Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN LIKUIDITAS

TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

PENDAHULUAN

Dalam menghadapi persaingan era globalisasi saat ini setiap perusahaan dituntut
untuk dapat melakukan fungsi-fungsi penting yang ada dalam perusahaan seperti fungsi
pemasaran, fungsi penjualan, fungsi keuangan, fungsi personalia, fungsi produksi dan fungsi
akuntansi secara efektif dan efisien sehingga perusahaan dapat lebih unggul dalam
persaingan yang dihadapai. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan
bagi pemiliknya atau pemegang saham. Selain itu juga bertujuan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan dan melakukan pengembangan usahanya.
Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk pengembangan
bisnisnya. Pemenuhan dana tersebut berasal dari sumber internal dan eksternal. Sumber dana
internal yaitu dana yang berasal dari laba ditahan dan depresiasi sedangkan sumber dana
eksternal berasal dari para kreditur yang merupakan hutang (pinjaman) bagi perusahaan.
Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham,
laba ditahan, dan cadangan. Setiap perkembangan usaha juga diikuti dengan meningkatnya
kebutuhan akan modal yang semakin besar. Namun kenaikan modal tidak selalu diikuti
kenaikan rentabilitas karena kenaikan modal belum dapat menentukan keuntungan atau
kerugian penggunaan modal tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam rasio yang dihasilkan dari
periode ke periode berikutnya. Dengan mengetahui perkembangan modal, maka apabila
terjadi penurunan, pihak manajemen perusahaan dapat bertindak mengambil kebijaksanaan
untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada perusahaan.
Struktur modal merupakan perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang
perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal
sendiri. Salah satu tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana. Dalam
pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang
efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur
modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal
yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal secara keseluruhan atau biaya modal
rata-rata (Martono dan Harjito, 2007). Perusahaan yang mempunyai struktur modal yang
optimal akan menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal pula, sehingga bukan hanya
perusahaan yang memperoleh keuntungan, tetapi para pemegang saham pun ikut memperoleh
keuntungan tersebut. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam upaya memenuhi kebutuhan
dana antara lain: berapa besar kebutuhan dana tersebut, dalam bentuk apa sumber dana
tersebut, dan berapa lama dana itu akan digunakan. Dengan mengetahui hal tersebut, pihak
manajemen dapat menentukan bagaimana seharusnya pemenuhan kebutuhan dana untuk
mencapai struktur modal yang optimal harus dilakukan dan juga para investor di pasar modal
pada umumnya. Dengan demikian, tujuan pihak manajemen perusahaan untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (pemilik) dapat tecapai.
Menurut Brigham dan Houston (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal antara lain: stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage keuangan, tingkat
pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, kondisi pasar,
fleksibilitas keuangan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti kembali
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal berdasarkan kelompok variabel yang
sering digunakan oleh peneliti terdahulu dan mempunyai pengaruh yang tidak konsisten.
HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik
Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran umum tentang objek penelitian yang
dijadikan sampel. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan
gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Statistik deskriptif difokuskan pada nilai
maximum, minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi.

Tabel 1. Statistik Deskriptif


Variabel N Max Min Mean Standar Deviasi

DTA 96 2,85 0,12 0,57 0,46


FTA 96 2,26 0,11 0,50 0,27
Growth 96 0,79 -0,91 0,10 0,24
CR 96 13,65 0,09 2,24 2,04
Sumber: Data diolah

Pengujian Hipotesa

Analisa terhadap hipotesa dilakukan dengan uji t dan uji F. Setelah melakukan
pengujian asumsi klasik, maka semua veriabel independen, yaitu FTA, Growth, dan CR dapat
disimpulkan bahwa semua variabel independen bebas dari uji asumsi klasik sehingga tidak
perlu dikeluarkan dari model regresi berganda.

Tabel 2.
Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel B Uji t Si
(Constant) .703 5.261 .000
FTA .228 1.457 .149
Growth ‐.091 ‐0.335 .739
CR ‐.127 ‐4.34 .000

1. Variabel FTA / Fixed to Total Assets

Dari hasil perhitungan uji parsial yang tercantum dalam tabel 4.7 didapatkan nilai
sinifikansi 0,149 > 0,05 maka hipotesis 1 tidak terbukti (Ho diterima dan Ha ditolak). Hal ini
berarti tidak terdapat pengaruh signifikan antara struktur aktiva dengan struktur modal.
Tidak signifikannya struktur aktiva disebabkan karena aktiva tetap dalam industri
manufaktur dapat ditutup menggunakan modal sendiri, yang membuat sebagian dana untuk
aktiva tetap tersebut tidak harus dipenuhi melalui hutang. Kebutuhan dana untuk aktiva tetap
memerlukan dana yang besar karena aktiva tersebut digunakan untuk keperluan ekspansi,
penambahan variasi produk dan modernisasi perusahaan. Terlebih dalam kondisi persaingan
usaha yang semakin ketat pada saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk selalu berinovasi
dan menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Hal ini berarti perusahaan mampu
menggunakan modal sendiri dalam melakukan kegiatan investasi untuk mengembangkan
usahanya tanpa menggunakan hutang. Selain itu, aktiva tetap yang dimiliki perusahaan
dapat digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga laba
yang diperoleh perusahaan dapat digunakan untuk menambah investasinya kembali.
Penggunaan modal sendiri dalam melakukan kegiatan investasi akan mengurangi risiko
terhadap kebangkrutan yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2006) dan Bhaduri (2002)
dalam Nugroho (2006) bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal.
Hasil tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Riyanto (1995) dalam
Susetyo (2006) yang menyatakan bahwa kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian
besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan
mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri,
sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap.

2. Variabel Growth

Dari hasil perhitungan uji parsial yang tercantum dalam tabel 4.7 didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0,739 > 0,05 maka hipotesis 2 tidak terbukti (Ho diterima dan Ha
ditolak). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh signifikan antara pertumbuhan (growth)
dengan struktur modal.
Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan seberapa besar perusahaan
akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Perusahaan yang
mempunyai tingkat pertumbuhan yang potensial tinggi akan cenderung
menghasilkan arus kas yang lebih besar sehingga perusahaan tersebut pada akhirnya
akan lebih mengandalkan pendanaan internal. Dalam hubungannya dengan leverage,
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai
sumber pembiayaannya agar tidak terjadi keagenan (agency cost) antara pemegang saham
dengan manajemen perusahaan. Sebaliknya, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena pembayaran
hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.

Hasil yang tidak signifikan disebabkan karena penjualan dalam industri manufaktur
dari tahun ke tahun (yang menjadi sampel) tinggi, sedangkan hutang menurun. Perusahaan
lebih cenderung memilih pendanaan internal, dimana dana tersebut diperoleh dari
kegiatan operasional perusahaan. Hal ini berarti arus kas yang dihasilkan dari kegiatan
operasional perusahaan dapat digunakan untuk mendanai aktifitas perusahaan tersebut karena
perusahaan juga mempertimbangkan biaya bunga yang harus dibayarkan kepada kreditur
apabila perusahaan menggunakan hutang. Oleh karena itu, perusahaan cenderung
menggunakan hutang yang lebih sedikit untuk mendanai proyek investasinya.
Sebaiknya dalam menentukan jenis modal yang akan digunakan, perusahaan harus
memperhatikan kemampuannya dalam meningkatkan penjualan. Jika perusahaan mampu
mendanai dengan modal sendiri, maka dalam meningkatkan pertumbuhan perusahaan,
perusahaan tidak perlu mengunakan hutang, sehingga hutang perusahaan tidak meningkat.
Namun, jika modal yang dimiliki perusahaan benar-benar sudah tidak mencukupi, maka
dengan terpaksa perusahaan menggunakan hutang untuk kegiatan investasinya. Penentuan
jenis modal dengan modal sendiri dilakukan agar perusahaan dapat memelihara kelangsungan
hidup dan melindungi perusahan dari risiko kebangkrutan. Selain itu, dengan menggunakan
modal sendiri seperti menerbitkan saham baru akan meningkatkan harga saham perusahaan,
sehingga nilai perusahaan pun akan naik di mata investor.
Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Nugroho (2006) bahwa pertumbuhan berpengaruh signifikan positif
terhadap struktur modal. Tetapi mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ozkan
(2001) dalam Nugroho (2006) bahwa pertumbuhan berpengaruh negatif terhadap
struktur modal.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori yang disampaikan oleh (Weston and Brigham,
1994 dalam Nugroho 2006) yang menyatakan bahwa perusahaan yang bertumbuh pesat
cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan
yang bertumbuh secara lambat.

3. Variabel CR (Current Ratio)

Dari hasil perhitungan uji parsial yang tercantum dalam tabel 4.7 didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0,000 dan nilai koefisien variabel CR sebesar -0,127. Hal ini
membuktikan bahwa variabel likuiditas secara negatif mempengaruhi struktur modal (DTA).
Dan hasil tersebut membuktikan bahwa ada bukti likuiditas (CR) berpengaruh secara negatif
terhadap struktur modal (DTA) (Ho ditolak dan Ha diterima).
Dengan berdasarkan pada pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini mendukung hipotesis 3 yang telah ditetapkan bahwa likuiditas (CR) berpengaruh negatif
terhadap struktur modal (DTA). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
semakin besar likuiditas perusahaan, maka hutang perusahaan akan menurun. Nilai koefisien
regresi variabel CR menunjukkan nilai negatif karena aktiva lancar yang dimiliki perusahaan
(yang menjadi sampel) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sedangkan hutang
menurun. Bagi perusahaan yang memiliki komposisi aktiva lancar lebih besar dapat
menggunakan kelebihan tersebut untuk keperluan investasi. Sehingga meningkatnya
likuiditas perusahaan akan menurunkan

KESIMPULAN

1. Variabel struktur aktiva (FTA) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap


struktur modal (DTA). Hal ini berarti perusahaan dapat mendanai kegiatan investasi
perusahaan tanpa mengandalkan hutang dan dengan aktiva tetap yang dimiliki perusahan
mampu mengembangkan usahanya.
2. Variabel pertumbuhan (Growth) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
struktur modal (DTA). Hal ini berarti perusahaan masih mampu menggunakan arus kas
operasionalnya untuk mendanai kegiatan investasi, sehingga risiko
kebangkrutan juga semakin kecil.
3. Variabel likuiditas (CR) mempunyai pengaruh secara negatif terhadap struktur
modal (DTA) dan arahnya pun sesuai dengan hipotesa yang ditetapkan. Hal ini berarti
apabila likuiditas meningkat, maka struktur modal perusahaan menurun.

Anda mungkin juga menyukai