Askep Ca Mamae (Kanker Payudara)
Askep Ca Mamae (Kanker Payudara)
KANKER PAYUDARA
A. Pengertian
B. Etiologi
Etiologi kanker payudara dari beberapa sumber:
Menurut Sabiston (1995: 386) adalah:
1. Pengaruh diit.
2. Kanker majemuk.
3. Faktor genetik.
4. Pengaruh hormon.
5. Penyakit proliferasi dan hiperplasi atipik.
6. Radiasi ionisasi.
4 5
Faktor penyebab kanker payudara adalah:
1. Konstitusi genetik.
2. Pengaruh hormon.
3. Virogen.
4. Makanan (terutama yang banyak mengandung lemak).
5. Radiasi daerah dada.
C. Patoflodiagram
D. Faktor penyebab / Faktor risiko
Mutasi DNA
Penurunan kesadaran
Efek anestesi Mastektomi Kanker Payudara
Metabolisme
DP.1 KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHANanaerob
SEPSIS
E. Fokus Intervensi
1. Takut/ Ansietas (Doenges, 2000: 753)
Dapat dihubungkan dengan:
a. Ancaman kematian, contoh penyakit luas.
b. Ancaman konsep diri: perubahan gambaran diri, gangguan perut,
kehilangan bagian tubuh, seksual tak menarik.
c. Perubahan status nutrisi.
Hasil yang diharapkan:
a. Mengakui dan mendiskusikan masalah.
b. Menunjukkan rentang perasaan yang tepat.
c. Melaporkan takut dan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.
Intervensi:
a. Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, harapan, intervensi
pembedahan dan terapi yang akan datang.
b. Jelaskan tujuan dan persiapan untuk test diagnostik,
c. Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan dan penerimaan juga privasi
untuk pasien dan orang terdekat.
d. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut.
e. Kaji tersedianya dukungan pada pasien.
f. Diskusikan/ jelaskan peran rehabilitasi setelah pembedahan.
2. Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis
dan kebutuhan pengobatan (Doenges, 2000: 903).
Dapat dihubungkan dengan:
a. Kurangnya pemajanan/ mengingat, salah interpretasi informasi.
b. Tidak akrab dengan sumber informasi.
Hasil yang diharapkan:
a. Mengutarakan pemahaman proses penyakit/ proses praoperasi dan harapan
pasca operasi.
b. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu
tindakan.
c. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
regimen perawatan.
Intervensi:
a. Kaji tingkat pemahaman pasien.
b. Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.
c. Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.
d. Melaksanakan program pengajaran praoperasi individual.
e. Sediakan kesempatan untuk melatih batuk nafas dalam dan latihan otot.
f. Informasikan pasien/ orang terdekat mengenai rencana perjalanan,
komunikasikan dokter/ orang terdekat.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Doenges, 2000: 1006)
Dapat dihubungkan dengan:
a. Status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
b. Konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, misal: anoreksia, iritasi
lambung, penyimpangan rasa, mual.
c. Distress emosional, keletihan, kontrol nyeri buruk.
Hasil yang diharapkan:
a. Mendemonstrasikan berat badan stabil, penambahan BB progresif kearah
tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat.
c. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan/
peningkatan masukan diit.
Intervensi:
a. Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan pasien menyimpan buku
harian tentang makanan sesuai indikasi.
b. Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep. Timbang BB
tiap hari.
c. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori, kaya nutrien dengan
masukan cairan adekuat.
d. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
e. Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi,
latihan sedang sebelum makan.
f. Identifikasi pasien yang mengalami mual/ muntah yang diantisipasi.
g. Pasang/ pertahankan selang NG/ pemberian makan untuk makanan enteral
atau jalur sentral untuk hiperalimentasi parenteral bila diindikasikan.
4. Nyeri (akut) (Doenges, 2000: 755)
Dapat dihubungkan dengan:
a. Prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
Hasil yang diharapkan:
a. Mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan.
b. Tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
Intervensi:
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas. Perhatikan
petunjuk verbal dan non verbal.
b. Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal.
c. Bantu pasien menemukan posisi nyaman.
d. Berikan tindakan kenyamanan dasar, dorong ambulasi dini dan penggunaan
teknik relaksasi bimbingan imajinasi, sentuhan terapeutik.
e. Tekan/ sokong dada untuk latihan batuk/ nafas dalam.
f. Berikan obat nyeri yang cepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat/
sebelum aktivitas.
5. Keletihan (Doenges,2000:1009)
Dapat dihubungkan dengan:
a. Penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi
(status hipermetabolik).
b. Kebutuhan psikologik/ emosional berlebihan.
c. Perubahan kimia tubuh.
Hasil yang diharapkan:
a. Melaporkan perbaikan rasa berenergi.
b. Melakukan AKS dan berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada
tingkat kemampuan.
Intervensi:
a. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan
aktivitas periodik bila pasien mempunyai energi paling banyak.
b. Buat tujuan aktivitas realistik dengan pasien.
c. Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin, misal: mandi.
Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai kemampuan.
d. Pantau respons fisiologis terhadap aktivitas misal: perubahan tekanan darah
dan pernafasan.
e. Dorong masukan nutrisi.
f. Berikan O2 suplemen sesuai indikasi.
g. Rujuk pada terapi fisik/ okupasi.
6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder akibat pembedahan (Carpenito, L.J., 2001: 204).
Kriteria hasil:
a. Memperlihatkan teknik cuci tangan yang sangat cermat pada waktu pulang.
b. Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit.
c. Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor risiko yang berkaitan dengan
infeksi dan melakukan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.
Intervensi:
a. Identifikasi individu yang berisiko terhadap infeksi nosokomial.
b. Kurangi organisme yang masuk kedalam individu.
c. Lindungi individu yang mengalami defisit imun dari infeksi.
d. Kurangi kerentangan individu terhadap infeksi.
e. Amati terhadap manifestasi klinis infeksi.
f. Instruksikan individu dan keluarga mengenai penyebab, risiko dan
kekuatan penularan dari infeksi.
7. Sindrom disuse berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal (Carpenito, L.J.,
2001: 107)
Kriteria hasil:
a. Integritas kulit/ jaringan utuh.
b. Fungsi paru-paru maksimum.
c. Aliran darah perifer maksimum.
d. Rentang gerak, batasan gerak sempurna.
Intervensi:
a. Bantu untuk mengubah posisi, membalik dengan sering dari satu sisi ke sisi
lain.
b. Cegah ilkus karena tekanan.
c. Jangan masase area yang kemerahan.
d. Lakukan latihan rentang gerak.
e. Posisi individu dalam kelurusan untuk mencegah komplikasi.
f. Berikan penopang beban berat bila mungkin.
g. Tinggikan ekstremitas diatas letak jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long, 2005. Medical Surgical Nursing. St. Louis. CV. Mosby
Company.
Brunner and Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2, Alih bahasa:
Monica Ester, Edisi 12, EGC, Jakarta.
Joyce M. Black, 2005. Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Continuity of Care. Fifth Edition, WB. Saunders Company, Philadelphia.
Lewis, Sharon Mantik, 2000, Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problems. Missouri: Mosby’S Inc.
NANDA, NIC & NOC. 2010. Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta
Nurarif, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc, Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction Jogja.