Riska Sri Puji Lestari - PKK 1 Askep - Enggano 26
Riska Sri Puji Lestari - PKK 1 Askep - Enggano 26
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh:
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.1 Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan maupun
kelainan patologis (Pelawi & Purba, 2019). Menurut Apley & Solomon (2018), patahan yang
terjadi pada kontinuitas struktur tulang jika kulit atau salah satu dari rongga tubuh menerobos
keluar atau tertembus, maka disebut juga fraktur terbuka ( compound ) yang dapat
menyebabkan kontaminasi dan infeksi. Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan
morfologi pada kontinuitas tulang atau bagian tulang, seperti lempeng epifisisatau kartilago
Dari pada perempuan, hal ini mungkin merupakan salah satu penyebab laki-laki lebih
jarang menderita fraktur terkait osteoporosis.
4) Aktivitas Fisik
Imobilisasi lama akan mengakibatkan penurunan massa tulang. Sebaliknya aktivitas tubuh
akan merangsang pembentukan tulang.
Diperkirakan bahwa sekitar 3 sampai 60 persen orang dewasa tua yang tinggal di
komunitas jatuh setiap tahun. Sekitar 90% kejadian fraktur femur proksimal pada orang tua
terjadi akibat jatuh yang sederhana dari posisi berdiri. Pada wanita mengalami fraktur
proksimal femur lebih sering karena tingginya tingkat osteoporosis. Rata-rata, wanita yang
mengalami fraktur femur proksimal berusia 77 tahun sedangkan pada pria berusia 72 tahun.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis karakteristik jatuh yang menjadi
risiko terjadinya fraktur femur proksimal. Arah terjadinya jatuh merupakan determinan yang
penting pada kejadian fraktur femur proksimal. Saat mengalami jatuh, risiko fraktur akan
meningkat 6 kali saat jatuh ke arah samping (sideway fall) dibanding jatuh ke depan (forward
fall) atau ke belakang (backward fall). Studi lainnya menyebutkan bahwa impaksi pada sisi
lateral pelvis meningkatkan risiko fraktur sebesar 20-30 kali lipat dibandingkan saat jatuh ke
sisi lainnya, selain itu jatuh berputar/berbelok berisiko menyebabkan fraktur lebih tinggi
dibanding saat berjalan lurus. Faktor lain yang berhubungan dengan risiko fraktur potensial
energi meliputi jatuh dari ketinggian, berat badan, ketebalan jaringan lunak pada regio
trokhanter, kekuatan otot, kontrol neuromuskular dan kemampuan respon protektif seseorang
(Johannesdottir,2012).
c. Kelemahan Otot
Beberapa peneliti telah menyimpulkan bahwa kelemahan otot, yang pada umumnya
terkait dengan tanggapan refleks lambat secara signifikan dapat meningkatkan kemungkinan
jatuh karena gangguan tak terduga, sehingga meningkatkan resiko fraktur femur proksimal.
Penelitian terkait menunjukkan rendahnya tingkat kekuatan otot juga dapat meningkatkan
risiko mengalami fraktur femur proksimal karena berdampak negatif dalam jangka panjang
terhadap kepadatan tulang dan shock otot dalam menyerap kapasitas. Tidak mengherankan,
peningkatan risiko jatuh dan mengalami fraktur femur proksimal telah secara khusus dicatat
dalam hubungan dengan gangguan otot di pergelangan kaki, pinggul dan lutut, kekuatan
tubuh rendah pada umumnya dan disfungsi ekstremitas bawah.
1.1.3 Etiologi
Jenis fraktur dibedakan menjadi :
a. Cedera Traumatik
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur, seperti :
1.) Tumor tulang (jinak atau ganas), yaitu pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
atau progresif.
2.) Infeksi seperti mosteomyelitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul
sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
3.) Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D.
4.) Stress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran
a. Fraktur traumatic
b. Fraktur Patologis, yaitu fraktur yang terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah
menjadi lemah oleh karena tumor atau proses
patologik lainnya (infeksi dan kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat
trauma ringan.
c. Fraktur Beban (Kelelahan), yaitu fraktur yang terjadi pada orang- orang yang baru saja
menambah tingkat aktivitas merka atau karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang
pada daerah tulang yang menopang berat badan.
2. Klasifikasi Klinis
a. Fraktur Tertutup (simple Fraktur), adalah fraktur dengan kulit yang tidak tembus oleh
fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
b. Fraktur Terbuka (compound Fraktur), adalah frktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat
telah ditembus, dan terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Karena
adanya perlukaan kulit.
3. Klasifikasi Radiologis
a. Luka < 1 cm
d. Kontaminasi minimal
d. Kontaminasi sedang
3.) Grade III : Banyak sekali jejas kerusakan kulit, otot jaringan saraf dan pembuluh darah
serta luka sebesar 6-8 cm.
1.1.5 Patofisiologi
Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma, tergantung dimana fraktur
tersebut mengalami trauma, begitu juga dengan fraktur femur ada dua faktor penyebab fraktur
femur, faktor-faktor tersebut diantaranya, fraktur fisiologis merupakan suatu kerusakan
jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga, dan trauma dan
fraktur patologis merupakan kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur.
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah ke dalam jaringan
lunak disekitar tulang tersebut, jaringan lunak yang biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
perdarahan biasanya timbul hebat di sekitar fraktur. Sel-sel darah putih dan sel-sel anast
berkamulasi mengakibatkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baruamatir yang disebut callus. Bekuan fibrin di reabsorbsi
dan sel-sel tulang baru mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi
pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang
tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstermitas dan mengakibatkan kerusakan
saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan
jaringan, oklusa darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf
maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom compartment (Brunner & Suddart,
2015).
1. Fraktur Terbuka
adalah kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan disertai
perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8jam (golden period). Kuman belum terlalu jauh
dilakukan : pembersihan luka, exici, heacting situasi, antibiotic. Untuk life saving prinsip
Dengan terbukanya barrier jaringan lunak maka patah tulang tersebut terancam untuk
terjadinya infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka luka
yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi (golden period) dan setelah waktu tersebut
b. Pemberian Antibiotik
Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat bervariasi tergantung dimana
patah tulang itu terjadi. Pemberian antibiotik yang tepat sukar untuk ditentukan hanya saja
sebagai pemikiran sadar. Sebaliknya antibiotika dengan spectrum luas untuk kuman gram
1. Generasi pertama cephalosporin (cephalotin 1-2 g dibagi ddosis 3-4 kali sehari dapat
2. Aminoglikosid (Antibiotik untuk gram negatif) seperti gentaimicin (120 mg dosis 2x/hari)
3. Metronizadole (500 mg dosis 2x/hari) dapat ditambahkan untuk mengatasi kuman anaerob
Debridemen untuk membuang semua jaringan mati pada daerah patah terbuka baik
berupa benda asing maupun jaringan lokal yang mati. Irigasi untuk mengurangi kepadatan
kuman dengan cara mencuci luka dengan larutan fisiologis dalam jumlah banyak baik
d. Stabilisasi
Untuk penyembuhan luka dan tulang sangat diperlukan stabilisasi fragmen tulang, cara
stabulisasi tulang tergantung derajat patah tulang terbukanya dan fasilitas yang ada. Pada
derajat 1 dan 2 dapat dipertimbangkan pemasangan fiksasi dalam secara primer, untuk
derajat 3 dianjurkan fiksasi luar. Stabilisasi ini harus sempurna agar dapat segera dilakukan
2. Fraktur tertutup
dengan memberikan traksi secara lanjut dan counter traksi yaitu memanipulasi serta
imobilisasi eksternal dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yaitu dengan memberikan
a. Rekoknisis/Pengenalan
Riwayat kajian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya.
b. Reduksi/ Manipulasi/Reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang supaya kembali secara optimal seperti semula.
Dapat juga diartikan reduksi fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang
Penanganan intraoperative pada fraktur terbuka derajat III yaitu dengan cara reduksi
terbuka di ikuti fiksasi eksternal OREF sehingga diperoleh stabilisasi fraktur yang baik.
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang
yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi agar fragmen tulang
agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra
Modullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur
transfer.
f. Retensi/Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau internal. Metode fiksasi
eksternal meliputi pembalutan gips, bidai, traksi kontinu, dan teknik gips atau fiksator
eksternal. Implant logam dapatdigunakan untuk fiksasi internal untuk imobilisasi fraktur.
1.1.9 Komplikasi
Menurut Sylvia and Price, komplikasi yang biasanya ditemukan antara lain :
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,
cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan
oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya
otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema
atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan
dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus
fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning
masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin
dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang
bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
A. Identitas klien
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama pada masalah fraktur yaitu nyeri. Nyeri akut atau kronik tergantung
berapa lamanya serangan. Unit memperoleh data pengkajian yang yang lengkap mengenai
data pasien di gunakan. Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah rasa
nyeri. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap mengenai rasa nyeri pasien, perawat
Pada pasien patah tulang disebabkan karena trauma / kecelakaan, dapat secara
sekitar tulang yang mengakibatkan nyeri, bengkak, pucat/perubahan warna kulit dan terasa
kesemutan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien mengalami patah tulang paha atau pasien pernah punya penyakit menurun
Klien fraktur apakah akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal hygiene
atau mandi.
Klien fraktur tidak ada perubahan nafsu makan, walaupun menu makanan disesuakan dari
rumah sakit.
c. Pola eliminasi
Perubahan BAK/BAB dalam sehari, apakah mengalami kesulitan waktu BAB di kaenakan
imobilisasi, feses warna kuning, pada pasien fraktur tidak ada gangguan BAK.
Kebiasaan pada pola tidur apakah ada gangguan yang disebabkan karena nyeri, misalnya
Aktivitas pada klien yang mengalami gangguan karena fraktur mengakibatkan kebutuhan
Klien mengalami gangguan percaya diri sebab tubuhnya perubahan pasien takut cacat /
tidak dapat bekerja lagi.
Adanya nyeri yang disebabkan kerusakan jaringan, jika pada pola kognotif atau pola
Terjadi hubungan peran interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna sehingga menarik
diri.
kondisinya.
Jika pasien sudah berkeluarga maka mengalami perubahan pola seksual dan reproduksi,
jika pasien belum berkeluarga pasien tidak mengalami gangguan pola reproduksi seksual.
Terjadi kecemasan/stress untuk pertahanan klien meminta mendekatakan diri pada Allah
SWT
1) Keadaan umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
2) Kepala dan Leher:Melihat bentuk, massa, warna kulit kepala, keluhan seperti pusing,
sakit kepala, tengkuk terasa sakit, pada leher apakah terdapat kekakuan, benjolan,
vena jugularis,atau keluhan lainnya.
3) Mata: Melihat bentuk mata, warna konjungtiva, keadaan pupil, apakah terdapat
padangan kabur, apakah terdapat riwayat operasi.
4) Hidung: Apakah terdapat pembengkakan, perdarahaan, apakah terdapat sinus.
5) Mulut dan Tenggorokan; Melihat kondisi warna bibir, mukosa, apakah terdapat ulkus,
lesi, perdarahan pada gusi, kesulitan menelan, sakit tenggorokan.
6) Telinga: Melihat bentuk telinga, warna, apakah terdapat lesi, apakah memakai alat bantu
pendengaran
7) Jantung
a. Inspeksi: Apakah terlihat denyutan ictus cordis di ICS V midclavicula sinistra
b. Palpasi: Apakah terdapat nyeri tekan, lesi, teraba atau tidak denyutan ictus cordisnya.
c. Perkusi: Batas-batas jantung, Apex cordis, Basis cordic, Facies anterior
(sternocostalis), Facies posterior (mediastinalis), Facies inferior (diaphragmatica)
d. Auskultasi: Mendengarkan BJ I, BJ II, suara jantung tambahan seperti gallop, murmur
8) Paru-paru
a. Inspeksi : Melihat bentuk thoraks, pola pernafasan, tanda kesulitan bernafas.
b. Palpasi: Apakah terdapat nyeri tekan, focal fremitus.
c. Perkusi: Untuk mengetahui suara paru seperti redup, sonor, pekak.
d. Auskultasi: Untuk mendengarkan suara nafas, suara tambahan seperti wheezing, ronki
9) Payudara dan ketiak: Apakah terdapat benjola, bengkak, nyeri tekan dan kesimetrisan
antara payudara kanan dan kiri.
10) Abdomen
a. Inspeksi:Melihat bentuk,lesi,apakah ada benjolan atau massa.
b. Auskultasi: Mendengarkan peristaltic usus.
c. Palpasi: Untuk mengetahui apakah terdapat nyeri tekan ,benjolan massa, tanda asites
d. Perkusi: Untuk mengetahui suara abdomen, shifting dullness.
11) Genetalia: Menanyakan bagiamana siklus menstruasi atau apakah terdapat keluhan lain
pada daerah genetalia.
12) Ekstremitas atas dan bawah: bagaimanan kekuatan ototnya, apakah terdapat
kontraktur, deformitas, edema, nyeri tekan, lesi.
13) Kulit dan kuku: apakah terdapat lesi, tugor, jaringan parut, bagaimana tekstur kulit,
Pada kuku melihat warna, bentuk, dsb.
Hari/
Tgl Diagnosa Ttd/Inisial
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan Perawat
Jam
1 Observasi
23 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan intervensi 3 x 24 jam, maka Nyeri 1 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Feb Agen pencedara akut Menurun, dengan keriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
2021 fisik
1 2 3 4 5 2 Identifikasi skala nyeri
08.00
1. Melaporkan nyeri X √ 3 Identifikasi respon nyeri non verbal
RISKA SRI
terkontrol meningkat 4 Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
2. Keluhan nyeri X √
menurun Terapeutik
23 Resiko jatuh b/d Setelah dilakukan intervensi 3 x 24 jam, maka 1 identifikasi faktor resiko jatuh
Feb penggunaan alat Resiko jatuh Menurun, dengan keriteria hasil :
2021 bantu berjalan 2 identifikasi faktor lingkungan yang
(Krug) meningkatkan resiko jatuh misalnya lantai
1 2 3 4 5 licin, penerangan kurang
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan
Pelaksanaan tindakan kepewaratan pada klien fraktur femur dilakukan sesuai dengan
perencanaan keperawatan yang letah ditentukan, dengan tujuan unutk memenuhi kebutuhan
pasien secara optimal.
Nama Mahasiswa : Riska Sri Puji Lestari Tempat Praktik : Dsn Gebyak
NIM : AOA0190912 Tanggal Praktik : 22 Februari 2021
A. Identitas Klien
Nama : Ny. Suci
Usia : 60 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dsn Gebyak
No. Tlp : 081231640XXXX
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Sumber Informan : Pasien sendiri
(√) DPT
4. Kebiasaan
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan
: Sudah meninggal
E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah
Kebersihan Bersih
Bahaya Kecelakaan Tidak Ada
Polusi Tidak Ada
Ventilasi Ada
Pencahayaan Ada
F. Pola Aktivitas-Latihan
G. Pola Nutrisi-Metabolik
Jenis Di Rumah
Frekuensi/pola Teratur
Porsi yg dihabiskan 1 porsi
Komposisi menu Nasi, sayur dan lauk
Pantangan Tidak ada
Nafsu makan Baik
Sukar menelan (padat/cair) Tidak ada
Pemakaian gigi palsu (area) Tidak ada
Riwayat Masalah penyembuhan Tidak ada
Luka
H. Pola Eliminasi
Jenis Di Rumah
BAB
Frekuensi/pola 1x sehari
Konsistensi Padat
Warna & bau Kuning kecoklatan
Kesulitan Tidak ada
Upaya Mengatasi Tidak ada
BAK
Frekuensi/pola 6x sehari
Warna & bau Kuning jernih
Konsistensi Cair
Kesulitan Tidak
Upaya Mengatasi Tidak Ada
Jenis Di Rumah Di RS
Tidur siang
Lamanya 2 jam
Jam… s/d ….. 12.30-14.40
Kenyamanan setelah tidur
Tidur malam
Lamanya 6 jam
Jam… s/d ….. 22.00-04.00
Kenyamanan setelah tidur
Kebiasaan sebelum tidur Mengaji
Kesulitan Tidak ada
Upaya yg dilakukan
Jenis Di Rumah
Mandi : Frekuensi 2x sehari
Penggunaan sabun Iya
Keramas : Frekuensi 2 hari sekali
Penggunaan sampo Iya
Gosok gigi : Frekuensi 2 kali sehari
Penggunaan odol Iya
Kesulitan Tidak ada
Upaya yg dilakukan
L. Pola Peran-Hubungan
Peran dalam keluaraga : ibu rumah tangga.
Sistem pendukung :Tidak ada
Kesulitan dalam keluarga: Tidak ada
Masalah tentang peran atau hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Tidak
ada
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: Tidak ada
M. Pola Komunikasi
Bicara
( √ ) Normal
( - ) Tidak jelas
( - ) Bicara berputar-putar
( √ ) Mampu mengerti pembicaraan orang
Bahasa utama: Bahasa Indonesia
Bahasa daerah: Jawa
Tempat Tinggal :
1. ( √) Sendiri
2. ( ) Kos/Kontrak
3. ( ) Bersama orang lain
Kehidupan Keluarga
1. Adat istiadat yang dianut: Jawa
2. Penghasilan :
( ) < Rp 250.000,00 ( ) Rp 1 Juta-1,5 juta
( √ ) Rp 250.000-500.000 ( ) Rp 1,5 Juta – 2 juta
( ) Rp 500.000 – 1 Juta
N. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: ( ) Ada ( √ ) Tidak Ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan: Tidak ada
O. Pola Nilai dan Kepercayaan
1. Apakah Tuhan,Agama,Kepercayaan penting: ( √ ) Ya ( ) Tidak
2. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan dirumah: Sholat 5 waktu.
P. Pemeriksaan Fisik
Bentuke Warna :
Lesi : .Tidak Massa :
Nyeri : Tidak Fgs pendengaran : Baik
3. Thorax
Dada
a) Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, warna kulit merata
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris
c) Perkusi : Suara sonor
d) Auskultasi : Suara S1 dan S2
Jantung :
a. Inspeksi : simetris normal, tidak ada lesi, warna kulit merata
b. palpasi : teraba iktus koris pada interkostalis ke 5, 2 cm ari midklavikularis kiri
c. Perkusi : Suara redup
d. Auskultasi : Suara S1 dan S2
5. Abdomen
a. Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada benjolan , tidak ada luka
b. Auskultasi : peristaltik usus 10 kali permenit
c. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan/massa, tidak adaa tanda asites,
d. Perkusi : terdengar suara timpani di seua kuadran abdomen
7. Ekstremitas
a) Ekstremitas atas : Kedua tangan tidak terjadi kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak
terdapat edema, kekuatan otot 5, kuku pada jari tangan terlihat bersih
b) Ekstremitas bawah :
1. Keluhan kesulitan bergerak pada ekstrimitas : Ya
2. Keluhan lelah saat aktivitas : Ya
3. Kekuatan otot: 5 5
2 5
4. Tidak ada Kelainan ekstremitas
5. Tidak ada Kelainan tulang belakang
6. Keluhan nyeri:
P : Jatuh karena Kecelakaan sepedah motor
Q : Ditusuk-tusuk
R : Tidak menjalar
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri di malam hari, terutama saat dingin
7. Turgor kulit : Cepat (< 2 detik)
8. Luka : Terdapat luka di paha kanan
9. Latihan ROM : Aktif
Resiko Jatuh
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d Agen pencedara fisik 23 Feb 2021 25 Feb 2021
Hari/
Tgl Diagnosa Ttd/Inisial
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan Perawat
Jam
23 Resiko jatuh b/d Setelah dilakukan intervensi 3 x 24 jam, maka 1 identifikasi faktor resiko jatuh
Feb penggunaan alat Resiko jatuh Menurun, dengan keriteria hasil :
2021 bantu berjalan 2 identifikasi faktor lingkungan yang
(Krug) meningkatkan resiko jatuh misalnya lantai
1 2 3 4 5 licin, penerangan kurang
Nama
Diagnosa
No Tanggal Jam Implementasi (Tanda Tangan
Keperawatan
Perawat)
24 Feb 09.50 2. Menganjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin dan berkonsentrasi
2021 - untuk menjaga keseimbangan tubuh
selesa
i 3. Menganjurkan konsentrasi agar menjaga keseimbangan tubuh
1. Melaporkan X √
nyeri terkontrol
meningkat
2. Keluhan nyeri X √
menurun
X
3. Meringis gelisah
P : Lanjutkan Intervensi 1, 2
2. Rentang gerk X √
meningkat (ROM)
3. Kaku sendi X √
menurun
4. Gerakan terbatas
menurun X √
A : Masalah belum teratasi
1 2 3 4 5
3. Jatuh saat
berjalan atau di X
kamar mandi
menurun
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi