Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ١
STUDI ISLAM (SEBUAH TINJAUAN METODOLOGIS) Oleh : Ajahari*
ABSTRAK
Dewasa ini kehadiran agama dituntut terlibat secara aktif dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama Islam tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau terhenti sekedar disampaikan dalam khutbah, melainkan secara konsepsional mampu menawarkan cara-cara yang efektif dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala pemahaman keagamaan yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologi normatif dipadukan dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan yang lebih besifat multi disipliner dan secara operasional konseptual dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul. Kenyataan menunjukan bahwa di kalangan masyarakat muslim masih terjadi kesalahpahaman dalam memahami dan menghayati pesan simbolik keagamaan. Akibatnya agama lebih dihayati sebagai penyelamat individu bukan keberkahan sosial. Pesan spiritual agama menjadi mandeg terkristal dalam kumpulan mitos dan ungkapan simbolik tanpa makna. Penyebabnya adalah karena terjadi kekeliruan dalam memahami ruang lingkup Islam dan kurang tepat dalam mempergunakan metode pengkajian Islam. Kata Kunci : Studi Islam, Metodologi.
A. Pendahuluan kehidupan yang dinamis dan
Abudinata mengatakan progresif, menghargai akal pikiran bahwa kehadiran Islam yang melalui pengembangan iptek, dibawa Nabi Muhammad SAW bersikap seimbang dalam me- diyakini dapat menjamin ter- menuhi kebutuhan material dan wujudnya kehidupan manusia spiritual, mengembangkan kepe- yang sejahera lahir dan bathin. dulian sosial, menghargai waktu, Petunjuk yang terdapat dalam Al- bersikap terbuka, demokratis, Qur'an dan Hadits amat ideal dan berorientasi pada kualitas, ke- agung. Islam mengajarkan mitraan, egaliter, anti feodalistik,
* Penulis adalah dosen pada Jurusan Tarbiyah STAIN Palangka Raya.
Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ٢
cinta kebersihan, mengutamakan keberagaman yang legalistik
persaudaraan, berakhlak mulia formalistik, agama hanya di- dan sikap positif lainnya. manifestasikan dalam bentuk Selanjutnya Harun Nasution ritual formal sehingga muncul mengatakan bahwa Islam formalisme keagamaan yang lebih berlainan dengan agama yang mementingkan "bentuk" dari pada pada umumnya diketahui, Islam 'Isi". Akibatnya agama kurang bukan hanya mempunyai satu atau dipahami sebagai seperangkat dua aspek akan tetapi multi asfek paradigma moral dan etika yang antara lain asfek teologi, ibadah, bertujuan membebaskan manusia moral, mistisme, filsafat, sejarah, dari kebodohan, keterbelakangan kebudayaan dan sebagainya dan kemiskinan. Akibat dari (Nasution,1985 : 33). kesalahpahaman memahami Pengetahuan tentang Islam dari simbol-simbol keagamaan itu, satu atau dua aspek dan bahkan maka agama lebih dihayati dari satu aliran atau mazhab saja sebagai penyelamat individu dan akan menimbulkan menimbulkan bukan sebagai keberkahan sosial pengetahun yang tidak lengkap secara bersama. Pesan spiritual tentang Islam dan hal ini yang agama menjadi mandek atau pada umumnya terjadi di terhenti, mengkristal dalam Indonesia. (Fadhil dalam Nata, sekumpulan mitos dan ungkapan 1989 : 1). simbolis tanpa makna. Agama Di Indonesia pada umum- tidak muncul dalam sebuah nya dikenal hanya dari aspek kesadaran kritis terhadap situasi teologi dan itupun hanya dari aktual (Nata, 98 : 3). Muhaimin aliran tradisional. Dari aspek mengatakan bahwa pendekatan hukum hanya dari mazhab syafi'i. studi keislaman yang Demikian jug aspek-aspek lain mendominasi kalangan ulama seperi moral, mistis, filsafat, selama ini lebih cendrung bersifat sejarah, kebudayaan serta aliran subyektif, apologi dan doktriner dan mazhab lain kurang dikenal serta menutup diri terhadap akibatnya pengetahuan kita di pendekatan yang dilakukan oleh Indonesia tidak sempurna, hakikat kalangan luas Islam yang sumber Islam tidak begitu dikenal dasarnya Al-Qur'an dan Hadits sehingga akhirnya menimbulkan yang ada dasarnya bersifat kesalah pahaman tentang Islam rasional dan adaptif terhadap (Nasution, 1985 : 34). Situasi tuntutan dan perobahan zaman keberagaman di Indoensia cen- telah berkembang menjadi ajaran- derung menampilkan kondisi ajaran yang baku dan kaku serta Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ٣
tabu terhadap sentuhan-sentuhan dalam mempergunakan metode
akal rasionalitas dan tuntutan pengkajian Islam. (Daud, 1998 : perobahan dan perkembangan 77). Lebih lanjut Mukti Ali zaman. Bahkan kehidupan mengatakan bahwa salah satu keagamaan serta sosial budaya penyebab pemahaman umat Islam umat Islam terkesan mandeg, seperti di Indonesia masih parsial membeku dan ketinggalan zaman. karena kesalahan dalam Dan yang lebih payah lagi mengunakan metode. Ada 2 keadaan yang demikian yang alasan mendasar kenapa terjadi menjadi sasaran dan obyek studi hal yang demikian. Pertama, dari kaum orintalisme dalam studi selama ini ahli-ahli ilmu keislamannya. Sehingga mereka pengetahuan termasuk dalam hal mendapatkan kenyataan- ini para orientalis mendekati kenyataan bahwa ajaran Islam Islam hanya dengan sebagaimana yang nampak dalam menggunakan kacamata ilmiah fenomena dan praktik umatnya saja sehingga penelitian ini belum ternyata tidak rasional dan dan menyeluruh dan sebenar-nya ilmiah dan tidak mampu mereka tidak mengerti Islam menjawab tantangan zaman secara utuh, yang mereka ketahui (Muhaimin, 1994 : 12-13). hanya eksternalitas (segi-segi luar Syekh Muhammad Qutb saja). Metode yang ditempuh oleh dalam bukunya Subuhat Hawlil para orientalis terutama sebelum Islam yang diterjemahkan dalam perang dunia kedua, adalah bahasa Indonesia tahun 1980 pendekatan yang menjadikan dengan judul Salah Paham Islam dan seluruh ajarannya Terhadap Islam yang dikutif semata-mata sebagai obyek studi Daud Ali memberikan gambaran analisis. Laksana dokter bedah umum tentang Islam yang disalah mayat, para orientalis meletakan pahamkan bukan saja oleh Islam diatas meja operasi, orang-orang non muslim, tetapi memotongnya bagian demi bagian juga oleh orang-orang Islam dan menganalisis bagian-bagian sendiri. Kesalahpahaman itu dengan mempergunakan ukuran disebabkan karena beberapa hal, yang tidak Islam (Fazlur Rahman diataranya adalah 1) Salah dalam Daud, 1989 : 79). Artinya memahami ruang lingkup agama mereka mempergunakan metode Islam; 2) Salah menggambarkan dan menganaliisis dengan ukuran- segmen-segmen atau bagian- ukuran yang tidak Islami (tidak bagian kerangka keseluruhan sesuai dengan ajaran-ajaran ajaran agama Islam dan 3) Salah Islam). Hasilnya tentu tidak akan Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ٤
memusakan dan pasti menimbul- B. Pembahasan
kan salah paham. Lebih-lebih lagi 1. Pengertian Metode Studi bagi mereka yang memang Islam melihat Islam hanya dari Kata metodologi berasal dari kacamata subyektif dan sentimen bahasa Yunani, yakni dari kata agama. Kedua, Sebaliknya para metha dan hodos (methodos). ulama sudah terbiasa memakai Metha artinya melewati dan hodos ajaran Islam secara doktriner dan artinya jalan atau cara. Metodos dogmatis. Sebagai akibatnya berarti jalan atau cara yang harus penafsiran tersebut sulit diterap- dilalui untuk mencapai tujuan kan ditengah-tengah masyarakat tertentu. Sedangkan logos artinya yang modern dan global sehingga ilmu. (Shodikin, 2002 : 28). orang menyimpulkan bahwa Dalam kamus bahasa Islam dengan seperangkat Indoensia metodologi diartikan ajarannya ketinggalan zaman, suatu untuk mengungkapkan cara tidak sesuai dengan alam yang paling cepat dan tepat dalam pembangunan. Oleh karena itu ia melakukan sesuatu atau dengan menawarkan 3 pendekatan dalam kata lain cara bekerja yang memahami agama Islam yakni bersistim untuk memudahkan naqli (tradisional) aqli (rasional pelaksanaan suatu kegiatan untuk dan kasyf (mistis) dan ke 3 mencapai tujuan yang ditentukan pendekatn ini harus dilakukan (KBBI, tt : 652). secara serempak dan mengunakan Abraham kaflan menjelas- metode lintas disiplin ilmu. (Ali; kan bahwa metodologi adalah 1991 : 32). pengkajian (study), mengenal Menggaris bawahi dari penggambaran (deskripsi), pen- beberapa pernyatan para pakar jelasan (exsplanasi) dan pem- diatas, maka tampaknya untuk benaran (justifikasi). Dengan memperoleh pemahaman yang demikian, apabila pendapat kaflan kaffah (menyeluruh) terhadap diatas kita perhatikan, metodologi Islam perlu memadukan berbagai itu mengandung unsur-unsur, pendekatan/metode studi Islam yakni : studi (pengkajian), des- dari berbagai disiplin ilmu baik kripsi, (penggambaran); secara ilmiah maupun doktriner eksplanasi (penjelasan) dan sehingga pemahaman masyarakat justifikasi (pem-benaran yang menjadi lebih baik. melahirkan suatu generalisasi (penyimpulan), sehingga metodologi dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ٥
ditempuh dalam memecahkan maupun parktik pelaksanaannya
suatu masalah (mulai dari secara nyata dalam kehidupan menemukan fakta sampai sehari-hari sepanjang sejarah. penyimpulan). (Kaflan dalam (Muhaimin, 1994 : 11). Shodikin, 2002 : 28). Dari beberapa uraian tentang Sejalan dengan pengertian pengertian metodologi dikaitkan metodologi di atas, tampaknya dengan pengertian studi Islam, ada benarnya pendapat yang maka dapatlah disimpulkan diungkapkan oleh Sasmuni Sukir bahwa metodologi studi Islam yang mengemukakan bahwa adalah prosedur yang ditempuh metodologi adalah ilmu tentang bagaimana cara pengetahuan yang mempelajari mempelajari Islam secara cepat tentang cara-cara atau jalan yang dan tepat, dilakukan secara sadar ditempuh untuk mencapai tujuan dan sistimatis, efektif dan efesien dengan hasil yang efektif dan dari mulai menemukan fakta efesien. (Syukir, 1979 : 90). sampai melakukan generalisasi Tegasnya adalah cara yang paling (penyimpulan) baik Islam sebagai tepat dan cepat dalam melakukan sumber ajaran, Islam sebagai sesuatu (Tafsir, 1995 : 9). Studi pemahaman, maupun Islam yang efektif dapat diartikan sebagai pengamalan (historis). sebagai studi yang dapat dipahami Atau dengan kata lain suatu ilmu secara sempurna. Studi yang yang membahas tentang cara efesien dapat diartikan sebagai mengkaji Islam, baik dari dimensi studi yang fungsional, yang dapat normatif, dimensi historis, mupun mempengaruhi interpretasi dan dimensi aktualnya. (Rozak, 2001: pengamalan Islam yang tepat dan 15). benar. 2. Urgensi Metodologi Adapun yang dimaksud Mengapa diperlukan meto- dengan studi Islam adalah secara dologi dalam studi Islam ini . Hal sederhana dapat diartikan sebagai ini dikarenakan beberapa usaha untuk mempelajari hal-hal argumentasi , yaitu : yang berhubungan dengan agama Pertama, Usaha untuk Islam. Dengan perkataan lain menampilkan kembali Islam yang "usaha sadar dan sistimatis untuk memiliki sejumlah hasanah dan mengetahui dan memahami serta warisan intelektual dari masa lalu membahas secara mendalam ke masa sekarang. Dalam istilah tentang seluk beluk atau hal-hal Nurchalish Madjid, menjawab yang berhubungan dengan islam, tantangan untuk menampilkan baik ajaran-ajarannya, sejarahnya kembali Islam sebagai rahmat Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ٦
bagi seluruh alam. Kemampuan yang terjadi pada abad ke-14, 15
menjawab tantangan ini banyak dan 16 Masehi. Aristoteles (384- bergantung kepada pemikiran dan 322 SM) sudah barang tentu lebih cara berfikir umat Islam tentang jenius dari Francis Bacon (1561- agamanya, dengan pola pikir yang 1626); dan Edison (1849-1931 M) Islami (Madjid dalam Shodikin, yang merupakan muridnya yang 2002 : 30). Senada dengan itu Ali menemukan sistim telepon dan Syari'ati mengatakan bahwa telegram, listrik, booskop faktor utama yang menyebabkan bersuara, kereta api listrik dan kemandekan dan stagnasi dalam masih banyak lagi yang lainnya pemikiran, peradaban dan sampai-sampai ia memiliki 1300 kebudayaan yangberlangsung hak paten. Plato (366-347 SM) hingga seribu tahun di eropa pada adalah lebih jenius dari Roger abad-abad pertengahan adalah Bacon (1214-1626); Pertanyaan- metode pemkiran Aristoteles. nya adalah apakah yang Dikala melihat masalah dan objek menyebabkan kedua Bacon dan itu berobah, maka sains, Edison tersebut menjadi faktor masyarakat dan dunia juga dalam kemajuan sains, sekalipun berobah dan sebagai akibatnya keduanya itu jauh lebih rendah kehidupan manusia menajdi jeniusnya dari Plato dan berobah (Nata, 1998 : 98). aristoteles yang tidak bisa Lebih lanjut Mukti Ali membangkitkan Eropa Abad berpendapat bahwa metodologi Pertengahan, bahkan adalah masalah yang sangat menyebabkan stagnasi dan penting dalam sejarah kemandekan. Sebabnya adalah pertumbuhan ilmu. Metode karena orang-orang yang biasa kognitif yang betul untuk mencari saja itu menemukan metode kebenaran adalah lebih penting berpikir yang benar dan utuh, daripada filsafat, sain atau hanya sekalipun kecerdasannya biasa, mempunyai bakat. Metode juga mereka dapat menemukan mempunyai peranan penting kebenaran. dalam kemajuan dan kemunduran. Kedua, adalah alasan ajaran Adalah karena metode penelitian , Islam itu sendiri. Dalam kerena melihat sesuatu, bukan hubungan ini Shalahuddin Sanusi karena adanya atau tidak adanya mengemukakan bahwa : Di orang-orang yang jenius, yang dalam memahami dan membawa stagnasi dan masa mempelajari Islam sebagai agama, bodoh atau gerak dan kemajuan diperlukan langkah yang tepat, (Ali, 190 : 28) Sebagai contoh yaitu harus memahami scoup atau Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ٧
ruang lingkupnya ajaran Islam, siswa dapat memahami per-
yaitu ajaran Islam itu meliputi kembangan pemikiran metodologi material dan spiritual, duniawi yang telah dikembangkan para dan ukhrawi, jasmani dan rohani, ilmuan muslim masa klasik (lalu) dan kita harus memahami isinya dalam mengkaji Islam, baik (squensinya) secara extensif (tiap- sebagai upaya memurnikan ajaran tiap unsur) atau suatu kesatuannya Islam dari unsur yang merusak dari tiap asfek dan secara intensif adat al-Islam maupun sebagai (kedalamannya), hikmat, guna upaya untuk dan pengalamannya dalam mengkontektualisasi-kan doktrin kenyataan hidup dan kehidupan. al-Islam itu sendiri. Pada (Sanusi dalam Shodikin, 2002 : gilirannya, para mahasiswa yang 30). akan menjadi ilmuan ilmuan Dengan demikian pemaha- muslim masa datang akan menjadi man dan wawasan tentang sarjana muslim yang sangat metodologi studi Islam toleran terhadap perbedaan merupakan sesuatu yang penting pandangan antar sesama sarjana (urgen) dalam rangka : muslim yang lain, bahkan dengan Pertama, Memberikan bekal nonmuslim sekalipun. Dengan metodologis, yaitu kemam-puan mengunakan metode yang cepat memilih dan menerapkan metode- dan tepat, diharapkan mahasiswa metode yang dianggap cepat dan Perguruan Tinggi Islam memiliki tepat serta efektif dan efesien pemahaman yang komprehensif dalam menempuh studi Islam mengenai Islam, sehingga sebagaimana yang telah melahirkan pengamalan Islam digunakan oleh para ilmuan sebagai suatu kesadaran yang muslim dalam mengkaji Islam timbul dari dalam dirinya sendiri sehingga menimbulkan kesim- sehingga Islam yang dipelajarinya pulan yang beragama. itu dapat "mempribadi" di dalam Pemahaman terhadap adanya dirinya. Disamping itu juga untuk keragaman metode dengan menghindari terjadinya kesalah berbagai kelemahan dan pahaman terhadap Islam baik oleh kekurangannya dapat umat Islam maupun di luar Islam menumbuhkan sikap toleransi Ketiga, Menjawab perma- yang pada gilirannya salahan berkenaan dengan menumbuhkan sikap kerukunan pemahaman terhadap Islam, internal umat Islam; dengan meningkatkan pengusaan Kedua, Diperguruan tingi terhadap metodologi yang selama diharapkan agar seorang maha- ini dianggap lemah. Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ٨
Keempat, Menciptakan metode yang dapat digunakan
kontekstualisasi Islam doktrin dalam memahami agama . Hal ini Islam secara temporal sehingga perlu dilakukan, karena melalui doktrin Islam akan tampak selalu pendekatan/metode tersebutlah aktual didalam kehidupan sosial kehadiran agama secara kultural yang selalu dinamis dan fungsional dapat dirasakan oleh mobil. Hal ini lebih memungkin- penganutnya. Sebaliknya tanpa kan karena para ilmuan muslim mengetahui berbagai kontemporer tidak perlu lagi pendekatan/metode, maka tidak untuk memanfaatkan sebuah mustahil agama menjadi sulit metode kajian untuk mengkaji al- untuk dipahami oleh masyarakat, Islam karena pada masa lalu para tidak fungsional, pemahaman ilmuan muslim pun telah masyarakat tidak kaffah, yang mempergunakan metode itu untuk diketahui oleh masyarakat hanya mengkaji al –Islam. bagian kecil dari ajaran Islam dan Dari uraian diatas, tampak pada akhirnya masyarakat bahwa dalam melakukan studi mencari penyelesaian masalah terhadap Islam diperlukan yang dihadapinya kepada selain metodologi yang tepat agar agama dan tentu saja keadaan dihasilkan suatu kesimpulan me- yang demikian tidak dikehendaki ngenai Islam dalam keseluruhan terjadi. asfek ajarannya secara tepat pula. 3. Metode Studi Islam Baik mengenai Islam sebagai Agama sebagai obyek kajian sumber ajaran, Islam sebagai keilmuan atau objek penelitian pemahaman, maupun Islam ilmiah, bisa didekati dengan sebagai pengamalan. Termasuk berbagai macam metode dan didalamnya adalah bagaimana pendekatan (approach). Masih- cara yang cepat dan tepat masing metode dan pendekatan mempelajari sumber pokok ajaran bertujuan untuk meneliti dan Islam, yaitu Al-Qur'an dan Al- mengkaji masalah-masalah yang Hadits. Selain itu dalam spesifik dari berbagai masalah memahami masalah-masalah keagamaan, dan juga memiliki agama tidak saja diperlukan metode penelitian yang kahs pendekatan kaidah-kaidah ilmiah, yang disesuaikan dengan masalah tapi juga diperlukan pendekatan yang ditelitinya. Namun demikian imani. (Sodikin, 2002 : 31). dalam hubungan ini Hasan Bisri Berkenaan dengan hal mengemukakan bahwa metode/ tersebut diatas, maka dibawah ini pendekatan apapun yang akan dideskripsikan berbagai digunakan tentu memiliki Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ٩
kelebihan dan kekurangan memahami Islam dalam konteks
masing-masing. Pada dasarnya metode perbandingan ini, yakni : tidak ada satu metode/pendekatan 1) Mengenal Allah dan mem- apapun yang utuh dan sempurna. bandingkan dengan sesem- Dalam penggunaan bahan agama-agama lain; metode/pendekatan tersebut dapat 2) Mempelajari Kitab Al-Qur'an saja terjadi kemencengan yang dan mebandingkannya dengan bersumber dari manusianya, baik kitab-kitab samawi atau karena keterbatasan dalam kitab-kitab yang dikatakan memahami peraturan dan sebagai samawi lainnya; menangkap gejala yang dihadapi, 3) Mempelajari kepribadian rasul maupun karena kerangka acuan Isalm dan membandingkannya yang digunakan. Hasan Bisri dengan tokoh-tokoh besar dalam Shodikin, 2002: 32). pembaharuan yang pernah Menurut Afif Muhammad hidup dalam sejarah; (1997) terdapat metode-metode 4) Mempelajari tokoh-tokoh yang lazim digunakan dalam Islam terkemuka dan penelitian pemikiran membandingkannya dengan (keagamaan), antara lain metode tokoh-tokoh utama agama komparasi atau perbandingan maupun aliranaliran pemikiran Metode Diskripsi lain. (Syari'ati, (terj) Mahyud- (Penggambaran), metode filologi, din, 1982 : 72). metode Hermeunetika dan Melalui metode komparasi Fenomenologi. ini dapat diketahui kelebihan dan kekurangan yang terdapat diantara a. Metode Perbandingan berbagai yang dibandingkan. Metode perbandingan Namun yang perlu dipahami dimaksudkan untuk menemukan dalam melakukan perbandingan tipe, corak atau kategori suatu syaratnya harus obyektif, tidak pemikiran, kemudian memposisi- ada pemihakan (blank mind), kannya dalam peta pemikiran tidak ada pra konsepsi dan secara umum. Yang dialkukan sebagainya. Metode ini sulit disini adalah pertama-tama dilakukan oleh seseorang yang mengemukakan teori induk yang meyakini kebenaran suatu agama . menggambarkan tipologi; dengan Sebab dalam dirinya masih berbagai indikatornya. Teori ini terdapat pemihakan pada agam kemudian digunakan untuk yang dianutnya. Metode ini baru mendeduksi pemikiran yang tekah akan efektif apabila dilakukan direkonstruksi. Ali Syari'ati oleh orang yang baru mau mengatakan ada berbagai cara Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ١٠
beragama. Sejalan dengan empiris, obyektif. Sedangkan
pendapat Ali Syari'ati diatas, untuk melihat Islam sebagai Mukti Ali juga mengajukan agama dapat digunakan metode memahami Islam yang di pendekatan normatif teologis. istilahkannya dengan metode Mukti Ali melihat bahwa Islam tipologi. Dengan metode ini sebagai agama dapat digunakan seseorang berusaha untuk metode doktriner dan untuk mengklasifikasi topik atau tema melihat Islam sebagai sebuah sesuai dengan tipenya kemudian disiplin ilmu digunakan metode dibandingkan dengan topik atau ilmiah dengan ciri-ciri sebagai tema yang mempunyai tipe yang mana disebutkan diatas dan sama. Dalam agama Islam selanjutnya metode ini disebutnya demikian juga agama lain, kita sebagai pendekatan sintesis. dapat mengklasifikasi lima aspek (Nata, 1998 : 110) atau ciri dari agama itu , lalu b. Metode Diskripsi dibandingkan dengan aspek dan (penggambaran) ciri yang sama dari agama lain, Metode ini digunakan jika yaitu : 1) Aspek ketuhanan peneliti ingin mengangkat sosok berikut ciri-cirinya. Caranya pemikiran yang diteliti tanpa adalah kembali mempelajari Al- suatu analisis yang bersifat Qur'an dan Hadits serta kritis.Objek kajian dalam metode keterangan yang diberikan para ini adalah gagasan atau ide pemikir muslim dalam bidang itu; seorang tokoh yang terkandung 2) Aspek kenabian, yakni dalam bentuk manuskrip, naskah mengetahui dan memahami Nabi atau teks atau media cetak seperti Muhammad dengan cara buku atau kitab. Karena tujuan mmepelajari syirahnya; 3) Aspek yang seperti itu, maka yang kitab suci dan 4) Aspek keadaan dilakukan hanya menggunakan sewaktu munculnya Nabid an pemikiran pe-ngarang dengan cara orang-orang yang didakwahinya menjelaskan dan menghubungkan serta individu-individu pilihan secara cermat data dalam bentuk- yang dihasilkan oleh agama itu ( bentuk pernyataan dan rumusan- Ali, 1977 ; 51-52) rumusan pendapat. Selanjutnya Amin Abdullah yang dikutif jika penelitian ingin diperdalam Nata mengatakan bahwa untuk pada implikasi-implikasi logos, melihat Islam sebagai sebuh dilaku-kan analisis rasional atau disiplin ilmu (Islamic Studies) sosial-empirik atau metode dapat digunakan pendekatan analitis kritis. Metode analitis ilmiah yang ciri-cirinya rasional, kritis merupakan pengembangan Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ١١
dari metode diskriptif. Menurut sempurna dan dalam ketidak-
Jujun S, Suriasumantri ada sempurnaan itu terkandung beberapa langkah dalam kelebihan dan kekurangan. Jadi menggunakan metode analisis tujuan kritik dalam metode anlisis kritis : kritis adalah menyimpulkan Pertama, mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan dari gagasan primer yang menjadi suatu ggasan primer. objek penelitian. Gagasan primer Keempat, adalah melakukan itu didapat dari buku primer atau "studi analitik" yakni studi naskah sekunder; terhadap serangkaian gagasan Kedua, membahasa gagasan primer dalam bentuk per- primer tersebut yang pada bandingan atau huungan dan hakikatnya memebrikan "inter- lainya. Studi banding misalnya pretasi" peneliti terhadap gagasan adalah suatu upaya menemukan yang telah dideskripsikan . perebdaan antara dua atau lebih beberapa peneliti mungkin objek penelitian. Perbedaan yang memberikan interpretasi yang dicari dapat bersifat berbeda terhadap satu gagasan "metodologis" atau "materi". primer. Hal ini berarti bahwa Dalam analisis ini peneliti dapat peneliti-peneliti tersebut mem- juga menghubungkan antara data punyai gagasan yang orisinil (materi) yang satu dengan materi dalam menafsirkan suatu naskah lainnya (Mastuhu dan M. Deden primer. Penafsiran yang berbeda Ridwan, 1998: 44-46). ini dimungkinkan beberapa hal: c. Metode filologi (1) Kelengkapan gagasan primer Pada dasarnya kata filologi dan tambahan informasi lainnya berasal dari kata-kata Yunani seperti tersedianya buku-buku "philologia" (philo = cinta, logio yang lain yang menunjang = huruf). Philologia berarti cinta penelitian ini; (2) Interpretasi dari jepada bahasa, karena huruf sudut pandang atau konteks yang membentuk kata, kata mem- berbeda. bentuk kalimat dan kalimat adalah Ketiga, melakukan kritik inti dari bahasa. Kata filologi terhadap gagasan primer yang dapat ditemukan dalam khazanah telah ditafsirkan tersebut. Kritik bahasa Belanda dan Ingris, yang dalam suatu metode analisis kritis masing-masing mempunyai adalah suatu keharusan. Metode pengertian yang berbeda-beda. anlisis kritis adalah metode yang Dalam bahasa Arab filologi didasarkan pada asumsi bahwa: adalah ilmu tahqiq atau ilmu 'semua gagasan manusia tidak Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ١٢
tashhih (al-Tharabishi dalam karangan asli si pengarang
Anwar, 1999 : 8) yang disebut pada buku itu; Arkoun mengemukakan 2) Apakah isinya benar-benar bahwa, "filologi" merupakan kata sesuai dengan mazhabnya; Yunani yang secara harfiyah 3) Sejauhmana tingkat kebenaran berarti kesukaan akan kata, materinya; dipakai dalam arti pengkajian teks 4) Mentahqiq dan mentakhrij atau penelitian yang berdasarkan semua ayat-ayat Al-qur'an dan teks. (Arkoun dalam Anwar; 1999 Sunnah serta menyebut : 9). Metode filologi adalah sumbernya dalam catatan metode penelitian berdasarkan kaki; analisis teks. Istilah filologi 5) memberi penjelasan tentang berarti suatu metode yang hal-, seperti nama orang, mempelajari dan meneliti naskah- tanggal yang diragukan, naskah lama untuk mengerti apa kejadian-kejadian. (Lubis, yang terdapat didalamnya, 1996 : 15). sehingga diketahui latar belakang Suatu contoh penelitian kebudayaan masyarakat filologi antara lain penelitian melahirkan naskah-naskah Nabila Lubis terhadap kitab tersebut. Zubdad al-Asrar karya Yusuf Metode ini dipergunakan Maqassari. Nabila Lubis dapat jika sumber data berupa naskah mentahqiq kita tersebut kedalam atau manuskrip. Metode ini bahasa Indonesia yang baik dan dimaksudkan untuk mendiskripsi- dapat menyusun keutuhan kan secara cermat pemikiran- teksnya. Adapun kegunaan hasil pemikiran yang terdapat dalam penelitian filologi adalah sebagai naskah tersebut melalui analisis sumbangan pikian yang sangat kosa kata yang digunakan, berikut berarti terlebih-lebih dalam nuansa-nuansa yang terdapat di memperkenalkan buah pikiran dalamnya. tokoh terkenal yang dulu mauoun Menurut Nabilah Lubis, yang sekarang sehingga dapat istilah filologi sama dengan dikenal dan diketahui oleh tahqiq,dalam istilah arab yakni generasi berikutnya. penelitian yang cermat terhadap d. Metode Hermeneutika dan suatu karya yang mencakup hal- Fenomenologis hal sebagai berikut : Hermeunetik pada mulanya 1) Apakah benar karya yang meruju kepada nama Yunani ditulis/ditahqiq merupakan Kuno, Hermes, yang tugasnya menyampaikan berita dari Sang Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ١٣
Maha Dewa yang dialamatkan Noerhadi ada langkah yang diikuti
kepada manusia. Menurut Hossein dalam melakukan penelitian Nasr yang dikutif oleh Komarudin hermeunetik. Langkah-langkah Hidayat , Hermes tak lain adalah tersebut antara lain : Nabi Idris AS yang disebutkan a. Telaah Hakikat Teks dalam Al-qur'an (Hidayat, 1996 : Dunia teks diperlakukan 125). Sementara menurut legenda sebagai suatu yang mandiri yang beredar di kalangan dilepaskan dalam pengarang- pesantren pekerjaan Nabi Idris nya, waktu penciptaannya, dan adalah sebagai tukang tenun. Jika konteks budayanya. Oleh propesi sebagai tukang tenun di karena itu wujud teks adalah kaitkan dengan mitos Yunani tulisan dan yang ditulis adalah tentang peran Dewa Hermes, bahasa, maka yang menjadi ternyata terdapat korelasi positif.. pusat perhatiannya adalah Kata kerja "memintal" padanan- hakikat bahasa. Tujuannya nya dalam bahasa Latin adalah adalah mengerti apa yang tegere, sedang produknya disebut dsampaikan dengan cara textus atau text, yang merupakan menginterpretasi teks atau isu sentral dalam kajian bahasa. hermeunetika. Jadi kata b. Proses Apresiasi hermeunetik yang diambil dari Pembaca yang melakukan peran hermes sebuah ilmu atau penelitian melakukan proses seni menginterpretasikan sebuah apresiasi terhadap dunia teks teks. Metode hermeunetik dengan kemampuan "menye- dimaksudkan untuk menemukan lami" dunia pengarang masa hubungan pemikiran yang diteliti lalu kemudian diaktualisasikan dengan gejala-gejala sosial yang kedalam dunia pembaca masa ada. Sedangkan jika yang dicari sekarang; hubungan-hubungan pemikiran c. Proses Interpretasi tersebut dengan kondisi-kondisi Peneliti menerka dan sosial yang ada sebelum dan menginterpretasikan arti yang sesudah pemikiran tersebut tampak dalam teks, dan muncul, maka yang dipergunakan mencoba mengerti apa yang adalah metode fenomenologi. tidak tampak dibelakang teks (Shodikin, 2002 : 34). seperti geografis, budaya dan Dalam metode hermeunetik, bahkan spiritual ada tiga hal yang perlu diperhati- pengarangnya. (Anwar, 1999 : kan yaitu, dunia pengarang, dunia 10) teks dan dunia pembaca. Menurut Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ١٤
Metode hermeunetik dalam tuhan . Selanjutnya biologi adalah
kajian kepustakaan Islam sudah ilmu yang membahas tentang banyak dilakukan pada teks mahluk hidup dan segala sesuatu (kitab) tafsir. Seorang peneliti yang berkaitan dengannya. kalau ingin meneliti teks tafsir Namun oleh Dr. Penfield biologi karya seorang tokoh, maka perlu telah dijadikan suatu upaya diketahui dunia mufassir atau mendekati keyakinan adanya tokoh tersebut untuk dapat Tuhan. Dari hasil kajiannya menginterpretasikan dan sangat mengagumkan bahwa sekaligus menganalisis secara ternyata otak manusia semacam baik tentang faktor-faktor yang komputer akan dapat mempengaruhi penulisannya. menggerakan seluruh komponen Setiap teks atau buku tafsir lahir yang ada dalam fisiknya, ketika dalam sebuah wacana yang otak itu digerakan oleh pikiran. memiliki banyak variable, antara Sementara itu pikiran ternyata lain suasana politik, ekonomis, bukanlah organ fisik manusia, psikologis dan lain sebagainya. melainkan sebuah substansi tersendiri yang didalam agama e. Metode Sains melalui dikenal dengan istilah roh. Di Pendekatan Fisika dan Biologi dalam roh inilah manusia selalu Fisika sebagai sebuah ilmu berkomunikasi dengan yang Maha menkaji hal-hal yang berkaitan Kuasanya. Dalam pendekatan dengan isik alam dan sekitarnya. biologi sampel ini Penfield dapat Di dalam fisika dibahas antara membuktikan bahwa Tuhan lain teori tentang atom. Sebagai adalah Maha Penggerak (fa'al) sebuah teori, teori atom ternyata terhadap segala kemaun manusia". bukan hanya digunakan untuk ( Rozak, 2001 : 132). mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan masalah kealaman yang f. Metode Intuisi tampak secara inderawi saja, Metode intuisi adalah melainkan dapat juga digunakan metode kontemplasi (perenungan) untuk mengkaji hal yang yang intens dan mendalam. berkaitan dengan ketuhanan. Dalam metode ini orang Abdullah Afif dalam tulisannya menentukan pendapat mengenai Tauhid Dalam pendekatan Fisika sesuatu berdasarkan pengetahuan Modern, yang dikutip Rozak yang langsung atau di dapat mengatakan bahwa fisika dengan dengan cepat melalui proses yang teori atomnya dapat dijadikan tak disadari atau yang tidak bahan kajian untuk mencapai dipikirkan lebih dahulu. Sudarto suatu kepercayaan kepada adanya yang dikutip Rozak mengangap Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ١٥
bahwa metode intuisi oleh para ulama salaf atau yang
mengunakan perenungan mengangap dirinya sebagai ulama (kontemplasi), yang mendalam, salaf. ( Rozak, 2001 : 65). maka metode ini bukan irasional h. Metode Filsafat atau anti intelektualitas, Metode ini berusaha untuk melainkan supra intelektual sampai pada sebuah kesimpulan dengan filsafatnya sebagai filsafat kesimpulan universal dengan spiritual sedangkan Sumadi meneliti akar permasalahannya. Suryabrata tidak. Sehingga Metode ini bersifat mendasar konsekwensinya hasil karya dengan cara radikal dan integral, pendekatan intuisi menurutnya karena memperbincangkan sebagai hasil yang sukar sesuatu dari segi esensi (hakikat dipercaya. Selain itu seorang sesuatu). Harun Nasution pengguna tidak melakukan mengatakan bahwa berfilsafat langkah-langkah yang sistimatik intinya adalah berfikir secara dan terkendali seperti layaknya mendalam, seluas-luasnya, kegiatan ilmiah. Metode ini sebebas-bebasnya, tidak terikat banyak digunakan oleh para Sufi. kepada apapun, sehingga sampai Dalam upayanya memperoleh pada dasar segala dasar. intuisi dari Allah SWT, seorang (Nasution, 1985 : 36). Metode ini sufi menggunakan 3 (tiga) mempunyai kelemahan, diantara- fakultas yang ada dalam jiwanya nya sebagaimana yang dikemuka- pertama, fakultas hati (kalbu) kan Arkoun bahwa sikaf filsafat yang digunakan sebagai sarana mengurung diri dalam batas-batas untuk mengetahui Allah, kedua angitan dan metodologi yang telah roh, yang digunakan sarana untuk ditetapkan oleh nalar sendiri mencintai Allah SWT, ketiga sirr, secara berdaulat. Selain itu yang digunakan sebagai sarana terkesan metode filsafat ini untuk merenungi Tuhan. ( Rozak, melakukan pemaksaan gagasan- 2001 : 164-169). gagasan. Kendati demikian, g. Metode tektual secara historis filsafat telah Metode tektual adalah suatu menjadi pilihan banyak komunitas cara mengkaji Islam melalui ilmuan dalam memecahkan pendekatan serba wahyu, baik berbagai masalahnya. Di atas wahyu dalam bentuk tertulis (Al- kelemahan-kelemahannya, filsaat Qur'an) maupun yang tidak telah menmbuktikan dirinya tertulis (al-Sunnah Nabi sebagai akar ilmu pengetahuan, Muhammad SAW). Pendekatan dan menajdinya sebagai mother of ini banyak dilakukan terutama scieces. Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ١٦
Fisalafat adalah suatu pendekatan yang dilakukan oleh
cabang ilmu pengetahuan yang seorang pengkaji dalam membahas segala sesuatu yang melakukan kajian terhadap objek- bertujuan untuk memperoleh objek tertentu melalui beberapa pengetahuan sedalam-dalamnya, bidang keilmuan mMetode sejauh di dalam jangkauan holistik sangat dibutuhkan. kemampuan akal budi manuisa. Sedangkan pen-dekatan antar Pengkajian Islam dengan disipliner adalah pendekatan yang menggunakan metode ini di dilakukan oleh beberapa orang antaranya adalah sebagai berikut: pengkaji dalam beraga disiplin 1) Dilakukan dengan cara ilmu terhadap objek tertentu mengajukan pertanyaan yang dalam satu tim kajian yang dapat memimbulkan per- integratif untuk memeproleh suatu tanyaan berikutnya dan kesimpulan yang konprehensif. jawabanya sekalian. Semacam Selain dari berbagai metode dialog secara kritis, si memahami Islam yang dipaparkan penanya menemukakan diatas, Nasruddin Razaq yang jawabannya sendiri. Cara dikutip Nata mengemukakan seperti inilah yang dilakukan empat cara untuk memahami oleh Nabi Ibrahim dalam Islam, yakni : proses mencari Tuhan. 1) Islam harus dipelajari dari 2) Dengan melihat atau mem- sumber aslinya, yaitu Al- pelajari fenomena-fenomena qur'an dan as-sunah. yang terjadi dan berusaha Kekeliruan memaham Islam menemukan inti/hakikat yang karena orang hanya ditunjukan melalui fenomena- mengenalnya hanya dri fenomena tersebut. sebagain ulama dan pemeluknya yang telah jauh i. Metode Holistik dari bimbingan Al-qur'an dan Metode holistik adalah cara sunnah, atau melalui mengkaji Islam secara integral pengenalan kitab-kitab fiqh dan komprehensif yang atau tasawuf yang diharapkan dapat diperoleh suatu semangatnya tidak sesuai lagi kesimpulan yang bersifat dengan tuntutan zaman; menyeluruh ( Rozak, 2001 : 184). 2) Islam harus dipelajari secara Ada 2 pendekatan yang dapat integral, konprehensif, tidak digunakan pada metode ini yakni secara parsial. Artinya Islam pendekatan interdisipliner dan harus dipelajari secara pendekatan antar disipliner. menyeluruh sebagai satu Pendekatan interdisipliner yakni Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ١٧
kesatuan. Mempelajari Islam sejarah atau metode pema-
secara parsial justru akan haman terhadap kepercayaan, membahayakan, menimbulkan sejarah atau kejadian dengan sikap skeftif, bimbang dan melihatnya sebagai suatu penuh keraguan, dan akan kenyataan yang mempunyai memunculkan penilaian yang kesatuan mutlak dengan keliru terhadap Islam; waktu, tempat, kebudayaan, 3) Islam harus dipelajari melalui golongan dan lingkungan studi kepustakaan yang ditulis dimana kepercayaan, sejarah oleh ulama-ulama besar, kaum atau kejadian itu muncul; zuama dan sarjana-sarjana 2) Metode singkronis analitik, muslim, karena pada yaitu suatu metode mem- umumnya mereka memiliki pelajarai Islam yang mem- pemahaman yang indah dari berikan keampuan analisis parktik ibadah yang mereka teoritik yang snagat berguna lakukan; bagi perkembangan keimanan, 4) Islam hendaknya dipelajari mental intelek umat Islam. dari ketentuan normatif Metode ini tidak semata-mata teologi yang ada dalam Al- mengutamakan segi aplikatif qur'an, selanjutnay dikorelasi- praktis, tetapi juga meng- kan dengan kenyataan historis utamakan telaah kritik; empiris dan sosiologis yang 3) Metode problem solving, yaitu ada di masyarakat. Dengan suatu metode yang mengajak demikian dapat diketahui pemeluknya untuk berlatih kesesuaian atau kesenjangan menghadapi berbagai masalah antara Islam yang berada pada dari suatu cabang ilmu tataran normatif teologis pengetahuan dengan solusi- dengan Islam yang ada pada nya; tataran historis, sosiologis dan 4) Metode empiris, yaitu suatu empiris (Nata, 1998 : 107- metode yang memungkinkan 109) umat Islam mempelajari Selanjutnya metode ajarannnya melalui proses memahami agama Islam menurut realisasi, aktualisasi dan versi Departemen Agama RI internalisasi norma-norma dan adalah sebagai berikut : kaidah Islam dengan suatu 1) Metode diakronis atau metode proses aplikasi yang sosio historis, yaitu suatu menimbulkan suatu interaksi metode mempelajari Islam sosial, kemudian secara yang menonjolkan asfek deskriftif proses interaksi Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ١٨
dapat dirumuskan dalam suatu C. Penutup
norma baru; Islam dengan seperangkat 5) Metode deduktif, yaitu suatu ajaranya diyakini sebagai agama metode memahami Islam yang membawa misi rahmatan dengan cara menyusun lil 'alamin. Sebagai agama yang kaidah-kaidah secara logis dan rahmatan lil 'alamin, maka Islam filosofis, dan selanjutnya mutlak harus di pelajari, ditelaah, kaidah-kaidah itu dikaji dan diamalkan dalam diaplikasikan untuk bentuk amaliyah nyata dalam menentkan maslah-masalah kehidupan sehari-hari. Mengingat yang dihadapi. Metode ini ruang lingkup Islam begitu luas dipakai sebagai sarana untuk dan multi aspek, maka sudah mengistinbatkan hukum- barang tentu seseorang yang mau hukum syara. mengkaji Islam dan berkeinginan 6) Metode induktif, yaitu suatu memperoleh pemahaman yang metode memahami Islam integral/kaffah dituntut untuk dengan cara menyusun mengunakan multi pendekatan kaidah-kaidah hukum untuk (inter disipliner/antar disipliner) diterapkan kepada masalah- dan menggunakan metodologis masalah furu' yang yang tepat. Sebab manakala hanya disesuaikan dengan mengunakan satu atau dua mazhabnya terlebih dahulu. pendekatan saja atau tidak Metode pengkajiannya menggunakan metodologi yang dimulai dari masalah-masalah baik, maka jelas akan khusus, lalu dianalisis, menimbulkan pemahaman yang kemudian disusun kaidah tidak lengkap tentang Islam dan hukum dengan catatan setelah yang terlihat dari Islam hanya satu terlebih dahulu disesuaikan atau dua aspek saja yang pada dengan faham mazhabnya. akhirnya missi Islam sebagai (Muhaimin, 1994: 25-28). agama yang rahmatan lil 'alamin belum mampu diwujudkan secara baik dalam kehidupan seseorang. Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ٢
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti, (1991), Metode Memahami Agama Islam, Jakarta, Bulan
Bintang Abdul Hakim, Atang, (2000), Metodologi Studi Islam, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Anwar, Khairil, (1999), Makalah Penelitian Kepustakaan, disampaikan Pada Pelatihan Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen STAIN Palangka Raya tanggal 08-17 Oktober 1999 Abdullah, Amin (1999), Studi Agama Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Daud Ali, Muhammad, (1998) Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada Hidayat, Qomaruddin, (1996), Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermanitik, Jakarta, Paramadina Martin, Richard C, (2001), Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Agama, Surakarta, Muhamadiyah University Press. Mudzhar, Atho, HM, (2001) Pendekatan Studi Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Mastuhu dan Deden Ridwan, (1998), Tradisi Baru dalam Agama Islam Tinjauan Dalam Disiplin Ilmu, Bandung, Nuansa M. Abdullah, Amin, (1999), Studi Agama Normativitas dan Historisitas, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Muhaimin, DR.MA ( 1994), Dimensi-Dimensi Studi Islam, Surabaya, Karya Abditama Nata, H. Abuddin, (1998), Metodologi Studi Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada Nasution, Harun, (1985), Islam ditinjau dari berbagai asfeknya, Jakarta, Universitas Indonesia Ajahari, Studi Islam (Sebuah Tinjauan Metodologis) ٣
Lubis, Nabilah, (1996), Naskah, Teks dan Metodologi Penelitian Filologi,
Jakarta, Forum Kajian Bahasa dan Sastra Arab Syarif Hidayatullah Shodikin, Abuy dalam Jurnal Media Pendidikan, (2002) Volome XVI nomo1, edisi Juni 2002 Syari'ati, Ali, (1989), Sosiologi Islam (terj.) Syaifullah Mahyuddin, Yogyakarta, Ananda