Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH MANAGEMEN SDM

Nama : Hapsari Wibawani


NPM : 20090321530
Dosen : Dr. Sri Suwarsi, SE., M. Si., CGA., CHCM
Kelas :B

I. Union Representation and Collective Bargaining (Serikat Pekerja)


Serikat Pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik
di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. (UU no.21
tahun 2000).
Tipe Serikat pekerja terdiri dari Craft Union (anggotanya terdiri dari para pekerja yang
memiliki keterampilan yang sama ; kayu, tukang batu,dll), Industrial union (dubentuk
berdasarkan lokasi kerja yang sama), mixed Union (Bentuk serikat ini mengkombinasikan craft
union dan industrial union). Macam-macam organisasi serikat pekerja : Serikat pekerja (anggota
paling sedikit 10 org), Federasi serikat pekerja : sekurangnya 5 organisasi serikat pekerja,
Konfederansi serikat pekerja : gabungan dari 3/lebih federasi serikat pekerja.
Proses dasar untuk serikat pekerja ini dikenal, yaitu : kontak awal, Memperoleh Kartu
Wewenang, Menangani Dengar Pendapat (Hearing), Kampanye, Pemilihan. Terdapat aturan
yang boleh dan tidak boleh di lakukan :
Boleh dilakukan : FORE ( Facts, Opinion, Rules, Experience )
Tidak Boleh dilakukan : TIPS ( Threaten, Interrogate, Promises, Spy )
Collective Bergaining (Perundingan Bersama)
Merupakan proses dimana perwakilan proses dimana perwakilan manajemen dan serikat
pekerja bertemu untuk merundingkan pekerjaan kerja. Perundingan dengan itikad baik, yang
berarti kedua belah pihak harus melakukan upaya yang wajar untuk mencapai kesepakatan, dan
proposal dicocokkan dengan proposal tandingan.
Prosesnya adalah tawar menawar kolektif dan dilakukan dengan niat baik.tawar menawar
dengan tidak baik itu seperti : Tawar menawar di permukaan, Konsensi yang tidak memadai,
Usulan dan tuntutan yang tidak memadai, Taktik dilatasi, Kondisi yang memaksa, Membuat
perubahan sepihak, Melewati perwakilan, Menahan informasi.
Terdapat beberapa jalan dalam penyelesaian konflik, yaitu : pemogokan (strike), Boikot,
byline strike, information picketing, secondary boycott, lockout.

II. Procedural Justice and Ethics in Employee Relation


Employee Relations: kegiatan yang menerapkan filosofi dan aturan suatu
organisasi/perusahaan yang berhubungan dengan urusan pekerjaan. Dalam mengatur tindakan
pemberi kerja agar tetap etis dan adil terdapat beberapa aturan :
 Unalienable/Human Rights: hak-hak mendasar yang melekat pada setiap individu
 Kebijakan Publik: kebijakan politis yang dibuat untuk mengimplementasikan
program dalam mencapai tujuan sosial
 Hak Pekerjaan: kebijakan yang dibuat secara khusus untuk melindungi hak-hak
dalam ketenagakerjaan
Terdapat faktor yang membentuk perilaku tidak etis yang perlu diketahui adalah Faktor
individu (Bad aplles), Faktor situasional kasus (bad cases), faktor lingkungan (bad barrels).
Terdapat procedural justice yang harus diperhatikan yang memiliki sifat-sifat seperti :
 Konsisten diterapkan pada semua orang dan semua waktu
 Bebas dari bias
 Didasarkan pada informasi yang akurat
 Dapat dikoreksi
 Didasarkan pada moral dan standar etika yang berlaku
Manfaat dari procedural justice adalah dapat mengurangi stres, meningkatkan kinerja, kepuasan
kerja, komitmen, kepercayaan pegawai terhadap organisasi, dan menciptakan Organisational
Citizenship Behaviour. Komponen dari procedural justice adalah Employe voice (aturan dan
ketentuan organisasi yang membuat pegawai memberi input terhadap penentuan keputusan),
Interactional justice (kualitas perlakuan interpersonal yang diterima pegawai), Informational
justice (Pegawai mendapatkan penjelasan atas keputusan).
Terdapat 4 fungsi utama employee voice system :
• Memberikan perlakuan yang adil bagi seluruh pegawai
• Menyediakan sarana bagi perlakuan tidak adil untuk dapat diadukan
• Meningkatkan efektivitas suatu organisasi
• Mempertahankan loyalitas dan komitmen pegawai
Grievance procedures (system pengaduan) merupakan sistem pengaduan yang dimiliki
oleh suatu organisasi/perusahaan dalam menerima dan menangani permasalahan dari para
pegawai. Tujuan sistem pengaduan:
 Meningkatkan komitmen dan performa pegawai terhadap organisasi dengan
memperlakukan pegawai secara adil dan melakukan identifikasi area permasalahan
 Menghindari proses hukum yang mahal
 Mencegahan unionization
Elemen-elemen yang biasanya mengikutsertasakan elemen lain seperti :
 Ombudperson: pihak penengan yang netral antara pegawai dengan pemberi kerja
(mediator) dalam menyelesaikan masalah
 Peer-review panels: pemberi kerja mengizinkan pegawai untuk mempresentasikan
masalah mereka di hadapan komite internal yang terdiri dari pegawai itu sendiri
 Arbitration: pilihan terakhir dalam penyelesaian persilisihan

Whistle Blowing adalah pengungkapan yang dilakukan oleh anggota organisasi aktif atau
non aktif tentang mengenai tindakan illegal, amoral, dan bertentangan dengan hukum yang
dilakukan atas kendali atau perintah atasan/pemberi kerja. Akan efektif bila : Pelapor merupakan
orang yang kredibel dan relatif memiliki kuasa , Informasi yang dilaporkan jelas-jelas bersifat
ilegal dan tidak ambigu, Bukti yang dibawa meyakinkan, Organisasi mendukung prosedur
pelaporan dan tidak mendukung pembalasan terhadap pelapor.
Employee Privacy, privasi adalah mengendalikan informasi personal dan memiliki
kebabasan untuk berperilaku terbebas dari aturan atau pengawasan. Terdapat 3 isu privasi
penting seperti Informasi apa saja yang dikumpulkan dan disimpan tentang pegawai, Bagaimana
informasi ini digunakan, Seberapa jauh informasi ini dapat dibuka. Dicipline, seorang manajer
harus mengikuti aturan ; Mendeskripsikan hal apa yang menyebabkan insiden: permasalahannya
apa, kondisinya seperti apa, apakah ini pertama kali terjadi atau membentuk suatu pola insiden?,
Mendeskripsikan apa yang sebenarnya terjadi secara spesifik: nama, tanggal, waktu, saksi, dan
fakta-fakta terkait lainnya, Mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki situasi
dan kapan melakukannya, Menegaskan/menyatakan konsekuensi apa yang diterapkan jika terjadi
lagi dikemudian hari.

III. Budaya dan Kode Etik Dalam Bekerja


Budaya Organisasi adalah Sistem nilai bersama dalam suatu organisasi yang menjadi
acuan bagaimana para pegawai melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan atau cita-cita
organisasi. Manfaat dari budaya organisasi ini, yaitu :
a. Menerjemahkan peran dalam sistem dan kegiatan di dalamnya yang membedakan satu
organisasi dengan organisasi lain
b. Menjadi identitas bagi anggota organisasi
c. Mendorong setiap anggota organisasi untuk lebih mementingkan tujuan bersama di atas
kepentingan individu
d. Menjaga stabilitas organisasi
Budaya Kerja adalah sebagai sikap dan perilaku individu dan kelompok yang didasari atas
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan telah menjadi sifat serta kebiasaan dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari. Fungsi dari budaya kerja adalah Sebagai
batas/pembeda terhadap lingkungan, organisasi, maupun kelompok lain, Sebagai perekat bagi
karyawan dalam suatu perusahaan, Mempromosikan stabilitas sistem sosial, Sebagai mekanisme
kontrol dalam memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan, Sebagai integrator,
Membentuk perilaku karyawan, Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah pokok perusahaan,
Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan, Sebagai alat komunikasi.
Terdapat reaksi-reaksi terhadap konflik kerja budaya meliputi penyesuaian, pengeluh,
innovator, ritualis, pengalah/mundur, pemberontak.upaya dalam penerapan kerja ini terdapat
beberapa hal seperti : komunikasi, motivasi, lingkungan yang kondusif, kerjasama, disiplin,
intergritas.
Code of Conduct merupakan aturan tertulis yang terdiri atas norma, prinsip, nilai, dan
kebiasaan yang dijadikan pedoman perilaku bagi setiap individu di dalam organisasi. Kode etik
perusahaan merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya organisasi. Tujuan dari penerapan
code of conduct adalah sebagai landasan etis dalam pengambilan keputusan dan bertindak di
organisasi, yang mungkin membedakannya dari perusahaan lain. Kode etik perusahaan akan
membentuk praktik bisnis beretika. Hal ini sangat penting bagi perusahaan karena mengutkan
merk perusahaan, menghindari masalah hukum, Menarik dan mempertahankan karyawan.

Anda mungkin juga menyukai