Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KULIAH

1. Asuhan Pra Nikah


Kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya yang ditunjukan pada masyarakat reproduktif pranikah. Pelayanan kebidanan diawali dengan
pemeliharaan kesehatan para calon ibu. 
Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi kesehatannya. Kepada para remaja diberi
pengertian tentang hubungan seksual yang sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan tentang
proses kehamilan dan persalinan, serta pemeliharaan kesehatan dalam masa pra dan pasca kehamilan.
Promosi kesehatan pada masa pra kehamilan disampaikan pada kelompok remaja wanita atau pada wanita yang akan
menikah. Penyampaian nasehat tentang kesehatan
pada masa pra nikah ini disesuaikan dengan tingkat intelektual pada calon ibu. Nasehat atau informasi yang diberikan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti karena bersifat pribadi dan sensitive. 
Remaja calon ibu yang mengalami masalah akibat gangguan system reproduksinya harus segera ditangani. Gangguan system
reproduksi tidak berdiri sendiri. Gangguan tersebut dapat berpengaruh pada kondisi pisikologi dan lingkungan sosial remaja itu
sendiri. Bila masalah kesehatan remaja tersebut sangat kompleks, sebaiknya dikonsultasikan ke ahli yang relevan atau dirujuk ke
unit pelayanan kesehatan yang fasilitasnya yang lebih lengkap. Faktor keluarga juga turut mempengaruhi kondisi kesehatan para
remaja yang akan memasuki pintu gerbang pernikahan. Bidan dapat menggunakan pengaruh keluarga untuk memperkuat mental
remaja dalam memasuki masa perkawinan dan kehamilan

faktor penting yang menjadi prasyarat memasuki perkawinan dan berumah tangga :
A. Faktor fiologis dalam perkawinan: kesehatan pada umumnya, kemampuan mengadakan hubungan seksual. Faktor ini
menjadi penting untuk dipahami pasangan suami isteri, karena salah satu tujuan perkawinan adalah menjalankan fungsi
Regenerasi (meneruskan keturunan keluarga). Pemahaman kondisi masing-masing akan memudahkan proses adaptasi dalam hal
pemenuhan kebutuhan ini.
B. Faktor psikologis dalam perkawinan: kematangan emosi dan pikiran, sikap saling dapat menerima dan memberikan cara
kasih antara suami isteri dan saling pengertian antara suami isteri.
C. Faktor agama dalam perkawinan, Faktor agama merupakan hal yang penting dalam membangun keluarga. Perkawinan
beda agama akan cenderung lebih tinggi menimbulkan masalah bila dibandingkan dengan perkawinan seagama.
D. Faktor komunikasi dalam perkawinan, Komunikasi menjadi hal sentral yang harus diperhatikan oleh pasangan suami
isteri. Membangun komunikasi yang baik menjadi pintu untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat memicu timbulnya
konflik yang lebih besar dalam keluarga

Bimbingan pra nikah antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :


a.  Perkawinan yang sehat. 
Tentang bagaimana mempersiapkan diri menghadapi perkawinan ditinjau dari sudut kesehatan. Perkawinan bukan hanya
sekedar hubungan antara suami dan istri. Perkawinan menghasilkan keturunan. Bayi yang dilahirkan atau keturunan ini
diharapkan adalah bayi yang sehat dan direncanakan.

b.  Keluarga yang sehat. 


diajarkan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan serta membinanya. Keluarga yang diidamkan (sejahtera) adalah keluarga
yang memiliki norma keluarga kecil (jumlah keluarga yang ideal terdiri atas suami, istri, dan dua anak),bahagia, sejahtera,
aman, tenteram, disertai rasa ketakwaan kepada Tuhan YME. Keluarga sejahtera juga memiliki kemampuan social ekonomi
yang mendukung kehidupan anggota keluarganya serta mampu menabung untuk masa depan. Selain itu, keluarga
sejahtera juga dapat membantu dan mendorong peningkatan taraf hidup keluarga lain.

c.  Sistem reproduksi dan masalahnya.


Tidak semua remaja memahami system reproduksi manusia. Membicarakan system reproduksi dianggap tabu bagi beberapa
kalangan remaja. Penjelasan mengenai perubahan yang terjadi pada system reproduksi pada masa kehamilan, persalinan, dan
pascapersalinan perlu diberikan. Penjelasan mengenai perawatan bayi serta gangguan system reproduksi, seperti gangguan
menstruasi, kelainan system reproduksi dan penyakit, juga hendaknya diberikan. Penyakit system reproduksi yang
dimaksud adalah penyakit-penyakit hubungan seksual, HIV/AIDS, dan tumor. 

d.  Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan atau sebaliknya. 
Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit-penyakit yang memberatkan kehamilan dan membahayakan
masa kehamilan atau persalinan. Penyakit yang perlu dan penting dijelaskan sewaktu mengadakan bimbingan, antara lain
penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia, dan tumor. 
e.  Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan. 
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan. Perubahan sikap dan perilaku dapat
mengganggu kesehatan, misalnya pada masa hamil muda terjadi gangguan psikologi seperti benci dengan seseorang (suami)
atau benda tertentu. Emosi yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan perilaku. Pada masa persalinan atau pascapersalinan
gangguan jiwa juga mungkin terjadi.
B. Darah Rutin

PEMERIKSAAN DARAH RUTIN

Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 jenis pemeriksaan

1. Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)


2. Hematokrit (Ht)
3. Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis (differential count)
4. Hitung trombosit / platelet count
5. Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)
6. Hitung eritrosit (di beberapa instansi)

Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan Hb merupakan salah satu dari sekian banyak tolak ukur apakah anda
terkena anemia atau tidak. Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang telah dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh
hemoglobin di dalam darah untuk didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang dan seluruh organ tubuh.

Orang-orang yang tidak pernah atau jarang mengkonsumsi vitamin dan mineral, ibu hamil, orang yang mengalami
perdarahan akibat terluka, terkena infeksi kronis atau penyakit kronis seperti TBC, tumor, gangguan hati, dan
gangguan kesehatan lainnya, bisa saja terjadi penurunan kadar Hb. Raut wajah akan terlihat pucat dan kuyu. Tubuh
pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan mudah lelah.

Nilai normal

* dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL,                           * wanita hamil 10-15 gram/dL

* wanita 12-16 gram/dL                                            * anak 11-16 gram/dL,

* baLita 9-15 gram/dL,bayi 10-17 gram/dL           * neonatus 14-27 gram/dL

● Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari rendahnya
Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet
vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan
sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
● Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor
pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang
normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.

Hematokrit (Ht)

Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan perbandingan antara proporsi volume sampel darah Anda dengan sel
darah merah (eritrosit) yang diukur dalam satuan millimeter per desiliter dari darah keseluruhan, bias juga
dinyatakan dalam persen. Jadi pengukuran ini bisa dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah. Semakin tinggi
presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan darahnya, atau sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin, kadar
hematokrit biasanya dikaitkan dengan derajat anemia yang diderita.

Nilai normal

* dewasa pria 40-54%                     * wanita 37-47%

* wanita hamil 30-46%                    * anak 31-45%, balita 35-44%

* bayi 29-54%                                   * neonatus 40-68%

Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah. Secara kasar, hematokrit biasanya sama
dengan tiga kali hemoglobin.

● Ht tinggi(meningkat) hemokonsentrasi (> 55 %)dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan
kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia.
Ambang bahaya adalah Ht >60%.
● Ht rendah hemodilusi (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati,
hemolisis, leukemia, kehamilan,malnutrisi, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15%.

● Kadar ht normal 3x nilai hb

Leukosit (Hitung total)


Leukosit juga disebut sel darah putih walaupun sebenarnya tidak berwarna alias bening. Di dalam sel darah putih
terkandung unsur-unsur darah seperti basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.

Keadaan dimana leukosit meninggi disebut leukositosis, biasa muncul pada darah setelah menjalani latihan olah raga
yang berat, terkena infeksi kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain), atau setelah terkena luka bakar yang luas.

Pada saat leukemia kadar leukosit sangat tinggi, bisa mencapai 10 kali lipat dibandingkan kadar normalnya. Jika
kadar leukosit terlalu tinggi, leukosit tersebut justru akan merusak leukosit lainnya, dan ini juga akan mempengaruhi
sistem kekebalan tubuh.

Kadar leukosit akan turun seiring dengan sembuhnya satu sumber penyakit. Jika memang yang bermasalah adalah
leukosit itu sendiri misalnya leukemia, dokter akan memberikan pengobatan khusus untuk menurunkan kadar leukosit.

Ada juga yang disebut leukopenia. Kondisi ini terjadi karena kadar leukosit anda kurang dari normal. Leukopeni
biasanya timbul akibat mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat-obatan kanker, keracunan benzene, urethane,
dan logam-logam tertentu, infeksi kronis, anemia, dan juga faktor keturunan. Jika kadarnya terlalu rendah, tentu akan
berpengaruh pada system kekebalan tubuh. Tubuh akan lebih mudah terkena berbagai penyakit infeksi,
agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi,
dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik,
arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

Nilai normal 4500-10000 sel/mm3

* Neonatus 9000-30000 sel/mm3       * Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3

* Anak 10 tahun 4500-13500/mm3   * ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3,

* postpartum 9700-25700 sel/mm3

Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Kondisi lain
yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:

● Anemia hemolitik
● Sirosis hati dengan nekrosis
● Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
● Keracunan berbagai macam zat
● Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan sulfonamid.

Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi
atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat
antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa
antibiotik lainnya.

Leukosit (hitung jenis)

Darah terdiri atas komponen-komponen seperti eritrosit, trombosit, hemoglobin, dan leukosit. Leukosit sendiri terdiri
atas sel leukosit basofil, eusinofil, neutrofil (terdiri atas neutrofil batang dan neutrofil segmen), monosit dan limfosit.
Besarnya kadar-kadar zat penyusun leukosit tersebut dinyatakan dalam persen. Biasanya, persentase tertinggi ada
pada neutrofil segmen dan limfosit, sementara persentase terendah ada pada eosinofil, basofil, dan monosit.
Kadangkala persentase eosinofil lebih tinggi, misalnya pada keadaan infeksi kronis seperti cacingan, keracunan,
dan perdarahan. Bisa juga terjadi persentase limfosit dan monosit lebih tinggi yaitu pada penyakit hati dan anemia
kronis.

Nilai normal hitung jenis

● Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)


● Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)
● Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)
● Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)
● Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)
● Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)

Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit alergi di mana eosinofil sering
ditemukan meningkat.

● Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal
juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri
dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-
penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
● Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil disebut shift to the right.
Infeksi yang disertai shift to the rightbiasanya merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat
menyebabkan shift to the right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.

Trombosit

Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit demam berdarah atau DBD. Pada penderita DBD, terjadi penurunan
kadar trombosit dalam darah secara signifikan. Trombosit yang menurun menyebabkan terjadinya pendarahan pada
kulit karena trombosit berfungsi sebagai salah satu pembeku darah.

Tidak semua trombosit yang rendah lantas dikaitkan dengan DBD. Rendahnya trombosit juga bias merupakan
kelainan bawaan. Hal ini terjadi karena produksi trombosit seseorang memang sangat rendah.

Trombosit yang rendah menimbulkan gangguan pada system pembekuan darah. Oleh karena itu, pada penderita
DBD dengan kadar trombosit rendah akan mempermudah munculnya titik-titik pendarahan pada kulit, hidung
bahkan otak.

Nilai normal

*dewasa 150.000-400.000 sel/mm3                      * anak 150.000-450.000 sel/mm3.

● Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah dengue (DBD), anemia, luka
bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.

● Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit keganasan, sirosis, polisitemia, ibu
hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya
trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000 sel/mm3. leukemia (kanker sel darah putih), polisitemia
vera (kadar sel darah merah yang sangat meninggi), penyebaran tumor ganas, penyakit-penyakit vaskuler
seperti lupus (gangguan system imun atau kekebalan tubuh), setelah operasi pembedahan, perdarahan, dan
pada orang yang baru berhenti mengkonsumsi alcohol.

Laju endap darah(LED)

Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah dalam membentuk endapan. Sekian cc darah akan
dimasukkan ke dalam satu tabung pengukuran dan dinilai pada berapa millimeter pengendapan itu muncul. Laju
endap darah dilakukan untuk menilai berapa kecepatan eritrosit atau sel darah merah bisa mengendap dalam tabung
pengukuran yang diukur selama satu jam.

Laju endap darah bisa menurun akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit
dimana sel darah merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap
darah maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama
dengan darah keseluruhan.

Pemeriksaan laju endap darah sangat berguna untuk mendeteksi adanya suatu peradangan dan bahkan perjalanan atau
aktivitas suatu penyakit.

Nilai normal

*dewasa pria <15 mm/jam pertama          * wanita <20 mm/jam pertama

*ansia pria <20 mm/jam pertama              * wanita <30-40 mm/jam pertama

*Wanita hamil 18-70 mm/jam pertama    * anak <10 mm/jam pertama

● LED yang meninggi


dalam satu jam apabila mengalami cedera, peradangan, atau kehamilan meningkat : menandakan adanya infeksi atau
inflamasi, penyakit imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan. jika menderita infeksi
kronis atau kasus-kasus dimana peradangan menjadi kambuh, misalnya TBC atau rematik. Adanya tumor, keracunan
logam, radang ginjal maupun lever juga kadang memberikan nilai yang tinggi untuk laju endap darah.

● LED yang sangat rendah

menandakan gagal jantung dan poikilositosis, Laju endap darah bisa

menurun : akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah
merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah maka
kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama dengan darah
keseluruhan.

Hitung eritrosit

Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, adalah bagian darah dengan komposisi terbanyak di dalam darah.
Fungsi utamanya adalah sebagai tempat metabolisme makanan untuk dapat menghasilkan energi serta
mengangkut O2 (oksigen) dan CO2 (karbon dioksida). Pada penyakit-penyakit kronis seperti penyakit hati, anemia,
dan leukemia bias ditemui penurunan jumlah sel darah merah. Pada pemeriksaan lanjutan, biasanya laboratorium akan
melampirkan nilai-nilai seperti MCV dan MCHC.

MC (mean cospuscular) adalah jenis pemeriksaan untuk menilai kadar eritrosit rata-rata. Pemeriksaan ini biasanya
dijadikan indikator untuk melihat kadar anemia seseorang. MCV atau mean cospuscular volume digunakan untuk
mengukur indeks volume eritrosit dalam darah. MCH atau mean cospuscular haemoglobin untuk mengukur indeks
warna pada eritrosit dalam darah. Adapun MCHC atau mean cospuscular haemoglobin concentration untuk mengukur
indeks saturasi eritrosit dalam darah.

Sekali lagi, pemeriksaan ini ditujukan untuk menegakkan penyakit anemia yang diderita seseorang. Nilai-nilai ini
menggambarkan beraneka ragam bentuk atau wajah sel darah merah. Hal ini penting untuk mengetahui apakah ada
kelainan pada sel darah merah.

Nilai normal

*wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3          * pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.

*Bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3             * anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.

● Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar, perdarahan berat, setelah
beraktivitas berat, polisitemia, anemiasickle cell.
● Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan, penurunan fungsi sumsum
tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin,
INH, asam mefenamat)

● Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)


Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu
sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :
● MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume rata-rata sebuah
eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
● MCV =  Hematokrit x 10

Eritrosit

● Nilai normal = 82-92 fl


● MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya
hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
● MCH = Hemoglobin x 10

Eritrosit

● Nilai normal = 27-31 pg


● MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata
(KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih
tepat adalah “gr/dl”)
● MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit

● Nilai normal = 32-37 %


● Masalah Klinis

HASIL MEMENDEK : Penyakit Hodgkin


HASIL MEMANJANG : idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), abnormalitas       trombosit, abnormalitas
vascular, leukemia, penyakit hati serius, disseminated intravascular coagulation (DIC), anemia aplastik, defisiensi
faktor koagulasi (V, VII, XI). Pengaruh obat : salisilat (aspirin), dekstran, mitramisin, warfarin (Coumadin),
streptokinase (streptodornasi, agens fibrinolitik).

Anemia berhubungan dengan jumlah atau volume darah di tubuh yang kurang. Sedangkan tekanan darah rendah
adalah kekuatan darah dalam menekan dinding pembuluh darah.

C. Urin Rutin
Tes urine (urinalisis) adalah metode pemeriksaan yang menggunakan urine sebagai pendeteksi adanya gangguan dalam
tubuh. Uji sampel urine biasanya dilakukan untuk mendiagnosis penyakit yang berkaitan dengan saluran kemih. 
Sebagai contoh, infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, hingga diabetes diperiksa lewat tes ini. Anda mungkin juga akan
menjalani pemeriksaan ini ketika dirawat di rumah sakit, sebelum operasi, atau ketika sedang hamil. 
Urinalisis umumnya memeriksa warna, konsentrasi, komposisi, hingga bau urine. Hasil urinalisis yang menunjukkan adanya
ketidaknormalan sering memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengungkap penyebabnya. 

A. Pemeriksaan visual
Selama tes visual urine, petugas laboratorium akan mengamati tampilan urine secara langsung. Hal ini meliputi beberapa hal,
mulai dari tingkat kejernihan, bau, hingga warna urine
B. Pemeriksaan Mikroskopis
Berikut ini beberapa senyawa yang dianggap penting dalam pemeriksaan mikroskopis.
- Sel darah putih (leukosit) dalam urine untuk menunjukkan adanya infeksi.
- Sel darah merah (eritrosit) yang merupakan tanda penyakit ginjal dan gangguan darah.
- Bakteri atau ragi sebagai tanda infeksi.
- Kristal, yang menandakan batu ginjal.
- Epitel dalam urine berjumlah banyak pertanda tumor, infeksi dan penyakit ginjal
C. Tes dipstick : pemeriksaan urine yang menggunakan stik plastik tipis dan dimasukkan ke dalam sampel urine Anda. Stik
plastik biasanya akan berubah warna jika ada zat tertentu dengan kadar berlebihan yang terkandung dalam urine. 
Metode ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi beberapa hal, seperti:
● Keasaman PH
● Konsentrasi dan Kekentalan Urin

D. Pemeriksaan TORCH adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya Toksoplasmosis, infeksi lain/Other
infection, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus (disingkat TORCH), pada ibu hamil atau yang berencana hamil,
untuk mencegah komplikasi pada janin. Beberapa infeksi lain yang termasuk ke dalam TORCH yaitu sifilis, HIV, Varicella-
zoster, dan campak . Dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien untuk mendeteksi antibodi spesifik penyakit-penyakit
tersebut. Meskipun pemeriksaan TORCH dilakukan satu paket, pemeriksaan antibodi untuk masing-masing penyakit dapat juga
dilakukan secara terpisah.

Prosedur pemeriksaan TORCH cukup sederhana, yaitu berfokus pada pengambilan sampel darah dan deteksi antibodi. Darah
dapat diambil melalui pembuluh vena di lengan
Sampel darah akan dibawa ke laboratorium untuk dicek antibodi spesifik terhadap mikroba penyebab penyakit TORCH.
Antibodi yang umumnya dicek dalam pemeriksaan ini adalah IgG dan IgM. Dokter akan menilai apakah pasien sedang atau
pernah mengalami infeksi, atau tidak sedang mengalami infeksi.

E. Penilaian Hepatitis
1. Tes Fungsi Hati 
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah, untuk mengecek kinerja atau fungsi hati. Pada tes ini, kandungan enzim hati
dalam darah, yaitu enzim aspartat aminotransferase dan alanin aminotransferase (AST/SGOT dan ALT/SGPT), akan diukur.
Normalnya, kedua enzim tersebut terdapat di dalam hati. Namun jika hati mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua enzim
tersebut akan tersebar dalam darah sehingga kadarnya meningkat. Meski demikian, perlu diingat bahwa tes fungsi hati tidaklah
spesifik hanya untuk menentukan penyebab hepatitis saja

2. Tes Antibodi Virus Hepatitis 


Tes ini bertujuan untuk menentukan keberadaan antibodi yang spesifik untuk virus HAV, HBV, dan HCV. Ketika seseorang
terkena hepatitis akut, tubuh biasanya akan membentuk antibodi spesifik untuk memusnahkan virus yang menyerang tubuh.
Lalu, antibodi dapat terbentuk beberapa minggu setelah seseorang terkena infeksi virus hepatitis. 
Antibodi yang dapat terdeteksi pada pengidap hepatitis akut adalah:
- Antibodi terhadap hepatitis A (anti HAV).
- Antibodi terhadap material inti dari virus hepatitis B (anti HBc).
- Antibodi terhadap material permukaan dari virus hepatitis B (anti HBs).
- Antibodi terhadap material genetik virus hepatitis B (anti HBe).
- Antibodi terhadap virus hepatitis C (anti HCV).

3.Tes Protein dan Materi Genetik Virus 


Pada pengidap hepatitis kronis, antibodi dan sistem imun tubuh tidak dapat memusnahkan virus, sehingga virus akan terus
berkembang dan lepas dari sel hati ke dalam darah. Keberadaan virus dalam darah dapat dideteksi dengan tes antigen spesifik
dan material genetik virus, yaitu:
- Antigen material permukaan virus hepatitis B (HBsAg).
- Antigen material genetik virus hepatitis B (HBeAg).
- DNA virus hepatitis B (HBV DNA).
- RNA virus hepatitis C (HCV RNA).

F. Penilaian HIV AIDS


Tes HIV adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi infeksi HIV pada tubuh pasien. Dengan terdeteksinya
HIV, selain bermanfaat bagi dirinya sendiri, individu tersebut juga bisa lebih berhati-hati agar tidak menyebarkan HIV kepada
orang lain.
Ada dua metode dalam tes HIV, yaitu tes HIV yang memeriksa antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh sebagai
reaksi terhadap infeksi HIV, dan tes HIV yang memeriksa keberadaan virus tersebut dalam tubuh. Tes HIV memiliki beberapa
fungsi penting antara lain untuk mencegah penyebaran HIV, mendeteksi infeksi HIV sejak dini, serta mendeteksi darah, produk
darah, atau organ dari pendonor sebelum diberikan kepada pasien lain. Dengan deteksi sejak dini, maka pengobatan menjadi
lebih cepat, serta risiko penularan virus dapat diturunkan
Ada tiga jenis utama tes HIV, antara lain:
● Tes antibodi, yaitu jenis pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah. Antibodi HIV adalah protein yang
diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV. Tes antibodi terdiri atas beberapa jenis, antara lain:
a. ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). ELISA merupakan tes HIV yang umumnya digunakan sebagai langkah
awal untuk mendeteksi antibodi HIV. Sampel darah yang telah diambil akan dibawa ke laboratorium dan dimasukkan ke dalam
wadah yang telah diberi antigen HIV. Selanjutnya, enzim akan dimasukkan ke dalam wadah tersebut untuk mempercepat reaksi
kimia antara darah dan antigen. Jika darah mengandung antibodi HIV, maka darah akan mengikat antigen tersebut di dalam
wadah.
b. IFA (immunofluorescene antibody assay). Tes yang dilakukan dengan menggunakan pewarna fluoresens untuk
mengidentifikasi keberadaan antibodi HIV. Pengamatan dilakukan dengan bantuan mikroskop beresolusi tinggi. Tes ini biasanya
digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA.
c. Western Blot. Tes yang dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan protein antibodi yang diekstrak dari sel
darah. Sebelumnya, tes ini juga digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA, namun saat ini Western Blot sudah jarang
digunakan sebagai tes HIV.
d. Tes PCR (polymerase chain reaction). Tes yang digunakan untuk mendeteksi RNA atau DNA HIV dalam darah. Tes
PCR dilakukan dengan cara memperbanyak DNA melalui reaksi enzim. Tes PCR dapat dilakukan untuk memastikan keberadaan
virus HIV ketika hasil tes antibodi masih diragukan.
e. Tes kombinasi antibodi-antigen (Ab-Ag test). Tes yang dilakukan untuk mendeteksi antigen HIV yang dikenal dengan
p24 dan antibodi HIV-1 atau HIV-2. Dengan mengidentifikasi antigen p24, maka keberadaan virus HIV dapat terdeteksi sejak
dini sebelum antibodi HIV diproduksi dalam tubuh. Tubuh umumnya membutuhkan waktu 2-6 minggu untuk memproduksi
antigen dan antibodi sebagai respons terhadap infeksi

G. Pemeriksaan TBC
Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya M. tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau bilasan lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan.
Selain pemeriksaan BTA, dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan lain sebagai pendukung diagnosis, meliputi:
- Foto Rontgen
- CT scan
- Tes kulit Mantoux atau Tuberculin skin test
- Tes Darah IGRA (interferon gamma release assay).

H. Pemeriksaan Malaria
pemeriksaan darah yang disebut tes diagnostik cepat malaria (RDT malaria). RDT malaria bertujuan untuk mendeteksi protein
(antigen) yang bisa menjadi tanda keberadaan parasit malaria. Hasilnya dapat diketahui dalam waktu beberapa menit.
Untuk memastikan malaria, tidak cukup dengan pemeriksaan RDT saja. Diperlukan juga pemeriksaan darah di bawah
mikroskop, untuk melihat keberadaan parasit dan membedakan jenis malaria. Sampel darah bisa diambil lebih dari sekali dan
diambil ketika keluhan timbul.

Pemeriksaan sediaan apus darah mikroskopik merupakan gold standard untuk memastikan diagnosis malaria dengan sensitivitas
52,5% dan spesifisitas 77%. Apus darah ini sebaiknya diambil dari darah perifer pada waktu pasien mengalami demam atau
parasitemia, terdiri dari tiga kali pemeriksaan sediaan apus tebal dan tipis dengan jarak waktu 12-24 jam. Pada hasil negatif,
pemeriksaan diulang 36 jam kemudian.
● Pemeriksaan Apus Darah Tebal
Pemeriksaan apus darah tebal dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman. Pemeriksaan ini dikenal sebagai tes
kuantitatif. Sediaan ini 20 kali lebih sensitif dibandingkan apus tipis namun lebih tidak spesifik dan tergantung operator. Untuk
itu, pemeriksaan ini harus dilakukan oleh 2 operator untuk memastikan hasil pemeriksaan.
Parasitemia dihitung berdasarkan jumlah eritrosit yang terinfeksi, positif jika densitas parasit >4% atau 200000/µL darah.
Malaria berat jika densitas Plasmodium falciparum >10%, dan Plasmodium knowlesi ~2%, atau 100000/µL walau tidak ada
bukti disfungsi organ.
● Pemeriksaan Apus Darah Tipis
Pemeriksaan apus darah tipis kurang sensitif dibandingkan apus tebal namun bermanfaat untuk mengidentifikasi spesies
Plasmodium penyebab malaria. Pemeriksaan ini dikenal sebagai tes kualitatif.
● Pemeriksaan Darah
Trias malaria, terutama untuk para pelancong ke daerah endemik:
- Trombositopenia
- Kadar laktat dehidrogenase meningkat
- Limfosit yang atipikal
Hemolisis pada malaria dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin, dan pada malaria berat dapat menyebabkan terjadinya
anemia.
Pada malaria berat atau malaria serebral, dapat terjadi hipoglikemia sehingga perlu dilakukan pemeriksaan gula darah.
Pemeriksaan darah lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, dan elektrolit (terutama sodium).
● Rapid Diagnostic Test (RDT)
RDT merupakan tes imunokromatografi untuk mendeteksi antigen malaria berdasarkan antibodi terhadap protein histidin
parasite malaria. Tes ini memiliki kelebihan berupa mudah dilakukan dan cepat tetapi kurang efektif pada jumlah parasit di
bawah 100/ml darah. Selain itu, dapat juga terjadi hasil positif palsu pada malaria selama sekitar 2 minggu karena masih adanya
antigen yang bersirkulasi.
● Tes imuno kromatografi berdasarkan antibodi terhadap protein histidin parasit malaria
Sensitivitas 91,7% dan spesifisitas 96,7%
Mudah dilakukan oleh petugas laboratorium
Namun, tes ini kurang efektif  ketika jumlah parasit dibawah 100/mL darah
Bila hal ini terjadi, konfirmasi dengan tes skrining yang lainnya
False positif dapat terjadi selama 2 minggu, atau lebih setelah pengobatan karena adanya antigen yang bersirkulasi secara
persisten
● Polymerase Chain Reaction Assay
Pemeriksaan ini sangat spesifik dan sensitif dalam menentukan keberadaan Plasmodium dalam darah individu yang terinfeksi
dan mendeteksi spesies Plasmodium penyebab infeksi. Namun pemeriksaan ini tidak selalu tersedia pada fasilitas kesehatan dan
memiliki harga yang cukup mahal.
● Kultur Darah
Pasien yang tidak merespon dengan pengobatan perlu dilakukan kultur darah untuk menemukan ada tidaknya koinfeksi.
● Radiologi
Rontgen toraks perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lainnya. Selain itu, pada kecurigaan malaria berat,
terutama bila ada manifestasi klinis respiratori, rontgen toraks juga perlu dilakukan.
● CT Scan kepala dilakukan bila ada kecurigaan edema serebral, atau perdarahan otak

Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal dilakukan bila pasien menunjukkan kesadaran terganggu, dan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis
bakterial

Anda mungkin juga menyukai