faktor penting yang menjadi prasyarat memasuki perkawinan dan berumah tangga :
A. Faktor fiologis dalam perkawinan: kesehatan pada umumnya, kemampuan mengadakan hubungan seksual. Faktor ini
menjadi penting untuk dipahami pasangan suami isteri, karena salah satu tujuan perkawinan adalah menjalankan fungsi
Regenerasi (meneruskan keturunan keluarga). Pemahaman kondisi masing-masing akan memudahkan proses adaptasi dalam hal
pemenuhan kebutuhan ini.
B. Faktor psikologis dalam perkawinan: kematangan emosi dan pikiran, sikap saling dapat menerima dan memberikan cara
kasih antara suami isteri dan saling pengertian antara suami isteri.
C. Faktor agama dalam perkawinan, Faktor agama merupakan hal yang penting dalam membangun keluarga. Perkawinan
beda agama akan cenderung lebih tinggi menimbulkan masalah bila dibandingkan dengan perkawinan seagama.
D. Faktor komunikasi dalam perkawinan, Komunikasi menjadi hal sentral yang harus diperhatikan oleh pasangan suami
isteri. Membangun komunikasi yang baik menjadi pintu untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat memicu timbulnya
konflik yang lebih besar dalam keluarga
d. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan atau sebaliknya.
Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit-penyakit yang memberatkan kehamilan dan membahayakan
masa kehamilan atau persalinan. Penyakit yang perlu dan penting dijelaskan sewaktu mengadakan bimbingan, antara lain
penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia, dan tumor.
e. Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan.
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan. Perubahan sikap dan perilaku dapat
mengganggu kesehatan, misalnya pada masa hamil muda terjadi gangguan psikologi seperti benci dengan seseorang (suami)
atau benda tertentu. Emosi yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan perilaku. Pada masa persalinan atau pascapersalinan
gangguan jiwa juga mungkin terjadi.
B. Darah Rutin
Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan Hb merupakan salah satu dari sekian banyak tolak ukur apakah anda
terkena anemia atau tidak. Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang telah dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh
hemoglobin di dalam darah untuk didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang dan seluruh organ tubuh.
Orang-orang yang tidak pernah atau jarang mengkonsumsi vitamin dan mineral, ibu hamil, orang yang mengalami
perdarahan akibat terluka, terkena infeksi kronis atau penyakit kronis seperti TBC, tumor, gangguan hati, dan
gangguan kesehatan lainnya, bisa saja terjadi penurunan kadar Hb. Raut wajah akan terlihat pucat dan kuyu. Tubuh
pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan mudah lelah.
Nilai normal
● Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari rendahnya
Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet
vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan
sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
● Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor
pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang
normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
Hematokrit (Ht)
Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan perbandingan antara proporsi volume sampel darah Anda dengan sel
darah merah (eritrosit) yang diukur dalam satuan millimeter per desiliter dari darah keseluruhan, bias juga
dinyatakan dalam persen. Jadi pengukuran ini bisa dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah. Semakin tinggi
presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan darahnya, atau sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin, kadar
hematokrit biasanya dikaitkan dengan derajat anemia yang diderita.
Nilai normal
Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah. Secara kasar, hematokrit biasanya sama
dengan tiga kali hemoglobin.
● Ht tinggi(meningkat) hemokonsentrasi (> 55 %)dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan
kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia.
Ambang bahaya adalah Ht >60%.
● Ht rendah hemodilusi (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati,
hemolisis, leukemia, kehamilan,malnutrisi, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15%.
Keadaan dimana leukosit meninggi disebut leukositosis, biasa muncul pada darah setelah menjalani latihan olah raga
yang berat, terkena infeksi kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain), atau setelah terkena luka bakar yang luas.
Pada saat leukemia kadar leukosit sangat tinggi, bisa mencapai 10 kali lipat dibandingkan kadar normalnya. Jika
kadar leukosit terlalu tinggi, leukosit tersebut justru akan merusak leukosit lainnya, dan ini juga akan mempengaruhi
sistem kekebalan tubuh.
Kadar leukosit akan turun seiring dengan sembuhnya satu sumber penyakit. Jika memang yang bermasalah adalah
leukosit itu sendiri misalnya leukemia, dokter akan memberikan pengobatan khusus untuk menurunkan kadar leukosit.
Ada juga yang disebut leukopenia. Kondisi ini terjadi karena kadar leukosit anda kurang dari normal. Leukopeni
biasanya timbul akibat mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat-obatan kanker, keracunan benzene, urethane,
dan logam-logam tertentu, infeksi kronis, anemia, dan juga faktor keturunan. Jika kadarnya terlalu rendah, tentu akan
berpengaruh pada system kekebalan tubuh. Tubuh akan lebih mudah terkena berbagai penyakit infeksi,
agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi,
dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik,
arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
* Neonatus 9000-30000 sel/mm3 * Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Kondisi lain
yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:
● Anemia hemolitik
● Sirosis hati dengan nekrosis
● Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
● Keracunan berbagai macam zat
● Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan sulfonamid.
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi
atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat
antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa
antibiotik lainnya.
Darah terdiri atas komponen-komponen seperti eritrosit, trombosit, hemoglobin, dan leukosit. Leukosit sendiri terdiri
atas sel leukosit basofil, eusinofil, neutrofil (terdiri atas neutrofil batang dan neutrofil segmen), monosit dan limfosit.
Besarnya kadar-kadar zat penyusun leukosit tersebut dinyatakan dalam persen. Biasanya, persentase tertinggi ada
pada neutrofil segmen dan limfosit, sementara persentase terendah ada pada eosinofil, basofil, dan monosit.
Kadangkala persentase eosinofil lebih tinggi, misalnya pada keadaan infeksi kronis seperti cacingan, keracunan,
dan perdarahan. Bisa juga terjadi persentase limfosit dan monosit lebih tinggi yaitu pada penyakit hati dan anemia
kronis.
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit alergi di mana eosinofil sering
ditemukan meningkat.
● Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal
juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri
dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-
penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
● Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil disebut shift to the right.
Infeksi yang disertai shift to the rightbiasanya merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat
menyebabkan shift to the right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
Trombosit
Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit demam berdarah atau DBD. Pada penderita DBD, terjadi penurunan
kadar trombosit dalam darah secara signifikan. Trombosit yang menurun menyebabkan terjadinya pendarahan pada
kulit karena trombosit berfungsi sebagai salah satu pembeku darah.
Tidak semua trombosit yang rendah lantas dikaitkan dengan DBD. Rendahnya trombosit juga bias merupakan
kelainan bawaan. Hal ini terjadi karena produksi trombosit seseorang memang sangat rendah.
Trombosit yang rendah menimbulkan gangguan pada system pembekuan darah. Oleh karena itu, pada penderita
DBD dengan kadar trombosit rendah akan mempermudah munculnya titik-titik pendarahan pada kulit, hidung
bahkan otak.
Nilai normal
● Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah dengue (DBD), anemia, luka
bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.
● Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit keganasan, sirosis, polisitemia, ibu
hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya
trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000 sel/mm3. leukemia (kanker sel darah putih), polisitemia
vera (kadar sel darah merah yang sangat meninggi), penyebaran tumor ganas, penyakit-penyakit vaskuler
seperti lupus (gangguan system imun atau kekebalan tubuh), setelah operasi pembedahan, perdarahan, dan
pada orang yang baru berhenti mengkonsumsi alcohol.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah dalam membentuk endapan. Sekian cc darah akan
dimasukkan ke dalam satu tabung pengukuran dan dinilai pada berapa millimeter pengendapan itu muncul. Laju
endap darah dilakukan untuk menilai berapa kecepatan eritrosit atau sel darah merah bisa mengendap dalam tabung
pengukuran yang diukur selama satu jam.
Laju endap darah bisa menurun akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit
dimana sel darah merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap
darah maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama
dengan darah keseluruhan.
Pemeriksaan laju endap darah sangat berguna untuk mendeteksi adanya suatu peradangan dan bahkan perjalanan atau
aktivitas suatu penyakit.
Nilai normal
menurun : akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah
merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah maka
kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama dengan darah
keseluruhan.
Hitung eritrosit
Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, adalah bagian darah dengan komposisi terbanyak di dalam darah.
Fungsi utamanya adalah sebagai tempat metabolisme makanan untuk dapat menghasilkan energi serta
mengangkut O2 (oksigen) dan CO2 (karbon dioksida). Pada penyakit-penyakit kronis seperti penyakit hati, anemia,
dan leukemia bias ditemui penurunan jumlah sel darah merah. Pada pemeriksaan lanjutan, biasanya laboratorium akan
melampirkan nilai-nilai seperti MCV dan MCHC.
MC (mean cospuscular) adalah jenis pemeriksaan untuk menilai kadar eritrosit rata-rata. Pemeriksaan ini biasanya
dijadikan indikator untuk melihat kadar anemia seseorang. MCV atau mean cospuscular volume digunakan untuk
mengukur indeks volume eritrosit dalam darah. MCH atau mean cospuscular haemoglobin untuk mengukur indeks
warna pada eritrosit dalam darah. Adapun MCHC atau mean cospuscular haemoglobin concentration untuk mengukur
indeks saturasi eritrosit dalam darah.
Sekali lagi, pemeriksaan ini ditujukan untuk menegakkan penyakit anemia yang diderita seseorang. Nilai-nilai ini
menggambarkan beraneka ragam bentuk atau wajah sel darah merah. Hal ini penting untuk mengetahui apakah ada
kelainan pada sel darah merah.
Nilai normal
● Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar, perdarahan berat, setelah
beraktivitas berat, polisitemia, anemiasickle cell.
● Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan, penurunan fungsi sumsum
tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin,
INH, asam mefenamat)
Eritrosit
Eritrosit
Anemia berhubungan dengan jumlah atau volume darah di tubuh yang kurang. Sedangkan tekanan darah rendah
adalah kekuatan darah dalam menekan dinding pembuluh darah.
C. Urin Rutin
Tes urine (urinalisis) adalah metode pemeriksaan yang menggunakan urine sebagai pendeteksi adanya gangguan dalam
tubuh. Uji sampel urine biasanya dilakukan untuk mendiagnosis penyakit yang berkaitan dengan saluran kemih.
Sebagai contoh, infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, hingga diabetes diperiksa lewat tes ini. Anda mungkin juga akan
menjalani pemeriksaan ini ketika dirawat di rumah sakit, sebelum operasi, atau ketika sedang hamil.
Urinalisis umumnya memeriksa warna, konsentrasi, komposisi, hingga bau urine. Hasil urinalisis yang menunjukkan adanya
ketidaknormalan sering memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengungkap penyebabnya.
A. Pemeriksaan visual
Selama tes visual urine, petugas laboratorium akan mengamati tampilan urine secara langsung. Hal ini meliputi beberapa hal,
mulai dari tingkat kejernihan, bau, hingga warna urine
B. Pemeriksaan Mikroskopis
Berikut ini beberapa senyawa yang dianggap penting dalam pemeriksaan mikroskopis.
- Sel darah putih (leukosit) dalam urine untuk menunjukkan adanya infeksi.
- Sel darah merah (eritrosit) yang merupakan tanda penyakit ginjal dan gangguan darah.
- Bakteri atau ragi sebagai tanda infeksi.
- Kristal, yang menandakan batu ginjal.
- Epitel dalam urine berjumlah banyak pertanda tumor, infeksi dan penyakit ginjal
C. Tes dipstick : pemeriksaan urine yang menggunakan stik plastik tipis dan dimasukkan ke dalam sampel urine Anda. Stik
plastik biasanya akan berubah warna jika ada zat tertentu dengan kadar berlebihan yang terkandung dalam urine.
Metode ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi beberapa hal, seperti:
● Keasaman PH
● Konsentrasi dan Kekentalan Urin
D. Pemeriksaan TORCH adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya Toksoplasmosis, infeksi lain/Other
infection, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus (disingkat TORCH), pada ibu hamil atau yang berencana hamil,
untuk mencegah komplikasi pada janin. Beberapa infeksi lain yang termasuk ke dalam TORCH yaitu sifilis, HIV, Varicella-
zoster, dan campak . Dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien untuk mendeteksi antibodi spesifik penyakit-penyakit
tersebut. Meskipun pemeriksaan TORCH dilakukan satu paket, pemeriksaan antibodi untuk masing-masing penyakit dapat juga
dilakukan secara terpisah.
Prosedur pemeriksaan TORCH cukup sederhana, yaitu berfokus pada pengambilan sampel darah dan deteksi antibodi. Darah
dapat diambil melalui pembuluh vena di lengan
Sampel darah akan dibawa ke laboratorium untuk dicek antibodi spesifik terhadap mikroba penyebab penyakit TORCH.
Antibodi yang umumnya dicek dalam pemeriksaan ini adalah IgG dan IgM. Dokter akan menilai apakah pasien sedang atau
pernah mengalami infeksi, atau tidak sedang mengalami infeksi.
E. Penilaian Hepatitis
1. Tes Fungsi Hati
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah, untuk mengecek kinerja atau fungsi hati. Pada tes ini, kandungan enzim hati
dalam darah, yaitu enzim aspartat aminotransferase dan alanin aminotransferase (AST/SGOT dan ALT/SGPT), akan diukur.
Normalnya, kedua enzim tersebut terdapat di dalam hati. Namun jika hati mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua enzim
tersebut akan tersebar dalam darah sehingga kadarnya meningkat. Meski demikian, perlu diingat bahwa tes fungsi hati tidaklah
spesifik hanya untuk menentukan penyebab hepatitis saja
G. Pemeriksaan TBC
Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya M. tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau bilasan lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan.
Selain pemeriksaan BTA, dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan lain sebagai pendukung diagnosis, meliputi:
- Foto Rontgen
- CT scan
- Tes kulit Mantoux atau Tuberculin skin test
- Tes Darah IGRA (interferon gamma release assay).
H. Pemeriksaan Malaria
pemeriksaan darah yang disebut tes diagnostik cepat malaria (RDT malaria). RDT malaria bertujuan untuk mendeteksi protein
(antigen) yang bisa menjadi tanda keberadaan parasit malaria. Hasilnya dapat diketahui dalam waktu beberapa menit.
Untuk memastikan malaria, tidak cukup dengan pemeriksaan RDT saja. Diperlukan juga pemeriksaan darah di bawah
mikroskop, untuk melihat keberadaan parasit dan membedakan jenis malaria. Sampel darah bisa diambil lebih dari sekali dan
diambil ketika keluhan timbul.
Pemeriksaan sediaan apus darah mikroskopik merupakan gold standard untuk memastikan diagnosis malaria dengan sensitivitas
52,5% dan spesifisitas 77%. Apus darah ini sebaiknya diambil dari darah perifer pada waktu pasien mengalami demam atau
parasitemia, terdiri dari tiga kali pemeriksaan sediaan apus tebal dan tipis dengan jarak waktu 12-24 jam. Pada hasil negatif,
pemeriksaan diulang 36 jam kemudian.
● Pemeriksaan Apus Darah Tebal
Pemeriksaan apus darah tebal dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman. Pemeriksaan ini dikenal sebagai tes
kuantitatif. Sediaan ini 20 kali lebih sensitif dibandingkan apus tipis namun lebih tidak spesifik dan tergantung operator. Untuk
itu, pemeriksaan ini harus dilakukan oleh 2 operator untuk memastikan hasil pemeriksaan.
Parasitemia dihitung berdasarkan jumlah eritrosit yang terinfeksi, positif jika densitas parasit >4% atau 200000/µL darah.
Malaria berat jika densitas Plasmodium falciparum >10%, dan Plasmodium knowlesi ~2%, atau 100000/µL walau tidak ada
bukti disfungsi organ.
● Pemeriksaan Apus Darah Tipis
Pemeriksaan apus darah tipis kurang sensitif dibandingkan apus tebal namun bermanfaat untuk mengidentifikasi spesies
Plasmodium penyebab malaria. Pemeriksaan ini dikenal sebagai tes kualitatif.
● Pemeriksaan Darah
Trias malaria, terutama untuk para pelancong ke daerah endemik:
- Trombositopenia
- Kadar laktat dehidrogenase meningkat
- Limfosit yang atipikal
Hemolisis pada malaria dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin, dan pada malaria berat dapat menyebabkan terjadinya
anemia.
Pada malaria berat atau malaria serebral, dapat terjadi hipoglikemia sehingga perlu dilakukan pemeriksaan gula darah.
Pemeriksaan darah lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, dan elektrolit (terutama sodium).
● Rapid Diagnostic Test (RDT)
RDT merupakan tes imunokromatografi untuk mendeteksi antigen malaria berdasarkan antibodi terhadap protein histidin
parasite malaria. Tes ini memiliki kelebihan berupa mudah dilakukan dan cepat tetapi kurang efektif pada jumlah parasit di
bawah 100/ml darah. Selain itu, dapat juga terjadi hasil positif palsu pada malaria selama sekitar 2 minggu karena masih adanya
antigen yang bersirkulasi.
● Tes imuno kromatografi berdasarkan antibodi terhadap protein histidin parasit malaria
Sensitivitas 91,7% dan spesifisitas 96,7%
Mudah dilakukan oleh petugas laboratorium
Namun, tes ini kurang efektif ketika jumlah parasit dibawah 100/mL darah
Bila hal ini terjadi, konfirmasi dengan tes skrining yang lainnya
False positif dapat terjadi selama 2 minggu, atau lebih setelah pengobatan karena adanya antigen yang bersirkulasi secara
persisten
● Polymerase Chain Reaction Assay
Pemeriksaan ini sangat spesifik dan sensitif dalam menentukan keberadaan Plasmodium dalam darah individu yang terinfeksi
dan mendeteksi spesies Plasmodium penyebab infeksi. Namun pemeriksaan ini tidak selalu tersedia pada fasilitas kesehatan dan
memiliki harga yang cukup mahal.
● Kultur Darah
Pasien yang tidak merespon dengan pengobatan perlu dilakukan kultur darah untuk menemukan ada tidaknya koinfeksi.
● Radiologi
Rontgen toraks perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lainnya. Selain itu, pada kecurigaan malaria berat,
terutama bila ada manifestasi klinis respiratori, rontgen toraks juga perlu dilakukan.
● CT Scan kepala dilakukan bila ada kecurigaan edema serebral, atau perdarahan otak
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal dilakukan bila pasien menunjukkan kesadaran terganggu, dan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis
bakterial