Tugas SP Kritis Keracunan
Tugas SP Kritis Keracunan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun
haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya.Pertolongan yang keliru atau
secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun
merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai
penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat
dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa
keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana
dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan
juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.Pada kenyataannya bukan
hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan
dan hewan.Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di
daerah tropis dan subtropis.Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95%
gigitan ular terjadi pada anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama
dapat mudah dilakukan.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama
kematian anak-anak .Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang
dilaporkan, kejadian pada anak berumur <6 tahun, dengan kematian <4%. Di
RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan
setiap tahunnya, sedangkan di RS dr. Soetomo Surabaya 15-30 penderita anak
yang datang untuk mendapatkan pengobatan Karen setiap tahun yang sebagian
besar karena kercunan hidrokarbon (45-60%), keracunan makanan, keracunan
obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun
keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa
atau parental tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna (75%)
dan inhalasi (14%).Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat medis
yang membutuhkan tindakan segera, keterlibatan dalam memberikan
pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.
Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda akibat dari tingkat
perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang
sedang berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian,
jenis, motif dari keracunan.Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya
dan bahkan dapat menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan
pada anak sebagian besar adalah karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka
usaha-usaha pencegahan hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama
dalam penanggulangan keracunan pada anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah yang menunjukkan rendahnya tingkat
penderitaKista ovarium .Maka kelompok merumuskan masalah pada makalah
ini yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan Asuhan
Keperawatan kegawat daruratan keracunan.
2. Tujuan Khusus :
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui defenisi keracunan
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi keracunan
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi keracunan
e. Agar mahasiswa mampu mengetahui pathways keracunan
f. Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi keracunan
g. Agar mahasiwa mampu mengetahui komplikasi keracunan
h. Agar mahasiwa mampu mengetahui macam – macam keracunan
i. Agar mahasiswa mampu mengetahui gambaran klinis keracunan
j. Agar mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan keracunan
k. Agar mahasiwa dapat mengetahui asuhan keperawatan keracunan
D. Metode Penulisan
1. Metode Kepustakaan
Yaitu dengan mengumpulkan referensi dari beberapa buku seperti buku
keracunan ,Keperawatan kegawat daruratan, dan nanda nic-noc.
2. Media Internet
Yaitu bersumber dari karya tulis ilmiah di internet yang relevan dengan
asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pengembangan ilmu keperawatan
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang Asuhan
keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan, sehingga
menambah wawasan dalam pengembangan ilmu keperawatan.
2. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai, asuhan
keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan, sehingga
dapat dijadikan sebagai penambah wawasan bagi mahasiswa dengan
meletakkan diperpustakaan.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca
terutama berkaitan dengan asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan
kegawat daruratan keracunan.
F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok membuat
sistematika penulisan yang dimulai dari:
1. BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II: TINJAUAN TEORI
Yang terdiri dari defenisi,etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, ,
komplikasi,penatalaksanaan dan asuhan keperawatan padakista ovarium.
3. BAB III: TINJAUAN KASUS
Yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan ,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
4. BAB IV: PENUTUP
Yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan
dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut
secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema
melintang mulut, hidung, faring, dan laring
3. Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang.
4. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung.Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan
proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso
– “membawa”, dan phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:
a. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
5. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia
b. Fundus
c. Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
11. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin.Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
12. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat.Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan.
D. Etiologi
Beberapa tanda dan gejala menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diantaranya:
a. Kelainan visus
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea, muntah-muntah
c. Hipersalifa
d. Fasikulasi otot
e. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
d. Inkontinensia urin
e. Kovulasi
F. Patofisiologi
bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di
mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih
tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi
penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala
G. Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
e. Syok
H. Penatalaksanaan
1) Penanganan pertama pada keracunan makanan
a) Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan
memberi korban minum air putih atau susu sesegera mungkin.
b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban
untuk muntah.
c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke bawah
dengan kepala menunduk lebih rendah dari badannya agar tidak
tersedak.
d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut
korban bila ia dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha
memuntahkannya jika tidak tahu racun yang di telan.
f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan
seperti anti karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah,
tiner, serta pembersih toilet.
2) Penanganan di rumah sakit
a) Tindakan emergency
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan
inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat
dan perbaiki perfusi jaringan.
b) Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan
nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,nafas
buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-
obatan depresan saluran nafas, Jikaperlurespirator pada kegagalan
nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun
organo fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.Pernafasan buatan
hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag
– valve – mask.
3) Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bilatidak berhasil.Katarsis( intestinal lavage ), dengan
pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan
besar.Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang
kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam
setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh
dengan sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya
dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat
sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan
dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah
aspirasi pnemonia.
4) Antidotum (penawar racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir
pada tempat penumpukan.
a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsampai
timbulgejala-gejala atropinisasi ( muka
merah,mulutkering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit
selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian
yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema
paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
I. Discharge Planning Keracunan
2. Pengkajian Sekunder
a) Data Subjektif
- Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah,
perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di
tenggorokan dan lambung.
- Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan racun
yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah
lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan
dan kapan terjadinya.
b) Data Objektif
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersaliva
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distress pernafasan
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipoksia jaringan
5. Ketidakefaktifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoventilasi,
emboli paru