Anda di halaman 1dari 6

A. Moh.

Yamin

Moh. Yamin mengysulkan 5 asas yakni

1. Peri Kebangsaan

satu paham yg menciptakan & mempertahankan kedauLatan sebuah negara (nation) dgn mewujudkan
satu konsep identitas bersama untuk sekeLompok manusia

2. Peri Kemanusiaan

Kemerdekaan harus memberi perlindungan tinggi dan pengawasan luhur kepada putra negara dengan
hal miliknya dalam lintasan batasan daerah dan negara

3. Peri Ketuhanan

Kesejahteraan Indonesia merdeka akan berketuhanan sebab bangsa Indonesia adalah bangsa
berperadaban luhur yang mempunyai Tuhan Yang Maha Esa.

4. Peri Kerakyatan

Berlandaskan pada permusyawaratan, perwakilan, dan kebijaksanaan.

5. Kesejahteraan

Dilandasi keadilan sosial. Artinya, negara tidak dirasakan sebagai ikatan umum yang menyempitkan
hidup rakyat.

Kutipan pidato Moh. Yamin

Tuan Ketua jang mulia, Rapat jang terhormat! Angkat bitjara dalam rapat
Panitia Penjelidikail Indonesia Merdeka ini memberi ingatan kepada kita, bahwa kewadjiban

jang terpikul diatas kepala dan kedua belah bahu Juta ialah kewadjiban jang sangat teristimewa.

Kewadjiban untuk ikut menjelidiki bahan-bahan jang akan mendjadi dasar dan susunan negara

jang akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan, jang telah diakui dan telah dibela oleh rakjat

Indonesia dengan kurban dan darah daging sedjak beratus-ratustahun, adalah suatu kesempatan

besar jang belum pernah dialami oleh bangsa Indonesia dalam zaman jang lampau, entahlah

agaknja pula tidakkan perlu di alami lagi sesudah turunan bangsa sekarang. Sekiranja

sumbangan rohani dari pada kita berhasil danmemberi akibat jang sempurna, maka

takkundjung lagi datanglah zaman gemilang bagi rakjat Indonesia seluruhnja, jang akan diliputi

oleh suatu negara

peradaba jang Makmur dan bersifat adil. Kegembiraan memberi sumbang rohani itu adalah

pula sepadan dan selaras dengan keinginan rakjat:”Mau merdeka” dan”ingin bernegara

berkedaulatan”. Menjumbangkan bahan-bahan untuk panitia dan menjelidiki beberapa

keadaanJkeadaan penting adalah dengan keinsjafan untuk Negara Indonesia seluruhnja.

Ditanah Selatan, memang pulau Djawa berisi Sebagian besar penduduk Indonesia jang dalam

beberapa hal perpusat kemari: pulau Djawa memang pusat dan djantung kegiatan kepulauan

Indonesia.

Tetapi dalam menjelidiki bahan-bahan untuk Negara Indonesia, maka kita haruslah

bertindak sebagai orang Indonesia, jaitu dengan memperhatikan masaallah-masaallah, soal-

soal dan keadaan istimewadi pulau Borneo, Selebes, Maluku, SundaKetjil, Malaja dan

Sumatera. Melupakan kemestian adalah mempersempit kedudukan Negara Indonesia, dan

memperhatikan berarti mendekatkan kita kepada keadaan jangsebenarnja. Tetapi dengan

bekerdja seperti itu pekerdjaan makin bertambah, dan. Beberapa soal bertambah muskil.

Sebaliknja Negara Indonesia tak dapatlah didudukkan diatas hasil penjelidikan bahan-bahan

jang didapat dipulau Djawa sadja, karena keadaan itu boleh djadi menjesatkan pemandangan
tlanse dikit-dikit mungkin melanggar pendirian kita. Sedjak dari sekarang hendaklah meliputi

seluruh keadaan-keadaan disegala pulau Indonesia dengan pikiran jang sudah meminum air

persatuan Indonesia. Kita mendirikan Negara Indonesia atas keinsjafan akan pengetahuan jang

luas dan lebar tentang seluruh Indonesia. Besar kejakinan saja, bahwa kita semua-nja djangan

memutuskan harapan masjarakat Indonesia ini.

B. Mr. Soepomo menyampaikan usulan 5 dasar negara yaitu :

1. Paham negara kesatuan

2. Perhubungan agama dengan negara

3. Sistem badan permusyawaratan

4. Sosialisasi negara

5. Hubungan antar bangsa

Kutipan pidato Mr. Soepomo

. Paduka Tuan Ketua, setelah saya menguraikan dasar-dasar yang menurut hemat saya hendak dipakai
untuk membangun negara Indonesia, maka saya sekarang hendak menguraikan kensekuensi dari teori
negara tersebut terhadap pada soal-soal: 4. Perhubungan negara dan agama, 5. Cara pembentukan
pemerintahan. 6. Hubungan negara dan kehidupan ekonomi.

Sebelum saya membicarakan soal-soal ini, saya mengingatkan kepada Tuan-tuan, bahwa bukan saja
negara yang berdasar persatuan itu akan sesuai dengan corak masyarakat Indonesia, akan tetapi negara
yang bersifat persatuan itu telah menjadi cita-cita pergerakan politik Indonesia pada zaman dahulu
sampai sekarang. Saya hendak memperingatkan kepada Tuan-tuan pasal 2 dari Panca Dharma yang
telah diterima oleh Chuuoo Sangi-In bahwa kita hendak mendirikan negara Indonesia yang merdeka,
bersatu. Jadi, cita-cita ini tepat dan sesuai dengan corak masyarakat Indonesia yang asli. Bagaimanakah
dalam negara yang saya gambarkan tadi hubungan antara negara dan agama? Oleh anggota yang
terhormat Tuan Moh. Hatta telah diuraikan dengan panjang-lebar bahwa dalam negara persatuan di
Indonesia hendaknya urusan negara dipisahkan dari urusan agama. Memang disini terlihat ada dua
paham ialah paham dari anggota-anggota ahli agama yang menganjurkan supaya Indonesia didirikan
sebagai negara Islam. Dan anjuran lain sebagaimana telah diajurkan oleh Tuan Moh. Hatta ialah negara
persatuan nasional yang memisahkan urusan negara dan Islam; dengan lain kata: bukan negara Islam.
Apa sebabnya disini saya mengatakan bukan negara Islam? Perkataan negara Islam, lain artinya daripada
perkataan negara berdasar atas cita-cita luhur dari agama Islam. Apakah perbedaannya akan saya
terangkan. Dalam negara yang tersusun sebagai negara Islam, negara tidak bias dipisahkan dari agama.
Negara dan agama ialah satu, bersatu padu.
C. Ir.soekarno

Ir. Soekarno dalam pidatonya mengemukakan bahwa Indonesia memiliki 5 dasar negara Indonesia
yaitu :

1. Kebangsaan

2. Internasionalisme, Peri kemanusiaan

3. Mufakat, Demokrasi

4. Kesejahteraan

5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Kemudian dasar negara Indonesia yang 5

Dikerucutkan menjajadi 3 yang menjadi Trisila:

1. Sosionalisme, kebangsaan dan internasionalisme/perikemanusiaan

2. Sosio Demokrasi

Demokrasi dan kesejahteraan sosial

3. Ketuhanan

Dan yang ke 3 menjadi 1 yang disebut dengan ekasila gotong royong

Kutipan teks pidato Ir. Soekarno

Saudara-saudara! “Dasar-dasar Negara” telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma?
Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan
dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima
setangan.
Kita mempunyai Panca Indera. Apa lagi yang lima bilangannya? (Seorang yang hadir: Pendawa lima).
Pendawapun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip; kebangsaan, internasionalisme, mufakat,
kesejahteraan dan ketuhanan, lima pula bilangannya.

Namanya bukan Panca Dharma, tetapi – saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli
bahasa namanya ialah Panca Sila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita
mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi. (Tepuk tangan riuh).

Atau, barangkali ada saudara-saudara yang tidak suka akan bilangan lima itu?

Saya boleh peras, sehingga tinggal 3 saja. Saudara-saudara tanya kepada saya, apakah “perasan” yang
tiga itu? Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan dia, ialah dasar-dasarnya Indonesia Merdeka,
Weltanschauung kita.

Dua dasar yang pertama, kebangsaan dan internasionalisme, kebangsaan dan peri-kemanusiaan, saya
peras menjadi satu: itulah yang dahulu saya namakan socio-nationalisme .

Dan demokrasi yang bukan demokrasi barat, tetapi politiek- economische demokratie, yaitu politieke
demokrasi dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi d e n g a n kesejahteraan, saya peraskan pula
menjadi satu: Inilah yang dulu saya namakan socio-democratie. Tinggal lagi ketuhanan yang
menghormati satu sama lain.

Jadi yang asalnya lima itu telah menjadi tiga: socio-nationalisme, socio-demokratie, dan ketuhanan.
Kalau Tuan senang kepada simbolik tiga, ambillah yang tiga ini. Tetapi barangkali tidak semua Tuan-tuan
senang kepada trisila ini, dan minta satu, satu dasar saja? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi
menjadi satu. Apakah yang satu itu?

Sebagai tadi telah saya katakan: kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus
mendukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat
Indonesia, bukan Van Eck buat indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia
buat Indonesia, – semua buat semua!
Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu
perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan gotong-royong . Negara Indonesia yang kita dirikan
haruslah negara gotong-royong! Alangkah hebatnya! Negara gotong-royong! (Tepuk tangan riuh
rendah).

“Gotong Royong” adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”, saudara-saudara!
Kekeluargaan adalah satu faham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu
amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo satu karyo, satu gawe.
Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama!

Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-


binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-
lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong! (Tepuk tangan riuh rendah).

Prinsip Gotong Royong di antara yang kaya dan yang tidak kaya, antara yang Islam dan yang Kristen,
antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia. Inilah, saudara-
saudara, yang saya usulkan kepada saudara-saudara.

Anda mungkin juga menyukai