Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 3

SISTEM POLITIK INDONESIA


Tentang

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN TERHADAP TINGKAT


KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN

OLEH :

RINDI AFRITA

041480302

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN S1 ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS TERBUKA BATAM

2020.2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kemiskinan adalah permasalahan mendasar yang terjadi pada seseorang, maka harus
diselesaikan. Penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara sinergis dan sistematis
agar seluruh masyarakat dapat menikmati kehidupan yang bermartabat. Persoalan
kemiskinan bukan hanya berdimensi pada aspek ekonomi semata, tetapi juga pada
dimensi sosial, budaya, politik, pendidikan, bahkan juga sampai pada tingkat ideologi.
Secara umum kondisi kemiskinan tersebut ditandai oleh kerentanan, ketidakberdayaan,
keterisolasian, dan ketidakmampuan untuk menyampaikan kebutuhan dan aspirasinya.

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu gerakan yang dirancang guna meningkatkan taraf
hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi, dengan
tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat dalam proses-proses dan kegiatan
masyarakat. Serta untuk menciptakan kembali masa depan masyarakat individu.

Istilah pemberdayaan yang merupakan terjemahan dari “empowerment” yang


merupakan hasil pemikiran dan telaah pikiran manusia dan kebudayaan barat (Eropa) mulai
muncul siktar dekade 70an dan dipermasalahkan dan berkembang terus pada dekade 80an,
dan dekade 90an samapai pada akhir abad ke 20. Pemberdayaan muncul sebagai tema yang
penting terutama dalam gerakan demokratisasi, partisipatoris, emansipatif termasuk gerakan
wanita dan gerakan-gerakan kaum tertindas lainnya dalam pengorganisasian masyarakat dan
pertumbuhan dari new-populism dan dalam gerakan-gerakan progresif untuk perdamaian dan
keadilan sosial (Kresberg, 1992) Pemaknaan pemberdayaan sangat penting artinya, karena
fakta menunjukan bahwa pembangunan dengan perspektif patriachal berakibat pada
sekelompok masyarakat menjadi tidak berdaya, seperti kaum petani dan kelompok komunitas
lainya yang senasib yang cenderung tingkat pendidikannya lebih rendah, hidup dalam kondisi
keterbelakangan, miskin, tidak berdaya, dan ketergantungan pada pihak lain. Agar terjadi
pembangunan yang seimbang (equal), diperlukan usaha pemberdayaan agar mereka
mempunyai akses dalm control (acces to and control over) terhadap sumber-sumber yang
bernilai dalam semua aspek pembangunan (Richard dan Kreisberg, 1992). Pembangunan
dalam pelaksanaannya selalu mengupayakan terjadinya pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan pada awalnya menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan
sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat, kelompok atau individu
agar menjadi lebih berdaya. Selanjutnya menekankan pada proses menstimulasi, mendorong
dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan
apa yang menjadi pilihan hidupnya (Pranarka, 1996). Dalam proses pemberdayaan terdapat
dua pihak yang saling terkait., yakni unsur luar barupa lembaga maupun individu yang
memberi kekuatan (power to powerless) dan pihak yang mengalami proses pemberdayaan
(empowerment to powerless) sehingga punya kekuatan untuk dapat mengambil peran bagi
lingkungannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari paper tersebut adalah :

1. Pemberdayaan masyarakat menurut para ahli?


2. Kemiskinan adalah?
3. Apa saja strategi pemberdayaan?
4. Apa faktor penghambat dalam proses pendidikan masyarakat miskin?

1.3 TUJUAN MASALAH

Tujuan dari penulisan paper ini adalah, untuk menarik pembaca untuk bisa lebih peduli
terhadap oendidikan kaum masyarakat miskin. Serta membahas tindakan yang harus di lanjuti
agar masyarakat miskin mendapatkan pendidikan yang sederajat dengan masyarakat kaum
menengah. Juga membahas faktor-faktor apa saja yang menjadi pemghambat dalam proses
pendidikan mayarakat miskin.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PEMBERDAYAAN MANUSIA MENURUT PARA AHLI

Menurut Moh. Ali Aziz dkk dalam buku Dakwah, Pemberdayaan adalah sebuah
konsep yang fokusnya adalah kekuasaan. Pemberdayaan secara substansial merupakan proses
memutus (break down) dari hubungan antara subjek dan objek. Proses ini mementingkan
pengakuan subjek akan kemampuan atau daya yang dimiliki objek. Secara garis besar proses
ini melihat pentingnya mengalirkan daya dari subjek ke objek Hasil akhir dari pemberdayaan
adalah beralihnya fungsi individu yang semula objek menjadi subjek (yang baru), sehingga
relasi sosial yang nantinya hanya akan dicirikan dengan relasi sosia l antar subyek dengan
subyek lain.

Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang


bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat bersangkutan.
Masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat serta
inovatif, tentu memiliki keberdayaan tinggi. Keberdayaan masyarakat adalah unsur –unsur
yang memungkinkan masyarakat untuk bertahan (survive) dan dalam pengertian dinamis
mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat ini menjadi sumber
dari apa yang dalam wawasan politik pada tingkat nasional disebut ketahanan nasional.

Sunyoto Usman dalam Pengorganisasian dan Pengembangan masyarakat mengatakan


bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dalam bingkai usaha memperkuat apa
yang lazim disebut community self-reliance atau kemandirian. Dalam proses ini masyarakat
didampingi untuk membuat analisis masalah yang dihadapi, dibantu untuk menemukan
alternatif solusi masalah tersebut, serta diperlihatkan strategi memanfaatkan berbagai
kemampuan yang dimiliki.

Menurut Ife yang dikutip dalam bukunya Edi Suharto, mengatakan bahwa,
pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah.
Kekuasaan disini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit,
melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas:
a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan hidup, kemampuan dalam membuat
keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal dan pekerjaan.

b. Pendefinisian kebutuhan, kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi


dan keinginannya.

c. Ide atau gagasan, kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam


suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.

d. Lembaga-lembaga, kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi


pranata-pranata masyarakat seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan dan
kesehatan.

e. Sumber-sumber, kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan


kemasyarakatan.

f. Aktivitas ekonomi, kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi,


distribusi dan pertukaran barang serta jasa.

g. Reproduksi, kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak,


pendidikan dan sosialisasi.

2.2 PENGERTIAN KEMISKINAN

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi


standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai
dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa
pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan
berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar
kesehatan masyarakat dan standar pendidikan. Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat
diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan dalam memenuhi standar hidup (Nugroho,
1995). Pada prinsipnya, standar hidup di suatu masyarakat tidak sekedar tercukupinya
kebutuhan akan pangan, akan tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan kesehatan maupun
pendidikan. Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak merupakan salah satu dari
standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Berdasarkan kondisi ini,
suatu masyarakat disebut miskin apabila memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata
pendapatan sehingga tidak banyak memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya
(Suryawati, 2004). Pengertian kemiskinan yang saat ini populer dijadikan studi pembangunan
adalah kemiskinan yang seringkali dijumpai di negara-negara berkembang dan negara-negara
dunia ketiga. Persoalan kemiskinan masyarakat di negaranegara ini tidak hanya sekedar
bentuk ketidakmampuan pendapatan, akan tetapi telah meluas pada bentuk ketidakberdayaan
secara sosial maupun politik (Suryawati, 2004). Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk
permasalahan pembangunan yang diakibatkan adanya dampak negatif dari pertumbuhan
ekonomi yang tidak seimbang sehingga memperlebar kesenjangan pendapatan antar
masyarakat maupun kesenjangan pendapatan antar daerah (inter region income gap)
(Harahap, 2006). Studi pembangunan saat ini tidak hanya memfokuskan kajiannya pada
faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan, akan tetapi juga mulai mengindintifikasikan
segala aspek yang dapat menjadikan miskin.

2.3 STRATEGI PEMBERDAYAAN

Kata pemberdayaan (empowerment) mengesankan arti adanya sikap mental yang


tangguh atau kuat (Hikmat, 2001). Untuk mengmbangkan masyarakat yang berdaya Ife
menyarankan tiga strategi dasar pemberdayaan yaitu:

a. Pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan, dilakukan dengan merubah


struktur dan lembaga-lembaga yang ada agar terjadi akses yang sesuai dengan
sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan, serta munculnya partisipasi dalam
kehidupan masyarakat

b. Pemberdayaan melalui aksi sosial dan politik, menekakan kepada oentingnya


pejuangan dan perubahan politik untuk meningkatkan keberdayaan yang lebih efektif,
dimana masyarakat dapat dilibatkanunuk melakukan aksi-aksi langsung

c. Pemberdayaan melalui pendidikan dan penyadaran, menekakan pada pentingnya


proses pendidikan, sehingga pihak yang diberdayakan memperoleh
kemampuankemampuan. Cara ini dilakukan dengan memberikan pengetahuan akan
berbagai hal yang menjadi kendala baik structural maupun kendala-kendala
kemasyarakatan, juga memberikan keyterampilan untuk berkarya secara efektif untuk
menuju perubahan.
Menciptakan masyarakat yang mampu mendukung pelaksanaan program
pembangunan diperlukan strategi pemberdayaan melalui pengembangan kreativitas,
inovasi dan pendayagunaan modal intelektual sebagai kekayaan bagi organisasi guna
menghadapi masa depan. Kreativitas merupakan pengembangan ide baru dan inovasi
merupakan proses penerapan ide tersebut secara aktual dalam praktek. Tantangan
terbesar bagi pemerintah dalam proses pemberdayaan adalah mempengaruhi
masyarakat untuk menerima ide baru kemudian berhasil mengimplementasikan ide
tersebut. Untuk itu diperlukan strategi-strategi pendekatan masyarakat sebagaimana
diungkapkan oleh Beratha (1982), yaitu:

1. Strategi persuasive, dimana yang terpenting adalah mengadakan perubahan sikap


seseorang atau segolongan orang

2. Strategi compulsion, membuat situasi sedemikian rupa sehingga orang terpaksa secara
tidak langsung mengubah sikapnya

3. Strategi pervasion, mengulang apa yang diharapkan akan masuk dalam bidang bawah
sadar seseorang sehingga mengubah diri sesuai dengan apa yang diulangi

4. Strategi coervision, memaksa secara langung pengadaan perubahan sikap dengan


adanya hukum fisik ataupun materi.

Sedangkan menurut Rappaport, 1985 dalam Hikmat (2001), praktek dan


kegiatan yang berbasis pemberdayaan adalah bahasa pertolongan yang diungkapkan
dalam bentuk simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut kemudian meng-komunikasikan
kekuatan yang tangguh untuk mengubah hal-hal yang terkandung dalam diri sendiri
(inner space), orangorang-orang lain yang dapat dianggap penting, serta masyarakat
disekitar. Elaborasi dari pemikiran tersebut secara keseluruhan akan dapat
memperkaya dan menjiwai pemahaman global mengenai pemberdayaan.

Menurut Hikmat (2001), dalam strategi pemberdayaan harus dilakukan dengan


pendekatan kerja bersama sebagai mitra kolabaratif dan kerjasama kolaboratif
merupakan aktualisasi pemberdayaan. Menurut Dubois dan Miley, 1996 dalam
Hikmat (2001) pemecahan masalah melalui pemberdayaan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Dialog

a) Persiapan kerjasama

b) Pembentukan kemitraan

c) Artikulasi tantangan
d) Identifikasi sumber kekuasaan

e) Penentuan arah

2. Penemuan

a) Pemahaman sistem sumber

b) Analisis kapasitas sumber

c) Menyusun frame pemecahan masalah

3. Pengembangan

a) Mengaktifkan sumber

b) Memperluas kesempatan

c) Mengakui temuan-temuan

d) Mengintegrasikan kemajuan

Strategi di atas, sejak awal proses pemecahan masalah berbasiskan


pemberdayaan masyarakat yang berdasarkan prinsip bekerja bersama masyarakat
dilandasi oleh prinsip bahwa masyarakat mempunyai hak-hak yang harus dihargai.
Berbagai strategi pemberdayaan sebenarnya telah banyak dicoba untuk diterapkan
pada program-program pembangun, namun cenderung mengalami kegagalan untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan self sustain capability masyarakat. Untuk itu
strategi pemberdayaan yang dilakukan hendaknya memberi tekanan pada otonomi
pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat yang berlandaskan pada
sumber-sumber daya pribadi, langsung (melebihi partisipasi), demokratis dan
pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung (Kartasamita, 1996: 145). Selain
itu, agar masyarakat dapat mengemukakan dan menyalurkan aspirasi, permintaan dan
tuntutannya kepada pemerintah, dalam pelaksanaan program pembangunan
hendaknya diterapkan strategi bottom up.

2.4 FAKTOR PENGHAMBAT

Ada beberapa hal yang menghambat kesejahteraan dalam pemberdayaan masyarakat.


Menurut Nugraha, Ningsih. Dkk (2016) menyatakan faktor penghambat dari kesejahteraan,
sebagai berikut:

a. Proses perencanaan yang tidak memadai;

b. Perbedaan paradigma antar sumber daya manusia yang ada;

c. Muncul potensi pengelolaan dana yang tidak sesuai (penyimpangan dana); dan

d. Menyusun pelaporan keuangan yang belum memadai.

Selain itu, menurut Wadu L.B, Dkk. (2018) ada beberapa faktor penghambat dalam
sebuah upaya pemberdayaan masyarakat, diantaranya:

a. Kesibukan dari masyarakat;

b. Pemasaran hasil kegiatan yang belum maksimal; dan

c. Keterbatasan dana yang dialami masyarakat untuk mengembangkan


produk yang telah dibuat.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari paper ini adalah pemberdayaan masyarakat terhadap pendidikan


haruslah lebih ditingkat kan lagi. Karena, masih banyak dari sebagian kita yang tidak dapat
mengenyam bangku pendidikan yang setara dengan kaum menengah. Dalam kasus
kemiskinan pemerintah seharusnya mampu menanggulangi kasus ini agar semua masyarakat
miskin mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

3.2 SARAN

Saran saya bagi sebagian pemerintah hendaknya membantu menanggulangi masalah


kemiskinan ini yang berdampak pada tingkat sistem pendidikan didaerah-daerah yang
masyarakatnya masih kurang mampu dalam membiayai pendidikan anaknya.
Referensi :

file:///C:/Users/eHP/Downloads/1222-2222-1-

SM.pdfhttp://digilib.uinsby.ac.id/8576/4/BAB%20II.pdfhttp://e-

journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf

https://www.researchgate.net/publication/296796310_PEMBERDAYAAN_MASYARAKAT
_MISKIN_MELALUI_PROSES_PENDIDIKAN_NONFORMAL_UPAYA_MENINGKAT
KAN_KESEJAHTERAAN_SOSIAL_DI_KABUPATEN_HALMAHERA_BARAT

file:///C:/Users/eHP/Downloads/1222-2222-1-SM.pdf

Anda mungkin juga menyukai