Anda di halaman 1dari 13

BAB 23

AUDIT KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN

Kas merupakan satu-satunya akun yang tidak dimasukkan dalam setiap siklus
kecuali persediaan dan pergudangan. Kas merupakan hal yang penting bagi auditor
terutama karena besarnya potensi kecurangan, atau karena kemungkinan terjadinya
kesalahan yang tidak disengaja.

Instrumen keuangan yang meliputi investasi dalam sekuritas utang dan ekuitas
serta instrumen derivatif, bervariasi secara signifikan pada masing-masing klien, mulai
dari persentase aset yang kecil untuk perusahaan manufaktur hingga persentase aset
yang besar untuk institusi keuangan. Penilaian instrumen keuangan dapat menjadi
kompleks akibat adanya standar akuntansi dan mungkin memerlukan jasa spesialis.

JENIS AKUN KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN (Mengidentifikasi jenis akun kas
utama dan instrument keuangan yang digunakan oleh entitas bisnis)

Terdapat beberapa jenis akun kas yang umumnya digunakan oleh sebagian
perusahaan besar. Auditor akan mengetahui lebih banyak jenis saldo kas setelah
memahami bisnis klien. Berikut jenis akun kas yang utama:
1. Akun Kas Umum: Merupakan bagian kas yang penting bagi sebagian besar
organisasi karena sebagain besar penerimaan dan pengeluaran kas mengalir
melalui akun ini. Contoh : pengeluaran untuk siklus akuisisi dan pembayaran
biasanya dibayar dari akun  ini, sementara penerimaan kas dalam siklus penjualan
dan penagihan disetorkan dalam akun ini.

2. Akun Impres: Perusahaan membuat akun penggajian impres yang terpisah untuk


meningkatkan pengendalian internal pengeluaran penggajian. Terdapat jenis akun
impres lain yang sedikit berbeda dari akun impres pada umumnya yaitu terdiri atas
satu rekening bank untuk penerimaan dan pengeluaran. Perusahaan bisa saja
memiliki akun ini untuk setiap divisi berbeda. Seluruh penerimaan disetorkan ke
dalam akun impres dan totalnya dipindahkan ke akun umum secara periodik. Akun
pengeluaran ditetapkan berbasis impres, tetapi dengan cara yang berbeda dengan
akun pengajian impres. 

3. Akun Bank Cabang: Berguna untuk membangun hubungan dengan perbankan di


komunitas lokal dan memungkinkan sentralisasi operasi pada tingkat cabang.
Dengan kata lain untuk perusahaan yang beroperasi di lokasi yang berbeda akan
lebih mudah jika perusahaan memiliki saldo bank yang terpisah di setiap lokasi.Di
beberapa perusahaan setoran dan pengeluaran untuk setiap cabang dilakukan di
rekening bank terpisah. Kelebihan kas akan ditransfer secara elektronik dan periodik
ke rekening bank umum kantor utama. Akun cabang dalam contoh ini hampir sama
seperti akun umum namun pada tingkat cabang.

4.   Dana Kas Kecil Impres: Ini bukan merupakan rekening bank, tetapi hampir sama
dengan kas pada bank. Akun ini digunakan untuk pengeluaran kas berjumlah kecil
yang lebih mudah dibayarkan jika menggunakan uang tunai dibandingkan dengan
cek atau untuk memudahkan karyawan dalam mencairkan cek gaji atau pribadi,
selain itu juga digunakan untuk pengeluaran dalam jumlah kecil. Beban yang umum
meliputi perlengkapan minor kantor, perangko, dan sumbangan amal.

5.    Ekuivalen Kas: Perusahaan seringkali menginvestasikan kelebihan kas yang


diakumulasikan selama bagian tertentu dari siklus operasi, yang akan diperlukan
dalam waktu dekat dan bisa disebut Ekuivalen kas yang bersifat jangka pendek dan
sangat likuid. Ekuivalen kas bisa sangat material, dicantumkan dalam laporan
keuangan sebagai bagian dari akun kas jika merupakan investasi jangka pendek
yang siap dikonversikan menjadi sejumlah kas tertentu, dan tidak terdapat dirisiko
signifikan atas perubahan nilai dari perubahan tingkat bunga. Sekuritas yang dapat
diperdagangkan dan investasi berbunga dengan jangka waktu yang lebih panjang
bukan merupakan ekuivalen kas.

6. Instrumen Keuangan: Mencakup investasi dalam sekuritas yang dapat


diperdagangkan seperti sekuritas utang dan ekuitas, instrumen derivatif, dan
aktifitas lindung nilai (hedging). Insvestasi dalam instrumen keuangan dapat
diklasifikasikan sebagai sekuritas perdagangan, sekuritas yang tersedia untuk dijual,
atau sekuritas yang ditahan hingga jatuh tempo, sedangkan instrumen derivatif
dapat diklasifikasikan sebagai aset atau kewajiban, sesuai dengan standar
akuntansi keuangan. Perusahaan dapat membeli sekuritas sebagai cara untuk
menginvestasikan sementara kelebihan kas atau juga dapat menginvestasikan
dalam intrumen keuangan derivatif sebagai cara hedging. Contoh : maskapai
penerbangan akan berinvestasi dalam lindung nilai bahan bakar sebagai cara untuk
mengoffset kenaikan biaya bahan bakar operasi.

KAS DI BANK DAN SIKLUS TRANSAKSI


Dalam audit atas kas, auditor harus membedakan antara verifikasi rekonsiliasi
saldo laporan bank oleh klien dengan saldo buku besar, dan verifikasi bahwa
pencatatan kas dalam buku besar merefleksikan dengan benar seluruh transaksi kas
yang terjadi sepanjang tahun. Verifikasi rekonsiliasi klien ke  akun saldo bank dan buku
besar lebih mudah, tetapi bagian terpenting dalam total audit dalam perusahaan adalah
adanya verifikasi bahwa pencatatan  transaksi kas dilakukan dengan benar. Misalnya,
setiap salah saji berikut ini menghasilkan kesalahan dalam pembayaran atau
menyebabkan kesalahan dalam penerimaan kas, tetapi tak satupun dapat ditemukan
dalam audit atas rekonsiliasi bank :

 Kesalahan dalam menagih konsumen


 Pencurian kas dengan menghambat pembayaran kas dari konsumen sebelumnya
dicatat, dengan akun dianggap sebagai piutang tak tertagih
 Duplikasi pembayaran faktur vendor
 Pembayaran tidak benar atas biaya pribadi pejabat perusahaan
 Pembayaran atas bahan baku yang tidak pernah diterima
 Pembayaran atas karyawan  lebih besar daripada jam kerja aktualnya
 Pembayaran atas bunga pada pihak luar jumlahnya lebih besar dibandingkan tingkat
bunga sebenarnya
`           Seluruh jenis salah saji biasanya ditemukan sebagai bagian dari pengujian atas
rekonsiliasi bank. Hal ini meliputi :

 Kesalahan dalam memasukkan cek yang tidak dicairkan didalam daftar cek beredar,
meskipun telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
 Kas yang diterima dari klien masih dalam perjalanan pada tanggal neraca, tetapi
sudah dicatat dalam penerimaan kas pada tahun berjalan
 Setoran dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan pada
bank dibulan yang sama, dan dimasukan dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran
dalam perjalanan
 Pembayaran atas weswl bayar didebet langsung dari saldo bank oleh bank, tetapi
tidak dimasukkan dalam catatan klien.

  AUDIT ATAS AKUN KAS UMUM


Dalam mengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus
mengakumulasikan bukti yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas, seperti
yang tercantum dalam neraca, telah dinyatakan dan diungkapkan secara layak sesuai
dengan lima dari delapan tujuan audit terkait saldo yang digunakan untuk seluruh
pengujian perincian saldo (eksistensi, kelengkapan, akurasi, pisah batas, dan detail tie-
in). Hak atas kas umum, klasifikasinya dalam neraca, dan nilai realisasi kas tidak dapat
diaplikasikan. Metodologi untuk kas pada akhir tahun sama dengan saldo akun neraca
lainya.
Tahap I: Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi kas
Risiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan menajemen kas yang tidak tepat
atau penanganan dana yang dilakukan oleh pihak lain. Risiko bisnis klien lebih banyak
muncul dari Ekuivalen kas dan jenis investasi lainya. Auditor harus memahami risiko
yang dari kebijakan dan strategi investasi klien, serta pengendalian manajemen yang
mengurangi risiko tersebut. 

Tahap I: Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren
Saldo kas bersifat tidak material pada sebagian besar audit, tetapi transaksi kas yang
mempengaruhi saldo itu hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, sering muncul
potensi salah saji material dalam kas. Karena kas lebih rentan terhadap pencurian
dibandingkan aset lainya, terdapat risiko inheren yang tinggi untuk tujuan eksistensi,
kelengkapan dan keakuratan. Tujuan tersebut biasanya akan berfokus pada audit saldo
kas.

Tahap I: Menilai Risiko Pengendalian


Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu:
1. Pengendalian atau siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan kas.
2. Rekonsiliasi bank independen

Pengendalian yang mempengaruhi pencatatan transaksi kas, penting dalam


penelitian dan pengendalian untuk kas. Dalam siklus akuisisi dan pembayaran,
pengendalian utama meliputi pengendalian pemisahan tugas yang memadai antar
fungsi hingga pasa verifikasi internal yang memadai. Jika pengendalian yang
mempengaruhi transaksi yang berhubungan kas beroperasi efektif, risiko pengendalian
akan menurun sebagaimana pengujian audit untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.
Rekonsiliasi bank merupakan pengendalian yang penting atas saldo akhir kas.
Rekonsiliasi itu akan memastikan bahwa catatan akuntansi mereflesikan saldo kas
yang sama seperti jumlah aktual kas di bank setelah mempertimbangkan item
rekosiliasi. Rekonsiliasi bank yang cermat oleh personil klien yang kompeten meliputi
tindakan-tindakan berikut:
 Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas
menyangkut tanggal, payee dan jumlahnya.
 Memeriksa cek yang dibatalkan menyangkut tanda tangan, endorsement dan
pembatalan.
 Membandingkan setoran di bank dengan penerimaan kas yang tercatat.
 Memeriksa urutan nomer pada cek dan menyalidiki cek yang hilang.
 Merekonsiliasi semua item yang menyebabkan perbedaan saldo dan
meverifikasi kesesuaiannya dengan bisnis klien.
 Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran
kas.
 Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan
kas.
 Mereview transfer antar bank pada akhir bulan untuk melihat kesesuaian dan
pencatatan yang tepat.
 Menindaklanjuti cek beredar dan pemberitahuan penghentian pembayaran.
Pengendalian rekonsiliasi bank dapat ditingkatkan dengan cara review rekonsiliasi
bank bulanan oleh karyawan yang kompeten segera setelah rekonsiliasi selesai.

Tahap II: Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substansif Atas Transaksi
Saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan pergudangan,
sehingga terdapat banyak sekali jumlah transaksi akun memengaruhi kas, dan
transaksi kas akan diaudit sepanjang pengujian siklus transaksi tersebut.

Tahap III: Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis


Dalam banyak audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara ekstensif.
Karena itu penggunaan prosedur analitis untuk menguji kewajaran saldo kas menjadi
kurang penting dibandingkan untuk sebagian besar audit lainya. Auditor biasanya juga
membandingkan saldo akhir kas dengan saldo bulan sebelumnya. Prosedur analitis
tersebut mungkin akan mengungkapkan salah saji dalam kas.

Tahap III: Merancang Pengujian Perincian Saldo Kas


Langkah awal dari verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah mendapatkan
rekonsiliasi bank dari klien untuk dicantumkan dalam dokumentasi auditor. Tujuan yang
paling penting dalam audit kas pada pengujian atas rincian saldo adalah eksistensi,
kelengkapan, dan keakuratan, sehingga tujuan tersebut mendapat perhatian paling
besar. Auditor juga melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat tujuan
penyajian dan pengungkapan. Prosedur audit aktual bergantung pada materialitas dan
risiko dalam kas yang sudah diidentifikasi auditor pada audit di bagian lainya. Berikut
tiga prosedur yang layak dibahas lebih lanjut karena arti penting dan kompleksitasnya:
penerimaan konfirmasi bank, penerimaan laporan pisah batas bank dan pengujian
rekonsiliasi bank.
1. Permintaan atas Konfirmasi Bank
Meskipun tidak disyaratkan oleh standar audit, auditor biasanya meminta konfirmasi
dari setiap bank atau institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan klien, kecuali
jika terdapat sejumlah besar akun yang tidak aktif. Pentingnya konfirmasi bank dalam
audit lebih dari sekedar verifikasi saldo kas aktual. Bank tidak bertanggung jawab untuk
mencari pencatatan atas saldo bank atau pinjaman selain yang dimasukkan dalam
formulir dari klien kantor akuntan publik. Dampak dari tanggung jawab yang terbatas ini
mensyaratkan auditor agar memenuhi tujuan kelengkapan atas saldo dan utang bank
yang tidak tercatat dengan cara lain. Jika auditor menginginkan konfirmasi atas jenis
informasi ini, maka mereka harus mendapatkan konfirmasi yang terpisah dari institusi
keuangan yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Setelah auditor menerima
konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam akun bank yang dikonfirmasi oleh bank
harus ditelusuri ke saldo yang disebutkan dalam konfirmasi bank. Jika konfirmasi bank
tidak sesuai dengan skedul audit, maka auditor harus memeriksa selisihnya.

2. Permintaan atas Laporan Bank Pisah Batas


Tujuan dari laporan bank atas pisah batas adalah untuk memberikan verifikasi bagian
yang direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di akhir tahun dengan bukti yang tidak
dapat diakses ke klien. Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta klien agar bank
mengirimkan laporan langsung kepada auditor dalam waktu 7 samoai 10 hari setelah
tanggal neraca. Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank jika laporan
pisah batas tidak diterima langsung dari pihak bank. Tujuannya adalah untuk menguji
apakah karyawan klien tidak memasukkan, menambahkan, atau menggantikan
dokumen sesuai dengan laporan. Pengujian ini jelas dilakukan untuk salah saji yang
disengaja. Auditor melakukan verifikasi berikut ini dalam bulan setelah tanggal neraca:
 Memfooting daftar semua cek yang dibatalkan.
 Memverifikasi bahwa laporan bank dalam keadaan seimbang ketika total footing
digunakan.
 Mereview item yang dibatalkan dala footing untuk memastikan bahwa hal yang
sudah dibatalkan oleh bank pada periode yang tepat dan tidak memasukkan
penghapusan atau perubahan.

3. Pengujian Rekonsiliasi Bank


Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk menentukan apakah pihak klien sudah
menyiapkan rekonsiliasi dengan cermat dan melakukan verifikasi apakah saldo bank
yang dicatat klien sama jumlahnya dengan kas di bank, kecuali bila ada setoran dalam
perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya. Dalam verifikasi rekonsiliasi,
auditor menggunakan informasi dalam laporan bank atas pisah batas untuk melakukan
verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor dalam rekonsiliasi meliputi beberapa
prosedur:
 Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara matematis.
 Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah batas
ke saldo per bank pada rekonsiliasi bank utnuk memastikan jumlahnya sama.
 Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan ke
laporan bank atas pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank dan
juga jurnal pengeluaran kas dalam periode neraca atau periode sebelumnya.
 Menyelidiki seluruh cek yang jumlahnya signifikan termasuk dalam daftar cek
beredar yang belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas.
 Menelusuri setoran dalam perjalanan ke laporan pisah batas bank.
 Memperhitungkan item yang direkonsiliasi lainnya pada laporan bank dan
rekonsiliasi bank.

PROSEDUR YANG BERORIENTASI KECURANGAN


Pertimbangan utama dalam audit saldo kas umum adalah kemungkinan
terjadinya kecurangan. Auditor harus memperluas prosedur audit kas akhir tahun untuk
menentukan kemungkinan adanya kecurangan yang material apabila pengendalian
internal tidak memadai. Dalam merancang prosedur untuk mengungkapkan
kecurangan, auditor harus mempertimbangkan secara cermat defisiensi pengendalian
internal, jenis kecurangan yang mungkin terjadi akibat defisiensi itu, materialitas
kecurangan yang potensial dan prosedur audit yang paling efektif dalam
mengungkapkan kecurangan. Prosedur yang dapat mengungkapkan kecurangan dalam
bidang penerimaan kas termasuk:
 Konfirmasi piutang
 Pengujian yang dilaksanakan untuk mendeteksi lapping
 Mereview ayat jurnal buku besar umum dalam akun kas untuk pos-pos tidak
biasa
 Membandingkan pesanan pelanggan dengan penjualan dan penerimaan kas
selanjutnya
 Memeriksa persetujuan dan dokumen pendukung piutang tak tertagih serta retur
penjualan dan pengurangan
Pengujian serupa dapat digunakan untuk menguji kemungkinan pengeluaran kas
yang mengandung kecurangan. Untuk mengungkapkan kecurangan yang berhubungan
secara langsung dengan saldo kas akhir tahun prosedurnya adalah memperluas
pengujian rekonsiliasi bank, bukti kas dan pengujian transfer antar bank.
a. Memperluas Pengujian Rekonsiliasi Bank
Jika auditor yakin bahwa rekonsiliasi bank akhir tahun disalahsajikan dengan
sengaja, maka tepat untuk melaksanakan pengujian lebih lanjut atas rekonsiliasi bank
akhir tahun. Prosedur yang diperluas ini memverifikasi apakah semua transaksi yang
dicantumkan dalam jurnal selama transaksi yang dicantumkan dalam jurnal selama
beberapa bulan terakhir tahun berjalan telah dimasukkan dalam atau dikeluarkan dari
rekonsiliasi bank secara benar, dan memverifikasi apakah semua item dalam
rekonsiliasi bank telah dicantumkan secara benar. Misalnya terdapat ada kelemahan
pengendalian internal yang material dan akhir tahun klien adalah 31 Desember. Dengan
menggunakan pendekatan umum, auditor:
 Memulai dengan rekonsiliasi bank bulan November dan membandingkan semua
item yang di rekonsiliasi dengan cek yang dibatalkan dan dokumen lain dalam
laporan bank bulan Desember.
 Membandingkan semua cek yang dibatalkan yang tersisa dan slip setoran dalam
laporan bank bulan Desember dengan jurnal pengeluaran kas dan penerimaan
kas.
 Menelusuri semua item yang belum dikliring dalam rekonsiliasi bank bulan
November serta jurnal pengeluaran dan penerimaan kas bulan desember ke
rekonsiliasi bank tanggal 31 Desember untuk memastikan bahwa item-item
tersebut telah dimasukkan.
 Memverifikasi bahwa semua item rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank tanggal 31
Desember menyajikan item dari rekonsiliasi bank bulan November dan jurnal
bulan Desember yang belum dikliring oleh bank.
Selain keempat pengujian tersebut, auditor juga harus melaksanakan prosedur
setelah akhir tahun dengan menggunakan laporan pisah batas bank.
b. Bukti Kas
Auditor menggunakan bukti kas untuk menentukan apakah hal-hal berikut telah
dilakukan:
 Semua penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan
 Semua setoran di bank dicatat dalam catatan akuntansi
 Semua pengeluaran kas yang tercatat telah dibayarkan oleh bank
 Semua jumlah yang telah dibayar oleh bank dicatat

Bukti kas (proof of cash) meliputi empat tugas rekonsiliasi berikut:


 Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besr pada awal periode
bukti kas
 Merekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan per bank dengan penerimaan
yang dicatat dalam jurnal penerimaan kas selama periode tertentu
 Merekonsiliasi pembayaran elektronik dan kliring cek yang dibatalkan oleh bank
dengan yang dicatat oleh jurnal pengeluaran kas selama periode tertentu
 Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar umum dapa akhir
periode bukti kas

Penerimaan bukti kas adalah pengujian atas transaksi yang tercatat, sementara
rekonsiliasi bank adalah pengujian atas saldo kas pada suatu waktu tertentu. Bukti kas
merupakan metode jitu untuk membandingkan penerimaan dan pengeluaran kas yang
tercatat dengan rekening bank dan dengan rekonsiliasi bank. Akan tetapi, bukti
pengeluaran kas tidak efektif untuk mengungkapkan cek yang ditulis dalam jumlah yang
tidak sesuai, cek palsu atau salah saji lainnya dimana jumlah dolar yang muncul dalam
catatan pengeluaran kas tidak benar. Demikian juga, bukti penerimaan kas tidak dapat
digunakan untuk digunakan untuk mengungkapkan pencurian kas atau pencatatan dan
penyetoran jumlah kas yang tidak tepat.

c. Pengujian Transfer Antarbank


Para penggelap uang biasanya menutupi pencurian kas dengan praktik yang
dikenal sebagai kiting, yaitu mentransfer uang dari satu bank ke bank lainnya dan
mencatat transaksi tersebut dengan tidak benar. Jika transfer antarbank tidak dicatat
hingga setelah tanggal neraca, jumlah yang ditrasfer dicatat sebagai aset dikedua bank.
Untuk menguji kiting, serta kesalahan tidak sengaja dalam mencatat transfer antarbank
auditor dapat mendata semua transfer antarbank yang dilakukan beberapa hari
sebelum dan setelah tanggal neraca dan menelusuri masing-masing ke catatan
akuntansi agar pencatatannya benar. Terdapat beberapa hal yang sebaiknya diaudit
dalam skedul transfer bank, yaitu:
 Ketepatan informasi di skedul transfer antarbank harus diverifikasi
 Transfer antarbank harus dicatat baik dalam laporan bank yang menerima
maupun bank yang mengeluarkan
 Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan dari setiap transfer harus
berada dalam tahun fiskal yang sama
 Pengeluaran dalam skedul transfer antarbank harus dimasukkan dalam atau
dikeluarkan dari rekonsiliasi bank akhir tahun dengan benar sebagai cek yang
beredar
 Penerimaan dalam skedul transfer antarbank harus dimasukkan dalam atau
dikeluarkan dari rekonsiliasi bank akhir tahun dengan benar sebagai setoran
dalam perjalanan

Walaupun pengujian audit untuk transfer antarbank biasanya berorientasi pada


kecurangan, pengujian tersebut sering kali dilakukan pada audit dimana terdapat
sejumlah transfer bank, tanpa memperhatikan pengendalian internal. Selain
kemunkinan adanya kiting, penanganan transfer yang salah juga dapat menghasilkan
misklasifikasi antara kas dan utang usaha. Materialitas transfer dan kemudahan
melaksanakan pengujian membuat banyak auditor yakin bahwa prosedur tersebut
harus selalu dilaksanakan.

AUDIT ATAS AKUN INSTRUMEN KEUANGAN


Metodologi untuk Mengaudit Instrumen Keuangan Akhir Tahun
1. Mengidentifikasi Resiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Instrumen
Keuangan  ( Tahap I)
Resiko bisnis yang terkait dengan instrument keuangan akan bervariasi tergantung
pada signifikasi dan agresivitas investasi perusahaan.Resiko yang lebih tinggi akan
ditanggung oleh perusahaan yang berinvestasi dalam sekuritas yang kurang liquid
atau instrument keuangan derivative,dan jika proporsi investasi lebih besar dati total
asset.

2. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Resiko Inheren ( Tahap I )


Saldo akun istrumen keuangan mungkin bersifat material tergantung pada jenis dan 
frekuensi aktivitas investasi .Faktor faktor yang memepengaruhi resiko inheren atas
instrument keuangan meliputi tujuan manajemen terkait dengan aktivitas investasi ,
kompleksitas sekuritas atau derivative,pengalaman sebelumnya perusahaan dengan
investasi tertentu serta kompleksitas satandar akuntansi yang relevan.
3. Menilai Resiko Pengendalian ( Tahap I)
Auditor harus memehamai efektivitas perancangan dan pengoperasian 
pengendalian internal menyangkut inisiasi,otorisasi,pemrosesan,pengukuran nilai
wajar dan pengungkapan aktivitas operasi.
Hal yang penting ,manajemen harus memiliki:
 Strategi investasi dan kesadaran ats tingkat eksposur berbagai resiko
 Prosedur untuk mengklasifikasikan instrument keuangan dengan benar sebagai
perdagangan
 Prosedur untuk  memulai dan mencatat transaksi
 Pengendalia internal yang ketat atas penentuan estimasi nilai wajar
4. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Subtantif atas Transaksi
Pengujian transaksi yang akan dilakukan terkait dengan instrument keuangan
meilputi pengujian pembelian dan penjualan sekuritas serta derivative atau
penyelesaian transaksi hadging atau lindung nilai,keuntungan atau kerugian yang
terkait, serta bunga dan pendapatan deviden.Biasanya auditor mengandalkan
laporan keuangan dan saran broker,menelusuri pembayaran atau hasil pengeluaran
dan penerimaan kas ,dan lainya.

5. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Anaitis ( Tahap II )


Prosedur analitis biasanya tidak begitu penting dalam menilai saldo akhir tahun
instrument keuangan karena saldo tersebut dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun
dan tidak selalu terkait dengan akun lainya.

6. Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Intrumen Keuangan  ( Tahap III )


Titik awal pengujian saldo akhir akun instrument keuangan daalh mendapatkan
skedul aktivitas investasi salaam tahun berjalan.Skedul aktivitas investasi akan
meliputi saldo awal,pembelian dan penjualan instrument keuangan serta
keuntungan dan kerugian terkait,saldo akhir tahun yang dicatat pada nilai pasar
wajar atau nilai lain konsisten dengan standar akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai