0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan3 halaman
Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh sekelompok manusia atas sekelompok manusia lain, dengan tujuan untuk membebaskan manusia yang lain itu dari kegelapan ketidaktahuan yang menyelimutinya. Namun demikian, terkadang bahwa tujuan mulia belum dapat mencapai tujuan sebagaimana harapan yang dibangunnya. Hal ini lebih banyak diakibatkan karena proses mendidik melalui proses belajar mengajar masih didominasi dengan pendekatan satu arah, dimana guru disebut-sebut sebagai pusa
Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh sekelompok manusia atas sekelompok manusia lain, dengan tujuan untuk membebaskan manusia yang lain itu dari kegelapan ketidaktahuan yang menyelimutinya. Namun demikian, terkadang bahwa tujuan mulia belum dapat mencapai tujuan sebagaimana harapan yang dibangunnya. Hal ini lebih banyak diakibatkan karena proses mendidik melalui proses belajar mengajar masih didominasi dengan pendekatan satu arah, dimana guru disebut-sebut sebagai pusa
Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh sekelompok manusia atas sekelompok manusia lain, dengan tujuan untuk membebaskan manusia yang lain itu dari kegelapan ketidaktahuan yang menyelimutinya. Namun demikian, terkadang bahwa tujuan mulia belum dapat mencapai tujuan sebagaimana harapan yang dibangunnya. Hal ini lebih banyak diakibatkan karena proses mendidik melalui proses belajar mengajar masih didominasi dengan pendekatan satu arah, dimana guru disebut-sebut sebagai pusa
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE
LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah “Penelitian Tindakan Kelas” Dosen Pengampu: Ari Yanto, M.Pd
Disusun Oleh : Mbak Putri Harapani 18.22.1.0024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAJALENGKA 2021/2022 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh sekelompok manusia atas sekelompok manusia lain, dengan tujuan untuk membebaskan manusia yang lain itu dari kegelapan ketidaktahuan yang menyelimutinya. Namun demikian, terkadang bahwa tujuan mulia belum dapat mencapai tujuan sebagaimana harapan yang dibangunnya. Hal ini lebih banyak diakibatkan karena proses mendidik melalui proses belajar mengajar masih didominasi dengan pendekatan satu arah, dimana guru disebut- sebut sebagai pusat informasi, guru dianggap sebagai pusat kebenaran. Akibatnya siswa dikondisikan untuk harus mendengar dan patuh sepenuhnya apa kata guru. Akibat dari pola pembelajaran seperti ini, hasil motivasi belajar siswa menjadi rendah, karena siswa dikondisikan menjadi pasif dan hanya menjadi pendengar. Guru menjadi satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan bagi siswa. Melihat proses pembelajarannya masih menggunakan sistem pembelajaran yang bersifat teacher centered, yaitu sistem yang pembelajarannya yang masih berpusat kepada guru, dalam hal ini guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa, dan dalam pelaksanaannya juga guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Hal ini membuat siswa tidak termovitasi seperti merasa mengantuk dan malas untuk mendengarkan, juga siswa merasa jenuh mengikuti proses pembelajaran. Guru kurang menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan dapat menarik perhatian siswa, sehingga dalam mengikuti pembelajaran, siswa merasa malas, dan kurang memperhatikan dan pada akhirnya ketika diberikan tugas, siswa tidak memahami sehingga memperoleh nilai yang rendah atas pekerjaan tugasnya. Hal ini tidak seperti yang diharapkan yakni siswa jarang diberikan kesempatan untuk bertanya, guru yang terus-menerus mendominasi pembelajaran dengan memberikan ceramah kepada siswa, sehingga saat dilakukan diskusi dan siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat, siswa menjadi tidak berani untuk menyampaikan pendapatnya, sebab siswa telah terkondisi untuk menjadi pasif dan bukan aktif dalam pembelajaran. Akibatnya, siswa tidak terlatih memahami isi pelajaran IPA dan menjadi mudah melupakan materi pelajaran tersebut. Melihat kondisi demikian, penelitian ini dilakukan dalam maksud untuk melihat apakah dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda, dapat memiliki pengaruh khususnya dalam membangkitkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, penulis menawarkan suatu metode pembelajaran yang berbeda dari metode pembelajaran yang umumnya diberikan guru kepada siswa pada mata pelajaran. Melalui penelitian ini, penulis menawarkan metode cooperative learning tipe STAD. Model pembelajaran ini menekankan bagaimana siswa belajar secara tim, tetapi juga belajar secara mandiri sebagai individu. Sebagai tim, siswa dapat saling belajar dari sesama temannya, dan secara mandiri, siswa dapat secara aktif untuk belajar terstruktur, sehingga siswa tidak hanya bergantung dari satu sumber informasi saja yaitu guru. Stundent Teams Achievement Divisions atau STAD merupakan salah satu dari beberapa jenis pembelajaran kooperatif. Dalam STAD siswa akan dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri dari individu individu yang mempunyai latar belakang berbeda-beda baik dari tingkat prestasi, jenis kelamin maupun suku. Pada kelompok tersebut, siswa akan belajar bekerjasama. Seperti dipaparkan oleh Nurhadi (2004) bahwa cooperative learning tipe STAD merupakan model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dengan cooperative learning tipe STAD adalah salah satu dari beberapa jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen; dimana setelah pembagian kelompok tersebut, guru memberikan materi dan meminta siswa bekerjasama dengan cara berdiskusi dan bertanya jawab dengan anggota dalam satu kelompok; selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal yang diberikan guru. Siswa yang mendapat poin adalah siswa yang mampu menyamai atau melampaui skor yang telah diperoleh sebelumnya. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa karena memiliki pengalaman belajar, dimana hasilnya dapat dilihat pada perubahan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Meskipun demikian, dalam penelitian ini hasil belajar lebih dimaksudkan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa karena telah memiliki pengalaman belajar pada mata pelajaran IPA, dimana perubahannya lebih dibatasi hanya pada ranah kognitif.