Anda di halaman 1dari 5

Nama :

NIM :
UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Urgensi perubahan Undang-undang No. 11 Tahun 2008 dengan Undang-undang No. 19

Tahun 2016

Jawab : Undang-undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

kenyataanya masih belum mampu menyelesaikan persoalan-persoalan saat ini apalagi

dalam rangka membagun etika bagi pengguna media untuk menggunakan media sosial

sesuai dengan kebebasannya yang dijamin oleh konstitusi. Adapun ditengah hiruk pikuk

tahun politik ini lahirlah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi

Elektronik. Undang-Undang ini merupakan perubahan dari UU ITE dan lahir sebagai

solusi konstitusional dari negara guna mengatur etika bagi pengguna media dalam

menjalankan kebebasannya di media social. Yang menjadi urgensi dari perubahan

Undang-undang ini tentunya adalah membangun etika bagi pengguna sosial media. Etika

bermedia ini pun penting karena saat ini banyak sekali situs-situs yang menampilkan

hoax atau berita bohong. Tujuannya bermacammacam, mulai dari mengejar "traffic"

kunjungan, menebarkan kebencian satu sama lain, hingga memecah belah persatuan.

Sehingga, sekalipun masyarakat bebas berekspresi lewat media sosial, namun tetap harus

ada etika yang dijunjung. Pentingnya etika ini dikarenakan pula karena media sosial pada

saat ini telah menjelma menjadi sebuah raksasa informasi yang sangat potensial di

Indonesia. Tingginya pengguna internet di Indonesia adalah salah satu faktor pendukung

perkembangan jejaring-jejaring situs pertemanan dan informasi tersebut di Indonesia.

Etika bagi pengguna media ini dapat mengatasi perkembangan arus informasi di media
sosial yang begitu pesat. Fenomena penggunaan sosial media di Indonesia juga banyak

yang menyimpang. Berdasarkan beritaberita di media nasional kita begitu banyak

kejahatan-kejahatan yang berawal dari sosial media, baik itu penipuan, penculikan, saling

perang argumen berujung dipenjara pun sudah ada kejadian, hingga etika bersopan santun

kini tak ada lagi nilai dalam melakukan komunikasi online dalam sosial media. Dalam

bersosialmedia ada baiknya kita mengenal bagaimana etika dan hal-hal yang harus

diperhatikan dalam penggunaan sosial media yang sehat.

2. Jawab :

Hal yang mendasar pada Undang-undang No.19 tahun 2016 pada pasal 26 yaitu

mengenai perlindungan data pribadi. Dalam pasal 26 dijelaskan bahwa setiap

penyelenggara system elektronik wajib menyediakan mekaismes penghapusan informasi

elekronik sesuai ketentuan perundang-undangan. Sedangkan pada pasal 26 Undang-

undang No. 11 tahun 2008 hanya menjelaskan terkait dengan penggunaan setiap

informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang harus

dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan tidak menyebutkan tentang

penghaspusan informasi elektronik tersebut.

3. Jawab :

a. Pasal 27 ayat 1 Undang-undang No. 11 tahun 2008

Yang dapat dikenakan pidana yaitu setiap orang yang berarti semua orang yang tidak

mempunyai hak mendistribusikan atau mentransmisikan dokumen elektronik.

Perbuatan yang dapat dipidana yaitu dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan.

Larangan bagi pegiat dunia digital, termasuk media sosial, konten kreator pada
youtube (youtuber) ataupun masyarakat umum untuk tidak memuat suatu gambar,

video, simbol-simbol atau tulisan yang melanggar kesusilaan. Larangan itu disertai

dengan ganjaran diancam pidana penjara selama-lamanya 6 (enam) tahun dan denda

sebanyak-banyaknya Rp. 1 Milyar, sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 45 ayat (1)

UU No. 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 tahun 2008.

Kekurangan dalam pasal ini yaitu tidak diterangkannya di dalam Undang-undang

maksud dari “melanggar kesusilaan”.

b. Pasal 27 ayat 2 Undang-undang Nomor 11 tahun 2008

Yang dapat dikenakan pidana yaitu setiap orang yang berarti semua orang yang tidak

mempunyai hak mendistribusikan atau mentransmisikan dokumen elektronik ang

bermuatan tentang perjudian.

Perbuatan yang dapat dipidana tentunya berkaitan dengan ajakan perjudian yang di

media social. Pada perkembangan elektronik saat ini, terdapat banyak aplikasi judi

online. Perjudia itu sendiri dapat diancam dengan kurungan paling lama 4 (empat)

tahun dan denda aling banyak sepuluh juta rupiah yang telah diterapkan pada pasal

303 KUHP.

Kekurangan dari pasal 27 ayat 2 ini adalah bagaiaman penerapan hukuman bagi

seseorang yang melakukan judi online.

4. Pasal 28 ayat 1 dan 2 Undang-undang No. 11 tahun 2008

a. Ayat (1)

Yang dapat dikenakan pidana yaitu setiap orang yang menyebarkan berita bohong dan

mengakibatkan kerugian bagi orang lain di media social. Yang dipandang sebagai kabar

bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan tetapi juga
menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian. Suatu berita yang menceritakan

secara tidak betul tentang suatu kejadian adalah termasuk juga berita bohong.

Unsur yang pertama Menyebarkan berita bohong dan menyesatkan. Apabila berita

bohong tersebut tidak menyebabkan seseorang berpandangan salah, maka menurut hemat

kami tidak dapat dilakukan pemidanaan. Yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam

transaksi elektronik. Unsur yang terakhir ini mensyaratkan berita bohong dan

menyesatkan tersebut harus mengakibatkan suatu kerugian konsumen. Artinya, tidak

dapat dilakukan pemidanaan, apabila tidak terjadi kerugian konsumen di dalam transaksi

elektronik.

Orang yang melanggar ketentuan Pasal 28 ayat (1) UU ITE dapat diancam pidana

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 1 miliar.

b. Ayat (2)

Dalam UU ITE Pasal 28 Ayat 2, setiap orang dilarang “dengan sengaja dan tanpa hak

menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau

permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,

agama, ras, dan antargolongan (SARA).” Ujaran kebencian mencakup spektrum yang

luas, mulai dari ucapan kasar terhadap orang lain, ucapan kebencian, hasutan

kebencian, perkataan bias yang ekstrim, sampai hasutan kebencian yang berujung

pada kekerasan. Sebenarnya, tujuan pasal ini adalah mencegah terjadinya

permusuhan, kerusuhan, atau bahkan perpecahan yang didasarkan pada SARA akibat

informasi negatif yang bersifat provokatif. Isu SARA dalam pandangan masyarakat

merupakan isu yang cukup sensitif. Oleh karena itu, pasal ini diatur dalam delik
formil, dan bukan delik materil. Contoh penerapannya adalah apabila seseorang

menuliskan status dalam jejaring sosial informasi yang berisi provokasi terhadap

suku/agama tertentu dengan maksud menghasut masyarakat untuk membenci atau

melakukan anarki terhadap kelompok tertentu, maka Pasal 28 ayat (2) UU ITE ini

secara langsung dapat dipergunakan oleh Aparat Penegak Hukum (“APH”) untuk

menjerat pelaku yang menuliskan status tersebut.

Ancaman pidana dari Pasal 28 ayat (2) UU ITE ini dipidana dengan pidana penjara

paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.

Anda mungkin juga menyukai