Anda di halaman 1dari 8

JUAL BELI DALAM PANDANGAN ISLAM

JURNAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teknik Penulisan Karya Ilmiah

DOSEN PENGAMPU:
DRS. H. M. FIKRIPANI ADENAN, MM

OLEH:
NUR JANNAH
NIMKO: 19.1527.3457

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
DARUL ULUM KOTABARU
2021/2022
ABSTRAK

Menjual (bisnis) adalah pertukaran kekayaan atas dasar kemauan bersama dan
kesepakatan bersama. Ada empat Penyimpangan, yaitu; (1) Pernikahan (ijab qobul)
(2) yang ditentukan adalah lari (subjek) (3) ma ›kud‹ alaih (obyek) obyek berguna
menurut pandangan syara (4) ada pengganti untuk pertukaran barang. Legalitas syarat
ijab qobul ada tiga; (a) Jangan diselingi kata lain antara ijab qobul, (b) orang-orang
yang ditentukan dijalankan (penjual dan pembeli) dan (c) tidak ada Terpisah artinya
penjual dan pembeli masih belum ada interaksi tentang ijab qobul. Syarat legalitas
penjual dan pembeli ada empat; (Sebuah) mencapai pemahaman pubertas. (b) Umat
Islam, khususnya kondisi ini untuk pembeli pada obyek obyek tertentu (c) tidak ada
obyek atau barang di ketua pemilihâ (makud alaih) dan (d) tidak menyia-nyiakan
(menyia-nyiakan) kehendak mereka memiliki dan tidak ada paksaan dari pihak lain.
Kondisi dari legalitas barang yang dijual pemilihâ ada enam; (a) harus suci (b) tidak
bisa jangan berasosiasi dengan sesuatu (c) tidak bisa dalam batas waktu (d) sendiri,
(e) dapat diketahui (dilihat), (f) dapat diketahui kualitas dan beratnya. Macam-macam
jual beli (bisnis) dalam Islam dilihat dari segi Dilihat dari dua kaca mata hukum Islam
ada dua yang sah dan yang batal dan dari segi barang ada 3 (1) barang jual yang
muncul, (2) menjual menyebutkan farmakodinamiknya dalam janji dan (3) menjual
hal-hal yang tidak ada. Dalam Islam dalam bisnis menyediakan giro memungkinkan
memilih untuk membatalkan pernikahan jual (bisnis) yang disebut khiar, ada tiga,
yaitu; (1) khiar, majelis (2) kondisi khiar (3) aib khiar. Itu kebijaksanaan berjualan
dalam Islam; (a) bahwa menjual (bisnis) dalam Islam bisa jadi berharga sosial atau
saling membantu, akan tumbuh berbagain reward, (b) bisnis dalam Islam merupakan
salah satu cara menjaga kebersihan dan halalnya barang yang dimakan bagi dirinya
dan keluarganya, (c) bisnis dalam Islam adalah cara memerangi kemalasan,
pengangguran dan pemerasan kepada orang lain.

Kata Kunci: Penjualan, Pandangan Islam


A. PENDAHULUAN

Jual beli (bisnis) dimasyarakat merupakan kegiatan rutinitas yang dilakukan


setiap waktu oleh semua manusia. Tetapi jual beli yang benar menurut hukum
Islam belum tentu semua orang muslim melaksanakannya. Bahkan ada pula yang
tidak tahu sama sekali tentang ketentuan-ketentuan yang di tetapkan oleh hukum
Islam dalam hal jual beli (bisnis) Di dalam al-Qur’an dan Hadist yang merupakan
sumber hukum Islam banyak memberikan contoh atau mengatur bisnis yang
benar menurut Islam. Bukan hanya untuk penjual saja tetapi juga untuk pembeli.
Sekarang ini lebih banyak penjual yang lebih mengutamakan keuntungan individu
tanpa berpedoman pada ketentuan-ketentuan hukum Islam. Mereka cuma mencari
keuntungan duniawi saja tanpa mengharapkan barokah kerja dari apa yang sudah
dikerjakan. Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti saling membutuhkan
orang lain, aka selalu melakukan tolong-menolong dalam menghadapi berbagai
kebutuhan yang beraneka ragam, salah satunya dilakukan dengan cara berbisnis
atau jual beli. Jual beli merupakan interaksi sosial antar manusia yang
berdasarkan rukun dan syarat yang telah ditentukan.
Jual beli diartikan “al-bai’, al-Tijarah dan alMubadalah”. Pada intinya jual beli
merupakan suatu perjanjian tukar menukar barang atau benda yang mempunyai
manfaat untuk penggunanya, kedua belah pihak sudah menyepakati perjanjian
yang telah dibuat.

B. FOKUS MASALAH
Berdasarkan pendahuluan yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Rukun dan syarat jual beli dalam Islam
2. Hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan, dimana lebih ditekankan
kepada penelitian deskriptif. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa
memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.

D. PEMBAHASAN
1. Rukun dan syarat jual beli dalam Islam
Rukun jual beli dalam Islam tentu harus diketahui oleh masyarakat secara
umum. Tujuannya adalah agar transaksi semakin mudah dan sesuai dengan
anjuran agama. Sebab, sektor perekonomian tersebut saat ini semakin
meningkat pesat terutama dalam bidang bisnis digital. Agama Islam sudah
menunjukkan hukum setiap kegiatan untuk mengarahkan umatnya agar lebih
terarah dan menjalankan sesuai syariat yang sudah ditentukan. Rukun
merupakan suatu hal penting yang harus dipenuhi sebelum melakukan jual
beli. Hal ini karena akan menentukan tingkat keabsahannya. Meskipun hanya
tertinggal satu poin saja maka akan beresiko membatalkan akadnya, apalagi
pada masa modern ini yaitu dengan sistem online. Dewasa ini sebagian besar
masyarakat dalam melakukan transaksi kurang memperhatikan terkait dengan
batasan syariat, sehingga seringkali melanggar ketentuan. Hal ini seringkali
dilakukan untuk mendapatkan keuntungan berlipat ganda bahkan ada yang
menggunakan cara kurang baik. Jual beli sendiri adalah pertukaran suatu
barang karena memiliki nilai dengan uang atau alat pembayaran lain yang
diakui pada suatu daerah tertentu. Transaksi ini ditujukan agar mendapatkan
produk lainnya guna memenuhi kebutuhan baik bersifat primer maupun
sekunder. Kata tersebut sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu al bay yang
berarti jual beli, sedangkan secara harfiah didefinisikan sebagai pertukaran
atau mubadalah. Sebutan ini digunakan untuk menyebutkan penjual maupun
pembeli sebagai penentu keabsahan dari transaksinya. Jual beli menjadi salah
satu sektor perekonomian yang memiliki peran penting untuk menjalankan
roda kehidupan masyarakat baik secara konvensional maupun sistem digital.
Hal ini bisa dilakukan apabila memenuhi syarat dan rukun sesuai peraturan
terbaru. Peraturan jual beli dalam Islam sudah diatur dengan jelas, namun
seiring perkembangan zaman saat akan melakukannya perlu adanya
pengkajian ulang dari sumber terpercaya agar transaksi yang dilakukan sah.
Secara umum terdapat beberapa rukunnya berikut ulasannya:
Syarat jual beli dalam islam diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ada penjual dan pembeli (orang yang saling bertransaksi)
Sebaiknya, antara penjual dan pembeli yang bertransaksi tidak ada
unsur keterpaksaan. Di sinilah terdapat syarat yang disebut dengan khiyar
(hak untuk memilih). Selain itu, syarat antara penjual dan pembeli harus
sama-sama ahli dalam jual beli. Ahli di sini bukan berarti paham segala hal
tentang ekonomi melainkan keduanya bukanlah anak kecil, orang gila dan
orang bodoh.
2. Adanya lafaz ijab (pernyataan menyerahkan dari penjual) dan kabul
(pernyataan menerima dari pembeli)
Syarat kedua ini menurut para ulama adalah syarat yang paling utama.
Lafaz serah terima dalam hal ini tidak memiliki aturan redaksi yang baku
tetapi cukup dengan menyesuaikan adat kebiasaan masyarakat selama masih
menunjukkan transaksi jual beli.
Sebagai contoh, pembeli berkata, "Saya ambil celana ini ya, uangnya saya
kasih nanti sore."
Kata 'ambil' dan 'kasih' dalam kalimat di atas, secara kebiasaan adat di
Indonesia sudah bermakna saling menjual dan membeli. Sehingga kalimat
tersebut sah digunakan dalam jual beli.
3. Ada barang dan harganya
Syarat ketiga ini jelas bahwa dalam jual beli pasti harus ada barang
yang dijual serta harganya.
Secara umum, barang yang dijual harus memenuhi syarat seperti suci,
bermanfaat, tidak berupa benda najis atau haram, karena barang yang secara
zatnya haram dilarang untuk diperjualbelikan.
Selain itu, barang yang diperjualbelikan harus milik sendiri bukan milik
orang lain kecuali sudah mendapat amanah dari pemilik barang untuk
menjualkannya.
2. Hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli
Untuk menghindari dari kerugian salah satu pihak maka jual beli haruslah
dilakukan dengan kejujuran, tidak ada penipuan, paksaan, kekeliruan dan hal
lain yang dapat mengakibatkan persengketaan dan kekecewaan atau alasan
penyesalan bagi kedua belah pihak maka kedua belah pihak haruslah
melaksanakan apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing,
diantaranya: pihak penjual menyerahkan barangnya sedangkan pihak pembeli
menyerahkan uangnya sebagai pembayaran.
a. Hak penjual
1) Menerima sejumlah pembayaran atas barang yang dijualnya.
2) Mnerima pembayaran tepat pada waktunya sesuai dengan syarat
pembayaran yang sudah diterntukan.
b. Kewajiban Penjual
1) Menyerahkan barang yang dijual dalam jumlah pada saat yang
ditentukan.
2) Menjamin keadaan atau kualitas barang.
3) Menjamin kepemilikan barang tersebut oleh pembeli dengan
aman.
E. SIMPULAN
Bagi umat Islam yang melakukan bisnis dan selalu berpegang teguh pada
norma-norma hukum Islam, akan mendapatkan berbagai hikmah diantaranya; (a)
bahwa jual beli (bisnis) dalam Islam dapat bernilai sosial atau tolong menolong
terhadap sesama, akan menumbuhkan berbagain pahala, (b) bisnis dalam Islam
merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan dan halalnya barang yang
dimakan untuk dirinya dan keluarganya, (c) bisnis dalam Islam merupakan cara
untuk memberantas kemalasan, pengangguran dan pemerasan kepada orang lain,
(e) berbisnis dengan jujur, sabar, ramah, memberikan pelayanan yang memuaskan
sebagai mana diajarkan dalam Islam akan selalu menjalin persahabatan kepada
sesama manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman al-Gharyani, Ash-shadiq, 2004, Fatwa muamalat as-asyaiah,
Surabaya: Pustaka progressif
Abi Bakr Ibn Muhammad al-Husaini, Imam Taqiyuddin, t.th, Kifayatul al-Akhyar Juz
I, Surabaya: Darul Ilmi.
Ahmad, Idris, 1986. Fiqh al-Syafi’iyah, Jakarta: Karya Indah.
Al- Asqalani, Ibnu Hajar, t.th, Fath Al- Bari’, Beirut: Daral- Fikr. Amin Suma, M.,
2004, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: Raja
Chairuman Pasaribu dan Suhwardi K. Lubis, 1996, Hukum Perjanjian dalam Islam,
Jakarta: Sinar Grafika.
Grafindo. Al-Jaziri, Abd.al-Rahman, 2003, Kitab Fiqh Ala al-Mazahib alArba’ah,
Turki: Ikhla Wakif.

Anda mungkin juga menyukai