1. Pastikan jenis produk apa yang ingin disertifikasi, ingat objek utama sertifikasi
produk adalah produknya bukan perusahaan, hal ini berbeda dengan sertifikasi
sistem manajemen yang menjadikan perusahaan objek sertifikasinya.
2. Cek apakah Produk yang anda ingin sertifikasi sudah ada Standar nya, dalam hal
ini apakah SNI nya sudah ditetapkan. (cek di sini ) jika SNI nya belum ada, maka
produk anda tidak dapat disertifikasi.
3. Setelah memastikan SNI nya, cek apakah ada Lembaga Sertifikasi Produk yang
sudah terakreditasi oleh KAN untuk SNI tersebut. (cek di sini). jika tidak ada
LSPro yang terakreditasi berarti produk anda belum dapat disertifikasi, namun
anda bisa meminta LSPro untuk menambah ruang lingkup akreditasinya kepada
KAN sehingga produk anda bisa disertifikasi. Khusus untuk SNI yang sudah
diwajibkan, beberapa kementerian mengatur tentang penunjukan sementara
LSPro yang belum diakreditasi untuk melakukan sertifikasi, namun dipersyaratkan
dalam jangka waktu tertentu harus sudah terakreditasi.
4. Anda dapat menghubungi Langsung LSPro terkait untuk detail persyaratannya.
Dokumen Administrasi
Dokumen Teknis
Catatan : Persyaratan diatas umumnya untuk produk dengan Skema
Sertifikasi Tipe 5
Pada prinsipnya skema sertifikasi produk sangatlah bergantung dari jenis ,
karakteristik serta proses produksi produk tersebut. Dalam SNI ISO/IEC
17067:2013 – Penilaian kesesuaian – Fundamental sertifikasi produk dan
panduan skema sertifikasi produk. Disebutkan contoh-contoh skema
sertifikasi dari mulai tipe 1a,1b,2,3,4,5,6 dan tipe n. dari sekian banyak
contoh tipe sertifikasi tersebut, yang banyak digunakan oleh regulator
maupun lembaga sertifikasi adalah skema sertifikasi tipe 5 dan tipe 1b.
Skema sertifikasi tipe 5 ini merupakan skema untuk sertifikasi produk yang
menggabungkan (jika diperlukan) antara assessmen proses produksi, audit
sistem manajemen yang relevan, pengujian serta survailen berupa
pengujian di pabrik ataupun di pasar, audit sistem manajemen dan
assessmen proses produksi. Sertifikat untuk tipe 5 ini biasanya berlaku
untuk 2-4 tahun, dengan survailen dilakukan setiap tahun.
Jadi Sertifikasi SNI adalah proses penilaian keseseuaian terhadap
produk/sistem manajemen/kompetensi suatu perusahaan/personel
berdasarkan persyaratan dalam SNI dalam rangka memperoleh pengakuan
formal.
SNI atau Standar Nasional Indonesia adalah standar yang ditetapkan oleh
Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan berlaku di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pada dasarnya penerapan SNI adalah
sukarela, sebagai ilustrasi saat ini ada sekitar 6000 lebih SNI yang sudah
ditetapkan, meliputi berbagai macam hal dari metode pengujian, standar
produk, standar sistem pengujian, dan lain-lain.
Khusus untuk standar produk, tidak semua produk yang beredar sudah ada
SNI nya. dan kalaupun sudah ada SNI nya belum tentu ada lembaga
sertifikasi yang kompeten (dibuktikan melalui akreditasi KAN) untuk
melakukan sertifikasi untuk SNI tersebut karena dibutuhkan SDM yang
kompeten dan Laboratorium yang mampu melakukan pengujian untuk
semua parameter yang ada dalam SNI. Sehingga secara teknis tidak
memungkinkan jika semua produk harus ber SNI.
Apabila SNI untuk jenis produk tertentu telah diwajibkan, produk dengan
jenis sama yang tidak bertanda SNI tidak boleh diedarkan atau
diperdagangkan di wilayah RI (inilah yang seharusnya terkena razia terkait
SNI).
Sedangkan produk yang tidak wajib, tidak ada masalah apabila belum
disertifikasi berdasarkan SNI. Tanda SNI pada produk yang belum wajib
SNI berfungsi sebagai tanda bahwa produk tersebut memiliki keunggulan
(value added) karena telah disertifikasi.
Berikut ini adalah daftar produk – produk yang telah diwajibkan SNI nya
oleh pemerintah (cek di sini).
Namun yang perlu jadi perhatian, walaupun baru sekitar 100 produk yang
wajib SNI, ada peraturan-peraturan lain yang tidak terkait dengan standar /
SNI yang juga mengatur mengenai peredaran produk misalnya, peraturan
tentang label dari kementerian perdagangan yaitu melalui Permendag
nomor 67/M-DAG/11/2013 (lihat peraturan ) tentang kewajiban
pencantuman label dalam bahasa Indonesia yang mewajibkan produk –
produk yang beredar di Indonesia (yang tercantum dalam lampiran
peraturan tersebut) memiliki label dalam bahasa Indonesia, serta
peraturan-peraturan lainnya.
Namun jika produk anda belum masuk dalam daftar wajib SNI maka tidak
usah khawatir, selama anda tidak melanggar peraturan terkait peredaran
barang (seperti peraturan label Kemendag dsb), ada atau tidak adanya SNI
tidak memiliki implikasi secara hukum. Untuk daftar regulasi teknis cek di
sini. Dan untuk daftar SNI Wajib cek di sini. Terakhir, jadilah produsen,
distributor, pedagang dan pengguna yang cerdas. ***