Anda di halaman 1dari 12

KOMUNIKASI BISNIS DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Komunikasi Bisnis Semester VI
Pengampu : Andri Veno, S.E, M.M.

Anggota Kelompok :

1. Bayu Aji Kusuma (B100150253)/D


2. Yulindha Eka Kusumawati (B100160164)/H

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Revolusi industri 4.0 merupakan fase keempat dari perjalanan sejarah revolusi
industri yang dimulai pada abad ke -18. Menurut Prof Schwab, dunia mengalami empat
revolusi industri. Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk
mendukung mesin produksi, kereta api dan kapal layar. Berbagai peralatan kerja yang
semula bergantung pada tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan dengan tenaga
mesin uap Ditemukannya enerji listrik dan konsep pembagian tenaga kerja untuk
menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal abad 19 telah menandai lahirnya
revolusi industri 2.0 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
pada awal abad 20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang
dikendalikan secara otomatis. Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh tenaga manusia
tetapi menggunakan sistem otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya produksi
menjadi semakin murah. Teknologi informasi juga semakin maju diantaranya teknologi
kamera yang terintegrasi dengan mobile phone dan semakin berkembangnya industri
kreatif.
Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi
digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi industri
terkini atau generasi keempat mendorong sistem otomatisasi di dalam semua proses
aktivitas. Teknologi internet yang semakin masif tidak hanya menghubungkan jutaan
manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan
transportasi secara online. Munculnya bisnis transportasi online seperti Gojek, Uber dan
Grab menunjukkan integrasi aktivitas manusia dengan teknologi informasi dan ekonomi
menjadi semakin meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya Revolusi Industry ?
2. Apa pengertian revolusi industry 4.0 ?
3. Apa saja manfaat dan tantangan platform digital di era revolusi industry 4.0 ?
4. Apa saja langkah Indonesia menghadapi industry 4.0 ?
5. Apa saja keterampilan untuk hadapi revolusi industry 4.0 ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah revolusi industry
2. Untuk mengetahui pengertian revolusi industry 4.0
3. Untuk mengetahui manfaat dan tantangan platform digital di era revolusi industry 4.0
4. Untuk mengetahui langkah Indonesia menghadap industry 4.0.
5. Untuk mengetahui keterampilan untuk hadapi revolusi industry 4.0.

D. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang sejarah revolusi industry 4.0.
2. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang industry 4.0.
3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang platform digital di era revolusi
industry 4.0.
4. Meningkatkan pemmehaman mahasiswa tentang studi kasus yang ada dalam industry
4.0.
5. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang ketrampilan revolusi industry 4.0.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Revolusi Industry


Revolusi Industri dimulai pada abad ke-18, ketika masyarakat pertanian menjadi
lebih maju dan urban. Kereta api lintas benua, mesin uap, listrik, dan penemuan-
penemuan lainnya mengubah masyarakat secara permanen. Makna dari Revolusi Industri
sendiri yakni perubahan besar cara manusia memproduksi barang atau jasa. Hingga saat
ini Revolusi Industri sendiri telah memasuki Revolusi Industri keempat atau lebih dikenal
dengan istilah Revolusi Industri 4.0. Perubahan yang terjadi berdampak pada seluruh
bidang kehidupan seperti dalam bidang ekonomi.politik, sosial, dan juga budaya, serta
bersifat global. Yakni sejarah revolusi industry 1.0 hingga 4.0 :
1. Revolusi Industri 1.0
Sebelum Revolusi Industri 1.0 terjadi, manusia memproduksi barang atau jasa
hanya mengandalkan tenaga otot, tenaga air, ataupun tenaga angin. Hal ini memiliki
kendala yang cukup besar, karena seperti kita ketahui bahwa tenaga-tenaga tersebut
cukup terbatas. Misalkan tenaga otot: untuk mengangkat barang berat, bahkan
dengan menggunakan katrol, dibutuhkan istirahat berkala. Hal tersebut merupakan
bentuk non-efisiensi waktu dan tenaga.
Selain dengan otot, tenaga lain yang sering digunakan adalah tenaga air dan
tenaga angin. Biasanya ini digunakan di penggilingan. Untuk memutar penggilingan
yang begitu berat, seringkali manusia menggunakan kincir air atau kincir angin.
Masalah utama dari dua tenaga ini adalah, kita tak bisa menggunakannya di mana
saja. Kita cuma bisa menggunakannya di dekat air terjun dan di daerah yang
berangin. Hingga pada tahun 1776, James Watt menemukan mesin uap yang
mengubah sejarah. Penemuan mesin uap menjadikan proses produksi lebih efisien
dan murah. Tiada lagi permasalahan waktu dan tempat spesifik yang diperlukan
untuk memproduksi sesuatu.
Sebagai contoh, sebelum mesin uap ditemukan, kapal berlayar dengan tenaga
angin dimana memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berkeliling dari satu negara
ke negara lainnya. Sedangkan dengan adanya mesin uap, dapat menghemat waktu
hamper 80%.

2. Revolusi Industri 2.0


Revolusi Industri 2.0 tidak seterkenal Revolusi Industri 1.0. Revolusi Industri
2.0 terjadi di awal abad 20. Sebelum adanya Revolusi Industri 2.0, proses produksi
memang sudah cukup berkembang, tenaga otot tidak lagi banyak diperlukan. Pabrik
pada umumnya telah menggunakan tenaga mesin uap ataupun listrik. Namun kendala
lain ditemukan dalam proses produksi, yaitu proses transportasi. Untuk memudahkan
proses produksi di dalam pabrik yang umumnya cukup luas, alat transportasi untuk
pengangkutan barang berat seperti mobil sangat diperlukan. Sebelum Revolusi 2.0
proses perakitan mobil harus dilakukan disatu tempat yang sama demi menghindari
proses transportasi dari tempat spare part satu ke tempat spare part lainnya.
Hingga akhirnya pada tahun 1913, Revolusi 2.0 dimulai dengan menciptakan
“Lini Produksi” atau Assembly Line yang menggunakan “Ban Berjalan” atau
conveyor belt di tahun 1913. Proses produksi berubah total. Tidak ada lagi satu
tukang yang menyelesaikan satu mobil dari awal hingga akhir, para tukang
diorganisir untuk menjadi spesialis, cuma mengurus satu bagian saja, seperti
misalnya pemasangan ban.

3. Revolusi Industri 3.0


Bila pada revolusi pertama pemicunya adalah ditemukannya mesin uap,
revolusi kedia dipicu dengan ditemukannya ban berjalan dan listrik, lalu apa ada
yang bisa menebak apa yang terjadi pada Revolusi Industri 3.0?
Pada Revolusi Industri 3.0 yang digantikan adalah manusianya. Revolusi
Industri 3.0 adalah penemuan mesin yang bergerak, yang berpikir secara otomatis:
komputer dan robot. Di saat ini, dunia bergerak memasuki era digitalisasi. Sebagian
aktifitas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan manusia seperti menghitung atau
menyimpan hal penting seperti dokumen, mulai dapat dilakukan oleh computer.
Revolusi yang terjadi juga bergerak, tidak hanya mengenai Revolusi di bidang
industry namun juga di bidang informasi.
Dilihat dari sisi postifinya, kemajuan teknologi digital ini mempermudah
perkerjaan manusia. Sehingga potensi terbesar manusia yang sesungguhnya dapat
lebih dioptimalkan, seperti berpikir, memimpin, dan menciptakan karya. Setelah
perang dunia kedua, perkembangan computer juga semakin cepat. Komputer yang
dulunya sebesar ruangan, terus mengecil dengan fungsi yang semakin luar biasa. Saat
ini fungsi dari computer tersebut hanyalah sebagai salah satu perangkat, dan kita
mulai memasuki era Revolusi Industri baru yaitu Revolusi Industri 4.0.

4. Revolusi Industri 4.0


Revolusi Industri 4.0 menerapkan konsep automatisasi yang dilakukan oleh
mesin tanpa memerlukan tenaga manusia dalam pengaplikasiannya. Dimana hal
tersebut merupakan hal vital yang dibutuhkan oleh para pelaku industri demi
efisiensi waktu, tenaga kerja, dan biaya. Penerapan Revolusi Industri 4.0 di pabrik-
pabrik saat ini juga dikenal dengan istilah Smart Factory. Tidak hanya itu, saat ini
pengambilan ataupun pertukaran data juga dapat dilakukan on time saat dibutuhkan,
melalui jaringan internet. Sehingga proses produksi dan pembukuan yang berjalan di
pabrik dapat termotorisasi oleh pihak yang berkepentingan kapan saja dan dimana
saja selama terhubung dengan internet.
Bila kita melihat kembali Revolusi Industri 3.0 dimana merupakan titik awal
dari era digital revolution, yang memadukan inovasi di bidang Elektronik dan
Teknologi Informasi. Ada perdebatan apakah Revolusi Industri 4.0 cocok disebut
sebagai sebuah revolusi industri atau hanya sebuah perluasan atau pengembangan
dari Revolusi Industri 3.0. Namun nyatanya, perkembangan Revolusi Industri 3.0 ke
Revolusi Industri 4.0 sangat signifikan, hal baru yang sebelumnya tidak pernah ada
di era Revolusi Industri 3.0 mulai ditemukan. Para ahli meyakini era ini merupkana
era dari Revolusi Industri 4.0, dikarenakan terdapat banyak inovasi baru di Industri
4.0, diantaranya Internet of Things (IoT), Big Data, percetakan 3D, Artifical
Intelligence(AI), kendaraan tanpa pengemudi, rekayasa genetika, robot dan mesin
pintar. Salah satu hal terbesar didalam Revolusi Industri 4.0 adalah Internet of
Things.

IoT (Internet of Things) memiliki kemampuan dalam menyambungkan dan


memudahkan proses komunikasi antara mesin, perangkat, sensor, dan manusia
melalui jaringan internet. Sebagai contoh kecil, apabila sebelumnya di era Revolusi
Industri 3.0 kita hanya dapat mentransfer uang melalui ATM atau teller bank, saat ini
kita dapat melakukan transfer uang dimana saja dan kapan saja selama kita terhubung
dengan jaringan internet. Cukup dengan aplikasi yang ada di dalam gadget kita dan
koneksi internet, kita dapat mengontrol aktifitas keuangan kita dimanapun dan
kapanpun. Selain Internet of Things, ada juga istilah Big Data yang berperan penting
dalam Revolusi Industri 4.0. Big data adalah seluruh informasi yang tersimpan di
cloud computing. Analitik data besar dan komputasi awan, akan membantu deteksi
dini cacat dan kegagalan produksi, sehingga memungkinkan pencegahan atau
peningkatan produktivitas dan kualitas suatu produk berdasarkan data yang terekam.
Hal ini dapat terjadi karena adanya analisis data besar dengan sistem 6c, yaitu
connection, cyber, content/context, community, dancustomization.

Proses tersebut dapat memberikan wawasan yang berguna bagi manajemen


pabrik. Data diproses dengan alat canggih (analitik dan algoritma) untuk
menghasilkan informasi yang logik. Data yang diproses tersebut juga dapat
membantu mempertimbangkan adanya masalah yang terlihat dan tidak terlihat di
pabrik industri. Algoritma pembuatan informasi harus mampu mendeteksi masalah
yang tidak terlihat seperti degradasi mesin dan kehausan komponen.

Indonesia pun saat ini mulai menggarap konsep Revolusi Industri 4.0 secara
serius. Strategi Indonesia salah satunya, melalui Kementerian Perindustrian mecoba
membuat sebuah roadmap bertajuk Making Indonesia 4.0. Sosialisasipun sudah
disampaikan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di beberapa kesempatan.

B. Pengertian revolusi industry 4.0


 Revolusi industry 4.0 Industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi
otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data
dalam teknologi manufaktur. Ini termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things (IoT),
komputasi awan dan komputasi kognitif.
          Revolusi Industri 4.0 berciri kreativitas, leadership (kepemimpinan)
dan entrepreneurship (kewirausahaan) yang mendobrak "mindset" cara bekerja revolusi
industri sebelumnya.  Dengan berciri efisiensi dalam komunikasi dan transportasi serta
mengarahkan masyarakat untuk memecahkan masalah dengan sistem "one stop
shopping"atau "one stop solution" diperlukan atmosfir dunia usaha yang lepas dari
lilitan dan hambatan birokrasi  dan itu tidak hanya soalcara bekerja tapi
juga mentalitas pegawai dan tenaga kerjanya. Dan pada gilirannya output revolusi ini
banyak mendatangkan keuntungan dan kesejahteraan seperti harga barang
murah serta kesehatan terjamin bukan malah menambah beban ekonomi masyarakat
dan memperbanyak pengangguran.

C.   Manfaat dan tantangan platform digital di era revolusi industry 4.0

Seperti yang kita tahu bahwa saat ini kita tengah berada di era Revolusi Industri
Ke-4 (Industry 4.0). Dimana era ini diwarnai oleh kecerdasan buatan (artificial
intelligence), era super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis,
inovasi, dan perubahan yang terjadi dalam kecepatan eksponensial yang akan
mengakibatkan dampak terhadap ekonomi, industri, pemerintahan dan politik.

 Berikut ini 3 manfaat platform digital di Era Revolusi Industri 4.0 :

1. Inovasi

Munculnya model-model bisnis baru tidak lepas dari kemampuan para inovator
untuk merancang strategi lewat platform digital. Di Indonesia sendiri, inovasi
digital yang terjadi tidak hanya di dunia ritel, tapi juga di bidang pendidikan,
katering, kesehatan, bahkan di dunia hukum.Semakin banyak orang yang
berpartisipasi, maka akan timbul persaingan sehat yang berdasarkan inovasi,
sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

2. Inklusivitas

Lewat platform digital, segala macam layanan dapat dengan mudah menjangkau


banyak orang di berbagai daerah. Hasilnya, terjadi inklusivitas yang
menguntungkan orang-orang yang bertempat tinggal jauh dari daerah metropolitan,
sehingga mereka turut menikmati layanan digital.

3. Efisiensi
Tentu dengan berkembangnya inovasi platform digital, otomatis akan ada efisiensi,
baik dari segi manufaktur maupun pemasaran. Hal ini tentunya memerlukan
kecerdasan dari pebisnis untuk mengoptimalkan strategi mereka di dunia digital.

 Berikut ini tantangan platform digital di Era Revolusi Industri 4.0 :

1. Masalah Kendali

Ekonomi digital yang mengendalikan masyarakat pastinya mempengaruhi perilaku


publik yang tadinya masyarakat belanja ke toko ritel, saat ini mulai beralih ke
belanja online. Aspek sosial dan kultural seperti ini juga perlu mendapatkan
perhatian dari pihak seperti pemerintah maupun masyarakat agar toko ritel tidak
banyak yang berguguran satu persatu.

2. Ketidaksetaraan

Di antara semua hal positif, kehilangan pekerjaan karena digantikan robot atau
semua pekerjaan saat ini bisa dikerjakan oleh sebuah sistem adalah momok yang
paling mengerikan.Otomatisasi yang disebabkan Revolusi Digital 4.0 perlu disikapi
dengan serius agar masyarakat dapat menyiapkan skill untuk ke depannya sehingga
angka pengangguran di Indonesia bisa ditekan.

3. Kompetisi

Kompetisi yang tidak sehat patut diwaspadai. Contoh, bila ada satu platform yang
melakukan monopoli, dikhawatirkan akan tidak adanya check and balance. Bila
satu platform terlalu mendominasi, maka pengguna tidak dapat melakukan pilihan
layanan yang paling cocok untuk mereka.Sebagai tambahan, guna
menghadapi revolusi industry 4.0, sektor industri nasional perlu banyak
pembenahan terutama dalam aspek teknologi. Sebab penguasaan teknologi menjadi
kunci utama untuk menentukan daya saing Indonesia di era industry 4.0.

Dan dalam menghadapi industry 4.0 ini, Indonesia juga perlu meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nya. Sebab jika tidak ditingkatkan, maka
industri Indonesia akan semakin tertinggal dari negara-negara lainya. Jika tidak
melakukan peningkatan kemampuan dan daya saing di sektor (industri) prioritas, bukan
saja tidak akan mampu mencapai aspirasi, namun akan digilas oleh negara negara lain
yang lebih siap di pasar global maupun domestik.

D. Langkah Indonesia menghadapi Industri 4.0


Pemerintah telah menetapkan 10 langkah prioritas nasional dalam upaya
mengimplementasikan peta jalan Making Indonesia 4.0. Dari strategi tersebut, diyakini
dapat mempercepat pengembangan industri manufaktur nasional agar lebih berdaya
saing global di tengah era digital saat ini. “Revolusi industri keempat tidak bisa kita
hindari. Untuk menghadapinya, sudah ada roadmap yang terintegrasi sehingga dalam
mengembangkan industri manufaktur kita ke depan punya arah yang jelas.           

                                                                              

 Ada sepuluh langkah Indonesia menghadapi Industri 4.0 yaitu;

 pertama adalah perbaikan alur aliran barang dan material. Upaya ini akan memperkuat
produksi lokal pada sektor hulu dan menengah melalui peningkatan kapasitas dan
percepatan adopsi teknologi.
 Langkah kedua, mendesain ulang zona industri. Dari beberapa zona industri yang telah
dibangun di penjuru negeri, Indonesia akan mengoptimalkan kebijakan zona-zona
industri tersebut dengan menyelaraskan peta jalan sektor-sektor industri yang menjadi
fokus dalam Making Indonesia 4.0.
 Ketiga, mengakomodasi standar-standar keberlanjutan. Indonesia melihat tantangan
keberlanjutan sebagai peluang untuk membangun kemampuan industri nasional, seperti
yang berbasis teknologi bersih, tenaga listrik, biokimia, dan energi terbarukan.
 Keempat, memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hampir 70
persen, pelaku usaha Indonesia berada di sektor UMKM.
 Kelima, yaitu membangun infrastruktur digital nasional. Indonesia akan melakukan
percepatan pembangunan infrastruktur digital, termasuk internet dengan kecepatan tinggi
dan meningkatkan kemampuan digital melalui kerja sama antara pemerintah dengan
publik dan swasta untuk dapat berinvestasi di teknologi digital seperti cloud, data center,
security management dan infrastruktur broadband.
 Keenam, menarik minat investasi asing. Hal ini dapat mendorong transfer teknologi ke
perusahaan lokal.
 Ketujuh, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurut Menperin, SDM
adalah hal yang penting untuk mencapai kesuksesan pelaksanaan Making Indonesia 4.0.
 Kedelapan, pembangunan ekosistem inovasi. Pemerintah akan mengembangkan cetak
biru pusat inovasi nasional, mempersiapkan percontohan pusat inovasi dan
mengoptimalkan regulasi terkait, termasuk di antaranya yaitu perlindungan hak atas
kekayaan intelektual dan insentif fiskal untuk mempercepat kolaborasi lintas sektor
diantara pelaku usaha swasta atau BUMN dengan universitas.
 Kesepuluh adalah harmonisasi aturan dan kebijakan. Indonesia berkomitmen melakukan
harmonisasi aturan dan kebijakan untuk mendukung daya saing industri dan memastikan
koordinasi pembuat kebijakan yang erat antara kementerian dan lembaga terkait dengan
pemerintah daerah.
E. Keterampilan Untuk Hadapi Revolusi Industri 4.0

Ada beberapa keahlian yang dibutuhkan agar dapat sukses dalam menghadapi
dinamika dunia kerja yang terus berubah. Terdapat 4 keahlian utama yang dibutuhkan
untuk menghadapi industri 4.0.

 Pertama, kita harus memiliki keterampilan informasi, media, dan teknologi. Dengan
istilah lain, kita harus melek teknologi. Yang dimaksud dengan keterampilan informasi,
media, dan teknologi meliputi literasi media, keaksaraan visual, literasi multikultural,
kesadaran global, dan literasi teknologi.
 Kedua, keterampilan belajar dan berinovasi yang meliputi kreativitas dan keingintahuan,
pemecah masalah (problem solving), dan pengambil resiko.
 Ketiga, terampil dalam hidup dan belajar seperti memiliki jiwa kepemimpinan dan
bertanggung jawab, memiliki nilai etis dan moral, produktivitas dan akuntabilitas,
fleksibilitas dan adaptasi, sosial dan lintas budaya, inisiatif dan mengarahkan diri.
 Keempat, memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif seperti mampu
bekerja dalam tim dan berkolaborasi, memiliki tanggung jawab pribadi dan sosial, dalam
berkomunikasi harus interaktif, memiliki orientasi nasional dan global.

BAB III

KESIMPULAN
   KESIMPULAN

Revolusi industri saat ini memasuki fase keempat. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sangat pesat memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia.
Banyak kemudahan dan inovasi yang diperoleh dengan adanya dukungan teknologi digital.
Layanan menjadi lebih cepat dan efisien serta memiliki jangkauan koneksi yang lebih luas
dengan sistem online. Hidup menjadi lebih mudah dan murah.

Namun demikian, digitalisasi program juga membawa dampak negatif. Peran


manusia setahap demi setahap diambil alih oleh mesin otomatis. Akibatnya, jumlah
pengangguran semakin meningkat. Hal ini tentu saja akan menambah beban masalah lokal
maupun nasional. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan
revolusi industri 4.0, para mahasiswa wajib memiliki kemampuan literasi data, teknologi dan
manusia (Sumber: http://belmawa.ristekdikti.go.id/2018/01/17/era-revolusi-industri-4-0-perlu-
persiapkan-literasi-data-teknologi-dan-sumber-daya-manusia/). Literasi data dibutuhkan oleh
alumni UT untuk meningkatkan skill dalam mengolah dan menganalisis big data untuk
kepentingan peningkatan layanan publik dan bisnis. Literasi teknologi menunjukkan
kemampuan untuk memanfaatkan teknologi digital guna mengolah data dan informasi.
Sedangkan literasi manusia wajib dikuasai karena menunjukan elemen softskill atau
pengembangan karakter individu untuk bisa berkolaborasi, adaptif dan menjadi arif di era
“banjir” informasi.

DAFTAR PUSTAKA
https://digitalentrepreneur.id/revolusi-industri-4-0/

https://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=10-langkah-indonesia-industri-4-0

https://indonesiabaik.id/infografis/keterampilan-untuk-hadapi-revolusi-industri-40

https://www.jurnal.id/id/blog/peluang-bisnis-baru-di-era-revolusi-industri-4-0/

http://binus.ac.id/knowledge/2019/05/sejarah-dan-perkembangan-revolusi-industri/

Anda mungkin juga menyukai