May Antara
May Antara
NIM :
UJIAN AKHIR SEMESTER
Tahun 2016
dalam rangka membagun etika bagi pengguna media untuk menggunakan media sosial
sesuai dengan kebebasannya yang dijamin oleh konstitusi. Adapun ditengah hiruk pikuk
tahun politik ini lahirlah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Elektronik. Undang-Undang ini merupakan perubahan dari UU ITE dan lahir sebagai
solusi konstitusional dari negara guna mengatur etika bagi pengguna media dalam
Undang-undang ini tentunya adalah membangun etika bagi pengguna sosial media. Etika
bermedia ini pun penting karena saat ini banyak sekali situs-situs yang menampilkan
hoax atau berita bohong. Tujuannya bermacammacam, mulai dari mengejar "traffic"
kunjungan, menebarkan kebencian satu sama lain, hingga memecah belah persatuan.
Sehingga, sekalipun masyarakat bebas berekspresi lewat media sosial, namun tetap harus
ada etika yang dijunjung. Pentingnya etika ini dikarenakan pula karena media sosial pada
saat ini telah menjelma menjadi sebuah raksasa informasi yang sangat potensial di
Indonesia. Tingginya pengguna internet di Indonesia adalah salah satu faktor pendukung
Etika bagi pengguna media ini dapat mengatasi perkembangan arus informasi di media
sosial yang begitu pesat. Fenomena penggunaan sosial media di Indonesia juga banyak
kejahatan-kejahatan yang berawal dari sosial media, baik itu penipuan, penculikan, saling
perang argumen berujung dipenjara pun sudah ada kejadian, hingga etika bersopan santun
kini tak ada lagi nilai dalam melakukan komunikasi online dalam sosial media. Dalam
bersosialmedia ada baiknya kita mengenal bagaimana etika dan hal-hal yang harus
2. Jawab :
Hal yang mendasar pada Undang-undang No.19 tahun 2016 pada pasal 26 yaitu
undang No. 11 tahun 2008 hanya menjelaskan terkait dengan penggunaan setiap
informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang harus
3. Jawab :
Yang dapat dikenakan pidana yaitu setiap orang yang berarti semua orang yang tidak
Perbuatan yang dapat dipidana yaitu dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan.
Larangan bagi pegiat dunia digital, termasuk media sosial, konten kreator pada
youtube (youtuber) ataupun masyarakat umum untuk tidak memuat suatu gambar,
video, simbol-simbol atau tulisan yang melanggar kesusilaan. Larangan itu disertai
dengan ganjaran diancam pidana penjara selama-lamanya 6 (enam) tahun dan denda
Yang dapat dikenakan pidana yaitu setiap orang yang berarti semua orang yang tidak
Perbuatan yang dapat dipidana tentunya berkaitan dengan ajakan perjudian yang di
media social. Pada perkembangan elektronik saat ini, terdapat banyak aplikasi judi
online. Perjudia itu sendiri dapat diancam dengan kurungan paling lama 4 (empat)
tahun dan denda aling banyak sepuluh juta rupiah yang telah diterapkan pada pasal
303 KUHP.
Kekurangan dari pasal 27 ayat 2 ini adalah bagaiaman penerapan hukuman bagi
a. Ayat (1)
Yang dapat dikenakan pidana yaitu setiap orang yang menyebarkan berita bohong dan
mengakibatkan kerugian bagi orang lain di media social. Yang dipandang sebagai kabar
bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan tetapi juga
menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian. Suatu berita yang menceritakan
secara tidak betul tentang suatu kejadian adalah termasuk juga berita bohong.
Unsur yang pertama Menyebarkan berita bohong dan menyesatkan. Apabila berita
bohong tersebut tidak menyebabkan seseorang berpandangan salah, maka menurut hemat
kami tidak dapat dilakukan pemidanaan. Yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
transaksi elektronik. Unsur yang terakhir ini mensyaratkan berita bohong dan
dapat dilakukan pemidanaan, apabila tidak terjadi kerugian konsumen di dalam transaksi
elektronik.
Orang yang melanggar ketentuan Pasal 28 ayat (1) UU ITE dapat diancam pidana
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 1 miliar.
b. Ayat (2)
Dalam UU ITE Pasal 28 Ayat 2, setiap orang dilarang “dengan sengaja dan tanpa hak
luas, mulai dari ucapan kasar terhadap orang lain, ucapan kebencian, hasutan
kebencian, perkataan bias yang ekstrim, sampai hasutan kebencian yang berujung
permusuhan, kerusuhan, atau bahkan perpecahan yang didasarkan pada SARA akibat
informasi negatif yang bersifat provokatif. Isu SARA dalam pandangan masyarakat
merupakan isu yang cukup sensitif. Oleh karena itu, pasal ini diatur dalam delik
formil, dan bukan delik materil. Contoh penerapannya adalah apabila seseorang
menuliskan status dalam jejaring sosial informasi yang berisi provokasi terhadap
melakukan anarki terhadap kelompok tertentu, maka Pasal 28 ayat (2) UU ITE ini
secara langsung dapat dipergunakan oleh Aparat Penegak Hukum (“APH”) untuk
Ancaman pidana dari Pasal 28 ayat (2) UU ITE ini dipidana dengan pidana penjara