Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Berikan pendapat anda dan tanggapan atas pendapat teman terkait tentang gangguan di
wilayah perairan Indonesia.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar setelah Amerika Serikat dengan jumlah
13.465 pulau, luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2 . Dengan luas
wilayah yang begitu besar di darat, udara maupun laut, Indonesia mempunyai tanggung
jawab yang besar untuk mengelola dan mengawasi wilayah lautnya. Potensi wilayah perairan
yang begitu strategis secara geopolitik, geografis ditambah dengan posisi silang Indonesia
yang diapit dua benua, Asia dan Australia, serta terletak di antara Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia membuat Indonesia menjadi negara yang sangat strategis dan
diperhitungkan banyak negara lainnya. Konsekuensinya, Indonesia juga mempunyai tugas
dan tanggung jawab dalam melindungi kedaulatan wilayah perairannya. Selain itu, sebagai
negara kepulauan Indonesia berbatasan laut dengan Malaysia, Singapura, Filipina, Papua
New Guinea, Timor Leste, Australia, India, Thailand, Vietnam dan Palau. Keadaan ini
membuat Indonesia rawan dengan konflik perbatasan (Hutalagung 2017).
Sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi Hukum Laut Internasional ada
kewajiban dan tanggung jawab hukum untuk memberikan hak lintas damai, hak lintas alur
laut kepulauan dan hak lintas transit bagi kapal-kapal asing dan pesawat udara asing untuk
berlayar dan terbang di wilayah kedaulatan Indonesia sebagaimana diatur dalam pasal 51
Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Kapal-kapal dan pesawat asing dapat melintasi
wilayah teritorial dan perairan kepulauan Indonesia melalui bagian dan rute tertentu yang
dilakukan dengan cara menentukan alur laut kepulauan. Dalam rangka menindaklanjuti pasal
51 Konvensi Hukum Laut 1982, pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan di bidang
kelautan yaitu UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, Peraturan Pemerintah No.
37 Tahun 2002 tentang Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban
Kapal dan Pesawat Udara Asing dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur Kepulauan. Akses
kepada kapal dan pesawat udara Malaysia, hak lintas akses dan komunikasi hasil kerja sama
bilateral dituangkan dalam UU No. 1 Tahun 1983. Pada tahun 2002 melalui proses yang
panjang konsep ALKI yang diusulkan Indonesia akhirnya mendapat persetujuan dari negara-
negara Malaysia, Singapura, Filipina termasuk Organization Maritime International. Ketiga
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) disebut dengan ALKI I, ALKI II dan ALKI III.
Penentuan alur kepulauan ini memberikan manfaat dan ancaman bagi keamanan pelayaran di
sepanjang wilayah perairan Indonesia (Hutalagung 2017).
Perlu adanya kegiatan yang sifatnya mengantisipasi potensi gangguan dan ancaman
faktual mulai dari konflik antar kelompok masyarakat hingga gangguan dari adanya kapal
asing serta pelanggaran batas wilayah. Perlu pula diantisipasi konflik pada kegiatan
pengelolaan sumberdaya ikan antar masyarakat dalam satu wilayah propinsi yang terjadi
antar kabupaten melalui sosialisasi pengaturan pengelolaan perikanan pada suatu wilayah
tertentu atau antar wilayah, termasuk pembatasan penggunaan alat tangkap. Selain itu juga
diperlukan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan sumberdaya kelautan dan
perikanan dalam bentuk kelompok masyarakat pengawas (Pokwasmas)(Nasution et al. 2013).
Upaya untuk membuat sumbu-sumbu, skema pemisah dan TSS yang dibuat di sepanjang alur
laut navigasi dan kepulauan bertujuan untuk mencegah gangguan ancaman keselamatan
pelayaran. Namun ancaman masih terus berlangsung; misalnya sengketa wilayah yang dapat
menyebabkan instabilitas keamanan di negara-negara ASEAN. Lain lagi ancaman lingkungan
di sekitar alur laut kepulauan yang disebabkan peningkatan lalu lintas pelayaran. Bahaya
yang mengancam di sepanjang lintasan alur laut kepulauaan antara lain, yaitu: Pertama,
meningkatnya volume perdagangan dunia. Kedua, adanya intervensi dari negara maritim
besar untuk mengamankan jalur perdagangan. Perompakan dan terorisme mendorong negara
maritim besar untuk ikut terlibat dalam pengamanan sea lanes of communication, misalnya
dalam bentuk pengerahan kekuatan, mekanisme hukum internasional, mekanisme hukum
regional, mekanisme hubungan regional dan bilateral. Ketiga, adanya aktivitas ilegal dalam
bentuk kejahatan lintas negara (trans-national crime), berupa penyelundupan manusia, senjata
ringan dan narkotika. Ratusan ribu pucuk senjata ringan (small arm and light weapons)
diselundupkan di Asia Tenggara dan jalur peredarannya kebanyakan melalui laut. Dalam hal
illegal migrants, setiap tahun ribuan orang dengan kapal melintasi perairan Indonesia untuk
bermukim di negara lain. Ancaman yang lain dan cukup berbahaya yaitu perusakan
lingkungan, eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, illegal fishing, unregulated and
unreported fishing (IUU fishing) (Hutalagung 2017).
Nasution Z, Zulham A. 2013. Prakiraan Dampak Ancaman Dan Gangguan Dalam Perikanan
Tangkap Dan Pengawasan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan. Jurnal Kebijakan
Sosek KP, 3(1): 67-76.
Hutagalung SM. 2017. Penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia (Alki): Manfaatnya Dan
Ancaman Bagi Keamanan Pelayaran Di Wilayah Perairan Indonesia. Jurnal Asia
Pacific Studies, 1(1): 75-91
Listiyono Y, Prakoso LY, Sianturi D. 2019. Strategi Pertahanan Laut Dalam Pengamanan
Alur Laut Kepulauan Indonesia Untuk Mewujudkan Keamanan Maritim Dan
Mempertahankan Kedaulatan Indonesia. Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut, 5(3):
103-116.
Setiawan I. 2015. Beragam Tindak Pidana Laut Dalam Hukum Pidana Indonesia. Jurnal
Kelautan Universitas Galuh, 1(1): 115-126.
Tanggapan saya mengenai gangguan di wilayah perairan Indonesia yaitu gangguan
pada wilayah perairan Indonesia berkaitan dengan geopolitik Indonesia yang menyangkut
wilayah perairan. Pada video bahan diskusi yang mana memiliki topik kapal militer Tiongkok
“Ganggu” nelayan di Natuna menyampaikan data mengenai berapa kapal yang masuk ke
dalam wilayah tersebut. Indonesia memiliki luas perairan mencapai 6,4 juta km2 dengan garis
pantai sepanjang 108.000 km. Dengan wilayah periran yang begitu luas pemerintah
mengembangkan Kawasan Konservasi Periran (KKP) dalam rangka melindungi laut dan
seluruh sumberdayanya dari pencemaran, pengrusakan, dan eksploitasi berlebihan (Slamet
2021). Pada permasalahan wilayah Natuna yang mana menurut United Nations Convention
on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982, perairan Natuna masuk dalam Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) Indonesia. Namun, China melalui Jubir Kemlu mereka mengklaim, bahwa
perairan Natuna adalah milik mereka merujuk pada sembilan garis batas transparan (nine
dash line). Untuk informasi, nine dash line merupakan garis yang dibuat sepihak oleh China
tanpa melalui konvensi hukum laut di bawah PBB atau UNCLOS (Prakoso JR 2020). Selain
itu, permasalahan selain kapal China masuk wilayah Natuna adalah adanya 47 kapal illegal
yang mencuri ikan. Hal tersebut menjadi polemik perairan Indonesia semakin rumit namun
pada video pengamat berpendapat bahwa tidak diperbolehkan menuduh sembarang kapal
mencuri ikan sebelum adanya bukti. Menurut saya pribadi hal memang menuduh sembarang
kapal memang tidaklah baik dan dapat menimbulkan permasalahan baru dengan negara lain,
namun jika kita tidak tegas maka semakin banyak kapal yang akan menangkan ikan secara
illegal. Selain itu, memang wilayah Natuna masih masuk ke dalam wilayah laut china selatan
namun secara hokum internasional sudah masuk batas ZEE Indonesia dan sudah menjadi hak
Indonesia. Jika begitu walaupun kapal China hanya bertujuan memantau wilayah laut China
selatan tapi sudah masuk batas ZEE milik Indonesia ini patut dipertanyakan dan diwaspadai.
China akan semakin semena-mena dengan laut Indonesia yang dibiarkan tanpa penjagaan
ketat dan dibiarkan begitu saja. Walaupun tidak memiliki niat jahat tapi watut waspada
mungkin saja China diam-diam mengirim bom bawah laut yang bila kapal selam Indonesia
berpatroli di wilayah tersebut dapat terjadi ledakan dan tidak bisa melaporkan pergerakan
negara China terhadap perairan Indonesia. Secara hukum juga wilayah yang sudah masuk
batas ZEE maka sudah menjadi hak milik negara dan apapun yang ada dalam wilayah
tersebut adalah milik negara. Permasalahan batas wilayah tersebut termasuk kedalam topik
geopolitik menyangkut wilayah perairan. Pada perairan Natuna mungkin menjadi target
China secara diam-diam yang mana di wilayah tersebut kaya akan hasil laut, mulai cumi-
cumi, lobster, kepiting, hingga rajungan yang menarik bagi negara tetangga. Oleh sebab itu,
pemerintah harus tegas dalam menindak setiap kapal yang lalu-lalang di sekitar wilayah
Natuna, jika hasil laut dicuri maka Indonesia pun akan merugi.
Prakoso JR. 2020 Jan 6. Mengenal natuna yang ramai diperebutkan Indonesia dan China.
Detik.com.Detiktravel.
Slamet. 2021 Jun 9. Kawasan konservasi perairan di Indonesia. Kompaspedia. Peta tematik.
1(kol 3).