Anda di halaman 1dari 3

KODE/NAMA MK : HKUM4209/ILMU NEGARA

1. Perlu diketahui konsep negara menurut Max Weber adalah suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu
masyarakat. Sedangkan konsep negara menurut Robert Mac Iver adalah asosiasi yang
menyelenggarakan ketertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah. Untuk dapat
mewujudkannya, pemerintah diberi kekuatan memaksa.
Berdasarkan kasus yang tertera, istilah hoax/hoaks tidak dikenal dalam peraturan
perundang-undangan Indonesia. Tetapi ada beberapa peraturan yang mengatur mengenai
berita hoax atau berita bohong. Berdasarkan Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang berbunyi “Setiap
Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.” Jika melanggar
ketentuan tersebut pelaku dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 6 tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 1 Miliar. Terdapat ketentuan perundang-undangan lain
yang mengatur mengenai berita bohong yakni, Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana yang berbunyi :
Pasal 14 ayat (1) “Barangsiapa, dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong,
dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat, dihukum dengan hukuman
penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun.”
Pasal 14 ayat (2) “Barangsiapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan
pemberitahuan yang dapat menerbitkan keonaran di kalangan rakyat, sedangkan ia
patut dapat menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah bohong, dihukum
dengan penjara setinggi-tingginya tiga tahun.”
Pasal 15 “Barangsiapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berkelebihan
atau yang tidak lengkap, sedangkan ia mengerti setidak-tidaknya patut dapat menduga
bahwa kabar demikian akan atau sudah dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat,
dihukum dengan hukuman penjara setinggi, tingginya dua tahun”
Berdasarkan analisis kasus yang tertera dengan konsep negara menurut Max Weber dan
Robert Mac Iver, aparat hukum dapat menjatuhan sanksi pidana berdasarkan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan yang sudah berlaku karena tindakan pelaku
tersebut termasuk dalam sebuah tindak pidana walaupun itu dilakukan secara bercanda
atau tidak sengaja.
2. Unsur De Leer Van De Rechtbetrekking atau hubungan hukum adalah hubungan hukum
antara penguasa dengan yang dikuasi termasuk hubungan hukum ke luar dengan negara
lainnya secara internasional. Berdasarkan artiekl yang tertera, hubungan hukum antara
Indonesia dengan Belarusia mengalami peningkatan yang ditandai dengan kunjungan
duta besar Belarusia. Kerjasama antara Indonesia dengan Belarusia mengesahkan
Undang-Undang berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional. Rancangan Undang-Undang ini didasarkan pada landasan
filosofi untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdakaan, perdaiaman abadi dan
keadilan social. Landasan sosiologinya adalah kerja sama pertahanan dengan Republik
Belarus didasarkan pada efisien harga yang kompetitif dibandimg dengan melakukan
kerjsana dengan Eropa Timur lain.
3. Perlu diketahui, Santo Augustinus meletakkan bentuk negara politea yang berdasarkan
dengan konsep ketuhanan sebagai konsep negara paling baik. Santo Augustinus
mengungkapkan bahwa penguasa tunggal, monarki merupakan representasi Tuhan di
dunia. Monarki merupakan bentuk negara yang menghormati Tuhan itu sendiri dengan
cara mnghormati representative Tuhan yakni Raja. Pernyataan ini berasal dari gagasan
utama hasil pemikiran Santo Agustinus yang kemudian berkembang menjadi dogma yang
dipercayai, yakni bahwa sejatinya negara yang berarti persekutuan sejumlah manusia itu
digolongkan menjadi 2 jenis, negara Allah atau negara Surga dan negara duniawi. Negara
Surga merupakan negara ideal dimana terdapat segalanya yang baik dan tidak ada dosa
dan kejahatan. Sebaliknya, negara duniawi adalah tempat keegoisan dan keculasan
merajalela. Kedua negara ini ia percaya ada dan eksis, bahkan hidup berdampingan dan
susah dipisahkan. Negara surgawi merupakan bentuk normative abstrak atau ways of life
dimana dalam menjalankan kepemrintahan harus melakukan suatu prinsip-prinsip
tertentu yang merupakan kejujuran, keadilan, keluhuruan budi, kesetiaan dan lain-lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan negara sekuler merupakan suatu kondisi dimana setiap
manusia yang terefleksi pada pemerintahan diwarnai dengan dosa, keangkuhan, dan cinta
yang egois. Hal tersebut berarti mencerminkan bahwa pada bentuk pemerintahan yang
seharusnya menjunjung nilai-nilai keTuhanan pada masing-masing agama.
Menurut pendapat Thomas Aquinas yang mengatakan bahwa hakikat manusia adalah
berasal dari Tuhan, yang mana Tuhan kemudian menetapkan bahwa manusia adalah
makhluk sosial dan politik. Dalam tulisan Thomas Aquinas, negara merupakan
aktualisasi sifat alamiah manusia, sehingga terbentuknya sutau negara merupakan
cerminan kebutuhan kodrati manusia. Negara memuat serangkaian kewajiban salah
satunya adalah mengarahkan setiap kelas-kelas sosial dalam masyarakat untuk mencapai
tujuan bersama sesuai dengan doktrin kristiani meyakini keberadaan alam akhirat yang
abadi. Dalam hal ini, pemikiran Thomas Aquinas tidak jauh berbeda dengan Santo
Agustinus. Keduanya memiliki pandangan yang sama bahwa negara mesti dibentuk oleh
nilai ketuhanan. Bentuk negara yang sesuai dengan cita-cita keduanya yakni politea.
Maka dari itu, menurut analisis saya kekuasaan tokoh agama lebih tinggi dari seorang
raja karena tokoh agama lebih dipercaya megajarkan kebaikan yang dicipkatan diatas
landasan kasih Allah yang menghadirkan ketertiban dan keadilan oleh si penciptannya
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai