Gambar 1.1 (a) Elemen tanah dalam keadaan asli; (b) tiga fase elemen tanah
(Sumber : Das, 1995)
Gambar 1.1 (a) menunjukkan suatu komposisi tanah dengan volume (V)
dan berat (W). Dari gambar tersebut dapat dibuat ilustrasi gambar komponen
penyusun tanah yang dibedakan menjadi butiran, air dan udara. Gambar 1.1 (b)
adalah tiga fase elemen tanah yang dapat digunakan untuk membuat hubungan berat
volume tanah yaitu berat butiran padat. Tabel 1.1 menunjukkan besarnya nilai
kesesuaian antara tipe tanah dengan angka pori, kadar air dan berat volume kering
tanah pada kondisi asli.
Pengujian volumetri gravimetri ini dapat digunakan untuk mencari sifat fisik
tanah. Sifat fisik tanah dapat dilihat dari nilai parameter beberapa pengujian.
Diantaranya yaitu :
1. Pengujian Berat Volume Tanah (γ)
Perbandingan antara berat total dengan volume tanah, dapat dihitung dengan :
1
𝑊
𝛾= dalam satuan gr/cm3 atau bergantung dengan ukuran yang dilakukan di
𝑉
laboratorium.
2. Pengujian Kadar Air (Wc)
Kadar air atau water content merupakan perbandingan antara berat air dan berat
butiran padat dari volume tanah yang di uji yang dinyatakan dalam persen. Kadar
air yang menguap dibagi dengan berat tanah kering sehingga di peroleh rumus :
Ww
w= dalam satuan persen (%)
Ws
Tabel 1.1. Angka Pori, Kadar Air, dan Berat Volume Kering untuk Beberapa Tipe Tanah
yang Masih Dalam Keadaan Asli
butiran bersudut
Lempung Kaku 0,6 21 108 17
Lempung Lembek 0,9 - 1,4 30 - 50 73 - 93 11,5 - 14,5
Tanah 0,9 25 86 13,5
Lempung Organik Lembek 2,5 - 3,2 90 - 120 38 - 51 6-8
Glacial Till 0,3 10 134 21
Sumber : Das (1995)
2
tertentu yang dapat diidentifikasi jenis tanah atau kandungan mineral tanah. Nilai
Gs = 2,67 umumnya digunakan untuk tanah tanpa kohesi dan nilai 2,70 untuk
tanah liat anorganik. Pengujian nilai Gs setidaknya dilakukan sebanyak 3 kali
untuk memperoleh nilai yang representative.
Tabel 1.2 Berat Jenis Tanah (Specific Grafity) Terhadap Beberapa Jenis Tanah
3
1.2 Prosedur Praktikum
Pada pengujian berat volume, pengujian kadar air dan pengujian Gs contoh yang
digunakan adalah sama. Tanah yang digunakan adalah tanah dalam bentuk tidak terganggu
(undisturbed) yang disimpan pada tabung Shelby sebelum digunakan. Jenis tanah yang
digunakan dapat tanah berbutir kasar (pasir) atau tanah berbutir halus (lanau dan lempung).
A. Prosedur Pengujian Berat volume tanah dan Pengujian Kadar air Tanah
Bahan
Sampel tanah yang sudah dikeluarkan dari extruder dibentuk menjadi kubus dengan
ukuran kira – kira 2 x 2 x 2 cm.
Peralatan
1. Gelas kaca diameter 6 cm dengan ketinggian 6 cm.
2. Kaca datar.
3. Mangkok peluberan.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
5. Cawan.
6. Penggaris besi
7. Piknometer
Pelaksanaan Pengujian
1. Ambil contoh tanah asli dari Tabung Shelby.
4
4. Menimbang berat sampel tanah
Dengan keterangan :
W1 = berat sampel tanah (gram).
Wct = berat sampel tanah + berat cawan (gram).
5
10. Pindahkan air raksa yang luber dari mangkok peluberan kemudian cawan yang
berisi air raksa ditekan kembali dengan kaca datar. Akibat dari penekanan kaca
datar tersebut maka air raksa kembali tumpah karena terdapat volume tanah.
6
17. Ambil sampel tanah yang sudah di oven selama 24 jam, diamkan sebentar di suhu
ruang supaya suhu pada tanah kembali normal.
18. Timbang untuk mengetahui berat sampel tanah + cawan setelah di oven.
Kadar air adalah berat air yang menguap dibagi dengan berat tanah kering. Sehingga
diperoleh rumus sebagai berikut:
(W2 W3 )
w 100%
(W3 W1 )
Dengan keterangan :
w = kadar air (%)
W1 = berat cawan (gram)
W2 = berat cawan + contoh tanah (gram)
W3 = berat tanah kering + cawan (gram)
7
6. Kocok air suling dan tanah tersebut hingga tercampur rata sampai keluar
gelembung.
8
W4
Gs (tanpa satuan)
(W3 W4 ) W2
dengan keterangan:
W2 = berat air + tanah + piknometer (gram)
W3 = berat piknometer + air suling (gram)
W4 = berat tanah kering (gram)
Gs umumnya ditentukan atas dasar berat volume air suling pada temperatur 20°C,
sehingga :
Gs (pada 20°C) = Gs (pada T1°C) x w (pada T1°C) / w (pada 20°C)
= Gs (pada T1°C) . A
9
1.3 Hasil dan Analisa Praktikum
A. Berat volume tanah
Tabel 1.4 Contoh Hasil Praktikum Berat Volume Tanah (γ)
Nomor Cawan Satuan 51 52 21
Berat cawan Gram 47,4 47,9 49,6
Berat tanah basah (W1) Gram 15,8 14,9 17,2
Berat air raksa yang dipindahkan oleh
Gram 119,7 122,8 137
tanah yang di test (W2)
Volume tanah (V)
𝐖𝟐 cm³ 8,80 9,02 10,01
𝟏𝟑, 𝟔
Berat volume tanah
𝐖𝟏 gram/cm³ 1,79 1,65 1,70
(γt) = 𝐕
Dari hasil percobaan yang diperoleh pada tabel 1.4 (Praktikum Berat Volume
Tanah) saat praktikum tersebut dapat dihitung volume tanah (V), berat volume tanah
(γt) dan berat volume tanah asli (γd)
Cawan nomor 51
15,8
o V = 13,6 = 8,80 cm³
15,8
o γt = = 1,7954 cm³
8,80
1,7954
o γd = 1+0,4363 = 1,25 gr/cm3 =12,5 kN/m3
1. dari perhitungan berat volume basar didapat berat volume dengan range 1,65 –
1,79 gram /cm3.
2. Dengan berat volume kering sebesar 1,12 – 1,25 gram /cm3.
3. Dan dengan kadar air rata rata 11,8 gram/cm 3.
10
B. Perhitungan Kadar Air
Berikut adalah hasil pengujian kadar air, dapat dilihat pada tabel 1.5
Tabel 1.5 Tabel Hasil Praktikum Kadar Air (Wc)
Nomor cawan Satuan 51 52 21
Berat cawan (W1) gram 47,4 47,9 49,6
Berat cawan + tanah
gram 63,2 60,8 66,8
basah (W2)
Berat cawan + tanah
gram 58,4 58,1 61,4
kering (W3)
Kadar air (Wc)
(𝑾𝟐 − 𝑾𝟑) % 43,63 46,07 45,76
𝒙𝟏𝟎𝟎%
(𝑾𝟑 − 𝑾𝟏)
Sumber : Data Praktikum Mekanika Tanah 1 (2019)
Dari hasil percobaan yang diperoleh pada tabel 1.5 , saat praktikum tersebut
dapat dihitung kadar air (Wc), W, Ws, Ww, berat volume tanah kering (γd).
Cawan nomor 51
(63,2−58,4)
o Wc= (58,4−47,4) 𝑥100% = 43,63%
1. Dari hasil perhitungan kadar air dan kemudian di rata rata mendapatkan nilai
sebesar 45,15%.
2. Pada hasil kadar air diatas termasuk diantara nilai 30 - 50%, maka tipe tanah yang
didapat adalah tipe tanah lempung lembek. Dari hasil analisis diatas diklasifikasikan
kedalam tabel 1.6 (Klasifikasi berat volume dan kadar air).
11
C. Spesific Gravity
Berikut adalah contoh hasil pengujian dan analisis untuk Specific Gravity (Gs)
Tabel 1.7 Contoh Analisis Specific Gravity (Gs)
Test no. 1 2
Nomer Piknometer 6 5
Berat Piknometer, Wp 487 457
Berat Piknometer + tanah kering, W1 586 555
Berat Piknometer + tanah + air, W2 722 725
Berat Piknometer + air suling, W3 660 663
Berat tanah kering, W4 99 98
W4
Gs (pada T1°C) 2,676 2,722
(W3 W4 ) W2
Berdasarkan hasil dari dua percobaan, diperoleh nilai Gs sebesar 2,67 – 2,72 jika
disesuaikan sesuai dengan Tabel 1.2 dan tabel 1.3 maka dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Dari nilai Gs sebesar 2.67 masuk dalam jenis tanah lempung organic dengan
kandungan mineral tanah sodium and calcium feldspar.
2. Dan dari nilai Gs sebesar 2,72 masuk kedalam jenis tanah lempung anorganic
dengan kandungan mineral sodium dan calcium feldspar.
1.4. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian volumetri gravimetri, hasil yang didapatkan adalah
sebagai berikut:
1. Berat Volume Kering.
2. Kadar Air.
3. Spesific Gravity.
12
BAB II
PENGUJIAN ATTERBERG LIMIT
13
Kadar air ditentukan dengan membuat grafik hubungan antara jumlah ketukan
(skala log) dengan kadar air dari setiap percobaan. Dari garis linier percobaan tersebut
pada pukulan 25 yang didefinisikan sebagai batas cair (Liquid Limit).
Gambar 2.4. contoh tanah sebelum diuji batas cair dan setelah diuji
(Sumber : Das, 1995)
14
2. Batas susut (SL)
Tanah akan mencapai suatu tingkat keseimbangan dimana penambahan kehilangan
air tidak akan menyebabkan perubahan volume yang signifikant. Dimana perubahan
suatu massa tanah terhenti didefinisikan sebagai batas susut (shrinkage limit). Dalam
pengujian ini membuat sebuah pasta tanah yang dimasukkan kedalam mangkuk
porselin yang diberi pelumas kemudian diangin – angina dalam suhu ruang. Dilakukan
penimbangan tiap jam atau jam untuk penimbangan dapat ditentukan sendiri, sampai
tidak ada perubahan berat atau hamper konstan dapat dioven. Proses pengujian batas
susut dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut.
15
Sifat plastis dari tanah disebabkan oleh air yang terserap oleh partikel partikel mineral
lempung, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mineral lempung mempengaruhi batas
plastis dan batas cair tanah yang bersangkutan. Batas batas tersebut digunakan untuk
memberikan informasi mengenai sifat tanah kohesif.
Dari pengujian batas cair, batas plastis dan batas susut dapat diperoleh kandungan
mineral dalam tanah bergantung batasan nilai menurut Mitchel (1972) pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Harga - Harga Batas Atterberg Untuk Mineral Lempung
Mineral Batas Cair Batas Plastis Batas Susut
Montinorillonite 100-900 50-100 8,5-15
Nontronite 37-72 19-27
Illite 60-120 35-60 15-17
Kaolinite 30-110 25-40 25-29
Halloysite terhidrasi 50-70 47-60
Halloysite 35-55 30-45
Attapulgite 160-230 100-120
Chlorite 44-47 36-40
Allophane 200-250 130-140
Sumber : (Mitchell, 1976), Das (1995)
16
Prosedur Pengujian
1. Siapkan bahan dan peralatan pengujian Batas Cair.
2. Sampel tanah yang sudah siap dimasukkan kedalam mangkok kurang
lebih 3 sendok. Kemudian tambahkan air ke dalam mangkok yang berisi
sampel tanah.
3. Aduk sampel tanah yang tercampur dengan air hingga keadaan lembek
atau plastis.
4. Tanah yang sudah tercampur dengan air dalam kondisi plastis
dimasukkan kedalam mangkok casagrande. Permukaan tanah dibuat
rata dengan sendok, tebal tanah terendam ± 8 mm (seperti Gambar 2.7)
kemudian tanah dibuat alur.
Gambar 2.8. Keadaan Tanah Setelah Dibuat Alur dan Keadaan Tanah
setelah diketuk pada mangkok Casagrande
Wc %
W2 W3 100%
W2 W1
18
1. Satu benda uji dengan hasil ketukan diatas 25, dua benda uji dibawah ketukan 25.
2. Dua benda uji diatas ketukan 25 , satu benda uji dibawah 25.
Hasil pengujian dari sampel kemudian diplot dalam satu grafik seperti pada
Gambar 3.2 kemudian diperoleh nilai batas cair (liquid limit).
19
3. Masukkan sampel tanah kurang lebih 3 sendok ke dalam mangkok yang
sudah disediakan.
4. Campurkan air ke dalam mangkok yang berisi sampel tanah dan asuk
hingga keadaan lembek atau dalam keadaan pasta.
5. Jika sudah dalam kondisi pasta, maka sampel tanah dimasukkan ke
dalam cawan 1/3 dari volume cawan, sambil diketuk secara pelan-pelan
supaya tanah dapat merata untuk mengisi 1/3 dari volume cawan.
6. Kemudian tambahkan lagi 2/3 dari volume cawan dan sambil diketuk
secara pelan supaya tanah dapat merata untuk mengisi 2/3 volume can.
7. Setelah menambahkan 2/3 sampel tanah, maka tambahkan sampel tanah
hingga memenuhi volume cawan secara penuh, lalu ketuk pelan hingga
volume cawan benar-benar terpenuhi dan pastikan bahwa volume cawan
terisi penuh oleh sampel tanah tanpa adanya rongga udara.
10. Apabila sudah konstan maka cawan yang berisi sampel tanah dapat
dimasukkan ke dalam oven.
11. Umumnya pengeringan dilakukan selama 8 jam, maka proses
menimbang dari tanah + mangkok adalah sebagai berikut :
Penimbangan pertama : WA diangin anginkan 4 jam
20
Penimbangan kedua : WB diangin anginkan 8 jam
Jika sampel tanah sudah konstan maka tanah bisa dimasukkan
kedalam oven selama 24 jam
Apabila tanah sudah benar – benar kering maka WA = WB . Berat tanah
+ mangkok yang sudah kering tersebut ditimbang beratnya = W 3.
Kemudian tanah yang sudah kering tersebut dikeluarkan dari mangkok.
12. Volume dari cawan shrinkage limit dapat diketahui dengan cara
sebagai berikut:
13. Volume tanah kering dilakukan percobaan yang hampir sama seperti
pada poin 4 yaitu :
21
14. Kadar air contoh tanah mula – mula yang ada dalam mangkok
shrinkage limit adalah :
15. Perubahan kadar air (%) dari tanah tersebut sampai tercapainya batas
kerut (Shrinkage limit) adalah seperti pada gambar grafik.
SL Wc%
Vi Vf w
berat _ ker ing _ dari _ pasta _ tan ah
Sehingga batas kerut :
W W5
SL Wc% 4
1
100%
13,6 W3 W1
dengan keterangan :
SL = Shrinkage limit (%)
W1= berat mangkok (gram)
W3= berat tanah kering + mangkok (gram)
W4= berat air raksa dalam mangkok (gram)
W5= berat air rakya yang tumpah (gram)
w = berat volume air (1 gram/cm3)
22
2.2.3 Batas Plastis (Plastic Limit)
Bahan pengujian.
Sampel tanah lolos ayakan 50.
Air Suling.
Peralatan pengujian.
Sendok pengaduk.
Oven.
Cawan.
Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
Alas keramik.
Prosedur Pengujian
1. Ambil beberapa bagian tanah yang berasal dari pengujian batas cair
kemudian ditambahkan dengan tanah kering yang belum dicampur dengan
air.
2. Sampel tanah digelintir diatas plat kaca sampai retak – retak pada diameter
3 mm. Apabila belum dapat sampai retak diameter 3 mm, maka
ditambahkan air sembari diremas lagi sehingga menambah
kelembekannya. Kemudian digelintir lagi sehingga pada diameter 3 mm
timbul retak – retak.
Catatan :
Digelintir : digulung – gulung dengan jari tangan arah bolak - balik.
Batas plastis adalah bila tanah digelintir pada diameter 3.0 mm
mulai retak.
Bila kadar air lebih tinggi maka tanah digelintir diameter 3.0 mm tanpa
retak. Sebaliknya bila kadar air lebih rendah maka tanah akan retak
sebelum diameter 3.0 mm.
3. Hasil tanah yang sudah digelintir kemudian diletakkan diatas cawan yang
sudah terlebih dahulu ditimbang beratnya.
23
untuk mendapatkan harga Plastic Limit (PL) menggunakan rumus:
W2 W3
PL Wc % 100%
W3 W1
Dengan ketarangan:
Wc = kadar air (%)
24
2.3. Hasil dan Analis praktikum
A. Batas cair (LL)
Berikut adalah contoh hasil pengujian dan analisis untuk Batas Cair (Liquid Limit).
Tabel 2.2. Contoh Hasil Pengujian Batas Cair (LL)
Test no. 1 2 3
Cawan no. 8 21 25
Berat Cawan, W1 15,26 17,01 15,17
Berat Cawan + Tanah
29,30 31,58 31,45
Basah, W2
Berat Cawan + Tanah
25,84 27,72 26,96
Kering, W3
Kadar Air, w (%) 32,70 36,04 38,10
Jumlah Pukulan, N 35 23 17
Sumber : Data Praktikum Mektan 1(2019)
1. Menghitung Kadar air (w)
29,30 25,84
Test no.1 = 100% 32,70%
25,84 15,26
31,58 27,72
Test no.2 = 100% 36,04%
27,72 17,01
31,45 26,96
Test no.3 = 100% 38,10%
26,96 15,17
Berdasarkan hasil analisis kadar air, langkah selanjutnya adalah membuat grafik
hubungan antara kadar air dengan jumlah ketukan.
25
Dimana perbandingan antara kadar air dan jumlah ketukan dapat dijelaskan
bahwa dengan jumlah 25 ketukan diperoleh garis linier diantara jumlah ketukan dan
kadar air dapat diketahui harga harga batas Atterberg untuk kandungan mineralnya.
B. Batas plastis (PL)
Berikut adalah contoh hasil pengujian dan analisis untuk Batas Plastis (Plastis Limit)
Tabel 2.3. Contoh Hasil Pengujian Batas Plastis (PL)
Test no 1 2
Cawan no. 20 70
Berat Cawan, W1 21,53 22,59
Berat Cawan + Tanah Basah, W2 24,17 24,59
Berat Cawan + Tanah Kering,
23,77 22,59
W3
W2 W3
PL 100% 17,90 17,70
W3 W1
Sumber : Data Praktikum Mektan (2019)
IP = LL-PL 49,42%
Sumber : Praktikum Mekanika Tanah 1(2019)
26
2. Perhitungan Plastic Index :
IP = LL – PL
IP = 71,50 – 22,08 = 49,42%
Berikut Hasil Pengujian Dan Analisis Untuk Batas Susut (Shrinkage Limit)
Tabel 2.5. Hasil Pengujian Batas Susut (SL)
Nomor cawan 08 33
Berat cawan (W1) Gram 17,8 17,7
Berat cawan + tanah basah (W2) Gram 49,6 47,6
Berat cawan + tanah kering (W3) Gram 37,6 36,1
(𝐖𝟐 − 𝐖𝟑) 60,60% 62,5%
𝐖𝐢 = 𝐱𝟏𝟎𝟎%
(𝐖𝟑 − 𝐖𝟏)
Berat air raksa yang dipakai untuk Gram 275,0 274,4
mengisi cawan (W4)
Berat air raksa yang dipindahkan Gram 150,4 138,5
oleh tanah yang ditest (W5)
(𝐖𝟒 − 𝐖𝟓) 46,27% 54,30%
𝐖= 𝐱𝟏𝟎𝟎%
𝟏𝟑, 𝟔(𝐖𝟑 − 𝐖𝟏)
SL=Wi-W 14,33% 8,19%
Sumber : Data Praktikum Mektan (2019)
o SL = 62,5%-54,30% = 8,19%
Sample tanah 2 Cawan no 08
(275,0−150,4)
o W = 13,6(37,6−17,8) x100% = 46,27%
27
(29,6−37,6)
o Wi = (37,6−17,8) x100% = 60,60%
o SL = 60,60%-46,27% = 14,33%
4.4. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian Atterberg Limit, hasil yang didapatkan adalah sebagai
berikut:
1. Batas Cair (Liquid Limit).
2. Batas Plastis (Plastic Limit).
3. Batas Susut (Shrinkage Limit).
28
BAB III
KLASIFIKASI TANAH
29
Gambar 3.1. Analisa Ayakan
Sumber : Modul praktikum Mektan 1 (2019)
Analisa Hydrometer dilakukan untuk tanah berbutir halus yang lolos ayakan nomer
200 dengan persentase lolos ayakan melebihi 50 %. Tanah yang butirnya sangat kecil
yakni lebih kecil dari No.200 (0,075 mm) tidak efektif lagi disaring dengan saringan yang
lebih kecil dari No.200 bila ingin menentukan besaran butirnya (SNI 3423:2008). Tujuan
melakukan Analisa Hydrometer ini untuk mrngetahui ukuran butiran tanah yang berbutir
halus masuk dalam jenis tanah Silt (lanau) atau Clay (lempung). Analisis hydrometer
didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir-butir tanah dalam air. Bila siatu
contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan mengendap dengan
kecepatan yang berbeda-beda, tergantung pada bentuk, ukuran dan beratnya. Semua
partikel tanah tersebut, untuk mudahnya, dapat dianggap berbentuk bola (bulat), dan
kecepatan mengendap dari partikel-partikel tersebut dapat dinyatakan dalam Hukum
Stokes :
v = ((𝑠 −) 𝛾𝑤)/(18 η) 𝐷^2
30
Dimana: v = kecepatan mengendap
𝛾_𝑠 = bobot isi tanah
𝛾_𝑤 = bobot isi air
Η = kekentalan air
D = diameter partikel tanah
31
Gambar 3.3. Grafik Analisa Ayakan
Sumber : Lab Mekanika Tanah
Data Uji Analisa Ayakan, Hasil data analisa ayakan dapat di plot pada gambar grafik
Analisa saringan Dengan sumbu X adalah ukuran butiran tanah, sedangkan Y adalah persentase
butiran tanah yang lolos ayakan. Dari hasil plot data tersebut maka dapat diketahui data D60,
D30, dan D10 yang kemudian digunakan untuk menghitung Cu dan Cc yang berguna untuk
menentukan jenis tanah berdasarkan metode Unified atau USCS.
Untuk menentukan gradasi tanah dapat dicari dengan rumus :
1. Cu = koefisien keseragaman
𝐷602
Cu = 𝐷10
2. Cc = koefisien gradasi
𝐷602
Cc = 𝐷60 𝑥 𝐷10
System klasifikasi AASHTO ini diberikan dalam tabel 3.2 klasifikasi tanah system
AASHTHO. Berdasarkan ukuran butiran tanah yang lolos Analisa ayakan , Plastisitas tanah
dengan menggunkan batas batas Atterberg yang telah diuji di bab sebelumnya. System
klasifikasi AASHTO ini dengan mencocokkan data dari hasil uji kedalam table 3.2. dari kolom
sebelah kiri ke kolom sebelah kanan hingga ditemukan angka angka yang sesuai.
32
Tabel 3.2. Klasifikasi tanah sistem AASHTHO.
33
Sistem klasifikasi unifield mengelompokkan tanah ke dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil) yaitu tanah kerikil dan pasir dimana
kurang dari 50% berat total contoh tanah yang lolos ayakan no. 200. Simbol dari
kelompok ini dimulai dengan hurus awal G atau S. G adalah untuk kerikil (Gravel)
atau tanah berkerikil. Dan S adalah untuk tanah pasir (sand) atau tanah berpasir
2. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil) yaitu tanah dimana lebih dari 50% berat
total contoh tanah ayakan tanah lolos no. 200, harus dilakukan pengujian hydrometer
untuk mengetahui pembagian jenis tanah berbutir halus. Simbol dari kelompik ini
dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (clay)
anorganik, dan O untuk lanau-anorganik dan lempung organik. Simbol PT
digunakan untuk tanah gambut (peat), muck, dan tanah tanah lain dengan kadar
organik tinggi.
34
Tabel 3.3. Sistem klasifikasi tanah Unifield.
35
3.2. Prosedur Praktikum
3.2.1 Bahan dan Peralatan Praktikum
Bahan
Sampel tanah kering yang sudah dioven
Peralatan
Satu set ayakan
Oven
Timbangan
Alat penumbuk
Mesin pengguncang ayakan
3.2.2 Prosedur Praktikum
1. Siapkan bahan dan peralatan pengujian ayakan.
2. Apabila tanah masih ada yang menggumpal maka ditumbuk supaya butiran
yang melekat terpisah. Contoh tanah yang akan diuji ditimbang beratnya =
W
3. Bila ukuran butiran tanah dominan besar, berat sampel untuk pengujian =
500 gram. Namun apabila ukuran tanah dengan dominan halus, berat
sampel untuk pengujian > 500 gram.
36
Wtot = Berat total setelah diayak = W1 + ...+ Wp
Sedangkan untuk menghitung berapa persen tanah yang hilang selama tes
menggunakan rumus sebagai berikut:
W Wtot
Tanah yang hilang selama tes = 100% 2%
Wtot
dengan W = berat tanah awal sebelum diayak
Diameter % Butiran
No berat tanah yang Kumulatif % berat tanah % kumulatif
lubang tanah lolos
Ayakan tertinggal (gr) tertahan (gr) tertahan tertahan
(mm) ayakan
A B C D E F G
3 6,3 63,7 63,7 12,77 12,77 87,23
4 4,75 31,7 95,4 6,36 19,13 80,87
8 2,36 115 210,4 23,06 42,18 57,82
10 1,7 56,1 266,5 11,25 53,43 46,57
20 0,85 95,5 362 19,15 72,57 27,43
50 0,3 98,2 460,2 19,69 92,26 7,74
100 0,15 22,8 483 4,57 96,83 3,17
200 0,075 9,4 492,4 1,88 98,72 1,28
Pan 6,4 498,8 1,28 100,00 0,00
Jumlah 498,8 100,00
= 0,24 % < 2 % ( OK )
2. Menghitung besarnya % lolos pada setiap nomer ayakan, langkah perhitungan
diberikan contoh sebagai berikut :
1. Kumulatif tertahan = 63,7+31,7
= 95,4 gr
2. % Berat tanah = Berat tanah tertinggal : Jumlah total tanah x 100 %
37
= (63,7 : 498) x 100 %
= 12,77 %
3. Kumulatif tertahan = 12,77 + 6,36
= 19,13 %
4. % tanah lolos = 100 % - 12,77
= 87,23 %
38
o Setelah di peroleh grup klasifikasi maka dianalisi berdasarkan persen yang lolos
pada ayakan nomer :
a. No.10 yang lolos 73,24 % tidak termasuk pada semua grup klasifikasi.
b. No.40 yang lolos 25 % termasuk dalam grup klasifikasi A-1-a dan A-1-b
c. No.200 yang lolos 0,66 % termasuk dalam grup klasifikasi A-1, A-2, A-3
o Menganalisis sifat fraksi yang lolos ayakan No.40 yaitu dengan nilai
percobaaan Atteberg Limit nilai LL dan PI , karena dari percobaan uji analisa
ayakan tidak dipakai maka tidak ada plastisitas (NP) atau Non plastisitas.
o Tanah yang sudah diklasifikasikan yaitu dominan pasir (sand)
o Tipe material yang paling dominan adalah pasir halus.
b. Klasifikasi berdasarkan system USCS
o Nilai Cu > 6 serta Nilai Cc berada diantara mendekati 1-3, menurut perhitungan
diatas Cu = 8,96 lebih dari 6 dan Cc = 0,81 berada diantara mendekati 1-3. Oleh
karena itu tanah tersebut masuk dalam katagori SW Pasir bergradasi baik, pasir
berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus.
4.5. Kesimpulan
Dari pengujian analisa ayakan, diperoleh klasifikasi tanah sebagai berikut:
Klasifikasi tanah berdasarkan AASTHO
Klasifikasi tanah berdasarkan USCS
39
BAB IV
PENGUJIAN PEMADATAN DAN CBR TANAH
40
Gambar 4.1. Alat pemadatan
Sumber : Das and Sobhan (2012)
41
Gambar 4.2. Bentuk Umum Kurva Pemadatan Untuk Empat Jenis Tanah
(Sumber : Das, 1995)
Gambar 4.3. Tipe - Tipe Kurva Pemadatan Yang Sering Di Jumpai Di Tanah
(Sumber : Das , 1995)
42
Besarnya nilai γd dan wc dapat dihitung menggunakan persamaan :
Kadar air :
(W2 W3 )
w 100%
(W3 W1 )
Dengan keterangan :
w = kadar air (%)
W1 = berat cawan (gram)
W2 = berat cawan + contoh tanah (gram)
W3 = berat tanah kering + cawan (gram)
Berat volume kering tanah dimana pori antar butir tidak mengandung udara sama sekali
disebut sebagai γzav (ZAV = Zero Air Void) . Artinya tidak ada udara dalam pori – pori
tanah = semua pori berisi jenuh air.
w
zav
w% 1
100 Gs
dengan keterangan :
zav = berat volume tanah ZAV (gram/cm3)
w = kadar air (%)
43
Gs = spesifik grafity
44
Tabel 4.1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan CBR
Berikut adalah rumus perhitungan beban CBR dan harga CBR berdasarkan uji
praktikum.
Y = 0,72x – 0,85
Dimana keterangan :
Y : Beban (lbs)
x : Pembacaan dial
Nilai CBR biasanya perbandingan beban pada penetrasi 2,54 mm (0,10 in). Apabila
perbandingan beban pada penetrasi 5,08 mm (0,20 in) lebih kecil dari pada perbandingan
penetrasi pada 2,54 mm (0,10 in), maka dipakai nilai yang terbesar.
45
4.2.Prosedur Pengujian
Bahan Pengujian proctor test
Sampel tanah lolos ayakan nomor 4.
Air suling.
Peralatan pengujian proctor test
Timbangan.
Alat uji proctor
Penampan besar
Alat pembongkar tanah
Prosedur pengujian proctor test
1. Ambil contoh tanah yang sudah diangin – anginkan sebanyak 7 kg ≈ 7000 gram.
Tanah dengan gumpalan besar ditumbuk hingga dalam bentuk kecil – kecil. Hasil
tumbukan kemudian diayak dengan nomor ayakan No.4. tanah yang lolos ayakan
No 4 diaduk dengan air sampai rata.
2. Timbang berat cetakan dan plat dasar dari alat percobaan = W1
46
Gambar 4.5. Alat Standart Proctor
47
3. Lepas plat dasar dari cetakan, contoh tanah yang telah dipadatkan dikeluarkan
dari cetakan, dimasukkan dalam cawan untuk dicari kadar air.
Cawan + tanah basah ditimbang lalu dimasukkan dalam oven.
4. Pecahkan gumpalan tanah yang baru dikeluarkan dari cetakan, tambahkan air dan
campur hingga merata. Kadar air dinaikkan kira – kira sebesar 2% - 3% dari
kondisi pengujian pemadatan. Ulangi pengujian ini mulai dari poin 1 – poin 5.
5. Ulangi percobaan sampai kurang lebih 6 kali dengan kadar air yang berbeda,
setiap kali pengujian kadar air meningkat ± 2- 3% dari sebelumnya. Kondisi ini
bertujuan agar berat volume (γ dry) pertama naik kemudian turun.
48
1.250 mm (0,0500”)
2.500 mm (0,1000”)
3.750 mm (0,1500”)
5.000 mm (0,2000”)
7.500 mm (0,3000”)
7. Catat beban maksimum dan beban penetrasi bila pembebanan maksimum terjadi
8. Balik tabung silinder (mold) untuk pengujian bagian bawah
9. Lakukan seperti prosedur nomer 5 sampai nomer 8
10. Gambar grafik hubungan antara penetrasi dan gaya tekan yang terjadi
11. Hitung kekokohan tanah dengan perumusan
Gaya _ pada _ penetrasi_ 0.1" lbs
CBR 0.1" 100%
3000lbs
Gaya _ pada _ penetrasi_ 0.2" lbs
CBR 0.2" 100%
4500lbs
49
4.3. Hasil dan Analisa Pengujian Proctor Test
Berikut adalah contoh hasil pengujian proctor test di laboratorium
Tabel 4.2. Contoh Perhitungan Data Hasil Proctor
Pengujian ke- 1 2 3 4 5 6 7
Penambahan air (ml) 150 150 150 150 150 150 150
Berat Cawan, W1 (gr) 38,7 49,9 44,6 49,5 39,1 39,3 45,3
Berat Mold, W6 (gr) 3165 3165 3165 3165 3165 3165 3165
Volume Mold (cm3) 902,75 902,75 902,75 902,75 902,75 902,75 902,75
Kadar Air, Wc (%) 10,43 13,33 16,73 16,73 18,03 21,69 24,67
Berat Volume Kering,
d (gr/cm3) 1,38 1,40 1,43 1,43 1,48 1,39 1,33
50
Dari data pengujian proctor perlu dilakukan pengujian Gs menggunakan tanah proctor untuk
mengetahui γd zav.
Tabel 4.3. Hasil pengujian specific gravity mengunakan tanah hasil proctor
Nomor praktikum 1 2
Nomor cawan 1 2
Berat piknometer (W2) Gram 34,5 33,5
Berat piknometer + tanah kering Gram 60,0 61,4
(W1)
Berat piknometer +tanah + air Gram 141,2 142,2
(W3)
Berat pinometer +air (W3) Gram 125,5 124,5
Berat tanah kering W4 Gram 25,5 28,1
Nomor praktikum 1 2
𝑤4 2,68 2,67
Gs = (𝑤3+𝑤4)−𝑤2
Dari hasil percobaan yang diperoleh saat praktikum pada tabel 4.3 (Pengujian
Specific Gravity) tersebut dapat dihitung Gs (pada T1°C)
Piknometer nomor 1
25,5
o Gs (pada T1°C)= (125,5+25,5)−141,2 = 2,68
Berdasarkan hasil dari dua percobaan, didapat nilai Gs proctor sebesar 2,66-2,67 ,
karena hasilnya tidak terlalu jauh maka nilai Gs yang diambil adalah nilai yang
mendekati ialah 2,63. Untuk mengetahui tipe tanah dari sampel dapat dilihat dari Tabel
1.3 (Berat jenis Tanah) pada bab 1 volumetri gavimetri. Hasil tersebut menunjukan
bahwa tipe tanah berdasarkan nilai Gs adalah lanau organic dengan nilai Gs sebesar 2,62-
2,68.
51
Dari Tabel 4.2 dilakukan analisis data seperti pada uraian berikut :
6. Menghitung γ zav
γt
Berat volume kering (zav) : (zav) = w 1
+
100 Gs
1,53
Pengujian sampel (zav) = 10,43 1 = 3,17 gr / cm3
+
100 2,66
52
Gambar 4.6 Hasil Pengujian Proctor Test
(Sumber : Data Praktikum Mektan 1, 2019)
Dari hasil percobaan yang diperoleh saat praktikum pada Tabel 4.2 hasil pengujian test
proctor standar, Tabel hasil pengujian test proctor standart tersebut dapat dihitung, berat
volume tanah basah (γt), kadar air (Wc), berat volume kering (γd), berat volume tanah zav
(γzav) dan specific gravity (Gs). Tetapi, pada saat uji labotarium pengujian pada standar
proctor tidak diperoleh nilai specific gravity (Gs). Maka, perlu dilakukan uji specific
gravity (Gs) menggunakan tanah hasil uji proctor.
53
4.4. Hasil dan Analisa Pengujian CBR
Contoh hasil perhitungan pengujian CBR Laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4.4
Kemudian pengolahan data untuk CBR dijelaskan selanjutnya.
Tabel 4.4. hasil pengujian CBR pada tanah
Penurunan Pembacaan Beban Atas sesudah Beban Bawah sesudah
(mm) Arloji dikalibrasi dikalibrasi
(lbs) Y= 0,72x – 0,85 Y = 0,72x – 0,85
(lbs) (lbs)
Atas Bawah
Pada pengujian CBR yang dilakukan pengamatan adalah pembacaan arloji pada setiap
penurunan. Dari nilai bacaan arloji tersebut dilakukan kalibrasi pada semua bacaan atas dan
bawah, berikut adalah penjelasan dari perhitungan :
Perhitungan beban atas dengan persamaan kalibrasi :
hasil untuk nilai kadar air sebelum dan setelah pengujian sebagai berikut :
54
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Sample CBR
Sebelum Sesudah
tanah basah + cawan 98.3 109.3
tanah kering + cawan 87.3 98.2
berat air 11 11.1
tanah kering 43.2 54.1
kadar air (%) 25.46 20.51
Sumber : Praktikum Mekanika Tanah 1 (2019)
Sebelum CBR
= 98,3 gr – 87, 3 gr = 11 gr
(98,3 − 87,3 )
= x 100%
87,3−44,1
= 25 ,46 %
Sesudah CBR
= 109,2 gr - 98,2 gr = 11 gr
55
Tanah kering = berat tanah kering – berat cawan
(109,3 − 98,2 )
= x 100%
98,2 −52,5
= = 20, 51 %
56
Penjelasan perhitungan tabel 4.5 hasil perhitungan harga CBR
Nilai design diperoleh dari perhitungan analisis CBR 0,1” atas bawah dan CBR 0,2”
atas bawah lalu dipilih yang terbesar.
Dari hasil analisis, diperoleh nilai CBR 0,1” lebih besar dari pada nilai CBR 0,2”.
Maka dipilih nilai CBR desain 0,1” yang terbesar yaitu pada beban atas sebesar 5,8%.
Pada Tabel standart Klasifikasi Tanah Berdasarkan CBR.
Klasifikasi tanah yang di gunakan dalam uji CBR jenis tanah poor to fair dengan
range 3 – 7 %.
4.5. Kesimpulan
Dari pengujian proctor test dan CBR didapatkan hasil pengujian sebagai berikut:
Nilai pengujian proctor test.
Nilai CBR.
57
DAFTAR PUSTAKA
58