Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU-ILMU MATAN HADIS

Disusun untuk mememenuhi mata kuliah Studi Hadis dan Hadis Tarbawi
yang dibimbing oleh: Dr. Machfudz, M.Pd.I.

Disusun Oleh:
Kelompok 5/ Kelas C2
1. Muhammad Roikul Ubbad (211101030067)
2. Alfin Nabila Oktanisa (211101030076)
3. Putri Arroyyani (211101030051)
4. Nurul Hafshotus Shafirah (211101030050)
5. Roy Kurniawan (T20181407)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, kami panjatkan puja dan puji syukur atas


kehadiran Allah SWT. Atas segala limpahan nikmat serta karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Studi Hadis dan Hadis Tarbawi dengan judul “ILMU-ILMU MATAN
HADIS”.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Dr. Machfudz,
M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah Studi Hadis dan Hadis Tarbawi, harapannya
tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
ilmu-ilmu matan hadis terhadap penulis dan pembaca. Makalah ini kami buat
sebagian dengan mengambil referensi dari berbagai sumber yang kemudian kami
rangkum sesingkat mungkin.
Telepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Banyuwangi. 30 September 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Gharib Hadis 2
2.2 Pengertian Ilmu Naskh Wa Mansukh Hadis 3
2.3 Pengertian Ilmu Mukhtalif Hadis 3
2.4 Pengertian Ilmu ‘Ilal Hadis 5
2.5 Pengertian Asbabul Wurud 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 9

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Quran memberikan petunjuk bahwa hadits nabi adalah salah satu sumber
hukum ajaran islam. Namun karena hadits tidak seluruhnya tertulis pada zaman
nabi dan proses penghimpunannya memakan waktu yang cukup lama dan kitab
hadits jumlahnya juga cukup banyak, maka hadits nabi sangat penting untuk
dicermati, dikaji dan diteliti, agar dapat dikatakan secara jelas kedudukan hadist
tersebut.
Dalam rangka menjaga kemurnian hadits, para ulama melakukan prosedur
penelitian yang ilmiah, sehingga dapat dipastikan bahwa ulama mutaqaddimin
merupakan peletak dasar-dasar kaidah penelitian historis yang sangat hati-hati dari
seluruh umat manusia di dunia ini. Sehingga upaya yang dilakukan para ulama
diperoleh hasil yang murni dalam kajian dan penelitian hadits. Bagian hadits yang
diteliti meliputi matan dan sanad hadits. Penelitian matan disebut juga dengan
kritik matan atau kritik intern. Untuk penelitian kritik matan tampaknya masih
memerlukan pengembangan sejalan dengan perkembangan pengetahuan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu bagi kita untuk menganalisis
atau mempelajari ilmu-ilmu matan hadist.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ilmu gharib hadis?
2. Apakah pengertian dari ilmu naskh wa mansukh hadis?
3. Apa pengertian dari ilmu mukhtalif hadis?
4. Apa pengertian dari ilmu ‘ilal hadis?
5. Apakah pengertian dari asbabul wurud?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu gharib hadis
2. Untuk mengetahui pengertian ilmu naskh wa mansukh hadis
3. Untuk mengetahui pengertian ilmu mukhtalif hadis
4. Untuk mengetahui pengertian ilmu ‘ilal hadis
5. Untuk mengetahui pengertian asbabul wurud

1
BAB II
PEMBAHASAN
.1 Pengertian Ilmu Gharib Hadis
Kata gharib secara bahasa bisa diartikan dengan asing atau tidak dikenal.
Sedangkan kata gharib al-ḥadīṡ adalah hadis yang mengandung kata-kata yang
sulit dipahami. Sebenarnya gharīb dalam hadis bisa ditinjau dari dua persepektif:
pertama, berkaitan dengan sanad yang dikenal dengan hadis gharīb dan kedua,
berkaitan dengan matan. Definisi ‘Ilm Garīb al-Ḥadīṡ yaitu ilmu yang berkaitan
dengan matan hadis.1
Menurut Dr. Muḥammad ‘Ajjāj al-Khaṭīb ilmu ini (‘ilm Garīb al-Ḥadīṡ)
menjelaskan kata-kata hadis nabi yang kurang jelas maknanya. Sedangkan,
menurut Ibnu Ṣalāḥ ‘ilm gharīb adalah ungkapan (kata-kata) yang terdapat dalam
matan hadis yang sulit dan sukar untuk dipahami, dikarenakan kata-kata itu jarang
digunakan. Definisi tersebut bisa diperinci yang dimaksud dengan kata makna
yang sulit dan sukar yang tidak bisa memberikan pemahaman kecuali dengan
melalui penafsiran yang dilakukan ulama.2
Nūr al-Dīn ‘Itr mendefinisikan ilmu gharīb hadis yaitu lafal-lafal yang
terdapat dalam matan hadis yang sulit dikenal dan dipahami maknanya. Begitu
juga dengan Abū Zahrah dalam karyanya al-Ḥadīṡ wa al-Muḥaddiṡūn
mendefinisikan gharīb hadis sebagai apa-apa yang terdapat dalam hadis, kalimat-
kalimat samar yang jauh dari pemahamannya karena sedikit penggunaannya.
Adapun Maḥmūd al-Ṭaḥḥān mendefinisikan gharīb hadis sebagai hal-hal
penting yang berkaitan dengan pemahaman, ilmu dan pengaplikasian suatu hadis.
Bukan mengenai pengenalan struktur dan hal-hal yang berkaitan dengan sanad.
Dari penjelasan definisi diatas bahwa yang menjadi objek kajian ilmu ini
adalah kata-kata yang sulit (musykil) dan susunan kalimat yang susah dipahami
maksudnya. Sehingga, ilmu ini menjadi disiplin ilmu yang sangat diperlukan
terutama oleh para perawi atau penerima hadis yang tidak bisa memahami apa
yang disampaikan rawi sebelumnya.
1
Ach Baiquni, “Kontribusi Ilmu Gharib Al-Hadis dalam Memahami Hadis”, Jurnal IAIN Langsa.
vol 1 no1, 2018, hlm 144
2
Ibid. hlm 145

2
.2 Pengertian Ilmu Naskh Wa Mansukh Hadis
Nasakh secara etimologi berarti menghilangkan dan mengutip, menyalin.
Sedangkan Nasakh menurut istilah, sebagaimana pendapat Ulama ushul adalah:
“syari’ mengatakan (membatalkan) sesuatu hukun syara’ dengan menggunakan
dalil syara’ yang dating kemudian”. 3
Adapun yang dimaksud dengan ilmu Nasikh dan Mansukh dalah Hadist
adalah: “Ilmu yang membahas hadist-hadist yang berlawanan yang tidak
memungkinkan untuk dipertemukan, karena materi (yang berlawanan) yang pada
akhirnya terjadilah saling menghapus, dengan ketetapan bahwa yang dating
terdahulu disebut Mansukh dan yang dating kemudian dinamakan Nasikh”.
Jadi Nasikh wa al-Mansukh adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang
hadist yang dating terkemudian sebagai penghapus ketentuan hukum yang
berlawanan dengan kandungan hadits yang dating lebih dahulu. Ilmu yang
membicarakan hadits Nasikh (yang menghapus hukum), dan hadits Mansukh
(yang hukumnya dihapuskan).4
.3 Pengertian Ilmu Mukhtalif Hadis
Dalam kajian hadits mukhtalif, para ulama telah merumuskan teori atau ilmu
yang berkaitan dengannya, yaitu ilmu mukhtalif hadis. Dengan memahami ilmu
ini sesorang akan terhindar dari kekeliruan dan kesalahan dalam memahami
hadits-hadits mukhtalif. Dipandang dari segi bahasa, kata “Mukhtalif” adalah
bentuk isimfa’il dari kata ikhtilaf, yang bentuk masdarnya dari kata ikhtalafa (fi’il
madhi). Dipandang dari bahasa kata ikhtilaf bermakna “berselisih” atau “tidak
sepaham”.5
Definisi ini menunjukkan bahwa ilmu mukhtalif hadits juga dapat digunakan
untuk memahami hadits-hadits mukhtalif dan juga untuk menjelaskan kandungan
yang termuat dalam hadits tersebut. Secara tidak langsung ‘Ajjaj al-Kahtib

3
M.Agus Solahudin dan Agus suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hlm. 119.
4
Munzier Suparto, Ilmu Hadits, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) hlm. 37-38.
5
Sri Aliyah, “Teori Pemahaman Ilmu Mukhtalif Hadis”, Jurnal Ilmu Agama. Vol 15 No 2, 2014,
hlm 1

3
menyatakan bahwa pada hakikatnya tidak ada hadits yang bertentangan apabila
dipahami pertentangannya dengan baik.6
Cabang ilmu Mukhtalif Hadits terlahir karena adanya permasalahan yang
menyangkut dalam kajian hadits-hadits mukhtalif, al-Nawawiy sebagai dikutip
oleh al-Suyuthiy, menyebutkan bahwa hadits-hadits mukhtalif sebagai berikut:
‫أن یأتى حدیثان متضادان فى المعنى ظاھرا فیوفق_ بینھما أو یرجح أحدھما‬
“(Hadis Muktalif) adalah dua hadis yang saling bertentangan pada makna
lahiriahnya (sehingga perlu dilakukan) upaya pengkompromian antara keduanya
atau ditarjih (menguatkan salah satu diantara kedua hadis-hadis tersebut)”.
Menurut Fatchur Rahman, ilmu mukhtalif al-Hadits adalah ilmu yang
membahas hadis-hadis yang menurut zahirnya saling bertentangan, untuk
menghilangkan perlawanannya itu atau mengkompromikan keduanya, sebagaima
halnya membahas hadis-hadis yang sukar dipahami atau diambil isinya, untuk
menghilangkan kesukarannya dan menjelaskan hakikatnya.7
Dengan memperhatikan beberapa definisi, dapat dipahami bahwa ilmu
mukhtalif al-hadits adalah ilmu yang membahas hadis-hadis yang menurut
zahirnya bertentangan (berlawanan), kemudian menghilangkan pertentangan
tersebut atau mengkompromikan antara keduanya. Sebagaimana juga ia
membahas tentang hadis-hadis yang sulit dipahami isi ataupun kandungannya,
dengan cara menghilangkan kemusykilan (kesulitannya) serta menjelaskan
hakikatnya. Dengan demikian ilmu mukhtalif al-hadits, merupakan teori (tata
cara) yang dirumuskan para ulama, untuk menyelesaikan hadis-hadis maqbul
secara zahirnya tampak saling bertentangan, agar dapat ditemukan
pengkompromian atau jalan keluar penyelesaiannya, sehingga maksud hadis-hadis
tersebut dapat dipahami dengan baik.8

6
Ibid. hlm 2
7
Kaizal Bay, “Metode Penyelesaian Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Al-Syafi’i”, Jurnal
Ushuluddin. Vol 17 No 2, 2011, hlm 185
8
Ibid.

4
.4 Pengertian Ilmu ‘Ilal Hadis
Pengertian Ilal al-Hadîts bisa dideskripsikan melalui pendekatan kebahasaan
dan istilah. Secara bahasa, al-illah berarti al-maradh (sakit). Orang yang sakit
dinamakan 'alil. Sedangkan ’Illah menurut istilah ahli hadits adalah suatu sebab
yang tersembunyi yang dapat mengurangi status keshahihan hadits, padahal
dhahirnya tidak nampak kecacatan.9
Sedangkan ilmu ’ilal hadits adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab
tersembunyi dan tidak nyata, yang dapat merusakkan hadits. Seperti:
menyambung yang munqathi’, memarfu’kan yang mauquf, memasukkan suatu
hadits ke dalam hadits yang lain, menempatkan sanad pada matan yang bukan
semestinya, dan yang serupa itu. Semuanya ini, bila diketahui, dapat merusakkan
keshahihan hadits.
Ilmu ini adalah ilmu yang tersamar bagi banyak ahli hadits.Ia dapat dikatakan
jenis ilmu hadits yang paling dalam dan rumit, bahkan dapat dikatakan inilah
intinya yang termulia. Tidak dapat diketahui penyakit-penyakit (‘ilal) melainkan
oleh ulama yang mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang martabat-
martabat perawi dan mempunyai kemampuan yang kuat terhadap sanad dan
matan-matan hadits. Ibnu Katsir berkata, “yang dapat meneliti ilmu ini adalah
para ulama yang ahli, yang dapat membedakan antara hadits shahih dan saqim
(sakit), yang lurus dan yang bengkok, sesuai tingkatan ilmu, kepandaian, dan
ketelitian mereka terhadap jalan hadits, serta ketajaman perasaan pada keindahan
lafadh hadits Rasulullah yang tidak mungkin menyamai perkataan manusia.
Di antara beberapa riwayat hadits, ada yang asli, ada yang mengalami
perubahan pada lafadh atau penambahan, atau pemalsuan, dan seterusnya.
Semuanya ini hanya dapat diketahui oleh ulama yang mempunyai pengetahuan
yang sempurna tentang ilmu ini. Sedangkan ta’lil dapat disimpulkan dari sanad,
hanya dapat ditunjuk dengan praktek, dan untuk memaparkan contoh-contohnya
di sini akan terlalu panjang.
Cara mengetahui ’illah hadits adalah dengan mengumpulkan beberapa jalan
hadits dan mencermati perbedaan perawinya dan kedlabithan mereka, yang

9
Mohammad Najib, “Ilal Al-Hadis”, Jurnal Hukum dan Kemanusiaan. Vol 8 No 1, 2014, hlm 41

5
dilakukan oleh orang yang ahli dalam ilmu ini. Dengan cara ini akan dapat
diketahui apakah hadits itu mu’tal (ada ’illat-nya) atau tidak. Jika menurut dugaan
penelitinya ada ’illat pada hadits tersebut, maka dihukumi sebagai hadits
yangtidak shahih
Jadi ilmu ‘ilal al-hadīs adalah ilmu yang membahas tentang sebab-sebab yang
samar dari segi penyebab hadis menjadi cacat, seperti menyambung hadis yang
sebenarnya putus, menjadikan hadis marfū’ padahal mauqūf atau memasukkan
matan hadis kepada hadis yang lain.10
.5 Pengertian Asbabul Wurud
Secara etimologis, “asbabul wurud” merupakan susunan gabungan kata yang
berasal dari kata asbab dan al-wurud. Kata asbab adalah bentuk jamak dari kata
“sabab”, yang berarti segala sesuatu yang dapat menghubungkan kepada sesuatu
yang lain. Atau penyebab terjadinya sesuatu. Sedangkan kata “wurud’’ merupakan
bentuk jamak dari kata isim masdar (kata benda abstrak) dari warada, yaridu,
wurudan yang berarti datang atau sampai. Dengan demikian, dapat diartikan
bahwa asbabul wurud merupakan sebab-sebab atau latar belakang munculnya
suatu hadits.11
Menurut as-Suyuthi, secara terminologi asbabul wurud dapat diartikan
dengan, “sesuatu yang menjadi thariq (metode) untuk menentukan maksud suatu
hadis yang bersifat umum, atau khusus, mutlak atau muqayyad, dan untuk
menentukan ada atau tidak naskh (pembatalan) dalam suatu hadis”.
Jika dilihat secara kritis, sebenarnya definisi yang dikemukakan as-Suyuthi
lebih mengacu kepada fungsi asbabul wurud al-hadis, yaitu untuk menentukan
takhsis (pengkhususan) dari yang ‘am (umum), membatasi yang mutlaq, serta
menetukan ada atau tidaknya naskh mansukh dalam hadis. Dengan demikian
sepertinya kurang tepat jika definisi tersebut dimaksudkan untuk merumuskan
pengertian asbabul wurud. Menurut hemat penulis ketika hendak merumuskan

10
Rahmin Talib Husain, “Urgensi Ilmu ‘Ilal Al-Hadith”, Jurnal Keislaman dan Kebudayaan. Vol
11 No 1, 2017, hlm 71
11
Widia Putri, “Asbab Al-Wurud dan Urgensinya dalam Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Islam.
Vol 4 No 1, 2020, hlm 3

6
definisi asbabul wurud, maka kita perlu mengacu pada pendapat Hasbi ash-
Shiddiqie.
Adapun definisi asbabul wurud menurut Hasbi ash-Shiddiqie ialah “suatu
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi SAW. Menuturkan sabdanya dan
masa-masa Nabi SAW menuturkannya. Sementara itu, ada juga ulama yang
memeberikan definisi asbabul wurud hampir sama dengan definisi dari asbabun
nuzul, ialah “Sesuatu (baik berupa peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-
pertanyaan) yang terjadi pada waktu hadis itu disampaikan oleh Nabi SAW”.
Menurut Ulum asbabul wurud merupakan sebuah pokok bahasan mengenai sebab-
sebab keluarnya hadis. Pokok bahasan tersebut berupa pembahasan yang
berkaitan dengan matan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa asbabul wurud
merupakan konteks historitas, baik itu berupa peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-
pertanyaan yang terjadi pada saat hadis itu yang disampaikan oleh Nabi SAW. Ia
dapat berfungsi sebagai pisau analisis untuk menentukan apakah hadis tersebut
bersifat umum atau khusus, mutlak atau muqayyad, naskh atau mansukh dan lain
sebagainya. Dengan demikian mengetahui asbabul wurud bukanlah tujuan,
melainkan hanya sebagai sarana untuk memperoleh ketepatan makna dalam
memahami pesan moral suatu hadis.12

12
Ibid. hlm 4

7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka bisa dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ilmu gharib hadis merupakan ilmu yang berkaitan dengan matan hadis,
ungkapan (kata-kata) yang terdapat dalam matan hadis yang sulit dan
sukar untuk dipahami, dikarenakan kata-kata itu jarang digunakan.
2. Ilmu naskh wa mansukh hadis merupakan ilmu yang membicarakan hadits
Nasikh (yang menghapus hukum), dan hadits Mansukh (yang hukumnya
dihapuskan).
3. Ilmu mukhtalif hadis adalah ilmu yang membahas hadis-hadis yang
menurut zahirnya bertentangan (berlawanan), kemudian menghilangkan
pertentangan tersebut atau mengkompromikan antara keduanya.
4. Ilmu ‘ilal hadis adalah ilmu yang membahas tentang sebab-sebab yang
samar dari segi penyebab hadis menjadi cacat, seperti menyambung hadis
yang sebenarnya putus, menjadikan hadis marfū’ padahal mauqūf atau
memasukkan matan hadis kepada hadis yang lain.
5. Asbabun wurud merupakan konteks historitas, baik itu berupa peristiwa-
peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan yang terjadi pada saat hadis itu yang
disampaikan oleh Nabi SAW.

8
DAFTAR PUSTAKA
Aliyah, Sri. 2014. “Teori Pemahaman Ilmu Mukhtalif Hadis”, Jurnal Ilmu Agama
Vol 15 No 2, (hlm 1)
Baiquni, Ach. 2018. “Kontribusi Ilmu Gharib Al-Hadis dalam Memahami Hadis”,
Jurnal IAIN Langsa. vol 1 no1, (hlm 144)
Bay, Kaizal. 2011. “Metode Penyelesaian Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Al-
Syafi’i”, Jurnal Ushuluddin. Vol 17 No 2, (hlm 185)
Husain, Rahmin Talib. 2017. “Urgensi Ilmu ‘Ilal Al-Hadith”, Jurnal Keislaman
dan Kebudayaan. Vol 11 No 1, (hlm 71)
Najib, Mohammad. 2014. “Ilal Al-Hadis”, Jurnal Hukum dan Kemanusiaan. Vol
8 No 1, (hlm 41)
Putri, Widia. 2020. “Asbab Al-Wurud dan Urgensinya dalam Pendidikan”, Jurnal
Pendidikan Islam. Vol 4 No 1, (hlm 3)
Solahudin, Agus M dan Agus Suyadi. 2008. Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka
Setia
Suparto, Munzier. 2003. Ilmu Hadits. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

Anda mungkin juga menyukai