Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTIS

(Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah BK Anak Berkebutuhan
Khusus)

Dosen Pengampu : Dr. Aep Kusnawan, M.Ag.


Sitta Resmiyanti Muslimah, S.Sos.I, M.Pd.

Disusun Oleh :

Marwah Fadlilah 1184010108


Milda Septiani 1184010113
Melinda Rahayu 1184010111
Muhammad Nafi’ 1184010120
Nukeu Hidayasa 1184010139
Nurmahmudi F 1184010140

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI UIN SUNAN GUNUNG
DJATI BANDUNG 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 01 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. PENGERTIAN AUTIS.................................................................................6
B. FAKTOR PENYEBAB.................................................................................7
C. GEJALA AUTIS...........................................................................................8
D. KARAKTERISTIK AUTIS..........................................................................9
E. HAMBATAN-HAMBATAN ANAK AUTIS..............................................9
F. TERAPI PENUNJANG BAGI ANAK AUTIS..........................................11
G. PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK AUTIS................................12
H. MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS...............13
I. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR.......................................................14
J. HAMBATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN SOLUSINYA
17
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
A. KESIMPULAN...........................................................................................19
B. SARAN.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Autis pertama kali diperkenalkan dalam suatu makalah pada tahun 1943
oleh seorang psikiatris Amerika yang bernama Leo Kanner. Ia menemukan
sebelas anak yang memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu tidak mampu berkomunikasi
dan berinteraksi dengan individu lain dan sangat tak acuh terhadap lingkungan di
luar dirinya, sehingga perilakunya tampak seperti hidup dalam dunianya sendiri.
Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang
berhubungan dengan komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.
Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam macam Anak
Berkebutuhan Khusus. Salah satunya anak Autis.
Anak autis juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu
keterampilan, maupun secara akademik.Permasalahan yang dilapangan terkadang
setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut. Oleh kerena itu kita
harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian tersebut kita butuh
banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya dan
lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum.
Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan
anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang
selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu makalah ini
nantinya dapat membantu kita mengetahui anak autis tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah makalah ini, antara lain:
1. Apakah pengertian autis ?
2. Apa faktor penyebab?
3. Bagaimana gejala autis?
4. Bagaimana karakteristik autis ?
5. Apakah hambatan-hambatan anak autis ?
6. Bagaimana terapi penunjang bagi anak autis ?
7. Bagaimana pendekatan pembelajaran anak autis?
8. Bagaimana model pelayanan pendidikan anak autis?
9. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar ?
10. Bagaimana hambatan dan solusi belajar mengajar ?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih
dalam bagaimana anak luar biasa, terutama anak autis.
Yang mana ingin mengetahui:
1. Pengertian autis
2. Faktor penyebab
3. Gejala autis
4. Karakteristik autis
5. Hambatan-hambatan anak autis
6. Terapi penunjang bagi anak autis
7. Pendekatan pembelajaran anak autis
8. Model pelayanan pendidikan anak autis
9. Proses kegiatan belajar mengajar
10. Hambatan dan solusi belajar mengajar
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AUTIS
Kata autisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
‘aut’ yang berarti ‘diri sendiri’ dan ‘ism’ yang secara tidak langsung menyatakan
‘orientasi atau arah atau keadaan (state). Sehingga autisme dapat didefinisikan
sebagai kondisi seseorang yang luar biasa asik dengan dirinya sendiri (Reber,
1985 dalam Trevarthen dkk, 1998).
Pengertian ini menunjuk pada bagaimana anak-anak autis gagal bertindak
dengan minat pada orang lain, tetapi kehilangan beberapa penonjolan perilaku
mereka. Ini, tidak membantu orang lain untuk memahami seperti apa dunia
mereka.
Secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki gangguaan
perkembangan dalam dunianya sendiri.
Autis Menurut Para Ahli Yaitu:
1. Leo Kanner (Handojo,2003) autisme merupakan suatu jenis gangguan
perkembangan pada anak, mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri.
2. Chaplin (2000) mengatakan : (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh
kebutuhan personal atau diri sendiri (2) menanggapi dunia berdasarkan
penglihatan dan harapan sendiri (3) Keyakinan ekstrim dengan fikiran dan
fantasi sendiri.
3. American Psych: autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada
anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan
anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan
perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”.
(American Psychiatic Association 2000)
Anak autistic adalah adanya 6 gejala/gangguan, yaitu dalam bidang
Interaksi social; Komunikasi (bicara, bahasa, dan komunikasi); Perilaku, Emosi,
dan Pola bermain; Gangguan sensoris; dan perkembangan terlambat atau tidak
norma. Penampakan gejala dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil
(biasanya sebelum usia 3 tahun) (Power, 1983). Gangguan autisme terjadi pada
masa perkembangan sebelum usia 36 bulan “Sumber dari Pedoman Penggolongan
Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III) Autisme adalah suatu kondisi yang
mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya
tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi yang normal.
Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3
tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya.
Ditinjau dari segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria
DSM- IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara
khusus sejak dini.
Ditinjau dari segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami
gangguan/kelainan otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi,
sosial, perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/terapi secara klinis.
Ditinjau dari segi psikologi : anak autis adalah anak yang mengalami
gangguan perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek
komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan
secara psikologis.
Ditinjau dari segi sosial anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial,
sehingga anak ini memerlukan bimbingan ketrampilan sosial agar dapat
menyesuaikan dengan lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi
otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai
dunianya sendiri.

B. FAKTOR PENYEBAB
1. Faktor Genetik
2. Ganguan pada Sistem Syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan
pada hampir semua struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten
adalah pada otak kecil.
3. Ketidak seimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik
berhubungan dengan makanan atau kekurangan kimiawi di badan.
4. Kemungkinan Lain
Infeksi yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran dapat merusak otak
sepertivirus rubella yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan
kerusakan otak.

C. GEJALA AUTIS
Gejala anak autis antara lain;
I. Interaksi sosial
 Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
 Lebih suka menyendiri
 Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk
bertatapan
 Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang
inginkan
II. Komunikasi
 Perkembangan bahasa lambat
 Senang meniru atau membeo
 Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
 Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya
 Mengoceh tanpa arti berulang-ulang
 Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi

III. Pola Bermain


 Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
 Senang akan benda-benda yang berputar
 Tidak bermain sesuai fungsi mainan
 Tidak kreatif, tidak imajinatif
 Dapat sangat lekat dengan benda tertent.
IV. Gangguan Sensoris
 Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
 Sering menggunakan indera pencium dan perasanya
 Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan
 Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
V. Perkembangan Terlambat
 Tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial, komunikasi
dan kognisi
 Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya,
kemudian menurun bahkan sirna
VI. Gejala Muncul
 Gejala di atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil
 Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak
kurang
D. KARAKTERISTIK AUTIS
Anakautis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi

E. HAMBATAN-HAMBATAN ANAK AUTIS


Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh anak autis yaitu: Anak autis
memiliki hambatan kualitatif dalam interaksi sosial .
Anak autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk
menyenangi lingkungan yang rutin dan menolak perubahan lingkungan, minat
mereka terbatas artinya mereka apabila menyukai suatu perbuatan maka akan
terus menerus mengulang perbuatan itu. anak autistik juga menyenangi
keteraturan yang berlebihan.
Lorna Wing (1974) menuliskan dua kelompok besar yang menjadi
masalah pada anak autis yaitu:
a. Masalah dalam memahami lingkungan (Problem in understanding the world)
 Respon terhadap suara yang tidak biasa (unusually responses to sounds).
Anak autis seperti orang tuli karena mereka cenderung mengabaikan suara
yang sangat keras dan tidak tergerak sekalipun ada yang menjatuhkan
benda di sampingnya. Anak autis dapat juga sangat tertarik pada
beberapa suara benda seperti suara bel, tetapi ada anak autis yang
sangat tergangu oleh suara-suara tertentu, sehingga ia akan menutup
telinganya.
 Sulit dalam memahami pembicaraan (Dificulties in understanding speech).
Anak autis tampak tidak menyadari bahwa pembicaraan memiliki makna,
7 tidak dapat mengikuti instruksi verbal, mendengar peringatan atau
paham apabila dirinya dimarahi (scolded). Menjelang usia lima tahun
banyak autis yang mengalami keterbatasan dalam memahami
pembicaraan.
 Kesulitan ketika bercakap-cakap (Difiltuties when talking). Beberpa anak
Autis tidak pernah berbicara, beberapa anak autis belajar untuk
mengatakan sedikit kata-kata, biasanya mereka mengulang kata-kata yang
diucapkan orang lain, mereka memiliki kesulitan dalam mempergunakan
kata sambung, tidak dapat menggunakan kata-kata secara fleksibel atau
mengungkapkan ide.
 Lemah dalam pengucapan dan kontrol suara (Poor pronunciation and voice
control).
Beberapa anak autis memiliki kesulitan dalam membedakan suara tertentu
yang mereka dengar. Mereka kebingungan dengan kata-kata yanghampir
sama, memiliki kesulitan untuk mengucapkan kata-kata yang sulit.Mereka
biasanya memiliki kesulitan dalam mengontrol kekerasan (loudness)suara.
 Masalah dalam memahami benda yang dilihat (Problems in understanding
things that are seen).
Beberapa anak autis sangat sensitif terhadap cahayayang sangat terang,
seperti cahaya lampu kamera (blitz), anak autismengenali orang atau
benda dengan gambaran mereka yang umum tanpamelihat detil yang
tampak.
 Masalah dalam pemahaman gerak isarat (problem in understanding
gesturs). Anak autis memiliki masalah dalam menggunakan bahasa
komunikasi;seperti gerakan isarat, gerakan tubuh, ekspresi wajah.
 Indra peraba, perasa dan pembau (The senses of touch, taste and smell).
Anak-anak autis menjelajahi lingkungannya melalui indera peraba, perasa
dan pembau mereka. Beberapa anak autis tidak sensitif terhadap dingin
dan sakit.
Gerakan tubuh yang tidak biasa (Unusually bodily movement). Ada
gerakangerakan yang dilakukan anak autis yang tidak biasa dilakukan oleh
anakanak yang normal seperti mengepak-ngepakan tangannya, meloncat-
loncat, dan menyeringai.
 Kekakuan dalam gerakan-gerakan terlatih (clumsiness in skilled
movements).
Beberapa anak autis, ketika berjalan nampak anggun, mampu memanjat
danseimbang seperti kucing, namun yang lainnya lebih kaku dan berjalan
sepertimemiliki bebrapa kesulitan dalam keseimbangan dan biasanya
mereka tidakmenikmati memanjat. Mereka sangat kurang dalam
koordinasi dalam berjalan dan berlar atau sebaliknya.
b. Masalah gangguan perilaku dan emosi (Dificult behaviour and emotional
problems).
 Sikap menyendiri dan menarik diri (Aloofness and withdrawal).
 Menentang perubahan (Resistance to change).
 Ketakutan khusus (Special fears).
 Prilaku yang memalukan secara sosial (Socially embarrassing behaviour).
 Ketidakmampuan untuk bermain (Inability to play).

F. TERAPI PENUNJANG BAGI ANAK AUTIS


Sebelum/sembari mengikuti pendidikan formal (sekolah). Anak
autistik dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
anak antara lain:
1. Terapi Wicara
2. Terapi Okupasi
3. Terapi Bermain
4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy)
5. Terapi melalui makan (diet therapy
6. Auditory Integration Therapy
7. Biomedical treatment/therapy
8. Hydro Therapy
9. Terapi Musik

G. PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK AUTIS


1. Discrete Tial Training (DTT) :
Training ini didasarkan pada Teori Lovaas yang mempergunakan
pembelajaran perilaku. Dalam pembelajarannya digunakan stimulus
respon atau yang dikenal dengan orperand conditioning. Dalam
prakteknya guru memberikan stimulus pada anak agar anak memberi
respon. Apabila perilaku anak itu baik, guru memberikan
reinforcement (penguatan). Sebaliknya perilaku anak yang buruk
dihilangkan melalui time out/ hukuman/kata “tidak”
2. Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Programfor
Preschoolers and Parents) menggunakan stimulus respon (sama dengan
DTT) tetapi anak langsung berada dalam lingkungan sosial (dengan
teman-teman). Anak auitistik belajar berperilaku melalui pengamatan
perilaku orang lain.
3. Floor Time merupakan teknik pembelajaran melalui kegiatan
intervensi interaktif. Interaksi anak dalam hubungan dan pola keluarga
merupakan kondisi penting dalam menstimulasi perkembangan dan
pertumbuhan kemampuan anak dari segi kumunikasi, sosial, dan
perilaku anak.
4. TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and Related
Communication Handicaps) merupakan pembelajaran bagi anak
dengan memperhatikan seluruh aspek layanan untuk pengembangan
komunikasi anak. Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa,
terapi/treatment, konsultasi, kerjasama, dan layanan lain yang
dibutuhkan baik oleh anak maupun orangtua.
H. MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS
Pendidikan untuk anak autis usia sekolah bisa dilakukan di berbagai
penempatan. Berbagai model antara lain:
1. Kelas transisi
Kelas ini diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi
memerlukan layanan khusus termasuk anak autistik yang telah diterapi
secara terpadu atau struktur. Kelas transisi sedapat mungkin berada di
sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi
dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan
pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan dimodifikasi
sesuai kebutuhan anak.
2. Program Pendidikan Inklusi
Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap
memberikan layanan bagi anak autistik. Untuk dapat membuka
program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara lain:
 Guru terkait telah siap menerima anak autistik
 Tersedia ruang khusus (resourse room) untuk penanganan individual
 Tersedia guru pembimbing khusus dan guru pendamping.
 Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) anak autistik.
 Dan lain-lain yang dianggap perlu.
3. Program Pendidikan Terpadu
Program Pendidikan Terpadu dilaksanakan disekolah reguler.
Dalam kasus/waktu tertentu, anak-anak autistik dilayani di kelas khusus
untuk remedial
4. Sekolah Khusus Autis
Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autistik terutama yang
tidak memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak
di sekolah ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya
distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di sekolah difokuskan pada
program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan
potensi mereka.
5. Program Sekolah di Rumah
Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu
mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-
anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan
serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program sekolah di rumah.
Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru pembimbing
atau terapis atas kerjasama sekolah, orangtua dan masyarakat.
6. Panti (griya) Rehabilitasi Autis
Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya
sangat parah dapat mengikuti program di panti (griya) rehabilitasi autistik.
Program dipanti rehabilitasi lebih terfokus pada pengembangan:
a. Pengenalan diri.
b. Sensori motor dan persepsi
c. Motorik kasar dan halus
d. Kemampuan berbahasa dan komunikasi
e. Bina diri, kemampuan sosial
f. Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya.

I. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


1. Prinsip-prinsip pengajaran dan pendidikan
Pendidikan dan pengajaran anak autistik pada umumnya
dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Terstruktur
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik diterapkan
prinsip terstruktur, artinya dalam pendidikan atau pemberian materi
pengajaran dimulai dari bahan ajar/materi yang paling mudah dan
dapat dilakukan oleh anak. Setelah kemampuan tersebut dikuasai,
ditingkatkan lagi ke bahan ajar yang setingkat diatasnya namun
merupakan rangkaian yang tidak terpisah dari materi sebelumnya.
Struktur pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik
meliputi :
 Struktur waktu
 Struktur ruang, dan
 Struktur kegiatan
b. Terpola
Kegiatan anak autistik biasanya terbentuk dari rutinitas
yang terpola dan terjadwal, baik di sekolah maupun di rumah
(lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.
Oleh karena itu dalam pendidikannya harus dikondisikan atau
dibiasakan dengan pola yang teratur.
c. Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan
dari tujuan yang ingin dicapai dan memudahkan dalam melakukan
evaluasi.
d. Konsisten
Dalam pelaksanaan pendidikan dan terapi perilaku bagi
anak autistik, prinsip konsistensi mutlak diperlukan. Artinya :
apabila anak berperilaku positif memberi respon positif terhadap
susatu stimulan (rangsangan), maka guru pembimbing harus cepat
memberikan respon positif (reward/penguatan), begitu pula apabila
anak berperilaku negatif (Reniforcement) Hal tersebut juga
dilakukan dalam ruang dan waktu lain yang berbeda (maintenance)
secara tetap dan tepat, dalam arti respon yang diberikan harus
sesuai dengan perilaku sebelumnya.
e. Kontinyu
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Maka prinsip
pendidikan dan pengajaran yang berkesinambungan juga mutlak
diperlukan bagi anak autistik. Kontinyu disini meliputi
kesinambungan antara prinsip dasar pengajaran, program
pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam pelaksanaan
pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus ditindaklanjuti
untuk kegiatan dirumah dan lingkungan sekitar anak.
Kesimpulannya, therapi perilaku dan pendidikan bagi anak autistik
harus dilaksanakan secara berkesinambungan, simultan dan
integral (menyeluruh dan terpadu).
2. Kurikulum
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik
tentunya harus berdasarkan pada kurikulum pendidikan yang berorientasi
pada kemampuan dan ketidak mampuan anak dengan memperhatikan
deferensiasi masing-masing individu.
3. Pendekatan dan Metode
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik menggunakan
Pendekatan dan program individual. Sedangkan metode yang digunakan
adalah merupakan perpaduan dari metode yang ada, dimana penerapannya
disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari pengajaran
yang diberikan kepada anak. Metode dalam pengajaran anak autistik
adalah metode yang memberikan gambaran kongkrit tentang "sesuatu",
sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian tentang
"sesuatu" tersebut.
4. Sarana Belajar Mengajar
Sarana belajar diperlukan, karena akan membantu kelancaran
proses pembelajaran dan membantu pembentukan konsep pengertian
secara kongkrit bagi anak autistik. Pola pikir anak autistik pada umumnya
adalah pola pikir kongkrit. sehingga sarana belajar mengajarnyapun juga
harus kongkrit. Beberapa anak autistik dapat berabstraksi, namun pada
awalnya mereka dilatih dengan sarana belajar yang kongkrit
5. Evaluasi
Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan dan pengajaran
perlu dilakukan adanya evaluasi (penilaian). Dalam pendidikan dan
pengajaran bagi anak autistik evaluasi dapat dilakukan dengan cara:
a. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses ini dilakukan dengan cara seketika pada
saat proses kegiatan berlangsung dengan cara meluruskan atau
membetulkan perilaku menyimpang atau pembelajaran yang
sedang berlangsung seketika itu juga. Hal ini dilakukan oleh
pembimbing
dengan cara memberi reward atau demonstrasi secara visual dan
kongkrit..
b. Evaluasi Bulan
Evaluasi ini bertujuan untuk memberikan laporan
perkembangan atau permasalahan yang ditemukan atau dihadapi
oleh pembimbing di sekolah. Evaluasi bulanan ini dilakukan
dengan cara mendiskusikan masalah dan perkembangan anak
antara guru dan orang tua anak autistik guna mendapatkan
pemecahan masalah (solusi dan pemecahan masalah), antara lain
dengan mencari penyebab dan latar belakang munculnya masalah
serta pemecahan masalah macam apa yang tepat dan cocok untuk
anak autistik yang menjadi contoh kasus.
c. Evaluasi Catur Wulan
Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi program yang
dimaksud sebagai tolok ukur keberhasilan program secara
menyeluruh. Apabila tujuan program pendidikan dan pengajaran
telah tercapai dan dapat dikuasai anak, maka kelanjutan program
dan kesinambungan program ditingkatkan dengan bertolak dari
kemampuan akhir yang dikuasai anak, sebaliknya apabila program
belum dapat terkuasai oleh anak maka diadakan pengulangan
program (remedial) atau meninjau ulang apa yang menyebabkan
ketidak berhasilan pencapaian program.
J. HAMBATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN SOLUSINYA
1. MasalahPerilaku, Masalahperilaku yang sering muncul yaitu
stimulasidiri dan stereotip. Bila perilaku tersebut muncul yang dapat
kita lakukan :
 Memberikan Reinforcement.
 Tidak memberi waktu luang bagi anak untuk asyik dengan diri
sendiri
 Siapkan kegiatan yang menarik dan positif
 Menciptakan situasi yang kondusif bagi anak, tidak menyakiti diri.
2. Masalah Emosi :
Masalah ini menyangkut kondisi emosi yang tidak stabil, misalnya;
menangis, berteriak, tertawa tanpa sebab yang jelas, memberontak,
mengamuk, destruktif, tantrum.Cara mengatasinya :
 Berusaha mencari dan menemukan penyebabnya
 Berusaha menenangkan anak dengan cara tetap bersikap tenang.
 Setelah kondisi emosinya mulai membaik, kegiatan dapat dilanjutka
3. Masalah Perhatian (Konsentrasi)
Perhatian anak dalam belajar kadang belum dapat bertahan untuk
waktu yang lama dan masih berpindah pada obyek/kegiatan lain yang
lebih menarik bagi anak. Untuk itu maka usaha yang harus diupayakan
oleh pembimbing adalah:
 Waktu untuk belajar bagi anak ditingkatkan secara bertahap.
 Kegiatan dibuat semenarik mungkin, dan bervariasi.
 Istirahat sebentar kemudian kegiatan dilanjutkan kembali,
dimaksudkan untuk mengurangi kejenuhan pada anak, misal:
menyanyi, bermain,
4. Masalah Kesehatan
Bila kondisi kesehatan siswa kurang baik, maka kegiatan belajar
mengajar tidak dapat berjalan secara efektif, namun demikian kegiatan
belajar tetap dapat dilaksanakan, hanya saja dalam pelaksanaannya
disesuaikan dengan kondisi anak.
5. Orang Tua
Untuk memberikan wawasan pada orang tua, perlu dibentuk
Perkumpulan Orang Tua Siswa, sebagai sarana penyebaran berbagi
pengalaman sesama seperti informasi baru dari informasi internet, buku-
buku bahkan jika mungkin tatap muka dengan tokoh yang berkaitan dalam
pendidikan untuk anak autistik atau anak dengan kebutuhan khusus.
6. Masalah Sarana Belajar
Dengan menyediakan materi-materi yang mungkin diperlukan
untuk kepentingan terapi anak-anaknya misalnya :
 Textbook berbahasa Inggris dan Indonesia,
 Buku-buku pelajaran
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Autisme dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang luar biasa asik
dengan dirinya sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthen dkk, 1998).
Adapun factor penyebabnya adalah gangguan gnetik, gangguan pada sisitem
saraf, ketidak seimbangan kimiawi, kemungkinan lain. Adapula gejalanya
diantaranya interaksi social, komunikasi, pola bermain, gangguan sensoris,
perkembangan terlambat, gejala muncul.
Anak autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk
menyenangi lingkungan yang rutin dan menolak perubahan lingkungan, minat
mereka terbatas artinya mereka apabila menyukai suatu perbuatan maka akan
terus menerus mengulang perbuatan itu. anak autistik juga menyenangi
keteraturan yang berlebihan.

B. SARAN
Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih
peduli bagi anak-anak barkebutuhab khusus terutama bagi anak autis. Sebagai
manyarakat secara umum kita harus bisa menerima anak-anak tersebut.
Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan layanan
pendidikan bagai anak-anak autis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html

Danuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah, Jakarta: Puspa Suara

Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan layanan
http://sekolahautismeal-ihsan.com/artikel/sekilas-tentang-autisme.html

Pendidikan Khusus, Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai