DENGAN KONJUNGTIVITIS
DISUSUN OLEH :
A. DEFENISI
Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia. Penyakit
konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar di dunia setelah penyakit
katarak dan glaukoma, khusus konjungtivitis penyebarannya sangat cepat. Penyakit
ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai berat dengan
sekret purulen kental. Konjungtivitis atau radang konjungtiva adalah radang
selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata yang dibedakan
kedalam bentuk akut dan kronis.
Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan
luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme
(virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi dari bahan-bahan kimia seperti
terkena serpihan kaca yang debunya beterbangan sehingga mengenai mata kita dan
menyebabkan iritasi sedangkan konjungtivitis yang disebabkan oleh
mikroorganisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan
melalui kontak dan udara (Ilyas, 2015).
Konjungtivitis keberadaannya dirasa cukup mengganggu karena penderita
akan mengalami beberapa gejala umum seperti mata terasa perih, berair, terasa ada
yang mengganjal disertai dengan adanya sekret atau kotoran pada mata (Wijana,
2009). Penyebab umumnya eksogen tetapi bisa juga penyebab endogen
(Vaughan,2010).
Penyebab paling umum adalah 2 Streptococcus pneumonia pada iklim sedang
dan Haemophilus aegyptius pada iklim panas. Konjungtivitis yang disebabkan oleh
Streptococcus pneumonia dan Haemophilus Aegyptius disertai juga dengan
perdarahan sub konjungtiva, penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemi
konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang (Vaughan,
2010).
B. Manifestasi klinis
1) Tanda dan gejala umum pada konjungtivitis yaitu sebagai berikut :
a) Hiperemia konjungtiva, kadang-kadang disertai keluaran air mata
b) Serangan pada satu mata dan menyebar dengan cepat ke mata yang lain
melalui kontaminasi
c) Nyeri dan fotophobia
2) Tanda dan gejala pada konjungtivitis bacterial akut :
a) Gatal, rasa terbakar, dan sensasi adanya benda asing didalam mata
b) Keluaran kerak yang lengket dan mukopurulen (jika di sebabkan N.
gonorrhoeae: keluaran puluren yang sangat banyak)
3) Tanda dan gejala pada konjungtivitis viral
a) Keluarnya air mata yang sangat banyak dengan eksudat minimal
b) Pembesaran nodus limfa preaurikular
c) Bentuk kronis membuat penderita sangat lemah
C. Patofisiologi/ Penyimpangan KDM
1) Patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi
menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat
menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga
terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah
disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera
yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent. Akibat
jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata
sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan
akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan
saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang
terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea
yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang
disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan
rasa pusing.
2) Pathway (Penyimpangan KDM)
Mikroorganisme(bakteri,
virus,jamur, allergen,)
Konjungtivitis Mikroorganisme,
allergen, iritatif
peradangan
lakrimasi
Potensial Komplikasi:
Nyeri Akut sepsis, abrasi kornea,
Iskemia syaraf optik meningitis
Gangguan
Ulkus kornea penglihatan Risiko Cedera
Gangguan Rasa
Nyaman Kerusakan Integritas jaringan
D. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar. Pada
anak-anak tanda dan gejala sistemik meliputi sakit tenggorokan dan demam.
2) Pemeriksaaan Laboratorium :
a) Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada kerikan
konjugntival jika konjungtivitis disebabkan oleh virus
b) Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis
disebabkan bakteri.
c) Uji Kultur dan sensivitas membantu mengidentifikasi organisme bacterial
yang menyebabkan dna mengindikasi terapi antibiotic yang tepat.
E. Penatalaksanaan Medis
Penanganan Konjungtivitis berdasarkan penyebab
1) Kongjungtivitis bacterial membutuhkan antibiotic atau sulfonamide topical
yang tepat
2) Jika penyebab adalah N.gonorrhoeae, cefriaxone I.M dosis tunggal biasanya
diberikan. Jika kornea terlibat oasien membutuhkan obat tersebut selama 5
hari
3) Konjungtivitis viral kebal terhadap penanganan, namun tetes mata antibiotic
spectrum luas bisa mencegah infeksi sekunder
4) Konjungtivitis karena infeksi herpes simplex ditangani dengan salep
vodarabine atau acyclovir oral, tetapi infeksi bisa bertahan selama 2 sampai 3
minggu.
5) Penanganan konjungtivitis vernal ( alergis) meliputi pemberian tetesan
kortikosteroid yang diikuti oleh ketorolac tromethamine (anti-inflamatorik
oftalmik), antihistamin oral dan kompres dingin untuk meringankan gatal.
F. Prognosis/Komplikasi
1) Prognosis
Pada beberapa konjungtivitis, penyakit ini dapat sembuh sendiri
sehingga pengobatan hanya berupa pengobatan simptomatik. Prognosis
umumnya baik dan pada kasus-kasus yang telah sembuh biasanya tidak di
jumpai gangguan penglihatan dan gejala sisa.
2) Komplikasi
Stafilokokus dapat menyebabkan blefaro konjungtivitis, genokokus
menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokokus dapat
menyebabkan septikemia atau meningitis. Pada konjungtivitis mukopurulen
penyakit yang dapat timbul adalah tukak kataral maginal pada kornea atau
keratitis superficial.
Infeksi bakteri tertentu dan infeksi virus dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada mata jika tidak diobati. Benda asing di mata dapat
menyebabkan abrasi kornea dan pembentukan jaringan parut. Konjungtivitis
dapat menjadi gejala awal penyakit sistemik berat, yaitu penyakit Kawasaki.
I. PENDEKATAN PROSES KEPERAWATAN
2) Data Medik:
3) Keadaan Umum
a) Keadaan Sakit :
b) Tanda-Tanda Vital :
(1) Kesadaran :
(2) Tekanan darah :
(3) Suhu :
(4) Nadi :
(5) Pernafasan :
c) Pengukuran :
d) Genogram :
4) Pengkajian Pola Kesehatan
a) Kajian Persepsi Kesehatan-manajemen Kesehatan
(1) Riwayat penyakit yang pernah di alami
Data subjektif : keadaan klien sebelum dan sesudah sakit
Data Objektif : Kebersihan rambut, kulit kepala, kebersihan kulit,
hygiene rongga mulut, kebersihan genitalia, kebersihan anus.
b) Kajian Nutrisi Metabolik
(1) Diet khusus :
(2) Anjuran diet sebelumnya : ya atau tidak.
(3) Nafsu makan : normal, meningkat, menurun.
(4) Mual, muntah, stomatitis.
(5) BB naik turun 6 bulan terakhir: Tidak/ya. Berapa kg.
(6) Kesulitan menelan : Tidak/ya. Cairan, makanan padat.
(7) Riwayat masalah kulit / kesulitan penyembuhan : Ada/tidak
c) Kajian Pola Eliminasi
(1) Kebiasaan BAB :
(a) Berapa kali/hari
(b) tgl terakhir BAB :
Normal/Konstipasi/Diare/Inkontinen/lainnya:
(2) Kebiasaan BAK : Normal/tidak
(a) Frekuensi : disuria, nokturia, tidak bisa ditahan, hematuria,retensi.
(b) Lakontinent : Ya/tidak.Total siang malam kadang – kadang
kesulitan menahan. Tidak sampai di toilet.
(3) Penggunaan bantuan :
d) Kajian Pola Aktivitas Dan Latihan
Kemampuan prawatan diri :
Skor : 0 (mandiri), 1 (dibantu sebagian), 2 (perlu bantuan orang lain), 3
(perlu bantuan orang lain dan alat), 4 (tergantung / tidak mampu).
e) Kajian Pola Istirahat dan Tidur
(1) Waktu tidur :
(2) frekuensi tidur :
(3) kualitas (sering terbangun) :
(4) insomnia : Ya/Tidak
(5) Somnabulisme : Ya/Tidak
f) Kajian Pola Kognitif dna Perseptual
(1) Status mental :
(a) Sadar
(b) Afasia
(c) Orientasi
(d) Bingung
(e) tidak ada respon.
(2) Bicara : normal/gagap/afasia/bloking
(3) Bahasa yang digunakan : daerah / indonesia / lainnya.
(4) Kemampuan membaca : Bisa/ tidak
(5) Mengartikan : Bisa/ tidak
(6) Kemampuan interaksi : sesuai/tidak. Sebutkan:
(7) Pendengaran :
(a) Normal/terganggu (kanan/kiri)
(b) Tuli (kanan/kiri)
(c) Tinnitus (kanan/kiri)
(d) alat bantu pendengaran : Ada/tidak
(e) Penglihatan :
(a) Normal/pakai kacamata, lensa kontak
(b) Terganggu : (kanan/kiri).
(c) Buta : (kanan/kiri) lainnya (sebutkan).
(d) Vertigo : Ya/Tidak
(e) Manajemen nyeri :
g) Kajian Pola Persepsi dan Konsep Diri
(1) Body image : Terganggu/tidak sebutkan:
(2) Ideal diri : Terganggu/tidak sebutkan:
(3) Harga diri :Terganggu/tidak sebutkan:
(4) Peran : Terganggu/tidak sebutkan:.
(5) Identitas diri : Terganggu/tidak sebutkan:
h) Kajian Pola Peran dan Hubungan dengan sesame (Koping)
(1) Masalah utama selama masuk RS (keuangan, perawatan diri, lainnya.
(2) Kehilangan / perubahan yang terjadi sebelumnya : Ya/tidak
(3) Takut terhadap kekerasan : Ya/tidak , terhadap siapa?
(4) Pandangan terhadap masa depan : (pesimis / optimis).
kotor. benda
- Klien Nampak
gelisah Nyeri
kotor. tersumbat
- Peningkatan
Tekanan IntraOkular Iskemia syaraf optic
(>25mmhg)
- Purulen dan edema Ulkus kornea
mata
Kerusakan integritas
Jaringan
DS: Pasien mengatakan Konjungtivitis Potensial Komplikasi :
saat bangun tidur Sepsis dan Abrasi
matanya lengket, susah Mikroorganisme Kornea
membuka mata allergen, iritatif
DO:
- Mata klien tampak Kelnjar air mata
hiperemia, berair dan terinfeksi
kotor.
- Terdapat purulent Fungsi sekresi terganggu
disekitar mata
. Hipersekresi
Purulent
Potensial Komplikasi
DS : Konjungtivitis Gangguan rasa nyaman
- Klien mengatakan
mata terasa gatal Peradangan
- Klien mengeluh tidak
nyaman Dilatasi pembuluh darah
DO :
- mata merah Granulasi disertai sensasi
- klien Nampak benda asing
gelisah
Tidak nyaman
DS: Kelenjar air mata Risiko Cedera
Klien mengatakan sulit terinfeksi
membuka mata dan
sering menggunakan Hipersekresi
pelindung mata
DO: purulent
- Tonometer
(>25mmhg) Gangguan penglihatan
- Ulkus Kornea
- TTV Risiko Cedera
C. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut B.d Agen pencedera fisiologis
2) Gangguan rasa nyaman B.d
Diagnose 1.
Intervensi :
Diagnose 2.
Intervensi :
- Edukasi Kesehatan
- Edukasi penyakit
- Manajemen kenyamanan lingkungan
- Konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Amadi, A., et al., (2009) Common Ocular Problems in Aba metropolis of Albia State,
Eastern Nigeria. Federal medical center Owerri. Available from
.http://docsdrive.com/pdfs/medwelljournals/pjssci/2009/32-35.pdf. (Diakses tanggal
11 september 2013).
Brooker et al,. (2001), Kamus Saku Keperawatam Ed. 31, Penerbit buku kedokteran EGC,
Jakarta
Corwin. E.J (2009), Buku Saku Patofisiologi, Ed 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hedman T.H ( 2013) Diagnosis Keperawatan; definisi dan klasifikasi 2012-2014, Penerbit
Buku kedokteran EGC, Jakarta
Ilyas.s & S.R Yulianti ( 2012), Ilmu Penyakit Mata, Edisi keempat, Badan Penerbit FKUI,
Jakarta
Wilkinson J.M & N. Ahern (2011), Buku Saku Diagnosa Keperawatan;Diagnosa NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
William.L & Wilkins (2011), Nursing; Memahami Berbagai Macam Penyakit, Wolters
Kluwer Health, PT indeks, Jakarta
Yan, D., et al., (2010). Outbreak of Acute Hemorrhagic Conjunctivitis in Yunnan, People's
Republic of China, 2007. Virology Journal, Vol.7,China.
Kemenkes RI., (2010). 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2009. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2009. Available from: http://www.Depkes.go.id. (Diakses tanggal
10 september 2013).