantu atau sebagai penasihat hukum
(mewakili) korban dan atau keluarga korban atau pelaku di dalam praktek dapat
dibedakan menjadi dua tahap, yaitu:
1. Di luar sidang (proses peradilan / pra persidangan) atau yang dalam bahasa
praktek ada yang menyebut non litigasi;
2. Di dalam sidang pengadilan (proses peradilan), dalam bahasa praktek ada
yang menyebut litigasi.

Dalam penanganan pada kedua tahap tersebut terdapat perbedaan antara


mewakili korban dan atau keluarga korban dengan pelaku. Apabila mewakili
korban dan atau keluarga korban penekanannya lebih di luar sidang
(nonlitigasi), sebab ketika di dalam proses persidangan pihak korban dan atau
keluarga korban sudah diwakili oleh negara yang dilakukan oleh jaksa (jaksa
penuntut umum). Sehingga sifat bantuannya hanya memberikan dukungan saja,
atau memberikan dukungan moral ketika dia menjadi saksi korban dan atau
keluarga korban. Sedangkan pada waktu mewakili pelaku dapat berperan sampai
pada proses peradilan (litigasi) dan pekerjaannya tidak hanya dukungan moral,
tetapi tindakan tindakan hukum yang bermanfaat untuk pelaku.4

4
Abdul Jamil,”Hukum Acara Pidana Dalam Praktek (Pendampingan Pada Tingkat Penyidikan”,
makalah dan bahan ajar PKPA FH UII,hlm. 2., 2008
6
1. Mewakili/Membantu (Mendampingi) Pihak Korban Dan Atau Keluarga
Korban
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh seorang advokat
dalam bertindak sebagai wakil (kuasa) dari korban dan atau keluarga korban,
yaitu:5
a. Melakukan Investigasi Terhadap Kasus Yang Menimpa Pihak
Korban Dan Atau Keluarga Korban
Sebelum melakukan tindakan-tindakan hukum yang bermanfaat,
tentunya seorang advokat terlebih dahulu melakukan investigasi terhadap
perkara yang dikuasakan kepada advokat. Investigasi yang dimaksud
adalah melakukan penyelidikan terhadap kasus yang dilaporkan kepada
advokat secara mendalam, mencocokkan bukti baik tertulis atau saksi
dengan fakta-fakta yang diceritakan.

Mengapa seorang advokat harus melakukan investigasi adalah


bertujuan :
1) Untuk melakukan penyelidikan apa benar telah terjadi suatu tindak
pidana yang telah menimpa korban dan atau keluarga korban. Hal ini
penting dilakukan, sebab kadang kala orang yang mengaku menjadi
korban dan atau keluarga korban tindak pidana itu berbohong, sehingga
perlu dilakukan pengecekan kebenarannya;
2) Untuk mengetahui apakah peristiwa itu merupakan persitiwa itu masuk
kualifikasi perbuatan (tindak) pidana (identifikasi masalah);
3) Untuk menyusun tindakan-tindakan hukum yang bermanfaat kepada
korban dan atau keluarga korban (memecahkan/mensikapi masalah).

Apabila penulis merujuk pendapat Prof. Sudikno hakim ketika


diajukan kepada suatu perkara, maka harus melakukan tindakan yang
disebut mengkonstatir benar tidaknya peristiwa yang diajukan itu. Setelah

5
Ibid., hlm. 2
7
itu adalah mengkualifisir peristiwanya, dan yang selanjutnya adalah
mengkonstituir atau memberi memberi konstitusinya. 6 Meskipun tiga hal
langkah menyelesaikan perkara itu adalah untuk hakim, tetapi tiga hal
langkah tersebut juga sangat baik dan wajib dilakukan seorang advokat
yang juga sebagai penegak hukum.

b. Membuat (merumuskan) surat kuasa

Setelah melakukan investigasi dan advokat tersebut yakin bahwa


benar calon klien itu menjadi korban dan atau keluarga korban tindak
pidana, maka perlu dirumuskan surat kuasa untuk bertindak untuk dan atas
nama korban dan atau keluarga korban tindak pidana. Sebab seorang
advokat dalam mewakili (mendampingi) seseorang dalam melakukan
perbuatan hukum harus ada surat kuasa. Apabila tidak ada surat kuasa
maka kedudukan sebagai pihak formil mewakili menjadi tidak sah.

Untuk dapat mewakili klien baik untuk tindakan hukum di luar


persidangan maupun untuk mendampingi klien di persidangan, seorang
atau lebih pemegang kuasa, harus memiliki surat kuasa yang bisa berupa
surat kuasa khusus. Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian di mana
seseorang/lebih memberi hak dan kewenangan kepada orang lain yang
menerimanya untuk melaksanakan sesuatu untuk kepentingan pemberi
kuasa. Surat kuasa untuk litigasi/persidangan ini diatur dalam Pasal 123
HIR dan Pasal 147 Rbg, sedangkan syarat-syarat Surat Kuasa Khusus
diatur (SEMA No. 2 tahun 1959, SEMA No. 01, 23 Januari 1971, SEMA
No. 6 Tahun 1974). Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :

1) Harus berbentuk tertulis


a) Surat Kuasa Khusus tersebut dibuat dan ditandatangani pemberi
dan penerima kuasa, dengan catatan apabila si pemberi kuasa tidak

6
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, edisi ke tujuh, Ctk Pertama, Yogyakarta:
Liberty, 2006, hlm. 117-119
8
dapat tandatangan, maka pemberi kuasa membubuhkan cap jempol
pemberi kuasa dihadapan Notaris atau bisa juga dengan cara
dilegalisasi di Notaris atau Kepaniteraan Pengadilan;
b) Dibuat oleh Panitera Pengadilan, untuk hal ini harus dilegalisir
oleh Ketua Pengadilan Negeri atau Hakim;
c) Berbentuk akta otentik yang dibuat oleh Notaris.

2) Harus menyebut identitas para pihak yang berperkara atau yang


sedang disidangkan

3) Menyebut secara tegas obyek dan kasus yang diperkarakan, paling


tidak menyebut hal apa yang diperkarakan.
Dikarenakan syarat di atas adalah bersifat kumulatif, maka apabila
salah satu syarat tidak terpenuhi, akan mengakibatkan:
1) Surat Kuasa cacat hukum
2) Kedudukan kuasa sebagai pihak formal mnjadi tidak sah
3) Segala tindakan hukum yang dilakukan kuasa menjadi tidak sah dan
tidak mengikat.
c. Melakukan tindakan-tindakan hukum yang bermanfaat bagi pihak
korban dan atau keluarga korban
Melakukan tindakan yang bermanfaat untuk korban dan atau
keluarga korban hasil dari melakukan konstatir dan kwalifisir, akhirnya
menghasilkan konstituir atau tindakan hukum apa. Tindakan hukum yang
bermanfaat untuk dilakukan bagi korban dan atau keluarga korban sebagai
hasil tindak lanjut investigasi ada kemungkinan yaitu melakukan laporan,
pengaduan atau praperadilan.
1) Laporan Dan Atau Pengaduan
Laporan atau Pengaduan diajukan kepada pihak yang berwenang
sesuai dengan undang-undang yaitu pihak polisi setempat, baik secara
tertulis atau secara lisan (Pasal 102, 103, 106 dan Pasal 108 KUHAP).

9
Sampai sekarang ini tidak ada format baku tentang bentuk laporan atau
pengaduan. Undang-undang juga tidak mengharuskan bentuk tertentu
dalam membuat laporan/pengaduan, artinya laporan atau pegaduan
boleh diajukan secara lisan maupun tertulis, namun dalam pmbuatan
laporan atau pengaduan ini setidak-tidaknya memuat unsur-unsur
siapa, apa, di mana, dengan apa, mengapa, bagaimana dan kapan.
Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah kepolisian dalam hal ini
penyidik dalam melakukan penyelidikan guna pembuktian dari unsur-
unsur Pasal yang disangkakan.
Laporan tertulis dan pengaduan tertulis yang dibuat langsung oleh
pelapor/pengadu atau oleh kuasanya harus ditanda tangani dan
mencantumkan identitas pihak-pihak secara jelas. Adapun pihak-pihak
yang ada dalam laporan/pengaduan adalah terdiri dari pihak
pelapor/pengadu, yaitu pihak yang secara aktif mengajukan
laporan/pengaduan kepada Kepolisian. Laporan boleh diajukan oleh
siapa saja yang mengetahui akan atau telah terjadi tindak pidana,
sedangkan dalam pengaduan, harus diajukan oleh yang bersangkutan
yang merasa dirugikan dengan terjadinya tindak pidana tersebut (yang
berkepentingan).
Di sisi lain disebut sebagai pihak terlapor/teradu adalah satu atau
beberapa orang yang disangka/diduga telah melakukan suatu tindak
pidana. Laporan atau pengaduan yang disampaikan secara lisan oleh
pelapor/pengadu kepada Petugas Kepolisian, maka Petugas Kepolisian
harus mencatat laporan atau pengaduan tersebut dan kemudian harus
ditandatangani/cap ibu jari oleh pelapor/pengadu dan Petugas
Kepolisian yang berwenang. Laporan atau pengaduan yang tertulis
harus disesuaikan dengan kronologis peristiwa dan sebaiknya didukung
oleh alat bukti yang mendukung adanya tindak pidana yang dilaporkan.
Laporan atau pengaduan ditujukan kepada Kepala Kepolisian di mana

10
kejadian/peristiwa itu terjadi. Perbedaan antara laporan dengan
pengaduan terletak pada jenis hukum materiil atau jenis kejahatan
tindak pidana yang diberitahukan sedangkan persamaannya kedua
bentuk pemberitahuan tersebut diberitahukan kepada pejabat yang
berwenang menerima laporan dan pengaduan.
a) Laporan ( Pasal 1 angka 24 jo. Pasal 108 KUHAP )
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan seseorang
karena hak dan kewajiban berdasarkan undang-undang, kepada pejabat
yang berwenang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya tindak
pidana.

(1) Ciri-ciri Laporan :


(a) Dapat disampaikan oleh setiap orang;
(b) Tanpa disyaratkan permintaan untuk menuntut;
(c) Tidak dapat dicabut kembali;
(d) Setiap waktu dapat diajukan dengan tidak terikat jangka waktu
daluwarsa.
(2) Orang/pihak yang berhak mengajukan Laporan (Pasal 108
KUHAP)
(a) Setiap orang yang mengetahui/melihat/menyaksikan peristiwa
yang diduga tindak pidana;
(b) Setiap orang yang menjadi korban dari peristiwa tindak
pidana;
(c) Setiap orang yang mengetahui permufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana terhadap: 7
1. Ketentraman umum/keamanan umum
2. Jiwa atau hak milik
(d) Setiap Pegawai Negeri, dalam rangka menjalankan tugasnya
yang mengetahui tentang terjadinya peristiwa pidana; 8
7
AT. Hamid, Praktek Peradilan Perkara Pidana, CV Al Ihsan Surabaya, 1981, hlm. 27
11
b) Pengaduan ( Pasal 1 angka 25 jo. Pasal 108 KUHAP )

Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak


berkepentingan kepada pejabat yang berwenang guna menindak
menurut hukum, seseorang yang telah melakukan tindak pidana (delik)
aduan yang merugikannya.

(1) Ciri-ciri Pengaduan :


(a) Pihak yang berhak menurut hukum atau pihak yang
berkepentingan;
(b) Mempunyai syarat untuk mengajukan penuntutan/permintaan;
(c) Dapat dicabut kembali dengan ketentuan tidak boleh diajukan
ulang;
(d) Harus disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan
oleh undang-undang.

(2) Tindak Pidana atau Delik Aduan ada 2 (dua) macam, yaitu
(a) Tindak Pidana/Delik Aduan Absolut, yaitu tindak pidana
yang tidak dapat dituntut apabila tidak ada pengaduan dari
pihak korban atau yang dipermalukan dengan adanya tindak
pidana tersebut. Jadi hanya dapat dituntut apabila ada
pengaduan. Delik aduan ini yang dituntut adalah peristiwanya
sehingga harus berbunyi ” saya minta agar peristiwa ini
dituntut”. Pengadilan dapat ditarik sewaktu-waktu selama
pemeriksaan di muka pengadilan belum dimulai, dan jika
pemeriksaan sudah dimulai di pengadilan pengaduan tidak
dapat ditarik kembali. Contoh Pasal -Pasal tindak pidana
absolut: 284, 287, 293, 310, 332 dan 369 KUHP.
(b) Tindak Pidana/Delik Aduan Relatif, yaitu suatu tindak
pidana yang penuntutannya ke muka persidangan hanya dapat

8
Ibid., hlm. 27
12
dilakukan atas pengaduan dari pihak yang dirugikan atau yang
mendapat malu dengan dilakukannya tindak pidana tersebut.
Delik aduan relatif pada dasarnya merupakan delik laporan,
akan tetapi menjadi delik aduan karena dilakukan dalam
kalangan keluarga sendiri. Dalam delik ini yang dituntut
adalah orang-orang yang melakukan tindak pidana itu, bukan
menuntut peristiwa kejahatannya. Contoh Pasal-Pasal delik
aduan relatif: 367, 370, 376, 394, 404 dan 411 KUHP.
(3) Pihak-pihak yang berhak membuat pengaduan :
(a) Orang tua, suami/isteri, anak, wali, kelurga dalam garis lurus
atau garis lurus menyamping sampai derajat ketiga. (lihat
Pasal -Pasal 72, 73, 284, 287, 332 KUHP);
(b) Orang yang dikenai kejahatan/korban (lihat Pasal -Pasal 278,
293, 310, 311,315, 319, 321 dan 369 KUHP);
(c) Orang lain (lihat Pasal 320 KUHP).

(4) Daluwarsa Pengajuan Pengaduan :


(a) 6 bulan setelah yang berhak mengadukan mengetahui
perbuatan yang dilakukan itu, apabila ia berada di Indonesia,
dan sembilan (9) bulan bila di luar negeri. (lihat Pasal 74);
(b) Kecuali untuk tindak pidana yang diatur dalam Pasal 293
KUHP, daluwarsa berlaku setelah yang berhak mengadu
mengetahui perbuatan yang dilakukan itu, dalam waktu
sembilan (9) bulan jika ia berada di Indonesia, dan dua belas
(12) bulan bila ia berada di luar negeri. (lihat Pasal 293 ayat
(3) KUHP);
Catatan : Pengaduan yang diajukan menurut Pasal 75 KUHP
dapat dicabut kembali dalam waktu selama tiga (3) bulan sejak
hari pengaduan itu diajukan, sedangkan untuk perkara overspel

13
pengaduan dapat dicabut kembali selama perkara belum di
sidang di muka pengadilan.

2) Pendampingan
Setelah adanya laporan dan atau pengaduan tentu saja akan
ditindak lanjuti oleh penyidik. Tindak lanjut penyidik itu ada kalanya
olah TKP, penyelidikan, penyidikan, penyitaan, dan lain sebagainya.
Terhadap tindakan-tindakan sebagai tindak lanjut tersebut pelapor dan
atau pengadu dapat dampingi oleh penasihat hukumnya. Itulah yang
dimaksud oleh pendampingan ini. Pendampingan ini perlu dilakukan
sebab tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penyidik ada
kemungkinan merugikan pihak pelapor dan atau pengadu oleh sebab-
sebab tertentu. Misalnya pihak pelapor dan atau pengadu takut dan lain
sebagainya.
3) Penyelamatan Barang Bukti
Penyelamatan barang bukti ini adalah barang-barang milik
korban yang disita oleh penyidik yang akan digunakan sebagai alat
bukti ketika kasusnya diperiksa di pengadilan. Barang bukti yang perlu
diselamatkan tentu saja barang-barang yang memang membutuhkan
suatu perawatan dan dapat dimanfaatkan oleh pemilik ataua korban.Di
dalam praktek penyelamatan barang bukti itu dilakukan dengan
mengajukan surat permohonan peminjaman barang bukti.
4) Pra Peradilan
Pasal 1 angka 10 KUHAP Praperadilan adalah wewenang
pengadilan negeri untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu
penangkapan atau penahanan, sah atau tidaknya penghentian
penyidikan atau penghentian penuntutan, permintaaan ganti rugi dan
rehabilitasi oleh tersangka atau keluarga atau pihak lain atas kuasanya
yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.

14
Alasan dilakukan praperadilan:
a) Sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan.
b) Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan.
c) Permintaaan ganti rugi dan rehabilitasinoleh tersangka atau
keluarga atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak
diajukan ke pengadilan.

Pihak yang dapat melakukan praperadilan, adalah tersangka dan


atau keluarganya atau korban dan atau keluarga korban. Karena
praperadilan ini mempunyai tujuan yaitu tegaknya hukum dan
perlindungan hak asasi manusia.

2. Mewakili/membantu (mendampingi) pihak pelaku (tersangka/terdakwa)


Pada prinsipnya mewakili/membantu pihak pelaku hampir sama dengan
korban. Bedanya adalah ada beberapa hal, yaitu:
a. Penangan diluar persidangan ( non litigasi ):
1) Penundaan dan atau peralihan status tahanan
2) Mengajukan upaya hukum dan atau mengajukan memori dan atau
kontra memori (banding, kasasi, peninjauan kembali).
3) Mengajukan permohonan dan atau mengajukan memori Grasi, Amesti,
Abolisi dan Rehabilitasi.
b. Penanganan dalam proses sidang pengadilan ( litigasi )
Pendampingan tehadap pelaku di dalam proses sidang pengadilan
(terdakwa) ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
1) Mempelajari surat dakwaan;
2) Membuat eksepsi apabila diperlukan;
3) Mengali keterangan saksi-saksi dalam peperiksaan di pengadilan;
4) Mengajukan saksi-saksi atau alat bukti yang lain apabila ada;
5) Menanggapi tuntutan jaksa (pembelaan).

15
BAB III
PENDAMPINGAN DALAM PERSIDANGAN

A. PRA PENUNTUTAN
Pasal 14 KUHAP khususnya butir b, disebutkan, ”mengadakan
prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan
ketentuan Pasal 110 ayat 3 dan 4, dengan memberi petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan dari penyidik.” 9Jadi yang dimaksud dengan istilah
pra penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk memberi petunjuk
dalam rangka penyempurnaan penyidikan oleh penyidik. Sehingga dapat
dikatakan bahwa petunjuk untuk penyempurnaan penyidikan pada hakikatnya
merupakan bagian dari penyidikan lanjutan.

Adapun ketentuan yang harus dilaksanakan dalam pra penuntutan adalah


setelah berkas selesai, penyidik melimpahkannya kepada Penuntut Umum (vide:
Pasal 110 ayat (1) KUHAP), yang dalam waktu 7 hari wajib memberitahukan
kepada penyidik bahwa penyidikan telah atau belum lengkap. Apabila belum
lengkap, berkas harus dikembalikan disertai petunjuk penyempurnaannya dan
bila dalam tempo 14 hari tidak dikembalikan dianggap penyidikan telah selesai.
Berkas yang dikembalikan untuk disempurnakan itu wajib dikirimkan kembali
dalam tempo 14 hari sejak peneriman.

Penyerahan berkas oleh Penyidik kepada Penuntut Umum melalui 2 (dua)


tahapan yaitu Tahap petama, yang diserahkan hanya berkasnya, sedangkan
tersangka dan barang bukti masih di bawah tanggung jawab Penyidik. Penuntut
Umum sesudah meneliti berkas yang diserahkan oleh Penyidik kepadanya, maka
dalam waktu 7 (tujuh) hari Penuntut Umum harus memberitahu kepada Penyidik
tentang berkas yang diserahkan kepadanya. Hasil penelitian berkas oleh
Penuntut Umum ada 2 (dua) kemungkinan, yaitu berkas perkara hasil

9
Andi Hamzah, Op.Cit., hlm. 154
16
penyidikan masih ada kekurangan (belum lengkap) dan kemungkinan kedua
adalah berkas perkara hasil penyidikan sudah lengkap. Apabila belum
lengkap, Penuntut Umum mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik
dengan petunjuk untuk dilengkapi.

Dalam tenggang waktu 14 hari sejak pengembalian berkas dan


diterimanya berkas oleh Penyidik, berkas sudah harus dikembalikan kepada
Penuntut Umum dalam keadaan sesuai dengan petunjuk yang dikehendaki oleh
Jaksa Penuntut Umum. Tahap yang kedua, dimulai ketika Penuntut Umum
dalam jangka waktu 14 hari setelah Penyidik menyerahkan berkas kepada
Penuntut Umum/diterimanya berkas oleh Penuntut Umum atau Penuntut Umum
sebelum itu telah menyampaikan bahwa penyidikan sudah lengkap, maka
tahapan penyidikan telah selesai. Dengan kata lain tahapan kedua, yaitu tahapan
dimana Tersangka dan barang bukti diserahkan kepada Penuntut Umum dan
dengan demikian tanggung jawab atas Tersangka dan barang bukti sudah lepas
dari Penyidik, dan berpindah pada Penuntut Umum. 10

B. PENUNTUTAN
Definisi penuntutan pada Pasal 1 angka 7 KUHAP adalah tindakan
penuntut umum melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
Pengadilan. Pihak yang berwenang melakukan penuntutan adalah Penuntut
Umum di daerah mana tindak pidana itu dilakukan hal ini sesuai dengan Pasal
137 KUHAP. Penuntutan dilakukan dengan melimpahkan perkara ke Pengadilan
Negeri yang berwenang untuk mengadilinya. Sebelum melakukan penuntutan,
Penuntut Umum terlebih dahulu mempelajari/meneliti hasil penyidikan dari

10
Ibid., hlm. 155-157., lihat juga Pasal 110 ayat 1, 2, 3 dan 4 serta Pasal 138 KUHAP., lihat juga
HMA Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, UMM Press., Edisi Kedelapan (revisi) Cetakan
Kedelapan September 2013, hlm.210-213, lihat juga AT Hamid, Praktek Peradilan Perkara Pidana, CV Al
Ihsan, 1981., hlm 44-45
17
penyidik, dan dalam waktu 7 (tujuh) hari wajib memberitahukan kepada
penyidik apakah hasil penyidikan tersebut telah selesai/sempurna atau belum,
hal ini diatur dalam Pasal 138 ayat (1) KUHAP.

Apabila hasil penyidikan belum lengkap/sempurna, maka Penuntut Umum


mengembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk melengkapi dengan
memberikan petunjuk tentang hal-hal yang harus dilengkapi dan dalam waktu
14 (empat belas) hari, penyidik harus mengembalikan berkas perkara yang
sudah disempurnakan kepada Penuntut Umum.

C. SURAT DAKWAAN
Surat Dakwaan menurut para ahli hukum adalah suatu-surat atau akte yang
memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada Terdakwa yang
disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan dan merupakan dasar
serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di mulai persidangan. 11 Surat
Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan hal
yang dimuat dalam surat itu, hakim akan memeriksa perkara itu.

1. Fungsi Surat Dakwaan


Surat Dakwaan sebagai dasar pemeriksaan di depan sidang Pengadilan
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Jaksa Penuntut Umum dalam upaya menyajikan dan mengungkapkan
pembuktian serta menyusun Surat tuntutan (requisitoir), demikian pula
dalam melakukan upaya hukum harus selalu didasarkan pada surat
dakwaan;
b. Terdakwa/Penasihat hukum dalam eksepsi dan pembelaan (pledooi) nya
tidak boleh menyimpang dan harus selalu berdasarkan pada Surat
Dakwaan;

11
HMA Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, UMM Press., Edisi Kedelapan (revisi)
Cetakan Kedelapan september 2013, hlm.219., lihat juga Pasal 140 ayat (1) KUHAP
18
c. Pengadilan/Majelis Hakim dalam melakukan pemeriksaan di sidang
pengadilan dalam upaya membuktikan kesalahan terdakwa dan
menjatuhkan putusannya harus dilakukan berdasarkan Surat Dakwaan. 12

Disamping itu surat dakwaan yang menjadi landasan pemeriksaan di


pengadilan harus memenuhi syarat untuk konsisten dan sinkron dengan hasil
pemeriksaan penyidikan oleh penyidik. Artinya rumusan surat dakwaan harus
benar-benar sejalan dan seiring dengan hasil penyidikan, sebab rumusan surat
dakwaan yang menyimpang dari hasil penyidikan adalah merupakan surat
dakwaan yang palsu dan tidak benar.

Oleh karena itu surat dakwaan yang demikian tidak patut dan tidak
dapat dipergunakan oleh Jaksa Penuntut Umum, misalnya hasil kesimpulan
dari pemeriksaan penyidikan secara murni, Terdakwa diperiksa atas tindakan
melakukan perbuatan penipuan Pasal, yaitu melanggar ketentuan Pasal 378
KUHP, tetapi dari hasil penyidikan tersebut Jaksa Penuntut Umum
merumuskan surat dakwaan pencurian yaitu melanggar ketentuan Pasal 362
KUHP. Oleh karenanya disini dituntut kecermatan seorang
pengacara/penasihat hukum dari seorang Terdakwa, untuk meneliti secara
cermat rumusan surat dakwaan yang diajukan sehingga tidak menyimpang
dari hasil pemeriksaan penyidikan.

Untuk mengetahui menyimpang atau tidaknya surat dakwaan dapat


dilihat dengan cara menguji rumusan surat dakwaan dengan Berita Acara
Pemeriksaan (BAP). Terhadap surat dakwaan yang menyimpang dari BAP,
maka penasihat hukum terdakwa dapat mengajukan eksepsi di persidangan,
dengan alasan surat dakwaan kabur atau obscur libel.

12
Ibid., hlm 241-242, lihat juga Pasal 182 ayat (4) KUHAP
19
Sudah menjadi prinsip umum bahwa rumusan surat dakwaan yang tidak
sinkron dan tidak menegaskan secara jelas rumusan tindak pidana yang
diperoleh dari hasil penyidikan dengan apa yang diuraikan dalam surat
dakwaan adalah batal.

2. Syarat-Syarat Surat Dakwaan


Setiap surat dakwaan hendaknya memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Harus memuat rangkaian atau kronologis dari apa yang sebenarnya
terjadi;
b. Dalam rangkaian kejadian tersebut harus pula ada unsur-unsur yuridis
dari kejahatan yang dituduhkan.
Sedangkan mengenai sistematika surat dakwaan, sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 143 KUHAP, dalam surat dakwaan harus
memuat dan terpenuhi :

1) Syarat Formil
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan syarat formil surat
dakwaan :
a) Surat dakwaan harus diberi tanggal dan ditandatangani oleh Jaksa
Penuntut Umum;
b) Berisi nama lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan Terdakwa.

2) Syarat Materiil
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam syarat materiil adalah
sebagai berikut :
a) Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana
yamg didakwakan. Tidak hanya menguraikan secara umum tetapi
harus diperinci dengan jelas bagaimana Terdakwa melakukan tindak
pidana, disamping itu surat dakwaan juga harus jelas memuat semua
unsur tindak pidana yang didakwakan;
20
b) Menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan (Locus
dan Tempus Delicti).

Pentingnya penyebutan waktu terjadinya tindak pidana adalah:

a) Berkaitan dengan kejelasan tentang kapan sebenarnya tindak pidana


yang didakwakan itu dilakukan;
b) Berkaitan dengan gugurnya hak menuntut bagi Jaksa Penuntut
Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 78 KUHP;
c) Berkaitan erat dengan ada tidaknya peraturan perundangan yang
melarang pada saat tindak pidana terjadi.

Sedangkan pentingnya menyebutkan tempat berkaitan erat dengan


kewenangan pengadilan untuk mengadili perkara yang dihadapkan
kepadanya, serta lebih jauh berkaitan dengan kepentingan Terdakwa itu
sendiri dalam pembelaannya, khususnya hak Terdakwa untuk
mengajukan alibi.

Kedua syarat tersebut diatas harus dipenuhi oleh surat dakwaan,


dan apabila terdapat kelalaian diantara dua syarat tersebut, undang-
undang memberikan akibat hukum yang berbeda. Jika suatu surat
dakwaan tidak memenuhi syarat formil, maka akibat hukumnya surat
dakwaan tersebut dapat dibatalkan (Vernietigbaar), karena kurang
sempurna/imperfect. Tetapi bila surat dakwaan kurang terpenuhi syarat
materiilnya, maka berakibat batalnya surat dakwaan demi hukum.

3. Bentuk Surat Dakwaan


Pada umumnya bentuk surat dakwaan terdiri :
a. Surat Dakwaan Tunggal/Satu
Adalah surat dakwaan yang disusun dalam rumusan tunggal hanya
berisi satu dakwaan saja. Umumnya perumusan surat dakwaan ini

21
dijumpai dalam tindak pidana yang jelas dan tidak mengandung faktor
penyertaan atau tidak mengandung faktor gabungan pernbuatan. Misalnya,
dari hasil penyidikan cukup nyata tindak pidana yang dilakukan berupa
pencurian, yaitu melanggar Pasal 362 KUHP, perbuatan hanya dilakukan
sendiri oleh Terdakwa. Pencurian biasa dilakukannya tidak menyentuh
faktor-faktor lainnya yang tersebut diatas, sehingga cukup merumuskan
dakwaan dalam bentuk dakwaan yang bersifat tunggal.

b. Surat Dakwaan Alternatif


Surat dakwaan di mana antara dakwaan yang satu dengan yang
lainnya saling mengecualikan dan memberi pilihan kepada hakim untuk
menentukan dakwaan mana yang tepat dipertanggungjawabkan kepada
Terdakwa sehubungan dengan tindak pidana yang dilakukannya.
Misalnya: salah satu dakwaan berisi rumusan Terdakwa melakukan
pencurian ex Pasal 362 KUHP dan pada dakwaan berikutnya berdasarkan
penadahan ex Pasal 480 KUHP. Jadi antara satu dakwaan dengan dakwaan
yang lain tersirat perkataan ” atau ” yang memberi pilihan kepada hakim
untuk menggunakan dakwaan yang diajukan.

c. Surat Dakwaan Subsidair


Bentuk dakwaan yang terdiri dari dua atau beberapa dakwaan yang
disusun secara berurutan, mulai dari dakwaan terberat hingga kepada
dakwaan teringan. Terhadap dakwaan ini pada umumnya diajukan apabila
tindak pidana yang terjadi :
1) menimbulkan suatu akibat
2) dan akibat yang timbul itu meliputi atau bersinggungan dengan
3) beberapa ketentuan Pasal pidana yang hampir saling berdekatan.

Contoh : Primair melanggar Pasal 340 KUHP, Subsidair melanggar


Pasal 338 KUHP, Lebih subsidair melanggar Pasal 335 KUHP

22
d. Surat Dakwaan Kumulatif
Gabungan beberapa dakwaan sekaligus, atau surat dakwaan yang
disusun berupa rangkaian dari beberapa dakwaan. Adapun dakwaan ini
diajukan secara gabungan dalam satu surat dakwaan yang sama dalam
pemeriksaan yang sama. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 141 KUHAP
dengan syarat yaitu :

1) Apabila beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh satu orang dan
kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap
penggabungan tersebut;

2) Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang


lainnya, artinya apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh :
a. lebih dari seorang yang bekerja sama dan dilakukan pada saat
yang bersamaan;
b. lebih dari seorang pada saat dan tempat yang berbeda akan tetapi
merupakan pelaksanaan dari mufakat jahat yang dibuat oleh
mereka sebelumnya;
c. seorang atau lebih dengan maksud mendapatkan alat yang akan
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana lain atau
menghindarkan diri dari pemidanaan karena melakukan tindak
pidana.

3) Beberapa tindakan pidana yang tidak tersangkut paut satu dengan


yang lain tetapi yang satu dengan yang lain itu ada hubungannya,
dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi pemeriksaan
pengadilan.

23
D. EKSEPSI

Eksepsi adalah suatu jawaban yang tidak mengenai pokok perkara dan
eksepsi dapat diartikan sebagai suatu tangkisan, penolakan yang berisikan
permintaan agar pengadilan tidak dapat menerima atau menyatakan tidak
berwenang untuk memeriksa perkara yang diajukan (JCT. Simorangkir, 1980,
hal. 25). Keberatan Terdakwa melalui penasihat hukumnya terhadap surat
dakwaan dalam praktek dikenal dengan istilah eksepsi. Keberatan yang diajukan
adalah keberatan mengenai hal-hal yang di luar pokok perkara. Dengan
diajukannya eksepsi diharapkan agar hakim dapat menyatakan bahwa
pengadilan tiak berwenang mengadili perkara atau setidak-tidaknya dakwaan
dinyatakan tidak diterima atau agar dakwaan dinyatakan batal.

Eksepsi merupakan hak Terdakwa, maka tindakan akan mengajukan


eksepsi atau tidak, sepenuhnya tergantung dari pihak Terdakwa/penasehat
hukumnya. Sehingga tidak semua perkara pidana di pengadilan harus melalui
tahapan penyampaian eksepsi. Meskipun demikian bagi penasehat hukum
Terdakwa sangat penting untuk mempelajari dakwaan dengan seksama sehingga
dapat mempertimbangkan perlu tidaknya diajukan eksepsi.

1. Jenis-jenis Eksepsi
Eksepsi menurut pendapat Darwan Prints (Darwan Prints, SH, 1989,
hlm. 100-104) terbagi atas dua jenis :
a. Eksepsi Absolut yaitu eksepsi mengenai kewenangan/kompetensi
pengadilan untuk mengadili perkara baik dari segi kompetensi absolut
maupun kompetensi relatif;
b. Eksepsi Relatif yaitu eksepsi mengenai tidak dipenuhinya syarat formal
maupun materiil dalam merumuskan surat dakwaan (Pasal 145 KUHAP)
atau menyangkut daluwarsa, nebis in idem, Terdakwa tidak mampu
bertanggungjawab atau dakwaan kabur dan lain sebagainya.

24
Dari uraian di atas maka dapat dilihat jenis dan ragam eksepsi tersebut,
namun jika dilihat dari obyek sasarannya sebenarnya hanya ada tiga macam
eksepsi yaitu :
a. Eksepsi agar hakim menyatakan tidak berwenang mengadili, baik secara
absolut maupun relatif atau tangkisan mengenai kewenangan pengadilan
yang bersangkutan dalam memeriksa dan memutus perkara;
b. Eksepsi yang berisikan agar dakwaan dinyatakan tidak diterima;
c. Eksepsi ini berisikan tentang perbuatan yang dituntutkan kepada
Terdakwa bersifat dapat dihukum atau tidak. Jika perbuatan yang
dituntut tersebut tidak bersifat dapat dihukum, maka Penuntut Umum
tidak boleh menuntut dan oleh karena itu dapat diajukan eksepsi oleh
Terdakwa/penasehat hukumnya;
d. Eksepsi agar dakwaan dinyatakan batal yaitu eksepsi yang berisikan
tangkisan terhadap apakah suatu dakwaan telah memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan undang-undang atau tidak (Pasal 143 ayat (2) KUHAP).

Dasar hukum eksepsi adalah Pasal 156 ayat (1) KUHAP yang membatasi
keberatan yang mungkin dapat dikabulkan hakim hanya sebatas masalah
berwenangnya hakim dalam mengadili perkara, dakwaan tidak dapat diterima,
dakwaan dibatalkan, maka mengenai beragamnya alasan dan jenis eksepsi tidak
menjadi masalah sepanjang obyek eksepsi tidak keluar dari ketentuan Pasal 156
KUHAP. Dengan demikian meskipun obyek sasaran eksepsi terbatas, namun
bukan berarti tertutup kemungkinan seluas-luasnya untuk mengajukan alasan
eksepsi sepanjang tidak melebihi obyek sasaran eksepsi yang telah dibatasi oleh
Pasal 156 ayat (1) KUHAP.

Dari ketiga jenis eksepsi yang diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP
tersebut sebenarnya ada dua jenis eksepsi yang kurang jelas yaitu mengenai
eksepsi dakwaan tidak dapat diterima dan dakwaan batal. Menurut Yahya
Harahap yang dimaksud dengan eksepsi dakwaan tidak dapat diterima adalah

25
keberatan yang berisi bahwa dakwaan yang diajukan Penuntut Umum tidak
tepat, karena yang didakwakan tidak tepat, baik mengenai dasar hukum maupun
sasaran dakwaan.

Eksepsi bahwa surat dakwaan batal bukan surat dakwaannya yang


dimintakan untuk tidak diterima, tetapi mengajukan keberatan agar dakwaannya
yang dibatalkan. Pada dasarnya alasan yang dapat dijadikan dasar hukum
mengajukan keberatan agar dakwaan dibatalkan apabila surat yang dibuat
Penuntut Umum tidak memenuhi ketentuan Pasal 143 atau melanggar ketentuan
Pasal 144 ayat (2) dan (3) KUHAP.

Beberapa yurisprudensi yang berasal dari putusan Mahkamah Agung


berikut ini dapat menjelaskan kategori alasan eksepsi yang diajukan untuk
mengajukan eksepsi mengenai dakwaan batal, yaitu :

a. Nomor 71 K/Kr/1968 tanggal 10 Mei 1968.

Menyatakan suatu tuduhan yang dirumuskan berdasarkan unsur-unsur


pemerasan (Pasal 368 KUHP) bersama-sama dengan unsur penipuan (Pasal
378 KUHP) merupakan kesalahan essensial yang menyebabkan tuduhan
batal.

b. Nomor 74 K/Kr/1973 tanggal 10 Desember 1974.


Menyatakan bahwa penggelapan (Pasal 372 KUHP) secara prinsipil berbeda
dngan tindak pidana penipuan (Pasal 378 KUHP) maka harus tegas
dirumuskan dalam dakwaan/tuduhan dan tidak cukup pada tuduhan primer
saja.

c. Nomor 41 K/Kr/1973 tanggal 25 Januari 1975.


Menyatakan bahwa surat dakwaan yang tidak melukiskan secara jelas tentang
hal ikhwal perbuatan Terdakwa, maka dakwaan tersebut harus dibatalkan.

26
d. Nomor 492 K/Kr/1981.
Menyatakan Pengadilan Tinggi telah dapat mempertimbangkan bahwa
tuduhan samar-samar/kabur harus dinyatakan batal demi hukum.

2. Waktu Mengajukan Eksepsi


Eksepsi pada prinsipnya diajukan di persidangan setelah Jaksa Penuntut
Umum membacakan dakwaan. Eksepsi relatif hanya dapat diajukan pada
sidang pertama setelah Jaksa Penuntut Umum membacakan dakwaannya.
Eksepsi ini tidak harus ditetapkan dengan putusan sela (inter locutoir vonis)
terlebih dahulu atasnya, tetapi dapat diperiksa dan diputus bersama pokok
perkara dan hal ini terserah kebijaksanaan hakim. Eksepsi absolut dapat
diajukan untuk setiap waktu selama persidangan dan harus ditetapkan dengan
putusan sela terlebih dahulu, yang isinya :
a. Menolak Eksepsi Terdakwa/Penasihat Hukumnya, sehingga pemeriksaan
dapat terus dilaksanakan (Pasal 156 KUHAP).
b. Menerima Eksepsi Terdakwa/Penasihat Hukumnya, dengan menetapkan :
1) Surat Dakwaan dibatalkan atau batal demi hukum;
2) Pengadilan tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara
tersebut.

3. Langkah-langkah Penyusunan Eksepsi


Untuk mengambil keputusan mengenai akan memakai hak mengajukan
eksepsi atau tidak, diperlukan pertimbangan secara seksama. Pertimbangan
minimal sebelum memutuskan adalah :
a. Apakah terdapat alasan yang ada dasar hukumnya untuk mengajukan
eksepsi berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP;
b. Apabila dalam mengajukan jawaban terdapat masalah seperti tersebut
diatas, maka langkah selanjutnya adalah menimbang untung ruginya jika
mengajukan atau jika tidak mengajukan eksepsi.

27
Menjawab pertanyaan di atas ada dua hal penting yang harus dicermati,
yaitu pertama surat dakwaan itu sendiri dan kedua Berita Acara Pemeriksaan
Penyidik (BAP) yang terdapat dalam berkas perkara penuntutan yang
disampaikan Penuntut Umum kepada pengadilan.

Dengan membaca surat dakwaan kita dapat menemukan alasan untuk


mengajukan eksepsi misalnya kita sudah menemukan bahwa dakwaan
Penuntut Umum obscuur libele, yakni surat dakwaan penuntut umum hanya
menyebutkan kualifikasi delik yang didakwakan kepada Terdakwa tanpa
merumuskan bentuk perbuatan kongkrit yang telah dilakukan Terdakwa.
Dalam hal dakwaan seperti ini kita mestinya merujuk kepada yurisprudensi
MA nomor 41 K/Kr/1973, di mana di dalamnya kita menemukan alasan,
bahwa dakwaan yang kabur/tidak jelas dapat dimintakan pembatalan.

Namun adakalanya untuk menemukan kesalahan Penuntut Umum


dalam merumuskan dakwaan, kita tidak cukup hanya dengan membaca surat
dakwaannya tetapi juga harus membaca secara seksama seluruh berkas
perkara, sebagai contoh dalam dakwaan mengenai delik aduan, di mana
Terdakwa telah didakwa melakukan fitnah (Pasal 311 KUHP).

Apabila kita hanya dengan memperhatikan surat dakwaan, ternyata


bahwa surat dakwaan sudah memenuhi syarat sahnya surat dakwaan, tetapi
dalam berkas perkara ternyata tidak ada/dijumpai adanya pengaduan dari
korban yang merupakan syarat mutlak untuk menuntut karena dalam delik
aduan tanpa adanya pengaduan yang berhak, Penuntut Umum tidak
mempunyai kewenangan untuk menuntut. Dalam kasus tersebut di atas
seorang Terdakwa atau Penasihat Hukumnya menemukan alasan berdasarkan
hukum untuk mengajukan eksepsi.

28
4. Pertimbangan untung rugi mengajukan eksepsi
Dalam mengajukan eksepsi dapat menguntungkan Terdakwa tetapi juga
dapat merugikan. Keuntungan yang didapat dengan diajukan eksepsi, yaitu
apabila eksepsi yang diajukan oleh Terdakwa/Penasihat Hukumnya
dikabulkan oleh hakim, maka perkara tersebut tidak dimungkinkan untuk
dilanjutkan pemeriksaannya atau dengan istilah lain pemeriksaan perkara di
Pengadilan Negeri dihentikan.
Kerugian yang akan muncul apabila eksepsi dikabulkan adalah ketika
Terdakwa mengajukan eksepsi, sementara Penuntut Umum masih dapat
menuntut terdakwa setelah melengkapi surat aduan, maka adalah tidak tepat
jika eksepsi tersebut diajukan karena hanya akan membuang-buang waktu
dan lebih tepat tidak diajukan eksepsi namun membiarkan perkara tersebut
terus diperiksa sampai habis batas waktu pengaduan barulah masalah tersebut
kita permasalahkan misalnya sewaktu kita menyampaikan pledooi.
Lain halnya apabila perhitungan kita dengan diajukan eksepsi dan
hakim mengabulkan, penuntut umum tetap tidak mungkin mengajukan
penuntutan lagi karena habisnya waktu bagi korban untuk mengadu (vide :
Pasal 74 ayat (1) KUHP) yang mengatur bahwa batas waktu pengaduan
adalah 6 bulan sejak diketahui terjadi kejahatan maka adalah tepat jika kita
segera mengajukan eksepsi.
Sebagai catatan penting, terlepas dari pertimbangan untung ruginya
dalam mengajukan ekspsi, maka baiknya kita mempertimbangkan tujuan
hukum acara pidana yaitu untuk mencari dan menemukan kebenaran materiil.
Apabila kita menemukan suatu kesalahan dalam proses peradilan yang
dikhawatirkan akan mengganggu tercapainya tujuan hukum acara pidana
tersebut, maka sudah sepatutnya kita mengingatkan pengadilan dengan salah
satunya dengan eksepsi.

29
E. PEMERIKSAAN SAKSI DAN BARANG BUKTI
1. Proses Pemeriksaan Saksi
Menurut Pasal 1 point yang ke-27 KUHAP, keterangan saksi adalah
salah satu bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi
mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri dann ia alami sendiri
dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
Pada dasarnya semua orang dapat diajukan untuk memberikan
keterangan sebagai saksi, namun demikian Pasal 186 KUHAP memberikan
pengecualian dengan alasan tertentu, yaitu terhadap keluarga sedarah atau
semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ke tiga dari
Terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa:
a. saudara dari Terdakwa atau yang bersama-sama sebagai Terdakwa,
saudara;
b. ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena
perkawinan dan anak-anak saudara Terdakwa sampai derajat ke tiga;
c. suami atau istri Terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-
sama sebagai Terdakwa.

Disamping karena hubungan kekeluargaan, lebih jauh lagi, Pasal 170


KUHAP menentukan bahwa mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat
atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari
kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi, yantiu tentang hal
yang dipercayakan kepada mereka.

Yang dimaksud orang yang harus menyimpan rahasia jabatan misalnya


adalah dokter yang harus merahasiakan penyakit yang diderita oleh
pasiennya. Sedangkan yang dimaksud karena martabatnya dapat
mengundurkan diri adalah pastor agama Katholik Roma, yang harus
merahasiakan orang-orang yang melakukan pengakuan dosa. Pasal 170
mengatur dengan menggunakan kalimat ”... dapat minta dibebaskan dari

30
kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi ...”, dengan demikian
pengecualian menjadi saksi karena harus menyimpan rahasia jabatan atau
karena martabat merupakan pengecualian yang bersifat relatif.

Dalam Pasal 171 KUHAP ditambahkan pengecualian untuk


memberikan keterangan sebagai saksi dibawah sumpah, yaitu anak yang
umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum pernah kawin dan orang
sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun ingatannya baik kembali, sebab
mereka tidak dapat dipertanggungjawabkan secara sempurna dalam hukum
pidana. Oleh karena tidak disumpah atau janji, maka keterangan yang mereka
berikan hanya dipakai sebagai petunjuk saja. Apabila tidak ada alasan yang
menarik diri jadi saksi maka dilanjutkan dengan pengambilan sumpah yang
disesuaikan agamanya atau berjanji. Dalam perkara ringan dan pelanggaran
lalu lintas saksi bisa tidak disumpah sama sekali, kecuali dianggap perlu.

Apabila saksi memberi keterangan palsu, maka akan diperingatkan dan


apabila tetap memberikan keterangan palsu dapat ditahan selanjutnya dituntut
dengan tindak pidana sumpah palsu. Berita acara mengenai keterangan yang
palsu ini ditanda tangani oleh Ketua Majelis dan Panitera lalu diserahkan
kepada Penuntut Umum. Bagi saksi yang tidak bersedia disumpah/berjanji
tanpa alasan sah, tetap diperiksa dan dengan surat penetapan hakim
dikenakan sandera max 14 hari di rutan, apabila tetap menolak maka
keterangannya menguatkan keyakinan hakim.

Saksi yang telah memberikan keterangan di persidangan kemudian


meninggal maka keterangan itu dibacakan dan disamakan nilainya dengan
keterangan yang diberikan di persidangan, apabila keterangan dahulu
diberikan di bawah sumpah. Dalam hal ini keterangan saksi di persidangan
berbeda dengan di dalam persidangan pendahuluan, hal itu ditanyakan dan
dicatat dalam berita acara persidangan.

31
Pertanyaan-pertanyaan pada saksi tidak boleh ada yang bersifat
menjerat atau memancing (misalnya : Terdakwa/Penasihat Hukum/Saksi
belum pernah mengatakan bahwa ia telah kenal kepada X, tetapi ditanya
kapan saudara kenal X? Atau meskipun tidak pernah mengatakan bahwa ia
telah mengambil uang Y, ditanya apa yang saudara beli dengan uang Y).
Ketua Majelis dapat menolak setiap pertanyaan dengan memberikan
alasannya. Apabila saksi telah selesai memberikan keterangannya, maka
kepada Terdakwa atau Penasehat Hukumnya ditanyakan mengenai
tanggapan/jawabannya terhadap keterangan yang telah diberikan oleh saksi.

2. Macam-Macam Alat Bukti


Pada proses pembuktian pihak Penuntut Umumlah yang harus
membuktikan bahwa Terdakwa bersalah. Ada beberapa macam alat bukti
menurut Pasal 184 KUHAP dalam perkara pidana sebagai berikut :
a. Alat Bukti Tulis/Surat;
b. Keterangan Saksi;
c. Keterangan Ahli;
d. Petunjuk;
e. Keterangan Terdakwa.

2.a. Alat bukti tulis atau surat


Surat yang memenuhi kriteria menurut Pasal 187 KUHAP yaitu:
1) yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah oleh
pejabat umum atau pejabat berwenang untuk pembuktian;
2) yang dibuat oleh pejabat dalam batas tata laksana tanggung
jawabnya, dibuat untuk pembuktian;
3) yang dibuat oleh ahli atas permintaan secara resmi kepadanya.
Surat selain itu hanya dapat berlaku kalau ada hubungannya
dengan isi alat bukti yang lain. Sedangkan bukti selain surat adalah bukti
yang berupa barang. Pada waktu memeriksa saksi/ahli/Terdakwa, kepada

32
mereka diperlihatkan barang bukti, apakah kenal atau tidak? Barang
bukti yang tidak ada hubungannya dengan perkara harus dikembalikan
ke asalnya dari mana barang itu diambil. Barang bukti diserahkan
kembali kepada yang yang paling berhak yang namanya nanti disebutkan
dalam putusan, kecuali yang dirampas untuk negara atau
dimusnahkan/dirusakkan. Perintah penyerahan barang bukti harus
dilaksanakan tanpa syarat, kecuali kalau putusan belum mempunyai
kekuatan hukum tetap.

2.b. Keterangan saksi

Keterangan saksi ini dibagi yaitu keterangan saksi dan keterangan


saksi ahli. Keterangan saksi adalah yang dinyatakan dalam sidang.
Pendapat atau rekaan belaka bukanlah keterangan, seperti telah
dijelaskan bahwa keterangan saksi ialah apa yang ia lihat sendiri, dengar
sendiri, alami sendiri melalui panca inderanya, selain dari pada apa yang
dilihat dan didengan ialah apa yang dicium, diraba dan dirasa olehnya
sendiri. Dalam perkara pidana semuya dapat diperiksa diluar sumpah,
dengan persetujuan maupun tanpa persetujuan Terdakwa/Jaksa Penuntut
Umum/Saksi/Ahli. Apabila akan diperiksa di bawah sumpah barulah
diperhatikan baik-baik ketentuan Pasal yang bersangkutan mengenai
saksi yang boleh disumpah. Untuk menilai keterangan saksi harus
diperhatikan kesesuaian keterangan dengan alat bukti yang lain, antara
lain alasannya, cara hidupnya, kesusilaannya dan lain-lain yang dapat
mempengaruhinya dalam hal itu. Terdakwa dalam perkara lain dapat
diajukan lagi sebagai saksi. Yang tidak boleh adalah bersamaan sebagai
Terdakwa dan sebagai saksi dalam perkara itu juga.

33
2.c. Keterangan ahli

Berdasarkan Pasal 186 KUHAP adalah apa yang seorang ahli


nyatakan dalam sidang pengadilan. Perbedaan utama dengan saksi adalah
bahwa saksi ahli menerangkan mengenai pendapatnya berdasarkan
pengetahuannya menururt keahliannya. Perbedaan lainnya saksi tidak
disumpah di depan penyidik (kecuali ada alasan istimewa bahwa ia kelak
tidak akan mungkin hadir lagi di persidangan), sedangkan keterangan
ahli yang diberikan kepada penyidik harus atas sumpah/janji, lalu
keterangan itu sebagai alat bukti berubah menjadi bukti ”surat”. Kalau
keterangan itu diberikan di persidangan olehnya sendiri, sebagai alat
bukti adalah ”keterangan ahli” dan diberikan di bawah sumpah/janji di
persidangan pengadilan.

2.d. Petunjuk
Menurut Pasal 188 KUHAP ialah perbuatan/kejadian atau keadaan
yang oleh karena persesuaiannya satu dengan yang lain dengan tindak
pidana itu manandakan bahwa telah terjadi tindak pidana dan siapa
pelakunya. Dalam menggali petunjuk dapat dilakukan melalui
keterangan saksi, surat dan keterangan Terdakwa. Apabila dikaji secara
mendalam yang dimaksud dengan petunjuk oleh KUHAP hanyalah yang
bersumber dari keterangan saksi, surat, Terdakwa (yang diperiksa oleh
hakim di persidangan) maka samalah maksudnya dengan pengetahuan
hakim (pemeriksaan) sendiri oleh hakim menurut Mahkamah Agung.
2.e. Keterangan Terdakwa
Menurut Pasal 189 KUHAP adalah apa yang Terdakwa nyatakan
di persidangan tentang perbuatan yang ia lakuakan atau yang ia ketahui
sendiri atau alami sendiri. Keterangan Terdakwa hanya diperuntukkan
diri sendiri dan tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti bagi kawan
Terdakwa. Keterangan Terdakwa di luar persidangan hanya membantu

34
menemukan bukti, asal didukung oleh suatu alat bukti sah tentang hal
yang didakwakan.

F. NOTA PEMBELAAN (PLEDOOI )


Pledooi atau nota pembelaan sebagaimana yang diatur oleh Pasal 182
ayat (1) huruf b KUHAP adalah upaya untuk menguji dari keseluruhan yang
terungkap atas pemeriksaan di muka persidangan guna mencari kebenaran
materiil atas perkara tersebut. Di dalam KUHAP telah diatur pula mengenai
giliran yang terakhir mengajukan pledooi yakni diserahkan pada Terdakwa atau
Penasehat Hukumnya.

Standarisasi pembuatan pledooi itu sendiri, sesungguhnya tidak ada yang


baku, sama halnya dengan pembuatan eksepsi, namun telah menjadi kebiasaan
umum bahwa pledooi harus mengandung materi sebagai berikut :
1. Identitas Terdakwa
2. Pendahuluan
3. Kutipan Surat Dakwaan
4. Pembahasan surat dakwaan
5. Fakta-fakta yang terungkap di persidangan :
a. keterangan para saksi;
b. keterangan para saksi yang meringankan;
c. pembahasan bukti.
6. Pembahasan yuridis atas tuntutan Jaksa, kita bandingkan dengan
pendapat/teori para ahli hukum yurisprudensi, alibi-alibi;
7. Permohonan Terdakwa melalui Penasehat Hukumnya, dapat berupa :
a. pembebasan dari segala dakwaan
b. pembebasan dari segala tuntutan
c. pembebasan dari segala hukuman
d. permohonan hukum yang seringan-ringannya.

35
Dalam membuat pledooi perlu juga diperhatikan konsep Tri-Dimensional
manusia yaitu; faktor fisiologis, faktor sosiologis, dan faktor psikologis dari
Terdakwa, sehingga Penasehat Hukumnya dapat lebih mempersiapkan
pledooinya dengan baik dan menarik, karena tujuan dari pledooi sesungguhnya
adalah untuk mempengaruhi majelis hakim dalam memutus perkara.

Dengan mengupas, menilai dan menyimpulkan fakta dari data yang


terungkap di persidangan serta memberi evaluasi yuridis akan ditemukan
bermacam-macam sudut pandang. Dengan pledooi penasehat hukum telah
menunjukkan pandangannya menurut ukurannya untuk mempengaruhi majelis
hakim.

G. REPLIK DAN DUPLIK


Dasar hukum dari Replik maupun duplik ini adalah Pasal 182 ayat (1)
huruf b KUHAP, yang mengatakan bahwa selanjutnya Terdakwa/Penasehat
Hukumnya mengajukan pembelaannya yang dijawab oleh Jaksa Penuntut
Umum, dengan ketentuan bahwa Terdakwa atau Penasehat Hukumnya selalu
mendapat giliran terakhir. Sesuai dengan Pasal tersebut Replik-Duplik ini harus
dibuat secara tertulis, yang aslinya diserahkan kepada Ketua Majelis Hakim di
persidangan dan turunannya diberikan kepada pihak yang berkepentingan
seperti Hakim Anggota, Jaksa Penuntut Umum dan Penasehat
Hukum/Terdakwa.

Hal-hal yang dikemukakan dalam Replik adalah jawaban atas


pembelaan/pledooi dari Terdakwa/Penasehat Hukumnya dan hal-hal yang belum
tercakup dalam requisitoir/tuntutan. Sedangkan isi dari Duplik adalah tentang
hal-hal yang belum tercakup dalam pembelaan/pledooi karena prinsip dari
Duplik adalah merupakan pelengkap dari pembelaan/pledooi dan merupakan
jawaban atas Replik Penuntut Umum.

36
1. REPLIK
Dalam praktek peradilan, setelah Terdakwa atau Penasehat hukum
mengajukan pembelaan/pledooi, maka Jaksa Penuntut Umum mendapat
kesempatan untuk ”menjawab kembali” atas pembelaan/pledooi dari
Terdakwa/Penasehat Hukumnya. Kesempatan menjawab kembali inilah
yang dimaksud dengan replik, yaitu kesempatan Jaksa Penuntut Umum
untuk menanggapi pledooi dari Terdakwa/Penasehat Hukumnya.

2. DUPLIK
Sedangkan atas replik yang disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum,
Terdakwa/Penasehat Hukumnya diberi kesempatan pula untuk ”menjawab
kembali” atas replik tersebut, dan inilah yang dimaksud dengan duplik,
yaitu tanggapan Terdakwa/Penasehat Hukumnya atas replik Jaksa Penuntut
Umum.

37
BAB IV
PUTUSAN DAN UPAYA HUKUM
A. PUTUSAN
Dalam mengambil putusan, terlebih dahulu diadakan musyawarah di
antara Majelis Hakim Pemeriksa Perkara (Pasal 182 ayat (3) KUHAP). Dalam
musyawarah untuk menjatuhkan putusan yang berkaitan dengan hasil
pemeriksaan persidangan, hakim ketua majelis mengajukan pertanyaan dimulai
dari hakim yang termuda sampai hakim yang tertua. Setelah masing-masing
anggota majelis hakim secara berturut-turut menyampaikan pendapatnya disertai
dengan pertimbangan dan dasarnya, kemudian pendapat akhir diberikan oleh
hakim ketua majelis (Pasal 182 ayat (5) KUHAP) 13.

Pada asasnya putusan dalam musyawarah majelis hakim tersebut


merupakan hasil pemufakatan bulat, kecuali apabila setelah diusahakan dengan
sungguh-sungguh permufakatan bulat itu tidak berhasil dicapai. Dalam keadaan
demikian, maka berlaku ketentuan sebagai berikut :
1. Putusan diambil berdasarkan suara terbanyak;
2. Jika keputusan suara terbanyak tidak berhasil dicapai, maka putusan yang
diambil adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa
(Pasal 182 ayat (6) KUHAP);
3. Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan
pertimbangan atau pendapat secara tertulis terhadap perkara yang sedang
diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan.
4. Dalam sidang permusyawaratan tidak dapat dicapai dengan mufakat bulat,
maka pendapat hakim yang berbeda wajib dimuat dalam putusan (Dissenting
Opinion, Pasal 19 ayat (4) dan (5) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011
tentang Kekuasaan Kehakiman)

13
Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, cetakan kedelapan, UMM Press.,
2013., hlm.378-379
38
Putusan Pengadilan Negeri hasil musyawarah majelis hakim tersebut dapat
dijatuhkan dan diumumkan pada hari itu juga atau pada hari lain yang
sebelumnya harus diberitahukan kepada Penuntut Umum, Terdakwa dan atau
Penasihat Hukum (Pasal 182 ayat (8) KUHAP).

Dalam putusan hanya ada tiga kemungkinan yaitu :


1. Putusan pemidanaan (menghukum), apa yang didakwakan itu terbukti secara
sah dan meyakinkan.
2. Putusan bebas (vrijspraak), apabila yang didakwakan itun tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan, dan harus segera dilaksanakan oleh Jaksa dalam
tempo 3 x 24 jam harus sudah ada laporan pelaksanaannya kepada Ketua
Pengadilan Negeri.
3. Putusan dilepas dari segala tuntutan hukum, apabila perbuatan yang
didakwakkan itu sebenarnya terbukti, tetapi perbuatan itu bukan tindak
pidana atau Terdakwa dalam hal ini tidak dapat dipersalahkan, misalnya
karena keadaan terpaksa, atau karena cacat mental yang dideritanya atau
karena ia melaksanakan kewajiban hukumnya.

Di dalam ketiga kemungkinan putusan tersebut diatas tidak termasuk


”Penetapan bahwa Pengadilan tidak berwenang” dan ”Dakwaan Penuntut
Umum tidak daat diterima/Batal demi Hukum”.

Pembacaan putusan harus dihadiri Terdakwa, kecuali yang ditentukan lain


dalam KUHAP (misalnya Terdakwa berkelakuan tidak baik/patut di
persidangan, sehingga harus dikeluarkan dari ruangan sidang, tidak hjadir dalam
perkara dengan pemeriksaan cepat). Bila ada bebrapa Terdakwa, putusan dapat
diberikan dengan hadirnya Terdakwa yang ada.

Sesudah putusan dibacakan, Ketua Majelis wajib memberitahukan kepada


Terdakwa tentang haknya untuk menerima putusan atau pikir-pikir atau mohon
penangguhan eksekusi karena ia akan mohon grasi. Dalam hal ini terjadi salah

39
pengertian, mungkin dikira kalau Terhukum berada dalam tahanan harus keluar
dahulu; hal itu tidak benar, sebab yang ditangguhkan adalah eksekusinya,
tahanan bukanlah eksekusi, namun demikian soal penahanan apakah
permohonan agar dapat dikeluarkan dari tahanan akan dikabulkan atau tidak,
tergantung dari yang berwenang.

Syarat formil suatu putusan diatur dalam Pasal 197 KUHAP, suatu
putusan pemidanaan batal demi hukum bila tidak terpenuhinya salah satu syarat
formil tersebut yaitu :
1. Kepala Putusan ”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”.
2. Nama lengkap, tempat kelahiran, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan Terdakwa.
3. Dakwaan, sebagai terdapat dalam surat dakwaan.
4. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan
beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di persidangan
yang menjadi dasar penentuan kesalahan Terdakwa.
5. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan.
6. Pasal peraturan perundangan-undangan yang menjadi dasar pemidanaan
atau tindakan dan Pasal peraturanperundangan-undangan yang menjadi
dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang
meringankan Terdakwa.
7. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah Majelis Hakim kecuali perkara
diperiksa oleh Hakim Tunggal.
8. Pernyataan kesalahan Terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur
dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan
pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.
9. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan
jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti.

40
10. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana
letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu.
11. Perintah supaya Terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau
dibebaskan.
12. Hari dan Tanggal putusan, nama Jaksa Penuntut Umum, Hakim dan
Panitera.

Apabila yang terlupa hanya yang tersebut pada nomor 7 dan 9 (hari dan
tanggal musyawarah hakim atau biaya atau ketentuan mengenai barang bukti)
tidak menjadikan putusan itu batal demi hukum; demikian pula kalau hanya
kekhilafan penulisan belaka.

Surat putusan ditandatangani oleh Hakim dan Panitera seketika setelah


diucapkan. Kemudian salinan putusan diberikan kepada :
1. Jaksa Penuntut Umum dan Penyidik (tanpa diminta)
2. Kalau diminta dapat pula diberikan kepada Terdakwa/Penasehat
Hukumnya.
3. Orang lain atas izin Ketua Pengadilan Negeri sesudah mempertimbangkan
kepentingannya.

B. UPAYA HUKUM
1. Upaya Hukum Biasa
a. Banding
Terhadap putusan perkara biasa dan perkara singkat dapat
dimohonkan kepada Pengadilan Tinggi, sedangkan putusan perkara
cepat, yakni perkara ringan dan perkara lalu lintas jalan tidak dimintakan
banding, kecuali hukuman berupa perampasan kemerdekaan.
Timbul pertanyaan kalau demikian, semua putusan perkara cepat
dapat dimohonkan banding, sebab dalam putusan perkara cepat dimana
Terdakwa dijatuhi hukuman denda dinyatakan pula hukuman
subsidairnya berupa perampasan kemerdekaan bilamana Terpidana
41
ternyata tidak dapat membayar denda itu. Menurut A.T Hamid, SH,
kalau permohonan banding itu didasarkan pada keberatan mengenai
lamanya hukuman subsidair itu, permohonan banding dapat diterima dan
pemeriksaan tingkat banding jadinya hanya terbatas pada masalah itu
saja, selainnya harus dinyatakan tidak dapat diterima.
Sekalipun permohonan banding terhadap putusan perkara cepat
tidak dapat diajukan, namun permohonan kasasi kepada Mahkamah
Agung diperbolehkan, jadi bila tidak puas putusan tingkat pertama
langsung dapat mohon kasasi. Terhadap putusan praperadilanpun tidak
terbuka kesempatan untuk banding, kecuali kalau putusan yang
menetapkan tidak sahnya penghentian penyidikan/penuntutan, dalam hal
mana dapat dimohonkan banding dan merupakan putusan akhir (Pasal 83
KUHAP). Permohonan banding untuk perkara pidana harus diajukan
dalam waktu tujuh (7) hari sesudah putusan diajuhkan (Pasal 233
KUHAP).
Dalam hal Terdakwa tidak hadir ketika putusan dijatuhkan,
ada dua (2) kemungkinan :
1) Kalau putusan itu putusan verstek (Terdakwa tidak pernah hadir),
maka bagi Terdakwa terbuka kesempatan untuk mengemukakan
perlawanan (verzet) dan sesudah putus kalau belum puas dapat
banding.
2) Kalau pernah hadir kemudian tidak hadir ketika putusan dijatuhkan,
misalnya ketika itu dalam perantauan, maka kesempatan banding
baginya adalah dalam tujuh (7) hari sesudah keputusan
diberitahukan kepadanya.
Kapankah dianggap keputusan sudah diberitahukan kepada
Terdakwa?. Jadi pemberitahuan kepada Terdakwa mungkin sekedar
dengan cara penempelan panggilan di papan pengumuman dan dianggap
cukup meskipun tidak bertemu Terdakwa. Terdakwa dalam hal ini tidak

42
dapat menempuh jalur perlawanan (verzet), melainkan langsung banding.
Juga tidak boleh langsung kasasi sebelum banding.

Apabila pemohon tidak dapat menghadap, hal itu harus dicatat oleh
Panitera. Disini bisa timbul masalah yaitu dapatkah permohonan banding
itu diajukan sekedar melalui surat tanpa menghadap sendiri atau
permohonan melalui surat masih dalam tenggang waktu untuk banding,
tetapi pemohon baru menghadap sesudah waktu.

Kalau dengan surat tanpa disertai panjar uang biaya banding,


tentunya permohonan itu tidak mungkin dicabut oleh Panitera, sebab
surat pencatatanharuslah permohonan itu disertai panjar biaya perkara,
tetapi kalau dsertai dengan pengiriman panjar ongkos perkara, nampak
kesungguhan pemohon dan dalam hal itulah berguna sekali catatan
Panitera tersbut di atas mengenai pemohon yang tidak dapat menghadap,
tentunya dengan menyebutkan alasannya.

Sebelum diputus oleh Pengadilan Tinggi, permohonan banding


dapat dicabut, tapi kalau sudah terlanjur ada biaya yang dikeluarkan,
harus diganti biaya-biaya itu. Panitera harus mengirimkan berkas perkara
yang dimohonkan banding kepada Pengadilan Tinggi dalam 14 hari.
Selama 7 hari sebelumnya harus diberi kesempatan membaca berkas
kepada pihak-pihak, atau selama 7 hari sesudah berkas sampai di
Pengadilan Tinggi. Selama Pengadilan Tinggi belum memeriksa perkara
itu, memori banding/kontra memori banding dapat diajukan pada
Pengadilan Tinggi. Kewenangan penahan Terdakwa beralih kepada
Pengadilan Tinggi sejak permohonan banding diajukan.

Dalam praktek biasa dalam putusan Pengadilan Negeri


diperintahkan kepada Terdakwa segera dimasukkan dalam tahanan, tapi
ketika itu pula Terdakwa mohon banding. Sebelumnya adanya ketentuan

43
dari Pengadilan Tinggi mengenai penahanan Terdakwa itu, maka yang
berlaku adalah perintah penahanan oleh Pengadilan Negeri itu. Jadi dapat
terjadi Terdakwa baru saja sesaat yang lalu masuk dalam tahanan untuk
memenuhi perintah Pengadilan Negeri, tetapi kemudian ada penetapan
Pengadilan Tinggi yang sebaliknya, maka yang berlaku adalah menurut
Pengadilan Tinggi.
Sesuai dengan instruksi bersama Jaksa Agung-Mahkamah Agung,
Jaksa harus segera melaksanakan penetapan Pengadilan Negeri (sambil
menunggu penetapan Pengadilan Tinggi mengenai penahanan itu).

Pengadilan Tinggi memeriksa dengan sekurang-kurangnya tiga


orang hakim. Jadi kini tidak dapat lagi diputus dengan hakim tunggal,
(ada pendapat yang mengira masih terbuka kesempatan untuk mengadili
dengan hakim tunggal dalam perkara biasa dan perkara singakat di
Pengadilan Negeri). Alasannya karena :Pasal 197 ayat (1) huruf g dan
Pasal 152 ayat (1) KUHAP masih menyebut adanya ”hakim tunggal”.
Sebenarnya Undang-Undang Pokok Kehakiman sudah menggariskan
bahwa perkara diadili dengan hakim majelis (minimum 3 orang), kecuali
kalau ditentukan lain dengan undang-undang, sedang undang-undang
yang memungkinkan dengan hakim tunggal dalam perkara biasa dan
perkara singkat itu telah dicabut oleh KUHAP, maka kini yang berlaku
mengenai itu adalah ketentuan KUHAP (keharusan majelis, kecuali
dalam perkara cepat (perkara ringan/pelanggaran lalu lintas jalan).
Adapun penyebutan ”hakim tunggal ” alam Pasal ayat 197 (1) huruf g
dan penjelasan Pasal 152 ayat (1) KUHAP itu adalah karena ketentuan
Pasal itu akan diperlakukan pula untuk perkara cepat (yang masih
dengan hakim tunggal), kalau tidak disebut ”hakim tunggal”, maka
akibatnya : dalam perkara cepat pun mungkin dikira harus dengan
majelis hakim pula.

44
Pengadilan Tinggi setelah menerima berkas yang dimohonklan
banding itu dalam waktu 3 hari wajib mempelajari tentang perlu tidaknya
Terdakwa ditahan. Untuk mencegah terjadinya kelambatan penanganan,
Pengadilan Negeri setelah menerima permohonan Banding/Kasasi harus
segera melaporkan melalui telepon/telegram kepada Pengadilan
Tinggi/Mahkamah Agung :

a) Dalam Hal Banding


(1) tentang adanya banding tersebut
(2) tentang tuduhan yang didakwakan
(3) tentang bunyi diktum putusan Pengadilan Negeri
(4) tentang data mengenai penahanan Terdakwa disertai pendapat
Ketua Pengadilan Tinggi tentang perlu tidaknya penahanan,
sesudah itu disusul segera dengan laporan tertulis.

b) Dalam Hal Kasasi


Ketua Pengadilan Negeri melalui telphone/telgram melaporkan
kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan Ketua Mahkamah Agung :

(1) tentang adanya permohonan kasasi tersebut


(2) tentang tuduhan yang didakwakan
(3) tentang bunyi diktum putusan Pengadilan Negeri dan Tinggi
(4) tentang data mengenai penahanan Terdakwa, disusul segera
dengan laporan tertulis.

Ketua Pengadilan Tinggi setelah menerima telephone/telgram dari


Mahkamah Agung tentang perlu tidaknya penahan Terdakwa, kemudian
disusul segera secara tertulis. Hakim-hakim yang menangani ditingkat
banding tidak bolah hakim yang pernah menangani perkara itu dulu
ketika di Pengadilan Negeri.

45
Apabila ternyata ada kesalahan pada Pengadilan Negeri, maka
Pengadilan Tinggi dapat :
1) Memerintahkan Pengadilan Negeri memperbaikinya atau
2) Pengadilan Tinggi memperbaikinya sendiri.
Dalam tenggang waktu 7 hari sesudah putusan, salinannya harus
dikirimkan kepada Pengadilan Negeri yang bersangkutan, dan Panitera
harus segera memberitahukannya kepada Terdakwa dan Penuntut
Umum. Telah dijelaskan bahwa mengenai pemberitahuan itu berlaku
ketentuan seperti dalam hal menyampaikan panggilan, yakni harus
diberitahukan di tempat tinggalnya, kalau tidak dapat ditemui di tempat
tinggalnya, pemberitahuan diberitahukan di tempat kediaman yang
terakhir, kalau tidak diketemukan pula disitu, maka disampaikan melalui
kepala desa kediaman terakhir. Kalau berada di Luar Negeri melalui
perwakilan RI di Negara yang bersangkutan. Tapi kalau tidak di kenal
(Dalam negeri/Luar negeri), disampaikan melalui surat kabar 2 kali
berturut-turut. Tenggang waktu mulai dihitung sejak pengumuman yang
kedua kali itu.

b. Kasasi
Setiap perkara kecuali yang Terdakwanya dibebaskan atau dilepaskan
dari tuntutan hukum, dapat dimohonkan kasasi, dalam jangka waktu 14 hari.
Kini tidak dibedakan lagi antara Jawa dan Luar Jawa. Permohonan diajukan
kepada Panitera Pengadilan Negeri yang memutus di tingkat I dan dapat
dicabut oleh Mahkamah Agung. Permohonan harus disertai memori kasasi,
yang diajukan dalam waktu 14 hari sesudah permohonan, dan selama itu
dapat disusulkan memori tambahan.

Bagi yang kurang mengerti hukum, Panitera mencatat alasan-alasan


permohonan kasasinya, dengan kata lain Paniteralah yang membuatkan

46
memori kasasi secara tertulis, tetapi Panitera dalam hal itu bukanlah sebagai
Penasehat Hukumnya.

Yang dapat dijadikan alasan permohonan kasasi :

1) Karena peraturan hukum tidak diterapkan semestinya


2) Karena cara mengadilinya tidak menurut hukum
3) Karena Pengadilan melampaui batas wewenangnya.
Panitera wajib menyampaikan permohonan itu dalam 14 hari kepada
Mahkamah Agung. Jika dikalangan Hakim-hakim Agung terdapat perbedaan
pendapat, maka Ketua Mahkamah Agunglah yang menetapkan, tetapi kalau
Ketua Mahkamah Agung sendiri yang tersangkut/berpekara, maka dibentuk
Panita yang terdiri dari 3 orang yang dipilih di antara Hakim Agung, satu
orang diantaranya harus yang tersenior dalam jabatan.

Sejak adanya permohonan kasasi, maka yang berwenang untuk


menentukan soal penahanan Terdakwa beralih kepada Mahkamah Agung.
Dalam waktu 3 hari sesudah menerima berkas, Mahkamah Agung wajib
mempelajari perlu tidaknya Terdakwa ditahan. Kalau Terdakwa dalam
tahanan maka dalam waktu 14 hari sejak penetapan penahanan Mahkamah
Agung wajib memeriksa perkaranya. Salinan putusan dan berkas dikirimkan
kembali kepada Pengadilan tingkat I dalam waktu 7 hari.

2. Upaya Hukum Luar Biasa


Disamping pemeriksaan tingkat banding dan kasasi yang merupakan
upaya hukum biasa, dalam KUHAP diatur pula upaya hukum luar biasa yang
tercantum dalam BAB XVIII, yang meliputi pemeriksaan kasasi demi
kepentingan hukum dan peninjauan kembali putusan pengadilan yang
memperoleh kekuatan hukum tetap. Menurut sifatnya upaya hukum luar
biasa dalam praktek lebih jarang terjadi dari pada upaya hukum biasa. Upaya

47
hukum luar biasa hanya dapat dilakukan apabila putusan hakim telah
memperoleh kekuatan hakim tetap.

a. Kasasi Demi Kepentingan Hukum


Pasal 259 KUHAP menegaskan bahwa demi kepentingan hukum
terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dari pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, dapat diajukan
satu kali permohonan kasasi oleh Jaksa Agung. Kasasi ini tidak dibatasi
tenggang waktunya. Kasasi demi kepentingan hukum dapat dilakukan satu
kali atas permohonan Jaksa Agung secara tertulis kepada Mahkamah
Agung, melalui Panitera Pengadilan Tingkat I disertai risalah yang
memuat alasan-alasan permintaannya. Berikut ini hal-hal yang sangat
penting berkaitan dengan kasasi demi hukum :
1) Hukum diterapkan secara benar, sehingga ada kesatuan dalam
peradilan;
2) Yang berhak mengajukan kasasi demi kepentingan hukum adalah
Jaksa Agung; Jaksa Agung memperoleh bahan atau pengetahuan
perkara yang perlu diajukan kasasi demi kepentingan hukum adalah
dari pejabat kejaksaan yang menyampaikan putusan yang menurut
pendapat mereka perlu dimintakan kasasi demi kepentingan
hukumnya;
3) Permintaan kasasi demi kepentingan hukum dapat merupakan
penafsiran undang-undang;
4) Putusan kasasi demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan
pihak yang berkepentingan;

b. Peninjauan Kembali
Menurut Pasal 263 KUHAP menegaskan terhadap putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali putusan
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, Terpidana atau ahli warisnya

48
dapat mengajukan permintaan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah
Agung. Jaksa Agung/Jaksa tidak mempunyai hak, karena hal ini adalah
demi untuk kepentingan Terhukum/ahli warisnya belaka.
Dasar permohonannya adalah :
1) Apabila terdapat keadaan baru (novum), yang menimbulkan dugaan
kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan Penuntut Umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara ini diterapkan ketentuan pidana yang
lebih ringan;
2) Apabila dalam putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah
terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan
yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu
dengan yang lainnya;
3) Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan
hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

Hal-Hal Yang Penting Dalam Acara Peninjauan Kembali (PK) :


1) Permintaan PK diajukan kepada Panitera Pengadilan yang telah
memutus perkaranya dalam tingkat pertama;
2) Permohonan PK tidak dibatasi dengan suatu jangka waktu dan hanya
dapat dilakukan satu kali saja;
3) Dalam hal PK tidak dapat diterima dengan disertai alasan;
4) Sebaliknya dalam hak MA berpendapat bahwa permintaan PK dapat
diterima untuk diperiksa, berlaku ketentuan sbb :
a) Apabila MA tidak membenarkan alasan pemohon, MA menolak
permintaan PK dengan menetapkan bahwa putusan yang dimintakan
PK itu tetap berlaku disertai dasar pertimbangannya.

49
b) Apabila MA membenarkan alasan pemohon, MA membatalkan
putusan yang dimintakan PK itu dan menjatuhkan putusan yang
dapat berupa :
(1) Putusan bebas;
(2) Putusan lepas dari segala tuntutan hukum;
(3) Putusan tidak dapat meneriman tuntutan Penuntut Umum;
(4) Putusan dengan menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan
5) Putusan yang telah mempunyai kekuatan tetap dimana dinyatakan
bahwa dakwaan terbukti, tapi tidak diikuti pemidanaan, dapat pula
dimohonkan Peninjauan Kembali;
6) Permohonan Peninjauan Kembali atas suatu putusan tidak
menangguhkan/menghentikan pelaksanaan putusan (eksekusi);
7) Apabila Peninjauan Kembali sudah diterima Mahkamah Agung dan
sementara itu pemohon meninggal setelah surat permohonan telah
diterima Mahkamah Agung, maka terserah kepada ahli warisnya apakah
akan melanjutkan atau tidak.

50
BAB V

EKSEKUSI

Menurut Pasal 270 KUHAP pelaksanaan Putusan pengadilan yang telah


memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh Jaksa, yang untuk itu panitera
mengirimkan salinan kepada Jaksa. Dalam hal pidana mati pelaksanaannya
dilakukan tidak dimuka umum dan harus menurut ketentuan Pasal 271 KUHAP.
Jika Terpidana dipenjara atau dalam kurungan dan kemudian dijatuhi pidana
yang sejenis sebelum ia menjalani pidana yang dijatuhkan terdahulu, maka pidana
itu dijalankan berturut-turut dimulai dengan pidana yang dijatuhkan lebih dahulu.
Ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 272 KUHAP ini ialah bahwa pidana yang
dijatuhkan berturut-turut itu ditetapkan untuk dijalani oleh Terpidana berturut-turut
secara berkesinambungan diantara menjalani pidana yang satu dengan yang lain.
Pelaksanaan hukuman denda dalam perkara menurut acara cepat
dilaksanakan seketika itu juga sedangkan dalam perkara lainnya diberi tempo satu
bulan dan dapat diperpanjang satu bulan lagi (Pasal 273 KUHAP).
Terhadap barang-barang yang harus di lelang, Jaksa menguasakan kepada
Juru Lelang Negara untuk melakukan pelelangan dalam tempo tiga bulan, dan
dapat diperpanjang setinggi-tingginya satu bulan dan hasilnya disetor pada kas
negara untuk dan atas nama Jaksa sedangkan dalam hal pengadilan menjatuhkan
putusan pembayaran ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99
KUHAP, maka pelaksanaan eksekusinya sama dengan tata cara pelaksanaan
eksekusi pada perkara perdata. (Pasal 274 KUHAP).
Apabila ada lebih dari satu orang dipidana dalam satu perkara, maka biaya
perkara dan atau ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 275 KUHAP
dibebankan kepada mereka bersama-sama secara berimbang. Karena Terdakwa
dalam hal yang dimaksud dalam Pasal ini bersama-sama dijatuh hukuman pidana
karena dipersalahkan melakukan tindak pidana dalam satu perkara, maka wajar

51
bilamana biaya perkara dan atau ganti kerugian ditanggung bersama secara
berimbang.
Dalam hal pengadilan menjatuhkan pidana bersyarat, maka pelaksanaannya
dilakukan dengan pengawasan serta pengamatan yang sungguh-sungguh dan
menurut ketentuan undang-undang (Pasal 276 KUHAP).
Pada setiap pengadilan ada Hakim dengan tugas khusus untuk membantu
Ketua Pengadilan Negeri dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap
putusan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan diseut hakim
pengawas dan pengamat.
Dalam Pasal 280 KUHAP ditegaskan :
1. Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna memperoleh
kepastian bahwa putusan pengadilan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
2. Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengamatan untuk bahan
penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan, yang diperoleh
dari perilaku narapidanaatau pembinaan Lembaga Pemasyarakatan serta
pengaruh timbal-balik terhadap narapidana selama menjalani pidananya.
3. Pengamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini tetap
dilaksanakan setelah Terpidana selesai menjalani pidananya.
4. Pengawasan dan pengamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 277 KUHAP
berlaku pula bagi pemidanaan bersyarat.

52
BAB VI
PENDAHULUAN

A. RUANG LINGKUP HUKUM ACARA PERDATA


Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan
bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil dan lebih
konkrit dapat juga dikatakan hukum acara perdata mengatur bagaimana caranya
mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan dari
putusannya. Tuntutan hak adalah tindakan yang bertujuan memperoleh
perlindungan hukum yang diberikan pengadilan untuk mencegah
”eigenrichting”.14

B. SUMBER HUKUM ACARA PERDATA

Sumber hukum perdata formal adalah:


1. Buku IV KUHPerdata tentang pembuktian dan daluwarsa.
2. Untuk wilayah Jawa dan Madura menggunakan HIR (Het Herziene
Indonesisch Reglement) sedangkan untuk luar Jawa dan Madura
menggunakan Rbg (Rechtsreglement Buitengewesten).
3. Undang-Undang Nomor 20 tahun 1947 yang mengatur banding untuk
wilayah Jawa dan Madura sedangkan untuk luar Jawa dan Madura
menggunakan Rbg.
4. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas Undang-
Undnag 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
6. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
7. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

14
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, Edisi Ketiga, Ctk-
Pertama, 1988, hlm.2
53
8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.
9. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung.
11. Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
12. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun1975 tentang pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1974.
12. Yurisprudensi.
13. Doktrin.
14. Konvensi

C. ASAS-ASAS HUKUM ACARA PERDATA 15


1. Hakim bersifat menunggu artinya inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak
diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan. Apabila tidak ada
pengajuan tuntutan dari pihak yang berkepentingan maka hakim tidak boleh
melakukan pemeriksaan perkara. Hal ini dikenal dengan asas nemo judex
sine actore.
2. Hakim pasif, artinya bahwa ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang
diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para
pihak yang berperkara. Hakim tidak boleh memeriksa perkara di luar apa
yang telah diajukan oleh para pihak. Para pihak dapat mengakhiri sendiri
sengketa yang telah diajukannya.
3. Asas Persidangan yang Terbuka untuk Umum, artinya setiap orang
diperbolehkan untuk hadir dan mendengarkan pemeriksaan di persidangan.
Sebelum pemeriksaan perkara hakim wajib menyatakan bahwa persidangan
15
Ibid., hlm 9
54
terbuka untuk umum kecuali apabila ada perkara-perkara yang dinyatakan
tertutup untuk umum. Apabila putusan yang dinyatakan dalam persidangan
yang tidak dinyatakan terbuka untuk umum berarti putusan itu tidak sah dan
tidak mempunyai kekuatan hukum tetap.
4. Asas Mendengar Kedua Belah Pihak. (Audi Et Alteram Partem), artinya
kedua belah pihak haruslah diperlakukan sama oleh hakim pemeriksa
perkara, tidak memihak, dan harus mendengar keterangan dari kedua belah
pihak secara bersama-sama.
5. Putusan harus disertai alasan-alasan, semua putusan pengadilan harus
memuat alasan-alasan putusan yang dijadikan dasar untuk mengadili, sebagai
pertanggungjawaban hakim atas apa yang telah diputus baik kepada
masyarakat, para pihak, pengadilan yang lebih tinggi dan ilmu hukum.
6. Beracara dikenai biaya, pada asasnya seseorang yang akan berperkara di
pengadilan akan dikenai biaya perkara. Biaya perkara ini meliputi biaya
kepaniteraan dan biaya untuk panggilan, pemberitahuan para pihak serta
biaya materai. Akan tetapi apabila seseorang tersebut dalam keadaan yang
tidak mampu untuk membayar biaya perkara maka dapat mengajukan perkara
tersebut secara cuma-cuma (pro deo) disertai dengan surat keterangan tidak
mampu yang dibuat oleh pemerintahan setempat.
7. Tidak ada keharusan untuk mewakilkan, seseorang yang berperkara di
pengadilan pada asasnya tidak ada kewajiban untuk mewakilkan kepada
seorang pengacara untuk menjadi kuasa hukumnya. Seseorang yang
berperkara dapat mengajukan sendiri perkaranya di pengadilan, sehingga
pemeriksaan di persidangan terjadi secara langsung terhadap para pihak yang
berkepentingan.

55
BAB VII

SURAT KUASA, SOMASI, MEDIASI DAN PERDAMAIAN

A. SURAT KUASA
1. Pengertian Pemberian Kuasa Perdata
Pemberian kuasa sering disebut Lastgeving, Volmacht, sedangkan
dalam sistem Common Law disebut Instruction mandate. Pada Pasal 1792
KUHPerdata mendefinisikan pemberian kuasa adalah :
“suatu persetujuan dengan mana seseorang memberikan kuasanya
(wewenang) kepada orang lain yang menerimanya untuk atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan.”
Sehingga pemberian kuasa dapat diartikan pelimpahan perwakilan atau
mewakilkan dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk mewakili
kepentingannya.

2. Pengertian Surat Kuasa


Surat kuasa merupakan surat yang berisi pelimpahan
wewenang/kekuasaan dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk
melaksanakan suatu urusan tertentu. Surat kuasa khusus diatur dalam Pasal
123 HIR, 147 Rbg yang lazim disebut Bijzondere Schriftelijke Machtiging.
Syarat-syarat sahnya surat kuasa diatur dalam SEMA tanggal 23 Januari
1971 (merupakan syarat kumulatif). Syarat-syarat surat kuasa berdasarkan
SEMA tanggal 23 Januari 1971 adalah :16

a. Harus berbentuk tertulis


Berbentuk surat di bawah tangan, yang dibuat dan ditandatangani
pemberi kuasa dan penerima kuasa

16
Teguh Sri Rahardjo, Agus Bintoro, “Taktik dan Strategi Penanganan Perkara Perdata”, Modul
Karya Latihan Hukum (KARTIKUM), 1996, hlm. 7 dan 8
56
1) dibuat oleh Panitera Pengadilan, dilegalisisr oleh Ketua Pengadilan
Negeri atau hakim.
2) berbentuk akta otentik yang dibuat oleh Notaris.

b. Harus menyebut identitas para pihak yang berperkara (Penggugat


dan Tergugat)
Identitas terdiri dari nama, umur, pekerjaan dan alamat. Apabila
pemberi kuasa adalah badan hukum maka dalam surat kuasa disebutkan
dulu nama badan hukum lalu identitas orang yang berwenang memberi
kuasa menurut anggaran dasar/peraturan yang berlaku.

c. Menyebut secara tegas obyek dan kasus yang diperkarakan.


Harus tegas menyebut tentang hal/apa yang diperkarakan dan paling
tidak menyebut jenis dan macam perkaranya

d. Harus disebut secara tegas diuraikan batas-batas kewenangan


penerima kuasa untuk menjalankan kuasanya.

e. Surat kuasa harus diberi materai


Secukupnya (Rp. 6.000,00) dan ditandatangani oleh penerima kuasa
dan pemberi kuasa.
Syarat-syarat tersebut merupakan syarat kumulatif maka apabila ada
salah satu syarat yang tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan :17
1) Surat kuasa cacat.
2) Kedudukan kuasa sebagai pihak formil, menjadi tidak sah.
3) Segala tindakan hukum yang dilakukan kuasa adalah tidak sah dan
tidak mengikat.
4) Gugatan dapat dinyatakan tidak dapat diterima / niet ontvankelijke
verklaard (NO).

17
Ibid., hlm 8
57
3. Isi Surat Kuasa 18
a. Identitas para pihak :
1) Pemberi kuasa
2) Penerima kuasa
b. Obyek Sengketa (Materi/Pokok Masalah)
c. Kompetensi :
1) Absolut
2) Relatif
d. Ruang Lingkupnya
Agar surat kuasa benar, maka harus dilakukan :
1) Identifikasai masalah :

Apakah masalah yang dihadapi tersebut merupakan masalah


hukum? Kalau masalah hukum, maka hukum apa? ( Perdata, Pidana,
HAN atau yang lainnya ).

2) Merumuskan dan memecahkan masalah :

Dalam hal berkaitan dengan hukum perdata, maka di sini hanya


ada 2 (dua) kemungkinan yakni perbuatan melawan hukum atau wan
prestasi. Hubungan hukum terjadi :

a) Karena Perjanjian --------- Wan Prestasi (WP)


b) Karena Undang-Undang (UU saja) atau karena perbuatan orang lain
------------ Perbuatan Melawan Hukum (PMH)

Apabila kita mengambil kesimpulan salah satu di atas, maka


semuanya harus ingat/mengacu pada unsur-unsur yang ada pada dua hal
itu (PMH/WP). Kemudian kita akan mengetahui siapa yang mempunyai
kepentingan hukum (hak yang muncul karena adanya perbuatan yang

18
Machsun Tabroni, “Teknik perumusan surat kuasa untuk kegiatan persidangan”, bahan ajar,
PKPA FH UII, HLM.1
58
menimbulkan kerugian), sekaligus akan diketahui siapa yang melakukan
perbuatan yang merugikan tersebut ( identitas para pihak/subyek hukum
para pihak ).

Berbicara subjek hukum ( orang/badan hukum ), maka harus


dilihat siapa yang berkompeten (karena syarat untuk melakukan
perbuatan hukum harus cakap berbuat hukum). Dengan mengetahui
subjeknya, maka akan diketahui kompetensi pengadilan baik
absolut/relatifnya. (kesemuanya itu harus diutamakan dengan mengacu
pada asas-asas hukum, penemuan hukum, penafsiran hukum, konstruksi
hukum dll).

Contoh :

a) Dari identifikasi masalah tersebut juga akan diketahui obyek


sengketanya (objecktum litis), ini dapat berkaitan dalam rangka
menentukan kompetensi absolutnya (PN, PTUN, PA, MAHMIL),
kompetensi relatifnya;

b) Kalau kita berpendapat bahwa masalah yang dihadapi adalah


masalah pidana, maka acuannya adalah apakah perbuatan hukum
tersebut merupakan perbuatan melawan hukum dalam aspek pidana
(on wet deretelijke daad), sedang untuk perdata disebut
(onrechtmatige daad), apakah memenuhi unsur-unsur yang ada pada
Pasal-Pasal yang mengaturnya (asasnya legalitas, peraturan tidak
berlaku surut ).

3) Memutuskan masalah
Identifikasi masalah adalah faktor yang sangat penting dalam
membuat surat kuasa, gugatan, laporan, pengaduan maupun dalam
pembelaan bagi klient,apabila identifikasi masalahnya keliru maka

59
gugatannya keliru, laporan / pengaduan keliru dan bahkan pembelaan
juga akan kurang / tidak akurat.

4. Berakhirnya Surat Kuasa

Berakhirnya surat kuasa diatur dalam Pasal 1813 –1819 KUHPerdata, karena:
1) ditariknya kembali kuasa oleh pemberi kuasa
2) dengan pemberitahuan penghentian kuasanya oleh pemberi kuasa
3) dengan meninggal, pengampuan, pailitnya si pemberi kuasa atau si kuasa
4) pengangkatan kuasa baru untuk mengurus hal yang sama yang
menyebabkan ditariknya kuasa pertama.
5) Dengan kawinnya seorang perempuan yang memberi kuasa atau yang
menerima kuasa. Tetapi ketentuan ini menjadi tidak berlaku dengan
adanya SEMA No. 1115/B/3292/M/1963 dan Undang-Undang Pokok
Perkawinan No. 1/1974.

B. SOMASI ( TEGURAN )
Sommatie (Bld) adalah teguran atas kelalaian atau kealpaan
seseorang/Badan hukum/Badan usaha (Soimmateur: Pihak yang menegur).
Dalam pengertian lain Somasi Adalah teguran untuk membayar oleh dan atau
dengan perantaraan Hakim (Subekti & Tjitrosoedibio, 1980). 19

Dalam suatu perjanjian ada kalanya salah satu pihak lalai melaksanakan
kewajibannya (Wanprestasi), atau kalau ada orang atau badan usaha/badan
hukum telah melakukan perbuatan melawan hukum yang dapat merugikan orang
lain, maka bagi pihak yang merasa dirugikan baik karena prestasinya tidak
dipenuhi oleh orang lain atau hak-haknya dilanggar oleh orang lain, maka
kepadanya dapat melakukan tuntutan hak, namun sebelumnya hendaklah atau
biasanya didahului dengan melakukan sommatie kepada pihak lain tersebut.

19
Andi Rais, “Surat kuasa, Somasi, dan Aanmaning”, Bahan Ajar PKPA FH UII
60
Somasi dapat dilakukan melalui surat biasa atau melalui surat kabar, atau
dapat pula dilakukan oleh pengadilan ( dalam hal Eksekusi selalui didahului
dengan somasi ). Seperti disebutkan di atas bahwa munculnya somasi (teguran)
adalah dikarenakan orang yang disomier ( diberi peringatan ) tersebut telah
dianggap melakukan wanprestasi atau melakukan perbuatan melawan hukum,
sehingga dengan demikian somasi tersebut adalah merupakan tindakan awal
untuk melakukan tuntutan hak, yang bertujuan agar persoalan tersebut dapat
ditanggapi dan dapat diselesaikan secara musyawarah kekeluargaan.

Bagi pihak yang ditegur tentunya akan mempelajari apakah yang menjadi
inti permasalahan yang ada, tentunya apabila teguran tersebut dalam kaitannya
dengan wanprestasi maka yang harus dipelajari adalah perjanjian yang ada
apakah teguran itu benar? Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu
mengenai apa yang dimaksud dengan Wanprestasi itu. Definisi Wanprestasi
secara lengkap ialah tidak terpenuhinya prestasi oleh debitur karena
kesalahannya baik karena kesengajaan atau kelalaian.

Adapun wujud dari Wanprestasi adalah :


1. Tidak memenuhi kewajiban sama sekali,
2. Melaksanakan/memenuhi tetapi terlambat,
3. Melaksanakan kewajiban tetapi tidak seperti yang diperjanjikan,
4. Berbuat sesuatu yang tidak diperjanjikan .

Setelah kita mengetahui wujud dari Wanprestasi kiranya perlu diketahui


pula unsur-unsur wanprestasi, hal ini penting sekali karena untuk mengetahui
ada dan tidaknya seseorang dikatakan telah melakukan wanprestasi. Unsur-
unsur wanprestasi adalah :

1. Timbul Dari Persetujuan Dan Atau Harus Ada Perjanjian Terlebih


Dahulu (Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Selanjutnya
Disebut KUHPerdata).

61
Untuk seseorang dikatakan wanprestasi sebelumnya harus ada
perjanjian, tanpa adanya perjanjian tidak mungkin seseorang dapat dikatakan
wanprestasi, wanprestasi terhadap apa kalau perjanjiannya tidak ada;

2. Adanya pelanggaran.
Pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap kesepakatan
dalam perjanjian tersebut. Misalnya dalam perjanjian penyerahan barang, jika
ternyata pihak yang diwajibkan menyerahkan barang tidak juga menyerahkan
barang yang seharusnya ia serahkan sesuai dengan perjanjian atau
kesepakatan antara keduanya;

3. Terlebih Dulu Ada Peringatan Atau Somasi


Terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu pihak, dilakukan
peringatan atau somasi terlebih dahulu. Hal ini dapat dikesampingkan, jika
dalam klausul perjanjian, debitur dapat langsung dianggap lalai tanpa somasi;

4. Ada Kerugian Yang Diderita Salah Satu Pihak


Biasanya yang dirugikan adalah orang yang seharusnya menerima
suatu prestasi tertentu tetapi pada prakteknya ia tidak kunjung menerima
suatu prestasi tersebut.Tuntutan kerugian ini dihitung sejak saat terjadinya
kelalaian (Pasal 1237 KUH-Perdata), serta jenis dan jumlah ganti rugi telah
diatur secara rinci dalam Pasal 1246 KUH-Perdata;

Sebagai acuannya adalah dengan cara mempelajari perjanjiannya secara


seksama, apakah pihak yang ditegur tersebut telah melakukan salah satu
perbuatan sebagaimana tersebut di atas. Sedangkan apabila alasan/dasar
somasi tersebut karena dianggap telah melakukan perbuatan melawan
hukum, maka sebelumnya haruslah diketahui dahulu apakah yang dimaksud
dengan perbuatan melawan hukum itu?

62
Pasal 1365 KUHPerdata perbuatan melawan hukum (selanjutnya
disebut PMH) adalah setiap perbuatan melawan hukum yang menimbulkan
kerugian kepada orang lain, maka mewajibkan bagi orang yang karena
salahnya mengganti kerugian yang timbul tersebut.

PMH dalam perkembangannya tidak hanya melanggar undang-undang


saja tetapi termasuk di dalamnya melanggar kepatutan yang hidup dalam
masyarakat, kurang cermat/lalai, melanggar ketertiban umum, melanggar
kesusilaan dan bahkan penyalahgunaan keadaan dapat dikategorikan
merupakan perbuatan melawan hukum. 20

Adapun unsur-unsur dari PMH adalah :

1. Adanya perbuatan yang bersifat melawan hukum;


2. Melanggar hak subyektif orang lain (baik kekayaan/hak perorangan);
3. Adanya kesalahan (Schuld)
4. Adanya kerugian;
5. Ada hubungan kausal;

Dalam pemahaman yang lain, bahwa di dalam PMH :

1. Timbul karena Undang-Undang (UU) menentukan;


2. Merupakan akibat perbuatan manusia yang ditentukan sendiri oleh UU;
3. Tidak diperlukan adanya somasi, sehingga ketika terjadi PMH, secara
mutatis mutandis menimbulkan hak untuk menuntut/klaim;
4. Sesuai Pasal 1365 KUHPerdata, tidak menyebutkan ganti rugi yang
bagaimana bentuknya. Ganti rugi didasarkan pada Pasal 1372
KUHPerdata (kedudukan sosial ekonomi para pihak, vide Putusan
Mahkamah Agung RI No. 196 K/ SIP / 1974)

20
Machsun Tabroni, “Teknik Yuridis Dalam Menghadapi Somasi”, Bahan Ajar PKPA FH UII, hlm.2
63
Perbuatan melawan hukum ada 2 (dua) macam yakni perbuatan
melawan hukum dalam aspek hukum perdata yang di dalam bahasa Belanda
disebut On rechtmatige daad (dilakukan oleh orang, sedang kalau pelakunya
pejabat negara disebut sebagai Onrechtmatige Overheiddaad), dan perbuatan
melawan hukum dalam aspek hukum pidana yang dalam bahasa Belandanya
disebut dengan Wetderetelijke daad.

Seorang yang mendapat teguran dari orang lain, maka yang pertama-
tama harus dilakukan adalah menganalisis apakah perbuatannya tersebut
memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum atau telah memenuhi
unsur-unsur dari wanprestasi tersebut.

Setelah diidentifikasi, maka permasalahan tersebut harus dipecahkan.


Adapun cara memecahkan masalah kasus hukum adalah dengan merujuk
pada asas-asas hukum yang berlaku, mencari dan menemukan hukumnya,
melakukan penafsiran hukum, melakukan konstruksi hukum dan lain-lainnya
(olah hukum).

Setelah diidentifikasi masalah, kemudian telah dilakukan pemecahan


masalah (ini akan dijadikan acuan dalam melakukan negosiasi/perdamaian).
Seperti telah dikatakan di atas bahwa sebenarnya teguran dilakukan dengan
harapan ada tanggapan dari pihak yang ditegur, sehingga tujuan utama
teguran adalah upaya dan atau tercapainya penyelesaian secara musyawarah
kekeluargaan /perdamaian. Untuk itu bagi pihak yang ditegur hendaklah
menanggapinya dengan arif dan bijaksana sehingga diharapkan persoalan
tersebut dapat diselesaikan dengan cara musyawarah. Kemudian apabila
masalah tersebut dapat diselesaikan secara damai, maka seyogyanya
dibuatkan akta perdamaian (perjanjian damai) baik dibuat secara notariil akta
ataupun di bawah tangan.

64
Dalam praktek sering kali dalam hal ada teguran tidak ditanggapi
dengan baik, bahkan timbul kesan atau bahkan kadang-kadang melakukan
tindakan atau kata-kata yang dapat ditafsirkan menantang agar diselesaikan
melalui pengadilan (gugatan), hal semacam itu adalah tidak benar dan sangat
merugikan kedua belah pihak, karena selain akan mengeluarkan biaya yang
tidak sedikit juga akan memakan waktu yang lama, oleh karenanya hal
semacam itu hendaklah dihindari, atau penyelesaian melalui pengadilan
hendaklah merupakan upaya penyelesaian terakhir ( alternatif terakhir ).21

C. PERDAMAIAN DAN MEDIASI


1. Perdamaian

Pasal 130 ayat (1) HIR/Pasal 154 1 Rbg, hakim diwajibkan untuk
mengusahakan perdamaian diantara para pihak yang bersengketa. Dengan
demikian, hakim mempunyai peranan aktif mengusahakan penyelesaian
perkara para pihak dengan perdamaian dalam perkara perdata tidak hanya
dalam sidang pertama kali digelar, tetapi hakim tetap dapat mendamaikan
pihak-pihak yang berperkara selama proses pemeriksaan perkara di
persidangan.22

Jika usaha perdamaian berhasil, maka dibuatlah akta perdamaian, yang


harus dibacakan terlebih dahulu oleh Hakim dihadapan para pihak, sebelum
Hakim menjatuhkan putusan yang menghukum kedua belah pihak untuk
mentaati isi perdamaian tersebut. Akta perdamaian mempunyai kekuatan
yang sama dengan putusan Hakim yang berkuatan hukum tetap dan apabila
tidak dilaksanakan, eksekusi dapat dimintakan kepada Ketua Pengadilan
Negeri yang bersangkutan. Terhadap putusan perdamaian tidak
dapat diajukan upaya hukum banding. Jika usaha perdamaian tidak berhasil,

21
Ibid., hlm 2
22
Sri Wardah, Bambang Sutiyoso, Hukum Acara Perdata dan Perkembangannya di Indonesia,
GAMA MEDIA, 2007, hlm. 91-92
65
hal mana harus dicatat dalam berita acara persidangan, maka pemeriksaan
perkara dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan dalam bahasa yang
dimengerti oleh para pihak, jika perlu dengan menggunakan penerjemah
(Pasal 131 HIR).

2. Mediasi Di Pengadilan

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 tentang


Prosedur Mediasi di Pengadilan ini ditetapkan pada tanggal 03 Februari 2016
dan berlaku sejak tanggal ditetapkannya. PERMA ini merupakan revisi
sekaligus pengganti dari PERMA Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan. Melalui mediasi di Pengadilan diharapkan tidak
hanya mengurangi penumpukan perkara, tetapi yang terpenting tersedianya
alat bagi masyarakat untuk menyelesaikan sengketanya tanpa harus
berperkara di pengadilan (litigasi) yang umumnya berlangsung lama dan
mahal. 23

a. Beberapa ketentuan di dalam PERMA Nomor 1 tahun 2016,


diantaranya:

1) Semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan termasuk perkara


perlawanan (verzet) atas putusan verstek dan perlawanan pihak
berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap
pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, wajib
terlebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui Mediasi, kecuali
ditentukan lain berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung ini. 24
2) Jasa Mediator Hakim dan Pegawai Pengadilan tidak dikenakan
biaya dan Biaya jasa Mediator nonhakim dan bukan Pegawai
Pengadilan ditanggung bersama atau berdasarkan kesepakatan Para

23
Sri Wardah, Bambang Sutiyoso, Op.Cit., hlm. 94
24
Pasal 4 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
66
Pihak.25
3) Biaya pemanggilan Para Pihak untuk menghadiri proses Mediasi
dibebankan terlebih dahulu kepada pihak penggugat melalui panjar
biaya perkara. Biaya pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditambahkan pada perhitungan biaya pemanggilan Para Pihak
untuk menghadiri sidang. Dalam hal Para Pihak berhasil mencapai
Kesepakatan Perdamaian, biaya pemanggilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditanggung bersama atau sesuai kesepakatan
Para Pihak. Dalam hal Mediasi tidak dapat dilaksanakan atau tidak
berhasil mencapai kesepakatan, biaya pemanggilan Para Pihak
dibebankan kepada pihak yang kalah, kecuali perkara perceraian di
lingkungan peradilan agama. 26
4) Kecuali perkara yang diselesaikan melalui prosedur pengadilan
niaga, pengadilan hubungan industrial, keberatan atas putusan
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dan keberatan atas
putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, permohonan
pembatalan putusan arbitrase, keberatan atas putusan konfirmasi
informasi, penyelesaian perselisihan partai politik, sengketa yang
diselesaikan melalui tata cara gugatan sederhana, sengketa lain yang
pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang waktu
penyelesaiannya dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.27
5) Mediator wajib memiliki sertifikat mediator yang diperoleh setelah
mengikuti dan dinyatakan lulus dalam pelatihan sertifikasi Mahkamah
Agung, berdasarkan keputusan ketua pengadilan mediator tanpa
sertifikat dapat menjadi mediator dikarenakan keterbatasan atau tidak
ada. 28
6) Proses Mediasi pada dasarnya bersifat tertutup kecuali Para Pihak
25
Pasal 8 ayat (1), (2) Perma No. 1 Tahun 2016
26
Pasal 9 ayat (1). (2), (3), (4) Perma No. 1 Tahun 2016
27
Pasal 4 ayat (2) Perma No. 1 Tahun 2016
28
Pasal 13 Perma No. 1 Tahun 2016
67
menghendaki lain.29

b. Prosedur Mediasi secara garis besar adalah sebagai berikut :


1) Pada sidang pertama, hakim mewajibkan para pihak pada hari itu juga
atau paling lama 2 (dua) hari kerja berikutnya untuk berunding memilih
mediator.30 Daftar mediator disediakan di pengadilan. 31
2) Para pihak segera menyampaikan mediator terpilih kepada ketua
majelis hakim. 32 Ketua majelis segera memberitahu mediator untuk
melaksanakan tugas.
3) Apabila Para Pihak tidak dapat bersepakat memilih Mediator dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ketua majelis
Hakim Pemeriksa Perkara segera menunjuk Mediator Hakim atau
Pegawai Pengadilan .33 Jika pada Pengadilan yang sama tidak terdapat
Hakim bukan pemeriksa perkara dan Pegawai Pengadilan yang
bersertifikat, ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara menunjuk salah
satu Hakim Pemeriksa Perkara untuk menjalankan fungsi Mediator
dengan mengutamakan Hakim yang bersertifikat.34
4) Paling lama 5 (lima) hari kerja setelah mediator disepakati, para pihak
dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada
mediator.35 Jika para pihak gagal menyepakati mediator, ketua majelis
Hakim Pemeriksa Perkara segera menunjuk Mediator Hakim atau
Pegawai Pengadilan .36
5) Proses Mediasi dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak diterimanya pemberitahuan putusan sela Pengadilan Tinggi atau

29
Pasal 5 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
30
Pasal 20 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
31
Pasal 19 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
32
Pasal 20 ayat (3) Perma No. 1 Tahun 2016
33
Pasal 20 ayat (3) Perma No. 1 Tahun 2016
34
Pasal 20 ayat (4) Perma No. 1 Tahun 2016
35
Pasal 24 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
36
Pasal 20 ayat (3) Perma No. 1 Tahun 2016
68
Mahkamah Agung,37 jangka waktu Mediasi dapat diperpanjang paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak berakhir jangka waktu. 38
6) Mediator wajib menyatakan mediasi gagal, jika salah satu atau para
pihak atau kuasa hukumnya telah dua kali berturut-turut tidak
menghadiri pertemuan yang telah disepakati, atau tidak menghadiri
pertemuan mediasi tanpa alasan setelah dipanggil secara patut.39
7) Jika dicapai kesepakatan dalam mediasi, para pihak dengan bantuan
mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai
dan ditandatangani oleh para pihak dan mediator.40 Para pihak wajib
menyampaikannya dalam sidang yang ditentukan dan dapat minta
kesepakatan tersebut dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian. 41 Jika
ada salah satu pihak tidak menghendaki kesepakatan itu dikuatkan
dalam bentuk akta perdamaian, kesepakatan harus memuat klausula
pencabutan gugatan atau klausula yang menyatakan perkara telah
selesai. 42
8) Jika setelah batas waktu maksimal 30 (empat puluh) hari kerja, para
pihak tidak mampu menghasilkan kesepakatan, mediator wajib
menyatakannya secara tertulis dan memberitahukannya kepada
hakim. 43 Segera setelah itu, hakim melanjutkan pemeriksaan perkara
sesuai hukum acara yang berlaku.44
9) Hakim tetap berwenang untuk terus mengupayakan perdamaian hingga
sebelum pengucapan putusan. Jika para pihak berkeinginan untuk
berdamai, maka upaya perdamaian dapat berlangsung paling lama 14
hari kerja, sejak penyampaian keinginan tersebut. 45

37
Pasal 3 ayat (6) Perma No. 1 Tahun 2016
38
Pasal 24 ayat (2) Perma No. 1 Tahun 2016
39
Pasal 7 Perma No. 1 Tahun 2016
40
Pasal 27 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2016
41
Pasal 27 ayat (4) Perma No. 1 Tahun 2016
42
Pasal 27 ayat (5) Perma No. 1 Tahun 2016
43
Pasal 20 ayat (2) Perma No. 1 Tahun 2016
44
Pasal 18 ayat (2) Perma No. 1 Tahun 2008
45
Pasal 33 ayat (1) (4) Perma No. 1 Tahun 2016
69
10) Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan, pernyataan dan
pengakuan para pihak selama proses mediasi tidak dapat dijadikan
bukti dalam proses persidangan perkara, catatan mediator wajib
dimusnahkan, mediator tidak dapat menjadi saksi dan tidak dapat
dikenai pertanggungjawaban pidana maupun perdata.46

46
Pasal 35 ayat (3) (4) (5) (6) Perma No. 1 Tahun 2016
70
BAB VIII
GUGATAN

A. GUGATAN
Tuntutan hak merupakan tindakan yang bertujuan memperoleh
perlindungan hukum yang diberikan pengadilan untuk mencegah
”eigenrichting”. Syarat sebuah tuntutan hak (dalam Pasal 118 ayat 1 HIR atau
Pasal 142 ayat 1 Rbg) disebut sebagai tuntutan perdata (burgerlijke vordering)
atau tuntutan hak yang mengandung sengketa yang lazimnya disebut gugatan
adalah harus mempunyai kepentingan hukum. 47 Tuntutan hak dapat ada dua
macam yaitu pertama, tuntutan hak yang mengandung sengketa yang disebut
gugatan di mana sekurang-kurangnya ada dua pihak. Kedua, tuntutan hak yang
tidak mengandung sengketa yang disebut permohonan di mana hanya terdapat
satu pihak saja.

Hal-hal yang harus terdapat dalam gugatan :


Mengenai syarat-syarat yang harus ada di dalam suatu gugatan tidak diatur
oleh HIR, akan tetapi tertuang di dalam Pasal 8 No. 3 Rv yang menentukan
suatu gugatan pada pokoknya harus memuat :

1. Identitas Para Pihak


Identitas para pihak adalah bahwa dalam suatu gugatan harus memuat
lengkap tentang jatidiri dari para pihak, baik Penggugat maupun Tergugat,
yang biasanya antara lain meliputi 48:
a. Nama lengkap
b. Umur/tempat tanggal lahir
c. Pekerjaan
d. Alamat atau domisili

47
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 34
48
Teguh Sri Rahardjo, Agus Bintoro, Op. Cit., hlm. 10
71
Pihak Penggugat selain harus mencantumkan identitas para pihak
seperti tersebut di atas dengan lengkap dan jelas, juga harus merumuskan dan
menentukan para pihak dalam gugatannya secara lengkap dan benar pula.
Jadi dalam merumuskan kelengkapan para pihak tidak hanya memandang
dari segi kelengkapan subyek Tergugatnya saja, yaitu mengenai siapa saja
yang menurut hukum harus dijadikan sebagai pihak Tergugat (seandainya
Tergugatnya lebih dari seorang), tetapi juga harus memperhatikan
kelengkapan subyek Penggugatnya (seandainya Penggugatnya lebih dari
seorang) yaitu berkenaan dengan siapa saja yang seharusnya menurut hukum
dapat mengajukan gugatan.

Apabila Penggugat atau Tergugatnya adalah badan hukum, maka harus


secara tegas disebutkan dan siapa yang berhak mewakilinya menurut
anggaran dasar atau peraturan yang berlaku. Ketidak lengkapan dalam
merumuskan siapa yang seharusnya menjadi pihak Penggugat ataupun pihak
Tergugatnya maka gugatan yang maka gugatan yang diajukan dapat dianggap
telah terjadi Error In Persona atau kesalahan subyek hukum.

Ada beberapa hal untuk suatu gugatan dikatakan telah terjadi Error In
Persona yaitu :49

a. Disquailificatie In Person
1) Penggugat bukan persona standi in judicio
2) Belum dewasa
3) Bukan orang yang mempunyai hak dan kepentingan
4) Di bawah pengampuan (curatele)
5) Tidak mendapat kuasa, baik dengan lisan maupun dengan surat kuasa
khusus.
6) Surat kuasa khususnya tidak sah.

49
Ibid., hlm. 11
72
b. Gemis Aanhoedanigheid
Orang ditarik sebagai Tergugat tidak tepat misalnya seorang
pengurus yayasan digugat secara pribadi (Putusan Mahkamah Agung, 20
April 1977 No. 601 K/Sip/1975).

c. Plurium Litis Consortium


Orang yang ditarik sebagai Tergugat tidak lengkap misalnya pihak
ketiga yang saat gugatan diajukan menguasai harta yang diperkarakan
justru tidak digugat, tetapi hanya meletakkan subyek tergugatnya terhadap
orang yang dahulu menguasai harta tersebut sebelum dikuasai oleh pihak
ketiga (putusan Mahkamah Agung, 25 Mei 1977 No. 602 K/Sip/1975).
Terhadap gugatan yang telah terdapat cacat berupa error in persona ini,
maka dapat mengakibatkan gugatan tidak dapat diterima / NO.

2. Posita/Fundamentum Petendi
Posita atau Fundamentum Petendi merupakan dalil-dalil konkrit
tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta alasan-alasan
dari tuntutan (middelen van den eis)50. Di dalam posita ini dijelaskan secara
jelas dan tegas adanya hubungan antara para pihak yang akan menjadi dasar
gugatan. Fundamentum Petendi ini pada pokoknya memuat 2 (dua) hal
yaitu:51
a. Bagian yang menguraikan peristiwa atau kejadian perkaranya merupakan
penjelasan duduk perkara
b. Bagian yang menguraikan tentang hukumnya, merupakan uraian tentang
adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis dari
tuntutan (uraian yuridis bukanlah merupakan penyebutan peraturan-
peraturan hukum yang dijadikan dasar tuntutan).52

50
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 34
51
Ibid., hlm. 35
52
Ibid
73
3. Tuntutan atau Petitum

Petitum merupakan apa yang oleh Penggugat diminta atau diharapkan


agar diputuskan oleh hakim. Petitum inilah yang akan mendapatkan jawaban
di dalam dictum atau amar putusan. 53 Petitum terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Petitum primair berisikan tuntutan pokok yang dimohonkan agar diputus
dan dikabulkan oleh Pengadilan (hakim).
b. Petitum subsidair berisikan tuntutan tambahan dengan maksud
menyerahkan putusan yang dianggap adil kepada Pengadilan (hakim).

Menurut Pasal 8 Rv Petitum yang tidak jelas atau tidak sempurna dapat
berakibat tidak diterimanya gugatan atau tuntutan tersebut. Ketika
merumuskan posita maupun Petitum harus secara cermat, jelas, tegas dan
lugas dan yang paling penting adalah antara Posita dan Petitum harus
sinkron. Kekurang cermatan dalam merumuskan posita dan atau Petitum
dapat berakibat gugatan akan tidak dapat diterima karena gugatan tersebut
obscuur libel (gugatan kabur/tidak jelas).

Catatan:

Suatu gugatan dikatakan obscuur libel yaitu jika:


1. Posita/Fundamentum Petendi tidak menjelaskan dasar hukum (rechtgrond)
dan kejadian yang mendasari gugatan.
2. Tidak jelas obyek yang disengketakan, yaitu misalnya:
a. Tidak menyebutkan letak atau lokasinya
b. Tidak jelas batas, ukuran dan luas obyek sengketa
c. Tidak ditemukan adanya obyek sengketa
3. Penggabungan gugatan yang campur aduk
4. Terdapat pertentangan antara posita dan Petitum

53
Ibid., hlm. 36
74
5. Petitum tidak terinci tetapi hanya berupa kompositur atau ex aequo et
bono
a. Pada prinsipnya Petitum primer harus terinci
b. Bila Petitum primer sudah terinci boleh dibarengi dengan Petitum
subsidair

B. FORMAT UMUM SURAT GUGATAN


Secara umum format surat gugatan meliputi:
1. Memuat tanggal gugatan dibuat
2. Alamat kepada Ketua Pengadilan mana gugatan tersebut diajukan
3. Titel gugatan
a. Dibuat secara singkat, jelas dan sinkron dengan isi gugatan
b. Menggunakan bahasa hokum
c. Menggambarkan isi gugatan
4. Identitas para pihak
a. Penggugat
b. Tergugat
5. Posita/fundamentum potendi
6. Petitum/tuntutan Penggugat
7. Nama Penggugat/kuasanya serta tanda tangannya

C. CARA MENGAJUKAN GUGATAN


Gugatan yang diajukan oleh pihak Penggugat dapat diajukan secara
tertulis dan secara lisan. Apabila gugatan diajukan secara tertulis maka Panitera
Pengadilan hanya tinggal mendaftarkannya saja, sedangkan apabila gugatan
diajukan secara lisan maka Ketua Pengadilan Negeri akan menugaskan kepada
hakim atau penitera untuk membuatnya berdasarkan keterangan Penggugat.
Gugatan yang diajukan secara lisan ini kemudian ditandatangani oleh Ketua
Pengadilan bukan oleh Penggugat sendiri.

75
Apabila gugatan lisan yang ditandatangani oleh Ketua Pengadilan tersebut
terdapat kesalahan maka gugatan tersebut dapat diperbaiki namun siapa yang
dapat memperbaiki (Ketua Pengadilan atau Penggugat) belum ada kejelasan.
Pada dasarnya seseorang yang mengajukan gugatan ke Pengadilan akan
dikenakan biaya, sebagai biaya perkara. Namun bagi pihak yang tidak mampu
dapat mengajukan gugatan secara prodeo disertai surat keterangan tidak mampu
dari Kepala Desa atau Keluarahan setempat.

D. PENCABUTAN DAN PERUBAHAN GUGATAN


Seseorang yang mengajukan gugatan bermaksud menuntut halnya, namun
jika pihak Tergugat telah memenuhi tuntutan Penggugat sebelum perkara
diputuskan, maka tidak alasan lagi bagi Penggugat untuk melanjutkan
tuntutannya, sehingga Penggugat berhak untuk mencabut tuntutannya
/gugatannya. Kemungkinan lainnya dicabutnya suatu tuntutan/gugatan karena
Penggugat menyadari kekeliruannya dalam mengajukan gugatan. 54

Mengenai Pencabutan dan perubahan tuntutan/gugatan tidak diatur dalam


HIR akan tetapi diatur dalam Rv. Dalam prakteknya gugatan dapat dicabut
kembali selama pihak Tergugat belum mengajukan jawabannya. Apabila
Tergugat telah mengajukan jawaban maka pencabutan gugatan hanya dapat
dilakukan apabila ada persetujuan dari pihak Tergugat, hal ini karena Tergugat
sudah mengeluarkan biaya dan tenaga untuk menghadapi gugatan Penggugat.

Menurut Rv pencabutan gugatan itu dapat dilakukan :


1. sebelum Gugatan diperiksa di persidangan, atau
2. sebelum Tergugat memberikan jawaban, atau
3. sesudah diberikan jawaban oleh Tergugat.

Selain itu juga terhadap surat gugatan yang telah diajukan ke Pengadilan,
apabila Penggugat merasa ada sesuatu hal yang masih ingin dirubah, pada

54
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 76
76
dasarnya perubahan terhadap surat gugatan masih dapat dilakukan asalkan
Tergugat belum memberikan jawaban atas surat gugatan tersebut. Apabila
Tergugat telah memberikan jawaban maka perubahan surat gugatan tersebut
hanya dapat dilakukan atas persetujuan dari Tergugat.

Perubahan gugatan dilarang apabila atas dasar keadaan hukum yang sama
dimohon pelaksanaan suatu hak yang lain, atau apabila Penggugat
mengemukakan keadaan baru sehingga dengan demikian mohon putusan hakim
tentang suatu perhubungan hukum antara kedua belah pihak yang lain daripada
yang semula telah dikemukakan. Misalnya semula gugatan wanprestasi dengan
tuntutan pelaksanaan perjanjian, dirubah menjadi pembatalan perjanjian disertai
dengan ganti rugi.

E. UPAYA MENJAMIN HAK YANG DITUNTUT DALAM GUGATAN


Dalam praktek banyak terjadi kasus bahwa pihak Penggugat yang
dikabulkan gugatannya atau dimenangkan kasusnya, ternyata tidak dapat
melaksanakan isi putusan yang dimohonkan sehingga Penggugat hanya menang
diatas kerta saja. Hal ini dapat terjadi sebab ada kemungkinan pihak lawan atau
Tergugat, selama sidang berjalan mengalihkan harta kekayaannya kepada orang
lain, sehingga apabila kemudian gugatan Penggugat dikabulkan oleh
Pengadilan, putusan Pengadilan tersebut tidak dapat dilaksanakan disebabkan
Tergugat tidak mempunyai harta kekayaan lagi.

Untuk itu guna menjamin gugatan Penggugat agar apabila gugatan


Penggugat tersebut dikabulkan dapat dilaksanakan/dieksekusi perlu diupayakan
adanya jaminan yang dapat dimohonkan kepada Hakim Pemeriksa perkara yang
disertakan didalam surat gugatan Penggugat tersebut. Untuk kepentingan
Penggugat agar terjamin haknya sekiranya gugatan dikabulkan, undang-undang
menyediakan upaya untuk menjamin hak tersebut yang disebut dengan
penyitaan. Penyitaan ini dapat dimohonkan oleh Penggugat bersama-sama
dengan gugatan yang diajukan di Pengadilan ataupun secara tersendiri dengan
77
suatu surat permohonan untuk melakukan sita jaminan terhadap barang-barang
milik Tergugat. Sita jaminan dalam perkara perdata secara garis besarnya dibagi
menjadi dua macam yaitu :

1. Sita Jaminan Atas Barang-Barang Milik Penggugat.

Sita jaminan atas barang milik Penggugat sendiri yaitu permohonan


sita yang dimohonkan oleh Penggugat terhadap barang-barangnya yang
dikuasai oleh Tergugat atau pihak lain. Ada dua macam sita atas barang milik
Penggugat sendiri yaitu:

a. Sita Revindicatoir
Sita revindicatoir yaitu sita jaminan atas barang milik Penggugat
yang dikuasai oleh pihak Tergugat atau pihak lain dengan harapan agar
barang tersebut tidak diperalihkan kepada orang lain selama gugatan
Penggugat diperiksa di Pengadilan. Yang dapat disita dalam sita
revindicatoir ini hanya meliputi atas barang-barang bergerak milik
Penggugat saja. Akibat hukum daripada sita revindicatoir ini ialah bahwa
pemohon sita atau penyita barang tidak dapat menguasai barang yang telah
disita, sebaliknya yang terkena sita dilarang untuk mengalihkannya pada
orang lain. Apabila gugatan Penggugat nantinya dikabulkan, maka sita
revindicatoir ini dinyatakan sah dan berharga dan harus dikembalikan
kepada Penggugat sebagai pemilik barang tersebut oleh Tergugat.

b. Sita Marital
Maksud dari sita marital ini hanyalah agar barang-barang yang
merupakan hasil dari perkawinan antara suami isteri tidak dialihkan
kepada pihak lain atau pihak ketiga selama proses persidangan di
Pengadilan masih berjalan. Jadi dalam sita marital tidak ada titel sah dan
berharga untuk mengalihkan sita tersebut ke sita eksekutorial. Dalam sita

78
marital yang dapat disita tidak hanya barang bergerak saja tetapi juga
barang tak bergerak.

Maksud dari sita marital ini adalah untuk melindungi pihak isteri
karena pihak isteri dianggap tidak cakap untuk melakukan perbuatan
hukum. Akan tetapi karena sekarang pihak isteri sudah dianggap mampu
untuk melakukan perbuatan hukum maka sita marital ini sekarang sudah
mulai ditinggalkan.

2. Sita jaminan terhadap barang milik Tergugat


Sita jaminan ini yang paling sering dan paling banyak digunakan
dalam praktek oleh Penggugat untuk menjamin gugatan agar apa yang telah
dituntut oleh Penggugat dalam Petitum dapat dilaksanakan sehingga
Penggugat tidak hanya menang diatas untuk menjamin gugatan agar apa yang
telah dituntut oleh Penggugat dalam Petitum dapat dilaksanakan sehingga
Penggugat tidak hanya menang diatas kertas saja. Sita Jaminan ini dalam
praktek disebut sebagai sita conservatoir (conservatoir beslag / CB).

Sita jaminan ini dalam praktek biasanya dimohonkan bersama-sama


ketika Penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri, tetapi dapat
juga diajukan oleh Penggugat dengan permohonan ketika perkara sedang
diperiksa atau bahkan ketika perkara sedang diperiksa di tingkat Pengadilan
banding. Sita jaminan ini dimohonkan oleh Penggugat karena ada
kekhawatiran dari Penggugat terhadap Tergugat dan ada tanda-tanda bahwa
Tergugat berusaha untuk mengalihkan barang tersebut kepada orang lain atau
kepada pihak ketiga. Sita jaminan ini seharusnya dimohonkan kepada Ketua
Pengadilan di mana gugatan diajukan yang kemudian oleh Ketua Pengadilan
akan dikeluarkan Penetapan sita jaminan tersebut, namun dalam praktek sita
jaminan ini karena sudah menyangkut pokok sengketa maka sita jaminan ini
diajukan kepada hakim pemeriksa perkara, yang nantinya hakim pemeriksa
perkara tersebut akan mengeluarkan surat penetapan tentang sita jaminan
79
tersebut. Benda yang dapat dikenakan Conservatoir Beslag tidak hanya
barang bergerak milik Tergugat saja akan tetapi juga barang bergerak milik
Tergugat yang dikuasai oleh pihak lain atau pihak ketiga serta barang tak
bergerak milik Tergugat.

Sita jaminan ini apabila gugatan Penggugat dikabulkan maka akan


beralih menjadi sita eksekutorial dengan pernyataan sah dan berharga yang
artinya atas barang-barang milik Tergugat tersebut dapat dilakukan
pelelangan/penjualan dimuka umum yang hasilnya digunakan untuk
memenuhi tuntutan yang dimohonkan oleh Penggugat. Namun seandainya
ternyata gugatan Penggugat tersebut tidak dikabulkan/ditolak, maka sita
jaminan yang berupa conservatoir beslag tersebut dicabut dan diangkat
kembali serta atas barang-barang milik Tergugat tersebut harus dipulihkan
seperti sediakala tanpa beban dari apapun.

F. PENGAJUAN GUGATAN DAN KEWENANGAN PENGADILAN


Pihak yang akan mengajukan tuntutan atau gugatan ke sebuah pengadilan
harus melakukan tindakan yang teliti dan hati-hati, karena pengajuan
tuntutan/gugatan ini berkaitan dengan kewenangan pengadilan dalam memeriksa
dan memutus perkara. Dalam Hukum Acara Perdata dikenal 2 macam
kewenangan yaitu :

1. Wewenang mutlak atau Absolute Competentie


Wewenang mutlak adalah wewenang badan pengadilan dalam
memeriksa jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa
oleh badan peradilan lain, baik di lingkungan peradilan yang sama
(Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi) maupun dalam lingkungan peradilan
lain (Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, Peradilan Militer dll). 55

55
Sudikno Mertokusumo, Op. Cit., hlm. 57
80
2. Wewenang relatif atau Relative Competentie
Wewenang relatif diartikan sebagai kekuasaan Pengadilan yang satu
jenis dan satu tingkatan, dalam perbedaannya dengan kekuasaan Pengadilan
yang sama jenis dan sama tingkatan lainnya, misalnya antara Pengadilan
Negeri Magelang dengan Pengadilan Negeri Purworejo, antara Pengadilan
Agama Muara Enim dengan Pengadilan Agama Baturaja. Asasnya adalah
yang berwenang adalah pengadilan negeri tempat tinggal Tergugat, di mana
asas ini dikenal dengan nama Actor Sequitur Forum Rei.

Terdapat beberapa pengecualian terhadap asas actor sequitur forum


rei (Pasal 118 HIR atau Pasal 142 Rbg) antara lain:

1. Gugatan diajukan pada Pengadilan Negeri tempat kediaman Penggugat,


apabila tempat tinggal Tergugat dan tempat berdiam Tergugat tidak
diketahui.

2. Asas Actor sequitur forum rei dengan hak opsi


Apabila tergugat terdiri dari dua orang lebih, maka gugatan diajukan
ditempat tinggal dari salah seorang Tergugat, terserah dari pilihan Penggugat.
Jadi dalam hal ini yang menentukan tempat di mana gugatan akan diajukan
Penggugat yang menentukan. Penentuan Pengadilan Negeri oleh Penggugat
dengan disertai pertimbangan, misalnya yang paling menguntungkan
Penggugat yaitu tempat yang paling mudah menghadirkan saksi.

3. Asas Actor sequitur forum rei tanpa hak opsi


Apabila Tergugat terdiri dari debitur pokok, debitur dan penjamin dan
masing-masing tinggal di wilayah Pengadilan Negeri yang berlainan, maka
gugatan diajukan di Pengadilan Negeri tempat tinggal penjamin (guarantor).

81
4. Dalam hal gugatan yang diajukan oleh Penggugat menyertakan juga turut
Tergugat selain dari Tergugat sendiri, maka gugatan diajukan ditempat
tinggal Tergugat.

5. Apabila tempat tinggal dan tempat kediaman dari Tergugat tidak diketahui,
maka gugatan diajukan ditempat tinggal salah satu dari Penggugat, apabila
Penggugat lebih dari satu.

6. Forum rei sitae


Dalam hal gugatan dari Penggugat mengenai perkara yang obyek
sengketanya berupa barang tetap, maka gugatan diajukan di Pengadilan
Negeri di tempat dimana barang tetap tersebut berada.

7. Forum rei sitae dengan hak opsi


Apabila obyek sengketa mengenai barang tetap yang jumlahnya lebih dari
satu dan terletak di beberapa wilayah Pengadilan Negeri, maka pihak
Penggugat dapat menentukan pilihannya. Penggugat dapat mengajukan pada
salah satu Pengadilan Negeri yang dianggap paling menguntungkan.

8. Domisili Pilihan
Apabila ada tempat tinggal yang dipilih dengan suatu akta, maka gugatan
diajukan di Pengadilan Negeri ditempat tinggal yang dipilih dalam akta
tersebut. Akan tetapi tetap memberikan hak kepada Penggugat untuk
mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri di mana Tergugat bertempat
tinggal. Dengan demikian asas domisili pilihan tidak mutlak menyingkirkan
asas actor sequitur forum rei.

G. KOMULASI GUGATAN
Dalam suatu perkara perdata itu sekurang-kurangnya terdiri dari dua pihak
yaitu pihak Penggugat dan Tergugat. Dalam perkara perdata yang sederhana
masing-masing pihak terdiri dari seorang Penggugat dan seorang Tergugat yang

82
menyengketakan satu tuntutan. Namun dapat juga terjadi bahwa Penggugat yang
terdiri lebih dari seorang melawan Tergugat yang hanya seorang saja, atau
seorang Penggugat melawan Tergugat yang terdiri lebih dari seorang atau kedua
pihak masing-masing terdiri lebih dari seorang. Hal ini disebut kumulasi
subyektif yaitu penggabungan subyeknya.

Disamping ada kumulasi subyektif ada juga kumulasi obyektif. Kumulasi


obyektif adalah penggabungan beberapa tuntutan dalam satu gugatan. Masalah-
masalah yang dapat digabungkan hanyalah masalah yang ada hubungan erat satu
dengan lainnya. Sedangkan masalah yang tidak ada hubungannya satu dengan
lain harus digugat tersendiri tidak dapat disatukan dalam satu surat gugatan.

Komulasi obyektif dilarang dalam tiga hal yaitu :

1. Kalau untuk suatu tuntutan (gugatan) tertentu diperlukan suatu acara khusus,
misalnya gugat cerai sedangkan gugatan yang harus diperiksa menurut acara
biasa adalah gugatan untuk memenuhi perjanjian, maka kedua gugatan
(tuntutan) itu tidak boleh digabungkan dalam satu surat gugatan.

2. Apabila hakim tidak berwenang (kompetensi relatif) untuk memeriksa salah


satu gugatan dengan tuntutan lain maka kedua gugatan (tuntutan) tidak boleh
diajukan bersama-sama dalam satu gugatan.

3. Tuntutan tentang bezit (Hak Milik atas benda) tidak boleh diajukan bersama-
sama dengan tuntutan tentang eigendom dalam satu gugatan. (Pasal 103 Rv).

83
BAB IX
JAWABAN, REPLIK DAN DUPLIK

A. JAWABAN

Pada prinsipnya terhadap gugatan Penggugat ini Tergugat bebas dan dapat
dengan leluasa menentukan sikapnya dalam menghadapi gugatan Penggugat
tersebut. Tidak ada kewajiban khusus bagi Tergugat untuk melawan atau
mengakui gugatan. Bahkan Tergugat boleh membiarkan begitu saja gugatan
Penggugat tersebut. Hanya saja semua sikap Tergugat dalam menghadapi
gugatan Penggugat mempunyai konsekuensi atau akibat yang berbeda. Sikap
Tergugat dalam menghadapi gugatan Penggugat antara lain :

1. Sikap membiarkan saja gugatan Penggugat


Sikap ini dilakukan oleh tergugat/kuasanya dengan cara tidak hadir dalam
persidangan untuk memenuhi panggilan guna menghadiri acara persidangan
yang telah ditentukan, sesuai dengan relaas/risalah panggilan untuk
menghadiri persidangan. Sikap ini dapat merugikan Tergugat karena gugatan
Penggugat dapat dikabulkan dengan putusan verstek.

2. Sikap tidak hadir, namun menjawab gugatan secara tertulis


Sesuai dengan Pasal 121 (2) HIR, Tergugat dapat menjawab gugatan secara
tertulis kepada Pengadilan, dengan cara mengirimkan jawaban tersebut.
Namun pada umumnya jawaban tertulis Tergugat yang dikirimkan tersebut
tidak akan ditanggapi / dilayani oleh Pengadilan jika tanpa dihadiri oleh
Tergugat atau kuasanya. Akan tetapi ada pengecualian yaitu apabila dalam
jawaban itu terdapat adanya eksepsi declinatoir yaitu tentang tidak
wenangnya hakim untuk memeriksa dan memutus perkara yang oleh
karenanya berdasarkan Pasal 125 (2) HIR harus diputus oleh Pengadilan
terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan mengenai pokok perkara.

84
3. Sikap Tergugat/kuasanya hadir dalam persidangan dengan memberikan
tanggapan atau jawaban terhadap gugatan Penggugat di persidangan.
a. Tanggapan yang berupa jawaban dapat lisan ataupun secara tertulis
b. Tanggapan/jawaban dapat berupa
1) Pengakuan, yaitu membenarkan isi dari gugatan. Jika kebenaran isi
gugatan tersebut diakui semuanya oleh Tergugat, maka perkara
menjadi tidak berkepanjangan dan cepat diputuskannya.
2) Bantahan/sangkalan
3) Menyerahkan putusannya pada kebijaksanaan hakim/referte, yaitu
tidak membantah dan tidak pula membenarkan isi gugatan, dan
Tergugat hanya menunggu putusan hakim.

Adapun jawaban tergugat dapat dikategorikan sebagai berikut:


1. Eksepsi
Jika jawaban Tergugat merupakan bantahan/sangkalan, maka jawaban
tersebut dapat terdiri dari dua macam yaitu:
a. Jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara yang
disengketakan yang disebut eksepsi/tangkisan
b. Jawaban Tergugat mengenai pokok perkara (verweer tenprinsipale)

Suatu eksepsi disusun dan diajukan berdasarkan pada gugatan yang


dibuat oleh Penggugat dengan mencari kelemahan-kelemahannya atau hal-hal
lain di luar gugatan yang ada hubungannya dengan gugatan dimaksud yang
dapat menjadi alasan menolak atau tidak diterimanya gugatan tersebut.

Eksepsi secara umum dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu :


1) Eksepsi Absolut
Eksepsi Absolut menyangkut kompetensi Pengadilan yakni :

85
a) Kompetensi Absolut
Kompetensi Absolut dari Pengadilan adalah menyangkut
kewenangan dari jenis Pengadilan apa untuk memeriksa perkara itu,
apakah wewenang Pengadilan Negeri, Pengadilan Militer, Pengadilan
Agama, atau Pengadilan Tata Usaha Negara. Masalah kompetensi
absolut itu diatur di dalam Pasal 134 HIR / Pasal 160 Rbg, dan dapat
diajukan setiap saat selama perkara masih berjalan. Bahkan Pengadilan
sendiri wajib menyatakannya walaupun tidak ada eksepsi dari
Tergugat.

b) Kompetensi Relatif
Kompetensi Relatif adalah menyangkut wewenang Pengadilan
(sejenis) mana untuk memeriksa perkara itu. Misalnya apakah
Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Binjai, dan seterusnya.
Eksepsi mengenai kompetensi relatif yang diajukan sebagai keberatan
harus dikemukakan pada kesempatan pertama Tergugat memberikan
jawabannya, sesuai ketentuan Pasal 133 HIR/Pasal 159 RBG.

Apabila tidak diajukan pada kesempatan pertama itu, maka tidak


dapat diajukan lagi (lihat Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 13
September 1972, Reg. No. 1340 K/Sip/1971). Eksepsi Absolut yang
menyatakan pengadilan tidak berwenang memeriksa perkara disebut
juga eksepsi van onbevougdheid.

2) Eksepsi Relatif
Eksepsi relatif adalah suatu tangkisan yang tidak mengenai pokok
perkara. Eksepsi relatif harus diajukan pada jawaban pertama tergugat
memberikan jawabannya. Secara garis garis besar menurut sifatnya
eksepsi dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu:

86
a) Eksepsi prosesual
Tangkisan yang bertujuan kearah penghentian pemeriksaan oleh
pihak pengadilan tanpa mengkaitkan dengan pokok perkaranya
serta upaya menuntut tidak diterimanya gugatan. Misal: eksepsi
deklinatur, eksepsi diskualifikatur

b) Eksepsi materiil
Eksepsi yang didasarkan atas ketentuan hukum materiil, sehingga
eksepsi ini mengkaitkan hal-hal yang digunakan sebagai dasar
gugatan. Misal: eksepsi dilatur dan eksepsi peremptur.

Tangkisan terhadap kompetensi relatif yaitu mengenai Pengadilan


negeri lain yang berkuasa harus diajukan pada permulaan sidang (Pasal
125 ayat (2), Pasal 133 HIR, Pasal 149 ayat (2), Pasal 159 Rbg),
sedangkan tangkisan terhadap kompetensi absolut/mutlak yaitu bahwa
Pengadilan Negeri tidak berkuasa dapat diajukan setiap saat sepanjang
pemeriksaan (Pasal 134 HIR, Pasal 160 Rbg), bahkan dalam hal ini hakim
wajib secara ex officio (secara jabatannya) memutuskan berkuasa tidaknya
ia memeriksa perkara yang bersangkutan tanpa menunggu diajukan
tangkisan oleh pihak Tergugat.

Semua jenis eksepsi dapat diajukan selama pemeriksaan berlangsung


kecuali yang berhubungan dengan kompetensi relatif. Namun dalam
praktek, agar dapat tercapainya asas peradilan yang sederhana, cepat dan
biaya ringan maka biasanya hakim memerintahkan agar eksepsi diajukan
bersama-sama dengan jawaban Tergugat. Hal ini dilakukan agar eksepsi
Tergugat dapat dijawab oleh Penggugat dalam repliknya. Terhadap eksepsi
yang berkaitan dengan kewenangan pengadilan maka akan diputus terlebih
dahulu dengan putusan sela, sebelum perkara pokoknya diperiksa. Putusan
sela yang berkaitan dengan kompetensi ini jika diterima maka Tergugat
yang keberatan terhadap putusan tersebut dapat mengajukan banding,
87
sedangkan untuk sementara pemeriksaan terhadap perkara pokoknya
dihentikan karena putusan pengadilan negeri tersebut adalah merupakan
putusan akhir.

Jika eksepsi tentang kewenangan dalam putusan sela tersebut ditolak,


maka pemeriksaan terhadap pokok perkara tetap dilanjutkan dan upaya
banding terhadap penolakan eksepsinya hanya dapat diajukan bersama-
sama dengan putusan akhir dalam pokok perkara. Hal ini juga berlaku
terhadap putusan sela yang menolak jenis eksepsi yang lain. Sedangkan
untuk eksepsi di luar kewenangan pengadilan maka akan diputus bersama-
sama dengan pokok perkara.

2. Jawaban Dalam Pokok Perkara


Pihak Tergugat setelah menyampaikan eksepsi yang tidak mengenai
pokok perkara maka tahap selanjutnya Tergugat akan menyampaikan
jawaban terhadap gugatan Penggugat. Mengenai jawaban ini tidak diatur
dalam HIR/Rbg namun diatur dalam Pasal 141 RR. Jawaban adalah suatu
bantahan/pengakuan mengenai dalil-dalil gugatan yang diajukan oleh
Penggugat. Pengakuan berarti membenarkan isi gugatan Penggugat baik
untuk sebagian maupun untuk seluruhnya, sehingga kalau Tergugat
membantah maka Penggugat harus membuktikan. Dalam memberikan
jawaban harus disertai dengan alasan-alasan karena hal ini akan memperjelas
duduk perkara yang biasanya berisi tentang :

a) Bantahan
Suatu pengingkaran terhadap apa yang dikemukakan Penggugat
dalam dalil-dalil gugatannya.

b) Pengakuan/Pembenaran
Di dalam jawaban ada kemungkinan Tergugat mengakui kebenaran
dalil-dalil gugatan Penggugat. Untuk menghindari agar jangan sampai ada
88
pengakuan yang tidak memerlukan pembuktian lagi, biasanya
dipergunakan kata-kata “seandainyapun itu benar” atau “qwodnoon”
Maksudnya tidak membantah secara tegas tetapi juga tidak mengakui
secara pasti.

c) Fakta-Fakta lain
Dalam jawaban, Tergugat dapat mengemukakan fakta-fakta baru untuk
membenarkan kedudukannya, misalnya seandainya Tergugat memang
wanprestasi bukan karena kemauannya sendiri tetapi karena adanya
keadaan tertentu seperti overmacht, jatuh pailit dsb.

Tergugat dalam memberikan jawaban terhadap dalil-dalil gugatan dari


Penggugat agar lebih mudah memberikan jawaban cukup dengan mengikuti
poin-poin gugatan dari Penggugat. Dalam mengemukakan jawaban tersebut
Tergugat harus mempertimbangkan apakah jawaban tersebut menguntungkan
kedudukan Tergugat atau bahkan merugikan bagi Tergugat. Seandainya
jawaban tersebut akan merugikan bagi Tergugat maka hal tersebut tidak perlu
dikemukakan. Jawaban harus disusun secara singkat, jelas dan untuk
mendukung dalil-dalil jawaban dapat menggunakan sumber kepustakaan,
yurisprudensi, doktrin, kebiasaan-kebiasaan.

B. R E P L I K

Setelah Tergugat memberikan jawaban terhadap gugatan Penggugat maka


acara pemeriksaan selanjutnya adalah jawaban Penggugat terhadap jawaban dari
Tergugat. Jawaban Penggugat ini lazim disebut dengan Replik. Replik berasal
dari dua kata yaitu re yang berarti kembali dan pliek yang berarti menjawab.
Sehingga replik berarti kembali menjawab. Replik adalah jawaban balasan atas
jawaban Tergugat dalam perkara perdata. Replik ini juga tidak diatur dalam
HIR/Rbg namun diatur dalam Pasal 142 RR.(Staatblad 1847 – 52 jo. 1849-63).

89
Replik biasanya berisi dalil-dalil atau hal-hal tambahan untuk menguatkan
dalil-dalil gugatan Penggugat. Untuk menyususun replik Penggugat dapat
mengikuti poin-poin jawaban dari Tergugat. Dalam replik Penggugat dapat
mengajukan hal-hal baru untuk menguatkan dalil gugatannya. Pada dasarnya
replik ini bukan merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh Penggugat. Jika
dianggap tidak diperlukan adanya jawaban Penggugat atas jawaban Tergugat
maka tidak perlu mengajukan jawab-jinawab lagi/replik. Hal ini dikarenakan
menurut para pihak proses jawab-jinawab pada tahap pertama/gugatan-jawaban
dianggap sudah cukup. Namun dimungkinkan sebaliknya apabila proses jawab-
jinawab sampai pada tahap replik ternyata belum dianggap cukup maka para
pihak masih dimungkinkan lagi untuk mengajukan rereplik.

Biasanya hal ini terjadinya pada suatu perkara di mana pihak Tergugat
mengajukan gugatan rekonvensi, karena hal ini untuk memberikan kesempatan
kepada Penggugat konvensi/Tergugat rekonvensi untuk mengajukan jawaban
atas gugat balik tersebut. Replik pada dasarnya hanya merupakan penguat untuk
mempertahankan bahkan kadang-kadang hanya pengulangan dari gugatan
sebelumnya yang ditambah dengan argumentasi yang baru.

C. D U P L I K

Setelah Penggugat memberikan jawaban atas jawaban Tergugat yang


berupa replik maka tahap selanjutnya adalah kesempatan bagi pihak Tergugat
untuk memberikan jawaban atas jawaban Penggugat yang disebut Duplik.
Duplik berasal dari dua kata yaitu du yang berarti dua dan pliek yang berarti
jawaban. Sehingga duplik berarti jawaban Tergugat atas replik Penggugat.
Duplik berisi mengenai dalil-dalil untuk menguatkan jawaban Tergugat. Dalam
duplik Tergugat masih dapat mengemukakan dalil-dalil baru tentang
bantahannya terhadap gugatan atau sekedar untuk menguatkan dalil-dalil
jawabannya disertai dengan argumentasi yang baru.

90
Seperti halnya replik, dalam duplik apabila dianggap tidak diperlukan
adanya jawaban tergugat atas replik Penggugat maka tidak perlu Tergugat
mengajukan duplik. Namun dimungkinkan pula sebaliknya jika proses jawab
jinawab sampai pada duplik ternyata belum dianggap cukup maka pihak
Tergugat masih dimungkinkan untuk mengajukan reduplik. Dalam penyusunan
duplik ini biasanya Tergugat mengikuti poin-poin dari replik Penggugat.

91
BAB X
PEMBUKTIAN DAN KESIMPULAN

A. PEMBUKTIAN

1. Asas, Tujuan dan Beban Pembuktian Dalam Perkara Perdata

Tahap pembuktian merupakan tahap yang penting dalam perkara


perdata, karena dikabulkan atau ditolaknya suatu gugatan bergantung pada
terbukti atau tidaknya gugatan tersebut di depan pengadilan. Dalam
pembuktian ini hakim harus adil dan bijaksana dalam memberikan
kesempatan kepada para pihak baik Penggugat maupun Tergugat untuk
mengajukan bukti-buktinya. Hakim harus mendengarkan bukti-bukti dari
kedua pihak secara seimbang/sama (asas audi et alteram partem). Dalam
Hukum Acara Perdata kebenaran yang harus dicari oleh hakim adalah
kebenaran formil, sehingga berlainan dalam Hukum Acara Pidana di mana
hakim mencari kebenaran materiil. 56 Titik perhatian dalam pembuktian
perkara perdata adalah para pihak harus dapat menyampaikan bukti-bukti
yang mendukung fakta mengenai kebenaran formil dari suatu perkara.

Pada asasnya beban pembuktian ini pertama-tama merupakan


kewajiban dari Penggugat. Hal ini tercermin dalam Pasal 1865 KUHPerdata
atau Pasal 163 HIR yang menyatakan bahwa :
“Barang siapa mengatakan/mendalilkan bahwa ia mempunyai satu hak atau
mengemukakan atas suatu perbuatan untuk meneguhkan haknya itu, atau
untuk membantah hak orang lain, haruslah membuktikan adanya hak itu atau
adanya perbuatan itu”.

Oleh karena itu jika seorang Penggugat mengajukan dalil-dalil


gugatannya mengenai suatu hak yang ada padanya maka ia harus dapat
membuktikan dalil-dalil yang dikemukakan dalam gugatannya tersebut.

56
Sudikno Mertokusumo, Op. Cit., hlm. 107
92
Dalam pembuktian ini yang harus dibuktikan adalah peristiwanya dan bukan
hukumnya, karena hukumnya tidak harus diajukan atau dibuktikan oleh para
pihak tetapi secara ex officio dianggap harus diketahui dan diterapkan oleh
hakim (ius curia novit).57 Pada tahap pembuktian ini dalam beberapa hal ada
peristiwa yang tidak perlu dibuktikan atau diketahui oleh hakim. Hal ini
disebabkan karena : 58

a. Peristiwanya memang dianggap tidak perlu diketahui atau dianggap tidak


mungkin diketahui oleh hakim, yang berarti bahwa kebenaran peristiwa
tidak perlu dibuktikan kebenarannya, diantaranya :

1) Dalam hal dijatuhkan putusan verstek, karena Tergugat tidak datang,


maka peristiwa yang menjadi sengketa yang dimuat dalam surat
gugatan tanpa diadakan pembuktian dianggap benar dan kemudian
tanpa mendengar serta di luar hadirnya pihak Tergugat dijatuhkanlah
putusan verstek oleh hakim.

2) Dalam hal Tergugat mengakui gugatan Penggugat maka peristiwa


yang menjadi sengketa yang diakui itu dianggap telah terbukti,
karena pengakuan merupakan alat bukti yang kuat sehingga tidak
memerlukan pembuktian lain lebih lanjut.

3) Telah dilakukan sumpah decisoir yaitu sumpah yang bersifat


menentukan, maka peristiwa yang menjadi sengketa yang dimintakan
sumpah dianggap terbukti dan tidak memerlukan pembuktian lebih
lanjut.

4) Telah menjadi pendapat umum bahwa dalam hal bantahan kurang


cukup atau dalam hal diajukan referte, maka pembuktian tidak

57
Ibid., hlm. 106
58
Ibid., hlm. 101
93
diperlukan dan hakim tidak boleh membebani para pihak dengan
pembuktian.

b. Hakim secara ex officio dianggap mengenal peristiwanya, sehingga tidak


perlu dibuktikan lebih lanjut. Peristiwa tersebut ialah:

1) Peristiwa notoir yaitu kejadian atau keadaan yang dianggap harus


diketahui oleh orang yang berpendidikan dan mengenal zamannya
tanpa mengadakan penelitian lebih lanjut. Misalnya seseorang tidak
akan mungkin berjalan kaki secara wajar dari Jakarta sampai
Denpasar ditempuh hanya dalam waktu satu hari.

2) Peristiwa yang terjadi di persidangan di muka hakim yang memeriksa


perkara. Kejadian-kejadian prosesuil ini dianggap diketahui oleh
hakim.

c. Pengetahuan tentang pengalaman yaitu kesimpulan berdasarkan


pengetahuan umum. Pengetahuan tentang pengalaman ini tidak termasuk
hukum karena tidak bersifat normatif tetapi merupakan pengalaman
semata-mata.

2..Macam-Macam Alat Bukti Dalam Acara Perdata


Alat bukti dalam acara perdata diatur dalam Pasal 1866 KUH-Perdata
atau Pasal 164 HIR :
a. Bukti tulis;
b. Bukti saksi;
c. Persangkaan;
d. Pengakuan;
e. Sumpah.

94
2.a. Bukti Tulis
Alat bukti tulis dalam acara perdata meliputi:
2.a.1. Akta Autentik (Pasal 165 HIR atau lihat juga Pasal 1868
KUH-Perdata dan Pasal 285 Rbg)
Akta autentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi
wewenang untuk itu oleh penguasa, menurut ketentuan yang telah
ditetapkan, baik dengan maupun tanpa bantuan dari yang
berkepentingan, yang mencatat apa yang dimintakan untuk dimuat di
dalamnya oleh yang berkepentingan. Akta otentik memuat keterangan
seorang pejabat yang menerangkan apa yang dilakukan dan dilihat di
hadapannya.59
2.a.2. Akta Di Bawah Tangan
Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk
pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat,
sehingga semata-mata dibuat antara pihak yang berkepentingan.60
Contoh: akta jual beli yang dibuat tidak dihadapan pejabat umum,
akta sewa-menyewa, akta pemutusan hubungan ngindung.
2.a.3. Surat Biasa
Surat biasa yaitu surat yang tidak dibuat khusus untuk
dimakudkan menjadi alat bukti. Apabila surat tersebut dikemudian
hari dipergunakan sebagai alat bukti dipengadilan hanyalah
merupakan suatu kebetulan saja. Surat biasa itu misalnya Surat
pribadi, surat dari sahabat atau keluarga, isinya mungkin saja hanya
mengabarkan sesuatu hal yang pada saat itu tidak terlalu penting tapi
ketika timbul sengketa surat tersebut menjadi penting untuk dijadikan
sebagai alat bukti.
Kekuatan pembuktian dari surat atau alat bukti tertulis terletak
pada aslinya (Pasal 301 Rbg, Pasal 1888 KUHPerdata). Undang-
59
Sudikno Mertokusumo, Op. Cit., hlm. 119
60
bid., hlm. 121
95
undang hanyalah mengakui kekuatan pembuktian dari pada salinan
dari pada akta, sehingga kekuatan pembuktian dari pada salinan surat-
surat lainnya diserahkan kepada pertimbangan hakim. 61
Suatu alat bukti dipengadilan, maka para pihak selain harus
menyertakan aslinya juga harus menyerahkan salinannya kepada
hakim dengan terlebih dahulu dinazagel di Kantor Pos Besar untuk
memenuhi biaya pemateraian. Apabila alat bukti tulis yang akan
diajukan di muka persidangan cukup banyak atau lebih dari satu,
maka sebaiknya dibuatkan daftar alat bukti yang memuat nama-nama
bukti tulis itu dan keterangan kegunaan/peruntukan masing-masing
alat bukti tersebut. Dengan demikian majelis hakim pemeriksa
perkara akan lebih mudah memahami bukti-bukti tulis yang diajukan
oleh para pihak. 62
Contoh Penyusunan Bukti Tulis :

DAFTAR BUKTI TULIS PENGGUGAT


DALAM PERKARA PERDATA NO. 03/Pdt.G/2000/PN.Slmn.

NO KODE JENIS SURAT I. KEGUNAAN KETERANGAN

Sertifikat Hak Milik Untuk membuktikan


1. P-1 No. 380 Atas Nama bahwa obyek sengketa Satu bendel
Anto adalah milik Penggugat
Untuk membuktikan
Akta jual beli tanah
bahwa tanah obyek
2. P–2 No. 23 tanggal 02- Satu bendel
sengketa oleh Penggugat
10-1971
melalui jual beli
Yogyakarta, 01 Januari 2020
Hormat Kami,
Kuasa Hukum Penggugat

Saktiawan Sinaga, SH

61
Ibid., hlm. 128
62
Teguh Sri Rahardjo, Agus Bintoro, Op. Cit., hlm. 38
96
2.b.Bukti Saksi
Saksi adalah orang yang memberikan keterangan/kesaksian
mengenai apa yang dia ketahui, dia lihat, dia dengar, atau dia alami
sendiri, yang dengan kesaksian itu menjadi jelas suatu perkara. Menurut
sifatnya saksi dapat dibagi atas:
2.b.1. Saksi Kebetulan
Saksi kebetulan, adalah saksi yang secara kebetulan melihat,
mengalami atau mendengar sendiri peristiwa-peristiwa yang
menjadi perkara. Saksi demikian misalnya para tetangga, orang
yang secara kebetulan melihat, mendengar, peristiwa itu.
2.b.2. Saksi Sengaja
Saksi sengaja adalah, saksi yang pada waktu perbuatan
hukum itu dilakukan sengaja telah diminta untuk menyaksikannya,
misalnya Kepala Desa, Camat, Notaris, dll. Mengenai saksi ini
diatur dalam Pasal 139 HIR/Pasal 165 RBG, juga harus
diperhatikan ketentuan Pasal 169 HIR/ 306 RBG, yang
menyatakan bahwa keterangan seorang saksi saja dengan tidak ada
suatu alat bukti lain, tidak dapat dipercayai didalam hukum.
Asas ini sering dikenal dengan asas Unus Testis Nulus
Testis, artinya satu saksi bukanlah saksi. Oleh karena itu jika
seseorang ingin membuktikan haknya dengan saksi, maka saksi
tersebut hendaklah sekurang-kurangnya dua orang, atau didukung
dengan bukti-bukti lain. Selain itu jika seorang saksi menerangkan
sesuatu yang diperolehnya dari pihak ketiga, kesaksian seperti itu
adalah kesaksian yang didengar dari pihak lain atau bukan yang
dilihat sendiri, didengar sendiri ataupun dialaminya sendiri, sering
disebut dengan Testimonium De Auditu. Kesaksian seperti ini
tidak diperkenankan.

97
Sebelum memberikan kesaksiannya seorang saksi haruslah terlebih
dahulu disumpah atau mengucapkan janji menurut agama atau
kepercayaannya masing-masing. Saksi yang memberikan keterangan
tidak di bawah sumpah/janji, keterangannya bukanlah merupakan
kesaksian tetapi hanya dapat digunakan sebagai petunjuk saja. Adapun
isi sumpah tersebut antara lain dirinya akan menyatakan yang benar
seperti yang dia lihat, dengar, atau alami sendiri mengenai perkara itu.

Terkadang kita sering mendengar istilah saksi Enquete yaitu


pendengaran saksi di persidangan pengadilan atas permohonan (tertulis)
dari Penggugat dan ditetapkan melalui penetapan hakim. Untuk saksi
enquete diterima atau tidak menjadi saksi ditetapkan melalui putusan
sela. Berbeda dengan saksi biasa, yang pemeriksaannya tidak usah
melalui penetapan hakim dengan putusan sela tapi cukup dimohonkan
secara lisan dan dicatat dalam berita acara sidang saja. Untuk melawan
saksi enquete Tergugat juga dapat mohon saksi contra enquete yaitu
saksi menentukan dari Tergugat yang kepada keterangannya bergantung
putusan atas perkara. Saksi contra enquete ini juga harus ditetapkan
dengan putusan sela/interlocutoir vonis.

Selain itu juga terdapat juga saksi Valctudinaire Enquete yaitu


saksi yang didahulukan pemeriksaannya karena keadaan mendesak yang
jika menunggu persidangan dimulai tidak mungkin dihadirkan di
persidangan karena alasan tekhnis maupun klinis/medis.63

Dalam acara perdata tidak semua orang dapat menjadi saksi. Ada
beberapa orang/golongan yang tidak dapat/dilarang menjadi saksi dalam
pemeriksaan perkara yaitu :

63
Achiel Suyanto, “Pembuktian, Penyusunan Alat Bukti, dan Kesimpulan”, bahan ajar PKPA FH
UII, 2006
98
1. mereka yang tidak mampu secara mutlak/absolut
a. Keluarga sedarah (ayah,ibu,kakek, nenek, anak, cucu) dan keluarga
semenda (hubungan kekeluargaan yang terjadi karena perkawinan,
misal adik ipar, kakak ipar) menurut keturunan lurus dari salah satu
pihak.
b. Suami atau istri salah satu pihak meskipun telah bercerai

2. mereka yang tidak mampu secara nisbi/relatif


a. anak-anak yang belum mencapai umur 15 tahun
b. orang gila meskipun kadang-kadang ingatannya terang atau sehat.

Keluarga sedarah dan semenda dapat menjadi saksi dalam perkara


yang menurut keadaan hukum sipil orang berperkara. Misalnya menjadi
saksi dalam perkara perceraian atau penentuan ahli waris. Alasan
keluarga sedarah atau semenda dilarang menjadi saksi karena adanya
keragu-raguan bahwa ia tidak akan memberikan keterangan yang
benar/obyektif.

Disamping ada saksi yang dilarang untuk menjadi saksi, ada


beberapa golongan orang yang dapat mengundurkan diri menjadi saksi.
Orang –orang yang dapat mengundurkan diri sebagai saksi adalah:
1. Saudara laki-laki dan perempuan dan ipar-ipar laki-laki dan
perempuan dari salah satu pihak
2. Keluarga sedarah menurut keturunan lurus dari saudara laki-laki dan
perempuan dari suami/istri dari salah satu pihak
3. Orang yang karena martabat, pekerjaan atau jabatannya yang sah
diwajibkan menyimpan rahasia dalam halnya semata-mata tentang hal
itu saja yang dipercayakan kerena martabat, pekerjaan dan jabatan itu.

99
Dalam praktek ada beberapa etika dalam mengajukan pertanyaan
kepada saksi yang harus diperhatikan hakim, oleh para pihak (kuasa
hukumnya / pengacara) yaitu berupa larangan untuk :
1. Mengajukan pertanyaan yang bersifat menjerat,
2. Mengajukan pertanyaan yang bersifat sugestif
3. Mengajukan pertanyaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan
perkara yang sedang diperiksa
4. Mengajukan pertanyaan secara tidak sopan atau tidak senonoh.

2.c. Persangkaan

Persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yang oleh undang-


undang atau hakim ditariknya dari suatu peristiwa yang terkenal/terbukti
kearah suatu peristiwa yang tidak terkenal/belum terbukti. Persangkaan
dibagi menjadi dua yaitu persangkaan hakim dan persangkaan undang-
undang. Misalnya, untuk membuktikan bahwa telah terjadi perzinahan
dalam kasus perceraian antara suami istri, sementara bukti saksi sangat
sulit didapat, maka dengan persangkaan hakim bila seorang laki-laki dan
wanita dewasa berada dalam sutu kamar dan hanya ada satu tempat tidur,
maka dapatlah disangkakan telah terjadi perzinahan.

Persangkaan hakim sesungguhnya sangat luas meliputi segala


peristiwa, keadaan dalam sidang, bahan-bahan yang didapat dari
pemeriksaan perkara yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun
persangkaan oleh hakim, misalnya, seseorang telah diperintahkan untuk
memperlihatkan sertifikat atau akta jual beli tanah, kenyataannya orang
tersebut selalu ingkar/mungkir dengan berbagai alasan yang dibuat-buat,
maka hal tersebut dapat dijadikan persangkaan bagi hakim bahwa orang
tersebut sebenarnya tidak memiliki hak milik atas tanah ataupun belum
pernah membeli tanah yang menjadi sengketa.

100
Suatu persangkaan harus didasarkan pada peraturan perundang-
undangan. Persangkaan yang tidak berdasarkan peraturan perundang-
undangan hanya boleh diperhatikan oleh hakim sewaktu menjatuhkan
putusannya, jika sangka itu penting, seksama, tertentu dan bertujuan
sama yang satu dengan yang lain. Persangkaan tidak boleh berdiri sendiri
tetapi harus terdiri dari beberapa persangkaan yang satu sama lain saling
mendukung/ berhubungan sehingga peristiwa/dalil yang disangka itu
dapat dibuktikan.

2.d. Pengakuan
Pengakuan diatur dalam Pasal 174 – 176 HIR, Pasal 1923 – 1928
KUHPerdata dan Pasal 311 – 313 Rbg. Pengakuan terdiri dari 2 (dua)
macam:

2.d.1. Pengakuan Di Depan Sidang


Pengakuan di depan sidang adalah pengakuan yang
diucapkan di depan hakim cukup untuk menjadi bukti untuk
memberatkan orang yang mengaku itu. Baik pengakuan itu
diucapkan sendiri ataupun dengan pertolongan orang lain yang
dikuasakan untuk itu. Pengakuan di depan sidang menurut Pasal
126 KUHPerdata tidak boleh ditarik kembali kecuali apabila
pengakuan itu merupakan suatu kesilapan mengenai hal-hal yang
terjadi. Pengakuan yang dikemukakan di depan sidang merupakan
persangkaan undang-undang. Dalam perkara perdata pengakuan
dari Tergugat, berarti ia menerima dengan sepenuhnya segala yang
diajukan oleh Penggugat.

2.d.2. Pengakuan Di Luar Sidang


Mengenai pengakuan yang disampaikan di luar sidang secara
lisan mengenai kekuatannya diserahkan kepada hakim. Hakim

101
dapat memberikan penilaian/penghargaan kepada pengakuan lisan
di luar sidang.

Pengakuan dalam acara perdata selain mempunyai kekuatan


pembuktian yang sempurna juga mempunyai kekuatan pembuktian
yang menentukan (beswissen bewijs) dan memaksa (dwingend
bewijs) bagi hakim, artinya memaksa hakim untuk menganggap
dalil-dalil yang diakuinya itu benar semua.

Pengakuan yang disertai dengan tambahan uraian peristiwa-


peristiwa lain, yang membebaskan Tergugat dari kewajibannya
yang terkandung dalam pengakuannya. Pengakuan yang
mengandung doktrin onsplitsbare bekentenis tersebut harus
diterima selengkapnya, artinya tidak boleh dipisahkan dari
keterangan tambahan, yang menyertainya, jadi merupakan bagian
satu kesatuan dengan satu pengertian/makna. Oleh karenanya
dalam keterangan tambahan yang menyertai pengakuannya,
termuat peristiwa-peristiwa yang membebaskan Tergugat dari
kewajibannya, maka pengakuan tersebut di atas harus dilihat
sebagai bantahan/penyangkalan terhadap gugatan Penggugat.

2.e. Sumpah
Alat bukti sumpah pada dasarnya merupakan suatu pembuktian yang
menggunakan pengaruh dari ketaatan dan ketundukan manusia terhadap
Tuhan, karena kalau orang itu bersumpah itu akan dipertanggungjawabkan
kepada Tuhan secara langsung sehingga seandainya orang yang bersalah
dan berani mengatakan kebenaran dirinya, maka dialah yang lansung
bertanggung jawab kepada Tuhan mengenai kebohongannya itu.
Alat bukti sumpah ada beberapa macam yaitu :

2.e.1. Sumpah Decissoir atau Sumpah Pemutus


102
Sumpah decissoir adalah sumpah yang oleh salah satu pihak
diperintahkan kepada pihak lainnya untuk menggantungkan
pemutusan perkara kepadanya. Sumpah decissoir ini datangnya dari
para pihak bukan dari hakim. Sumpah ini hanya dapat dikabulkan
bila dalam perkara tersebut sama sekali tidak ada alat bukti lainnya.
Dengan sumpah pemutus ini maka orang yang memerintahkan pihak
lawannya untuk bersumpah dianggap sebagai pihak yang
melepaskan suatu hak. Perintah untuk melakukan sumpah pemutus
dapat dikembalikan, artinya pihak yang menerima perintah dapat
menuntut pemberi perintah itu sendiri untuk melakukan sumpah.
Kalau pemberi perintah itu, setelah sumpah itu dikembalikan
ternyata tidak berani bersumpah maka ia akan dikalahkan juga.
Putusan perkara itu akan bergantung kepada sumpah decissoir
tersebut. Agar sumpah yang diperintahkan oleh salah satu pihak
kepada pihak lawannya itu dapat memutuskan atau mengakhiri
perkara, maka dengan sendirinya sumpah itu harus mengenai hal
atau peristiwa yang menjadi perselisihan.

2.e.2. Sumpah Supletoir atau Sumpah Pelengkap


Sumpah supletoir adalah sumpah yang karena jabatannya
diperintahkan oleh hakim kepada salah satu pihak (Penggugat atau
Tergugat). Sumpah supletoir ini berfungsi sebagai
pelengkap/tambahan yang bertujuan untuk menambah pembuktian
yang kurang lengkap dalam perkara perdata. Untuk melakukan
sumpah supletoir ini diisyaratkan harus ada bukti awal terlebih
dahulu. Karena bukti awal tersebut belum lengkap, sedangkan untuk
mendapatkan bukti yang lain sudah tidak mungkin lagi maka hakim
akan memerintahkan kepada salah satu pihak untuk melakukan
sumpah supletoir. Misalnya baru ada satu saksi. Untuk menjatuhkan
sumpah supletoir kepada salah satu pihak srmuanya bergantung
103
kepada kebijaksanaan hakim. Hakim yang akan menentukan siapa
yang akan dibebani sumpah supletoir ini.

2.e.3. Sumpah aestimatoir atau sumpah penafsiran


Sumpah aestimatoir adalah sumpah yang diperintahkan oleh
hakim karena jabatannya kepada Penggugat untuk menentukan
jumlah uang ganti kerugian. Sumpah aestimatoir ini baru dapat
dibebankan oleh hakim kepada Penggugat apabila Penggugat telah
dapat membuktikan haknya atas ganti kerugian itu serta jumlahnya
masih belum pasti dan tidak ada cara lain untuk menentukan jumlah
ganti kerugian tersebut kecuali dengan taksiran.
Kekuatan pembuktian sumpah aestimatoir ini sama dengan
sumpah supletoir yaitu bersifat sempurna dan masih memungkinkan
pembuktian lawan.

B. KESIMPULAN
Kesimpulan bukan merupakan keharusan akan tetapi sudah merupakan
kebiasaan dalam praktek peradilan. Tujuan dari kesimpulan adalah untuk
menyampaikan pendapat para pihak kepada hakim tentang terbukti atau
tidaknya suatu gugatan. Kesimpulan yang dibuat oleh para pihak ini diharapkan
dapat mempermudah hakim untuk mengambil keputusan terhadap perkara yang
sedang diperiksa.
Suatu kesimpulan biasanya berisikan antara lain:

1. Kesimpulan jawab-menjawab
Dari proses jawab-menjawab yaitu gugatan, jawaban, replik, dan duplik apa
hal-hal yang dianggap telah terbukti, atau hal-hal yang tidak terbukti
sebaliknya bagi Tergugat gugatannya tidak terbukti.

2. Kesimpulan dari bukti-bukti tertulis

104
Biasanya isi penting dari alat-alat bukti tertulis dikemukakan secara singkat
dan jelas. Kemudian dirumuskan hal-hal yang dianggap terbukti atau tidak
dari bukti-bukti tersebut.

3. Kesimpulan dari saksi


Dalam kesimpulan ini dimuat inti-inti pokok dari keterangan masing-
masing saksi Penggugat dan Tergugat. Kemudian dari keterangan saksi-
saksi itu disimpulkan hal-hal yang terbukti atau hal-hal yang tidak terbukti.
Dalam kesimpulan juga dapat disimpulkan hal-hal mengenai penilaian
terhadap alat bukti secara lengkap, misalnya penilaian terhadap alat bukti
lawan.

105
BAB XI
PUTUSAN DAN UPAYA HUKUM

A. PUTUSAN
Putusan merupakan hasil akhir dari pemeriksaan perkara di sidang
pengadilan. Putusan yang diberikan oleh hakim mempunyai 3 (tiga) macam
kekuatan yaitu:

1. Kekuatan Mengikat
Artinya bahwa suatu putusan pengadilan dimaksudkan untuk
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa dan untuk menetapkan hak atau
hukumnya. Kalau pihak yang bersengketa menyerahkan sengketanya kepada
pengadilan atau hakim untuk diperiksa atau diadili maka hal ini mengandung
arti bahwa pihak-pihak yang bersengketa akan tunduk dan patuh pada
putusan yang dijatuhkan. Putusan yang telah dijatuhkan oleh hakim haruslah
dihormati oleh para pihak. Salah satu pihak tidak boleh bertindak
bertentangan dengan putusan yang telah dijatuhkan tersebut.

2. Kekuatan Pembuktian
Putusan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis merupakan akta
otentik yang bertujuan untuk dapat digunakan sebagai alat bukti bagi para
pihak, yang mungkin akan dipergunakan untuk mengajukan banding, kasasi
atau pelaksanaannya.Dengan putusan tersebut telah diperoleh suatu kepastian
tentang sesuatu.

3. Kekuatan eksekutorial atau kekuatan untuk dilaksanakan


Putusan hakim mempunyai kekuatan eksekutorial yaitu kekuatan untuk
dilaksanakannya apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh
alat-alat negara.

106
Suatu putusan hakim terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu :

1. Kepala putusan
Setiap putusan pengadilan harus mempunyai kepala putusan pada bagian
atas putusan yang berbunyi: “Demi keadilan berdasarkan KeTuhanan
Yang Maha Esa.” Kepala putusan ini mempunyai kekuatan eksekutorial
pada putusan. Apabila dalam kepala putusan tersebut tidak ada kata-kata
tersebut maka putusan pengadilan tersebut tidak dapat dilaksanakan atau
batal demi hukum.

2. Identitas para pihak


Identitas para pihak ini terdiri dari identitas Penggugat dan Tergugat yang
meliputi nama, nama pengacaranya bila ada, umur, alamat dan pekerjaan.

3. Pertimbangan
Pertimbangan atau considerans merupakan dasar putusan. Pertimbangan
dalam putusan terdiri dari dua yaitu pertimbangan tentang duduk perkara
atau peristiwanya dan pertimbangan tentang tentang hukumnya.

4. Amar
Amar atau dictum putusan merupakan jawaban terhadap Petitum daripada
gugatan Penggugat.

Berdasarkan sifatnya, putusan hakmi terbagi menjadi :

1. Constitutif (Pengaturan)
Putusan konstitutif adalah putusan yang menciptakan, meniadakan
mengenai sesuatu, seolah-olah membuat suatu kaidah/ketentuan baru,
misalnya: putusan yang menetapkan tentang batas-batas tanah,
pengangkatan wali dll.

107
2. Declaratoir (Pernyataan)
Putusan declaratoir adalah putusan yang memberi menerangkan,
menyatakan mengenai sesuatu, misalnya bahwa seseorang adalah
dilahirkan pada tanggal tertentu.

3. Condemnatoir (Menghukum)
Putusan condemnatoir adalah putusan yang isinya menghukum
kepada pihak untuk memenuhi prestasi, misalnya menghukum Tergugat
untuk membayar hutangnya sebesar Rp 5 juta kepada Penggugat.

Sedangkan putusan dilihat dari jenisnya ada dua macam yaitu :

1. Interlocutoir Vonis
Interlocutoir vonis atau putusan sela adalah putusan yang belum
merupakan putusan akhir. Putusan sela dapat berupa:

a. Putusan Provisional
Putusan provisional adalah putusan yang diambil segera
mendahului putusan akhir tentang pokok perkara, karena adanya
alasan-alasan yang mendesak untuk itu.

b. Putusan Preparatoir
Putusan preparatoir adalah putusan sela guna mempersiapkan
putusan akhir. Misalnya putusan yang menolak/mengabulkan
pengunduran sidang, karena alasan yang tidak tepat/tidak dapat
diterima.

c. Putusan Insidental
Putusan insidental adalah putusan sela yang diambil secara
insidental. Hal ini terjadi misalnya karena kematian kuasa dari salah
satu pihak.

108
2. Putusan akhir
Putusan akhir terdiri dari:

a. Niet Onvankelijk Verklaart


Niet Onvankelijk Verklaart berarti tidak dapat diterima, yaitu
putusan pengadilan yang menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak
dapat diterima. Alasan gugatan tidak dapat diterima adalah:
1. Gugatan tidak berdasarkan hukum
2. Gugatan tidak patut
3. Gugatan itu bertentangan dengan kesusilaan/ketertiban umum
4. Gugatan salah
5. Gugatan kabur
6. Gugatan tidak memenuhi persyaratan
7. Objek gugatan tidak jelas
8. Subjek gugatan tidak lengkap

b. Tidak Berwenang Mengadili


Suatu gugatan yang diajukan kepada pengadilan yang tidak
berwenang baik menyangkut kompetensi absolut maupun relatif akan
diputus oleh pengadilan tersebut dengan menyatakan dirinya tidak
mengadili gugatan itu. Sehingga gugatan tidak dapat diterima.

c. Gugatan Dikabulkan
Suatu gugatan yang terbukti kebenarannya di pengadilan akan
dikabulkan seluruhnya atau sebagian. Apabila gugatan terbukti
seluruhnya maka gugatan tersebut akan dikabulkan seluruhnya namun
apabila gugatan hanya terbukti sebagian maka gugatan akan dikabulkan
sebagian.

109
d. Gugatan Ditolak
Suatu gugatan yang tidak terbukti kebenarannya di pengadilan
maka gugatan tersebut akan ditolak. Penolakan ini dapat untuk
seluruhnya atau sebagian.

Putusan pengadilan yang telah dijatuhkan oleh hakim dapat dilaksanakan


oleh pihak yang dimenangkan apabila putusan tersebut telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap. Artinya bahwa terhadap putusan tersebut sudah
tidak ada lagi upaya hukum baik upaya hukum biasa (Verzet, banding, kasasi)
maupun upaya hukum luar biasa (Peninjauan kembali, derden verzet). Atau
apabila putusan tersebut berupa putusan uitvoerbaar bij voorraad yaitu putusan
pengadilan yang dapat dilaksanakan serta merta tanpa menunggu putusan itu
mempunyai kekuatan hukum tetap (in cracht).

B. UPAYA HUKUM
Upaya hukum adalah suatu tindakan dari salah satu pihak yang berperkara
untuk memohonkan pembatalan putusan-putusan yang dimintakan upaya hukum
itu, karena tidak puas atas putusan dimaksud. Upaya hukum dalam perkara
perdata dibedakan menjadi dua macam yaitu upaya hukum biasa seperti
perlawanan (verzet), banding, kasasi dan upaya hukum luar biasa, seperti
peninjauan kembali (request civil) dan perlawanan pihak ketiga (derden
verzet).

1. Upaya Hukum Biasa


Apabila salah satu pihak yang berperkara mengajukan upaya hukum
biasa maka perkara yang telah diputus oleh hakim atau pengadilan menjadi
mentah lagi oleh karenanya atas putusan tersebut tidak dapat dilakukan
eksekusi/dilaksanakan. Artinya bahwa dengan adanya upaya hukum biasa ini
putusan pengadilan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum tetap
sehingga putusan tersebut belum dapat dilaksanakan/dieksekusi oleh pihak
yang dimenangkan.
110
a. Perlawanan (Verzet)
Perlawanan atau verzet merupakan upaya hukum terhadap putusan
yang dijatuhkan di luar hadirnya Tergugat. Upaya hukum ini pada asasnya
disediakan bagi pihak Tergugat yang (pada umumnya) dikalahkan. Verstek
merupakan pernyataan bahwa Tergugat tidak hadir meskipun telah
dipanggil secara patut. Verstek hanya dapat dinyatakan apabila pihak
Tergugat kesemuanya (jika Tergugat lebih dari satu) tidak datang
menghadap pada sidang pertama, dan apabila perkara diundurkan sesuai
dengan Pasal 126 HIR ternyata pihak Tergugat kesemuanya juga tidak
datang menghadap lagi.
Ada beberapa syarat apabila hakim akan menjatuhkan putusan
verstek (Pasal 125 ayat 1 HIR) yaitu :
1) Tergugat/para Tergugat kesemuanya tidak datang pada hari sidang
yang telah ditentukan.
2) Tergugat/para Tergugat tidak mengirimkan wakilnya/kuasanya yang
sah untuk menghadap.
3) Tergugat/para Tergugat telah dipanggil dengan patut
4) Petitum gugatan Penggugat tidak melawan hak
5) Petitum gugatan Penggugat beralasan.

Tenggang waktu untuk mengajukan verzet adalah


1) 14 hari terhitung sejak putusan verstek diberitahukan secara sah kepada
Tergugat;
2) Jika putusan verstek tidak dapat secara langsung diberitahukan kepada
Tergugat, maka tenggang waktu tersebut diatas ditambah 8 (delapan)
hari terhitung hari berikutnya sejak adanya teguran untuk
melaksanakan putusan tersebut;

Apabila setelah dilakukan verzet ternyata pemohon verzet/Tergugat


sekali lagi dikalahkan dengan verstek, karena tidak menghadiri sidang,

111
maka Tergugat tidak dapat lagi melakukan verzet, melainkan harus
mengajukan banding atas putusan itu. Dalam perkara verstek, maka gugatan
awal diperiksa kembali seperti perkara semula/ secara contradictoir
sebagaimana halnya perkara gugatan biasa. Artinya akan ada jawaban
eksepsi, replik, duplik dan kesimpulan, tetapi dalam banding hal itu tidak
ada melainkan hanya ada memori banding. Sedangkan bagi Penggugat yang
dengan putusan verstek dikalahkan, upaya hukumnya yang dapat dilakukan
adalah dengan mengajukan banding. Pihak yang mengajukan
perlawanan/verzet disebut sebagai Pelawan, sedangkan pihak yang
dimohonkan perlawanan disebut sebagai Terlawan.

b. Banding

Apabila salah satu pihak dalam suatu perkara perdata tidak puas atau
tidak menerima suatu putusan dari Pengadilan Negeri karena merasa hak-
haknya masih terserang oleh adanya putusan itu atau menganggap putusan
itu kurang benar atau kurang adil, maka pihak yang masih merasa
dirugikan dapat mengajukan permohonan banding. Upaya hukum banding
ini berlaku terhadap suatu putusan akhir yang dijatuhkan oleh Pengadilan
Negeri.

Permohonan banding ini diajukan kepada pengadilan yang lebih


tinggi untuk memeriksa ulang perkara tersebut yaitu Pengadilan Tinggi.
Upaya banding dalam perkara perdata diatur dalam Undang-Undang No.
20 tahun 1947 untuk Jawa dan Madura, sedangkan untuk daerah luar Jawa
dan Madura diatur dalam Rbg Pasal 199 sampai Pasal 205. Untuk
mengajukan banding maka berkas-berkas yang terdiri dari gugatan,
jawaban, replik, duplik, alat bukti, salinan resmi putusan Pengadilan
Negeri, memori banding dan kontra memori banding dikirim ke
Pengadilan Tinggi untuk diperiksa ulang oleh Pengadilan Tinggi.

112
Dalam upaya hukum banding, memori banding bukan merupakan
suatu keharusan, artinya walaupun tidak membuat memori banding tetap
dibenarkan dan perkaranya tetap akan diperiksa. Tenggang waktu untuk
mengajukan banding adalah 14 hari sejak putusan didengar, apabila para
pihak hadir waktu diucapkan atau 14 hari sejak pemberitahuan putusan
apabila tidak hadir.

Karena Pengadilan Tinggi masih merupakan pengadilan Judex


Factie (artinya pengadilan yang memeriksa fakta-fakta atau bukti-bukti),
maka masih dimungkinkan adanya pemeriksaan fakta, karena itu masih
dimungkinkan pula untuk mengajukan bukti baru, sehingga dengan
demikian juga masih dimungkinkan adanya pemeriksaan saksi-saksi.
Dalam upaya hukum banding, apabila pihak yang mengajukan
permohonan banding akan mengajukan memori banding, peraturan tidak
mengatur kapan batas waktunya dalam arti tidak ada batas waktu kapan
memori banding harus diserahkan kepada pengadilan.

Selama putusan belum diambil oleh Pengadilan Tinggi memori


banding masih dapat diserahkan. Pernyataan banding disampaikan kepada
Panitera Banding Pengadilan Negeri yang memberikan putusan pertama
kali/Pengadilan Negeri di mana gugatan didaftarkan. Kemudian akan
dibuatkan akta mengenai permohonan banding itu yang ditandatangani
oleh pemohon, demikian juga memori banding juga diserahkan melalui
panitera Pengadilan Negeri, namun dalam praktek adakalanya memori
banding ini disampaikan langsung kepada panitera Pengadilan Tinggi
yang akan memeriksa perkara tersebut.

Peraturan tidak melarang Pengadilan Tinggi dalam memeriksa saksi-


saksi, surat dan lain–lain melakukannya sendiri melalui persidangan di
gedung Pengadilan Tinggi. Namun dalam praktek Pengadilan Tinggi
dalam hal demikian mengirimkan berkas-berkas tersebut kembali ke
113
Pengadilan Negeri dengan membuat putusan sela yang memerintahkan
kepada Pengadilan Negeri untuk melengkapi keterangan saksi-saksi,
melakukan sumpah supletoir dan lain-lain. Hal ini mungkin dikarenakan
Pengadilan Tinggi tidak mempunyai juru sita yang pekerjaannya
memanggil saksi atau para pihak, dan mungkin gedung Pengadilan Tinggi
letaknya lebih jauh dengan saksi-saksi atau para pihak karena memang
Pengadilan Tinggi letak dan wilayah hukumnya meliputi beberapa
kabupaten yang ada dalam satu provinsi, maka Pengadilan Tinggi tidak
mau memeriksa sendiri perkara tersebut. Untuk menyatakan banding
dikenakan biaya sama seperti mengajukan gugatan.

Besarnya panjar biaya perkara ditaksir menurut situasi dan jarak


Tergugat dan Penggugat dari Pengadilan. Dengan pernyataan banding
yang diikuti dengan penyerahan memori banding, maka memori banding
tersebut harus diberitahukan kepada pihak lawan dan pihak lawan
diberikan hak untuk mengajukan kontra memori banding. Ada beberapa
hal yang perlu diutarakan/dicantumkan dalam membuat memori banding,
yaitu :
1) Kapan putusan tersebut diucapkan atau disampaikan kepada yang
bersangkutan,
2) Kapan akta pernyataan banding ditandatangani,
3) Uraian dasar putusan hakim yang dianggap tidak benar.

Meskipun memori banding bukan merupakan suatu keharusan, tetapi


dengan adanya memori ini akan memudahkan Hakim Tinggi dalam
membuat putusan.

Dalam upaya hukum banding ini ada beberapa penyebutan para


pihak yang harus diperhatikan yaitu:
1) Pihak yang mengajukan banding disebut sebagai PEMBANDING
2) Pihak lawan disebut sebagai TERBANDING
114
3) Sedangkan yang semula kedudukannya sama-sama sebagai turut
Tergugat disebut sebagai TURUT TERBANDING
Untuk permohonan banding yang sudah dinyatakan dengan akta
pernyataan banding maka jika pihak pemohon kemudian berpikir merasa bisa
menerima putusan Pengadilan Negeri maka pernyataan banding tersebut
masih dapat untuk dicabut kembali.

c. Kasasi
Kasasi adalah suatu alat hukum yang merupakan wewenang dari
Mahkamah Agung untuk memeriksa kembali putusan-putusan pengadilan
terdahulu dan ini merupakan peradilan yang terakhir. Kasasi juga
merupakan upaya untuk membatalkan putusan tingkat akhir/banding dan
penetapan Pengadilan lain karena alasan bertentangan dengan hukum.
Dalam upaya hukum kasasi ini tidak lagi memeriksa tentang fakta-faktanya,
saksi-saksi atau duduknya perkara sebagaimana dalam Pengadilan Negeri
dan Pengadilan Tinggi, namun yang diperiksa dalam tingkat kasasi ini
adalah penerapan hukumnya. Apakah putusan pengadilan tingkat terdahulu
bertentang tidak dengan peraturan perundang-undangan. Untuk mengajukan
kasasi bagi seorang kuasa diperlukan surat Kuasa Khusus. Permohonan
kasasi diajukan kepada Mahkamah agung melalui Pengadilan Tingat
Pertama (Pengadilan Negeri yang menjatuhkan putusan). Adapun alasan-
alasan mengajukan kasasi ini menurut Pasal 30 Undang-Undang No. 14
tahun 1985 tentang Mahkamah Agung adalah:

1) Hakim tidak berwenang atau melampaui batas wewenang.


Alasan ini mencakup kompetensi absolut dan relatif dari
pengadilan. Atau mengabulkan lebih daripada apa yang dimintakan
dalam gugatan. Hal ini menjadi alasan bagi judex juridisch untuk
membatalkan putusan judex factie.

115
2) Hakim salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku
Salah menerapkan hukum dapat berarti salah menerapkan hukum
formal (hukum acara) maupun hukum materiil. Kesalahan ini dapat
dilihat pada penerapan hukum yang dilakukan. Melanggar hukum berarti
penerapan hukum itu sendiri tidak tepat dan bertentangan dengan
seharusnya.

3) Hakim lalai dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh


peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu
dengan batalnya putusan yang bersangkutan.
Misalnya putusan tidak dimulai denganm kata-kata “DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA” adalah batal demi hukum.

Pada tingkat kasasi tidak dibenarkan lagi pemeriksaan bukti-bukti


baru (novum) yang belum diperiksa oleh judex factie. Pemeriksaan kasasi
meliputi seluruh putusan hakim mengenai hukumnya termasuk bagian-
bagian putusan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan
pemohon kasasi. Dalam upaya hukum ini pihak yang mengajukan
permohonan kasasi diwajibkan untuk membuat memori kasasi. Dalam arti
bahwa memori kasasi merupakan kewajiban bagi pemohon kasasi. Apabila
memori kasasi tersebut tidak dibuat, maka permohonan kasasi akan ditolak.
Terhadap memori kasasi, Termohon kasasi dapat menyampaikan Kontra
Memori Kasasi dalam tenggang waktu 14 hari sejak memori kasasi
disampaikan kepadanya. Kontra memori kasasi yang disampaikan melebihi
tenggang waktu tersebut tidak dapat dipertimbangkan lagi.

Sedangkan tenggang waktu untuk untuk mengajukan kasasi adalah 14


hari sejak putusan dibacakan di muka persidangan, apabila para pihak hadir,
atau 14 hari setelah putusan Pengadilan Tinggi disampaikan kepada yang

116
bersangkutan. Dan dalam waktu 14 hari terhitung sejak menyatakan kasasi,
pemohon kasasi harus menyerahkan memori kasasi.

2. Upaya Hukum Luar Biasa

Upaya hukum luar biasa dalam perkara perdata meliputi peninjauan


kembali (request civil) dan perlawanan pihak ketiga (derden verzet).
a. Peninjauan Kembali
Peninjauan Kembali adalah suatu upaya untuk memeriksa putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht).64
Permohonan Peninjauan Kembali tidak menghalangi jalannya eksekusi
atau putusan yang telah berkekuatan hukum tetap atau dalam arti bahwa
permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan atau tidak
menghentikan pelaksanaan putusan hakim. Permohonan Peninjauan
Kembali hanya diajukan satu kali saja sehingga kalau permohonan
Peninjauan Kembali ini dicabut, maka tidak dapat diajukan lagi.
Permohonan Peninjauan Kembali harus diajukan sendiri oleh pihak-pihak
yang berkepentingan yaitu:
1) para pihak yang bersengketa;
2) ahli warisnya;
3) seorang wakil yang secara khusus dikuasakan untuk itu.

Alasan-alasan untuk mengajukan Peninjauan Kembali diatur


dalam Pasal 67 Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung, yaitu 65:
1) Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan, tipu muslihat
pihak lawan atau bukti palsu yang diketahui setelah perkaranya diputus.
Sedangkan bukti palsu itu harus dinyatakan oleh hakim pidana, dan

64
Sri Wardah, Bambang Sutiyoso, Op.Cit., hlm. 250., lihat juga UU Nomor 4 tahun 2004 Tentang
Kekuasaan Kehakiman, Pasal 23 ayat 1.
65
Pasal 67, 69, UU Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung,., Lihat Sri Wardah,
Bambang Sutiyoso, Op.Cit., hlm.250., lihat juga Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata di Indonesia,
Penerbit Liberty, Yogyakarta, Edisi Ketujuh, Cetakan Pertama, 2006 hlm. 244-245
117
putusan mana telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Tenggang
waktu untuk mengajukan Peninjauan Kembali adalah 180 hari sejak
diketahui kebohongan, tipu muslihat atau sejak putusan hakim pidana
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

2) Apabila setelah perkara diputus ditemukan novum/bukti baru yang


bersifat menentukan yang tidak ditemukan setalah perkaranya diputus.
Bukti baru tersebut tidak/belum ditemukan ketika perkaranya sedang
berjalan. Tenggang waktu untuk menyatakan Peninjauan Kembali
adalah 180 hari sejak ditemukannya novum/bukti baru itu. Mengenai
hari dan tanggal ditemukannya bukti baru/novum itu harus dinyatakan
di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.

3) Apabila telah dikabulkan:


a. suatu hal yang tidak dituntut
b. lebih daripada yang dituntut
Tenggang waktu menyatakan Peninjauan Kembali adalah 180 hari
terhitung sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada pihak yang berperkara.

4) Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus, tanpa


dipertimbangkan sebab-sebabnya. Tenggang waktu mengajukan
Peninjaun Kembali adalah selama 180 hari terhitung sejak putusan
memperoleh kekuatan hukum tetap, serta telah diberitahukan kepada
pihak yang berperkara.

5) Putusan bertentangan satu sama lain, padahal :


a. pihak-pihak yang sama
b. mengenai soal yang sama
c. atau dasar yang sama
d. oleh pengadilan yang sama, atau
118
e. pada tingkat yang sama
Tenggang waktu mengajukan Peninjauan Kembali dalam hal demikian
adalah 180 hari sejak putusan yang terakhir dan bertentangan itu
memperoleh kekuatan hukum tetap, dan telah diberitahukan kepada
pihak yang berperkara.

6) Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau


suatu kekeliruan yang nyata.
Tenggang waktu menyatakan Peninjauan Kembali adalah 180 hari
terhitung sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada pihak yang berperkara.

Permohonan Peninjauan Kembali dapat diajukan secara tertulis maupun


lisan dihadapan Ketua Pengadilan Negeri dan dalam waktu 14 hari setelah
Ketua Pengadilan Negeri menerima permohonan Peninjauan Kembali, maka
panitera berkewajiban untuk memberikan atau mengirimkan salinannya
kepada pihak lawan guna dijawab atau diketahuinya. Dalam hal pihak lawan
mengajukan jawabannya, maka diberi waktu dalam tenggang 30 hari setelah
diterimanya salinan permohonan itu, dan selambat-lambatnya dalam
tenggang waktu 30 hari kemudian berkas harus sudah dikirimkan ke
Mahkamah Agung.

b. Perlawanan Pihak Ketiga (Derden Verzet)


Derden verzet adalah suatu perlawanan terhadap putusan hakim yang
dilakukan oleh pihak ketiga, yang pada awalnya tidak ada sangkut pautnya
dalam perkara tersebut. Syarat yang harus dipenuhi apabila akan mengajukan
perlawanan adalah harus benar-benar telah dirugikan haknya tidak sekedar
hanya mempunyai kepentingan saja dengan akta lain bahwa putusan hakim
tersebut benar-benar telah merugikan kepentingan pihak ketiga tersebut.
Sehingga unsur penting untuk mengajukan Derden verzet adalah:
1) Adanya kepentingan dari pihak ketiga itu
119
2) Secara nyata hak pihak ketiga dirugikan

Apabila perlawanan tersebut dikabulkan maka putusan pengadilan yang


merugikan pihak tersebut harus diperbaiki sepanjang merugikan pihak ketiga.
Pihak ketiga yang mengajukan perlawanan disebut sebagai PELAWAN,
sedangkan pihak yang digugat disebut sebagai TERLAWAN. Contoh
Derden verzet adalah misalnya A menggugat B mengenai sebuah mobil yang
sesungguhnya adalah milik C. Pengadilan mengabulkan gugatan A tersebut,
maka untuk mencegah dilakukannya eksekusi, C mengajukan Derden verzet
terhadap putusan itu.

120
BAB XII
PELAKSANAAN PUTUSAN / EKSEKUSI

Putusan hakim /pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap


dalam arti para pihak telah menerima isi putusan pengadilan tidak mengajukan
perlawanan, banding, kasasi dan peninjauan kembali maka putusan pengadilan
tersebut sudah dapat dilaksanakan/dieksekusi. Sehingga eksekusi adalah
pelaksanaan secara resmi suatu putusan pengadilan di bawah pimpinan Ketua
Pengadilan Negeri.

Eksekusi ini harus diperintahkan secara resmi oleh Ketua Pengadilan Negeri
yang berwenang, sebagai pelaksanaan atas suatu putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap atau atas putusan yang dinyatakan dapat dijalankan serta
merta walaupun ada putusan yang berkekuatan hukum tetap. Setelah putusan
dijatuhkan maka pihak yang dimenangkan mengajukan permohonan kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang berwenang/memeriksa perkara pada tingkat pertama untuk
melaksanakan putusan tersebut.

Suatu putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang
pasti dapat dilaksanakan secara suka rela oleh pihak yang dikalahkan. Apabila
suatu perkara telah diputus dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap maka
pihak yang dikalahkan secara suka rela dapat melaksanakan putusan tersebut,
sehingga dengan demikian maka selesailah perkara tersebut tanpa mendapat
bantuan dari pengadilan dalam melaksanakan putusan tersebut.

Namun mungkin atau bahkan sering terjadi bahwa pihak yang dikalahkan
tidak mau melaksanakan isi putusan pengadilan secara suka rela sehingga
diperlukan bantuan pengadilan untuk melaksanakan isi putusan tersebut secara
paksa. Oleh karenanya maka pihak yang dimenangkan dalam putusan dapat
mengajukan permohonan pelaksanaan putusan kepada pengadilan yang akan
melaksanakannya secara paksa (execution force). Untuk itu pemohon eksekusi
mengajukan permohonan tertulis kepada Ketua Pengadilan Negeri.
121
Setelah menerima permintaan itu dan telah dibayar segala biaya eksekusi
maka Ketua Pengadilan Negeri akan mengeluarkan penetapan agar eksekusi
tersebut dilaksanakan. Apabila pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakan
eksekusi setelah Ketua Pengadilan mengeluarkan penetapan tersebut, maka Ketua
Pengadilan Negeri akan memanggil pihak yang kalah untuk ditegur, agar dengan
suka rela melaksanakan isi putusan tersebut (aanmaning) dalam waktu paling lama
8 hari sejak diaanmaning.

Apabila jangka waktu yang telah ditentukan sudah lewat, sementara pihak
yang kalah walaupun sudah dipanggil secara patut tidak juga menghadap, maka
Ketua Pengadilan Negeri atau pegawai yang dikuasakan karena jabatannya
memberi perintah supaya disita sejumlah barang bergerak milik yang kalah. Atau
apabila tidakl cukup, maka dapat disita barang tidak bergerak milik yang kalah.
Nilai yang disita itu sama dengan nilai yang ditetapkan dalam putusan pengadilan
ditambah dengan ongkos pelaksanaan putusan. Untuk melakukan penyitaan itu
petugas pelaksana dibantu dua orang saksi yang identitasnya disebut dalam berita
acara penyitaan.

Ada beberapa jenis pelaksanaan putusan atau Macam-macam eksekusi


yaitu:66

1. Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang dikalahkan untuk membayar


sejumlah uang. Prestasi yang diwajibkan adalah membayar sejumlah uang.
Eksekusi ini diatur dalam Pasal 196 HIR
2. Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan suatu perbuatan.
Hal ini diatur dalam Pasal 225 HIR. Orang tidak dapat dipaksakan untuk
memenuhi prestasi yang berupa perbuatan, akan tetapi pihak yang dimenangkan
dapat minta kepada hakim agar kepentingan yang akan diperolehnya dinilai
dengan uang.

66
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 248-249. lihat juga Sri Wardah, Bambang Sutiyoso, Op.Cit.,
hlm. 261
122
3. Eksekusi riil merupakan pelaksanaan prestasi yang dibebabkan kepada debitur
oleh putusan hakim secara langsung. Sehingga eksekusi riil adalah pelaksanaan
putusan yang menuju kepada hasil yang sama seperti apabila dilaksnakan secara
suka rela oleh pihak yang bersangkutan, misalnya pembayaran sejumlah uang,
melakukan suatu perbuatan tertentu, tidak berbuat, menyerahkan benda. Dengan
demikian maka eksekusi mengenai ganti rugi dan uang paksa bukan merupakan
eksekusi riil.
4. Eksekusi putusan pengadilan yang menghukum seseorang untuk mengosongkan
benda tetap. Eksekusi ini tidak diatur dalam HIR/RBg, melainkan diatur dalam
Pasal 1033 Rv.67

Dalam praktek banyak rintangan-rintangan yang dapat menghambat


pelaksanaan eksekusi seperti adanya derden verzet, bantahan atau bahkan
peninjauan kembali yang kemudian digunakan sebagai alasan untuk menunda
pelaksanaan eksekusi. Disamping itu seringkali juga eksekusi ini dihambat oleh
Ketua Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan Tinggi atau Ketua/Wakil Ketua
Mahkamah Agung.

Ada beberapa prinsip dalam eksekusi putusan perkara perdata, yaitu :68

1. Eksekusi ditujukan terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum


tetap;
2. Putusan hanya dapat dijalankan terhadap putusan yang dijatuhkan di Indonesia;
3. Putusan pengadilan tidak dijalankan secara sukarela;
4. Putusan yang perlu dieksekusi adalah putusan yang bersifat condemnatoir;
5. Eksekusi dilaksanakan oleh panitera dan juru sita atas perintah dan di bawah
pimpinan Ketua Pengadilan Negeri.

67
Sri Wardah, Bambang Sutiyoso, Op.Cit., hlm. 262
68
Ibid., hlm. 256
123
DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Hamid , Praktek Peradilan Perkara Perdata, CV. Al Ihsan, Surabaya, 1980.

Hamid, Cara-cara Berperkara dan Praktek Peradilan, Dana Kesejahteraan


Pegawai Pengadilan Negeri Ujung Pandang.

Kurdianto, Sistem Pembuktian Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek,
Usaha Nasional, Surabaya, 1987.

Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta,


Cet. I , Edisi 4, 1993.

Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta,


Cet. I , Edisi 7, 2006.

Nawawi, Taktik Dan Strategi Membela Perkara Perdata, Fajar Agung, Jakarta,
Cet, 2, 1990.

Prinst, Darwan, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata, Citra


Aditrya Bakti, Bandung, 1996.

Saleh, Wantjik, Hukum Acara Perdata RBG/HIR, Ghalia Indonesia, Jakarta, Cet. 4,
1981.

Subekti, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta, Cet. 4, 1978.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, IntermasaJakarta, 1985.

Sutantio, Retnowulan, Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek, Alumni,
Bandung, Cet. 6, 1986.

Sutantio, Retnowulan, ; Iskandar Oerip Kartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam


Teori Dan Praktek, Mandar Maju, Bandung, 1995.

Wardah, Sri dan Bambang Sutiyoso, Hukum Acara Perdata dan Perkembangannya
di Indonesia, Gama Media, Cetakan 1, 2007
124
Makalah, Bahan Ajar, Modul

Rais, Andi, ”Surat kuasa, Somasi, dan Aanmaning”, bahan ajar, PKPA FH UII,
2006.

Suyanto, Achiel, “Pembuktian, Penyusunan Alat Bukti, dan Kesimpulan”, bahan


ajar, PKPA FH UII, 2006

Harahap, Yahya, Makalah, Dalam Law Education And Training Centre, Hotman
Paris Jakarta Hilton.

Tabroni, Machsun, ”Teknik Perumusan Surat Kuasa Untuk Kegiatan Persidangan”,


bahan ajar, PKPA FH UII, 2006

Tabroni, Machsun, ”Teknik Yuridis Dalam Mengahadapi Somasi”, bahan ajar,


PKPA FH UII, 2006

Teguh Sri Raharjo, Agus Bintoro, “Taktik dan Startegi Penanganan Perkara
Perdata”, Modul, Karya Latihan Hukum (KARTIKUM), 1996

Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ;
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana;
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama;
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung;
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama ;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah
Agung;

125
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman;
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama;
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun1975 Tentang pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan;
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan;

126
PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

LAMPIRAN
BERKAS KASUS PIDANA

0
DAFTAR ISI LAMPIRAN

No MATERI Hlm

1. Contoh Surat Kuasa :

1. Surat Kuasa Pelapor ----------------------------------------------- 1

2. Surat Kuasa Terlapor/Tersangka ---------------------------------- 3

3. Surat Kuasa Terdakwa --------------------------------------------- 5

4. Surat Kuasa Pemohon Pra Peradilan ------------------------------ 7

5. Surat Kuasa Pemohon Banding ----------------------------------- 9

6. Surat Kuasa Termohon Banding ---------------------------------- 11

7. Surat Kuasa Pemohon Kasasi -------------------------------------- 13

8. Surat Kuasa Termohon Kasasi ------------------------------------- 15

2. Contoh Laporan ------------------------------------------------------------ 17

3. Contoh Pengaduan --------------------------------------------------------- 19

4. Contoh Pernyataan -------------------------------------------------------- 22

5. Contoh Surat Pernyataan Penjaminan ------------------------------------ 23

6. Contoh Surat Pinjam Barang Bukti ---------------------------------------- 24

7. Contoh Pengalihan Status Penahanan ------------------------------------ 26

8. Contoh Permohonan Pra Peradilan --------------------------------------- 28

9. Contoh Surat Dakwaan ---------------------------------------------------- 33

10. Contoh Keberatan (Ekesepsi) ---------------------------------------------- 36

11. Contoh Pembelaan (Pledooi) ---------------------------------------------- 39

12. Contoh Memori Banding -------------------------------------------------- 64

13. Contoh Kontra Memori Kasasi -------------------------------------------- 71

0
Surat Kuasa Pelapor

SURAT KUASA KHUSUS


Yang bertanda tangan dibawah ini kami :

Nama : KAFARI

Pekerjaan : Swasta.

Alamat : Jl. Mawar 303 Sentolo Kulonprogo.

Dengan ini mengaku dan menyatakan memberikan kuasa kepada :

1. HM. SUHARTONO, SH., MH;- Advokat / Penasihat Hukum


2. HM. SUGIYONO, SH., MH;- Advokat /Penasihat Hukum
Alamat : Jl..Cik Ditiro No.1, Yogyakarta

Dalam hal ini baik sendiri-sendiri maupun bersama - sama

KHUSUS
Untuk menjadi penasihat hukum saya dalam perkara : PIDANA

Sebagai Penasihat Hukum Pemberi Kuasa untuk mendampingi secara sah


pelapor dalam melaporkan dugaan telah terjadinya tindak pidana pembunuhan
yang dilakukan oleh seorang yang bernama TEDDY BEAR, Swasta, beralamat di
Jalan Mawar No. 56 Kota Yogyakarta/Terlapor, dengan korban seorang yang
bernama Wulan Tina, 35 tahun, Islam, beralamat di Jalan Merah No. 789
Yogyakarta, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP, pada Kepolisian
Kota Besar Yogyakarta.

Untuk itu pemegang kuasa ini diberikan wewenang untuk:

Selanjutnya kepada pemegang kuasa ini kami berikan wewenang penuh


untuk mewakili pemberi kuasa menghadap dan berbicara di muka
Pengadilan di mana perkara tersebut diperiksa, menghadap dan berbicara di
depan pejabat Pemerintah/Swasta, membuat dan menandatangani surat-surat

1
yang diajukan sebagai bukti-bukti dan saksi-saksi menolak bukti-bukti dan
saksi dalam keterangannya yang tidak benar, mengajukan permohonan,
mengajukan perlawanan, menerima putusan dan lain upaya hukum yang
baik dan berguna bagi pemberi kuasa serta diperbolehkan menurut Hukum
Acara

Kemudian kepadanya diberikan pula hak “Substitusi “ sebagian atau seluruhnya


kepada orang lain.

Yogyakarta, 30 Juli 2017

Yang diberi kuasa Yang memberi kuasa

1. HM. SUHARTONO, SH., MH. KAFARI

2. HM. SUGIYONO, SH., MH.

2
Surat Kuasa Tersangka

SURAT KUASA KHUSUS


Yang bertanda tangan dibawah ini kami :

Nama : 1.RENAYA 2. SUDARNO 3. WAGIYO

Ketiganya beralamat di Jl. Pegangsaan Jaya M0.678 Patuk Gunung Kidul

Dengan ini mengaku dan menyatakan memberikan kuasa kepada :

1. SELAMAT, SH., MH. ;- Advokat /Penasihat Hukum


2. HM. PARTONO, SH., MH.;- Advokat /Penasihat Hukum
Alamat : Jl..Taman Siswa No. 138 , Yogyakarta

Dalam hal ini baik sendiri-sendiri maupun bersama - sama

KHUSUS
Untuk menjadi penasihat hukum saya dalam perkara : PIDANA .

Sebagai Penasihat Hukum Pemberi Kuasa/ para Tersangka, untuk mendampingi


secara sah tersangka dalam pemeriksaan atas laporan dugaan telah dilakukan
tindak pidana pembunuhan sebagaimana yang diatur dalam pasal 338 KUHP
terhadap seorang korban yang bernama Wulan Tina, 35 tahun, Islam, beralamat
di Jalan Ringin Raya No. 789 Yogyakarta, sebagaimana Laporan Polisi No………
pada Kepolisian Kota Besar Yogyakarta.

Untuk itu pemegang kuasa ini diberikan wewenang untuk:

Selanjutnya kepada pemegang kuasa ini kami berikan wewenang penuh


untuk mewakili pemberi kuasa menghadap dan berbicara di muka
Pengadilan di mana perkara tersebut diperiksa, menghadap dan berbicara di
depan pejabat Pemerintah/Swasta, membuat dan menandatangani surat-
surat yang diajukan sebagai bukti-bukti dan saksi-saksi menolak bukti-bukti
dan saksi dalam keterangannya yang tidak benar, mengajukan permohonan,
3
mengajukan perlawanan, menerima putusan dan lain upaya hukum yang
baik dan berguna bagi pemberi kuasa serta diperbolehkan menurut Hukum
Acara

Kemudian kepadanya diberikan pula hak “Substitusi “ sebagian atau seluruhnya


kepada orang lain.

Yogyakarta, 20 Agustus 2011

Yang diberi kuasa Yang memberi kuasa

1. SELAMAT, SH., MH. 1. RENAYA

2. HM. PARTONO, SH., MH. 2. SUDARNO

3.WAGIYO

4
Surat Kuasa Terdakwa

SURAT KUASA KHUSUS


Yang bertanda tangan dibawah ini kami :

Nama : 1. RENAYA 2. SUDARNO 3. WAGIYO

Ketiganya beralamat di Jl.Pegangsaan Jaya M0.678 Patuk Gunungkidul

Dengan ini mengaku dan menyatakan memberikan kuasa kepada :

1. SELAMAT, SH., MH;- Advokat / Penasihat Hukum


2. HM. PARTONO, SH., MH;- Advokat /Penasihat Hukum
Alamat : Jl.Taman Siswa No. 138, Yogyakarta

Dalam hal ini baik sendiri-sendiri maupun bersama - sama

KHUSUS
Untuk menjadi penasihat hukum kami dalam perkara : PIDANA .

Sebagai Penasihat Hukum Terdakwa, untuk mendampingi secara sah terdakwa


dalam persidangan perkara pidana dengan dakwaan telah melakukan tindak
pidana pembunuhan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP terhadap
seorang korban yang bernama Tina Toon, 35 tahun, Islam, beralamat di Jalan
Ringin Raya No. 789 Yogyakarta, dalam perkara pidana Nomor 5678/Pid.B/
2009/PN.Yk. Pada Pengadilan Negeri Yogyakarta.

Untuk itu pemegang kuasa ini diberikan wewenang untuk:

Selanjutnya kepada pemegang kuasa ini kami berikan wewenang penuh


untuk mewakili pemberi kuasa menghadap dan berbicara di muka
Pengadilan di mana perkara tersebut diperiksa, menghadap dan berbicara
di depan pejabat Pemerintah/Swasta, membuat dan menandatangani
surat-surat yang diajukan sebagai bukti-bukti dan saksi-saksi menolak
5
bukti-bukti dan saksi dalam keterangannya yang tidak benar, mengajukan
permohonan, mengajukan perlawanan, menerima putusan dan lain upaya
hukum yang baik dan berguna bagi pemberi kuasa serta diperbolehkan
menurut Hukum Acara

Kemudian kepadanya diberikan pula hak “Substitusi “ sebagian atau seluruhnya


kepada orang lain.

Yogyakarta, 20 Juli 2017

Yang diberi kuasa Yang memberi kuasa

1. SELAMAT, SH., MH. 1. RENAYA

2. HM. PARTONO, SH., MH. 2.SUDARNO

3. WAGIYO

6
Surat Kuasa Pra Peradilan

SURAT KUASA KHUSUS


Yang bertanda tangan dibawah ini kami :

Nama : 1. RENAYA 2. SUDARNO 3. WAGIYO

Ketiganya beralamat di Jl.Pegangsaan Jaya M0.678 Patuk Gunungkidul

Dengan ini mengaku dan menyatakan memberikan kuasa kepada :

1. SELAMAT, SH., MH.;- Advokat / Penasihat Hukum


2. HM. PARTONO, SH., MH.;- Advokat /Penasihat Hukum
Alamat : Jl..Taman Siswa No. 138 , Yogyakarta

Dalam hal ini baik sendiri-sendiri maupun bersama - sama

KHUSUS
Untuk menjadi penasihat hukum kami dalam perkara : PIDANA

Sebagai : PENASIHAT HUKUM PEMOHON

Untuk mengajukan permohonan Pra Peradilan karena salah penangkapan dan


Penahanan terhadap Pemerintah RI c.q. Kapolri c.q. Kapolda DIY c.q. Kapolres
Kulonprogo pada Pengadilan Negeri Wates.

Untuk itu pemegang kuasa ini diberikan wewenang untuk:

Selanjutnya kepada pemegang kuasa ini kami berikan wewenang penuh


untuk mewakili pemberi kuasa menghadap dan berbicara di muka
Pengadilan di mana perkara tersebut diperiksa, menghadap dan
berbicara di depan pejabat Pemerintah/Swasta, membuat dan
menandatangani surat-surat yang diajukan sebagai bukti-bukti dan saksi-
saksi menolak bukti-bukti dan saksi dalam keterangannya yang tidak

7
benar, mengajukan permohonan, mengajukan perlawanan, menerima
putusan dan lain upaya hukum yang baik dan berguna bagi pemberi
kuasa serta diperbolehkan menurut Hukum Acara

Kemudian kepadanya diberikan pula hak “Substitusi “ sebagian atau seluruhnya


kepada orang lain

Yogyakarta, 28 Juli 2011

Yang diberi kuasa Yang memberi kuasa

1. SELAMAT, SH., MH. 1. RENAYA

2. HM. PARTONO, SH., MH. 2.SUDARNO

3. WAGIYO

8
Surat Kuasa Pemohon Banding

SURAT KUASA KHUSUS


Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : 1.RENAYA 2.SUDARNO 3. WAGIYO

Ketiganya beralamat di Jl. Pegangsaan Jaya No. 678 Patuk gunung Kidul

Dengan ini mengaku dan menyatakan memberikan kuasa kepada :

1. HM. SELAMAT, SH., MH ;- Advokat / Penasihat Hukum

2. H.M. PARTONO, SH., MH;-Advokat / Penasihat Hukum

Keduanya beralamat di Jl.Taman Siswa No.138 Yogyakarta

KHUSUS

Untuk menjadi Penasihat Hukum kami dalam perkara : PIDANA

sebagai Penasihat Hukum PEMOHON BANDING

untuk mendampingi secara sah pemohon banding dalam perkara pidana yang
didakwa telah melakukan perbuatan pidana pembunuhan sebagaimana diatur
dalam pasal 338 KUHP terhadap seorang yang bernama Lestari, 32 tahun,
Islam, beralamat di alan Pendowo Lor, No.65, Gunung Kidul, dalam perkara
pidana No.23/Pid.B/2011/PN.Wts, pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta melalui
Pengadilan Negeri Wates .

Untuk itu pemegang kuasa ini kami berikan wewenang untuk :

1. Menyatakan kehendak kami di muka Pengadilan Negeri yang bersangkutan ;


2. Untuk membuat dan mengajukan Memori Banding atas putusan perkara No.
23/Pid.B/2013/PN.WT, yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri Wates
pada tanggal ……;
3. Membaca berkas perkaranya dengan mengutip hal-hal yang dipandang
penting untuk menyusun dan mengajukan memori banding ;

9
4. Menghadap dan berbicara di depan pejabat instansi pemerintah maupun
swasta ataupun lainya yang dipandang ada hubunganya dengan perkara ini ;
5. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberikan wewenang segala sesuatu yang
baik dan berguna bagi pemberi kuasa yang berhubungan dengan perkara
tersebut, serta dapat diperbolehkan menurut hukum;
Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain .

Yogyakarta, 5 Agustus 2012

Yang diberi kuasa Yang memberi kuasa

1. HM. SELAMAT, SH., MH. 1.RENAYA

2. HM. PARTONO, SH., MH 2.SUDARNO

. 3.WAGIYO

10
Surat Kuasa Termohon Banding

SURAT KUASA KHUSUS


Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : 1. RENAYA 2. SUDARNO 3. WAGIYO

Ketiganya beralamat di Jl.Pegangsaan Jaya No. 678 Patuk Gunungkidul

Dengan ini mengaku dan menyatakan memberikan kuasa kepada :

1. HM. SELAMAT, SH., MH ;- Advokat / Penasihat Hukum

2. HM. PARTONO, SH., MH;-Advokat / Penasihat Hukum

Keduanya beralamat di Jl.Taman Siswa No.138 Yogyakarta

KHUSUS

Untuk menjadi Penasihat hukum kami dalam perkara : PIDANA

sebagai : PENASIHAT HUKUM TERMOHON BANDING

Untuk mendampingi secara sah Termohon Banding dalam perkara pidana yang
didakwa telah melakukan perbuatan pidana pembunuhan terhadap seorang
yang bernama Lestari, 32 tahun, Islam, beralamat di Jalan Pendowo Lor Nomor
65 Gunung Kidul, sebagaimana diatur dalam Pasal 338 KUHP dalam perkara
pidana No. 23/Pid. B/2011/PN.WT pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta melalui
Pengadilan Negeri Wates .

Untuk itu pemegang kuasa ini kami berikan wewenang untuk :

1. Menyatakan kehendak kami di muka Pengadilan Negeri yang bersangkutan ;


2. Untuk membuat dan mengajukan Kontra Memori Banding atas putusan
perkara No. 23 / Pid . B/ 2013 /PN.WT yang telah diputus oleh Pengadilan
Negeri Wates pada tanggal ………. ;

11
3. Membaca berkas perkaranya dengan mengutip hal-hal yang dipandang
penting untuk menyusun dan mengajukan memori banding ;
4. Menghadap dan berbicara di depan pejabat instansi pemerintah maupun
swasta ataupun lainya yang dipandang ada hubungannya dengan perkara ini ;
5. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberikan wewenang segala sesuatu yang
baik dan berguna bagi pemberi kuasa yang berhubungan dengan perkara
tersebut, serta dapat diperbolehkan menurut hukum;
Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain .

Yogyakarta, 5 Agustus 2012

Yang diberi kuasa Yang memberi kuasa

1. HM. SELAMAT, SH., MH 1. RENAYA

2. HM PARTONO, SH., MH. 2. SUDARNO

3. WAGIYO

12
Surat Kuasa Pemohon Kasasi

SURAT KUASA KHUSUS


Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : 1.RENAYA 2. SUDARNO 3. WAGIYO

Ketiganya beralamat di Jl. Pegangsaan Jaya No.678 Patuk Gunungkidul

Dengan ini mengaku dan menyatakan memberikan kuasa kepada :

1. HM. SELAMAT, SH., MH ;- Advokat / Penasihat Hukum

2. HM. PARTONO, SH., MH;-Advokat / Penasihat Hukum

Keduanya beralamat di Jl.Taman Siswa No.138 Yogyakarta

KHUSUS

Untuk menjadi Penasihat hukum kami dalam perkara : PIDANA

sebagai : PENASIHAT HUKUM PEMOHON KASASI

untuk mendampingi secara sah Pemohon Kasasi dalam perkara pidana yang
didakwa telah melakukan perbuatan pidana pembunuhan terhadap seorang
yang bernama Lestari, 32 tahun, Islam, beralamat di Jalan Pendowo Lor Nomor
65 Gunung Kidul, sebagaimana diatur dalam Pasal 338 KUHP dalam perkara
pidana No.123/Pid.B/PT.YK., jo. No.23/Pid.B/2013/PN.WT, pada Mahkamah
Agung Republik Indonesia melalui Pengadilan Negeri Wates .

Untuk itu pemegang kuasa ini kami berikan wewenang untuk :

1. Menyatakan kehendak kami di muka Pengadilan Negeri yang bersangkutan ;


2. Untuk membuat dan mengajukan Memori Kasasi atas putusan Pengadilan
Tinggi Yogyakarta dalam perkara No. 123/Pid.B/PT.YK. yang telah diputus
pada tanggal ….,jo. No.23/Pid.B/2013/PN.WT yang telah diputus oleh
Pengadilan Negeri Wates pada tanggal ….;

13
3. Membaca berkas perkaranya dengan mengutip hal-hal yang dipandang
penting untuk menyusun dan mengajukan memori KASASI ;
4. Menghadap dan berbicara didepan pejabat instansi pemerintah maupun
swasta atau lain-lainya yang dipandang ada hubunganya dengan perkara ini;
5. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberikan wewenang segala sesuatu yang
baik dan berguna bagi pemberi kuasa yang berhubungan dengan perkara
tersebut, serta dapat diperbolehkan menurut hukum;
Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain .

Yogyakarta, 5 Agustus 2014

Yang diberi kuasa Yang memberi kuasa

1. HM. SELAMAT, SH., MH 1. RENAYA

2. HM. PARTONO, SH., MH 2. SUDARNO

3. WAGIYO

14
Surat Kuasa Termohon Kasasi

SURAT KUASA KHUSUS


Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : 1. RENAYA 2. SUDARNO 3. WAGIYO

Ketiganya beralamat di Jl. Pegangsaan Jaya No. 678 Patuk Gunungkidul

Dengan ini mengaku dan menyatakan memberikan kuasa kepada :

1. HM.SELAMAT, SH., MH ;- Advokat / Penasihat Hukum

2. HM.PARTONO, SH., MH;-Advokat / Penasihat Hukum

Keduanya beralamat di Jl.Taman Siswa No. 138 Yogyakarta

KHUSUS

Untuk menjadi kuasa hukum kami dalam perkara : PIDANA

sebagai : PENASIHAT HUKUM TERMOHON KASASI

untuk mendampingi secara sah Termohon Kasasi dalam perkara pidana yang
didakwa telah melakukan perbuatan pidana pembunuhan terhadap seorang
yang bernama Lestari, 32 tahun, Islam, beralamat di Jalan Pendowo Lor Nomor
65 Gunung Kidul, sebagaimana diatur dalam Pasal 338 KUHP dalam perkara
pidana No. 123/Pid.B/PT.YK., jo. No.23/Pid.B/2011/PN.WT, pada Mahkamah
Agung Republik Indonesia melalui Pengadilan Negeri Wates .

Untuk itu pemegang kuasa ini kami berikan wewenang untuk :

1. Menyatakan kehendak kami dimuka Pengadilan Negeri yang bersangkutan ;


2. Untuk membuat dan mengajukan Kontra Memori Kasasi atas putusan
Pengadilan Tinggi Yogyakarta dalam perkara No. 123/Pid.B/PT.YK yang
telah diputus pada tanggal …,jo. No.23/Pid.B/2011/PN.WT yang telah
diputus oleh Pengadilan Negeri Wates pada tanggal ….;
15
6. Membaca berkas perkaranya dengan mengutip hal-hal yang dipandang
penting untuk menyusun dan mengajukan memori KASASI ;
7. Menghadap dan berbicara didepan pejabat instansi pemerintah maupun
swasta ataupun lainya yang dipandang ada hubunganya dengan perkara ini ;
8. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberikan wewenang segala sesuatu yang
baik dan berguna bagi pemberi kuasa yang berhubungan dengan perkara
tersebut, serta dapat diperbolehkan menurut hukum;
Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain .

Yogyakarta, 5 Agustus 2012

Yang diberi kuasa Yang memberi kuasa

1. HM. SELAMAT, SH., MH 1. RENAYA

2. HM. PARTONO, SH., MH 2. SUDARNO

3.WAGIYO

16
Laporan

Hal: Laporan Dugaan Perbuatan Pidana Penghancuran atau Pengrusakan Barang


yang Melanggar Pasal 406 jo. Pasal 412 jo. Pasal 55 ayat (1) KUHP

Kepada

Yth. Kepala Kepolisian Resort Kulonprogo

c.q. Kanit Reskrim Polres Kulonprogo

Di-

Wates

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kafari

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jalan Mawar 303, Sentolo, Kulon Progo

Dengan ini melaporkan terjadinya dugaan perbuatan pidana yang dilakukan


oleh:

1. Renaya 3. Reno
2. Dipo 4. Marmo
Semuanya beralamat di Jalan Pegangsaan Jaya 678, Patuk, Gunungkidul,
selanjutnya mohon disebut sebagai terlapor.

Bahwa laporan ini didasarkan hal-hal sebagai beriku:

17
1. Bahwa pada tanggal 25 Maret 2011 pada jam 15.30 Wib, bertempat di
rumah pelapor jalan Mawar 303, Sentolo, Kulon Progo, para terlapor
(1,2,3 dan 4) telah melakukan perbuatan berupa: mencopot kusen
jendela dan pintu rumah paviliun milik pelapor. Perbuatan tersebut
dilakukan tanpa seijin pelapor;
2. Perbuatan para terlapor tersebut di duga berkaitan dengan persoalan
hutang pelapor kepada terlapor (Renaya) yang belum dilunasi oleh
pelapor, sehingga terlapor marah lalu melakukan perbuatan sebagaimana
tersebut dalam angka 1 di atas;
3. Akibat perbuatan para terlapor tersebut maka bangunan paviliun milik
pelapor tersebut rusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi;
Berdasarkan hal tersebut di atas menurut pelapor perbuatan para terlapor
tersebut telah memenuhi ketentuan Pasal 406 jo. Pasal 412 jo. Pasal 55 ayat (1)
KUHP, oleh karena itu kami berharap Kepala Kepolisian Resort Kulon Progo
dapat menindak lanjuti laporan kami ini untuk selanjutnya dapat melakukan
proses penyelidikan dan atau penuntutan sebagaimana mestinya.

Demikian laporan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.


Terima kasih.

Wates, Kulon Progo, 30 Juni 2011

Hormat Pelapor

Kafari

18
Pengaduan

Yogyakarta, Maret 2012

Kepada Yth,

KAPOLDA METROJAYA

di

Jakarta

HAL: Pengaduan Tentang Dugaan Telah Dilakukan Tindak Pidana Penggelapan

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini;

Andrianto Wisnu, beralamat Jl. Naroyono No. 34, Yogyakarta 55281,


selanjutnya disebut PENGADU.

Dengan ini Pengadu mengadukan orang bernama; Ny. S, mantan Kepala


Perwakilan Harian K di Jakarta, beralamat di Jl. Utan Kayu No. 85, Jakarta
Timur, yang selanjutnya disebut sebagai Teradu.

Adapun alasan-alasan Pengaduan Pengadu tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bahwa Teradu bekerja pada PT. BP. K, Yogyakarta sejak tanggal 1 Juni 1991;
2. Bahwa sejak 1 Maret 1997, Teradu dipercaya dan diangkat sebagai
Koordinator dan Pengelola Iklan harian K, Perwakilan Jakarta dan terhitung
1 Juni 1998 selain jabatannya yang lama tersebut, diangkat pula sebagai PJS
Kepala Perwakilan Harian K, di Jakarta;
3. Bahwa antara mulai bulan Maret sampai bulan September 1999, Teradu
telah melakukan serangkaian perbuatan Penggelapan uang hasil tagihan

19
iklan milik Perusahaan PT. BP. K, yang masuk melalui Perwakilan Harian K
Jakarta;
4. Bahwa adapun cara Teradu melakukan Penggelapan, dengan jalan Teradu
membuka rekening Giro atas nama PT. BP. K, di BNI. $^, Cabang Kramat
Raya, Jakarta Pusat, dengan Rek. No. A/C 0017001. Pada hal, PT. BP. K
Perwakilan Jakarta sudah mempunyai Rekening yang resmi dengan No. A/C
0000001 di Bank BNI 46, Cabang Kramat Raya, Jakarta Pusat;
5. Bahwa setiap uang masuk dan setoran kliring BG atau cek dari Biro-Biro
iklan, oleh Teradu dimasukan ke Rek. No. 0017001 yang telah dibuat oleh
Teradu dan tidak dimasukan lagi ke rekening asli dari PT. BP. K, bernomor
0000001 di Bank BNI 46 Cabang Kramat Raya, Jakarta Pusat;
6. Bahwa perbuatan Teradu tersebut, baru diketahui oleh karyawan
Perwakilan Jakarta, pada bulan Juni 1999 dan oleh saudara H, wakil Kepala
Perwakilan Jakarta, melakukan pengecekan dan menanyakan langsung
kepada Teradu tentang perbuatannya tersebut, dan saat itu Teradu telah
mengakui perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi
perbuatannya itu;
7. Bahwa pada bulan September 1999, saudara H mengecek lagi laporan
keuangan, ternyata teradu terus melakukan perbuatannya menggunakan
uang perusahaan. Akhirnya saudara H melaporkan ke PT. BP. K Pusat di
Yogyakarta. Lalu kemudian Pengadu menugaskan seorang karyawan
bernama B melakukan audit laporan keuangan dari perwakilan Jakarta;
8. Bahwa dari hasil audit ternyata, uang Perusahaan yang telah digelapkan oleh
Teradu berjumlah lebih kurang Rp. 290.000.000,- dan jumlah ini pun setelah
diadakan perhitungan bersama dengan Teradu. Dan pada saat itu, Oktober
1999, Teradu telah mengaku menggunakan uang perusahaan sejumlah
tersebut dan sanggup mengembalikannya. (terlampir bukti rincian uang
yang telah digunakan oleh Teradu);
9. Bahwa sejak 15 Nopember 1999, Teradu sudah tidak pernah masuk kerja di
Perwakilan Jakarta lagi dan sejak itu pula inventaris perusahaan, sudah raib
dibawa oleh Teradu;
10. Bahwa sampai sekarang, Teradu tidak pernah lagi menghubungi Pengadu,
dan Pengadu tidak lagi mengetahui di mana Teradu berada;
11. Bahwa menurut Pengadu, perbuatan Teradu sebagaimana tersebut di atas
merupakan tindak Pidana Penggelapan sebagaimana diatur dalam pasal 372
KUHP.

20
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pengadu mohon kepada KAPOLDA
METROJAYA menerima pengaduan Pengadu dan selanjutnya mohon kepada
Kapolda Metrojaya untuk memproses kasus tersebut dan diteruskan sampai
kepada penuntutan.

Hormat kami,

Pengadu,

Suan Wanto

21
Pernyataan

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : H. J A M A L

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl.Bantul KM 5 Bantul Yogyakarta

Status : Tersangka (disangka telah melakukan perbuatan pidana pasal


359 jo 360 KUHP, dan dalam penahanan Polsek Piyungan .

Dengan ini mengaku dan menyatakan dengan benar dan sesungguhnya, apabila
permohonan penagguhan /pengalihan status penahan yang diajukan oleh
Penasihat Hukum saya dikabulkan, maka saya bersedia dan sanggup :

1. Bahwa saya tidak akan melarikan diri


2. Bahwa saya tidak akan menghilangkan/ merusak barang bukti
3. Bahwa saya tidak akan mengulangi /melakukan perbuatan pidana lainnya.
4. Bahwa saya tidak akan mempersulit pemeriksaan perkaranya
5. Bahwa saya akan selalu hadir setiap dibutuhkan kehadirannya dalam
rangka memperlancar pemeriksaan perkara ini.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan benar dan sesungguhnya,
apabila saya tidak mengindahkan pernyataan saya tersebut saya bersedia untuk
diproses sebagaimana hukum yang berlaku.

Yogyakarta, 30 Juni 2012

Yang menyatakan

H. J A M A L
22
Pernyataan Penjaminan

SURAT PERNYATAAN PENJAMINAN


Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : H.J UNAIDI

Jabatan : Camat Kepala Wilayah Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta.


Alamat : Jl.Taman Siswa No. 50 Yogyakarta

selaku kakak kandung dari orang yang bernama H.Jamal, alamat Jl. Bantul
KM 5 Bantul, Yogyakarta, yang pada saat ini berstatus sebagai Tersangka
(disangka telah melakukan perbuatan pidana pasal 359 jo 360 KUHP) dan
dalam penahanan Polsek Piyungan .

Dengan ini mengaku dan menyatakan dengan benar dan sesungguhnya, apabila
permohonan penagguhan/pengalihan status penahanan yang diajukan oleh
Penasihat Hukum adik saya tersebut dikabulkan, maka saya bersedia dan
sanggup menjamin bahwa adik saya tersebut tidak akan :

1. Melarikan diri
2. Menghilangkan/ merusak barang bukti
3. Mengulangi/melakukan perbuatan pidana lainnya.
4. Mempersulit pemeriksaan perkaranya, dan akan selalu hadir setiap
dibutuhkan kehadirannya dalam rangka memperlancar pemeriksaan
perkara ini.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan benar dan sesungguhnya,
apabila saya tidak menindahkan pernyataan saya tersebut saya bersedia untuk
diproses sebagaimana hukum yang berlaku.

Yogyakarta, 30 Juni 2012

Yang menyatakan

H. J U N A I D I

23
Permohonan Pinjam Barang Bukti

Hal. : Permohonan peminjaman barang bukti

Lamp : Surat pernyataan kesanggupan

Kepada Yth,

Kapolres Sleman

Di –

Sleman

Dengan Hormat,

Kami yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Abdul Manaf Santoso, SH., MH

Pekerjaan : Advokat

Alamat : Kantor Advokat Manaf & Rekan di Jl. Barat No. 20 Yogyakarta

Berdasarkan surat kuasa Khusus tertanggal 25 Maret 2015 dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Klien kami

Nama : DADANG S MUNANDAR

Umur : 49 Tahun

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Ampera Nomor 46 Sleman, Yogyakarta

24
Sebagai korban tindak pidana pencurian yang dikualifikasikan melanggar Pasal
362 KUHP, dengan ini mengajukan permohonan peminjaman barang atau alat
bukti berupa Mobil Honda Jazz warna Biru metalik, Nopol AB XXX MA, nomor
mesin, XZ 09812-BG35, nomor rangka JZ 8179-K-39016 atas nama klien kami
Dadang S. Munandar yang telah disita Penyidik berdasarkan Penetapan
Pengadilan Negeri Sleman No. 309/Pen/III/2015/PN.Slm tertanggal 22 Maret
2015. Permohonan ini kami dasarkan atas hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa barang bukti tersebut sangat diperlukan untuk mobilitas pekerjaan


klien kami;
2. Bahwa klien kami tidak akan merusak, menghilangkan dan atau
mengalihkan barang atau alat bukti tersebut kepada orang lain.
3. Bahwa klien kami sanggup dan berjanji akan menghadirkan apabila
sewaktu-waktu barang atau alat bukti tersebut dipergunakan untuk
kepentingan penuntutan di pengadilan.
Demikian permohonan ini kami ajukan, atas dikabulkannya kami ucapkan
terima kasih.

Yogyakarta, 18 Juni 2015

Hormat kami

Penasihat Hukum

Abdul Manaf Santoso, SH., MH

25
Permohonan Pengalihan Status Penahanan

Lamp : 1 (satu) bendel

Hal : Permohonan Pengalihan Status Penahanan

Kepada Yang Terhormat:

Kapolsek Piyungan

di-

PIYUNGAN-BANTUL

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini kami:

Sugeng Hariyanto, SH., Abdul Hamid, SH., Advokat, alamat Jl. Taman
Siswa No.100 Yogyakarta, berdasarkan surat kuasa tanggal 29 Juni 2015, dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama klien kami bernama H. Jamal, Pekerjaan
Swasta, alamat Jl.Bantul KM 5 Bantul,Yogyakarta, status sebagai tersangka
dalam perkara pidana sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 359 KUHP
jo. Pasal 360 KUHP, selanjutnya sebagai PEMOHON

Sehubungan dengan penahanan klien, dengan ini kami mohon kepada Bapak
Kapolsek Piyungan berkenan melakukan pengalihan status penahanannya dari
rumah tahanan negara menjadi tahanan kota. Adapun permohonan ini diajukan
atas hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa klien kami sebagai kepala keluarga dan sekaligus sebagai penopang
kehidupan keluarga, satu-satunya pencari nafkah dalam rumah tangga,
sehingga keberadaannya mencari nafkah sangat penting untuk
keluarganya;
2. Bahwa tindak pidana yang disangkakan terhadap Tersangka adalah karena
kealpaan, oleh karenanya wajar jika Tersangka meminta pengalihan status

26
tahanan, karena keberadaan Tersangka di luar rumah tahanan nyata-nyata
tidak membahayakan orang lain;
3. Bahwa klien kami tersebut di atas tidak cukup bukti untuk menimbulkan
kekhawatiran untuk melarikan diri, sebab sejak di dalam penyidikan
sampai dengan diajukan permohonan ini, klien kami tidak melarikan diri;
4. Bahwa klien kami maupun orang tuan klien kami telah membuat
pernyataan bahwa klien kami tidak akan melarikan diri, merusak atau
menghilangkan alat atau barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana
lagi;
5. Bahwa klien kami tidak akan mempersulit proses pemeriksaan
(penyidikan) yang berkaitan dengan perkara ini;
6. Bahwa untuk memperkuat permohonan ini kami lampirkan pernyataan
menjamin baik dari klien kami, maupun dari keluarga klien kami
(Permohonan terlampir)
Demikianlah permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan perkenannya
diucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 30 Juni 2015

Hormat Kami,

1.SUGENG HARIYANTO, SH 2. ABDUL HAMID, SH.

27
Permohonan Pra Peradilan

Hal : PERMOHONAN PRA PERADILAN

Lamp : Surat Kuasa

Kepada Yth.

KETUA PENGADILAN NEGERI SURABAYA

di-

SURABAYA

Untuk dan atas serta kepentingan Hukum :

1. Abdurrahman, Laki-laki, umur 34 tahunb, warga Negara Indonesia


beragama Islam, pekerjaan Pendamping Tim pengacara Muslim,
bertempat tinggal di JL. Kaliurang KM.15 Yogyakarta untuyk selnjutnya
disebut PEMOHON
2. Muhammad Ibrahim, laki-laki, tempat tanggal lahir Banyunwangi 17
November 1976, warga negara indonesia, beragama Islam, pekerjaan
Wartawan Buletin laskar Jihad, bertempat tinggal di Jl.Prambanan
No.103 RT 01 RW 01 Penganjuran, Kec Banyuwangi, Kabupaten
Banyuwangi , propinsi Jawa Timur, untuk selanjutnya disebut
PEMOHJON-2

Dalam hali ini diwakli oleh kuasa Hukumnya berdasarkan surat kuasa
bermaterai cukup tertanggal 5 dessember 2001, dengan memberikan kuasa
kepada :

1. H. Muhammad Taufiq,SH
2. H. Achmad Michdan, SH
3. A. Wirawan, SH
4. H.M. Mahendradatta, SH

28
5. M. Rahmana Marasabessy, SH
6. Alfried Maresel, SH, MBL
7. Amala Ghofur, SH
8. Andy Yudha, SH
9. Iman Nurhaeman, SH
10. Hasan Ohorella , SH
11. Nasrun Kalianda, SH
12. Suyanto, SH
13. Edy Suryono, SH
14. Cucuk Hariyadi, SH
Advocad/ Asisten Advokat/Pengacara yang tergabung dalam Tim Pengacara
Muslim yang berkantor di Jl. Manukan Lor 4 K No.1 Surabaya. Berdasarkan
surat kuasa Khusus tertanggal 5 Desember 2001 untuk selanjutnya secra
bersama-sama disebut sebagai Pemohon.

Dengan Ini mengajukan Permohonan Praperadilan terhadap :

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA cq KEPALA KEPOLOISISAN


REPUBLIK INDONESIA cq. KEPALA LEPOLISIAN DAERAH JAWA TIMUR,
alamat di Jl. Ahmad Yani no.116 Wonocolo, Surabaya, sebagai Penyidik?
Penyidik Pembantu, selanjutnya disebut sebagai TERMOHON.

Adapun yang menjadi alas an Permohonan PEMOHON adalah sebagai berikut :

1. BAHWA PEMOHON-1 dalam kedudukannya sebgai tim Advokasi


sedangkan PEMOHON-2 sebagai wartawan Buletin Laskar Jihad yang
sekaligus sebagai pendampingan permasalahan insiden Ngawwi dari Tim
Pengacara Muslim bertugas guna mencari fakta Hukum, sejak hari
minggu pagi atas laporan adanya insiden pengrusakan dan pembakaran
rumah Mukiyi Efendi Ketua Forum Umat Islam Ngawi (FUIN), oleh
Kelompok Preman yang tidak dicegah oleh aparat keamanan
(termohon), sehingga menimbulkan kerugian yang ditaksir sekitar
120.000.000 ( Seratus Dua Puluh Juta Rupiah) pada Hari Minggu 2
Desember 2001.
2. Bahwa Pada dini hari Minggu tanggal 2 Desember 2001 sekitar jam
02.00 WIB, PEMOHON-1 dan PEMOHON-2 Sedang berusaha
mendapatkan keterangan barang bukti sekitar tempat kejadian tiba di
Kantor DPD Laskar Jihad Di Jalan Ahmad Yani no. 10A, Ngawi namun
29
dikepung oleh (TERMOHON) yang terdiri dar kelompok aparat
kepolisian dari Ngawi maupun POLDA Jawa Timuryabng kurang lebih
berjumlah sekitar 100 orang bersenjata lengkap mengepung dan dengan
pengeras suara memerintahkan agar anggota laskar jihad yang berada di
kantor tersebut membubarkan diri dengan ancaman ditembak atau
dibunuh.
3. Kemudian PEMOHON-1 menghubungi Tim Pengacara Muslim (TPM)
Jakarta untuk melaporkan situasi yang terjadi dan mendapatkan
penjelasan agar menanyakan kepada rombongan TERMOHON untuk
menyilahkan pimpinannya dan maksud serta tujuannya dan diminta agar
memperlihatkan surat tugas dan atau surat perintah, namun pimpinan
dari rombonganTERSEBUT tak menggubris melainkan tetap
mengultimatum, setelah hitungan kesepuluh mereka akan diserbu maka
TPM Jakarta menganjurkan agar PEMOHON-1 menyerahkan telepon
genggamnya kepada TERMOHON untuk diminta berbicara dengan
salah satu TIM pengacara Muslim di Jakarta tetapi pihak TERMOHON
juga tidak bersedia , kemudian Tim Pengacara Muslim meminta
Pemohon-1 dan beberapa anggota Laskar Jihad untuk keluar kantor dan
membicarakan apoa yang diinginkan oleh TERMOHON, kemudian
PEMOHON-1 bersama 3 orang lainnya antara lain : sdr. Mukiyi Efendi,
dan Agung serta Pemohon-2, selanjutnya diperintahkan oleh termohon
agar mereka bersama-sama ke kantor TERMOHON di POLRES Ngawi.
Untuk selanjutnya PEMOHON-1 dan PEMOHON-2 kemerdekaannya
dirmpas oleh TERMOHON dan para PEMOHON tidak lagi
diperbolehkan pulang selanjutnya diperlakukan secara tidak manusiawi
di bentak-bentak dinaikkan ke dalam 2 (dua) truk pasir, diangkut
bersama-sama 80 orang Laskarlainnya dengan diperlakukn seperti
binanatang dalam kondisi berhimpitan, dipaksa menundukkan kepala
dengan ancaman kalau mengangkat kepala maka akan ditembak.
Sesampainya di tempat tujuan, para PEMOHON digiring di bawa oleh
TERMOHON di kantornya di MAPOLDA JAWA-TIMUR seterusnya
ditahan hingga saat ini sampai diajukannya permohonan perkara
praperadilan ini.
4. Bahwa TERMOHON telah melakukan penangkapan terhadap
PEMOHON tanpa sebelumnya menunjukan surat tugas. Termohon juga
tidak pernah memberikan kepada para PEMOHON surat perintah
penangkapan. Atas absennya dua dokumen ini TERMOHON telah
melanggar ketentua pasal 18 ayat 1 (KUHAP).
30
5. Di samping itu ternyata atas penangkapan yang dilakukan terhadap para
PEMOHON, TERMOHON juga tidak pernah memeberikan tembusan
surat Perintah Penangkapan kepada keluarga para Pemohon. Hal ini
melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (3) KUHAP.
6. Bahwa TERMOHON telah melakukan penangkapan seta penahanan
terhadap para PEMOHON yang sama sekali tidak tersangkut dengan
perbuatan pidana apapun, sehingga sama sekali tidak terdapat bukti
permulaan apapun pada diri para PEMOHON untuk dapat dilakukan
penangkapan apalagi penahanan. Hal ini jelas merupakan pelanggaran
berat prosedur KUHAP, Khususnya pasal 17 dan pasal 20.
7. Bahwa para PEMOHON sama sekali tidak mempunyai indikasi apapun
melakukan tindak pidana, melainkan sedang melakukan investigasi atas
insiden di Ngawi. Sehingga perlakukan terhadap Para PEMOHON oleh
TERMOHON merupakan tindakan yang semena-mena, yang tidak saja
bertentangan denagn KUHAP namum=n juga melanggar UU RI No.28
tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13,14,
dan 19 serta Undang-undang Hak asasi Manusia NO. 39 Tahun 1999,
pasal 1 ayat 1 s/d7, pasal 2 s/d pasal 9.
Berdasarkan atas alasan-alasan di atas, maka para PEMOHON memohon kepada
Ketua Pengadilan Negeri Surabaya agar berkenan untuk memutuskan hal-hal
sebagai berikut :

1. Mengabulkan Permohonan Praperadilan PEMOHON untuk


keseluruhan.
2. Menyatakan penangkapan dan Penahanan oleh TERMOHON terhadap
para PEMOHON adalah tidak SAH.
3. Memerintahkan kepada TERMOHON untuk melepaskan dan
membebaskan para PEMOHON dari penahanan serta melakukan
permohonan maaf di 7( tujuh) media elektronik dan cetak 7 (tujuh) hari
berturut.
4. Menghukum TERMOHON untuk memberikan ganti rugi kepada para
PEMOHON masing-masaing sebesar Rp.5.000.000,-(lima juta Rupiah).

31
Apabila Pengadilan Negeri Surabaya berpendapat lain mohon putusan seadil-
adilnya.

Surabaya,7 Desember 2013

Hormat Kami

Kuasa Para PEMOHON

Muhammad Taufiq, SH H.Achmad Michdan,SH A. Wirawan adnan,SH

HM.Mahendradatta,SH, RachmanMarasabessy,SH AlfreidMaraesi,SH.,Msi

MAM.

Amal Ghofur, SH Andi Yudha, SH Iman Nurhaeman,


SH

Hasan Ohorella, SH Nasrun Kalianda,SH Suyanto, SH

Fabil Muhammad,SH Edy Suryono, SH Cucuk Hariyadi,


SH

32
Contoh Surat Dakwaan

'KEJAKSAAN NEGERI BANTUL

"UNTUK KEADILAN"

P-29

SURA T DAKWAAN

No. Reg. Perk. : PDM - 25 I BNTUL I 02 / 2013

I IDENTITAS TERDAKWA:

Nama lengkap : Wahono Nugrahantono

Tempat lahir : Bantul

Umur/tanggal lahir : 25 tahun/2 Maret 19r.O

Jenis kelamin : Laki-Iaki

Kebangsaan/ kewarganegaraan : Indonesia

: Dusun Sawit RT. 03, Desa Panggunghatjo,


Tempat tinggal
Kecamatan

Sewon, Kabupaten Bantul

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SD (tamat)

33
II. PENAHANAN
Penyidik POLRI menahan sejak tanggal 2 Januari 2013 sampai dengan
tanggal 21 Januari 2013. Diperpanjang oleh Kepala Kejaksaan Negeri Bantu!
sejak tanggal 22 Januari 2013 sampai dcngan tanggal 2 Maret 2013. Ditahan
oleh Jaksa Penuntut Umum sejak tanggal 1 Maret 2013 sampai dengan
tanggal 20 Maret 2013

III. DAKWAAN
Bahwa ia terdakwa Wahono Nugrahantono pada hari Sabtu tanggal 1
Januari 2013 sekira jam 00.30 WIB atau setidak-tidaknyu pada waktu-
waktu lain dalam bulan Januari 2013 bertempat di perempatan jalan datum
komplek Perumahan Sidoarum, kec.Godean, Kab.Sleman, atau setidak-
tidaknya di suatu tempal lain yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Bantul, dengan sengaja telah melakukan penganiayaan
terhadap saksi korban Korie yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bahwa terdakwa Wahono Nugrahantono pada waktu dan tempat seperti,
tersebut di atas sewaktu terdakwa lewat di jalan depan Perumahan Sewon
Asri, dihentikan oleh saksi Korie lalu terdakwa berhenti, lalu bilang "ada
apa" dengan nada kasar kemudian dijawab oleh saksi Korie"kamu naik
motor kok kencang-kencang" dan dijawab oleh terdakwa "saya tidak
kencang hanya suara knalpot saya yang keras", Oleh karena terdakwa
merasa tersinggung diperingatkan oleh saksi Korie maka terjadi cekcok
antara korban Korie dengan terdakwa. Setelah beberapa saat kemudian
saksi Trionoharjo al Diyono (bapak terdakwa) dan saksi Trianto al Golek
(kakak terdakwa) datang menemui saksi Korie dan terjadi pertengkaran.
Karena memang sebelumnya keluarga terdakwa pernah dikecewakan oleh
keluarga korban Korie karena telah ditolak waktu melamar adik saksi
korban Korie yang bernama Reni Suharto yang telah hamil karena
perbuatan terdakwa. Setelah saksi Diyono dan saksi Golek dilerai oleh saksi
Bejo al Konde lalu mereka pulang ke rumah. Sementara itu terdakwa
datang lagi menemui saksi Korie sambil membawa sebilah golok dengan
panjang kurang lebih 39 cm di tangan kanannya dan terjadilah perkelahian

34
dengan posisi saling berhadapan. Terdakwa membacok 2 (dua) kali namun
bacokan yang pertama korban dapat menghindar, sedangkan yang kedua
terdakwa mengayunkan golok dengan cara golok diayunkan dari atas
dengan tangan kanan dan mengenai kepala bagian belakang atas dan
akibatnya saksi korban Korie jatuh dan di kepala bagian belakang atas
mengalami luka sobek. Setelah membacok terdakwa pergi meninggalkan
korban. Akibat perbuatan terdakwa, korban Korie harus opname selama 2
(dua) hari dan di kepala bagian belakang dijahit 7 (tujuh). Hal tersebut
diperkuat dengan Visum Et Repertum dengan nomor 90/E-II/V1S/l/2013
tanggal 3 Januari 2013 yang dibuat dan ditanda tangani oleh Dokter RSU
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Dr. H. Wisbento, SpB. yang
menerangkan :

Keadaan umum : Baik

Luka-luka : luka bacok pada kepala bagian belakang atas


dengan ukuran lima belas kali satu setengah
kali dua centimeter.

Kesimpulan : luka bacok kemungkinan oleh karena


benturan dengan benda tajam

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana sesuai pasal 351
ayat (1) KUHP.

Bantul, 25 Maret 2013


JAKSA PENUNTUT UMUM

JAKSANTINI, SH., MH
AJUN JAKSA NIP. 230026119

35
Contoh Surat Keberatan (Eksepsi)

E K S E P S I
ATAS NAMA PARA TERDAKWA

HARMOYO bin Herjoko

TAROJO bin Purnoko

SUNGKORO bin Walido

MARDOCO bin Joyoto

DALAM PERKARA PIDANA NOMOR: 789/Pid.B /2007/PN.Wt.


Oleh Tim Pembela :

ARTOMO GAGAHANTO, SH.,M.Hum.,

TANTRINA FEMINA,SH.,MM.

Kantor Advokat T & T Jalan Punokawan Nomor 45678 Kota Yogyakarta.

Kepada Yang Terhormat,

MAJELIS HAKIM PEMERIKSA


Perkara Pidana No. 789/Pid.B /2007/PN.Wt.
Pada Pengadilan Negeri Wates
di-

II. KULONPROGO

Saudara Majelis Hakim Yang kami hormati

Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang kami hormati


36
Sidang Pengadilan Negeri Wates yang terhormat,

Sehubungan dengan dengan adanya Surat Dakwaan dari Rekan Jaksa Penuntut
Umum, maka perkenankanlah kami menyampaikan Eksepsi atas nama para
Terdakwa HARMOYO bin Herjoko,TAROJO bin Purnoko, SUNGKORO bin
Walido dan MARDOCO bin Joyoto, sebagai berikut :

TENTANG JPU SALAH DALAM MENERAPKAN HUKUM DALAM


SURAT DAKWAANNYA

1. Bahwa surat dakwaan saudara Jaksa Penuntut Umum nyata-nyata telah


salah dalam menerapkan hukum atau pasal yang seharusnya didakwakan
kepada para Terdakwa, hal ini dikarenakan pengrusakan mobil tersebut
dilakukan secara bersama-sama dan dilakukan di muka umum Dengan
demikian jelas-jelas tidak tepat apabila para Terdakwa di dakwa telah
melanggar pasal 406 ayat (1) KUHP.
2. Bahwa pengenaan dakwaan yang tepat terhadap tindak pidana yang
dituduhkan kepada para Terdakwa tersebut adalah pasal 170 ayat (1)
KUHP, hal ini dikarenakan unsur-unsur di muka umum, secara bersama-
sama, melakukan kekerasan terhapap barang terdapat dalam formulasi
pasal 170 ayat (1) KUHP.

TENTANG SURAT DAKWAAN KABUR/OBSCUURE LIBELE

1. Bahwa surat dakwaan saudara Jaksa Penuntut Umum telah nyata-nyata


tidak jelas dan mengandung kekaburan hal ini dikarenakan uraiannya
tidak dilakukan secara cermat, jelas dan lengkap yang hal tersebut
adalah, tidak diuraikan dengan cara apa, bagaimana serta menggunakan
apa pengrusakan mobil tersebut dilakukan oleh para Terdakwa.
2. Bahwa kekaburan tersebut juga kita temui dalam hal identitas mobil
yang dirusak para Terdakwa yang nyata-nyata tidak jelas, yakni tentang
merek mobil, nomor polisi, tahun pembuatan, warna serta atas nama
siapa mobil tersebut. Ketidakjelasan identitas tersebut jelas-jelas dapat
berakibat salah atau tidak tepatnya obyek sasaran pengrusakan ataupun
terkait barang bukti yang ada dalam perkara a quo.

37
3. Bahwa berdasarkan pasal 143 ayat (3) KUHAP, maka surat dakwaan
yang tidak diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap batal demi hukum.

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Surat Dakwaan saudara


Jaksa Penuntut Umum batal demi hukum atau setidak tidaknya dinyatakan tiak
dapat diterima.
Berdasarkan hal hal tersebut diatas,maka dengan ini mohon kepada
Bapak/Ibu Majelis Hakim agar membrikan putusan sebagai berikut :

PRIMAIR ;
1. Menerima dan mengabulkan eksepsi kami untuk seluruhnya.
2. menyatakan secara hukum bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum batal
demi hukum atau setidak tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.
3. Membebankan seluruh biaya perkara ini kepada negara.

SUBSIDAIR
Memberikan putusan yang seadil-adilnya.

Demikianlah Eksepsi ini kami sampaikan, atas perhatian dan perkenan


Majelis Hakim pemeriksa perkara pidana ini, kami sampaikan terima kasih.

Yogyakarta, 2 Juli 2007


Hormat kami :

1. ARTOMO GAGAHANTO, SH.,M.Hum.,

2. TANTRINA FEMINA,SH.,MM.

38
Nota Pembelaan (Pledooi)

NOTA PEMBELAAN (PLEDOOI)


DALAM PERKARA PIDANA NO. 67/PID. B/2001/PN. SLMN.
PADA PENGADILAN NEGERI SLEMAN
Atas Nama Terdakwa : Totok Werdo
===================================================================

Yogyakarta, 8 Oktober 2001

Kepada yang terhormat

Majelis Hakim Pemeriksa Perkara Pidana

No. 67/Pid. B/2001/PN. Slmn.

Pada Pengadilan Negeri Sleman

di -

SLEMAN

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan ;

Saudara Penuntut Umum Yang Kami Hormati ;

Sebelum kami sampaikan Pembelaan, perkenankanlah kami mengucapkan


terima kasih dan penghargaan yang setingi-tingginya kepada Majelis Hakim
Pemeriksa Perkara yang telah berkenan memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya serta waktu yang cukup kepada kami untuk mempersiapkan Nota
Pembelaan terhadap Terdakwa Toto Werdo sehubungan dengan adanya
tuntutan pidana yang diajukan oleh saudara Penuntut Umum. Selanjutnya agar
penyampaian Pledooi kami lebih terarah, maka pledooi ini akan kami sajikan
secara sistematika sebagai berikut :

39
I. PENDAHULUAN
II. MENGENAI SURAT DAKWAAN
III. FAKTA-FAKTA YANG TERUNGKAP DIPERSIDANGAN
IV. ULASAN HUKUM ATAS FAKTA-FAKTA YANG TERUNGKAP DI
PERSIDANGAN
V. PERMOHONAN DAN PENUTUP

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan ;

Saudara Penuntut Umum Yang Kami Hormati ;

Pada hari ini, hari yang paling menentukan dalam hidup seseorang,
perkenankanlah kami Penasihat Hukum Terdakwa, menyampaikan serta
membacakan pembelaan kami, terhadap Terdakwa yang telah di dakwa
melakukan perbuatan pidana PENIPUAN sebagaimana diatur dan diancam
dalam Pasal 378 KUHPidana Jo. Pasal 65 ayat (1) KUHPidana oleh saudara
Penuntut Umum. Kita semua, khususnya yang hadir dalam persidangan ini,
telah sama-sama mengetahui, arti sebuah Pidana dan Pemidanaan bagi
seseorang yang sebelumnya tidak pernah mengalaminya, kemudian
bagaimana pula dengan pandangan masyarakat terhadap mereka yang
menjadi Terpidana;

Bahwa kekhilafan dan salah adalah selalu menjadi milik manusia dan kebenaran
serta kesempurnaan adalah mutlak milik tuhan yang maha esa (erare humanun
est) dengan berpedoman pada prinsip tersebut diatas, maka kasus yang dihadapi
oleh terdakwa sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang bisa saja terjadi
kepada siapa pun termasuk kepada kita para penegak hukum sekali pun. oleh
karenanya, apa yang sekarang dialami oleh terdakwa ini dapat menjadikan kita
bersama lebih berhati-hati lagi dan bertindak serta berperilaku.

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan;

Saudara Penuntut Umum Yang Kami Hormati ;

40
Perkenankanlah terlebih dahulu kami mengetengahkan nuansa-nuansa
pandangan terhadap kedudukan dan kesalahan Terdakwa Toto Werdo alias
Wedok, yang menurut hemat kami agar dapat memperoleh pemahaman
yang menyeluruh terhadap kedudukan dan kesalahan Terdakwa, sehingga
nantinya terungkap hakekat-hakekat kebenaran dan keadilan yang mutlak
diperlukan dalam mVenalai kedudukan faktual maupun yuridis dan juga
kondisi batin Terdakwa ;

Dalam dunia peradilan, walaupun kita Penasihat Hukum, Hakim dan


Penuntut Umum adalah sama-sama penegak hukum bukan berarti didalam
forum pengadilan ini tidak terjadi perbedaan-perbedaan pendapat, namun
justru dengan adanya perbedaan pendapat tersebut diharapkan akan
ditemukan mutiara kebenaran materiil dan kebenaran sejati seperti yang
kita harapkan semua. Dan yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan
oleh Majelis Hakim Yang Mulia adalah bahwa Terdakwa merupakan pelaku
pemula atau baru pertama kali melakukan tindak pidana penipuan
sebagaimana didakwakan oleh saudara Penuntut Umum (First Offender) ;

Akhirnya hanyalah perkenan serta kebijakan dari Yang Mulia Majelis Hakim
yang dapat kami harapkan, dalam memberikan putusan yang seadil-adilnya
terhadap Terdakwa melihat usia Terdakwa yang sudah lanjut dan kesehatannya
yang kian menurun.

II. MENGENAI SURAT DAKWAAN

Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa didalam tiap-tiap perkara


pidana, surat dakwaan menduduki tempat yang sangat penting karena surat
dakwaan merupakan dasar dari pemeriksaan dipersidangan dan juga
merupakan dasar dari keputusan yang akan dijatuhkan oleh pengadilan
nantinya. Setelah kata-kata permulaan atau pendahuluan tersebut diatas,
kami mohon perhatian lebih jauh tentang surat dakwaan yang dikemukakan
oleh saudara Penuntut Umum terhadap Terdakwa :

Bahwa ia Terdakwa, pada hari dan tanggal yang sudah tidak dapat diingat
lagi secara pasti, antara bulan Maret 2000 sampai dengan bulan Maret 2001,

41
atau setidak-tidaknya pada waktu didalam tahun 2000 sampai dengan 2001,
bertempat diasrama POLRI, POLSEK Denok, Dusun Mancanegoro,
Kecamatan Denok, Kabupaten Sleman atau setidak-tidaknya pada suatu
tempat lain yang masih masuk daerah Pengadilan Negeri Sleman, telah
melakukan beberapa perbuatan berbarengan yang harus dipandang sebagai
perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri, dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum,
dengan mempergunakan nama palsu atau suatu sifat palsu, dengan
mempergunakan akal dan tipu muslihat, dengan rangkaian kata-kata
bohong, menggerakkan seseorang untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya atau supaya memberikan hutang, ataupun menghapuskan
piutang, yang dilakukan dengan cara yaitu :

Bahwa Terdakwa mengaku berasal dari Angkatan Darat yang berpangkat


LETNAN KOLONEL yang sama sekali tidak mempunyai wewenang untuk
menentukan seseorang dapat tidaknya diterima sebagai pegawai pada suatu
Instansi, tetapi Terdakwa telah mengaku, bahwa Terdakwa dapat
memasukkan seseorang untuk dapat diterima menjadi Pegawai pada
beberapa Instansi antara lain di PT. INDOSALAM dan PT. POSINDO, dan
bagi pemohon pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yaitu membuat surat
permohonan yang ditujukan kepada Instansi yang dimaksud dengan
melampirkan : Foto copy Ijazah SD sampai Ijazah Sarjana dan daftar nilai,
Surat Keterangan Berkelakuan Baik, fotokopi Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Daftar Riwayat Hidup, Pas Photo 4x6 sebanyak 6 (enam) lembar,
Foto Copy Kartu Keluarga, Foto Copy Akte Kelahiran, Surat Lamaran
bermaterai Rp.2001, Surat Keterangan Dokter, beserta sejumlah uang
administrasi/pelicin yang besarnya bervariasi tergantung pada Instansi apa
yang akan dilamar ;

Kemudian Terdakwa mengatakan dalam hal memasukkan tenaga kerja atau


seseorang mencari pekerjaan, bisa berhasil bekerja dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan hingga 6 (enam) bulan, mendengar kata-kata yang diucapkan
Terdakwa tersebut, apalagi Terdakwa mengaku dari Angkatan Darat
berpangkat LETNAN KOLONEL maka para pemohon/orang yang ingin

42
untuk melamar pekerja merasa yakin dan percaya akan kata-kata Terdakwa
tersebut sehingga pelamar/pemohon pekerjaan (para saksi korban) tergerak
hatinya serta terbujuk dan menyerahkan sejumlah uang mereka masing-
masing melalui saksi (1) I SINYONYONG, kemudian sejumlah uang tersebut
olah saksi (1) I SINYONYONG diserahkan kepada Terdakwa, dengan
harapan agar dapat diterima bekerja sebagai pegawai pada Instansi yang
dijanjikan oleh Terdakwa, adapun saksi-saksi korban yaitu:

1. Saksi Korban LERAMASATI, SE


Pada bulan Nopember 2000 menyerahkan uang sejumlah Rp.
8.000.000,- (delapan juta rupiah) untuk masuk bekerja di PT.
INDOSALAM Solo;

2. Saksi Korban HALADE MORAN, SH


Pada bulan Desember 2000 menyerahkan uang sejumlah Rp.
15.000.000,- (lima belas juta rupiah) untuk masuk bekerja di PT.
INDOSALAM Surabaya ;
3. Saksi Korban SETO HANAFI, SH
Pada bulan Desember 2000 menyerahkan uang sejumlah Rp.
15.000.000,- (lima belas juta rupiah) untuk masuk bekerja di PT.
INDOSALAM Wonosobo ;
4. Saksi Korban VELO RISIA Binti SESANDA
Pada bulan Februari 2001 menyerahkan uang sejumlah Rp.
15.000.000,- (lima belas juta rupiah) untuk masuk bekerja di PT.
POSINDO Yogyakarta ;
5. Saksi Korban Drs. DEHARI
Pada bulan Maret 2001 menyerahkan uang sejumlah Rp.
18.000.000,- (delapan belas juta rupiah) untuk masuk bekerja di PT.
INDOSALAM Solo/Sukoharjo ;
6. Saksi Korban ANDRI IRWAN FANANI
Pada bulan Desember 2000 menyerahkan uang sejumlah Rp.
15.000.000,- (lima belas juta rupiah) untuk masuk bekerja di PT.
INDOSALAM Yogyakarta ;
7. Saksi Korban ARIF ADIYANA
Pada bulan Januari 2001 menyerahkan uang sejumlah Rp.
15.000.000,- (lima belas juta rupiah) untuk masuk bekerja di PT.
INDOSALAM Solo ;

43
8. Saksi Korban BUDI SANTOSO
Pada bulan Desember 2000 menyerahkan uang sejumlah Rp.
15.000.000,- (lima belas juta rupiah) untuk masuk bekerja di PT.
INDOSALAM Indonesia.
9. Saksi Korban ARIFA SETIAWAN
Pada bulan Desember 2000 menyerahkan uang sejumlah Rp.
8.000.000,- (delapan juta rupiah) untuk masuk bekerja di PT.
INDOSALAM Solo.

Setelah Terdakwa menerima surat-surat lamaran dan uang tunai sebagai


uang administrasi/pelicin yang jumlah seluruhnya ± Rp. 124.000.000,-
(seratus dua puluh empat juta rupiah) dari ke - 9 (sembilan) saksi korban
tersebut, kemudian untuk meyakinkan para saksi korban/para pelamar,
selanjutnya Terdakwa memberikan janji-janji kepada saksi korban / para
pelamar, bahwa dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sampai 6 (enam) bulan
sudah diterima sebagai pegawai / karyawan dan langsung bekerja di PT.
INDOSALAM dan PT. POSINDO, tetapi kenyataannya apa yang dijanjikan
oleh Terdakwa tersebut sama sekali tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya atau hanyalah merupakan kata-kata bohong belaka dan bujukan
belaka, dan juga Terdakwa sama sekali tidak menyerahkan surat-surat
lamaran para saksi korban kepada Instansi yang dikatakan oleh Terdakwa,
dan hanya disimpan dirumah Terdakwa, yang akhir kenyataannya para
saksi korban sama sekali tidak ada yang diterima bekerja di kantor atau
Instansi-Instansi yang dijanjikan oleh Terdakwa, dan uang yang diterima
oleh Terdakwa sejumlah Rp. 124.000.000,- (seratus dua puluh empat juta
rupiah) dari para saksi korban tersebut sama sekali tidak ada yang
diserahkan kepada Instansi-Instansi yang disebutkan oleh Terdakwa, untuk
uang administrasi/pelicin atau untuk biaya pendidikan, tetapi uang tersebut
oleh Terdakwa telah habis dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
untuk foya-foya, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 378
KUHP Jo. Pasal 65 ayai (1) KUHP;

Demikianlah dakwaan yang telah didakwakan oleh Saudara Penuntut Umum


kepada Terdakwa, maka untuk itu dalam bagian berikut ini juga akan kami
uraikan catatan dari hasil pemeriksaan dan pembuktian walaupun kami yakin
44
bahwa saudara Panitera Pengganti juga telah membuat berita acara pemeriksaan
saksi.

III. FAKTA-FAKTA YANG TERUNGKAP DIPERSIDANGAN

Fakta-fakta yang terungkap di persidangan meliputi : keterangan saksi-saksi,


keterangan Terdakwa dan barang bukti, berikut ini akan kami kemukakan
secara berturut-turut :

KETERANGAN SAKSI-SAKSI :

1. Nama : I SINYONYONG ( 39 Th )

Alamat : Asrama POLRI, Denok Sleman

Agama : Hindhu

Pekerjaan : Anggota POLRI.

Bahwa saksi dimuka persidangan dibawah sumpah menerangkan sebagai


berikut :

- Bahwa saksi tidak ada hubungan saudara dengan Terdakwa ;


- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa karena dikenalkan oleh
temannya yang bernama Rusydi Kunro, SH ;
- Bahwa perkenalan tersebut terjadi sekitar bulan Maret dan September
2000 ;
- Bahwa saksi mengatakan awal kejadian peristiwa pertama-tama
karena saksi minta tolong kepada Terdakwa untuk mencarikan
pekerjaan buat keponakannya dan oleh Terdakwa disanggupi ;
- Bahwa saksi percaya kalau Terdakwa seorang Letnan Kolonel adalah
dari segi Tutur Bahasanya dan dari Penampilannya yang menurut
saksi sangatlah sesuai kalau Terdakwa berpangkat Letnan Kolonel, dan

45
ditambah lagi dengan perlengkapan Terdakwa yang sempat saksi lihat
seperti sebuah tas doreng TNI AD dan sepucuk pistol standart TNI AD
serta posisi rumah dari Terdakwa;
- Bahwa setelah itu Terdakwa menyuruh saksi untuk menyiapkan atau
menyuruh membuat surat lamaran lengkap dengan lampirannya
sebagai berikut:
 Foto copy Ijasah SD s/d Ijasah Sarjana dan daftar nilai
 Surat Keterangan Berkelakuan Baik
 Foto copy Kartu Tanda Penduduk
 Daftar Riwayat Hidup
 Pas foto 4 x 6 sebanyak 6 (enam) lembar
 Foto copy Kartu Keluarga
 Foto copy Akte Kelahiran
 Surat Lamaran Bermaterai Rp. 2001
 Surat Keterangan Dokter
- Bahwa besar kecilnya uang administrasi yang menentukan adalah
Terdakwa ;
- Bahwa setelah jangka waktu ± 2 (dua) minggu setelah lamaran
diterima akan turun blangko isian dari PT. INDOSALAM ;
- Bahwa setelah Para Pelamar mengisi blangko isian maka ± 6 bulan
dari waktu pengisian blangko, sekitar awal Januari 2001 para pelamar
akan ada panggilan, namun sampai batas waktu yang dijanjikan belum
ada realisasinya ;
- Bahwa sekali lagi terdakwa mengatakan sekitar bulan April para
pelamar pasti akan diterima ;
- Bahwa setelah sekian lama tidak ada realisasinya maka saksi pada hari
Jum’at (bulan dan tanggal saksi tidak ingat lagi) berinisiatif menelpon
Terdakwa namun pada saat itu katanya Terdakwa masih ada rapat di
KODAM ;
- Bahwa pada pukul 11.00.WIB (Jum’at malam) Terdakwa menelepon
saksi dan mengatakan kalau Terdakwa mendapat kecelakaan di daerah
Ungaran ;
- Bahwa saksi mengatakan kalau telah ada kesepakatan antara saksi
dengan Penasihat Hukum Terdakwa, untuk saksi bersedia mencabut
laporannya dan oleh saksi laporannya telah dicabut dengan jaminan
bahwa terdakwa mengembalikan uang yang telah diterimanya
sejumlah Rp. 73. 700.000,- (tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu

46
rupiah) dan ini pun telah dipenuhi oleh Terdakwa dengan jalan
Terdakwa menjual mobil milik menantunya ;

2. Nama : FEBDISA ALFARO ( 28 )

Alamat : Jl. Garuda No. 45 Kilangan Klaten

Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta

- Bahwa saksi mengenal terdakwa dari I SINYONYONG;


- Bahwa saksi pernah ketemu dengan terdakwa pada saat saksi
mengantar Keterangan Syarat Lamaran (Susulan kekurangan syarat
lamaran) ;
- Bahwa saksi kena uang administrasi sebesar Rp. 15.000.000,- (lima
belas juta rupiah) dan uang diserahkan kepada I SINYONYONG ;
- Bahwa saksi pernah ketemu lagi dengan terdakwa sebanyak empat
kali, pada saat ada pertemuan di rumah I SINYONYONG ;
- Bahwa pertemuan tersebut membahas mengenai penempatan dan
lain-lain, yang menerangkan adalah terdakwa ;
- Bahwa saksi menyatakan 2 (dua) sampai 3 (tiga) minggu limit waktu
setelah isian blangko, baru ada panggilan ;
- Bahwa saksi setelah limit waktu lewat menanyakan hal tersebut
kepada I SINYONYONG;
- Bahwa penyerahan uang bulan Oktober 2000 yang menerima I
SINYONYONG & kwitansi yang memberi I SINYONYONG ;
- Bahwa saksi dijanjikan Januari ada panggilan namun sampai bulan
April nihil ;
- Bahwa saksi pada awalnya sudah tidak yakin, akan bisa masuk kerja,
namun karena pertimbangan keluarga maka saksi mau untuk
mendaftarkan kerja dengan bantuan Terdakwa;

3. Nama : RETO NUGRAHA, SE ( 33 TH)

Alamat : Karanganom Rw.02 Rt.07 Klaten


Agama : Islam
47
Pekerjaan : Swasta

- Bahwa saksi mengenal terdakwa ;


- Bahwa saksi tidak memiliki hubungan keluarga dengan terdakwa ;
- Bahwa saksi mengenal terdakwa pada saat berkunjung ke rumah I
SINYONYONG ;
- Bahwa saksi bertemu dengan terdakwa 2 atau 3 kali ;
- Bahwa pertemuan pertama saksi dengan terdakwa terjadi pada bulan
Desember 2000 ;
- Bahwa pada pertemuan tersebut membicarakan masalah pekerjaan ;
- Bahwa terdakwa bersedia mencarikan pekerjaan ;
- Bahwa terdakwa menjanjikan kepada saksi untuk mencarikan
pekerjaan di PT.INDOSALAM ;
- Bahwa terdakwa mempersilahkan kepada saksi untuk memilih di
PT.INDOSALAM dikota yang saksi inginkan dan saksi memilih di PT.
INDOSALAM Solo ;
- Bahwa terdakwa bekerja di BAIS & seorang intel ABRI ;
- Bahwa saksi tidak tahu pangkat terdakwa karena pada setiap
pertemuan terdakwa berpakaian sipil biasa ;
- Bahwa saksi percaya bila terdakwa seorang intel ABRI ;
- Bahwa dalam perbincangan terdakwa mengatakan bahwa masih ada 2
fomulir kosong ;
- Bahwa menurut terdakwa pada saat itu sedang ada program khusus
tanpa seleksi ;
- Bahwa dalam pertemuan pertama tersebut saksi belum memenuhi
persyaratan yang diminta ;
- Bahwa 3 atau 4 hari kemudian saksi baru bisa melengkapi syarat ;
- Bahwa syarat yang diminta adalah photo copy Ijazah, KTP, Transkrip
Nilai, Kartu Keluarga dan pas photo ;
- Bahwa saksi juga harus menyetor uang sejumlah Rp. 15.000.000,-
(lima belas juta rupiah);
- Bahwa uang sejumlah Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah)
tersebut disetorkan oleh saksi kepada I SINYONYONG ;
- Bahwa jumlah uang Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) disebut
oleh I SINYONYONG dan terdakwa mengatakan semua masalah
keuangan agar menghubungi I SINYONYONG ;

48
- Bahwa saksi menyetor uang kepada dan dirumah I SINYONYONG
pada saat menyetor uang, terdakwa tidak ada di rumah I
SINYONYONG tersebut ;
- Bahwa atas pembayaran tersebut, saksi menerima kwitansi, uang
yang disetorkan tersebut untuk pelatihan apabila saksi telah diterima
di PT INDOSALAM ;
- Bahwa saksi tidak pernah menyerahkan uang kepada terdakwa ;
- Bahwa saksi pernah bertemu lagi sebanyak 2 kali dengan terdakwa
untuk mengisi blangko di rumah I SINYONYONG ;
- Bahwa saksi tidak tahu rumah terdakwa ;
- Bahwa ternyata janji terdakwa tidak terealisir, saksi merasa kecewa
dan merasa tertipu ;
- Bahwa saksi pernah komplain kepada I SINYONYONG ;
- Bahwa menurut I SINYONYONG akan ada pengembalian secara
penuh ;
- Bahwa saksi tidak tahu siapa yang melaporkan terdakwa kepada polisi;
- Bahwa saksi belum pernah diberitahu bila uang sudah dikembalikan ;
- Bahwa menurut I SINYONYONG uang belum dikembalikan

4. Nama : Drs. DEHARI (37 TH)


Alamat : Tutus Rt 11 Ngaran, Kulonharjo, Klaten
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru / swasta

- Bahwa saksi kenal dengan terdakwa;


- Bahwa saksi tidak ada hubungan keluarga dengan terdakwa;
- Bahwa saksi pada akhir Februari memperoleh informasi bahwa ada
seseorang yang bisa mencarikan pekerjaan. Oleh karena itu saksi pada
bulan Maret melakukan persiapan ;
- Bahwa saksi dipertemukan dengan terdakwa oleh dan dirumah I
SINYONYONG ;
- Bahwa saksi bertemu dengan terdakwa sebanyak 4 kali, kesemuanya
di rumah I SINYONYONG ;
- Bahwa pertemuan pertama terjadi pada bulan Maret 2000 ;
- Bahwa pertemuan pertama dan kedua membicarakan penawaran
pekerjaan ;
49
- Bahwa pekerjaan yang ditawarkan adalah di PT INDOSALAM ;
- Bahwa saksi meminta ditempatkan di kantor PT INDOSALAM Solo
atau Sukoharjo ;
- Bahwa pada pertemuan kedua saksi telah memenuhi syarat formal ;
- Bahwa saksi juga telah menyerahkan uang sejumlah uang Rp.
18.000.000,- (delapan belas juta rupiah) ;
- Bahwa penyerahan uang dilakukan sebanyak 2 kali, masing-masing
sebanyak Rp. 8.000.000,- (delapan juta rupiah) dan Rp. 10.000.000,-
(sepuluh juta rupiah) ;
- Bahwa pada saat penyerahan uang sejumlah Rp. 8.000.000,- (delapan
juta rupiah) terdakwa ada di rumah I SINYONYONG ;
- Bahwa pada saat penyerahan uang sejumlah Rp. 10.000.000,- (sepuluh
juta rupiah) terdakwa tidak ada, karena menurut I SINYONYONG
terdakwa sedang ada rapat ;
- Bahwa saksi percaya dengan I SINYONYONG karena ada hubungan
keluarga, seorang aparat dan menurut informasi terdakwa dari Dep
Hankam ;
- Bahwa terdakwa belum pernah mengaku sebagai seorang tentara ;
- Bahwa saksi harus mengisi formulir dengan kop PT INDOSALAM ;
- Bahwa saksi tidak curiga apakah formulir tersebut asli atau palsu ;
- Bahwa saksi melihat surat-surat yang ditunjukkan oleh terdakwa
sehingga saksi yakin bahwa terdakwa anggota Intel ;
- Bahwa karena saksi yakin, maka saksi bersedia menyerahkan sejumlah
uang ;
- Bahwa kemudian uang sejumlah Rp. 10.000.000,-(sepuluh juta rupiah)
tersebut diserahkan oleh saksi kepada I SINYONYONG dan kwitansi
ditandatangani oleh I SINYONYONG ;
- Bahwa pertemuan yang diikuti oleh saksi diikuti beberapa orang ;
- Bahwa pada pertemuan tersebut diberikan pengarahan apabila
diterima harus disiplin, tertib, semangat dan menjaga prestasi ;
- Bahwa terakhir ketemu (April 2000) saksi mendapatkan penjelasan
bahwa pada saat itu sedang terjadi pergantian pimpinan sehingga
harus hati-hati dan terdakwa mengatakan belum bisa merealisasikan
janjinya, sehingga harus mundur dari kesepakatan semula ;
- Bahwa terdakwa berjanji untuk mengusahakan secepatnya ;
- Bahwa saksi memiliki persepsi, bahwa “ secepatnya “ yang dimaksud
oleh terdakwa adalah paling lama 3 bulan ;

50
- Bahwa hingga kini uang belum dikembalikan, saksi merasa tertipu
dan merasa dirugikan ;
- Bahwa menurut saksi uang akan dikembalikan sebagian dulu, namun
hingga kini belum dikembalikan ;
- Bahwa menurut saksi, I SINYONYONG mengatakan uang diusahakan
kembali sebagian dulu

5. Nama : SETO HANAFI, S .H (29 TH)

Alamat : Sabrang Rt.2 / Rw. 5 Delanggu Klaten

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa ;


- Bahwa saksi pada saat berkunjung kerumah I SINYONYONG
dikenalkan pada terdakwa sekitar bulan Desember 2000 ;
- Bahwa menurut saksi terdakwa sanggup mencarikan pekerjaan ;
- Bahwa terdakwa bekerja di BIA (Badan Intelejent ABRI) ;
- Bahwa menurut terdakwa pada saat itu ada kerjasama antara ABRI
dengan BUMN (PT. INDOSALAM, PT.KIA & POSINDO) ;
- Bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi disampaikan oleh I
SINYONYONG kepada saksi setelah terdakwa pergi ;
- Bahwa syarat-syarat formal yang diperlukan seperti layaknya syarat-
syarat yang diperlukan seorang pelamar kerja pada umumnya ;
- Bahwa ada syarat lain berupa penyerahan uang sejumlah Rp.
15.000.000,- (lima belas juta rupiah) sebagai uang pelicin dan uang
pendidikan/pelatihan 3 bulan di Bandung ;
- Bahwa menurut terdakwa uang tersebut akan diteruskan kepada yang
berwenang ;
- Bahwa syarat-syarat berupa surat-surat langsung dipenuhi oleh saksi
pada pertemuan pertama, karena kebetulan saksi telah membawanya
pada saat itu, surat-surat tersebut dibawa oleh saksi karena saksi
hendak melamar kerja ditempat lain ;
- Bahwa penyerahan uang dilakukan pada tanggal 29 Desember 2000
dan diserahkan langsung pada I SINYONYONG ;

51
- Bahwa menurut I SINYONYONG terdakwa tidak mau
menandatangani kwitansi sehingga yang menandatangani I
SINYONYONG ;
- Bahwa menurut terdakwa Surat Keputusan (S K) untuk saksi turun
pada tanggal 1 April 2001 ;
- Bahwa saksi memilih ditempatkan pada kantor PT. INDOSALAM
Solo, namun saksi memperoleh informasi bahwa saksi akan
ditempatkan di Wonosobo pada bulan Mei 2001;
- Bahwa pada pertengahan April 2001, dikumpulkan 9 atau 10 orang
dirumah I SINYONYONG, pertemuan tersebut adalah untuk
menerangkan bahwa janji terdakwa untuk mencarikan pekerjaan
belum bisa terealisasi dan masih belum bisa menjanjikan kapan dapat
terealisasi ;
- Bahwa ada kesepakatan damai antara I SINYONYONG (wakil para
pencari kerja) dengan terdakwa, dan uang akan dikembalikan
sebagian dulu ;
- Bahwa saksi memperoleh informasi dari I SINYONYONG kalau
sebagian uang sudah ada ditangan Penasihat Hukum terdakwa ;
- Bahwa saksi percaya kepada terdakwa karena tutur kata terdakwa
dapat menunjukan blangko-blangko yang nampak asli bagi saksi dan
juga penampilan terdakwa (berpakaian safari) ;
- Bahwa I SINYONYONG menginformasikan terdakwa adalah seorang
tentara berpangkat Mayor Jenderal dan terdakwa mengenal paman
saksi (seorang tentara berpangkat Letnan Kolonel) yang mVenanggal
di Surabaya, sehingga saksi bertambah yakin ;
- Bahwa saksi belum pernah melakukan pengecekan di kantor PT.
INDOSALAM namun saksi pernah mendapat informasi dari teman
saksi bahwa tidak ada penerimaan karyawan di PT INDOSALAM ;
- Bahwa dengan tidak terealisasinya janji terdakwa tersebut, saksi
merasa dirugikan ;
- Bahwa saksi mengenali surat-surat yang ditunjukkan oleh hakim di
persidangan ;

6. Nama : ARIFA SETIAWAN (25 TH)

Alamat : Renggo Kretek Bantul

Pekerjaan : karyawan magang CDPU bidang pengairan


52
Agama : Islam

- Bahwa saksi mengenal terdakwa ;


- Bahwa saksi tidak ada hubungan keluarga dengan terdakwa ;
- Bahwa saksi bertemu terdakwa di rumah I SINYONYONG pada bulan
Desember 2000 ;
- Bahwa saksi berkunjung ke rumah I SINYONYONG bersama Pak
Eko;
- Bahwa kemudian terjadi perbincangan yang isinya terdakwa bisa
mencarikan pekerjaan karena istrinya bekerja di PT POS ;
- Bahwa saksi kemudian tertarik ;
- Bahwa terdakwa kemudian menyanggupi untuk mencarikan saksi
pekerjaan di PT INDOSALAM Yogyakarta ;
- Bahwa saksi harus membuat surat lamaran terlebih dahulu ;
- Bahwa saksi menyerahkan uang sVenalai Rp. 8.000.000,- (delapan juta
rupiah) langsung kepada terdakwa, tetapi tidak menerima kwitansi ;
- Bahwa saksi tidak meminta kwitansi kepada terdakwa karena saksi
segan dengan penampilan terdakwa ;
- Bahwa terdakwa pada waktu itu mengenakan pakaian kaos berkerah
dan celana jeans ;
- Bahwa setelah menyerahkan uang, saksi kemudian mengisi blangko ;
- Bahwa pada blangko tersebut terdapat Kop PT. INDOSALAM ;
- Bahwa setelah blangko diisi kemudian diserahkan ;
- Bahwa saksi sering bertemu dengan terdakwa di rumah I
SINYONYONG dan saksi melihat terdakwa berganti-ganti mobil
sebanyak 2 kali dan salah satunya sebuah mobil sedan berwarna
hitam;
- Bahwa hingga kini janji terdakwa untuk mencarikan pekerjaan belum
terealisasi ;
- Bahwa hingga kini uang belum kembali dan saksi merasa tertipu ;
- Bahwa menurut I SINYONYONG telah diusahakan perdamaian pada
waktu di Polres Sleman dengan kesepakatan uang akan dikembalikan
sebagian dulu yang waktunya sekitar 1 bulan.

7. Nama : ALAN HADINATA ( Saksi 8 BAP)

Alamat : Ceper , Klaten

53
- Bahwa saksi menerangkan Vena pun dilakukan dengan cara saksi
dijanjikan untuk dimasukkan kerja pada PT. INDOSALAM ;
- Bahwa saksi mempersiapkan syarat-syarat lamaran kerja dan uang
sejumlah Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) ;
- Bahwa saksi tahu adanya orang yang bisa memasukkan kerja ke PT.
INDOSALAM tersebut dari saksi (1) I SINYONYONG & Terdakwa
tidak menerima langsung uang dari saksi akan tetapi uang tersebut
diberikan melalui I SINYONYONG ;
- Bahwa terdakwa menerima uang dari I SINYONYONG sebesar Rp. 8
Juta.

8. Nama : LERAMASATI

Alamat : Kalasan

- Bahwa sekitar bulan November 2000 bertempat di daerah Denok


Sleman di kediaman I SINYONYONG Terdakwa memberi
pengaruh/perkataan bohong dengan dalil terdakwa bisa memasukkan
orang ke PT. INDOSALAM/PT.POSINDO;
- Bahwa saksi melengkapi syarat-syarat lamaran kerja dan sejumlah
uang administrsi sejumlah Rp. 8.000.000,- (delapan juta rupiah) ;

9. Nama : VENA HASTAZA

Alamat : Delanggu Klaten

- Bahwa saksi ketemu saudara I SINYONYONG dan dipertemukan


sama Terdakwa ;
- Bahwa saksi telah memberikan uang sejumlah Rp. 15.000.000,- (lima
belas juta rupiah) ;
- Bahwa satu minggu kemudian saksi disuruh kumpul dirumah I
SINYONYONG untuk diberikan arahan/penjelasan oleh Terdakwa,
namun Terdakwa cuma terima uang dari I SINYONYONG sebesar Rp.
7.000.000,- (tujuh juta rupiah) ;

54
- Bahwa setelah Terdakwa mendengar semua keterangan dari para saksi
korban, Terdakwa merasa ada keterangan saksi ;

PEMERIKSAAN TERDAKWA :

- Bahwa terdakwa pernah membicarakan masalah tenaga kerja dengan


saudara Sinyonyong;
- Bahwa kejadian tersebut bulan November 2000 berlangsung di
perjalanan dari Jogja ke Solo, dalam rangka mengambil mobil yang
rusak ;
- Bahwa pada saat pulang dari Solo I SINYONYONG bersama Terdakwa
singgah ke Delanggu, Klaten kerumahnya saksi LERAMASATI ;
- Bahwa sampai disana I SINYONYONG bilang kalau Terdakwa bisa
memasukkan kerja ke PT. INDOSALAM ;
- Bahwa syarat masuk harus dilengkapi dengan memasukkan uang
administrasi sejumlah Rp. 8.000.000,- (delapan juta rupiah) ;
- Bahwa pada saat itu saudara Leramasati ketemu langsung dengan
terdakwa sekitar sebelum maghrib/sesudah maghrib ;
- Bahwa setelah dari Solo tambah 7 orang dan Terdakwa belum pernah
ketemu dengan para korban ;
- Bahwa terdakwa ketemu setelah 2 minggu /lebih ;
- Bahwa setelah itu 2-3 minggu I SINYONYONG sudah menyerahkan
berkas dan uang ;
- Bahwa kesemua berkas yang berjumlah 8 orang dan uang disetor tidak
sama dan tidak ada yang lebih dari Rp. 8.000.000,- (delapan juta
rupiah) kecuali saudara Vena Rp. 7.000.000,- (tujuh juta rupiah) ;
- Bahwa sebelum perkara ini Terdakwa belum pernah
mencoba/menangani masalah tenaga kerja ;
- Bahwa terdakwa mengerti masalah Tenaga Kerja dari teman
Terdakwa di Surabaya ;
- Bahwa Terdakwa kenal dengan I SINYONYONG sekitar bulan Juli-
Maret 2000 ;
- Bahwa Terdakwa kenal dengan I SINYONYONG berawal dikenalkan
oleh seseorang di Polisi Harmotani ;
- Bahwa pada saat itu Terdakwa tidak memperkenalkan dirinya sebagai
Letnan Kolonel/Brigjen;

55
- Bahwa bisnis awal antara Terdakwa dengan saksi I adalah bisnis
tanah;
- Bahwa I SINYONYONG tidak pernah tanya langsung pada Terdakwa,
hanya saja I SINYONYONG pernah bertanya apakah Terdakwa bisa
mencarikan kerja ;
- Bahwa saksi Leramasati adalah saudara dari saksi (1) I SINYONYONG,
sedangkan yang lainnya Terdakwa tidak tahu ;
- Bahwa Stempel/cap yang digunakan adalah palsu cuma disimpan
dirumah saja ;
- Bahwa setelah lamaran diterima oleh Terdakwa cuma disimpan
dirumah saja ;
- Bahwa dari 11 orang oleh Terdakwa sudah di kembalikan semua uang
sejumlah Rp. 73.700.000,- ( Tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu
rupiah);
- Bahwa Terdakwa tidak pernah membawa pistol dan jaket ;
- Bahwa I SINYONYONG tahu kalau Terdakwa adalah penggemar Sen-
pin dan untuk memenuhi keinginan Terdakwa banyak mengoleksi
Prototipe segala jVenas pistol ;
- Bahwa terdakwa tidak tahu kalau para saksi korban telah
mengeluarkan uang sebesar Rp. 15 – 18 Juta ;
- Bahwa untuk mengembalikan seluruh uang yang berjumlah Rp.
73.700.000,- (tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah) Terdakwa
telah menjual satu unit mobil milik anak Terdakwa ;
Bahwa di dalam persidangan selain diajukan saksi-saksi sebagaimana tersebut
diatas, didengar pula keterangan dari Terdakwa, selain itu saudara Penuntut
Umum mengajukan pula bukti-bukti dimuka Persidangan, adapun bukti-bukti
yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. 2 (dua) pucuk pistol mainan ;
2. Beberapa bendel berkas para korban ;
3. Satu set alat stempel ;
4. Satu buah mesin ketik elektronik

Dan dari barang bukti yang diajukan oleh saudara Penuntut Umum, Terdakwa
ada beberapa keberatan. Hal mana yang menjadi keberatan Terdakwa adalah
mengenai keberadaan pistol yang sebenarnya tidak pernah dibawa oleh
Terdakwa kemana-mana, pistol mainan tersebut diambil oleh pihak yang
sebenarnya tidak berwenang (DENPOM) dirumah Terdakwa;
56
Bahwa setelah terdakwa mendengar semua keterangan dari para saksi Terdakwa
merasa keberatan dan perlu diluruskan ;

Adapun keberatan-keberatan tersebut adalah :

 Dari kesaksian Saksi (1) I SINYONYONG yang mengatakan kalau


Terdakwa telah memperkenalkan dirinya sebagai seorang Letnan
Kolonel dari angkatan darat, adalah tidak benar sama sekali, sebab
dari fakta yang terungkap di persidangan para saksi tidak pernah
mendengar secara langsung dari Terdakwa kalau Terdakwa seorang
yang berpangkat Letnan Kolonel. Dari hal tersebut diatas dapatlah
kita ambil kesimpulan bahwa yang menyatakan kalau Terdakwa
berpangkat Letnan Kolonel adalah asumsi /anggapan dari saksi (1) I
SINYONYONG sendiri ;
 Dan yang perlu diluruskan oleh Terdakwa adalah masalah jumlah
uang yang tercantum dalam surat dakwaan dan dari keterangan saksi
(1) I SINYONYONG menyatakan terdakwa menerima uang sebesar
Rp. 124.000.000,- (seratus dua puluh empat juta rupiah) adalah tidak
benar sama sekali, padahal yang senyatanya Terdakwa cuma
menerima uang dari para korban sebesar Rp. 73.700.000,- (tujuh
puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah) dan dengan rincian sebagai
berikut:

1. LERAMASATI, SE Sejumlah Rp. 8.000.000,-

2. HALADE MORAN, SH Sejumlah Rp. 8.000.000,-

3. SETO HANAFI , SH Sejumlah Rp. 8.000.000,-

4. VELO RISIA Sejumlah Rp. 7.000.000,-

5. Drs. DEHARI Sejumlah Rp. 8.000.000,-

6. Andri Irwan Fanani Sejumlah Rp. 8.000.000,-

7. Arif Adiyana Sejumlah Rp. 8.000.000,-

8. Budi Santoso Sejumlah Rp. 8.000.000,-

57
9. ARIFA SETIAWAN Sejumlah Rp. 8.000.000,-

10. Sofia Fariani Sejumlah Rp. 8.000.000,-

11. Sri Mulyani Sejumlah Rp. 8.000.000,-

============

Jumlah Keseluruhan Rp. 83.000.000,-

Dari jumlah Rp. 83.000.000,- (delapan puluh tiga juta rupiah) tersebut
saksi (1) I SINYONYONG mendapat bagian Rp. 9.300.000,- (sembilan
juta tiga ratus ribu rupiah). Jadi jumlah keseluruhan uang yang
diterima Terdakwa adalah Rp. 73.700.000,- (tujuh puluh tiga juta
tujuh ratus ribu rupiah) ;

Bahwa terdakwa tidak pernah menerima langsung uang tersebut dari para
korban , kecuali yang pernah diterima langsung dari saksi Drs, DEHARI dan
saksi ARIFA SETIAWAN. Jadi selama ini Terdakwa hanya menerima uang
tersebut dari I SINYONYONG (tersebut diatas yang sebesar Rp. 73.700.000,-)
oleh Terdakwa telah dikembalikan, hal ini berdasarkan bukti (terlampir)
dimana pengembalian uang tersebut Terdakwa telah menjual (1) satu Unit
Mobil milik anak Terdakwa dan mobil tersebut sudah ada sebelum perkara
ini terjadi (tahun 1998) ;

Bahwa khusus kesaksian I SINYONYONG ada beberapa hal yang


Terdakwa merasa keberatan ;

Adapun keberatan-keberatan tersebut adalah :

 Bahwa Terdakwa tidak pernah menentukan besar kecilnya uang


pelicin ;
 Bahwa jumlah keseluruhan uang yang diterima Terdakwa adalah
sebesar Rp. 73.700.000,- (tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu
rupiah);

58
 Bahwa Terdakwa pada pertama kali kenalan tidak pernah mengaku
sebagai seorang Letnan Kolonel ;
 Bahwa Terdakwa tidak pernah menunjukkan Kartu Anggota ABRI,
sebab memang terdakwa tidak pernah mempunyainya, yang ada pada
dompet Terdakwa pada waktu itu adalah cuma kartu asuransi ;

IV. ULASAN HUKUM TERHADAP FAKTA-FAKTA YANG TERUNGKAP DI


PERSIDANGAN

Majelis Hakim Yang Mulia ;


Saudara Penuntut UmumYang Kami Hormati ;
Bahwa berdasarkan tuntutan saudara Penuntut Umum tanggal 16 Oktober 2001,
ada beberapa hal yang perlu kami tanggapi, mengingat fakta-fakta tersebut
sangat merugikan klien kami. Adapun hal-hal yang perlu tanggapi adalah
sebagai berikut :

1. Masalah Pengakuan Sebagai Seorang Letnan Kolonel


Bahwa berdasarkan fakta-fakta dan saksi-saksi yang terungkap di muka
persidangan, tidak ada seorang saksipun yang menyatakan pernah
mendengar secara langsung Terdakwa memperkenalkan dirinya sebagai
seorang anggota TNI Angkatan Darat berpangkat LETNAN KOLONEL,
ataupun pangkat lainnya. Hal ini berkesesuaian dengan keterangan saksi
(1) I SINYONYONG yang menerangkan di muka persidangan bahwa
pada saat perkenalan dengan Terdakwa di rumah seseorang yang
bernama Rusydi Kunro, Terdakwa tidak pernah sama sekali
memperkenalkan dirinya sebagai seorang yang berpangkat LETNAN
KOLONEL. Justru saksi (1) I SINYONYONG yang menebak Terdakwa
sebagai seorang perwira dan orang penting. Hal mana ASUMSI atau
TEBAKAN atau IMAGE yang dibuat saksi (1) I SINYONYONG baik
secara langsung ataupun tidak langsung terus melekat, hal ini terbukti
dari keterangan-keterangan saksi lainnya ;
Sehingga nyatalah kalau Terdakwa tidak pernah memperkenalkan
dirinya kepada para saksi korban, bahwa dirinya adalah seorang
LETNAN KOLONEL. Karena hal tersebut sangat merugikan klien kami

59
dan tidak pernah pula dapat dibuktikan oleh saudara Penuntut Umum,
maka haruslah dikesampingkan.
2. Masalah jumlah uang
Bahwa saudara Penuntut Umum dalam surat Dakwaannya tertanggal 13
September 2001 menyatakan kalau Terdakwa telah menerima uang dari
Para korban sejumlah Rp. 124.000.000,- (seratus dua puluh empat juta
rupiah), senyatanya dimuka persidangan berdasarkan keterangan Para
saksi telah didapatkan fakta-fakta sebagai berikut :
- Jumlah uang yang sesungguhnya diterima oleh Terdakwa adalah
dengan rincian sebagaimana tertulis pada halaman 11 dimuka ;
- Bahwa Terdakwa tidak pernah menerima secara langsung uang
tersebut dari Para korban tetapi Terdakwa menerima dari saksi (1) I
SINYONYONG, kecuali dari 2 (dua) orang saksi yakni : Drs. DEHARI
dan ARIFA SETIAWAN ;
- Bahwa pada kenyataanya uang sejumlah Rp. 73.700.000,- (tujuh
puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah), oleh Terdakwa melalui
Penasihat Hukumnya telah dikembalikan, sebagaimana tercantum
dalam bukti Akta Perdamaian tertanggal 13 April 2001. Dalam Akta
Perdamaian tersebut disepakati bahwa pihak pelapor ( I
SINYONYONG ) bersedia mencabut laporannya di POLRES Sleman,
hal ini sesuai dengan bukti surat Pencabutan Laporan Tindak Pidana
Penipuan No. LP/223/VII/2001/Serse (bukti terlampir) Sedangkan
untuk mengembalikan uang tersebut Terdakwa telah menjual 1(satu)
Unit mobil Merk Mitsubishi/Colt –T. 132 SS tahun 1998 (bukti
Terlampir) ;

Bahwa Pengembalian tersebut didasarkan pada itikat baik dari


Terdakwa, dan mobil tersebut sudah ada atau dibeli oleh anak Terdakwa
sejak tahun 1998 jauh sebelum perkara ini muncul, jadi jelas sekali
mobil tersebut bukan dari hasil kejahatan Terdakwa .
3. Masalah bukti berupa Pistol Mainan

Bahwa mengenai bukti pistol mainan tersebut, Terdakwa tidak pernah


memperlihatkan kepada saksi (1) I SINYONYONG, ini terbukti dimuka
persidangan, dan pada saat itu Terdakwa sedang pergi ke MADIUN.
Tidaklah benar Terdakwa menunjukan akan tetapi saat itu Terdakwa
memasukkan pistol mainan tersebut kedalam tas Terdakwa, dan bila hal
60
tersebut terlihat oleh saksi adalah bukan maksud Terdakwa untuk
memperlihatkannya.

Bahwa 2 (dua) pucuk pistol mainan tersebut dijadikan barang bukti


dipersidangan dengan cara yang tidak semestinya, karena barang bukti
tersebut tidak ditemukan pada diri Terdakwa (tertangkap tangan), akan
tetapi dirampas dari rumah Terdakwa. Sehingga tidak ada fakta yang
membuktikan kalau Terdakwa menyalahgunakan pistol maianan
tersebut ;

Bahwa tidak ada larangan di negara Republik Indonesia tercinta ini,


untuk membawa dan atau memiliki pistol mainan. Dan sebenarnya saksi
(1) I SINYONYONG telah mengetahui bila Terdakwa adalah seorang
penggemar model-model senjata api (pistol). Hal ini terbukti dengan
pernah ditunjukkannya atau diperlihatkannya sebuah buku terbitan luar
negeri milik Terdakwa (yang sekarang berada ditangan saksi (1) I
SINYONYONG) kepada Penasihat Hukum Terdakwa;

Bahwa nyata-nyatalah kalau Terdakwa tidak ada sedikitpun niat untuk


menyalahgunakan pistol mainan tersebut untuk kejahatan. Oleh karena
itu haruslah dikesampingkan karena sangat merugikan Harkat dan
Martabat klien kami ;

Adapun ulasan beberapa unsur pokok materiil dalam tuntutan jaksapasal


378 KUHP sebagai berikut:
a. Memakai Nama Palsu atau Keadaan Palsu
Bahwa didalam surat dakwaan tertanggal 13 September 2001, saudara
Penuntut Umum tidak dapat membuktikan atau menunjukkan
bahwa Terdakwa telah memakai “ nama palsu ”, hal ini juga
dikuatkan oleh para saksi yang secara jelas dan gamblang, Terdakwa
tetap menggunakan nama yang sebenarnya. Dan mengenai “ Keadaan
Palsu ”, ini juga tidak pernah terbukti, yang mana Terdakwa tidak
pernah memperkenalkan dirinya sebagai seorang Anggota TNI yang
berpangkat LETNAN KOLONEL , ataupun berpangkat lainnya. Hal
ini juga diakui secara langsung oleh para saksi, kecuali saksi (1) I
SINYONYONG. Jadi keadaan yang timbul sampai orang lain
menganggap Terdakwa Seorang yang berpangkat LETNAN
61
KOLONEL bukanlah diciptakan oleh Terdakwa, melainkan ASUMSI
dari I SINYONYONG (saksi 1). Dimana dalam persidangan terungkap
kalau Terdakwa tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai
seorang yang berpangkat LETNAN KOLONEL (PANMEN);

b. Membujuk Orang

Bahwa Terdakwa tidak pernah membujuk Para saksi korban untuk


menyerahkan uang kepadanya dan tidak pernah menawarkan kepada
Para Saksi Korban untuk memberikan atau mencarikan pekerjaan.
Para saksi Korban datang kepada Terdakwa melalui saksi (1) I
SINYONYONG untuk meminta tolong kepada Terdakwa agar para
saksi korban dicarikan pekerjaan, dan Terdakwa tidak pernah
mempunyai inisiatif untuk menawarkan pekerjaan kepada para saksi
korban. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Para Saksi Korban
datang atau minta tolong kepada Terdakwa setelah menerima
informasi dari saksi (1)

I SINYONYONG dan tidak sekali-kali karena bujukan atau rayuan


dari Terdakwa.

Selain itu Terdakwa tidak pernah menerima uang secara langsung dari para
saksi korban kecuali dari saksi korban yang bernama ARIFA SETIAWAN,
akan tetapi uang tersebut Terdakwa terima melalui saksi (1) I
SINYONYONG, lagi pula jumlah uang yang diterima Terdakwa dari saksi (1)
I SINYONYONG tidak sebesar yang didakwakan oleh saudara Penuntut
Umum yaitu : Rp. 124.000.000,- (seratus duapuluh empat juta rupiah)
melainkan yang telah pernah diterima Terdakwa sebesar Rp. 73.700.000,-
(tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah). Dan uang yang sebesar Rp.
73.700.000,- (tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah) oleh Terdakwa
telah dikembalikan kepada para korban, dan untuk mengembalikan uang
tersebut Terdakwa telah menjual 1 (satu) unit mobil merek Mitsubishi/ Colt
T 132 SS tahun 1998, milik anak Terdakwa (bukti terlampir).

62
V. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Majelis Hakim Yang Mulia ;

Saudara Penuntut Umum Yang Kami Hormati ;

Bahwa berdasarkan uraian yang telah kami kemukakan dalam bagian


terdahulu, maka sampailah kami pada kesimpulan sebagai berikut :

Bahwa Terdakwa dalam melakukan perbuatan yang didakwakan oleh


saudara Penuntut Umum telah menambulkan kerugian kepada orang lain,
namun perbuatan tersebut bukanlah merupakan suatu perbuatan yang
didahului dengan niat yang tidak baik. Hal ini terbukti dengan Terdakwa
tidak pernah menggunakan nama palsu akan tetapi Terdakwa menggunakan
nama aslinya, ataupun dengan menggunakan keadaan palsu, melainkan
keadaan tersebut timbul karena ASUMSI orang lain semata, ini terbukti dari
keterangan para saksi di muka persidangan yang mana para saksi tidak
pernah mendengar secara langsung dari Terdakwa bahwa (dia) Terdakwa,
seorang yang berpangkat LETNAN KOLONEL. Dan Terdakwa tidak pernah
sekali-kali membujuk maupun menawarkan kepada para saksi korban untuk
mencarikan pekerjaan bagi mereka ;
Berdasarkan faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan untuk meringankan
Terdakwa maka kami mohon agar Majelis Hakim Yang kami Muliakan
berkenan menjatuhkan putusan kepada Terdakwa dengan PUTUSAN
SERINGAN-RINGANNYA, yaitu dengan PUTUSAN PIDANA
PERCOBAAN/PIDANA BERSYARAT ATAU SETIDAK-TIDAKNYA
DIBERIKAN PUTUSAN SEADIL-ADILNYA ;
Demikian pledoi/pembelaan ini kami sampaikan dalam persidangan dihari
yang penuh hikmah ini, semoga Yang Maha Adil memberikan Petunjuk dan
kekuatan pada kita semua. Atas perhatian dan kebijaksanaan Majelis Hakim
Yang Mulia, kami selaku penasihat hukum Terdakwa mengucapkan
terimakasih.
Yogyakarta, 8 Oktober 2001
Hormat Kami ,
Penasihat Hukum Terdakwa

1. LENA RELASTYA, SH 2. BAYAN TERLIPO, SH


63
Contoh Permohonan Memori Banding

Memori Banding

Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta

No. 123/Pid.B/2008/PN.YK Tanggal 23 Desember 2008

Hal : Memori Banding Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta

No. 123/Pid.B/2008/PN.YK Tanggal 23 Desember 2008.

Kepada Yang Terhormat,

Ketua Pengadilan Tinggi Yogyakarta

Di –

YOGYAKARTA

Melalui:

Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta

Di –

YOGYAKARTA

Dengan Hormat,

Yang bertandatangan dibawah ini, kami:

WELAS ISTI, SH., Advokat pada Law Office “ISTI & PARTNERS”, yang
beralamat di Jl. Trans Tamsis No. 58 , Yogyakarta, Telp/Fax. 0274 –
64
989997, sedemikian berdasarkan Surat Kuasa Khusus dibawah tangan dan
bermaterai cukup tertanggal 20 Desember 2008 dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama serta mewakili kepentingan hukum dari :

Karlo Faisal, Pekerjaan Pegawai Swasta, beralamat Jl. Termos TS 5/789,


Mergangsan, Yogyakarta, untuk selanjutnya dalam perkara ini disebut sebagai
PEMBANDING d/h. TERDAKWA.

Dengan ini Pembanding mohon perkenan untuk menyampaikan Memori


Banding terhadap Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta No.
123/Pid.B/2008/PN.YK tanggal 23 Desember 2008 yang amarnya berbunyi
sebagai berikut :

MENGADILI:

1. Menyatakan Terdakwa Karlo Faisal Bin Dadang Karyo, telah terbukti


secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “dengan
sengaja membujuk untuk melakukan persetubuhan dengan anak sebagai
suatu perbuatan berlanjut”;
2. Mempidana Terdakwa tersebut dengan pidana penjara selama 4 Tahun
dan denda 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah);
3. Menetapkan apabila denda tidak dibayar, dapat diganti dengan pidana
kurungan selama 6 (enam bulan);
4. Menetapkan masa tahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
5. Memerintahkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
6. Menetapkan barang bukti berupa :
- 1 (satu) buah celana baby doll warna biru kombinasi merah dengan
motif kotak-kotak dengan kolor karet;
- 1 (satu) buah baju baby doll warna kuning kombinasi ungu dengan
motif bunga-bunga dengan model baju berkancing belakang;
- 1 (satu) lembar fotocopy akta kelahiran No. 1432/R/1997 a.n. Prety
Cantika yang telah dilegalisir, semuanya dikembalikan kepada yang
paling berhak yaitu saksi Prety Cantika;
7. Membebani Terdakwa tersebut untuk membayar ongkos perkara sebesar
Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);
Dan atas amar Putusan tersebut diatas Terdakwa yang sekarang disebut
Pembanding telah mengajukan permohonan pemeriksaan banding kepada
65
Pengadilan Tinggi Yogyakarta melalui Pengadilan Negeri Yogyakarta tanggal 19
Desember 2007 sehingga permohonan Banding diajukan masih dalam tenggang
waktu yang ditentukan oleh undang-undang sehingga permohonan banding
dari Pembanding dapat diterima.

Adapun yang menjadi dasar dan alasan keberatan Pembanding d/h. Terdakwa
sehingga mengajukan Memori Banding ini adalah sebagai berikut:

01. bahwa Pemohon Banding (d/h Terdakwa) tidak sepakat dengan


pertimbangan Majelis Hakim mengenai bukti-bukti yakni 1 (satu) buah
celana baby doll warna biru kombinasi merah dengan motif kotak-kotak
dengan kolor karet, 1 (satu) buah baju baby doll warna kuning kombinasi
ungu dengan motif bunga-bunga dengan model baju berkancing belakang,
1 (satu) lembar fotocopy akta kelahiran No. 1432/R/1997 a.n. Prety
Cantika yang telah dilegalisir, yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum
yang menyatakan sebagai barang bukti, mengingat fakta hukum yang
terungkap dalam persidangan sebagaimana keterangan Terdakwa dan
saksi-saksi bahwa pakaian yang dipakai oleh Prety Cantika bukan pakaian
yang dijadikan barang bukti (vide: Putusan Hlm 18). Hal mana pernyataan
terdakwa tersebut diperkuat keterangan Saksi Ny. Manisa (Ibu Saksi
Korban) yang menyatakan bahwa 1 (satu) stel pakaian tersebut pernah
dipakai saat keluar dengan Terdakwa hanya pada saat mengantarkan
Terdakwa untuk pijat didaerah Pasar Senggol, Yogyakarta. Sehingga bukti-
bukti tersebut bukan merupakan barang bukti yang digunakan pada saat
kejadian (Perbuatan Pidana terjadi) sebagaimana yang dimaksud dalam
hukum Acara Pidana.
02. bahwa Pembanding juga tidak sependapat mengenai bukti yang menjadi
pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama yakni 1 (satu) lembar
fotocopy akta kelahiran No. 1432/R/1997 a.n. Prety Cantika yang telah
dilegalisir. Halmana dalam persidangan didapat fakta hukum bahwa Prety
Cantika (Saksi Korban) telah mencapai umur 20 tahun. Dimana
pernyataan tersebut diperkuat dengan keterangan Para saksi yakni Saksi
Jamilah dan Saksi Ratmo, yang menyatakan bahwa Puji Lestari terlahir
pada tahun 1987, hanya surat kelahiran tersebut baru diurus dan
diterbitkan pada tahun 1997 dan hanya atas dasar pengakuan ibu saksi
korban sendiri, keterangan tersebut diperkuat dengan fakta saat itu
dimana para saksi masih ingat tragedinya yakni Saksi Ratmo dituduh
sebagai bapak atas anak yang dilahirkan oleh seseorang perempuan yang
66
akan ditolongnya (dan perempuan tersebut adalah ibu saksi korban) dan
pada saat itu juga menjadi pembicaraan di Pasar Brangas Wates;
03. bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama sama sekali tidak memperhatikan
dan/atau mempertimbangkan keterangan-keterangan Saksi A De Charge,
(Saksi Sarti, FX. Asarsih, dan Saksi Ratmo) yang notabene tetangga dari
keluarga Prety Cantika yang menerangkan bahwa Prety Cantika adalah
perempuan yang tidak benar (selalu pergi dari rumah bersama laki-laki
dan terkadang tidak pulang), sehingga hal ini menjadi petunjuk bahwa
kehidupan Prety Cantika telah terbiasa keluar malam dan tidak
pulang/menginap, sehingga hal tersebut menguatkan keterangan
Terdakwa, dimana perbuatan tersebut dilakukan dengan dasar kesepakatan
bersama/dikehendaki bersama dan didasari dengan rasa suka sama suka
serta sama sekali tidak ada unsur paksaan juga mengingat secara fakta
bahwa keadaan phisik saksi korban secara lahiriah memang menunjukkan
kedewasaan dan sama sekali tidak seperti anak-anak (jika dikatakan masih
dibawah umur);
04. bahwa benar telah terungkap fakta hukum dalam persidangan telah terjadi
hubungan intim antara Pemohon Banding dengan Prety Cantika (saksi
korban) yang dilakukan secara berulang-ulang dan ditempat yang berbeda-
beda, namun saksi korban (Prety Cantika) tidak pernah menolak bahkan
meronta meminta tolong atau membela diri/mempertahankan diri pada
saat melakukan hubungan intim, bahkan Pemohon Banding telah
menawarkan “Pret, mau tidur dihotel?” jawab Prety Cantika “mau”,
sehingga perbuatan tersebut diatas juga dikehendaki oleh Prety Cantika
(Saksi Korban), yang kemudian ditindaklanjuti dengan tidur di Hotel
bersama tanpa ada paksaan (suka rela) Hal tersebut dikuatkan dari
keterangan Saksi-saksi sebagai berikut:
1. Saksi Prety Cantika (saksi Korban) menyatakan:
- bahwa saat dikamar hotel saksi korban berada ditempat tidur,
sedangkan Terdakwa baru berada di kamar mandi, pada saat itu
saksi Prety Cantika mengetahui kunci kamar masih tergantung di
pintu, namun saksi Prety Cantika tidak meminta tolong/keluar
kamar dan berteriak, justru Prety Cantika menunggu Terdakwa
sampai Terdakwa selesai dari kamar mandi dengan posisi tiduran
dan lampu kamar saat itu masih menyala, disini artinya kejadian
hubungan intim tersebut juga dikehendaki dan/atau merupakan
persetujuan bersama antara Terdakwa dan saksi korban;

67
2. Saksi Sartoso (Petugas Hotel Maluna) menyatakan :
- bahwa perempuan tersebut (Prety Cantika) terlihat sama sekali
tidak dipaksa oleh Terdakwa, masuknya (check out) biasa saja dan
tidak terlihat ketakutan atau menolak, check out kesannya juga
biasa dan kejadian-kejadian selanjutnya pun kesannya juga sama;
- bahwa saat itu saksi yang menerima, kemudian saksi antar ke
kamar dan saat itu Terdakwa dan Prety Cantika berjalan
berdampingan, dan yang duluan masuk kamar adalah Prety Cantika
dan tidak ada tarik menarik antara Terdakwa dengan Prety Cantika
oleh karenanya tidak benar jika dikatakan Terdakwa memaksa saksi
korban;
3. Saksi Ratmo Mulyanto menyatakan :
- bahwa saksi pernah lihat perempuan yang diboncengkan Terdakwa
(Prety Cantika) biasa-biasa saja dan tidak terkesan ada paksaan.
- bahwa saat diboncengkan Prety Cantika keliahatannya asyik
seperti orang pacaran dengan pegangan perut Terdakwa, bahwa
terlihat senyum-senyum seperti orang sedang bersuka cita;
4. Saksi FX. Asarsih menyatakan:
- bahwa saat bocengan Prety Cantika berpegangan diperut Terdakwa;
- bahwa kesan yang terlihat mereka mesra seperti orang berpacaran;
Sehingga terbukti bahwa hubungan intim tersebut memang dikehendaki
oleh Terdakwa/Pembanding dan Prety Cantika (Saksi Korban) dengan
bukti Prety Cantika tidak berusaha keluar kamar dan meminta
tolong/berteriak justru menunggu dan pada akhirnya hubungan intim
tersebut terjadi dan hal ini telah tidak terbukti adanya pemaksaan,
maupun tekanan dari Terdakwa;

05. bahwa hubungan intim tersebut dilakukan dengan dasar suka sama suka
dan tidak ada bujuk rayu untuk mengelabui atau bahkan memanfaatkan
kesempatan, melainkan memang benar adanya bahwa hubungan tersebut
dikehendaki oleh para pihak yakni Pemohon Banding dan Prety Cantika;
06. bahwa dikarenakan secara fakta atas perumusan Pasal yang didakwakan
pada Pembanding (Terhukum) sebagaimana yang didakwakan yang pada
akhirnya dipertimbangkan Majelis Hakim Tingkat Pertama secara fakta
dipersidangan nyata-nyata tidak dapat terungkap, sehingga layak bila
Permohonan Banding dari Pemohon Banding dipertimbangkan untuk
dikabulkan;

68
07. bahwa terhadap dawaan kedua sebagaimana diatur dalam Pasal 81 ayat (2)
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yakni
Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi
setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya
atau dengan orang lain, jika dikuatkan dengan Saksi, Petunjuk dan
Keterangan Terdakwa, dimana perbuatan tersebut dilakukan atas
kehendak bersama antara Prety Cantika dengan Terdakwa, adalah tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan.

Berdasarkan hal-hal dan alasan-alasan diatas, maka dengan ini Pembanding


mohon kepada Yang Terhormat Ketua Pengadilan Tinggi Yogyakarta berkenan
untuk memberikan putusan yang amarnya sebagai berikut:

PRIMAIR :

- Menerima Permohonan Banding dari Pembanding (Terhukum) dengan


seluruh dalil dan alasan hukumnya;
- Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam Perkara
Pidana No. 123/Pid.B/2008/PN.YK tanggal 23 Desember 2008, kemudian
mengadili sendiri dan memutuskan:
1. Menyatakan Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan perbuatan sebagaimana diatur dalam Pasal 81 UU No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo. Pasal 64 (1) KUHP.
2. Menyatakan Terdakwa bebas dari segala tuntutan Hukum;
3. Memerintahkan Terdakwa agar dikeluarkan dari tahanan;
4. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, harkat
dan martabatnya
5. Membebankan biaya perkara kepada negara.

SUBSIDAIR

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain dan Terdakwa harus dijatuhi hukuman
atas perbuatannya tersebut, maka mohon Kepada Yang Terhormat Majelis
Hakim agar kepada Terdakwa diberi hukuman yang seringan-ringannya dengan

69
mempertimbangkan berbagai unsur-unsur yang sangat meringankan bagi
Terdakwa.(Ex Aequa Et Bono).

Yogyakarta, 4 Februari 2009

Hormat Kami,

Penasihat Hukum Pembanding (Terhukum)

WELAS ISTI, SH.

70
Contoh Permohonan Kontra Memori Kasasi

KONTRA MEMORI KASASI

DALAM PERKARA PIDANA NO.156 /PID.B/2002/PNYK

Lamp. : 1 lbr Surat Kuasa

Hal : Kontra Memori Kasasi dalam perkara Pidana No.156 /Pid.B/2002/PNYK

Kepada Yang Terhormat

Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia

di-

Jakarta

Melalui

Yth. Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta


di

YOGYAKARTA

Dengan segala hormat.

Yang bertanda tangan dibawah ini kami

Nama : ARIEF SUDITOMO, SH., M.Hum

Pekerjaan : Advokat

71
Alamat : Jl. Taman Siswa 158 Yogyakarta

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Klien kami WIROMULYO,
Pekerjaan Swasta, alamat Jl.Janturan No.15 Muja-Muju, Umbulharjo,
Yogyakarta, selanjutnya disebut TERMOHON KASASI

Dengan ini mengajukan Kontra Memori Kasasi atas putusan perkara pidana
nomor 145/Pid.B/2002/PNYk jo., No.11.KS/Akta.Pid/ 2002/PNYk.

Adapun Kontra Memori Kasasi ini diajukan atas hal hal sebagai berikut :
I. Bahwa klien kami tersebut diatas dalam perkara pidana
no.145/Pid.B/2002/PNYk yang berstatus sebagai Terdakwa oleh Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta, telah diberikan putusan yang amar
putusannya berbunyi sebagai berikut :

------------------------------- M E N G A D I L I -------------------------------

Menyatakan Terdakwa WIROMULYO tersebut diatas tidak terbukti melakukan


tidak pidana “ tanpa hak memiliki , menyimpan dan atau membawa
psikotropika golongan IV “ sebagai mana dakwaan Penuntut Umum.
1. Membebaskan Terakwa oleh karena itu dari dakwaan tersebut
2. Memerintahkan agar supaya Terdakwa segera dibebaskan / dikeluarkan
dari tahanan.
3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan,kedudukan,harkat dan
martabatnya.
4. Memerintahkan agar barang bukti 21 ( dua puluh satu ) butir lexotan
warna merah muda/pink dirampas untuk dimusnahkan .
5. Membebankan biaya perkara kepada negara.]
II. Bahwa terhadap putusan tersebut telah dimintakan permohonan kasasi
oleh Jaksa Penuntut Umum, dan telah diajukan memori Kasasi;
III. Bahwa terhadap semua dalih dalih yang disampaikan oleh Jaksa Penuntut
Umum dalam memori Kasasinya kami pada prinsipnya kami tidak
sependapat dan sangat keberatan , karena putusan tersebut selain telah
memenuhi rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat juga telah
didasarkan pada dasar hukum dan pertimbangan hukum yang benar,

72
karena itu dalih dalih Jaksa Penuntut Umum tersebut haruslah ditolak atau
setidak tidaknya haruslah dikesampingkan.
IV. Bahwa kami sangat kebertan terhadap dalih Jaksa Penuntut Umum yang
menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam memeriksa dan
mengadili perkara tersebut tidak sesuai dengan hukum acara yang berlaku,
khususnya karena Hakim Pengadilan negeri telah menolak diajukannya
saksi yang memberatkan oleh Jaksa Penunut Umum, saksi mana tidak ada
dalam berkas perkara, karena menurut pasal 160 KUHAP untuk pengajuan
saksi yang demikian memang diatur akan tetapi menurut Yurisprudensi
MA hal demikian haruslah ada ijin dari hakim, dan karena hakim
memandang hal itu akan menimbulkan adanya ketidak pastian dalam
hukum dan dalam rangka untuk melaksanakan asas Peradilan
Cepat,sederthana , biaya murah, serta apabila logika yureidis yang
dikemukakan Jaksa Penuntut Umum tersebut selain menimbulkan adanya
ketidak pastian hukum juga akan menimbulkan pertanyaan atas dasar
apakah Jaksa Penunutut Umum membuat surat dakwaan ? dan bukankah
surat dakwaan dibuat atas dasar Berita Acara Pemeriksaan dari Penyidik ?,
oleh karena itu dalih tersebut haruslah ditolak ( vide Buku : ” Pedoman
Pelaksanaan Tugas Administrasi Pengadilan Buku II ,MARI April l994 “,
hal 200-201 );

V. Bahwa kami tidak sependapat bahwa Hakim Pengadilan Negeri


Yogyakarta telah tidak melaksanaka asas Audiu etelteram paterm, sebab
sekiranya Jaksa Penunutut Umum mau mencermati pertimbangan dalam
putusannya,maka jelaslah ternyata Hakim telah mempertimbangkan
seluruh keterangn saksi saksi yang diajukan dimuka persidangan, oleh
karena itu dalih dalih Jaksa Penunut Umum tersebut haruslah ditolak atau
setidak tidaknyua haruslah dikesampingkan;
VI. Bahwa kami sependapat dengan putusan Hakim Pengadilan Negeri
Yogyakarta tersebut dan kami tidak sependsapat dengan dalih Saudara
jaksa Penuntut Umum yang menyatakan bahwa Hakim Pengadilan Negeri
Yogyakarta kurang cermat dan tidak mempertimbangkan persesuaian
antara keterangan saksi yang satu dengan yang lainnya sebagai mana
tersebut pada hal 3 sebab memang sungguh aneh kenapa justru pada saat
diadakan penggeledahan yang pertama tidak kedapatan barang bukti
tersebut dan baru yang melakukan penggeledahan dari bagian narkoba lalu
73
dapat diketemukan barang bukti tersebut. Padahal pada waktu dilakukan
penggeledahan yang pertama hanya didapat dompet dan HP milik
Terdakwa saja ( lebih lebih penggeledahan tersebut telah dilakukan tidak
sesuai dengan KUHAP – sebab tidak disaksikan oleh pejabat setempat
.Pada saat dilakukan penggeledahan yang kedua petugas ( Bu Sugeng
selaku sekertaris RW setempat ketika datang ditempat penggeledahan
ternyata penggeledahan sudah selesai, vide ket. Ny.Sugeng , begitupun
pada saat penggeledahan yang pertama malah sama sekali tidak diahadiri
pejabat sebagai mana diatur dalam KUHAP, yang karena itu pengeledahan
tersebut adalah batal demi hukum ), bukankah barang bukti sejumlah itu
cukup mudah untuk dideteksi dari awal ? oleh karena itu dalih Jaksa
Penuntut Umum tersebut haruslah ditolak.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dengan ini dimohon kepada Yth.
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia agar memberikan putusan sebagai
berikut :

l. Menerima dan mengabulkan dalih-dalih Termohon Kasasi.

2. Menolak permohonan Kasasi dari Pemohon kasasi.

3. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta yang dimohonkan


kasasi ini

4. Membebankan biaya perkara ini kepada negara.

Demikian Kontra memori Kasasi ini disampaikan atas perhatian dan perkenan
Yth. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia diucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 1 Januari 2003

Hormat Kami

Penasihat Hukum Termohon Kasasi

ARIEF SUDITOMO, SH., M.Hum

74
PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

LAMPIRAN

BERKAS KASUS PERDATA

1
DAFTAR ISI LAMPIRAN

No MATERI hlm.

1. Contoh Surat Kuasa :


1. Blangko Surat Kuasa --------------------------------------------- 1
2. Blangko Surat Kuasa Substitusi -------------------------------- 2
3. Blangko Surat Kuasa Banding/Kasasi ------------------------- 3
4. Contoh Surat Kuasa Penggugat --------------------------------- 4
5. Contoh Surat Kuasa Substitusi ---------------------------------- 6
6. Contoh Surat Kuasa Tergugat ----------------------------------- 7
7. Contoh Surat Kuasa Pemohon Banding ------------------------ 9
8. Contoh Surat Kuasa Pemohon Kasasi -------------------------- 11

2. Contoh Somasi ------------------------------------------------------------- 13

3. Contoh Kesepakatan Damai ---------------------------------------------- 15


4. Contoh Gugatan Perbuatan Melawan Hukum ------------------------- 17
5. Contoh Gugatan Wan Prestasi ------------------------------------------- 21
6. Contoh Jawaban ---------------------------------------------------------- 26
7. Contoh Replik -------------------------------------------------------------- 32
8. Contoh Duplik -------------------------------------------------------------- 35
9. Contoh Daftar Alat Bukti ------------------------------------------------- 39
10. Contoh Kesimpulan -------------------------------------------------------- 41
11. Contoh Memori Banding -------------------------------------------------- 44
12. Contoh Kontra Memori Banding ----------------------------------------- 49

13. Contoh Memori Kasasi ---------------------------------------------------- 52


14. Contoh Kontra Memori Kasasi ------------------------------------------- 62
15. Contoh Permohonan Eksekusi Putusan --------------------------------- 67
16. Contoh Eksekusi Sertifikat Hak Tanggungan -------------------------- 71
17. Contoh Surat Kuasa Permohonan Perwalian Anak -------------------- 74
18. Contoh Permohonan Perwalian Anak------------------------------------ 76

0
Contoh Blangko Surat Kuasa

SURAT KUASA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Dalam hal ini menyatakan menunjuk domisili hukum kepada kuasa saya seperti
tersebut di bawah ini dengan memberikan kuasa kepada :

KHUSUS

Untuk menjadi Kuasa Hukum / membela hak-hak pemberi kuasa, serta


memperjuangkan kepentingan-kepentingan pemberi kuasa menurut hukum
dalam perkara : ..............................

Untuk itu Pemegang Kuasa ini kami berikan wewenang untuk: menghadap dan
berbicara di depan Pejabat Instansi Pemerintah maupun Swasta, membaca
berkas perkara, membuat surat-surat serta menandatangani surat tersebut,
mengajukan permohonan-permohonan yang baik dan berguna bagi pemberi
kuasa, menjawab dan membantah hal-hal yang tidak benar, mengajukan bukti-
bukti surat dan saksi sehubungan dengan perkara tersebut, mewakili dalam
mediasi, mengusahakan perdamaian dalam mediasi serta menandatangani akta
perdamaian. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberi wewenang segala
sesuatu yang baik dan berguna bagi pemberi kuasa sehubungan perkara tersebut
serta dapat dibenarkan menurut hukum acara.

Pemberian kuasa ini diberikan dengan Hak Substitusi sebagian atau seluruhnya
kepada orang lain.

Yogyakarta,

Yang memberi kuasa Yang diberi kuasa


1
Contoh Blangko Surat Kuasa Subtitusi

SURAT KUASA SUBSTITUSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Dalam kedudukannya dan atas nama dasar Surat Kuasa Tertanggal ..................,
dari:

Dengan ini,
MELIMPAHKAN KUASA
Tersebut diatas kepada,

KHUSUS

............................., .............................

Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

2
Contoh Blangko Surat Kuasa Banding/Kasasi

SURAT KUASA
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Dalam hal ini menunjuk domisili kepada kuasanya seperti tersebut dibawah ini,
dengan ini memberikan kuasa kepada :

KHUSUS
Untuk menjadi Kuasa Hukum saya/ Kami dalam perkara PERDATA, Sebagai:

Untuk itu pemegang kuasa ini kami berikan wewenang untuk :

1. Membaca berkas perkaranya dengan mengutip hal - hal yang dipandang


penting untuk menyusun dan mengajukan ............................, kemudian
untuk membuat dan mengajukan...................................,:
2. Menghadap dan berbicara di depan pejabat instansi pemerintah maupun
swasta ataupun lain - lainya yang dipandang ada hubunganya dengan
perkara ini
3. Membuat serta menanda tangani surat surat yang diajukan sebagai alat
bukti dan saksi.
4. Menolak bukti bukti dan saksi saksi dalam keterangannya yang tidak
benar
5. Mengupayakan dan menanda tangani perdamaian serta menerima
putusan
6. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberikan wewenang segala sesuatu
yang baik dan berguna bagi pemberi kuasa yang sehubungan perkara
tersebut , serta dapat diperbolehkan menurut hukum.

Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain.

……………., ……………………..

Yang diberi kuasa Yang memberi kuasa

3
Contoh Surat Kuasa Penggugat

SURAT KUASA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : SADAM
Umur : 54 TAHUN
Alamat : Jl. Kenangan 67 Tempel Sleman
Dalam hal ini menyatakan menunjuk domisili hukum kepada kuasa saya seperti
tersebut di bawah ini dengan memberikan kuasa kepada :
Na m a : MUHAMMAD KOHAR, SH., MH.
Pekerjaan : Advokat
Alamat : Kantor DMH Law Firm & Rekan, Jl. Taman Indah Permai No.
12 Yogyakarta
KHUSUS
Untuk menjadi Kuasa Hukum kami/membela hak-hak serta memperjuangkan
kepentingan-kepentingan kami menurut hukum dalam perkara : Perdata

Sebagai : KUASA HUKUM PENGGUGAT

Untuk : Mewakili secara sah penggugat dalam mengajukan gugatan


Wanprestasi karena tidak melaksanakan perjanjian hutang
piutang kepada seseorang yang bernama Fulan, umur 55, Islam,
swasta, alamat di Jl. Jambu No. V/123 Perum Tambak Mas
Kasihan Bantul

Pada : Pengadilan Negeri Bantul

Untuk itu Pemegang Kuasa ini kami berikan wewenang untuk:


Untuk itu Pemegang Kuasa ini kami berikan wewenang untuk:
menghadap dan berbicara di depan Pejabat Instansi Pemerintah maupun
Swasta, membaca berkas perkara, membuat surat-surat serta
menandatangani surat tersebut, mengajukan permohonan-permohonan
yang baik dan berguna bagi pemberi kuasa, menjawab dan membantah
hal-hal yang tidak benar, mengajukan bukti-bukti surat dan saksi
sehubungan dengan perkara tersebut, mewakili dalam mediasi,
4
mengusahakan perdamaian dalam mediasi serta menandatangani akta
perdamaian. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberi wewenang segala
sesuatu yang baik dan berguna bagi pemberi kuasa sehubungan perkara
tersebut serta dapat dibenarkan menurut hukum acara.

Pemberian Kuasa ini diberikan dengan hak substistusi sebagian atau seluruhnya
kepada orang lain.

Yogyakarta, 3 Februari 2009

Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

Muhammad Kohari, SH., MH. Sadam

5
Contoh Surat Kuasa Subtitusi

SURAT KUASA SUBSTITUSI


Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Na m a : MUHAMMAD KOHAR, SH., MH.
Pekerjaan : Advokat
Alamat : Kantor DMH Law Firm & Rekan, Jl. Taman Indah Permai No.
12 Yogyakarta
Dalam kedudukannya dan atas nama dasar Surat Kuasa Tertanggal 3 Februari
2009, dari:
Nama : SADAM
Umur : 54 TAHUN
Alamat : Jl. Kenangan 67 Tempel Sleman
Dengan ini,
MELIMPAHKAN KUASA
Tersebut diatas kepada,
Nama : Naila Nadrah, S.H.
Umur : 35 tahun
Alamat : Jl. Purwanggan No.67, Kota Yogyakarta

KHUSUS
Untuk menjadi Kuasa Hukum kami penggugat /membela hak-hak serta
memperjuangkan kepentingan-kepentingan kami menurut hukum dalam
perkara perdata gugatan wan prestasi dan tuntutan ganti rugi No register
123/Pdt.G/2007/PN.Btl antara Sadam/ Penggugat dengan Fulan/ Tergugat dalam
sidang acara replik tertanggal 25 Maret 2009 pada Pengadilan Negeri Bantul

Yogyakarta, 25 Maret 2009

Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

Naila Nadrah, S.H. Muhammad Kohari, SH., MH


6
Contoh Surat Kuasa Tergugat

SURAT KUASA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ALI GUFRON


Umur : 54 TAHUN
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kemang Timur 67 Jakarta Barat

Dalam hal ini menyatakan menunjuk domisili hukum kepada kuasa saya seperti
tersebut di bawah ini dengan memberikan kuasa kepada :

Abu Bakar Amir, SH., MH., Daniel Asy’ari, SH, pekerjaan advokat,
keduanya adalah Advokat yang berkantor di ADM & Rekan, Jl. Trunojoyo No. 1
Yogyakarta.

Baik sendiri maupun bersama-sama.

KHUSUS

Untuk menjadi Kuasa Hukum / membela hak-hak serta memperjuangkan kepentingan-


kepentingan kami menurut hukum dalam perkara : Perdata

Sebagai : Kuasa hukum Tergugat Konpensi/Penggugat Rekonpensi dalam perkara


gugatan perbuatan melawan hukum, pengosongan dan ganti rugi atas
penguasaan tanpa hak sebuah rumah SHM No 67/Wrg. Luas 700 m2,
GS. No. 789, atas nama Tono Barmanto, yang terletak di jalan Taman
Siswa No 156 Kota Yogyakarta, antara pihak Tono Barmanto /
Penggugat melawan pihak Ali Gufron/ Tergugat sebagaimana dalam
register Perkara Perdata No. 137/Pdt.G/2009/PN. Yk

Pada : Pengadilan Negeri Yogyakarta

Untuk itu Pemegang Kuasa ini kami berikan wewenang untuk: menghadap dan
berbicara di depan Pejabat Instansi Pemerintah maupun Swasta, membaca berkas
7
perkara, membuat surat-surat serta menandatangani surat tersebut, mengajukan
permohonan-permohonan yang baik dan berguna bagi pemberi kuasa, menjawab dan
membantah hal-hal yang tidak benar, mengajukan bukti-bukti surat dan saksi
sehubungan dengan perkara tersebut, mewakili dalam mediasi, mengusahakan
perdamaian dalam mediasi serta menandatangani akta perdamaian. Pada pokoknya
pemegang kuasa ini diberi wewenang segala sesuatu yang baik dan berguna bagi
pemberi kuasa sehubungan perkara tersebut serta dapat dibenarkan menurut hukum
acara.

Pemberian Kuasa ini diberikan dengan hak substistusi sebagian atau seluruhnya kepada
orang lain.

Yogyakarta, 15 April 2009


Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa

1. Abu Bakar Amir, SH., MH Ali Gufron

2. Daniel Asy’ari, SH

8
Contoh Surat Kuasa Pemohon Banding

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ny. Dra. Sany Wangi


Jabatan : Ketua Yayasan Mawar
Alamat : Jl.Diponegoro No.57 Jakarta;- yang dalam jabatannya tersebut dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama sekaligus sebagai wakil
/kuasa dari Yayasan Mawar yang berkedudukan di Jalan
Diponegoro No.345 Jakarta.
Dengan ini mengaku dan menyatakan memberikan kuasa kepada :
Nama : Maulana Khan, SH., MH.
Pekerjaan : Advokat
Alamat : Jl.Adipati Ukur Timur No.9 Rawamangun, Jakarta

KHUSUS

Untuk menjadi kuasa hukum kami sebagai : KUASA HUKUM PEMOHON


BANDING/ Tergugat Konpensi dalam perkara perdata gugatan perbuatan
melawan hukum, pengosongan dan ganti rugi atas penguasaan tanpa hak sebuah
rumah SHM No 67/Wrg. Luas 700 m2, GS. No. 789, atas nama Uki Maryatun,
yang terletak di Jalan Taman Siswa No 150 Kota Yogyakarta, antara pihak Dra.
Sany Wangi/ Pemohon Banding/ Tergugat Konpensi melawan pihak Uki
Maryatun/ Termohon Banding/ Penggugat Konpensi, beralamat di Jalan
Surosutan No 56 Kota Yogyakarta, sebagaimana dalam register Perkara Perdata
No. 137/Pdt.G/2009/PN. Yk pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta, melalui
Pengadilan Negeri Yogyakarta di Yogyakarta

Untuk itu pemegang kuasa ini kami berikan wewenang untuk :

1. Membaca berkas perkaranya dengan mengutip hal - hal yang dipandang


penting untuk menyusun dan mengajukan ........, kemudian untuk
membuat dan mengajukan...........,:
9
2. Menghadap dan berbicara di depan pejabat instansi pemerintah maupun
swasta ataupun lain- lainya yang dipandang ada hubunganya dengan
perkara ini
3. Membuat serta menanda tangani surat surat yang diajukan sebagai alat
bukti dan saksi.
4. Menolak bukti bukti dan saksi saksi dalam keterangannya yang tidak
benar
5. Mengupayakan dan menanda tangani perdamaian serta menerima
putusan
6. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberikan wewenang segala sesuatu
yang baik dan berguna bagi pemberi kuasa yang sehubungan perkara
tersebut, serta dapat diperbolehkan menurut hukum.
Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain.

Jakarta, 10 Desember 2009

Yang diberi kuasa Yang memberi kuasa

Maulana Khan, SH., MH. Ny. Dra.Sany Wangi

10
Contoh Surat Kuasa Pemohon Kasasi

SURAT KUASA
Yang bertanda tangan di bawah ini :

N a m a : Tn. Omega Syah


Alamat : dusun Nglarang RT 04/RW 11, Sidoarum, Godean , Sleman

Dalam hal ini menunjuk domisili kepada kuasanya seperti tersebut dibawah ini,
dengan ini memberikan kuasa kepada :

Nama : Muhammad Ridwan, SH., MH.

Pekerjaan : Advokat/ Konsultan Hukum

Alamat : Jl. Sorowajan Baru Gg. Puntodewo No. 6 Yogyakarta

KHUSUS

Untuk menjadi Kuasa Hukum saya dalam perkara PERDATA

Sebagai : KUASA HUKUM PENGGUGAT KONPENSI/ PEMOHON KASASI


dalam perkara perdata gugatan Wanprestasi karena tidak melaksanakan
perjanjian hutang piutang kepada seseorang yang bernama Fulan/ Tergugat
Konpensi/ Termohon Kasasi umur 55, Islam, swasta, alamat di Jl. Tohpati No. 34
Kota Yogyakarta sebagaimana dalam register Perkara Perdata
Nomor123/Pdt/G/2009/PN Yk pada Mahkamah Agung Republik Indonesia
melalui Pengadilan Negeri Yogyakarta

Untuk itu pemegang kuasa ini kami berikan wewenang untuk :

1. Menyatakan kehendak kami dimuka Pengadilan Negeri yang


bersangkutan.
2. Membaca berkas perkaranya dengan mengutip hal - hal yang dipandang
penting untuk menyusun dan mengajukan Memori Kasasi.

11
3. Menghadap dan berbicara di depan pejabat instansi pemerintah maupun
swasta ataupun lain - lainya yang dipandang ada hubunganya dengan
perkara ini
4. Membuat serta menanda tangani surat surat yang diajukan sebagai alat
bukti
5. Menolak bukti bukti dan saksi saksi dalam keterangannya yang tidak
benar
6. Mengupayakan dan menanda tangani perdamaian serta menerima
putusan
7. Pada pokoknya pemegang kuasa ini diberikan wewenang segala sesuatu
yang baik dan berguna bagi pemberi kuasa yang sehubungan perkara
tersebut , serta dapat diperbolehkan menurut hukum.

Kemudian kepada Penerima kuasa ini diberikan hak “ Substitusi “ sebagian atau
seluruhnya kepada orang lain .

Yogyakarta, 5 Oktober 2017

Yang diberi kuasa Yang memberi kuasa

Muhammad Ridwan, SH., MH. Tn. Omega Syah

12
Contoh Somasi

Lamp. : 1 lb.Copy Surat Kuasa


Yogyakarta, 7 Maret 2007

Hal :SOMASI

Kepada Yth.

Bp. Adam Garuda

Di-

Yogyakarta

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini kami :

1. MUSLICH AKBAR, SH., MH :- Advokat

2. HARTONO RUSLAN, SH ;- Advokat

Alamat : Jl. Cik Di Tiro No. 1 Yogyakarta

Berdasarkan surat kuasa tertanggal 1 Maret 2007, dalam hal ini bertindak untuk
dan atas nama Klien kami yang bernama : Ny. Levina Nusantara ;- Alamat : Jl.
Brigjend Katamso No. 41 Yogyakarta.

13
Sesuai dengan pengaduan Klien kami tersebut di atas, ternyata Saudara masih
mempunyai kewajiban untuk membayar hutang sebagaimana yang telah
diperjanjikan sejumlah Rp 100.000.000, 00 (Seratus juta rupiah) ditambah bunga
sebesar Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) untuk itu diharapkan
kepada Saudara agar segera menyelesaikannya/ membayar paling lambat 7
(tujuh) x 24 jam setelah dikirimnya surat teguran ini, atau setidak-tidaknya pada
14 Maret 2007, hal ini disampaikan selain masalah ini sudah cukup lama dan
sudah jatuh tempo, juga karena uang tersebut akan dipergunakan oleh Klien
kami tersebut. Kemudian apabila dalam tenggang waktu tersebut Saudara belum
menyelesaikannya (membayar), maka dengan terpaksa akan kami selesaikan
melalui jalur hukum yang berlaku ( baik pidana maupun perdata ).

Demikianlah surat ini disampaikan, atas perhatian dan perkenan Saudara


disampaikan terima kasih.

Hormat Kami,

Kuasa Hukum Ny.Levina Nusantara

1. HM. MUSLICH, SH., MHum. 2. HARTONO, SH.

14
Contoh Surat Kesepakatan Damai

PERJANJIAN KESEPAKATAN DAMAI

Yang bertanda tangan di bawah ini kami :

 Muslich Akbar, SH., MH , Hartono Ruslan, SH., keduanya Advokat, alamat Jl. Cik
Ditiro No. 1 Yogyakarta, berdasarkan surat kuasa tanggal 1 Maret 2007 dalam hal
ini bertindak untuk dan atas nama klien kami bernama Levina Nusantara, alamat Jl.
Katamso No. 41 Yogyakarta, selanjutnya disebut Pihak Pertama
 Adam Garuda, swasta, alamat Jl. Godean No.10 Demak Ijo, Godean, Sleman,
selanjutnya disebut Pihak Kedua

Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat mengikatkan diri dalam Perjanjian
Kesepakatan Damai sebagai berikut :

1. Bahwa Pihak Kedua telah mengaku mempunyai hutang kepada Pihak Pertama Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) ditambah bunga Rp.25.000.000 (dua puluh lima
juta rupiah);
2. Bahwa Pihak Kedua telah bersedia dan sanggup membayar semua kewajibannya,
kepada Pihak Pertama sebesar Rp 55.000.000,00 (lima puluh lima juta rupiah);
3. Bahwa pembayaran sebagaimana tersebut di atas akan dibayar Pihak Kedua kepada
Pihak Pertama akan dilakukan bertahap sebagai berikut :
1) Tahap Pertama akan dibayar Rp.30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) tanggal
29 Maret 2007.
2) Tahap Kedua akan dibayar Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) tanggal 5
April 2007.
3) Tahap Ketiga akan dibayar Rp.15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) tanggal 15
April 2007.
4. Bahwa Pihak Pertama bersedia dan rela hutang sebagaimana tersebut pada point 1
di atas dibayar oleh Pihak kedua sebagaimana tersebut pada point 1 dan 2 di atas;
5. Bahwa setelah kewajiban Pihak kedua telah dilaksanakan dengan benar, maka
segala sesuatu yang berkaitan dengan perkara tersebut dianggap selesai, dan Pihak
Pertama bersedia mencabut laporan yang diajukan Pihak Pertama kepada Pihak
yang berwajib, dengan segala akibat hukum yang menyertainya;
6. Bahwa apabila Pihak Kedua lalai melaksanakan kewajibannya sebagaimana tersebut
di atas, maka semua kewajiban sebagaimana tersebut dalam perjanjian tersebut
tetap berlaku dan menjadi beban dan tanggungjawab Pihak Kedua, kemudian
perdamaian ini dianggap tidak pernah ada, sedang pembayaran yang telah

15
dilakukan oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama dianggap hapus karenanya dan
menjadi hak dari Pihak Pertama;
7. Bahwa apabila Pihak kedua telah melaksanakan kesepakatan damai ini, maka
perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada dengan segala akibat hukum yang
menyertainya;
8. Bahwa perjanjian ini berlaku sejak ditandatanganinya oleh kedua belah pihak;
9. Bahwa apabila terjadi sengketa, kedua pihak sepakat menyelesaikan secara
musyawarah mufakat, dan apabila tidak terjadi kata sepakat memilih domisili
hukum di Pengadilan Negeri Yogyakarta.
Demikianlah perjanjian kesepakatan damai ini dibuat dengan benar, tanpa paksaan dari
siapapun, dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 26 Maret 2007

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

…………………….. …………………….

Saksi – Saksi :

1. .............................. 2………………………...

16
Contoh Gugatan (Perbuatan Melawan Hukum)

Yogyakarta, 1 Juni 2009

Hal : Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Penempatan Tanpa Hak,


Pengosongan, dan Tuntutan Ganti Rugi

Kepada yang terhormat,

Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta

Di

YOGYAKARTA

Dengan Hormat ,

Kami yang bertanda tangan dibawah :

Nama : 1. M. Abdullah, SH, M.Hum

2. Saiful Jamil , SH, MH.

3. Sri Joko Raharjo, SH

Pekerjaan : Advokat, Pengacara , dan Konsultan Hukum

Alamat : Jl. Puntodewi No. 100 Wirosaba, Yogyakarta, 55252

Berdasarkan surat kuasa tertanggal 9 Mei 2009 dalam hal ini bertindak untuk
atas nama Klien kami yang bernama Hajjah Raden Roro Siti Astanah , Pekerjaan
Wiraswasta , alamat Jl KH . Ahmad Dahlan no 29 Yogyakarta, selanjutnya
mohon disebut sebagai : -------------- PENGGUGAT --------

Dengan ini mengajukan gugatan kepada Junet, pekerjaan Swasta, dahulu


beralamat di obyek sengketa yaitu kampung Cokrodinngratan JT II / 110 ,
Kelurahan Cokrodingratan , Kecamatan Jetis, Kotamadya Yogyakarta – DIY ,
sekarang beralamat di Rejodani, Sriharjo, Ngaglik Sleman – DIY , selanjutnya

17
mohon disebut sebagai : ------------------------------- TERGUGAT ---------------
--
Adapun gugatan ini kami ajukan berdasarkan dalil–dalil sebagai berikut :

1. Bahwa penggugat adalah pemilik sah sebidang tanah yang terletak di


kampung Cokrodiningratan, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis,
Kotamadya Yogyakarta sebagaimana tercatat dalam Sertifikat Hak Milik
Nomor 297 /Ckd seluas 132 m2 , teratas nama Raden Roro Siti Astanah
(Penggugat), dengan batas– batas sebagai berikut :
Sebelah utara : Tanah milik penggugat / SHM No. 296.

Sebelah timur : Hotel Trim Tiga

Sebelah selatan : Jalan kampung dan Hotel Trim Tiga

Sebelah barat : Jalan kampung Cokrodiningratan.

2. Bahwa terhadap tanah obyek sengketa sebagaimana posita nomor 1 di atas


kurang lebih pada tahun 1940 tanpa seijin dan sepengetahuan Penggugat
telah dikuasai secara tidak sah dan melawan hukum oleh orang tua Tergugat
(almarhum Mashuri);
3. Bahwa setelah orang tua Tergugat meninggal dunia, penempatan dan
penguasaan tanpa hak atas obyek sengketa tersebut dilanjutkan oleh
Tergugat, hal tersebut dilakukan oleh Tergugat tanpa seijin dan
sepengetahuan Penggugat;
4. Bahwa terhadap penguasaan secara tidah sah dan melawan hukum yang
dilakukan oleh Tergugat tersebut telah diperingatkan oleh Penggugat untuk
dikembalikan kepada Penggugat dalam keadaan kosong, akan tetapi
peringatan tersebut tidak pernah mendapatkan tanggapan yang serius dari
Tergugat dan bahkan Tergugat cenderung untuk tetap menguasai obyek
sengketa secara terus menerus dan melawan hukum;
5. Bahwa terhadap penguasaan obyek sengketa tersebut tanpa sepengetahuan
dan seijin Penggugat ternyata telah pernah dikontrakkan / disewakan
kepada orang lain;
6. Bahwa oleh karena perbuatan menguasai obyek sengketa secara tidak sah
dan tanpa hak tersebut adalah perbuatan melawan hukum maka sudah
sepantasnyalah apabila Tergugat di hukum untuk menyerahkan obyek
sengketa kepada Penggugat dalam keadaan kosong tanpa beban apapun baik
dari tangannya atau tangan orang lain yang diperoleh karena ijinnya;
7. Bahwa dikarenakan perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat tersebut adalah
merupakan perbuatan melawan hukum dan menyebabkan kerugian bagi
Penggugat karena Penggugat tidak dapat menguasai dan menikmati obyek
18
sengketa sejak tahun 1940, maka sudah sepantasnya kalau Tergugat
dihukum untuk membayar ganti kerugian kepada Penggugat;
8. Bahwa kerugian sebagaimana tersebut dalam posita poin 7 di atas adalah
besar Rp 151.500.000,00 (Seratus Lima Puluh Satu Juta Lima Ratus Ribu
Rupiah) dengan perincian sebagai berikut :
a. Penggugat tidak dapat menguasai dan menikmati obyek sengketa sejak
tahun 1940 hingga gugatan ini diajukan, yakni apabila obyek sengketa
tersebut disewakan sebesar Rp 1.500.000, 00, pertahun x 61 tahun = Rp
91.500.000,00 ( Sembilan Puluh Satu Juta Lima ratus Ribu Rupiah );
b. Biaya pengosongan obyek sengketa Rp 10.000.000,00 (Sepuluh Juta
Rupiah);
c. Kerugian inmateriil Rp 50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah);
9. Bahwa dikarenakan gugatan ini diajukan dengan disertai bukti–bukti yang
otentik, maka sesuai dengan pasal 180 HIR segala penetapan dan putusan
pengadilan dalam perkara ini dengan putusan dapat dijalankan
(dilaksanakan) terlebih dahulu Uit voorbaar bjjvooraad meskipun ada upaya
hukum dari Tergugat;
10. Bahwa untuk menjamin pelaksanaan isi putusan perkara ini maka perlu
adanya penyitaan terlebih dahulu terhadap seluruh harta kekayaan Tergugat
baik yang berupa barang tetap maupun barang bergerak yang jenis dan
jumlahnya akan kami ajukan di kemudian hari;
11. Bahwa sebelum gugatan diajukan Penggugat telah berulang kali mengajak
Tergugat untuk menyelesaikan perkara ini secara musyawarah
kekeluargaan, akan tetapi Tergugat tidak pernah menanggapi secara serius,
bahkan cenderung tidak mau menyelesaikan masalah ini;
12. Bahwa oleh karena Tergugat tidak pernah serius untuk menyelesaikan,
maka tiada jalan lain kecuali menyerahkan perkara ini kepada pengadilan
Negeri Yogyakarta untuk memeriksa, dan memutuskan perkara ini.
Berdasarkan dalil–dalil tersebut di atas maka kami mohon kepada yang
terhormat Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta untuk memeriksa, mengadili,
dan memberikan putusan sebagai berikut :

PRIMAIR

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Pengugat untuk seluruhnya;


2. Menyatakan secara sah dan berharga sita jaminan terhadap tanah beserta
rumah tersebut;
3. Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum;

19
4. Menghukum kepada Tergugat untuk menyerahkan obyek sengketa kepada
Penggugat dalam keadaan kosong tanpa beban yang menyertai baik dari
tangannya maupun dari tangan orang lain atas ijinnya, bila perlu secara
paksa dengan bantuan aparat kepolisian;
5. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar ganti kerugian kepada
Penggugat sebesar Rp 151.500.000,00 (Seratus Lima Puluh Satu Juta Lima
Ratus Ribu Rupiah);
6. Menyatakan secara hukum bahwa putusan perkara ini dapat dilaksanakan
terlebih dahulu meskipun ada upaya hukum lain dari Tergugat;
7. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul
dalam perkara ini.

SUBSIDAIR

Mohon putusan yang seadil adilnya.

Demikian gugatan ini kami sampaikan atas dikabulkannya gugatan kami ini
diucapkan terima kasih.

Hormat kami ,

Kuasa Hukum
Penggugat,

M. Abdullah, SH, M.hum

Saiful Jamil, SH. MH

Sri Joko Rahardjo, SH

20
Contoh Gugatan (Wan Prestasi)

Kepada Yth.

Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta

di-

YOGYAKARTA

Hal : Gugatan Wanprestasi dan Ganti Rugi

Lamp. : 1 (satu) lembar Surat Kuasa Khusus

Yang bertanda tangan dibawah ini, kami:

Hamidin, SH., MH, Kotot Tamtomo, SH., MH., pekerjaan Advokat /


Penasihat Hukum, alamat Jl. Taman Siswa No. 158 Yogyakarta,
berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 25 Juni 2017, yang dalam hal
ini bertindak untuk dan atas nama klien kami Antono, alamat
Jl.Sisingamangaraja No. 67 Yogyakarta, selanjutnya dalam hal ini
disebut sebagai PENGGUGAT

Dengan ini mengajukan gugatan terhadap:

1. Hendri, alamat Jl.AM. Sangaji No.99 Yogyakarta, selanjutnya disebut


TERGUGAT I;
2. Suharyati, alamat Jl.AM. Sangaji No.99 Yogyakarta, selanjutnya disebut
TERGUGAT II
Adapun gugatan ini diajukan atas hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa pada tanggal 10 Januari 2017 telah terjadi perjanjian hutang piutang
antara Penggugat dan Tergugat I sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus juta
rupiah), dan akan dikembalikan dalam tenggang waktu 2(dua) bulan
21
2. Bahwa dalam perjanjian hutang piutang tersebut dinyatakan bahwa
Tergugat telah memberikan jaminan selembar Cek Nomor : C 12345687
senilai Rp.100.000.000,-
3. Bahwa Tergugat I telah bersedia dan sanggup untuk memberikan bunga
sebesar 2 % setiap bulannya kepada Penggugat;
4. Bahwa ternyata sampai batas waktu yang telah ditentukan (tanggal 10 Maret
2017), Tergugat I tidak memenuhi pembayaran dan atau pemenuhan prestasi
kepada pihak Penggugat sebagaimana yang diperjanjian.
5. Bahwa dengan demikian Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi,
dalam perjanjian apabila pihak debitur terlambat membayar utang melebihi
batas yang telah ditentukan maka debitur dikenakan denda Rp.200.000,-
(dua ratus ribu rupiah) per harinya namun hingga kini pihak tergugat
belum membayar utangnya tersebut maka sudah sepantasnyalah apabila
Tergugat dihukum untuk membayar hutang nya tersebut kepada Penggugat
dengan segala akibat hukum yang menyertainya.
6. Bahwa dengan adanya tindakan wanprestasi tersebut, Penggugat telah
memberikan somasi-somasi (teguran) baik secara lisan maupun tertulis
terhadap Tergugat I, akan tetapi Tergugat I tetap tidak mau
mengindahkannya bahkan Tergugat I cenderung untuk tetap tidak
melaksanakan kewajibannya, dengan demikian Tergugat I telah dengan
sengaja tidak beriktikad baik untuk tidak memenuhi prestasinya.
7. Bahwa akibat wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat I, menimbulkan
kerugian bagi penggugat baik kerugian materiil, sebab uang tersebut
merupakan modal usaha yang sangat dibutuhkan oleh Penggugat, maka
sudah sewajarnya tergugat dibebani untuk membayar ganti rugi sebesar 2 %
setiap bulannya, terhitung mulai tanggal 10 Januari 2013 hingga batas
waktu perjanjian dan denda hingga gugatan diajukan dengan perincian
sebagai berikut:

Kerugian Materiil
Hutang Pokok : Rp. 100.000.000,-
Bunga 2 X2 % X Rp.100.000.000,- : Rp. 4.000.000,-
Denda 168 hari (sejak tgl 11 maret 2017-25 Agsutus2017)
168 HARI x Rp.200.000,- : Rp. 27.600.000,-
Kerugian Immateriil : Rp. 300.000.000,-
Jumlah keseluruhan : Rp. 431.600.000,-

22
8. Bahwa akibat adanya perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh Para
Tergugat, mengakibatkan Penggugat dirugikan tidak hanya kerugian
materiil tapi juga kerugian immateriil, sebab apabila uang tersebut diputar
atau dimasukkan/disimpan di Bank, maka Penggugat akan mendapatkan
keuntungan yang besar oleh dan karena itu sudah sepantasnyalah apabila
Para Tergugat dihukum untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat Uang
sebesar yang disebutkan diatas dan mengembalikan uang tersebut kepada
Penggugat secara tanggung renteng dengan segala akibat hukum yang
menyertainya.
9. Bahwa untuk menjamin hak Penggugat dan untuk menjamin pelaksanaan
putusan perkara ini Penggugat mohon agar Pengadilan Negeri Yogyakarta
meletakan Sita Jaminan terhadap tanah dan bangunan SHM No.
345/JT/1997, seluas 274 m2 nama Suharyati (Tergugat II) yang terletak di
Jl.AM Sangaji No.99 Yogyakarta.
10. Bahwa oleh karena gugatan ini diajukan atas dasar bukti-bukti yang kuat
dan otentik, maka mohon segala penetapan dan putusan dapatlah
dilaksanakan terlebih dahulu (Uitvoerbaar bijvoorraad) meskipun Tergugat
melakukan Verzet, banding maupun kasasi.
11. Bahwa dikarenakan gugatan ini menyangkut perbuatan cidera janji
(wanprestasi) yang disebabkan kesengajaan Tergugat baik dengan cara tidak
mau memenuhi prestasinya pada tergugat dihukum untuk membayar uang
paksa (dwangsom) sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap hari lalai
dalam melaksanakan putusan kelak, terhitung adanya putusan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap, hingga Tergugat melaksanakan isi putusan
perkara ini.
12. Bahwa oleh karena perjanjian hutang piutang tersebut terjadi pada saat
Tergugat I dalam ikatan perkawinan yang sah dengan Tergugat II, maka
sudah sepantasnyalah apabila Tergugat II dilibatkan dalam perkara ini dan
sudah seharusnya apabila dihukum untuk membayar hutang hutang
Tergugat I secara tanggung renteng dengan segala akibat hukumnya.

Maka berdasarkan segala apa yang terurai diatas, Penggugat memohon kepada
Bapak Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta berkenan memutuskan perkara ini
sebagai berikut:

23
PRIMAIR

1. Menerima dan mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya.


2. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan terhadap tanah bangunan SHM
No. 345, seluas 274 m² nama Suharyati yang teretak di Jl.AM.Sangaji No.99
Yogyakarta
3. Menyatakan secara hukum perjanjian hutang piutang antara Penggugat dan
Tergugat adalah sah menurut hukum.
4. Menyatakan sah para Tergugat mempunyai utang kepada Penggugat sebesar
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)
5. Menyatakan secara hukum para Tergugat telah melakukan perbuatan
wanprestasi
6. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar
hutangnya beserta bunga dan dendanya kepada Penggugat yang terdiri dari
hutang pokok ditambah bunga dan denda yang belum terbayar sebesar Rp.
131.600.000,- (seratus tiga puluh satu juta enam ratus ribu rupiah).
7. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar
kerugian immateriil kepa Penggugat sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga ratus
juta rupiah)
8. Menghukum tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar
Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap hari lalai dalam melaksanakan
putusan kelak, sejak terhitung adanya putusan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap.
9. Menghukum para tergugat secara tanggung renteng untuk membayar
kepada Penggugat denda keterlambatan sebanyak Rp. 200.0000,- sejak
gugatan ini diajukan hingga para Tergugat melaksanakan isi putusan ini.
10. Menyatakan putusan perkara didasarkan oleh bukti-bukti otentik sehingga
dapat dilaksanakan secara serta merta (Uitvoerbaar bijvoorraad) meskipun
tergugat melakukan Verzet, banding maupun kasasi.

SUBSIDAIR
Mohon putusan seadil-adilnya.

24
Demikian gugatan ini kami sampaikan atas perhatian dan terkabulnya, kami
haturkan terima kasih.

Yogyakarta, 25 Agustus 2017

Hormat Kami :

Kuasa Hukum Penggugat

1. KHAMIDIN,SH.,MH.

2. KOTOT TAMTOMO, SH, MH.

25
Contoh Jawaban (Eksepsi, Jawaban Konpensi dan Gugatan Rekonpensi)

Sleman, 2 April 2007

Kepada Yang Terhormat,

Majelis Hakim Pemeriksa Perkara Perdata No. 133/Pdt.G/2007/PN.Slmn


Pada Pengadilan Negeri Sleman

di-

SLEMAN

H a l : EKSEPSI, JAWABAN KONPENSI dan GUGATAN REKONPENSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya MEGA PERKASA, SH, Advokat,
berkantor di Kantor Advokat MEGA PERKASA dan Rekan , Jalan
Diponegoro Nomor 105, Telp. 0274-5809234 Kota Yogyakarta, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tertanggal 24 Maret 2007 bertindak untuk dan atas
nama klien saya,
1. Budi Mulyanto, Swasta, Alamat Jalan C.Simanjuntak Nomor 203 Kota
Yogyakarta.
Selanjutnya mohon disebut sebagai TERGUGAT I
2. Titik Mulyanti, Swasta, Alamat Perum Ngoto Permai Nomor 707,
Kecamatan Imogiri, Kabupaten BANTUL, selanjutnya mohon disebut
sebagai TERGUGAT II

Dengan ini mengajukan Eksepsi, Jawaban dalam Konpensi dan Gugatan


Rekonpensi atas Gugatan Penggugat tertanggal 12 Maret 2007 sebagai
berikut:

A. KONPENSI:

1. DALAM EKSEPSI:

26
Bahwa pada pokoknya Para Tergugat menolak dalil-dalil yang telah
diajukan oleh Penggugat sebagaimana yang terdapat dalam Surat Gugatan
Penggugat, kecuali yang secra tegas-tegas diakui kebenarannya oleh Para
Tergugat.

a. TENTANG KOMPETENSI RELATIF


1. Bahwa Tergugat I berdomisili hukum (alamat) di wilayah hukum
Pengadilan Negeri Yogyakarta yaitu Jalan C Simanjuntak 203 Kota
Yogyakarta hal ini sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang
dimiliki Tergugat I, bukan/tidak beralamat di Jalan Pasar Kembang
101 Kota Yogyakarta, dengan demikian Tergugat I mempunyai
kedudukan pada wilayah hukum Pengadilan Negeri Kota Yogyakarta
dengan demikian gugatan Penggugat telah salah alamat.
2. Bahwa Tergugat II berdomisil hukum/alamat di Jalan Taman Asri No.
707, Kec. Kasihan, Kabupaten Bantul yang dengan demikian domisili
hukum Tergugat II adalah pada wilayah hukum Pengadilan Negeri
Bantul.
3. Bahwa berdasarkan Pasal 118 gugatan Penggugat haruslah diajukan
di wilayah hukum tempat tinggal Para Tergugat, yang dalam hal ini
Penggugat memilih antara Pengadilan Negeri Yogyakarta atau
Pengadilan Negeri Bantul.

b. GUGATAN PENGGUGAT KURANG SUBYEK HUKUMNYA


Bahwa gugatan Penggugat nyata-nyata tidak mengikutsertakan pihak
Notaris/PPAT sebagai pihak yang seharusnya ikut digugat, hal ini
dikarenakan gugatan Penggugat terkait dengan adanya pembatalan akta jual
beli terhadap obyek sengketa.

c. TENTANG KEDUDUKAN PENGGUGAT YANG TIDAK JELAS/KABUR


Bahwa kedudukan Penggugat yang mengaku sebagai anak kandung dari
almarhumah Rosearni sangatlah tidak jelas, hal ini disebabkan siapa
bapak dari Menurwati sama sekali tidak dijelaskan dalam posita gugatan
Penggugat.

d. TENTANG IDENTITAS OBYEK SENGKETA YANG TIDAK JELAS/KABUR


Bahwa dalam surat gugatan Penggugat terhadap obyek sengketa ternyata
tidak ada ditemukan batas-batas yang disengketakan, sehingga terkait
dengan obyek sengketa dalam perkara ini sangatlah tidak jelas/kabur
(Vide Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 17 April 1979 Nomor 1149
27
K/Sip/1975 “Karena dalam surat gugatan tidak disebutkan dengan jelas
letak atau batas-batas tanah sengketa, gugatan tidak dapat diterima) .
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka kami mohon Majelis
Hakim pemeriksa perkara ini berkenan memutus perkara ini sebagai
berikut :

PRIMAIR :
1. Menerima dan mengabulkan semua eksepsi Para Tergugat.
2. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya
menyatakan gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima.
3. Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Sleman tidak berwenang
mengadili gugatan perkara ini.
4. Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya yang timbul
dalam perkara ini.

2. DALAM POKOK PERKARA :


1. Bahwa pada pokoknya Para Tergugat menolak dalil-dalil yang telah
diajukan oleh Penggugat sebagaimana yang terdapat dalam Surat
Gugatan Penggugat, kecuali yang secara tegas-tegas diakui
kebenarannya oleh Para Tergugat.
2. Bahwa semua alasan dan dalil-dalil yang Para Tergugat ajukan dalam
eksepsi mohon menjadi alasan bantahan dalam konpensi ini .
3. Bahwa benar Tergugat I menikah dengan Rosearni pada tanggal 19
Desember 1976.
4. Bahwa tidak benar harta gono-gini yang diperoleh pada masa
perkawinan seperti gugatan Penggugat, karena tanah dan bangunan
(obyek sengketa) diperoleh Tergugat I sebelum ada ikatan
perkawinan pada tanggal 19 Desember 1976 sebab;
a. Pada tahun 1970 Tergugat I menyewa tanah dan bangunan untuk
usaha dagang.
b. Pada tahun 1975 Tergugat I telah membeli tanah obyek sengketa
tersebut dari pemiliknya, akan kami buktikan dalam persidangan
oleh karena itu Tergugat I menolak dan membantah keras bahwa
obyek sengketa adalah bukan harta gono-gini antara Tergugat I
dengan ibu Penggugat.
5. Bahwa karena tanah obyek sengketa diperoleh Tergugat I sebelum
ada ikatan perkawinan dengan ibu Penggugat bukanlah harta gono-
gini, oleh karena itu tidak perlu ada persetujuan/ijin dari Penggugat

28
maka untuk itu Tergugat I sah secara hukum untuk melakukan
peralihan hak/jual-beli kepada siapapun.
6. Bahwa permintaan Penggugat tentang kerugian, seolah-olah
Tergugat I, II telah merugikan Penggugat adalah ditolak dan dibantah
keras oleh Para Tergugat, karena Penggugat tidak berhak atas obyek
eksekusi, dan juga Penggugat tidak mempunyai hak untuk menghayal
untuk menuntut ganti rugi apalagi memperhitungkan harta sewa tiap
tahun atau perincian sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
7. Bahwa Tergugat II sebagai pihak pembeli terhadap obyek sengketa
adalah pembeli yang beritikat baik, karena telah melakukan
pembelian obyek sengketa sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan oleh undang-undang dan juga jual belitelah dilakukan
oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Yang dengan
demikian Tergugat II sebagai pembeli beritikat baik harus dilindung
undang-undang dan hukum.( Vide Putusan Mahkamah Agung RI
tanggal 29 Maret 1982 No. 1230 K/Sip/1980, “Pembeli yang beritikat
baik harus mendapatkan perlindungan hukum”)
8. Bahwa Para Tergugat I dan II menolak dan membantah keras
permintaan Penggugat untuk melakukan sita Jaminan terhadap
obyek sengketa maupun terhadap hak milik Tergugat I di Jalan C
Simanjuntak 203 Kota Yogyakarta DIY, hal ini dikarenakan tuntutan
Penggugat yang tidak beralaskan hak tersebut.
9. Bahwa demikian pula terhadap permintaan Penggugat tentang
lembaga UITVOORBAAR BIJ VOORRAD dalam perkara ini maka
dikarenakan sengketa ini jelas-jelas tidak didasarkan bukti yang kuat
maka mohon permohonan putusn serta merta tersebut untuk ditolak
oleh Majelis Hakim pemeriksa perkara.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka mohon agar Majelis Hakim


pemeriksa perkara ini berkenan untuk memutus perkara ini dengan putusan
sebagai berikut :

PRIMAIR :

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya


menyatakan gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima.
2. Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya yang timbul
dalam perkara ini.

29
B. REKONPENSI :
Dalam Pokok Perkara
1. Bahwa dalam Rekonpensi ini mohon Tergugat I dan II/Para Tergugat
dalam Konpensi disebut sebagai Penggugat I dan II/Para Penggugat,
dan selanjutnya pula Penggugat dalam Konpensi mohon disebut
sebagai Tergugat.
2. Bahwa pada pokoknya Para Penggugat menolak dalil-dalil yang telah
diajukan oleh Tergugat sebagaimana yang terdapat dalam Surat
Gugatan Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonpensi, kecuali yang
secara tegas-tegas diakui kebenarannya oleh Para Penggugat.
3. Bahwa semua alasan dan dalil-dalil yang Para Penggugat ajukan
dalam eksepsi dan dalam konpensi mohon menjadi alasan bantahan
dalam rekonpensi ini.
4. Bahwa obyek sengketa adalah bukan sebagai barang gono gini
Penggugat I dengan Tergugat, karena obyek sengketa didapatkan
Penggugat I sebelum melakukan pernikahan dengan Tergugat.
5. Bahwa dengan demikian pula jual beli obyek sengketa antara
Penggugat I dengan Penggugat II adalah jual beli yang sah, karena
disamping obyek sengketa adalah barang milik Penggugat I juga
dikarenakan proses jual beli yang ada dilakukan sesuai dengan
prosedur yang dibenarkan oleh hukum.
6. Bahwa dengan adanya proses yang sah terhadap jual beli obyek
sengketa maka jelas-jelas Penggugat II adalah sebagai pembeli yang
beritikat baik, yang dengan demikian harus dilindungi undang-
undang.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka mohon agar Majelis Hakim
pemeriksa perkara ini berkenan untuk memutus gugatan rekonpensi ini
dengan putusan sebagai berikut :

PRIMAIR

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk


seluruhnya.
2. Menyatakan bahwa jual beli terhadap obyek sengketa, yaitu tanah dan
bangunan yang di atasnya sebagaimana yang tertera dalam sertifikat
Hak Milik NO. 551 gambar situasi No. 5256 tertanggal 15-3-1990 seluas
122 M2, dahulu beratas nama Bogie/Tergugat I/Penggugat I Rekonpensi
, sekarang beratas nama Tri Mulyani/Tergugat II/Penggugat II

30
Rekonpensi, yang terletak di Desa/Kelurahan Banyuraden, Kecamatan
Gamping, Kabupaten Sleman, Propinsi D.I.Y. adalah sah secara hukum
3. Menyatakan bahwa Penggugat II adalah Pembeli yang beritikat
baik.
4. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul
dalam perkara ini.

SUBSIDAIR :
DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI
Mohon putusan yang seadil-adilnya.

Demikian Jawaban Konpensi dan Gugatan Rekonpensi ini kami ajukan, atas
perkenan dan dikabulkannya Jawaban Konpensi dan Gugatan Rekonpensi ini
diucapkan terima kasih

Hormat kami,
Kuasa Hukum Para Tergugat Konpensi/Para Penggugat Rekonpensi,

MEGA PERKASA, SH

31
Contoh Replik

Hal : Replik atas jawaban Tergugat I

Kepada Yang Terhormat :

Majelis Hakim Pemeriksa


Perkara No.39/Pdt.G/2011/PN.Yk

Pada Pengadilan Negeri Yogyakarta

di-

Y O G Y A K A R T A

Dengan segala hormat,

Untuk dan atas nama Klient kami; Dengan ini menyampaikan Replik atas
Jawaban Tergugat I sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI :

1. Bahwa pada pokoknya kami tetap pada gugatan kami semula, dan
menolak jawaban Tergugat I, kecuali yang secara tegas tegas kami akui
kebenarannya.
2. Bahwa kami tidak sependapat dengan dalih Tergugat 1 point 1 tersebut
karena kaedah hukum yang dijadikan dasar tersebut selain tidak
kontektual juga telah ada Yurisprudensi yang lebih baru yang menafikan
kaedah tersebut (vide Yurispudensi MARI tanggal 9-9l975,No.457
K/Sip/l974 jo. Put MA RI Tgl. 18-9-l976 No.157 K/Sip/l975 jo Put MARI
tgl.6-9-l975,No.51 K /Sip/l975 jo Put MARI tgl.10–5-l977 No.1656
K/Sip/l975 yang pada intinya menyatakankan bahwa tidak ada daluwarsa
untuk menuntut hak (lihat lebih lanjut Rangkuman Yurisprudensi MARI
1. Hukum Pidana dan Acara Pidana 2. Hukum Perdata dan Acara
Perdata, hal 29 dan 30 ). dengan demikian dalih tersebut haruslah ditolak
atau setidak tidaknya haruslah dikesampingkan.

32
3. Bahwa kami tidak sependapat dengan dalih Tergugat I, karena obyek
sengketa adalah milik Yayasan dengan nama Yayasan Hatta, maka sudah
sepantasnya Yayasan mempunyai hak untuk menuntut ganti rugi
tersebut, oleh karena itu dalih Tergugat I tersebut haruslah ditolak atau
setidak tidaknya haruslah dikesampingkan.
Berdasarkan hal hal tersebut diatas, maka dengan ini kami mohon
kepada Yth. Bapak/Ibu Majelis Hakim agar meberikan putusan sebagai
berikut:

PRIMAIR :

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.


2. Menolak dalih dalih Tergugat I untuk seluruhnya atau setidak tidaknya
dalih-dalih Tergugat I haruslah dikesampingkan.

SUBSIDAIR:

Memberikan putusan yang seadil-adilnya.

DALAM POKOK PERKARA :

1. Bahwa semua dalih dalih kami dalam Eksepsi mohon dapat


dipertimbangkan dan dimasukkan dalam jawaban pokok perkara;
2. Dalih-dalih Tergugat I kecuali yang secara tegas tegas kami akui
kebenarannya .
3. Bahwa pada prinsip Tergugat I telah mengakui dalih dalih gugatan
Penggugat khususnya mengenai obyek sengketa adalah milik
Penggugat, oleh karena itu sudah sepantasnyalah apabila gugatan
Penggugat harus dikabulkan;
4. Bahwa dalih Tergugat sebagaimana tersebut pada point 2 c jawaban
tergugat ternyata dilakukan oleh orang yang sama sekali tidak
berwenang untuk mewakili Penggugat (yang pada saatnya akan kami
buktikan), oleh karena itu dalih tersebut haruslah ditolak, atau setidak
tidaknya haruslah dikesampingkan;
5. Bahwa oleh karena alas hak yang dijadikan dasar untuk mendapat hak
tersebut sejak semula telah cacat dalam bentuk dan hukumnya dan
karenanya batal demi hukum, maka segala akibat hukum yang
33
menyertainya adalah batal hukum pula, oleh karena itu dalih Tergugat I
tersebut haruslah ditolak;
6. Bahwa oleh karena sengketa yang menjadi pokok sengketa ini bukan
merupakan proses dan atau pembatalan sertifikat, akan tetapi mengenai
sengketa hak (alas hak), maka ketentuan tersebut tidak dapat
dirterapkan dalam kasus ini, karena itu haruslah ditolak;
7. Bahwa Tergugat I secara tegas tegas telah mengakui bahwa tanah
tersebut ternyata telah dipergunakan tidak sesuai dengan ijin yang
diberikan;
8. Bahwa dengan demikian jelaslah bahwa tanah (obyek) sengketa adalah
milik Penggugat, sedang sekarang menjadi Hak Pakai atas nama
Tergugat I, adalah tidak sah karena didasarkan pada perolehan ( alas
hak) yang tidak sah ( karena sejak semula batal demi hukum) oleh
karena itu, dalih Tergugat I tersebut haruslah ditolak.
Berdasarkan hal hal tersebut diatas, maka dengan ini kami mohon kepada
Yth. Bapak, Ibu Majelis hakim agar memberikan putusan sebagai berikut :

PRIMAIR ;

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.


2. Menolak dalih dalih Tergugat untuk seluruhnya atau setidak tidaknya
dalih Tergugat I dinyatakan tidak dapat diterima.
3. Menghukum kepada Tergugat I untuk membayar biaya perkara ini.

SUBSIDAIR :
Mohon putusan yang seadil-adilnya.

Demikianlah Replik ini disampaikan, atas perhatian dan perkenan Bapak, Ibu
Majelis Hakim diucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 7 September 2011


Hormat Kami,

1. Arief Suditomo, SH., MH.

2. Suryanto, SH.

34
Contoh Duplik

Hal : Duplik

Kepada Yang Terhormat

MAJELIS HAKIM PEMERIKSA Perkara No.57/Pdt.G/2002/PN.Btl


Pada Pengadilan Negeri Bantul

di-

B A N T U L

Dengan segala hormat,

Untuk dan atas nama Klien kami, dengan ini menyampaikan duplik dalam
perkara perdata No.57/Pdt/G/2002PN.Btl sebagai berikut:

A. DALAM EKSEPSI
1. Bahwa pada pokoknya kami tetap pada Eksepsi kami semula dan
menolak seluruh dalih gugatan Penggugat , kecuali yang secara tegas
tegas kami akui kebenarannya.
2. Bahwa kami tidak sependapat dengan dalih Penggugat point 02, Sebab
biarpun untuk menempatkan subyek hukum dalam suatu gugatan
memang menjadi hak dari Penggugat, akan tetapi tidak berarti kalau ada
pihak yang seharusnya digugat oleh Penggugat akan tetapi tidak
diajukan sebagai Pihak dalam perkara ini adalah SUGIYONO, maka
dengan tidak dilibatkannya SUGIYONO sebagai Pihak dalam perkara
menjadikan gugatan Penggugat menjadi kurang lengkap subyek
Hukumnya ( Statuta Personalia ), dan karenanya haruslah dinyatakan
tidak dapat diterma.
3. Bahwa gugatan Penggugat sejak semula terdapat cacat dalam bentuk dan
hukumnya karena antara Penggugat dengan Tergugat tidak pernah
melakukan hubungan hukum sebagai mana didalihkan oleh Penggugat,
oleh karena itu gugatan Penggugat haruslah ditolak.
4. Bahwa dengan adanya penyebutan bangunan konstruksi hukum yang
tidak benar yakni perbuatan melawan hukum, mengakibatkan gugatan

35
Penggugat menjadi tidak jelas/ kabur dan karenanya gugatan Penggugat
haruslah dinyataan tidak dapat diterima.

B. DALAM POKOK PERKARA


1. Bahwa pada pokoknya kami tetap pada jawaban kami semula, dan
menolak semua dalih dalih Penggugat kecuali yang secara tegas tegas
kami akui kebenarannya.
2. Bahwa semua dalih dalih dalam Eksepsi maupun dalam duplik, mohon
dimasukkan dan dipertimbangkan dalam jawaban pokok perkara ini.
3. Bahwa kami menolak dalih Penggugat point 02, sebab sejak semula
hubungan hukum yang terjadi antara Penggugat dengan Tn. SUGIYONO
dalam kapasitasnya antara pembeli dengan penjual dan tidak pernah
menyebut nyebut bahwa dirinya adalah selaku kuasa dari Penggugat
lebih lebih menunjukkan adanya surat kuasa sama sekali tidak benar,
oleh karena itu gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak tidak
tidaknya harus dinyatakan tidak dapat diterima untuk seluruhnya.
4. Bahwa andaikata Penggugat mendalihkan tidak mengetahui adanya
klausula tersebut adalah wajar dan menunjukkan bukti bahwa antara
Penggugat dengan Tergugat sama sekaliu tidak mempunyai hubungan
hukum apapun, sebab semua kesepakatan tersebut terjadi hanya antara
Tergugat dengan SUGIYONO, oleh karena itu dalih tersebut haruslah
ditolak.
5. Bahwa wajar dan apabila Penggugat mendalih sebagai mana tersebut
pada point 4, sebab memang yang melakukan perikatan adalah anatar
Tergugat dengan Tn. SUGIYONO, dengan demikian dapatlah dijadikan
bukti ( persangkaan ) bahwa antara Penggugat dan Tergugat sama sekali
tidak ada hubungan hukumnya , sedang mengenai berapa jumlah uang
yang diterima antara Tergugat dengan SUGIYONO pada saatnya akan
kam buktikan kebebnarannya, oleh karena itu gugatan Penggugat
haruslah ditolak.
6. Bahwa tidak benar obyek sengketa telah diserahkan penguasaannya oleh
Tergugat kepada kepada Penggugat, yang benar tanah tersebut
diserahkan kepada Tn. SUGIYONO, soal sekarang ternyata dikuasai oleh
Penggugat, hal itu sama sekali tidak seijin dan sepengetahuan Penggugat,
oleh karena itu dalih Penggugat yang menyatakan penguasaan tersebut
sebagai akibat adanya jual beli antara Penggugat dengan Tergugat
tersebut adalah merupakan kesimpulan Penggugat dan karenanya
haruslah ditolak .
7. Bahwa adalah sangat wajar dan dapatlah dijadikan bukti bahwa antara
Poenggugat dan Tergugat sama sekali tidak pernah ada hubungan hukum
36
sebab selama ini Tergugat selalu mengejar / mendesak kepada Tn.
SUGIYONO ( bukan kepada Penggugat ) agar segera menyelesaikan
kekurangan pembayaran yakni setelah sertifikat tanah terrsebut jadi
akan tetapi selalu dijawab oleh Tn. SUGIYONO belum ada uangnya,
dengan demikian dalih tersebut haruslah ditolak.
8. Bahwa sesuai dengan dalih dalih Tergugat tersebut diatas, maka jelaslah
bahwa Tergugat sama sekali tidak melakukan perbuatan melawan
hukum, dan karenanya segala tuntutan Penggugat hartuslah ditolak.
Berdasarkan hal hal tersebut diatas, maka dengan ini mohon kepada Yth.Bapak
Majelis Hakim agar berkenan memberikan putusan sebagai berikut :

PRIMAIR

DALAM EKSEPSI

1. Menerima dan mengabulkan semua eksepsi Tergugat


2. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya, atau setidak tidaknya gugatan
Penggugat haruslah dinyatakan tidak dapat diterima seluruhnya.
3. Menghukum kepada Pengggugat untuk membayar biaya perkara ini.

DALAM POKOK PERKARA

1. Menerima dan mengabulkan dalih dalih Para Tergugat untuk seluruhnya.


2. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya, atau setidak tidaknya
gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima seluruhnya.
3. Menghukum kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara ini.

37
SUBSIDAIR
DALAM EKSEPSI DAN POKOK PERKARA

Mohon putusan lain yang seadil adilnya.

Demikianlah duplik ini disampaikan ,atas perhatian dan perkenan Yth .Bapak
Majelis Hakim disampaikan terima kasih.

Yogyakarta, 21 Pebruari 2002


Hormat Kami,
Kuasa Hukum Tergugat

ARIEF SUDITOMO, SH., M.Hum

38
Contoh Penyusunan Daftar Alat Bukti Surat

DAFTAR BUKTI SURAT

PENGGUGAT/TERGUGAT REKONPENSI

Dalam perkara perdata No. 35/Pdt.G/2003/PN/Slmn, pada Pengadilan Negeri Sleman

NAMA/JENIS
No. KODE KEGUNAAN BUKTI KETERANGAN
SURAT
1 P - 01 Akta - Untuk membuktikan 1 (satu) lembar
Kelahiran No. bahwa Penggugat
/Tergugat Rekonpensi
17896/
adalah sebagai anak yang
JS/1985
lahir dari Rosearni sebagai
ibu kandungnya.
- Untuk membuktikan
bahwa
Penggugat/Tergugat
Rekonpensi adalah ahli
waris ROSEARNI dan
berhak atas harta warisan.
2 P - 02 Akta Nikah - Untuk membuktikan 1 (satu) bendel
No. 145/014/ bahwa antara Ibu
XII/1976 Penggugat/Tergugat
Rekonpensi dan Tergugat
I/Penggugat I Rekonpensi
menikah secara sah dan
tercatat, dengan demikan
telah terjadi percampuran
harta suami istri antara Ibu
Penggugat/Tergugat
Rekonpensi dengan
Tergugat I/Penggugat I
39
Rekon pensi

3 P - 03 Surat -Untuk membuktikan 1 (satu) lember


Keterangan bahwa Ibu
Ke matian No. Penggugat/Rosearni telah
474.3/ meninggal tanggal 10 Juni
901/13500810 1998 di Yogyakarta.
02/ 0698
4 P - 04 Sertifikat Hak - Untuk membuktikan 1 (satu) bendel
Milik No. 551 bahwa obyek sengketa
diperoleh selama dalam
GS Nomor
masa perkawinan antara
5256
ibu Penggugat/ Rosearni
tertanggal 15 yaitu dengan Tergugat
–03- 1990 I/Penggugat I Rekonpensi
- Untuk membuktikan
bahwa obyek sengketa
telah dijual oleh Tergugat
I/Penggugat I Rekonpensi
kepada Tergugat
II/Penggugat II
Rekonpensi .

Sleman, 20 Mei 2003

Hormat kami,

Kuasa Hukum Penggugat/Tergugat Rekonpensi tersebut,

M. ABDULLAH, SH.,M.Hum

SAIFUL JAMIL,S.H.,M.H

SRI JOKO RAHARDJO, SH

40
Contoh Kesimpulan

Kepada Yang Terhormat :

Majelis Hakim Pemeriksa

Perkara Perdata no.23 /Pdt.G/2012/PN.Slmn

Pada Pengadilan Negeri Sleman

di

SLEMAN

HAL : KESIMPULAN

Dengan segala hormat,

Untuk dan atas nama Klien kami;- dengan ini menyampaikan kesimpulan
dalam perkara perdata no.39/Pdt /G/2012/PNYk , namun sebelum itu
perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada Majelis Hakim yang telah berkenan memeriksa perkara ini
dengan penuh kesabaran dan cukup teliti, semoga semuanya itu mendapatkan
balasan dari Allah Swt sebagai suatu amalan ibadah , dan semoga Allah SWT
selalu memberikan Rahmat dan HidayahNya kepada kita sekalian khususnya
kepada Majelis Hakim sehingga dapat membedakan yang benar itu benar dan
yang salah itu salah serta diberikan daya serta kekuatan sehingga dapat
menjalankan yang benar dan menjauhkan yang batil (salah) amin, Selain dari
pada itu melalui kesempatan ini baik kami selaku kuasa Terggugat I maupun
selaku pribadi, apabila selama pemeriksaan perkara ini ada hal-hal yang kurang
berkenan dihati Majelis Hakim, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Adapun kesimpulan ini kami sampaikan atas hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa Penggugat dalam gugatannya mendalihkan bahwa Penggugat semula


adalah selaku pemilik yang syah atas tanah tanah obyek sengketa, akan
tetapi kemudian tanah tanah tersebut telah dihibahkan secara bersyarat
41
kepada Tergugat I, dan oleh karena Tergugat I selaku penerima hibah
bersyarat ternyata tidak melaksanakan kewajibannya sebagai mana
disyaratkan yakni memberi nafkah kepada Penggugat, maka Penggugat
menuntut agar hibah tersebut dibatalkan.
2. Bahwa atas gugatan Penggugat tersebut Tergugat I memberikan jawaban dan
duplik ,untuk singkat sesuai dengan jawaban dan duplik Tergugat I, yang
pada pokoknya mendalihkan bahwa benar obyek sengketa semula adalah
milik Penggugat, dan selanjutnya obyek sengketa telah dihibahkan oleh
penggugat Kepada Tergugat I, akan tetapi tidak benar apabila hibah tersebut
adalah bersyarat .
3. Bahwa untuk meneguhkan dalih dalih gugatan Penggugat maupun jawaban
Para Tergugat mereka masing masing telah mengjukan bukti surat maupun
bukti saksi , yang untuk sngkatnya lihat dalam berita acara persidangan.
4. Bahwa yang menjadi inti persoalan dalam kasus ini adalah apakah hibah dari
penggugat kepada Tergugat I tersebut sudah syah? Apakah hibah tersebut
bersifat bersyarat dan apakah hibah tersebut dapat dbatalakan ?
5. Bahwa dari fakta fakta yang terungkap dalam persidangan serta bukti bukti
yang diajukan oleh Penggugat maupun Para Tergugat maka dapatlah
disimpulkan bahwa benar telah terjadi hibah dari Penggugat kepada
Tergugat I, namun ternyata hibah yang terjadi adalah hibah kontan artinya
bukan hibah menurut hukum adat yang baru bersifat PACUNGAN , ini
terbukti bahwa obyek sengketa sekarang sudah berubah/ beralih statusnya
dari atas nama Penggugat menjadi atas nama Tergugat I, sekarang apakah
benar bahwa hibah tersebut syah ? dari bukti bukti yang ada ternyata bahwa
hibah tersebut telah dilakukan sesuai dengan tata cara dan prosedur yang
berlaku dan telah dilangsungkan dengan peralihan hak dari Penggugat
menjadi atas nama Tergugat I, sehingga menurut yurisprudensi hibah
semacam ini sama sekali tidak dapat dibatalkan , selain dari pada itu ketika
dilakukan hibah ternyata sama sekali tidak ada syarat syarat apapun yang
melekat pada hibah tersebut, namun demikian dalam persidang ternyata
terbukti bahwa hingga saat ini Tergugat I masih memberikan makanan/
buah buahan kepada Penggugat, hal itu dilakukan oleh Tergugat I semata-
mata karena rasa hormat Tergugat I kepada neneknya ( pemberi hibah ) ,
sekarang persoalan selanjunya apakah hibah tersebut syarat batal ? Dari
bukti bukti yang ada bahwa pada waktu hibah tersebut dilakukan tidak ada
unsur paksaan,kekeliruan maupun kekhilafan ( syarat keberatan suatu
perjanjian, bahkan ternyata bahwa Penggugat karena sangat berkeinginan
untuk menghibahkan tanah tanahnya kepada Tergugat I telah melakukan
upaya upaya yang antara lain datang kepada camat dan oleh Camat
disarankan melalui Ajudikasi, dan selanjutnya hal itu telah dilakukan oleh
42
Pengguat, sehingga obyek sengketa berubah statusnya menjadi hak milik
Tergugat I , sehingga hibah tersebut telah memenuhi 3 (tiga ) C yakni
comun, kontan dan konkrit, oleh karena itu gugatan Penggugat haruslah
ditolak..

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dengan ini kami mohon


kehadapanYth. Bapak Majelis Hakim, agar berkenan memberikan putusan
sebagai berikut :

PRIMAIR
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya gugatan
Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima seluruhnya;
2. Menghukum kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara ini.

SUBSIDAIR :

Apabila Majelis berpendapat lain mohon putusan lain yang seadil-adilnya.

Demikianlah kesimpulan ini disampaikan atas perhatian dan perkenan Yth


Bapak Majelis Hakim disampaikan terima kasih.

Sleman, 20 Juni 2012

Hormat Kami,

M. SHABI MAKARIM, SH., M.Hum.

43
Contoh Memori Banding

Yogyakarta, 28 Maret 2008

Hal : Memori Banding Atas Perkara Perdata No.48/Pdt.G/2008/PN.Btl


Lamp. : Surat Kuasa Khusus

Kepada Yang Terhormat


Ketua Pengadilan Tinggi Yogyakarta

di

Y o g y a k a r ta

Melalui Ketua Pengadilan Negeri Bantul

Di

Bantul

Dengan segala hormat.

Yang bertanda tangan dibawah ini kami:

Cosmas Batubara, SH., pekerjaan Advokat, alamat Jl. Tamansiswa 158


Yogyakarta, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Maret 2008 bertindak
untuk dan atas nama klien kami Olga Sitohang, alamat Komplek Taman
Yuwono14 Bantul.

Dengan ini kami mengajukan memori banding terhadap putusan Pengadilan


Negeri Bantul tanggal 19 Maret 2008, dalam perkara perdata No.
128/Pdt.G/2008/PN.Btl, antara:

Olga Sitohang, dahulu sebagai Tergugat, mohon untuk selanjutnya


disebut sebagai Pembanding

44
MELAWAN

Ir. Momon Tongat, alamat Jalan Limaran, No87, Kota Yogyakarta,


dahulu sebagai Penggugat, dan untuk selanjutnya mohon untuk disebut
sebagai Terbanding.

Bahwa Pembanding tidak menerima serta menolak sebagian isi putusan perkara
pidana nomor. 128/Pdt.G/2008/PN.Btl yang selanjutnya dalam tenggang waktu
yang ditetapkan undang-undang, yakni pada tanggal 28 maret 2008 telah
mohon pemeriksaan banding dihadapan Bapak Kepala Panitera Pengadilan
Negeri Yogyakarta.

Adapun pokok-pokok memori banding ini kami ajukan kehadapan Bapak


adalah sebagai berikut:

01. Bahwa Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam perkara perdata


No.128/Pdt.G/2008/PN.YK, tertanggal 19 Maret 2008, telah
menjatuhkan putusan dengan amar sebagi berikut :

MENGADILI

- Menerima dan mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian.


- Menyatakan sah secara Hukum perjanjian sewa-menyewa antara
penggugat dengan tergugat atas rumah no.14 Komplek Taman
Yuwono Kampung sosromenduran Kecamatan Gedongtengen
Bantul.
- Menyatakan secara Hukum bahwa tergugat tidak membayar uang
sewa sejak bulan April 2013 oleh karena itu tergugat telah cidera
janji (wan prestasi).
- Menyatakan pecah secara Hukum Perjanjian sewa-menyewa rumah
no.14 Komplek TamanYuwono kampung Sosromenduran
Kelurahan Sosromenduran Kecamatan Gedongtengen Bantul antara
penggugat dengan tergugat sejak tanggal 10 maret 2013.
- Menghukum kepada Tergugat untuk membayar kekurangan uang
sewa rumah sengketa terhitung sejak bulan April 2013 sampai
45
dengan putusan diucapkan sebesar Rp.1.000.000 (satu juta rupiah)
setiap bulan = Rp.1.000.000,00 x 35 Bulan = Rp.35.000.000,00(tiga
puluh lima juta Rupiah).
- Menghukum kepada Tergugat untuk membayar ganti rugi
immateriil kepada Penggugat sebesar Rp.50.000.000.,00 (lima puluh
juta rupiah)
- Menghukum kepada tergugat untuk segera menyerahkan rumah
sengketa tersebut dalam keadaan kosong kepada Penggugat baik dari
kekuasaan sendiri mupun kekuasaan orang lain yang diperoleh
karena ijinnya.
- Menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya.
- Menghukum kepada tergugat untuk membayar biaya perkara ini
sebesar Rp.1.350.000,00 (satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah).
02. Bahwa terhadap tersebut pembanding (tergugat asal ) telah mengajukan
banding dalam tenggang waktu yang ditetapkan Undang-undang , maka
selayaknya apabila permohonan ini diterima.
03. Bahwa terhadap putusan tersebut pembanding (tergugat asal)
mengajukan keberatan-keberatan sebagai berikut :
a. Bahwa Pembanding (tergugat Asal ) keberatan dengan
pertimbangan –pertimbangan majelis Hakim yang menyatakan
bahwa, “ .......karena belum ada kesepakatan harga sewa maka
sejak april 2013 sampai sekarang pembayaran uang sewa oleh
tergugat berhenti oleh karena itu Tergugat telah cidera janji
(wanprestasi) sehingga petitum nomor 3 dapat dikabulkan.”
Bahwa pertimbangan tersebut tidak memperhatikan pembuktian
secara utuh , karena judex factie hanya melihat dari sisi tidak
dibayarnya harga sewa oleh tergugat semenjak tahun 2013, tetapi
kurang memperhatikan serta mempertimbangkan yang menjadi
latar belakang tidak dibayarnya harga sewa tersebut.

Padahal dalam pembuktian dari saksi-saksi yang diajukan oleh


tergugat, pemicu dari tidak dibayarkannya harga sewa adalah
sikap sepihak yang diambil oleh penggugat . Yaitu tanpa adanya
persetujuan dari penyewa melakukan perbuatan menaikkan harga
sewa. Padahal sudah ada kesepakatan secara lisan apabila terjadi
kenaikan tidak lebih dari25%. Dengan demikian dalam hal ini
yang melakukan wan prestasi adalah penggugat sehingga layak
46
apabila Majelis Hakim Banding menyatakan bahwa penggugat
(sekarang terbanding) telah melakukan wanprestasi. Oleh karena
itu petitum nomor 3 tersebut mohon dinyatakan ditolak oleh
Majelis Hakim Banding yang mulia ini.

b. Bahwa pembanding (tergugat asal) juga keberatan dengan


pendapat judex factie bahwa perjanjian sewa-menyewa antara
pengguat dengan tergugat adalah perjanjian sewa-menyewa tanpa
batas waktu. (lihat putusan halamn 12). Karena berdasar bukti-
bukti yang diajukan oleh tergugat, yaitu berdasar saksi-saksi dari
tergugat, telah ternyata perjanjian sewa-menyewa secara tidak
tertulis ini ada batas waktunya yaitu sampai dengan ahli waris
yang ditunjuk untuk menempati. Sehingga dalam hal ini
pembanding (tergugat asal) adalah termasuk berhak untuk
menyewa dan menunjuk sampai satu ahli waris lagi untuk
menempati rumah tersebut. Jadi limit (batas)waktu itu ada.
Sehingga adalah tidak tepat apabila judex factie merujuk pada
ketentuan undang-undang Perumahan nomor 4 tahun 1992.
Bahwa berdasarkan hal tersebut, maka pertimbangan tersebut
adalah tidak tepat sehingga mohon agar pertimbangan ini
diperbaiki menjadi bahwa sewa menyewa antara penggugat
dengan tergugat adalah perjanjian sewa-menyewa dengan batas
waktu dan menyatakan tergugat tetap berhak untuk menempati
rumah tersebut.
c. Bahwa merujuk pada keberatan kami point a, oleh karena
Penggugat asal (sekarang terbanding) telah melakukan
wanprestasi maka selayaknya apabila tuntutan ganti rugi akibat
tidak dibayarnya uang sewa semenjak tahun 2013 sampai dengan
tahun 2008 tersebut juga dinyatakan ditolak.
d. Bahwa merujuk pada keberatan kami point a, bahwa telah
ternyata ada perjanjian sewa-menyewa dengan batas waktu
maka mohon untuk ditetapkan bahwa ada perbuatan hukum
antara Penggugat dan Tergugat yaitu sewa-menyewa dengan
batas waktu sampai dengan ahli waris yang ditunjuk oleh
pembanding.
e. Bahwa oleh karena penggugat asal (sekarang terbanding)telah
melakukan tindakan cidera janji maka dihukum untuk membayar

47
biaya perkara yang timbul dalam pemeriksaan ini dibebankan
pada terbanding (penggugat asli).
Bahwa berdasarkan hal-hal yang kami uraikan di atas, maka kami mohon
kepada yang terhormat Majelis Hakim agar memutuskan perkara banding ini
dengan amar sebagai berikut:

PRIMAIR

Dalam pokok perkara

- Menerima dan mengabulkan permohonan banding dari pembanding


secara keseluruhan.
- Memperbaiki isi putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta dengan
mengadili sendiri sebagi berikut:
a. Menyatakan tergugat menempati Rumah di Taman Yuwono
nomor.14 secara sah berdasar sewa-menyewa tidak tertulis dengan
batas waktu sampai ahli waris yang ditunjuk oleh Pembanding.
b. Menyatakan penggugat asal (terbanding) telah melakukan tindakan
secara sepihak menaikkan uang sewa dan merupakan bentuk cidera
janji.
c. Menolak tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh Penggugat asal.
d. Menolak tuntutan selebihnya.

SUBSIDAIR

Mohon putusan yang seadil-adilnya

Demikian memori banding ini kami ajukan atas perhatian dan perkenannya
diucapkan terima kasih.

Hormat Kami

KuasaHukum Pembanding

Cosmas Batubara, SH.

48
Contoh Kontra Memori Banding

Lamp. :1 lbr Surat Kuasa

Hal. : Kontra Memori Banding Perkara No. 19/Pdt.G/2013/PN.YK.

Kepada Yang Terhormat

Ketua PENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA

di-

Yogyakarta

Melalui Ketua PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA

di

Yogyakarta

Dengan segala hormat.

Yang bertanda tangan dibawah ini:

ARIEF SUDITOMO, SH., M.Hum, advokat dan konsultan hukum, alamat Jalan
Taman Siswa Nomor 158 Yogyakarta, berdasarkan surat kuasa tertanggal 23
April 2003, yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama klien kami yang
bernama:

N a ma : Ny. DEWI LANJARWATI, SE

Alamat : Perum. Sorosutan Indah, Gg. Apel No.33 Yogyakarta

selanjutnya disebut Pihak TERMOHON BANDING

Dengan ini mengajukan Kontra Memori Banding dalam perkara perdata nomor;
19/Pdt.G/2003/PN.Yk

49
MELAWAN;

Nama : ANTONIUS GALPETRA

Alamat : Jalan Ireda No.90, Kota Yogyakarta

selanjutnya, disebut Pihak PEMOHON BANDING

Adapun Kontra memori Banding ini diajukan atas hal hal sebagai berikut :

1. Bahwa pada pokonya kami menolak dalih dalih Pemohon Banding yang
tertuang dalam memorie banding tersebut, kecuali yang secara tegas
tegas kami akui kebenarannya;
2. Bahwa kami sependapat dengan putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta
yang dimohonkan banding ini, karena putusan tersebut selain telah
memenuhi rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, juga telah
didasarkan pada pertimbangan hukum dan dasar hukum yang benar,
oleh karena itu permohonan banding Pemohon banding haruslah ditolak
atau setidak-tidaknya haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;
3. Bahwa untuk kelengkapan kontra memori banding ini perlu kami
tanggapi memori banding Para Pemohon Banding sebagai berikut :
 Bahwa putusan tersebut sudah tepat karena apabila Majelis Hakim
tidak memperhatikan dan mempertimbangkan hal itu (dan memang
fakta hukumnya menyatakan demikian) sangat dikhawatirkan
muncul putusan yang bersifat kontradiktif, sehingga akan
menimbulkan ketidak pastian hukum, karena itu pula dalih-dalih
Para Pemohon Banding haruslah ditolak;
 Bahwa dengan tidak dilibatkannya orang lain sebagai mana tersebut
dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim tersebut mengakibatkan
Subyek hukum dari gugatan Penggugat menjadi kurang lengkap,
sebab sesuai dengan fakta yang ada Tergugat dalam melakukan
perbuatan tersebut dalam kapasitasnya menjalankan tugas dan sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya sebagai Puket II
STIEKERS ( bukan sebagai diri pribadi ), karena itu pula dalih-dalih
Para Pemohon Banding haruslah ditolak;
 Bahwa kami tidak sependapat dengan dalih Para Pemohon Banding
tersebut, sebab biarpun hak ada pada seseorang untuk menggugat dan
tidak menggugat kepada orang lain adalah ada pada Penggugat akan
tetapi tidak berarti, dapat dilakukan tanpa memperhatikan kaedah
kaedah hukum, maupun ketentuan hukum lainnya di Hukum Acara
Perdata), oleh karena itu dalih tersebut haruslah dikesampingkan;
50
 Bahwa kami tidak sependapat dengan dalih-dalih Para Pembanding
sebagaimana tersebut pada point 11 s /d 20 sebab soal kewenangan
dan hak dari Para Pembanding masih dipersoalkan dan menjadi
perkara pada Pengadilan Negri Yogyakarta, maka gugatan Penggugat
menjadi prematuur, dan karena itu sudah sepantasnyalh apabila
dalih-dalih tersebut haruslah ditolak;
 Bahwa Termohon Banding hingga saat ini ( secara factual )adalah
selaku Pejabat Puket II yang diberikan wewenang untuk melakukan
pengelolaan keuang STIEKERS maka segala tindakan hokum tersebut
adalah sah dan bukan merupakan perbuatan melawan hukum, karena
itu dalih dalih Pembanding haruslah ditolak.
Berdasarkan hal hal tersebut di atas, maka dengan ini kami mohon kepada
Bapak Ketua Pengadilan Tinggi Yogyakarta agar memberikan putusan sebagai
berikut :

PRIMAIR :

1. Menolak Permohonan Banding Para Pemohonan Banding untuk


seluruhnya, atau setidak-tidaknya Permohonan Banding Pemohon Banding
haruslah dinyatakan tidak dapat diterima seluruhnya;
2. Menolak dalih dalih Para Pemohon Banding untuk seluruhnya;
3. Menguatkan putusan Pengadilan yang dimohonkan Banding ini;
4. Menghukum kepada Pemohon Banding untuk membayar biaya perkara ini.

SUBSIDAIR :

Memberikan putusan lain yang seadil-adilnya.

Demikianlah Kontra Memori Banding ini disampaikan, atas perhatian serta


perkenan Yth.Bapak Ketua Pengadilan Tinggi Yogyakarta dihaturkan terima
kasih.

Yogyakarta, 20 Desember 2013


Hormat Kami,

Kuasa Hukum Termohon Banding

ARIEF SUDITOMO, SH., M.HuM

51
Contoh Memori Kasasi

Hal : Memori Kasasi dalam Perkara Perdata No.02/Pdt/G/2006/PN.Btl.jo.


No.675/Pdt/2007/PTYk

Kepada yth.
Ketua Mahkamah Agung RI
Melalui Ketua Pengadilan Negeri Bantul

di-

BANTUL

Dengan segala hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini kami:

Nama : HEDDY SULISTYO, SH.

Pekerjaan : Advokat / Penasihat Hukum

Alamat : Jl.Nitikan Baru Gg.Srikandi No.6 Yogyakarta

Yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Klien kami :

1. N a m a : Drs. DJULISTYO.
Alamat : Dukuh Onggobayan No.103.B, RT 002/ RW 30, Desa
Ngestiharjo, Kec. Kasihan, Kab. Bantul.

selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai Pihak Pemohon Kasasi I/


Tergugat I asal.

2. N a m a : IGUH SETIADI
Alamat : Jambean RT 02 RW 41 Desa Triwidadi, Kec.Pajangan,
Kab.Bantul
52
selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai Pihak Pemohon Kasasi II/
Tergugat II asal.

3. N a m a : MARDIYONO
Selaku Kepala desa Triwidadi, Kec.Pajangan, Kabupaten Bantul.

selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai Pihak Pemohon Kasasi III/
Tergugat III asal.

Dengan ini mengajukan memori kasasi atas putusan perkara perdata


No.02/Pdt/G/2006/PN.Btl jo No.675/Pdt/2007/PTYk terhadap orang yang
bernama :

1. Drs. Supangat, alamat Komplek Rorotan RT 005/06 No.66 Kaliabang Tengah,


Bekasi Utara, selanjutnya disebut Termohon Kasasi I / Penggugat I Asal
2. Sugiman, alamat Jl. Jamben RT 02/41, Triwidadi, Pajangan, Bantul,
selanjutnya disebut Termohon Kasasi II /Tenggugat II Asal
3. Wagiran, alamat Jl. Jamben RT 02/41, Triwidadi, Pajangan, Bantul,
selanjutnya disebut Termohon Kasasi III/Tergugat III Asal
4. Wagiyem alamat Jl. Jamben RT 02/41, Triwidadi, Pajangan, Bantul,
selanjutnya disebut Termohon Kasasi IV/Terggugat IV Asal
5. Wagiran, alamat Jl. Jamben RT 02/41, Triwidadi, Pajangan, Bantul,
selanjutnya disebut Termohon Kasasi V/Tenggugat V Asal
6. Suparjo, alamat Jl. Jamben RT 02/41, Triwidadi, Pajangan, Bantul,
selanjutnya disebut Termohon Kasasi VI /Tergugat VI Asal
7. Supardi, alamat Komplek Rorotan RT 005/06 No.66 Kaliabang Tengah,
Bekasi Utara, selanjutnya disebut Termohon Kasasi VII/ Penggugat VII Asal
8. Pariyah, alamat Jl. Jamben RT 02/41, Triwidadi, Pajangan, Bantul,
selanjutnya disebut Termohon Kasasi VIII/Tergugat VIII Asal
9. Pariyem, alamat Jl. Jamben RT 02/41, Triwidadi, Pajangan, Bantul,
selanjutnya disebut Termohon Kasasi IX/Tergugat IX Asal
10. Ijem, alamat Jl. Jamben RT 02/41, Triwidadi, Pajangan, Bantul, selanjutnya
disebut Termohon Kasasi X /Tergugat X Asal
11. Slamet, alamat Jl. Jamben RT 02/41, Triwidadi, Pajangan, Bantul, selanjutnya
disebut Termohon Kasasi XI /Tergugat XI Asal
53
12. Suratin, alamat Jl. Jamben RT 02/41, Triwidadi, Pajangan, Bantul,
selanjutnya disebut Termohon Kasasi XII /Tergugat XII Asal

Adapun permohonan kasasi ini diajukan atas hal-hal sebagai berikut :

I. Bahwa klien kami tersebut di atas dalam berperkara Perdata No.02/Pdt/G


/2006/PN.Btl., telah diberikan putusan yang amar putusannya berbunyi
sebagai berikut :
----------------------------------M E N G A D I L I ---------------------------------

EKSEPSI

Menyatakan Eksepsi dari para Tergugat tidak dapat diterima.

KONPENSI

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk sebagian.


2. Menyatakan sebagai hukum, bahwa Penggugat I sampai dengan Penggugat
XI sebagai keponakan almarhum, adalah para ahli waris yang sah dari
almarhum Sastro Sumarto dan yang berhak mewarisi tanah almarhum,
Girik C No. 362 seluas 540 m² dan 1980 m², yang terletak di Jambean,
Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul.
3. Menyatakan bahwa Para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan
hukum.
4. Menyatakan batal demi hukum Sertifikat Hak Milik No.03609 atas nama
Tergugat I dan Sertifikat Hak Milik No.03608 atas nama Tergugat II.
5. Memerintahkan Tergugat IV untuk menerbitkan Sertifikat Baru sebagai
pengganti Sertifikat Hak Milik No. 03609 atas nama Tergugat I dan
Sertifikat Hak Milik No. 03608 atas nama Tergugat II yang telah
dibatalkan keatas nama Penggugat I sampai dengan Penggugat XI.
6. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II atau siapapun yang
mendapatkan hak dari padanya untuk menyerahkan tanah seluas 1.083 m²
dan 751 m² sebagaimana tertera di dalam Sertifikat Hak Milik No.03609 dan
No.03608 kepada Para Tergugat I s.d. XI dalam keadaan kosong tanpa
syarat, bilamana perlu dibantu oleh aparat keamanan negara (Polisi).
54
7. Menghukum Tergugat IV untuk menarik kembali Sertifikat Hak Milik
No.03609 dari Tergugat I dan Sertifikat Hak Milik No.03608 dari Tergugat
II yang telah dinyatakan batal demi hukum.
8. Menghukum Para Tergugat I s.d. Tergugat IV baik secara sendiri-sendiri
maupun secara tanggung renteng untuk membayar biaya perkara yang
timbul.
9. Menolak gugatan penggugat untuk selebihnya.

REKONPENSI

Menolak gugatan Para Penggugat Rekonpensi I, II untuk seluruhnya.

KONPENSI DAN REKONPENSI

Menghukum Tergugat Konpensi I, II, III, IV untuk membayar beaya


perkara sebesar Rp. 1.358.500,- (Satu juta tiga ratus lima puluh delapan
ribu lima ratus rupiah).

II Bahwa terhadap perkara tersebut telah dimintakan banding dan oleh


Pengadilan Tinggi Yogyakarta telajh diputus dalam regester perkara
no.675/Pdt/2007/PTYK yang amar putusannya berbunyi sbb :

------------------------------------ MENGADILI ------------------------------------

(Dictum Putusan Pengadilan Tinggi)

III. Bahwa terhadap putusan tersebut kami sangat berkeberatan, karena putusan
tersebut selain tidak memenuhi rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat,
juga karena putusan tersebut didasarkan pada dasar hukum serta
pertimbangan hukum yang salah / tidak benar;

IV. Bahwa oleh karena permohonan kasasi tersebut telah dilakukan dalam
tenggang waktu dan tata cara yang diatur dalam undang-undang, maka
permohonan kasasi tersebut haruslah diterima dan dikabulkan;

55
Adapun keberatan-keberatan kami atas putusan tersebut adalah sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI :

1. Bahwa menolak dan sangat berkeberatan atas putusan Hakim


Pengadilan Negri Bantul tersebut karena dalam pertimbangannya tidak
memberikan alasan-alasan yang benar, sebab gugatan Para Penggugat
secara tegas-tegas baik dalam posita maupun dalam petitumnya secara
tegas-tegas menyebutkan adanya PEMBATALAN SERTIFIKAT,
sehingga bukan bersifat subtantif, dan causalistis sebagai mana pendapat
Hakim Pengadilan Negeri Bantul, padahal menurut hukum
dan/Yurisprudensi Mahmakah Agung Republik Indonesia, Hakim tidak
berwenang untuk membatalkan sertifikat, oleh karena itu putusan
tersebut haruslah dibatalkan;
2. Bahwa kami tidak sependapat dengan putusan Hakim Pengadilan
Negeri Bantul tersebut, sebab Eksepsi Para Pemohon Banding/Para
Tergugat Asal tidak hanya menyangkut kewenangan mengadili saja,
akan tetapi masih banyak yang lain, akan tetapi oleh Hakim Pengadilan
Negeri Bantul sama sekali tidak dipertimbangkan, dengan demikian
jelaslah bahwa Hakim Pengadilan Negeri Bantul tidak melaksanakan
asas PUTUSAN HARUS DISERTAI ALASAN ALASANNYA, oleh karena
itu putusan tersebut haruslah dibatalkan;
3. Bahwa Hakim Pengadilan Negeri Bantul, telah menafikan eksepsi Para
Tergugat khususnya menganai kekurangan subyek hukumnya, karena
pada saat diadakan pemeriksaan ditempat telah diketahui bahwa Mbok
Supami masih hidup, maka apabila dalam gugatan ini Mbok Supami
tidak dilibatkan, padahal ia adalah merupakan orang yang menerima
dan memberikan hibah, maka sudah selayaknya gugatan Para
Penggugat Asal harus dinyatakan tidak diterima, oleh karena itu
putusan tersebut haruslah dibatalkan;
4. Bahwa kami tidak sependapat dengan putusan Hakim Pengadilan
Negeri Bantul dalam Eksepsi, karena dalam pemeriksaan ditempat
ternyata obyek sengketanya adalah keliru, namun ternyata hal itu sama
sekali tidak dipertimbangkan, padahal kalau obyek sengketa keliru (

56
Error in obyeckta), mestinya gugatan harus ditolak atau setidak
tidaknya harus dinyatakan tidak dapat diterima, oleh karena itu putusan
tersebut haruslah dibatalkan.

DALAM POKOK PERKARA

DALAM KONVENSI:

1. Bahwa semua dalil-dalil dan atau semua keberatan Para Pemohon


Banding dalam Eksepsi mohon dipertimbangkan dan dimasukkan dalam
Konvensi ini;
2. Bahwa kami tidak sependapat dengan putusan hakim Pengadilan Negeri
Bantul yang menyatakan bahwa Para Tergugat telah melakukan
perbuatan melawan hukum, karena putusan tersebut didasarkan pada
pertimbangan dan dasar hukum yang tidak benar (vide hal 55 alenia 2),
sebab dalam pertimbangannya sama sekali tidak mempertimbangkan
secara jelas dan tegas bagaimana perbuatan melawan hukum tersebut
dilakukan, oleh Para Tergugat Asal/Para Pemohon Banding, oleh karena
itu putusan tersebut haruslah dibatalkan;
3. Bahwa dari bukti bukti baik saksi maupun surat baik yang diajukan oleh
Para Pihak telah terbukti bahwa hibah/liyeran dari Pak Sastro kepada
Mbok Sastro alisa Supadmi begitupun dari Bu Supadmi kepada Tergugat
I, II Asal telah dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku. Sehingga
yang menjadi persoalan adalah apakah suatu perbuatan yang dilakukan
sesuai dengan hukum yang berlaku dapat dikwalifikasikan sebagai
perbuatan melawan hukum, menurut pendapat kami adalah tidak, oleh
karena itu putusan tersebut haruslah dibatalkan;
4. Bahwa Hakim Pengadilan Negeri Bantul dalam putusannya menyatakan
bahwa tanda tangan Bu Supadmi diragukan kebenarannya, terhadap
pertimbangan hukum yang demikian adalah tidak benar sebab selain
pada saat diadakan pemeriksaan ditempat Mbok.SUPAMI selain masih
hidup juga ketika ditanyakan oleh Hakim Mbok Supami menyatakan
membenarkan adanya hibah tersebut (akan tetapi ternyata hal ini sama

57
sekali tidak dipertimbangkan, sehingga hakim melanggar asas Audi et
elteram partem), oleh karena itu putusan tersebut haruslah dibatalkan;
5. Bahwa Hakim Pengadilan Negeri Bantul dengan tidak
mempertimbangkan keberadaan dan pernyataan Mbok Supami sebagai
mana tersebut diatas, maka dengan tidak dilibatkannya Mbok supami
sebagai pemberi hibah dalam perkara ini (padahal Mbok Supami pada saat
ini masih hidup) menunjukkan dan membuktikan bahwa Subyecktum
litis gugatan ini tidak lengkap dan karenanya putusan tersebut haruslah
dibatalkan (sebagaimana Eksepsi Para Tergugat Asal);
6. Bahwa kami tidak sependapat dengan pertimbangan Hakim Pengadilan
Negeri Bantul (vide hal 57 alenia 2) tersebut, karena dalam
pertimbangannya tanpa mempertimbangkan bukti bukti saksi baik yang
diajukan oleh Para Penggugat Asal /Para Termohon Banding maupun
Para Tergugat Asal / Para Pemohon Banding maupun keterangan Mbok
Supami sendiri, maupun Tergugat Asal IV yang kesemuanya
menerangkan bahwa hibah tersebut telah dilakukan sesuai dengan tata
cara dan hukum yang berlaku, dengan demikian putusan tersebut
haruslah dibatalkan;
7. Bahwa Hakim tingkat Pertama dalam pertimbangannya pada halaman 57
tersebut ternyata hanya mendasarkan pada persangkaan hakim, padahal
alat bukti persangkaan gradasi-nya adalah lebih rendah dibanding
dengan alat bukti surat dan saksi, terlebih lebih kesimpulan/
persangkaan ternyata bertentangan dengan alat – alat bukti yang ada,
oleh karena itu putusan tersebut haruslah dibatalkan;
8. Bahwa kami tidak sependapat dengan pertimbangan dan putusan Hakim
Tingkat Pertama yang menyatakan bahwa bahwa girik C Nomor : 362
seluas 540 M2 dan 1980 m², yang terletak didesa Jambean, Tridadi,
Pajangan, Bantul adalah obyek sengketa, sebab pada saat dilakukan
pemeriksaan ditempat ternyata pada saat Para Penggugat Asal menunjuk
tanah tersebut ternyata keliru dalam menunjukkan obyek yang dijadikan
sengketa dalam perkara ini, karena dalam gugatannya menyebutkan
obyek sengketa terletak di dusun TRUCUK, sedang yang ditunjuk adalah
tanah sawah persil No.52 S Kelas III seluas 531 m² yang terletak didusun

58
Kaguhan yang tidak termasuk dalam gugatan ini, dengan demikian
memperkuat dalih Para Tergugat Asal yang menyatakan bahwa obyek
sengketa keliru/salah/ Error, oleh karena itu gugatan Para Penggugat
haruslah ditolak;
9. Bahwa kami tidak sependapat dengan putusan Majlis Hakim khususnya
dikitum penyitaan, sebab selain obyek sengketanya salah, ternyata dalam
pertimbangannya sama sekali tidak menyebutkan alasan alasannya, oleh
karena itu putusan tersebut haruslah dibatalkan;
10. Bahwa kami tidak sependapat dengan putusan Pengadilan Negeri Bantul,
khususnya mengenai kedudukan janda (vide put.Hlmn 53) yakni dengan
mengutip putusan Mahkamah Agung RI yang ternyata keliru/salah sebab
yang benar adalah putusan MA RI No.3190 K/Pdt/1985 tanggal 26
Nopember 1987 yang berbunyi: “Janda memiliki hak waris dari harta
peninggalan suaminyadan hknya tersebut adalah sederajat dengan anak
anak kandung, baik anak kandung, anak tiri maupun anak angkat , SI
JANDA sebagai PENGHALANG bagi sekelompok ahli waris lain yang
merupakan Saudara Suaminya. Dengan demikian janda mewaris pula
harta yang berasal dari suami baik harta yng berasal dari harta bersama
maupun harta asal”, hal ini sesuai dengan pendapat doktrin (Van Dijk)
antara lain menyatakan bahwa hukum adat dapat berubah sesuai dengan
keadaan jamnnya. (Vide Prof. Dr. HR OTJE SALMAN
SOEMADININGRAT, SH dalam bukunya “Rekonseptualisasi Hukum
Adat Kontemporer, Telaah Krtis terhadap Hukum Adat Sebagai hukum
Yang Hidup Dalam Masyarakat”, hlm.34) oleh karena itu putusan
tersebut haruslah dibatalkan;

DALAM REKONVENSI:

1. Bahwa semua dalil-dalil dan atau semua keberatan Para Pemohon


Banding dalam Konvensi mohon dipertimbangkan dan dimasukkan
dalam Rekonvensi ini;
2. Bahwa kami tidak sependapat dan sangat berkeberatan dengan putusan
Hakim Pengadilan Negeri Bantul yang menyatakan bahwa gugatan

59
Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima dengan alasan yang hanya
menyatakan bahwa gugatan penggugat Rekonvensi adalah tidak relevan
dengan tanpa memberikan alasan alasannya.
3. Bahwa Gugatan Penggugat Rekonvensi ada korelasinya yakni karena
adanya gugatan Penggugat Konvensi yang tidak sesuai dengan hukum
yang berlaku dan merugikan Para Penggugat Rekonvensi, maka diajukan
gugatan Rekonvensi ini, oleh karena itu putusan tersebut harus
dibatalkan.
Berdasarkan hal hal tersebut di atas, maka dengan ini kami mohon ke hadapan
Yth. Ketua Pengadilan Tinggi Yogyakarta, agar memberikan putusan sebagai
berikut :

PRIMAIR :

1. Menerima dan mengabulkan permohonan kasasi Pemohon Kasasi untuk


seluruhnya;
2. Membatalkan putusan Pengadilan yang dimohonkan kasasi ini dan
selanjutnya memberikan putusan yang amar putusannya berbunyi sebagai
berikut
------------------------------- M E N G A D I L I -------------------------------

DALAM EKSEPSI:

a. Menerima dan mengabulkan Eksepsi Para Termohon kasasi /Para


Penggugat Asal untuk seluruhnya.
b. Menghukum kepada Para Termohon Kasasi/Penggugat Asal untuk
membayar biaya perkara ini.
DALAM POKOK PERKARA :

DALAM KONVENSI :

a. Menolak gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya atau setidak


tidaknya gugatan Para Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima.
b. Menghukum kepada Para Penggugat untuk membayar biaya perkara ini.

60
DALAM REKONVENSI :

a. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi I,II untuk


seluruhnya.
b. Menghukum kepada Para Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya
perkara ini.

SUBSIDAIR :

DALAM EKSEPSI, KONVENSI DAN DALAM REKONVENSI :

Memberikan putusan lain yang seadil adilnya.

Demikianlah memori banding ini disampaikan, atas perhatian serta perkenan


Yth.Bapak Ketua Pengadilan Tinggi Yogyakarta dihaturkan terima kasih

Bantul, April 2007

Hormat Kami ,

Kuasa Hukum Para Pemohon Banding

HEDDY SULISTYO,SH.

61
Contoh Kontra Memori Kasasi

Hal: Kontra memori Kasasi Perkara No. 95/Pdt. G /2001/PN.Btl Jo.No57 /Pdt.
/2001 /PNYK.

Kepada Yang Terhormat

Ketua MAHKAMAH AGUNG R.I

Melalui

Yth. Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta

di

YOGYAKARTA

Dengan segala hormat.

Yang bertanda tangan dibawah ini kami

Nama : ARIEF SUDITOMO, SH,. M.Hum

Pekerjaan : Pengacara /Penasihat Hukum

Alamat : Jl. Taman Siswa Nomor 158 Yogyakarta

Berdasarkan surat kuasa tertanggal 18 Maret 2003, yang dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Klient kami yang bernama :

62
N a ma : Ny. Ummyatun alias Ny. Siswati

Alamat : Jl. Menteri Supeno No. 123 Yogyakarta

selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai Pihak TERMOHON KASASI

Dengan ini mengajukan Kontra Memori Kasasi dalam perkara perdata nomor;
95/Pdt.G/2001/PNBtl jo.No. /Pdt/ 2001 / PTYk yang diajukan oleh orang yang
bernama PARDI HARJONO alias SUPARDI, alamat : Demangan , Jambidan,
Banguntapan, Kab.Bantul, selanjutnya ini disebut PEMOHON KASASI

Adapun Kontra memori Kasasi ini diajukan atas hal hal sebagai berikut :

1. Bahwa Pengadilan Negeri Bantul dalam perkara perdata Nomor:


57/Pdt/G/2000/PNBtl telah memberikan putusan yang amar putusannya
berbunyi sebagai berikut :
-------------------------------------- MENGADILI ----------------------------------

DALAM EKSEPSI
- Menolak Eksepsi Tergugat

DALAM POKOK PERKARA


- Mengabulkan gugtan Penggugat untuk seluruhnya;
- Menyatakan sah menurut hukum jual beli yang dilakukan antara
Penggugat dengan Tergugat atas sebidang tanah sawah yang semula
tercatat dalam C No.113 persil 77 b Klas S, Seluas + 1665 M2 dan sekarang
tercatat dalam sertifikat Hak Milik No.01486,Surat Ukur
No.00045/Jambidan/l999 tanggal 2 Maret l998,seluas 1611 M2 atas nama
Ny.Sulastri Daliman yang terletak di Demangan ,Tegal Jatimulyo,
Jambidan, Banguantapan, Bantul;
- Menghukum Tergugat untuk membantu proses balik nama tanah
tersebut keatas nama Penggugat;
- Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa atas keterlambatan
membantu poroses balik nama tersebut perharinya sebesart Rp 50.000,-

63
(lima puluh ribu rupiah ) terhitung sejak putusan Pengadilan
mempunyai kekuatan hukum tetap dan dapat dilaksanakan.
- Menolak gugatan untuk selebihnya;
- Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang hingga kini
berjumlah Rp.169.000 ( Seratus enam puluh sembilan ribu rupiah );
2. Bahwa terhadap putusan tersebut telah diajukan banding,yang kemudian
oleh Pengadilan Tinggi Yogyakarta telah diberikan putusan yang amar
putusannya berbunyi sebagai berikut :

--------------------------------- MENGADILI -----------------------------------

- Menerima permohonan banding dari Tergugat /Pembanding


- Membatalakan putusan Pengadilan Negeri Bantul tanggal 29 April 2002
No.57/Pdt/G/2000/PNBtl yang dimihonkan banding tersebut, dan

--------------------------------- MENGADILI SENDIRI -------------------------

- Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima ;


- Menghukum Penggugat / Terbanding untuk membayar biaya perkara
untuk kedua tingkat peradilan yang untuk tingkat banding ditetapkan
sebesar Rp 140.000 ( sertaus empat puluh ribu rupiah );
3. Bahwa terhadap putusan banding tersebut telah dimintakan kasasi oleh
Penggugat Asal, dan telah diajukan memorie kasasi;
4. Bahwa pada prinsipnya kami menolak dalih dalih Pemohon kasasi,karena
ternyata semua dalih dalih yang disampaikan bersifat materi dan bersifat
pernilaian alat bukti bukan mengenai salah tidaknya penerapan
hukumnya,oleh karena itu dalih dalih Pemohon Kasasi tersebut haruslah
ditolak atau setidak tidaknya haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;
5. Bahwa pada prinsipnya kami sependapat dengan putusan putusan yang
dimohonkan kasasi ini, karena selain telah didasarkan atas pertimbangan
hukum dan penerapan hukum yang benar, juga telah memenuhi rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat,oleh karena itu putusan tersebut
haruslah dikuatkan.;
6. Bahwa biarpun semua dalih dalih yang diajukan Pemohon Kasasi bukan
merupakan alasan alasan yang dibenarkan oleh ketentuan hukum acara
perdata khususnya menganai kasasi, namun untuk kelengkapan akan kami
tanggapi;

64
7. Bahwa Hakim Pengadilan Tinggi Yogyakarta dalam memeriksa,mengadili
dan memutus perkara a qua telah sesuai dengan hukum yang berlaku ( baik
hukum materiil maupun formil yang berlaku ) sebab semua bukti bukti
yang ada ( baik bukti Penggugat Asal maupun Tergugat ) telah
dipertimbangkan oleh Majelis Hakim,yakni bahwa hubungan hukum yang
terjadi adalah antara Termohon Kasasi dengan Pihak lain yang dalam
perkara ini ternyata oleh Penggugat Asal sama sekali tidak dilibatkan,baik
sebagai Penggugat maupun sebagai Tergugat,hingga karena itu Subyecktum
litisnya memang tidak lengkap,sehingga dengan demikian dalih dalih
Pemohon kasasi haruslah ditolak, dan karena itu pula gugatan Penggugat
sudah sewajarnya apabila dinyatakan tidak dapat diterima;
8. Bahaw sesuai dengan bukti bukti yang ada serta pengakuan Pemohon
Kasasi,ternyata kwitansi pembayaran yang diajukan bukti oleh Penggugat
Asal adalah atas nama orang lain dan bukan atas nama Penggugat.sehingga
sungguh aneh apabila hubungan hukum jual beli tersebut adalah antara
Penggugat dan Tergugat.sebab bukankah ketiak jual beli tersebut akan
diujudkan dalam akta jual beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah akan
ditanyakan kwitansi pembayarannya dan kalau ternyata kwitansi tersebut
ternyata atas nama orang lain, maka akan menjadi persoalan baru dan PPAT
tidak akan / setidak tidaknya akan mempengarugi proses balik namanya,
sehingga demikian Hakim Penmgadilan Tinggi tidak keliru dalam
menerapkan hukumnya (sesuai dengan hukum yang berlaku) oleh karena
itu putusan tersebut haruslah dikuatkan, dan semua dalih Pemohon kasasi
haruslah ditolak;
9. Bahwa Hakim Pengadilan Tinggi telah tepat dalam memutus perkara ini
karena baik dalam pertimbangan hukum maupun dalam penerapan
hukumnya sama sekali tidak tidak keliru sebab bukankah semua kwitansi
penerimaan adalah atas nama orang lain ,yang dalam perkara ini justru oleh
Pihak Penggugat Asal/Pemohon Kasasi tidak diajukan baik sebagai
Penggugat maupun sebagai Tergugat, begitupun telah ternyata didalam
persidangan Penggugat asal tidak dapat membuktikan adanya hubungan
pemberian kuasa tersebut, dengan demikian jelaslah bahwa Hakim
Pengadsilan Tinggi telah menerapkan asas pembuktian dalam hukum Acara
Perdata yang menyatakan bahwsa pembuktian dalam hukum acara perdata
adalah bersifat formil waarheids ,oleh karena itu dalih dalih Para Penggugat
Asal /Pemohon Kasasi haruslahj ditolak atau setidak tidaknya haruslah
dinyatakan tidak dapat diterima.

65
Berdasarkan hal hal tersebut diatas,maka dengan ini kami mohon kepada
Yth.BapakKetua Mahkamah Agung Republik Indonesia agar berkenan
memberikan putusan sebagai berikut :

PRIMAIR:

1. Menolak Permohonan Kasasi Pemohonan Kasasi untuk seluruhnya , atau


setidak tidaknya Permohonanan Kasasi ini haruslah dinyatakan tidak dapat
diterima seluruhnya.
2. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak tidaknya
gugatan Penggugat haruslah dinyatakan tidak dapat diterima.
3. Menguatkan putusan Pengadilan yang dimintakan kasasi ini
4. Menghukum kepada Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara ini.

SUBSIDAIR:

Memberikan putusan lain yang seadil adilnya.

Demikianlah Kontra Memorie Kasasi ini disampaikan, atas perhatian serta


perkenan Yth. Bapak Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dihaturkan
terima kasih.

Yogyakarta, 18 Maret 2003

Hormat Kami

Kuasa Hukum Termohon Kasasi

ARIEF SUDITOMO, SH., M.H.UM

66
Contoh Permohonan Eksekusi Putusan

Yogyakarta, 17 Januari 2001


lamp. : l lbr surat Kuasa dan 1 Bendel copy.
Hal. :Permohonan Eksekusi Putusan No. 472 K/Pdt/1997 jo. No.
77/Pdt/1996/PTY jo. No. 03/Pdt.G/1996/PN.YK

Kepada Yang Terhormat :

KETUA Pengadilan Negeri Yogyakarta


di-
YOGYAKARTA

Dengan segala hormat,


Yang bertanda tangan dibawah ini kami :
N a m a : JOKO SUSILO, SH.MHum
Pekerjaan : Advokat
Alamat : Jl. Kebagus Raya No.66 Yogyakarta
Berdasarkan surat kuasa tertanggal 8 Januari 2001, yang dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Klient kami, yang bernama : Ny.Hj. MURYATI;
Alamat :Jl. Patriot Raya No. 10, Sleman:- Yang selanjutnya dalam hal ini mohon
disebut sebagai PEMOHON EKSEKUSI.

Dengan ini mengajukan Eksekusi atas putusan perkara perdata nomor :

472 K/Pdt.G/l997/PN.Yk jo.No.77/Pdt.G/l996/PTY Jo.No.03/Pdt.G/l996/PN.Yk

terhadap orang yang bernama :

1. SULAIMAN, alamat Jl. Kol Sugiono 21 Yogyakarta.


2. SUAPARJO, alamat Jl. Taman Siswa No.35 Yogyakarta.

67
Yang selanjutnya dalam hal ini mohon disebut sebagai PARA TERMOHON
EKSEKUSI.
Adapun permohonan ini disampaikan atas hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa Klien kami tersebut diatas dalam berperkara di Pengadilan Negeri
Yogyakarta sebagaimana tersebut dalam register perkara
No.03/Pdt.G/l996/PN.Yk telah dijatuhkan putusan yang amar putusannya
berbunyi sebagai berikut :
--------------------------------------MENGADILI -------------------------------
Dalam Konpensi

Dalam Eksepsi ;
- Menolak Eksepsi Para tergugat
Mengenai Pokok Perkara

 Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian


 Menyatakan sah dan berharga sita jaminan ( CB) atas dan bangunan
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Penmgadilan Negeri Yogyakarta
pada tanggal 7 Mei l996, dengan penetapan No.03/Pdt.G/l996/PNYk;
 Menyatakan secara hukum, jual beli kain antara Penggugat dengan para
Tergugat adalah sah menurut hukum
 Menyatakan secara hukum , Para tergugat telah melakukan perbuatan
wanprestasi;
 Menyatakan Para Tergugat masih m,empunyai kekurangan pembayaran
kepada Penggugat sebesar Rp 648.757.200 ( enam ratus empat puluh
delapan juta tujuh ratus lima puluh ribu dua ratus rupiah );
 Menghukum kepda Para Tergugat untuk membayar kekurangan
pembayaran kepada Penggugat beserta bunganya dan keuntungan yang
diharapkan sebesar :
- Hutang pokok Rp 648.757.200 ( enam ratus empat puluh delapan juta
tujuh ratus lima puluh tujuh ribu dua ratus rupiah);
- Bunga Rp 58.388.148 ( lima puluh delapan juta tiga ratus elapan puluh
delapan ribu seratus empat puluh delapan rupiah );
Jumlah : Rp.707.145.348 ,- ( tujuh ratus tujuh juta seratus empat puluh
lima ribu tiga ratus empat delapan rupiah )

68
 Menghukum kepada Para Tergugat membayar bunga kepada Penggugat
sebesar 18 % pertahun terhitung sejak gugatan ini dimasukkan hingga
putusan ini dilaksanakan oleh Para Tergugat yang setiap tahunnya
sebesar Rp 127.286.163 ( seratus dua puluh tujuh juta dua ratus delapan
puluh enam ribu seratus enam puluh tiga ribu rupiah )
 Dalam gugatan Rekonvensi :
- Menolak gugatan Penggugat seluruhnya
Dalam gugatan Konvensi dan Gugatan Rekonvensi

Menghukum Para Tergugat Konpensi dan sebagai Penggugat


Rekonvensi untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp 302.000,-
(tiga ratus dua ribu rupiah ).

2. Bahwa terhadap putusan tersebut telah dimohon Banding dan kemudian


oleh PT Yogyakarta dengan register perkara No.77/l996/Pdt/PTY, telah
diberikan putusan yang amar putusannya berbunyi sebagai berikut :
-----------------------------------MENGADILI ---------------------------------
 Menerima permohonan banding dari para tergugat - pembanding
tersebut ;
 Menguatkan putusan Pengadilan Negeri tanggal 27 Mei 1996 No. 03/
Pdt.G/1966/PN.Yk yang dimohonkan banding tersebut
 Menghukum para terguggat Konpensi /Penggugat Rekonvensi untuk
membayar biaya perkara dalam tingkat peradilan ini, yang dalam tingkat
banding sebesar Rp. 50.000, 00 ( lima puluh ribu rupiah.)
3. Bahwa terhadap putusan tersebut telah diajukan kasasi yang kemudian
tercatat dalam register perkara No.472 K/Pdt/l997, dan telah diberikan
putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:
----------------------------------- MENGADILI --------------------------------
 Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi : 1. SULAIMAN, 2.
Tn. SUAPARJO tersebut ;
 Menghukum kepada Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebanyak Rp 50.000, ( lima puluh
ribu rupiah )
4. Bahwa dengan demikian putusan tersebut telah mempunyai kekuatan yang
pasti, namun oleh karena hingga sekarang ternyata Para Termohon Eksekusi
belum bersedia melaksanakan secara suka rela terhadap isi putusan tersebut,
69
maka sesuai dengan asas hukum yang berlaku bahwa putusan selain
mempunyai kekuatan mengikat juga mempunyai kekuatan untuk
dilaksanakan. Untuk itu dimohon kepada Yth. Ketua Pengadilan Negeri
Yogyakarta, agar berkenan memanggil, mengingatkan dan selanjutnya
memerintahkan kepada Para Termohon Eksekusi untuk melaksanakan isi
putusan tersebut bila perlu dengan upaya paksa dengan menjual secara
umum / lelang terhadap barang-barang yang telah diletakkan sita jaminan.

Demikianlah surat permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian serta


perkenan Yth. Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta, dihaturkan terima kasih.

Hormat Kami
Kuasa Hukum Pemohon Eksekusi

JOKO SUSILO, SH., M.H.

70
Contoh Permohonan Eksekusi Sertipikat Hak Tanggungan

Yogyakarta, 4 September 2001

lamp. : l lbr surat Kuasa dan 1 Bendel copy.


Hal : Permohonan Eksekusi Sertipikat Hak Tanggungan Nomor 02293/2000

Kepada Yang Terhormat :


Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta

di-
YOGYAKARTA

Dengan segala hormat,


Yang bertanda tangan dibawah ini kami :
N a m a : ARIEF SUDITOMO, SH., MH
Pekerjaan : ADVOKAT
Alamat : Jl. Jenderal Sudirman No. 32 Yogyakarta
Berdasarkan surat kuasa tertanggal 19 September 2001, yang dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Klient kami, yang bernama : Ny. SULASTRI ;-
Jabatan Direktur PT BANK SIMPAN ARTHA yang berkedudukan hukum di
Yogyakarta, yang dalam jabatannya tersebut dalam hal ini bertindak untuk
dan atas nama PT. BANK SIMPAN ARTA, alamat Jl. Kol. Sugiono No.23
Yogyakarta, selanjutnya disebut PEMOHON EKSEKUSI.

Dengan ini mengajukan permohonan Eksekusi Grosse sertifikat Hak


Tanggungan terhadap:
1. N a m a : SUSILO PUTRO;
Pekerjaan : swasta
Alamat : Perum Mayang Indah Blok. A-12 Solo
selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai TERMOHON EKSEKUSI I

71
2. N a m a : TIA IRAWATI
Alamat : Perum Mayang Indah Blok A-15 , Sidorejo, Salatiga
selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai TERMOHON EKSEKUSI II.

Adapun permohonan ini disampaikan atas hal-hal sebagai berikut :


1. Bahwa antara Pemohon dengan Termohon I dengan persetujuan
Termohon II ( selaku istri) telah mengikatkan diri dalam suatu
perjanjian kredit di mana Pemohon sebagai Kreditur dan Termohon I
sebagai Debitur sebagaimana tercantum dalam perjanjian Kredit
No.004/PK/PPP/VIII/2000;
2. Bahwa dalam perjanjian tersebut di atas Termohon I dengan persetujuan
Termohon II telah meminjam uang kepada Pemohon sebesar
Rp.30.000.000,- ( Tiga puluh juta rupiah ), dengan kewajiban membayar
bungan sebesar 21 % setiap tahunnya ( add on basis );
3. Bahwa terhadap pinjaman tersebut di atas telah diterima dengan penuh
dan benar oleh Termohon;
4. Bahwa kredit sebagaimana tersebut diatas untuk / dalam jangka waktu
24 bulan, terhitung sejak tanggal 11 Agustus 2000 dan akan berakhir
tanggal 11 Agustus 2002;
5. Bahwa untuk menjamin pelaksanaan pembayaran kredit tersebut Para
Termohon telah memberikan jaminan antara lain sebidang tanah beserta
bangunannya serta segala apa yang tumbuh dan tertanam diatasnya
sebagaimana tersebut dalam Sertifikat HGB No.914 seluas 80 M² atas
nama Termohon II yang terletak di Perum Mayang Indah Blok A-15 ,
Sidorejo, Salatig;
6. Bahwa terhadap jaminan tanah beserta bangunannya tersebut di atas,
atas kuasa Para Termohon, oleh Pemohon telah dibebani Hak
Tanggungan sebagaimana tercantum dalam Sertifikat Hak Tanggungan
217;
7. Bahwa terhadap kredit sebagaimana tersebut diatas semula Termohon
dalam membayar angsurannya cukup lancar, akan tetapi sejak bulan
Nopember 2000, ternyata Termohon tidak pernah lagi membayar
angsurannya, sehingga dengan demikian sesuai dengan perjanjian Kredit
di atas Termohon cukup alasan untuk dinyatakan wanprestasi;
8. Bahwa dengan adanya tindakan wanprestasi tersebut Pemohon telah
dirugikan karenanya yang apabila dihitung sebagai berikut :
72
1. Pokok Hutang -------------------------------- Rp 27.500.000,00
2. Bunga yang berlum dibayar s/d Nop.2001 ----- Rp 6.825.000,00
3. Denda Keterlambatan --------------------- Rp 2.769.000,00
Jumlah ------------------------- Rp. 37.094.000,00
Biaya penagihan dan biaya lainnya 15% -------Rp. 5.564.100.00
Jumlah ------------------------------------------Rp 43.658.100.00
9. Bahwa Pemohon telah berkali kali mengingatkan serta menegor kepada
Termohon agar segera menyelesaikan semua kewajibannya, akan tetapi
tidak pernah ada tanggapan yang serius dari Termohon, maka sesuai
dengan ketentuan pasal 224 HIR dan ketentuan lainnya, dimohon
Kepada Yth. Ibu Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta, agar berkenan
untuk membantu melaksanakan Eksekusi Grosse Sertifikat hak
tanggungan tersebut, dan apabila Termohon tetap tidak mau
melaksanakan secara suka rela, maka diadakan lelang umum.
Demikianlah permohonan ini disampaikan, atas perhatian serta bantuan Yth.
Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta, dihaturkanm terima kasih.

Hormat kami,
Kuasa Hukum Pemohon

ARIEF SUDITOMO, SH., MH

73
Contoh Surat Kuasa Khusus Permohonan Perwalian anak

Kuasa Hukum Pemohon

H E N D R A R A I S, SH

SURAT KUASA KHUSUS


Yang bertanda tangan dibawah ini, saya/kami :

Tn. M A N T O R O
Swasta, beralamat di Jl. Mangkuyudan No. 9

RT. 01/RW. 004, Kelurahan Mantrijeron

Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta

Dalam hal ini memilih kedudukan hukum dikantor Kuasanya tersebut dibawah
ini, dengan ini memberi kuasa kepada :
HENDRA RAIS, S.H
ADVOKAT/PENGACARA – KONSULTAN HUKUM
beralamat di kantor Advokat Hendra Rais, SH & Rekan
Jl. Timoho Lor No. 20. A Yogyakarta 55212

===== K H U S U S =====
Untuk menjadi Kuasa Hukum, membela hak-hak dan memperjuangkan
kepentingan kami menurut Hukum dalam perkara Perdata dimuka Pengadilan
Negeri Yogyakarta, guna mengajukan Permohonan perwalian kedua anak yang
lahir dari perkawinanTn. SUGIYANTO ( yang dalam KTP tertulis
SUGIYANTO ) dengan Ny. TITIK, yang bernama JAJA RAHARJA, sebagaimana
dalam Akta Kelahiran No. 4139/I/1988, yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan
Sipil/Pegawai Luar Biasa Pencatat Sipil Kotamadya Yogyakarta dan IKE NUR
FADILAH sebagaimana dalam Akta Kelahiran No. 640/1991, yang dikeluarkan
oleh Kantor Catatan Sipil Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman ;

74
Untuk itu kepada pemegang kuasa tersebut diatas, baik secara bersama-sama
maupun sendiri-sendiri kami beri hak dan wewenang :

 Untuk dan atas nama kami Pemberi Kuasa mewakili,


menghadap/menemui dan berbicara dalam sidang-sidang Pengadilan
dimana perkara ini diperiksa, dan atau berbicara di hadapan Pejabat
Instansi Pemerintah lainnya, ataupun perorangan yang ada
hubungannya dengan perkara ini, membuat dan menandatangani segala
surat-surat, memberi dan meminta keterangan, mengajukan bukti-bukti
surat dan saksi-saksi, menanggapi Rekonpensi, meminta dan menolak
sumpah, meminta dan mengajukan penyitaan, membaca berkas-berkas
yang berkaitan dengan perkara tersebut, membuat kesimpulan,
membuat segala perlawanan, menerima dan melakukan pembayaran
uang dalam perkara ini, meminta dan memberikan serta
menandatangani bukti-bukti pembayaran, mengusahakan perdamaian
dan menandatangani akta perdamaian, mohon putusan dan dijalankan
putusannya ;

 Pada pokoknya mengerjakan segala sesuatu yang dipandang baik dan


perlu dalam urusan tersebut, guna kepentingan pemberi kuasa dan tidak
bertentangan dengan hukum ;

 Kuasa ini diberikan Hak “ Substitusi “ kepada orang lain apabila


berhalangan.

Yogyakarta, 01 Januari 2013

Penerima Kuasa : Pemberi Kuasa:

H E N D R A R A I S, S.H Tn. M A N T O R O

75
Contoh Permohonan Perwalian Anak

Yogyakarta, 19 Januari 2013

Lamp. : 1 (satu) Lembar Surat Kuasa Khusus

Hal. : PERMOHONAN PERWALIAN ANAK

Kepada Yang Terhormat :

Bapak Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta

di -

YOGYAKARTA

Dengan hormat,

Yang bertandatangan dibawah ini, kami :

H E N D R A R A I S, S H

==================================

ADVOKAT/PENGACARA – KONSULTAN HUKUM

beralamat dikantor “Advokat Hendra Rais, SH & Rekan”

Jl. Timoho Lor No. 20. A Yogyakarta 55212

Berdasarkan Surat Kuasa khusus bermaterai cukup tanggal 01 Januari 2013,


dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama klien kami :

Tn. M A N T O R O

Swasta, beralamat di Jl. Mangkuyudan No. 9

RT. 01/RW. 004, Kelurahan Mantrijeron


76
Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta

Selanjutnya mohon disebut sebagai :

PEMOHON

Dengan ini mengajukan Permohonan Perwalian anak hasil perkawinan dari Tn.
Sugiyanto dengan Ny. Titik ;

Adapun pengajuan permohonan perwalian anak ini diajukan berdasarkan hal-hal


sebagai berikut :

Bahwa pada hari Kamis tanggal 10 Mei 1990 telah terjadi Perkawinan antara
SUGIYANTO (dalam KTP tertulis SUGIYANTO) dengan TITIK, sebagaimana
termuat dalam Kutipan Akta Nikah No. 34/44/V/1993 tanggal 10 Mei 1993 yang
dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa
Timur.

Bahwa dari perkawinan antara SUGIYANTO dengan TITIK tersebut telah lahir
2 (dua) orang anak yang bernama :

JAJA RAHARJA, lahir pada tanggal 17 Agustus 1988 sebagaimana termuat dalam
Akte Kelahiran No. 4139/I/1988, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Catatan
Sipil/Pegawai Luar Biasa Pencatat Sipil Kotamadya Yogayakarta

IKE NUR FADILAH, lahir pada tanggal 25 Januari 1991 sebagaimana termuat
dalam Akte Kelahiran No. 640/1991, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor
Catatan Sipil Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman.

Bahwa pada tanggal 15 Mei 2011 TITIK meninggal dunia, sebagaimana


dibuktikan dengan Surat Kematian yang dikeluarkan oleh Rumah sakit PANTI
RAPIH Yogyakarta, dengan Nomor 088/06/2011/RSPR/IGD/368200, yang
dikeluarkan pada tanggal 15 Mei 2011;

Bahwa sampai saat ini anak-anak hasil perkawinan antara SUGIYANTO dengan
TITIK masih dititipkan kepada neneknya (Ibu Pemohon, yang bernama Ny.

77
RAHMAWATI), yang tinggal di rumah anaknya Novintri laras beserta
suaminya Candra Putra ;

Bahwa Pemohon adalah Adik Kandung dari (Almh) TITIK yang Notabene
berarti PAMAN dari anak-anak (Almh) TITIK;

Bahwa SUGIYANTO sebagai seorang ayah tidak mampu memberikan contoh


menunjukkan perilaku selayaknya seorang ayah yang baik, berperilaku boros,
kurang memperhatikan perkembangan dan kebutuhan anak, hal ini bisa
dibuktikan sebagaimana berdasarkan Point No. 4, yang menunjukkan bahwa
sampai saat ini sebagai seorang ayah ternyata SUGIYANTO tidak mampu
memenuhi kebutuhan anak-anaknya, sehingga dikhawatirkan akan
mengganggu pendidikan dan masa depan anak-anaknya ;

Bahwa berdasarkan ketentuan yang termuat dalam KUHPerdata Pasal 345, yang
kami kutib sebagai berikut :

“Apabila salah satu dari kedua orangtua meninggal dunia, maka perwalian
terhadap anak-anak kawin yang belum dewasa, demi hukum dipangku oleh
orangtua yang hidup terlama, sekedar ini tidak, telah dibebaskan atau dipecat
dari kekuasaan orangtuanya”

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 345 KUHPerdata tersebut diatas maka saat
ini yang mempunyai tanggungjawab penuh terhadap kelangsungan hidup kedua
anak hasil perkawinan dari SUGIYANTO dengan TITIK adalah SUGIYANTO,
mengingat TITIK telah meninggal dunia ;

Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 335 KUHPerdata, yang kami kutib
sebagai berikut :

“Masing-masing orangtua, yang melakukan kekuasaan orangtua, atau wali bagi


seseorang anaknya atau lebih, berhak mengangkat seorang wali bagi anak-
anaknya itu, jika kiranya perwalian itu setelah ia meninggal dunia demi hukum
ataupun karena penetapan Hakim menurut ayat terakhir Pasal 353, tidak harus
dilakukan oleh orangtua yang lain”

78
Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 335 KUHPerdata tersebut diatas,
maka dalam hal ini SUGIYANTO mempunyai hak untuk mengangkat seseorang
yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup anak-anaknya untuk
menjadi wali.

Bahwa berdasarkan penjelasan yang termuat dalam KUHPerdata Bagian


Keempat Tentang perwalian yang diperintahkan oleh Bapak atau Ibu,
menyebutkan bahwa Pengangkatan dilakukan dengan wasiat atau dengan akta
notaris yang dibuat untuk keperluan itu semata-mata, maka dalam hal ini
Pemohon juga menyertakan Akta Pengangkatan yang dibuat oleh Notaris di
Yogyakarta, yang bernama Muhammad Akbar, S.H., yang beralamat di Jl.
Taman Siswa No. 13 Yogyakarta 55555, dengan Nomor 27 tanggal 01 Januari
2013 tentang Perwalian ;

Bahwa berdasarkan pada Ketentuan Pasal 51 ayat (2) Undang-undang No. 1


Tahun 1974 tentang Perkawinan, sebagaimana yang kami kutib :

“ Wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain
yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan berkelakuan baik.”

Dalam hal ini Pemohon adalah PAMAN dari anak-anak tersebut, sehingga
berdasarkan ketentuan tersebut diatas, jelas-jelas merupakan orang yang
mempunyai prioritas untuk mendapatkan hak perwalian dari anak-anak
tersebut.

Bahwa Perwalian ini dimohonkan mengingat Pemohon ingin memberikan


kepastian terhadap masa depan anak-anak tersebut sehingga akan terpenuhi
segala kebutuhan Pendidikan, Kesehatan, dan pengawasan terhadap kegiatan
anak-anak tersebut sehingga tidak akan terjerumus ke dalam lingkungan yang
berdampak negatif yang bisa merugikan dan merusak masa depan anak-anak
tersebut ;

79
Bahwa Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 360 KUHPerdata, kami kutib sebagai
berikut :

“Pengangkatan seorang wali dilakukan oleh Pengadilan Negeri atas permintaan


para keluarga sedarah dan semenda si belum dewasa atas permintaan para
berpiutang atau pihak lain yang berkepentingan, atas permintaan Balai Harta
Peninggalan, atas tuntutan jawatan Kejaksaan, bahkanpun karena jawatan, oleh
Pengadilan Negeri, yang mana si belum dewasa bertempat tinggal dalam daerah
hukumnya”.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas maka dengan ini jelas sudah kewenangan
Pengadilan Negeri Yogyakarta untuk menetapkan Pemohon sebagai Wali dari
kedua anak hasil perkawinan antara SUGIYANTO dengan TITIK.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri


Yogyakarta yang Terhormat untuk menerima, memeriksa dan memutuskan
permohonan ini dengan menjatuhkan putusan sebagai berikut :

PRIMAIR

Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon ;

Menyatakan dan Menetapkan kedua anak hasil perkawinan antara Afiat Ashan
Hasan dengan Maymianti yang bernama :

JAJA RAHARJA, lahir pada tanggal 17 Agustus 1988 sebagaimana termuat dalam
Akte Kelahiran No. 4139/I/1988, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Catatan
Sipil/Pegawai Luar Biasa Pencatat Sipil Kotamadya Yogayakarta

IKE NUR FADILAH, lahir pada tanggal 25 Januari 1991 sebagaimana termuat
dalam Akte Kelahiran No. 640/1991, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor
Catatan Sipil Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman.

80
Dibawah PERWALIAN Pemohon ;

Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Negeri Yogyakarta untuk


mengirimkan salinan putusan kepada Kantor Pencatatan Sipil serta
memerintahkan kepada pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mencatat tentang Hak perwalian tersebut
diatas di dalam daftar yang sedang berjalan ;

Membebankan biaya perkara kepada Pemohon ;

SUBSIDAIR:

Mohon putusan yang seadil-adilnya menurut hukum dan kebenaran (Ex Aequo
Et Bono)

Fiat Justitia Ruat Coelum

Terima kasih

Hormat - Kami,

81

Anda mungkin juga menyukai