Anda di halaman 1dari 20

Aktifitas dan Pendekatan Dakwah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah “ Metode Dakwah”

Dosen Pengampu :

Azmi Mustaqim, M. Ag

Disusun Oleh Kelompok 03 PAI A

1. Anis Fitriana (201180028)


2. Anis Ulwaqidiah (201180032)
3. Apma Arief (201180033)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PONOROGO

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keinginan melaksanakan dakwah bukan hanya sebagai bentuk kesadaran dan
tanggung jawab seorang muslim terhadap agamanya, lebih jauh lagi merupakan
konsekwensi dari pemahaman terhadap perintah Allah dan rasul-Nya yang terdapat dalam
teks-teks ayat suci yang tertuang dalam al-Qur’an dan al-hadits. Berdasarkan informasi
dari kedua kitab ini ditemukan sejumlah pernyataan Allah dan rasul-Nya terkait dengan
dakwah.
Dakwah adalah usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan
bertingkah laku seperti apa yang didakwahkan oleh da’i. Ilmu Dakwah ialah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan,
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat. Dakwah adalah
mendorong manusia agar melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh
mereka berbuat ma’ruf dan mencegah dan berbuat munkar, agar memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dakwah juga diartikan dengan penyampaian ajaran
agama Islam yang tujuannya agar orang tersebut melaksanakan ajaran agama dengan
sepenuh hati
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aktifitas dakwah ?
2. Bagaimana dasar hukum dakwah ?
3. Apa yang dimaksud pendekatan dakwah ?
4. Apa saja jenis-jenis pendekatan dakwah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui aktifitas dakwah
2. Mengetahui dan memahami dasar hukum dakwah
3. Mengetahui pendekatan-pendekatan dalam dakwah
4. Mengetahui jenis-jenis pendekatan dalam dakwah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aktifitas Dakwah
a. Definisi Aktifitas Dakwah
Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat mutlak bagi
kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan-kegiatan kesibukan atau biasa juga berarti
kerja atau satu kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam tipa satu organisasi.
Menurut Samuel Soeitoe, sebenarnya akvitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau
mengatakan bahwa aktivitas, dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi
kebutuhan. Sebenarnya aktivitas bukanhanya sekedar kegiatan. Aktivitas dipandang
sebagai usaha untuk mencapai atau memenuhi kebutuhan.
Sedangkan dakwah menurut Ahmad Sukardi adalah segala usaha dan kegiatan yang
disengaja dan berencana dalam wujud sikap, uapan dan perbuatan yang mengandung
ajakan dan seruan baik langsung ditujukan kepada perorang, masyarakat maupun golongan
supaya tergugah jiwanya, terpanggil hatinya kepada ajaran islam untuk selanjutnya
mempelajari dan mengahayati serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Aktivitas dakwah dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang mengarah kepada
perubahan terhadap suatu yang belumbaik agar menjadi baik dan kepada sesuatu yang
sudah baik menjadi lebih baik lagi. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas,
kegiatan atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berartiatau setidaknya kegiatan
tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena menurut Samoel Soeitoe, sebenarnya
aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan, tetapi aktivitas dipandang sebagai usaha untuk
mencapai tau memenuhi kebutuhan orang yang melakukan aktivitas itu sendiri. 1
Aktivita dakwah yang merupakan operasionlisasi dari dakwah yang dilakukan para
pelaku dakwah dapat diklasifikasi dalam tiga kategori :
1) Dakwah bil-lisan
Dakwah bil-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan,
dapat berupa ceramah, diskusi, khutbah, dan lain sebagainya.
2) Dakwah dengan tulisan

1
M. Natsir, Fiqih Dakwah, (Dwan Dakwah Islamiyah Indonesia, 2017). 121
Dakwah dengan tulisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui
tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamplet, lukisan, buletin
dakwah, dan lain sebagainya.
3) Dakwah bil-hall
Dakwah bil-haal adalah dakwah melalui perbuatan nyata seperti perilaku yang sopan
sesuai dengan ajaran islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun,
sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia. dakwah ini dapat berupa
pendirian panti dan pemeliharaan anak yatim piatu, pendirina lembaga pendidikan,
kesenian dan lain sebagainya.

Dari uraian diatas menimbulkan beberapa prinsip yang menjadikan subtansi aktivitas
dakwah sebagai berikut :
1) Dakwah merupakan proses penyegaran suatu aktivitas yang dilakukan dengan sadar
dan sengaja
2) Usaha yang diselenggarakan itu berupa, mengajak seseorang untuk beramar ma’ruf
nahi munkar agar memeluk agama islam.
3) Proses penyegaran tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk
mendapat kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa dakwah merupakan suatu aktivitas yang
berupaya mengubah suatu situasi kepada situsi yang lain yang lebih baik sesuai ajaran
islam, atau proses mengajar manusia kejalan Allah yaitu al islam. Dengan uraiankan dapat
diartikan bahwa aktivitas dakwah adalah segala sesuatu yang berbentuk aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan dengan sadar yang mengajar manusia ke jalan yang mulia disisi
Allah serta meluruskan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dariajaran-ajaran islam.2
b. Dasar Hukum Dakwah
Menurut Wardi Bachtiar dalam bukunya dikemukakan bahwa pada dasarnya
berdakwah merupakan tugas pokok para Rasul yang diutus untuk berdakwah kepada
kaumnya agar mereka beriman kepada Allah SWT, akan tetapi dengan berlandaskan
kepada Alquran dan anjuran nabi Muhammad kepada umat Islam di dalam beberapa
Hadis tentang keharusan untuk berdakwah, maka dakwah juga diwajibkan kepada

2
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu dakwah, (Jakarta: Logos Wahana Ilmu, 1997). 34
seluruh umat Islam. Mengenai hukum dakwah masih terjadi permasalahan apakah
jenis kewajiban dakwah ditujukan kepada setiap individu atau kepada sekelompok
manusia, perbedaan pendapat tersebut disebabkan perbedaan pemahaman terhadap
dalil naqli (Alquran dan Hadis), dan karena kondisi pengetahuan dan kemampuan
manusia yang beragam dalam memahami Alquran.3

Menurut Asmuni Syukir, hukum dakwah adalah wajib bagi setiap muslim,
karena hukum Islam tidak mengharuskan umat Islam untuk selalu memperoleh hasil
yang maksimal, akan tetapi usaha yang diharuskan maksimal sesuai dengan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki, sedangkan berhasil atau tidak dakwah
merupakan urusan Allah. Berkaitan dengan kesuksesan dalam berdakwah, seorang
da’i tidak dituntut untuk memperoleh hasil yang maksimal, akan tetapi dikatakan
berhasil dalam dakwahnya apabila dai tersebut sudah mengerahkan segala kemampuan
usahanya untuk memperoleh kesuksesan dalam dakwahnya. Karena sejatinya
seseorang berhasil dalam dakwahnya merupakan urusan Allah Swt.
Selain di dalam Al-quran, dasar kewajiban dakwah juga banyak dianjurkan oleh
nabi Muhammad Saw. di dalam beberapa Hadis. Dengan demikian, hukum berdakwah
adalah wajib bagi seluruh umat Islam yang mampu melaksanakannya, dan wajib
hukumnya untuk berusaha memperoleh kemampuan untuk berdakwah, sehingga
dalam berdakwah untuk mencapai keberhasilan juga diharuskan untuk mempunyai
strategi baik berupa metode atau model yang digunakan agar dakwah dapat diterima
oleh masyarakat.4
Dalam berdakwah seorang da’i hendaknya mempunyai prinsip yang akan
digunakan dalam proses dakwahnya. Adapun prinsip itu sendiri dapat diartikan suatu
kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa prinsip dakwah adalah suatu kebenaran yang dijadikan pokok
dasar berpikir dan bertindak seorang da’i dalam melakukan dakwahnya. Ali Aziz
menggambarkan prinsip-prinsip dakwah adalah sebagai berikut :
a. Memberi keteladanan sebelum berdakwah
b. Mengikat hati sebelum menjelaskan
c. Mengenalkan sebelum memberi beban
d. Bertahap dalam pembebanan
3
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu.1997), 34.
4
Rasyidah, Ilmu Dakwah (Banda Aceh: Bandar Publishing, 2009), 65-70.
e. Memudahkan, bukan menyulitkan
f. Masalah yang pokok sebelum yang kecil
g. Membesarkan hati sebelum memberi ancaman
h. Memberi pemahaman bukan mendikte
i. Mendidik, bukan menelanjangi
j. Muridnya guru, bukan mueidnya buku.5

Terdapat beberapa Hadis yang menjelaskan tentang dasar hukum dakwah bagi
umat, diantaranya yang sering kita jumpai berasal dari riwayat :
a. imam Muslim dari Abu Sa’id Khudri sebagaimana berikut:

:ُ‫هللا ﷺ َيقُ ْول‬ ِ ‫ت َرسُو َل‬ ُ ْ‫ َسمِع‬:‫ َقا َل‬،ُ‫َعنْ أَ ِبي َس ِع ْي ٍد ال ُخ ْد ِريِّ َرضِ َي هللاُ َع ْنه‬
ُ‫ك أَضْ َعف‬ َ ِ‫ َفإِنْ لَ ْم َيس َتطِ عْ َف ِب َق ْل ِب ِه َو َذل‬،ِ‫ع َف ِبلِ َسا ِنه‬/ْ ِ‫ َفإِنْ لَ ْم َيس َتط‬،ِ‫« َمنْ َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكراً َف ْل ُي َغيِّرْ هُ ِب َي ِده‬
‫ان» َر َواهُ مُسْ لِ ٌم‬
ِ ‫اإل ْي َم‬
ِ
Dari abu sa’id alkhudriy radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: saya pernah
mendengar Rasulullah s}alla Allahu ‘alai>hi wasallam bersabda:
Barangsiapa di antara kamu melihat sesuatu kemungkaran, maka
hendaklah dia mencegah dengan tangannya (dengan kekuatan), jika dia
tidak sanggup demikian (lantaran tidak mempuyai kekuatan atau
kekuasaan), maka dengan lidahnya (teguran dan nasihat), jika (pun) tidak
sanggup demikian (lantaran serba lemah), maka dengan hatinya, dan
yang (terakhir) ini adalah selemah-lemahya iman (iman yang paling
lemah)’

Nabi Muhammad saw telah memberikan perintah kepada


segenap umat untuk mengubah kemungkaran apabila ia
menyaksikannya dan perlu di katakan bahwa setiap orang memiliki
tugas untuk melakukannya. Adapun tahap yang bisa dilakukan agar kita
dapat mengubah suatu kemungkaran tersebut yaitu dengan
menggunakan:

1) kekuaasaan atau tangan yang kita miliki, kita harus


menggunakan kekuasaan tersebut untuk menegakkan
5
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), 175.
kebenaran. Misalnya, seorang kepala negara yang mengambil
suatu kebijakan atas suatu permasalahan yang sedang melanda
negaranya. Maka kebijarkan kepala negara tersebut bisa
dikategorikan sebagai pengubah suatu keadaan dengan
menggunakan kekuasaannya atau tangan.

2) Nasihat-nasihat berupa ucapan atau lisan. Jika ternyata tidak


mampu mengubahnya dengan nasehat maka jangan sampai
kita terjerumus dalam kemugkaran tersebut.

3) Hati kita harus senantiasa berharap untuk dapat mengubah


kemungkaran itu menjadi kebajikan dan jangan sampai
membenarkan kemungkaran tersebut. Nabi mengisyaratkan
bahwa berusaha mengubah kemungkaran hanya dengan
hatinya menandakan tingkat iman seseorang masih lemah
sekali.6
b. Hadits dari Tamim Ad-Dari ra, yang diriwayatkan Imam Muslim

‫ الدِّين‬:‫ي ﷺ قال‬ َّ ‫ أن النب‬: ‫عن أبي رُقية تميم بن أوس ال َّداري‬


‫ وألئ َّمة المسلمين وعا َّمتهم‬،‫ ولرسوله‬،‫ ولكتابه‬،‫ هلل‬:‫ ل َمن؟ قال‬:‫ قلنا‬،‫النَّصيحة‬

Dari Tamim Ad-Dari bahwa Rasulullah SAW, bersabda: ‚ Agama itu


adalah nasihat.‛ Kami bertanya, ‚Bagi siapa ?‛ Beliau menjawab, ‚ Bagi
Allah, bagi kitabNya, bagi Rasulnya, bagi para pemimpin umat Islam,
dan bagi umat Islam pada umumya.
Penjelasan Hadis diatas secara tegas memerintahkan kita untuk
melaksanakan dakwah dakwah Islam. Perintah tersebut ditunjukkan
dalam kata perintah yang berupa ‚Barang siapa yang mengajak. Dalam
hadits ini subjek hukum tidak hadir (in absentia). Dalam bentuk
mutakhirnya, cara mengajak orang untuk melakukan sesuatu tampaknya
telah mengalami perubahan.
Dalam konteks ini, untuk mengajak pada sesuatu, seperti
memperkenalkan visi misi seorang presiden, pola hidup baru (new life
style), atau penawaran sebuah produk, orang cukup menggunakan media

6
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual,(Jakarta:Gema Insani Press,1998), 24.
televisi. Program tersebut ditayangkan di televisi secara berulang-ulang
pada acara dan jam-jam tertentu yang diduga banyak pemirsanya.
Penayangan berulang-ulang itu mengakibatkan masuk ke alam bawah
sadar pemirsa dan menjadi pola hidupnya. Hal ini terjadi begitu saja, di
luar kesadaran pemirsa. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
acara-acara yang ratingnya tinggi selalu dibanjiri oleh sponsor.
Celakanya, lewat media televisi yang jangkauannya demikian luas,
pemirsa menerima begitu saja ajakan- ajakan dalam televisi tersebut
tanpa reserve. Mereka tidak peduli lagi acara itu baik atau buruk. Bagi
mereka, yang penting adalah hiburan, yang selanjutnya secara tidak sadar
mereka pun mengikutinya.
Dengan demikian, tampaknya sabda Rasulullah tentang imbalan
pahala yang berantai bagi mereka yang mengajak pada hidayah
mendapatkan relevansinya. Mereka yang mengajak pada hidayah, akan
diganjar dengan pahala dari dakwah yang dilakukannya ditambah
dengan ganjaran mereka yang mengikuti. Sebaliknya, mereka yang
mengajak pada keburukan meskipun tidak secara terang-terangan (seperti
membuat, mensponsori tayangan mistis dan pornografi) akan mendapat
dosa dari perbuatannya itu ditambah dengan dosa mereka yang meniru
atau terinspirasi oleh tayangan itu.7
c. Hadits dari Abu Ashim diriwayatkan oleh Imam Bukhari

َ‫َّان ب ُْن َع ِطيَّة‬ ِ ْ‫ك ب ُْن َم ْخلَ ٍد أَ ْخبَ َرنَا اأْل َو‬
ُ ‫زَاع ُّي َح َّدثَنَا َحس‬ ُ ‫ضحَّا‬ ِ ‫َح َّدثَنَا أَبُو ع‬
َّ ‫َاص ٍم ال‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫ال بَلِّ ُغوا‬ َّ ِ‫ع َْن أَبِي َك ْب َشةَ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو أَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
َّ َ‫ب َعل‬
‫ي ُمتَ َع ِّمدًا‬ َ ِ‫َعنِّي َولَوْ آيَةً َو َح ِّدثُوا ع َْن بَنِي إِ ْس َرائ‬
َ ‫يل َواَل َح َر َج َو َم ْن َك َذ‬
ْ
ِ َّ‫فَ ْليَتَبَ َّوأ َم ْق َع َدهُ ِم ْن الن‬
‫ار‬
Telah bercerita kepada kami Abu 'Ashim adl-Dlahhak bin Makhlad telah
mengabarkan kepada kami Al Awza'iy telah bercerita kepada kami
Hassan bin 'Athiyyah dari Abi Kabsyah dari 'Abdullah bin 'Amru bahwa

7
Muslim bin Hajjaj Al-Naisabury, S}ahih Muslim, (Beirut: Da>r Al-Ih}ya’ Turath} Al- ‘Araby, ttp), Juz. 4.
82.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sampaikan dariku sekalipun
satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra'il dan
itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka
bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka".
Nabi memerintahkan untuk menyampaikan perkara agama dari
beliau, karena Allah telah menjadikan agama ini sebagai satu- satunya
agama bagi manusia dan jin. Tentang sabda beliau,Sampaikan dariku
walau hanya satu ayat‛, Al-Ma’afi An-Nahrawani mengatakan, ‚Hal ini
agar setiap orang yang mendengar suatu perkara dari Nabi Saw.
bersegera untuk menyampaikannya, meskipun hanya sedikit. Tujuannya
agar nukilan dari Nabi dapat segera tersambung dan tersampaikan
seluruhnya.‛ Hal ini sebagaimana sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, ‚Hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang tidak hadir‛.
Bentuk perintah dalam hadits ini menunjukkan hukum fard}u kifahnya
Sebagian orang yang mengaku sebagai da’i, pemberi wejangan,
dan pengisi ta’lim, padahal nyatanya ia tidak memiliki pemahaman (ilmu
mumpuni) dalam agama, berdalil dengan hadits ‚Sampaikan dariku
walau hanya satu ayat‛. Mereka beranggapan bahwasanya tidak
dibutuhkan ilmu yang banyak untuk berdakwah (asalkan hafal ayat atau
hadits, boleh menyampaikan semau pemahamannya, ed). Bahkan mereka
berkata bahwasanya barangsiapa yang memiliki satu ayat maka ia telah
disebut sebagai pendakwah, dengan dalil hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam tersebut. Menurut mereka, tentu yang memiliki hafalan lebih
banyak dari satu ayat atau satu hadits lebih layak jadi pendakwah.
Hadis di atas tidaklah menunjukkan apa yang mereka maksudkan,
melainkan di dalamnya justru terdapat perintah untuk menyampaikan
ilmu dengan pemahaman yang baik, meskipun ia hanya mendapatkan
satu hadits saja. Apabila seorang pendakwah hanya memiliki hafalan
ilmu yang mantap, maka ia hanya boleh menyampaikan sekadar hafalan
yang ia dengar. Adapun apabila ia termasuk ahl Al-hifd} wa Al-fahm
(punya hafalan ilmu dan pemahaman yang bagus), ia dapat
menyampaikan dalil yang ia hafal dan pemahaman ilmu yang ia miliki.
Demikianlah maksud dari sabda tersebut berkaitan dengan Bagaimana
seseorang bisa mengira bahwa Nabi Saw. Menghendaki dan bahkan
memerintahkan orang yang tidak paham agama untuk mengajarkan
berdasarkan pemahaman yang ia buat asal-asalan.8

c. Maksud dan Tujuan Dakwah


Tujuan dakwah merupakan upaya pengaktualisasian pesan-pesan dakwah yang
ingin dicapai dari aktifitas dakwah yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari guna
terwujudnya tujuan dakwah, yaitu membumikan nilai-nilai yang terkandung dalam
ajaran agama Islam demi terciptanya sebuah tatanan kehidupan yang diridhai oleh
Allah SWT. Rasullah SAW berkata dalam hadis nya :

ِ ‫ف اإْل ِي َم‬
‫ان‬ ْ َ‫مَنْ َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َك ًرا َف ْل ُي َغ ِّي ْرهُ ِب َي ِد ِه َفإِنْ لَ ْم َي ْس َتطِ ْع َف ِبل َِسانِ ِه َفإِنْ لَ ْم َي ْس َتطِ ْع َف ِب َق ْل ِب ِه َو َذلِ َك أ‬
ُ ‫ض َع‬

Artinya : “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan


tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa,
cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda
selemah-lemah iman” (H.R. Muslim).
Keterangan :
Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar adalah dua hal yang saling berpaut yang menjadi
kewajiban bagi seorang muslim. Siapapun kita, maka harus berusaha sekuat tenaga
dengan segala upaya untuk mencegah kezhaliman. Dalam banyak kesempatan, akan
kita temukan orang-orang yang masih belum tahu akan kebenaran. tugas kita, ialah
mendakwahi dengan menyampaikan kebenaran. Kemudian, mengajak untuk bersama
sama melakukan kebaikan tersebut. Nahi Munkar ialah mencegah dari keburukan. Ada

orang yang berbuat buruk karena ia tidak tahu, maka beritahukan bahwa apa yang
dilakukannya merupakan perbuatan yang buruk. Mencegah keburukan tidak boleh

dengan keburukan pula. Melainkan harus disampaikan dengan cara yang ihsan.
8
Bachtiar Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, 51.
Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki berada pada sebuah kaum
yang di dalamnya dilakukan suatu kemaksiatan, mereka mampu mengubah
kemaksiatan
tersebut lalu tidak melakukannya, maka Allah akan menimpakan siksa kepada mereka
sebelum mereka meninggal.” (HR. Abu Dawud dari Jarir, hadits no. 3776).
Keterangan :
Ma’shiyat adalah perkataan, perbuatan dan perilaku durhaka yang
mencerminkan ketidaktaatan hamba kepada Tuhannya. Termasuk dalam ma’shiyat
adalah perilaku kekafiran, kemusyrikan, keengganan melakukan perintah-Nya, dan
perbuatan yang melanggar larangan-Nya.
Bila dalam suatu masyarakat ada perilaku ke-ma’shiyat-an tersebut, padahal ada
orang yang sanggup dan mampu mengubahnya, tetapi ia tidak melakukannya, maka
Allah akan menimpakan siksa kepada orang tersebut sebelum ia meninggal dunia.
Ibnu katsir didalam menafsirkan surat al-imran ayat 104 berkata : Maksud ayat
ini yaitu harus ada sekelompok dari umat ini yang melakukan tugas dakwah, meskipun

sebenarnya dakwah itu merupakan kewajiban bagi setiap individu sesuai dengan
kemampuannya.9

B. Pendekatan Dakwah
a. Pengertian Pendekatan Dakwah
Kata Pendekatan dakwah adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
dakwah, Umumnya, Penentuan pendekatan di dasarkan pada mitra dakwah dan
suasana yang melingkupinya. Dimana pendekatan dakwah, yaitu pendekatan budaya,
pendekatan pendidikan dan pendekatan psikologis. Pendekatan dakwah adalah cara-
cara yang dilakukan seorang mubaligh untuk mencapai sebuah tujuan tertentu atas
dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain pendekatan dakwah harus bertumpu
pada suatu pandangan human oriented dengan mendapatkan penghargaan yang mulia

9
Kiab Musnad Abi Daud 11:414
atas diri manusia. Pendekatan terfokus pada mitra dakwah lainnya adalah dengan
mengunakan bidang-bidang kehidupan sosial kemasyarakatan.10
b. Jenis-jenis Pendekatan Dakwah
1) Pendekatan al-hikmah

Perkataan al-hikmah adalah perkataan yang berasal daripada bahasa arab


yang memberi maksud berbagai pengetahuan tentang kelebihan sesuatu perkara
dengan ilmu yang paling baik dan ilmu pemahaman, keadilan, sebab percakapan
yang sedikit tetapi memberi maksud yang tinggi kebijaksanaan,tahan marah,
sesuatu yang tidak memperlihatkan kejahilan, setiap perkataan yang bertepatan
dengan kebenaran meletakan sesuatu pada tempatnya, perkataan betul yang tepat
dan sesuatu yang mencegah daripada berlakunya kerusakan.11 Dari sudut istilah
pula terdapat berbagai pengertian yang diberikan oleh para ulama ialah
percakapan yang benar selaras dengan realita jiwa pada masa itu, Al-Qur‟an dan
sunnah dalil yang menerangkan kebenaran dan menghilangkan keraguan.11
Perkataan dan perbuatan serta melakukan sesuatu pada tempatnya segala cara
dan usaha tindakan yang sesuai bijaksanadan berdasarkan suatu untuk
mempengaruhinya. Abi Hayyan (654-754 H.) menyatakan pengertian al-hikmah
terdapat dua puluh sembilan pengertian yang dinyatakan oleh para
penafsir13sedang menurut wan hussein Azmi, pendekatan al-hikmah dalam
berdakwah dapat dibagi beberapa bagian.12
a) Al-Hikmah yang berhubung dengan sifat-sifat pendakwah perlu bersifat
seperti sifat-sifat para Nabi yaitu benar, cerdik, amanah, dan tabligh
meletakan sesuatu pada tempatnya sabar, mempunyai pengetahuann dan
pengalaman yang luas.
b) Al-Hikmah yang berisi kandungan dakwah yaitu mengambil isi
kandungan daripada Al-Qur‟an dan segala penerangan yang diberikan
sewajarnya bertepatan dengan kebenaran serta dalil-dalil yang kuat dan

10
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah (Bandung : Mizan, 1997), 25.
11
Muhammad Jamālal-Din al-Qasimi,Tafsir al-Qāsimi al-Musammā Mahāsin alTa’wil, ( Beirut: Dār al-Ihyā al-Turāt
al-„Arabi) h. 558
12
Wan Husein Azmi, Ilmu Dakwah, (kuala lumpur: DBP)h. 34-35
tepat yang boleh menerangkan kebenaran dan menghilangkan segala
keraguan.
c) Al-Hikmah yang berhubung dengan alat dan strategi dakwah hendaklah
digunakan betul-betul sesuai dengan tempatnya untuk mencegah
berlakunya kerusakan dalam gerakan dakwah.

Untuk melaksanakan pendekatan al-hikmah kepada sasaran Sayyid Qutub


(1909-1966M.)telah menjelaskan hal tersebut yaitu melihatkan suasana
persekitaran dan keadaan sasaran dakwah. Kesimpulannya, pendekatan al-hikmah
merupakan salah satu pendekatan dakwah yang asas dan sangat menarik perhatian
sasaran. Ia mempunyai pengertian yang luas. Namun, pengertian yang paling
tepat ialah meletakan sesuatu pada tempatnya yaitu mengikut kesesuaian sasaran.
Pelaksanaan dakwah yang penuh al-hikmah itu, pendakwah perlu mempunyai
ilmu, kebijaksanaan, kesabaran, keadilan, lemah lembut, kefahaman, kebenaran
dan pengalaman sebagai asas untuk membuat sesuatu keputusan yang bersesuaian
dan tepat dengan keadaan sasaran.

2) Pendekatan al-Maw‘izah al-Hasanah


Perkataan al-maw’izah al-hasanah adalah perkataan yang berasal daripada bahasa
Arab, ia mengandung dua perkataan yaitu al-maw’izah yang memberi arti nasihat,
peringatan dan pengajaran yang sama. Adapun al-hasanah ialah kebaikan.13Ahmad
Abu Zayd, menyatakan al-maw’izah al-hasanah merupakan cara yang berkesan
yang dapat memuaskan jiwa sasaran dan merangsang rasa ingin dalam jiwanya
untuk mengikuti jalan yang benar dan membuat kebaikan serta menjauhi diri
daripada kemungkaran, kerosakan dan kejahatan.17 Kesimpulannya, pendekatan
al-maw„izah al-hasanah merupakan salah satu pendekatan dakwah yang asas dan
berperanan sangat besar dalam merangsang jiwa sasaran yang telah dihanyutkan
oleh kemaksiatan atau hilang salah tujuan supaya kembali kepada jalan yang
dikehendaki oleh Allah SWT. Untuk mencapai perkara tersebut, pendakwah boleh
memilih bentuk yang sesuai dengan sasaran untuk menasihati mereka seperti
menggunakan kata-kata yang lemah lembut, baik, halus, kata-kata yang boleh

13
Abdullah Hanafi,Kamus al-Khalil. (Kuala Lumpur: Pustaka Salam,) h. 124
menyejukkan kepanasan hati, bentuk kisah, bentuk memuji, mengkritik bermanfaat
dan menakutkan perasaan tentang balasan Allah SWT pada hari akhirat seperti
yang telah diceritakan oleh Al-Qur‟an dan sunah dan sebagainya.
3) Pendekatan al-Mujadalah Bi al-Lati Hiya Ahsan
Al-Mujadalah merupakan perkataan nama yang diambil daripada perkataan
perbuatan yaitu jadala, ia memberi arti ilmu perdebatan yang bukan untuk
menerangkan kebenaran bahkan menerusan perbahasan untuk mengalahkan lawan.
Adapun peristilahan, al-mujadalah bi al-lati hiya ahsan ialah kata-kata untuk
memahamkan kepada sasaran serta menunaikan tujuan syariat melalui perdebatan.
Perdebatan yang terbaik adalah memuaskan sasaran dengan hujah dan dalil untuk
menerangkan kebenaran supaya mereka dapat menerima hujah yang telah
dikemukakan melalui dalil akal dan dalil Al-Qur‟an dan sunnah.14

Pemilihan pendekatan diatas bukanlah pemilihan yang mutlak sebab sering kali
dakwah harus melakukan multi pendekatan dalam mencapai tujuan dakwah.Selain
pendekatan diatas adapula pendekatan yang lain yang ditulis oleh Moh. Ali Aziz,yang
membahas tentang jenisjenis pendekatan diantaranya adalah :
1) Pendekatan Sosial
Pendekatan ini didasarkan atas pandangan bahwa penerima/mitra dakwah
adalah manusia yang bernaluri sosial serta memiliki keterkaitan dan
ketergantungan dengan orang lain. Interaksi sosial manusia ini meliputi semua
aspek kehidupan yaiu interaksi budaya, pendidikan, politik, dan ekonomi. Oleh
karena itu, pendekatan sosial ini meliputi:
a) Pendekatan Pendidikan Pendidikan merupakan kebuuhan dan sekaligus
tuntutan masyarakat, baik pendidikan formal, nonformal, maupun
informal. Lembagalembaga pendidikan peranannya dalam
pembentukan kecerdasan yang bersangkutan, kedewasaan wawasan
serta pembentuka manusia moralis yang berakhlakul karimah sebagai
objek maupun subjek pembangunan manusia seutuhnya.

14
8Muhammad Hamid Al ‟Uthman al-Ghamiri, al-Da’wah ila Allah fi Mayadiniha alThalathah al-Kubra.( T.T.P.: Dar
al-Tarfiyn,) h. 192.
b) Pendekatan Budaya Setiap masyarakat memiliki budaya sebagai karya
mereka sekaligus sebagai pengikat kebutuhan mereka. Para wali songo,
yang memandang bangsa Indonesia dengan budaya yang tinggi secara
tepat menggunakan budaya dalam dakwahnya, dan ternyata membawa
hasil. c. Pendekatan Politik Banyak hal yang tidak dapat diselesaikan
dengan pendekatan lain kecuali dengan pendekatan politik, melalui
kekuasaan. Bahkan hadis Nabi secara khusus memerintahkan amr
ma’ruf nahi munkar dengan ‚fal yug{oyyir biyaadihi‛ artinya
melakukan nahi munkar tersebut dengan kekuasaan (politik) pada
penguasa.
c) Pendekatan Ekonomi Ekonomi termasuk kebutuhan asasi dalam
kehidupan setiap manusia. Kesejahteraan ekonomi memang tidak
menjamin suburnya kehidupan keimanan seseorang, akan tetapi sering
kali kekafiran akan membawa seseorang pada kekufuran, adalah
merupakan realitas yang banyak kita temukan. Pendekatan ekonomis
dalam pelaksanaan dakwah pada masyarakat yang minus ekonomi
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup atau disebut dengan dakwah
bil hal mutlak dilakukan sebagai pendukung stabilitas keimanan dan
kontinuitas ibadah masyarakat.
2) Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini meliputi dua aspek :
a) Citra pandang dakwah terhadap manusia sebagai makhluk yang
memiliki kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Oleh karena
itu, mereka harus dihadapi dengan pendekatan persuasif, hikmah, dan
kasih sayang.
b) Realita pandang dakwah terhadap manusia yang disamping memiliki
beberapa kelebihan, ia juga memiliki berbagai macam kekurangan dan
keterbatasan. Ia sering kali mengalami kegagalan mengomunikasikan
dirinya ditengah-tengah masyarakat sehingga terbelenggu dalam
lingkaran problem yang mengggangu jiwanya. Oleh karena itu dakwah
harus memandang setiap mitra dakwah sebagai manusia dengan segala
problematikanya. Pendekatan psikologis ini terutama bagi mereka
yamg memerlukan pemecahan masalah rohani, baik dengan bimbingan
dan penyuluhan maupun dengan metode-metode yang lain.
Terdapat dua pendekatan dakwah yaitu pendekatan dakwah yang
terpusat pada pendakwah dan pendekatan dakwah yang terpusat pada
mitra dakwah. Pendektan terpusat pada pendakwah menurut unsur-
unsur dakwah lainnya menyesuaikan atau bekerja sesui dengan
kemampuan pendakwah; pesan dakwah manakah yang mampu di
gunakan oleh pendakwah; media dakwah manakah yang mampu
dimanfaatkan pendakwah.15
c. Asas Pendekatan Dakwah
Islam adalah agama yang sempurna sebagai suatu cara hidup yan selaras dengan
fitrah manusia. Agama Islam diturunkan oleh Allah swt ke atas Nabi saw yang
merupakan utusan Allah swt untuk menyampaikan agama-Nya kepada seluru
manusia di atas muka bumi. Mengenai tersebut pastilah Allah swt mengajarkan
kepada Nabi saw untuk berdakwah kepada sasarannya yang terdiri daripada berbagai
kaum, bangsa status hidup, pemikiran, keturunan, kemauan, dan lain-lain. Allah swt
telah mengajarkan model pendekatan dakwah kepada Nabi saw melalui berbagai
pendekatan namun yang menjadi asas utama segala bentuk pendekatan dakwah ialah
pendekatan al-Hikmah, alMau’izahal-Hasanah dan al-Mujādalah bi al-lati hia ahsan.
Firman Allah swt QS. An-nahl/ 16 : 125

َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة ۖ َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي أَحْ َس ُن ۚ إِ َّن َرب‬
‫ك‬ ِ ِ‫ع إِلَ ٰى َسب‬
َ ِّ‫يل َرب‬ ُ ‫ا ْد‬
َ‫ض َّل ع َْن َسبِيلِ ِه ۖ َوهُ َو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدين‬
َ ‫هُ َو أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬

Terjemahnya: “ serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah


pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhan-mu, dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat
dari jalanNya dan dilah yang mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.

15
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, 349
Sayyid Qutub menjelaskan ayat tersebut merupakan asas utama yang meletakan
dakwah dan kaidah-kaidahnya, menentukan sarana-sarana dan cara-cara
perjuanggannya serta menggariskan peraturan dakwah kepada Rasulullah saw dan
kepada para pendakwah selepasnya dalam rangka usaha menyampaikan agama Allah
swt yang lurus.16

16
Hasrin, Model Pendekatan Dakwah Pada Masyarakat Desa Tongkabo Kecamatan Togean Kabupaten Tojo Una-
Una Provinsi Sulawesi Tengah, (Universitas Muhammadiyah Makassar, 2020)12-14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aktivitas dakwah merupakan kegiatan yang mengarah kepada perubahan terhadap
suatu yang belum baik agar menjadi baik dan kepada sesuatu yang sudah baik menjadi lebih
baik lagi. Aktifitas dakwah dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
a. Dakwah bil-lisan
b. Dakwah dengan tulisan
c. Dakwah bil-hall

pada dasarnya berdakwah merupakan tugas pokok para Rasul yang diutus untuk
berdakwah kepada kaumnya agar mereka beriman kepada Allah SWT, akan tetapi dengan
berlandaskan kepada Alquran dan anjuran nabi Muhammad kepada umat Islam. Sumber
dari dakwah sendiri berdasarkan al-Qur;an, hadist, ijma’ dan qiyas. Di dalam dakwah
terdapat pendekatan-pendekatan dakwah. Pendekatan dakwah merupakan tolak ukur kita
terhadap pelaksanaan dakwah. Ada beberapa jenis pendekatan dalam dakwah diantaranya

a. Pendekatan Al-Hikmah
b. Pendekatan al-Maw‘izah al-Hasanah
c. Pendekatan al-Mujadalah Bi al-Lati Hiya Ahsan

Sedangkan pendekatan dawah menurut Moh. Ali Aziz, ada dua jenis :

a. Pendekatan sosial yang meliputi : pendekatan Pendidikan, pendekatan ekonomi,


pendekatan budaya.
b. Pendekatan Psikologis yang meliputi dua aspek : Citra pandang dakwah terhadap
manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding dengan makhluk
lainnya. Oleh karena itu, mereka harus dihadapi dengan pendekatan persuasif,
hikmah, dan kasih sayang dan Realita pandang dakwah terhadap manusia yang
disamping memiliki beberapa kelebihan, ia juga memiliki berbagai macam
kekurangan dan keterbatasan. Ia sering kali mengalami kegagalan
mengomunikasikan dirinya ditengah-tengah masyarakat sehingga terbelenggu dalam
lingkaran problem yang mengggangu jiwanya
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai