Anda di halaman 1dari 114

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah anugrah yang dititipkan atau


diamanahkan oleh Tuhan kepada setiap orang tua.
Setiap anak memiliki berbagai jenis karakteristk.
Namun tidak semua anak dilahirkan dengan kondisi
yang sempurna. Ada beberapa anak yang dilahirkan
dengan keunikan tersendiri dalam jenis dan
karakteristiknya. Anak tersebut dikenal sebagai anak
berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus
merupakan anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak normal pada umumnya baik
secara fisik, mental, maupun emosinya. Anak
berkebutuhan khusus memiliki hambatan belajar dan
hambatan perkembangan (barrier to learning and
development). Hal tersebut perlu adanya penanganan
khusus dari orang tua, keluarga dan lingkungan
sekitar yang mampu untuk menunjang
perkembangan anak secara optimal.

1
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang
hidup dalam satu rumah tangga karena adanya ikatan
perkawinan dan ikatan darah. Orang tua merupakan
bagian dari keluarga. Peran orang tua dan keluarga
sangat berpengaruh untuk perkembangan anak-anak.
Karena anak-anak akan banyak menghabiskan
waktunya di dalam lingkungan keluarga. Begitupun
anak berkebutuhan khusus, ia sangat memerlukan
dukungan terutama dari orang tua dan keluarganya.
Keluarga adalah lingkungan pendidikan informal
yang harus fungsional bagi seorang anak. Peran
keluarga sangat menentukan keberhasilan
perkembangan anak. Keberhasilan itu akan diperoleh
dengan baik jika keluarga memahami tugas dan
kewajibannya. Ketidak pahaman akan peran sebagai
anggota keluarga terhadap pendidikan anaknya dapat
menimbulkan hambatan terhadap perkembangan
anak. Maka dari itu pengadaan program Intervensi
Dini Berbasis Keluarga memiliki fungsi sebagai
penyediaan dukungan dan yang ditujukan kepada
keluarga.

2
Keluarga adalah orang yang paling dekat
dengan anak, begitu juga dengan anak berkebutuhan
khusus. Orang tua, saudara, dan keluarga lain adalah
orang pertama yang berkomunikasi dengan anak, dan
diharapkan akan memberikan kontribusi dan
perubahan positif kepada anak yang memerlukan
kebutuhan khusus. Anak usia belum sekolah dirumah
24 jam, dan tumbuh kembang anak sangat tergantung
oleh faktor keluarga. Untuk anak berkebutuhan
khusus, penerimaan, perawatan, dan pelayanan yang
baik dari orang tua dan keluarga akan memberikan
efek baik juga.
Intervensi dini berbasis keluarga merupakan
sebuah perlakuan atau tindakan tertentu yang
dilakukan oleh orang tua atau anggota keluarga
lainnya untuk meningkatkan perkembangan anak
yang diduga mengalami hambatan dalam
perkembangannya. Program intervensi ini berfungsi
untuk mengidentifikasi dan memberikan perlakuan
yang diberikan keluarga terhadap anaknya untuk
meminimalisir dampak negatif yang terjadi dimasa
yang akan datang. Intervensi dini berbasis keluarga

3
ini penting di laksanakan oleh orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus karena dapat
memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang
bagaimana seharusnya orang tua berperan dalam
proses perkembangan anak. Serta orang tua dapat
meminimalkan dampak keterlambatan atau hambatan
untuk mengembangkan potensi-potensi anaknya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat


rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil asesmen perkembangan


anak dan keluarga yang menjadi sasaran
IDBK?
2. Bagaimana penyusunan program intervensi
dini berbasis keluarga?
3. Bagaimana pelaksanaan program intervensi
dini berbasis keluarga?
C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan dari rumusan masalah


di atas diantaranya:

4
1. Untuk mengetahui hasil asesmen
perkembangan anak dan keluarga yang
menjadi sasaran IDBK.
2. Untuk mengetahui penyusunan program
IDBK yang telah dilakukan.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan program
intervensi dini berbasis keluarga.

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penyusunan


laporan ini yaitu dapat memberikan kontribusi positif
baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis,
laporan ini dapat menjadi bahan pengembangan bagi
program intervensi dini berbasis keluarga. Secara
praktis laporan ini dapat menjadi sarana dalam
menambah wawasan dan pengalaman penulis
khususnya dan menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca pada umumnya.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Intervensi Dini Berbasis Keluarga

Intervensi dini adalah suatu tindakan yang


diberikan oleh seorang professional kepada anak usia
dini yang memiliki gangguan atau hambatan
perkembangan untuk meminimalisir hambatannya dan
mengoptimalkan potensi yang ada pada diri anak. Usia
dini yang dimaksudkan disini adalah bahwa intervensi
dilakukan sedini mungkin mulai dari bayi masih dalam
kandungan yaitu saat mulai adanya kehidupan.

Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada


dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang
bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut NAEYC
(National Association for The Education of Young
Children, anak usia dini adalah anak yang berada pada
rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program

6
Pendidikan di taman Pendidikan anak, Pendidikan
prasekolah, taman kanak-kanak dan sekolah dasar.

Intervensi dini diartikan sebagai salah satu langkah


dan tindakan yang lebih baik dari cara-cara yang bersifat
konvensional, sehingga kadang–kadang hanya tampak
sebagai prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam
berbagai situasi. Intervensi dini dapat memperbaiki
masalah-masalah perkembangan yang ada dan
mengantisipasi (bersifat preventif) karena memang
tujuan dari intervensi dini adalah untuk meminimalisasi
keterlambatan pada masa yang akan datang agar potensi
anak optimal.

Pada awal perkembangannya, intervensi dilakukan


oleh profesional seperti dokter atau psikolog yang
langsung terjun untuk mengatasi hambatan
perkembangan pada anak. Namun seiring bergulirnya
waktu, konsep ini mulai dihilangkan karena kurang
optimalnya perkembangan anak jika intervensi hanya
dilakukan kepada anak tanpa dibarengi dengan keluarga.
Hal ini disebabkan karena ketika anak berada ditempat
terapis anak mendapatkan intervensi, sedangkan dirumah

7
anak diperlakukan seperti biasa. Perlakuan yang berbeda
antara ditempat terapis dengan dirumah tersebutlah yang
mengakibatkan perkembangan anak tidak optimal.

Setelah itu, berkembanglah konsep intervensi


yang dilakukan oleh profesional dan orang tua. Dalam
konsep ini profesional masih terjun secara langsung
kepada anak bersama-sama dengan orang tua. Kemudian
pada perkembangan selanjutnya intervensi dilakukan
oleh profesional bersama dengan orang tua, namun
dalam konsep ini campur tangan profesional terjadi
secara tidak langsung. Sebagaimana pendapat dari
Greenberg (1984) bahwa program intervensi cenderung
lebih memiliki efek Panjang jika intervensi dilakukan
kepada seluruh anggota keluarga dan berlangsung di
rumah. Maka, profesional dalam hal ini hanya berperan
sebagai konsultan/ narasumber bagi orang tua dalam
melakukan intervensi terhadap anaknya. Konsep
intervensi dini berbasis keluarga inilah yang sering
dilakukan hingga saat ini yang kemudian disebut sebagai
intervensi dini berbasis keluarga (IDBK). Selain itu,
dalam prosesnya IDBK juga melibatkan dukungan dari

8
lingkungan tempat anak berada seperti komunitas
disabilitas, atau dari pemerintah.

B. Teori Perkembangan Anak Usia 6 Tahun

Perkembangan individu berlangsung sepanjang


hayat, dimulai sejak masa pertemuan sel sperma dengan
sel telur dan berakhir pada saat kematiannya.
Perkembangan individu bersifat dinamis, perubahannya
kadang-kadang lambat, tetapi bisa juga cepat, berkenaan
dengan salah satu aspek atau beberapa aspek
perkembangan. Perkembangan tiap individu juga tidak
selalu seragam, satu sama lain berbeda baik dalam tempo
maupun kualitasnya. Berikut ini adalah penjelasan
perkembangan anak usia 6 tahun:

1. Perkembangan fisik dan motorik anak usia 6


tahun.

Perkembangan fisik anak usia 6 tahun


merupakan masa yang sering disebut sebagai
“periode tenang” (Desmita, 2016) usia 6 tahun
disebut dengan periode tenang karena pada usia
ini perkembangan fisik anak tidak secepat usia

9
sebelumnya. Perkembangan fisik merupakan
dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya.
Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik
menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun
kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat
lebih mengembangkan keterampilan fisiknya, dan
mengeksplorasi lingkungannya dengan tanpa
bantuan dari orang tuanya. Perkembangan sistem
syaraf pusat memberikan kesiapan kepada anak
untuk lebih dapat meningkatkan pemahaman dan
penguasaan terhadap tubuhnya.

Pertumbuhan otaknya pada usia lima tahun


sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa,
dan 90% pada usia enam tahun. Pada usia ini
juga terjadinya pertumbuhan ”myelinization”
(lapisan urat syaraf dalam otak yang terdiri dari
bahan penyekat berwarna putih, yaitu myelin)
secara sempurna. Lapisan urat syaraf ini
membantu transmisi impuls-impuls syaraf secara
cepat, yang memungkinkan pengontrolan

10
terhadap kegiatan-kegiatan motorik lebih
seksama dan efisien.

Perkembangan fisik anak ditandai juga


dengan berkembangnya kemampuan atau
keterampilan motorik, baik motorik kasar atau
motorik halus. Adapun untuk anak usia 6 tahun
adalah sebagai berikut:

a. Motorik Kasar
a) Berdiri satu kaki bergantian selama
50 detik
b) Berjalan mundur dengan jinjit/tumit
sebanyak enam langkah
c) Melompat-lompat dengan kaki
bergantian
d) Melompat tali sebanyak tiga hingga
10 lompatan berturut-turut
e) Melompat mundur dua hingga lima
lompatan berturut-turut
f) Lari ke depan sambil menendang bola
yang menggelinding

11
g) Berjalan di atas papan titian dengan
jinjit /tumit Berjalan mundur di atau
papan titian dengan jinjit/ tumit
b. Motorik Halus
a) Menangkap bola yang dipantulkan
dan dilemparkan dengan kedua
tangan
b) Menangkap bola yang dilemparkan
dengan satu tangan
c) Melempar bola dengan sikap yang
benar
d) Melipat kertas diagonal dan
merapikan lipatannya
e) Menggunakan pensil dan penghapus
f) Mewarnai tanpa keluar garis
g) Memegang pensil dengan benar
h) Menggunting sesuai pola

Implikasi perkembangan fisik ini, di taman


kanak-kanak perlu dirancang lingkungan
pendidikan yang kondusif bagi perkembangan
fisik anak secara optimal. Bagi mereka perlu

12
disediakan halaman yang cukup luas dan
perlengkapan permainan, yang memberikan
peluang kepada mereka untuk dapat bergerak,
dan bermain secara leluasa.

2. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif pada usia 6 tahun


seiring dengan masuknya anak ke lingkungan
sekolah, maka kemampuan kognitifnya turut
mengalami perkembangan yang pesat (Desmita,
2016). Piaget berpendapat perkembangan
kognitif anak 6 tahun berada pada periode
praoperasional, yaitu tahapan di mana anak
belum mampu menguasai operasi mental secara
logis. Operasional adalah kegiatan-kegiatan yang
diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode
ini ditandai dengan berkembangnya
represensasional, atau symbolic function, yaitu
kemampuan menggunakan sesuatu untuk
merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain
dengan menggunakan simbol (kata-kata,
gesture/bahasa gerak, dan benda). Dapat juga

13
dikatakan sebagai semiotic function, yaitu
kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol
(bahasa, gambar, tanda/ isyarat, benda yang
nyata, atau peristiwa.

Melalui kemampuan di atas, anak mampu


berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.
Dia dapat menggunakan kata-kata, peristiwa dan
benda untuk melambangkan yang lainnya.
Adapun kemampuan anak berimajinasi dengan
menggunakan peristiwa tampak dalam
permainannya bermain peran, seperti sekolah-
sekolahan, perang-perangan, dan dagang-
dagangan.

Meskipun berpikir melalui simbol ini


dipandang lebih maju dari berpikir pada periode
sensorimotor, namun kemampuan berpikir ini
masih mengalami keterbatasan. Keterbatasan
yang menandai, atau yang menjadi karakteristik
periode praoperasional ini adalah sebagai berikut.

14
1) Egosentrisme, yang maksudnya bukan
selfishness (egois), atau arogan (sombong),
namun merujuk kepada (1) diferensiasi diri,
lingkungan orang lain yang tidak sempurna,
dan (2) kecenderungan untuk memersepsi,
memahami, dan menafsirkan sesuatu
berdasarkan sudut pandang sendiri. Salah satu
implikasinya, anak tidak dapat memahami
persepsi konseptual orang lain. Seperti anak
sedang memegang sebuah buku secara tegak
dan menunjuk dalam satu gambar yang ada di
dalamnya sambil bertanya kepada ibunya
”gambar apa ini?” dia tidak menyadari bahwa
ibunya tidak dapat melihat gambar tersebut
dari arah belakang buku tersebut.
2) Kaku dalam berpikir (rigidity of thought).
Salah satu karakteritik berpikir praoperasional
adalah kaku (frozen). Salah satu contohnya,
berpikir itu bersifat centration (memusat),
yaitu kecenderungan berpikir atas dasar satu
dimensi, baik mengenai objek maupun
peristiwa, dan tidak menolak dimensi-dimensi

15
lainnya. Contohnya, Piaget memperlihatkan
dua gelas yang berisi cairan yang sama
banyaknya dituangkan ke dalam gelas yang
sama ukurannya, kemudian ditanyakan pada
anak dan mereka menjawab tingginya sama,
kemudian air itu dituangkan ke dalam gelas
yang besar dan kecil, ditanyakan kepada anak,
maka mereka akan menjawab lebih tinggi
yang gelas kecil. Itu contoh dari kemampuan
anak yang terpusat hanya pada satu dimensi
persepsi, yaitu tinggi.
3) Semilogical reasoning. Anak-anak mencoba
menjelaskan peristiwaperistiwa alam yang
misterius, yang dialaminya dalam kehidupan
seharihari. Salah satu pemecahannya dalam
menjelaskannya itu dianalogikan dengan
tingkah laku manusia. Matahari dan bulan
dipandang seperti manusia, mereka hidup dan
suka lelah.

16
3. Perkembangan Sosial-Emosi

Pada usia 6 tahun, anak sudah mulai


mengakhiri masa usia dininya dan akan
memasuki ke usia anak menengah. Pada masa ini
ia sudah menyadari dirinya berbeda dengan
bukan aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini
diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak
setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau
benda lain. Dia menyadari bahwa keinginannya
berhadapan dengan keinginan orang lain,
sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi
keinginannya. Bersamaan dengan itu,
berkembang pula perasaan harga diri yang
menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika
lingkungannya (terutama orang tuanya) tidak
mengakui harga diri anak, seperti
memperlakukan anak secara keras, atau kurang
menyayanginya, maka pada diri anak akan
berkembang sikap-sikap: (1) keras
kepala/menentang, atau (2) menyerah menjadi

17
penurut yang diliputi rasa harga diri kurang
dengan sikap pemalu.

Beberapa jenis emosi berkembang pada masa


anak, yaitu sebagai berikut:

1) Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu


objek yang dianggap membahayakan. Rasa
takut terhadap sesuatu berlangsung melalui
tahapan: (a) mula-mula tidak takut, karena
anak belum sanggup melihat kemungkinan
bahaya yang terdapat dalam objek, (b) timbul
rasa takut setelah mengenal adanya bahaya,
dan (c) rasa takut bisa hilang kembali setelah
mengetahui cara-cara menghindar bahaya.
2) Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat
khayalan, yang tidak ada objeknya.
Kecemasan ini muncul mungkin dari situasi-
situasi yang dikhayalkan, berdasarkan
pengalaman yang diperoleh, baik pelakuan
orang tua, buku-buku bacaan/komik, radio,
atau film. Contoh perasaan cemas: anak takut

18
berada dalam kamar yang gelap, dan takut
hantu.
3) Marah, merupakan perasaan tidak senang,
atau benci baik terhadap orang lain, diri
sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan
dalam bentuk verbal (kata-kata
kasar/makian/sumpah serapah), atau
nonverbal (seperti mencubit, memukul,
menendang, menampar, dan merusak).
Perasaan amarah ini merupakan reaksi
terhadap situasi frustrasi yang dialaminya,
yaitu perasaan kecewa atau perasaan tidak
senang karena adanya hambatan terhadap
pemenuhan keinginannya. Pada masa ini rasa
marah sering terjadi karena: (1) banyak
stimulus yang menimbulkan rasa marah, dan
(2) banyak anak yang menemukan bahwa
marah merupakan cara baik untuk
mendapatkan perhatian atau memuaskan
keinginannya. Berbagai stimulus yang
menimbulkan perasaan marah, di antaranya:
rintangan atas kebutuhan jasmaniah,

19
gangguan terhadap gerakan-gerakan anak
yang ingin dilakukannya, rintangan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung, rintangan
terhadap keinginannya, atau kejengkelan yang
menumpuk. Sumber perasaan marah bisa
berasal dari diri sendiri (seperti
ketidakmampuan dan kelemahan/kecacatan
diri), atau orang lain (orang tua, saudara,
guru, dan teman sebaya).
4) Cemburu, yaitu perasaan tidak senang
terhadap orang lain yang dipandang telah
merebut kasih sayang dari seseorang yang
telah mencurahkan kasih sayang kepadanya.
Sumber yang menimbulkan cemburu selalu
bersifat situasi sosial, hubungan dengan orang
lain. Seperti kakak cemburu kepada adiknya,
karena dia telah merebut kasih sayang orang
tuanya. Perasaan cemburu ini diikuti dengan
ketegangan, yang biasanya dapat diredakan
dengan reaksi-reaksi: (a) agresif atau
permusuhan terhadap saingan; (b) regresif,
yaitu perilaku kekanakkanakan, seperti

20
mengompol, atau mengisap jempol; (c) sikap
tidak peduli; dan (d) menjauhkan diri dari
saingan.
5) Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu
perasaan yang positif, nyaman, karena
terpenuhi keinginannya. Kondisi yang
melahirkan perasaan gembira pada anak, di
antaranya terpenuhinya kebutuhan jasmaniah
(makan dan minum), keadaan jasmaniah yang
sehat, diperolehnya kasih sayang, ada
kesempatan untuk bergerak (bermain secara
leluasa), dan memiliki mainan yang
disenanginya.
6) Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk
memberikan perhatian, atau perlindungan
terhadap orang lain, hewan atau benda.
Perasaan ini berkembang berdasarkan
pengalamannya yang menyenangkan dalam
berhubungan dengan orang lain (orang tua,
saudara, dan teman), hewan (seperti kucing
dan burung), atau benda (seperti mainan).
Kasih sayang anak kepada orang tua atau

21
saudaranya, amat dipengaruhi oleh iklim
emosional dalam keluarganya. Apabila orang
tua dan saudara-saudaranya menaruh kasih
sayang kepada anak, maka dia pun akan
menaruh kasih sayang kepada mereka.
7) Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek
yang tidak patut ditakutinya (takut yang
abnormal) seperti takut ulat, takut kecoa, dan
takut air. Perasaan ini muncul akibat
perlakuan orang tua yang suka menakut-
nakuti anak. menghukum, atau menghentikan
perilaku anak yang tidak disenangi.
8) Ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan ingin
mengenal, mengetahui segala sesuatu atau
objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun
nonfisik. Perasaan ini ditandai dengan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak.
Seperti anak bertanya tentang dari mana asal
dia, siapa Tuhan, di mana Tuhan berada.
Masa bertanya (masa haus nama) ini dimulai
pada usia 3 tahun dan mencapai
puncaknya pada usia sekitar 6 tahun.

22
Pada usia prasekolah (terutama mulai usia 4
tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak
jelas, karena mereka sudah mulai aktif
berhubungan dengan teman sebaya. Tanda-tanda
perkembangan sosial pada tahap ini adalah
sebagai berikut.

1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di


lingkungan keluarga maupun dalam
lingkungan bermain.
2) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk
pada peraturan.
3) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan
orang lain.
4) Anak mulai dapat bermain bersama anak-
anak lain, atau teman sebaya (peer group).
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi
oleh iklim sosiopsikologis keluarganya. Apabila
di lingkungan keluarga tercipta suasana yang
harmonis, saling memperhatikan, saling
membantu (bekerja sama) dalam menyelesaikan
tugas keluarga atau anggota keluarga, terjalin

23
komunikasi antaranggota keluarga, dan konsisten
dalam melaksanakan aturan, maka anak akan
memiliki kemampuan, atau penyesuaian sosial
dalam berhubungan dengan orang lain.

4. Perkembangan Bahasa

Pada usia 6 tahun, perkembangan terus


berlanjut. Pembendaharaan kosa kata anak
meningkat dan cara anak-anak menggunakan
kata dan kalimat bertambah kompleks
(Desmita, 2016). Di samping peningkatan
dalam jumlah perbendaharaan kosa kata,
perkembangan Bahasa anak usia 6 tahun juga
terlihat dalam cara anak berpikir tentang kata-
kata.

Peningkatan kemampuan analitis terhadap


kata-kata juga disertai dengan kemajuan
dalam tata Bahasa. Anak usia 6 tahun sudah
menguasai hampir semua jenis struktur
kalimat (Desmita, 2016). Oleh karena itu,
pada usia ini anak mulai menggunakan

24
kalimat yang lebih singkat dan padat, serta
dapat menerapkan berbagai aturan tata
Bahasa secara cepat.

C. Pengertian Tunarungu

Tunarungu adalah suatu gangguan pada indra


pendengarannya, sehingga mengakibatkan seseorang
mengalami kehilangan pada pendengarannya atau
gangguan pendengaran (hearing impairmet). Anak
tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan
atau kehilangan kemampuan mendengar yang
disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya
sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia
mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya.
Tunarungu atau anak dengan gangguan pendengaran
menunjukan ketidakmampuan mendengar dari tingkat
ringan sampai berat sekali. Tingkatan tersebut
digolongkan kepada tuli (deaf) dan kurang dengar (hard
of hearing).

Tuli merupakan seseorang yang mengalami


ketidakmampuan mendengar yang menghambat

25
keberhasilan memproses informasi bahasa melalui
pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat
bantu dengar (hearing aids). Sedangkan orang yang
kurang dengar adalah seseorang yang biasanya
menggunakan alat bantu dengar dengan sisa
pendengarannya yang cukup memungkinkan untuk
keberhasilan memproses informasi bahasa. Oleh karena
itu, jika orang yang kurang dengar menggunakan alat
bantu dengar, ia masih dapat menangkap pembicaraan
melalui pendengarannya.

Menurut (Moores, 2001 : 11) dan (Kirk &


Gallagher, 1989 : 300) menyatakan bahwa orag tuli
adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan
mendengar sedemikian besar sehingga menghambat
pemahaman berbicara melalui pendengarannya dengan
atau tanpa mengguanakan alat bantu dengar. Sedangkan
orang yang kurang dengar adalah seseorang yang
mengalami ketidakmampuan mendengar sedemikian
besar yang menimbulkan kesulitan. Tetapi tidak
menghambat orang tersebut untuk memahami

26
pembicaran melalui pendengarannya, tanpa atau dengan
mengguankan alat bantu dengar.

D. Klasifikasi Tunarungu
Tunarungu dapat diklasifikasikan berdasarkan
empat hal, yaitu tingkat kehilangan pendengaran
pendengaran, saat terjadinya gangguan / kehilangan,
letak gangguan pendengaran secara anatomis, serta
etiologi.
1. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran
a. Gangguan pendengaran ringan (27-40 dB)
b. Ganguan pendengaran sedang (41-55 dB)
c. Ganguan pendengaran agak berat (56-70 dB)
d. Gangguan penderan berat (71-90 dB)
e. Gangguan pendengaran berat sekali ( lebih
dari 91 dB)
2. Berdasarkan saat terjadinya
a. Ketulian prabahasa, (prelingual deafness)
yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi
sebelum kemampuan bicara dan bahasa
berkembang.

27
b. Ketulian pasca bahasa (post lingual deafness)
yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi
setelah perkembangan kemampuan bicara
dan bahasa secara spontan.
3. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara
anatomis
a. Ganguan pendengaran tipe konduktif, yaitu
kehilangan pendengaran yang disebabkan
oleh terjadinya kerusakan pada telinga
bagian luar dan tengah. Bagian telingan
tersebut berfungsi sebagai alat konduksi atau
penghantar getaran suara menuju telinga
bagian dalam.
b. Gangguan pendengaran tipe sensorineural,
disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada
telinga dalam serta syaraf pendengaran
(nervus chochlearis).
c. Gangguan pendengaran tipe campuran yang
merupakan gabungan tipe konduktif dan
sensorineural, artinya kerusakan terjadi pada
telinga luar/tengah dengan telinga dalam/
syaraf pendengaran.

28
4. Berdasarkan etiologi
a. Gangguan pendengaran endogen, yaitu
gungguan yang disebabkan oleh factor
genetic.
b. Gangguan pendengaran eksogen, yaitu
gangguan yang disebabkan oleh factor non
genetic.
E. Pengaruh Pendengaran Pada Perkembangan
Bahasa

Perkembangan bahasa dan bicara sangat


berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Anak
tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik,
karena pada anak tunarungu tidak terjadi proses
meraban, proses peniruan hanya terbatas pada
peniruan visual. Dalam perkembangan bahasa dan
bicara anak tunarungu memerlukan pembinaan
khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan dan
taraf ketunarunguannya. Perkembangan bahasa dan
komunikasi anak tunarungu terutama pada tunarungu
total tentu tidak mungkin untuk sampai pada
penguasaan bahasa melalui pendengarnnya,

29
melainkan harus melalui penglihatannya dan
memanfaatkan sisa pendengarannya. Oleh sebab itu,
komunikasi anak tunarungu mempergunakan segala
aspek yang ada pada dirinya. Berikut ada beberapa
media komunikasi yang dapat digunakan untuk
berkomuikasi dengan anak tunarungu :

1. Bagi anak tunarungu yang mampu berbicara,


tetap menggunakan bicara sebagai media dan
membaca ujaran sebagai sarana penerima dari
pihak anak tunarungu.
2. Menggunakan media tulisan dan
membacasebagai sarana penerimaannya.
3. Mengunakan isnyarat sebagai media.
F. Perkembangan Kognitif Anak Tunarungu

Anak tunarungu memiliki intelegensi yang sama


dengan anak normal lainnya, tetapi secara fungsional
perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi,
dan kiranya daya abstraksi anak. Akibat
ketunarunguannya tersebut dapat menghambat proses
pencapaian pengetahuannyayang lebih luas.dengan

30
demikian perkembangan intelegensi anak tunarungu
secara fungsional terhambat. Perkembagan kognitif
anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh
perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada
bahasa akan menghambat perkembangan intelegensi
anak tunarungu.

Anak tunarungu memiliki intelegensi rendah


secara umum karena intelegensinya tidak mendapat
kesempatan untuk berkembang. Pemberian
bimbingan yang teratur terutama pada kecakapan
berbahasa akan dapat membantu perkembangan
intelegensi anak tunarungu. Aspek intelegensi anak
tunarungu yang terhambat ialah yang bersifat verbal,
misalnya merumuskan perhatian mmenghubungkan,
menarik kesimpulan dan meramal kajian.

G. Perkembangan Emosi Anak Tunarungu

Kurangnya akan pemahaman bahasa lisan atau


tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan suatu secara negatif atau salah paham,
hal tersebut akan menimbulkan tekanan bagi

31
emosinya. Tekanan pada emosinya tersebut akan
dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan
menampilkan sikap menutup dir, bersikap agresif,
atau sebaliknya Nampak kebimbangan dan keragu-
raguan. Emosi anak tunarungu selalu bergolak disatu
sisi karena kekuranagn bahasa yang ia kuasai dan
disisi lain karena adanya pengaruh dari luar yang
diterimanya. Anak tunarungu juka di tegur oleh
orang yang tidak dikenalinya ia akan terlihat resah
dan gelisah.

H. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu

Anak tunarungu memerlukan kebersamaan


dengan orang lain, namun karena adanya kekurangan
yang ia miliki sehingga akan me nimbulkan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Karena
adanya anggapan bahwa mereka memiliki
kekurangan dan dianggap seseorang yng kurang
berkarya dengan peniaian lingkungan yang seperti itu
akan membuat mereka merasa kurang berharga.
Dengan adanya hambatan dalam perkembangan
sosial ini mengakibatkan minimnya dalam peguasaan

32
bahasa dan kecenderungan menyendiri serta
memiliki sifatv egosentris. Untuk kepentingan anak
tunarungu sebaiknaya di perlukan peran serta dari
orang tua, guru, dan orang-orang dilingkungan
sekitarnya untuk berusaha mempelajari dan
memahami keadaan mereka karena haltersebut dapat
menghambat perkembangan kepribadian negatif bagi
anak tunarungu.

Anak tunarungu dihinggapi banyak


kecemasan karena menghadapi banyak lingkungan
yang beranekaragam komunikasinya, hal tersebut
dapat membinggungkan anak tunarungu. Hubungan
sosial sangat berkaitan erat dengan komunikasi
antara seseorang dengan orang lain. Anak tunarungu
mengalami hambatan dalam berbicara dan kurangnya
penguasaan bahasa membuat dia tidak mampu
terlibat secara baik dalam situasi sosialnya. Serta
orang lain pun akan sulit memahami perasaan dan
pikirannya.

I. Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak

33
Perkembangan kepribadian seorang anak
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan. Keluarga memiliki peran yang penting
dalam membentuk kepribadian anak karena keluarga
merupakan pendidikan pertama dalam kehidupan.
Menurut Soelaeman dalam buku Pola Asuh
Orangtua, arti keluarga pada pengertian psikologis
adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam
tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota
merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi
saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan
saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam
pengertian pedagogis, keluarga adalah satu
persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang
antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan
dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling
menyempurnakan diri. Dalam usaha saling
melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu
terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai
orang tua. Sebabnya, setiap keluarga pasti memiliki
karakteristik yang berbeda, yang berpengaruh pada
pola asuh yang berbeda juga.

34
Pola asuh sendiri terdiri dari dua kata yaitu
pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia “pola adalah model, sistem, atau cara
kerja”, Asuh adalah “menjaga, merawat, mendidik,
membimbing, membantu, melatih, dan sebagainya”
Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam


berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat
dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua
memberikan pengaturan kepada anak, cara
memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua
menunjukkan otoritas dan cara orang tua
memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan
anak. Dengan demikian yang dimaksud dengan Pola
Asuh Orang Tua adalah bagaimana cara mendidik
anak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Harlock mengemukakan ada tiga jenis pola


asuh orang tua terhadap anaknya, yakni: (1) Pola
Asuh Otoriter. Pola asuh otoriter ditandai dengan
cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat,
seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti

35
dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas
nama diri sendiri dibatasi; (2) Pola Asuh Demokratis.
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya
pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak,
anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung
pada orang tua; (3) Pola Asuh Permisif. Pola asuh ini
ditandai dengan cara orang tua mendidik anak yang
cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang
dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-
luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki.

Sedangkan menurut Dariyo (2004) membagi


pola asuh orang tua menjadi 4 macam, yaitu: (1) Pola
Asuh Otoriter (parent oriented). Ciri pola asuh ini
menekankan segala aturan orang tua harus ditaati
oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa
dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan
tidak boleh membantah terhadap apa yang
diperintahkan oleh orang tua; (2) Pola Asuh Permisif.
Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala
aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa
yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua,

36
orang tua menuruti segala kemauan anak; (3) Pola
Asuh demokratis. Kedudukan antara anak dan orang
tua sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan
mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi
kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang
dilakukan oleh anak tetap harus di bawah
pengawasan orang tua dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral; (4) Pola Asuh
Situasional. Orang tua yang menerapkan pola asuh
ini, tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi
semua tipe tersebut diterapkan secara luwes
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
berlangsung saat itu.

Dari berbagai macam pola asuh yang


dikemukakan di atas, pada dasarnya terdapat tiga
pola asuh orang tua yang sering diterapkan dalam
kehidupan seharihari. Hal ini sesuai dengan beberapa
penjelasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli,
salah satunya menurut Hurlock. Pola asuh tersebut
antara lain pola asuh otoriter, pola asuh demokratis
dan pola asuh permisif.

37
Orang tua atau pendidik yang menerima anak
apa adanya dapat dikatakan melakukan upaya untuk
membantu anak memiliki karakter positif dengan
menyadarkan upayanya berdasarkan kata hati yang
berperilaku sekaligus secara bersama-sama antara
dirinya dengan anak menampilkan karakter positif.
Dapat disimpulkan bahwa pola asuh anak secara
konsisten menjadi faktor utama dalam membangun
karakter anak.

38
BAB III

PEMBAHASAN

A. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Dini Berbasis


Keluarga
Skema prosedur pelaksanaan intervensi
dini berbasis keluarga secara garis besar dibagi
menjadi tiga tahapan pokok sebagai berikut
berikut:

Persiapan Pelaksanaan
Evaluasi
1. Mencari 1. Melakukan
kunjungan
1. Menganalisi
subjek s data hasil
dan
(ABK) yang pendekatan program
akan pada target 2. Melakukan
diintervensi intervensi evaluasi
2. Melakukan 2. Melakukan program
perizinan asesmen pada 3. Menyusun
3. Menyusun anak dan
keluarga
laporan
instrumen hasil
3. Menganalisis
asesmen data hasil pelaksanaan
anak dan asesmen IDBK
keluarga 4. Menyusun
program
IDBK
5. Melaksanaka
n program
IDBK

39
B. Hasil Asesmen Perkembangan
1. Analisis Hasil Asesmen Anak
a. Identitas Siswa

Nama : Nafiz Hammam As-


Sakha

TTL : Bandung, 19 Desember


2012

Alamat : Jl. Gagak, Bandung

Nama Ayah : Nasrullah

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Mira Daniyanti

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

b. Deskripsi Hasil Asesmen


a) Kondisi Umum Anak
Pada saat dilaksanakan asesmen di
lapangan, kondisi anak dalam keadaan sehat.
Menurut penjelasan dari sang Ibu, anak telah
menunggu kedatangan asesor di rumahnya.
Awalnya anak seperti yang malu dan ragu
bertemu dengan asesor. Sepanjang proses

40
asesmen berjalan, anak ingin selalu ditemani
oleh kakaknya, karena jika tidak ditemani
oleh kakaknya anak merasa malu.
Pada saat asesmen berlangsung, anak
harus didampingi oleh kakak serta ibunya,
karena kondisi anak yang mengalami
hambatan pendengaran hanya dapat
berkomunikasi dengan Bahasa isyarat yang
diberikan di rumah.
Anak sudah bersekolah di SLBN Cicendo
sejak usianya masih 4 tahun, sehingga
kemampuan sosialnya cukup baik dan anak
sudah mengenal Bahasa isyarat SIBI. Selama
proses asesmen Bahasa yang digunakan tentu
saja Bahasa isyarat yang digunakan di
lingkungannya, sehingga asesor
membutuhkan bantuan ibunya untuk
berkomunikasi pada anak.
b) Aspek yang telah dikuasai
1) Kognitif Dasar
a. Anak sudah mampu mengklasifikasikan
benda menurut bentuk, ukuran dan warna.

41
b. Anak sudah mampu mengurutkan benda
berdasarkan ukuran yang paling besar ke
paling kecil dan sebaliknya.
c. Anak sudah memiliki kemampuan yang
menunjukkan pada adanya suatu konsep
bahwa jumlah atau nilai suatu objek akan
sama sekalipun memiliki karakteristik
yang berbeda
d. Anak sudah memahami bahwa jumlah
objek dapat diubah kemudian kembali ke
awal.
2) Persepsi

Anak sudah mampu mnjelaskan kegunaan


objek yang ada di sekitarnya.

3) Sosial Emosi
a. Anak sudah mampu meniru, bekerja
sama, bersimpati, berbagi, dan bersaing
dengan baik.
b. Anak sudah mampu menunjukkan rasa
marah, cemburu, gembira, ingin tahu,
kasih sayang, sedih, takut, dan iri hati.

42
4) Bahasa
Anak sudah mampu mengungkapkan sesuatu
dengan Bahasa isyarat.
5) Motorik
a. Anak sudah mampu menulis,
menggambar, mewarnai, menggunting
dan melipat dengan baik.
b. Anak sudah mampu berjalan, berlari,
menjaga keseimbangan sesuai dengan
yang semestinya.
c) Aspek yang belum dikuasai
i. Belum mampu memahami bahwa
kuantitas, panjang, atau jumlah benda-
benda tidak berhubungan dengan
pengaturan atau tampilan dari objek atau
benda-benda tersebut
ii. Belum bisa berkomunikasi verbal dengan
baik.
iii. Belum mengetahui berbagai jenis rasa
dan bau
iv. Belum bisa mengontrol rasa cemburu.
d) Kebutuhan belajar anak

43
i. Latihan pemahaman konservasi
ii. Latihan berkomunikasi menggunakan
Bahasa verbal
iii. Latihan mengenali berbagai jenis rasa
dan bau
iv. Latihan kemandirian dan berbagi kasih
saying.
2. Analisis Hasil Asesmen Keluarga

Dari hasil wawancara kepada orang tua,


N. H. A. mengalami hambatan pada
pendengarannya sejak lahir. Pada saat orang tua
mengetahui bahwa adanya hambatan pada
pendengaran anak, orang tua langsung
memeriksakannya ke dokter. Orangtua
mengetahui ankanya mengalami hambatan
pendengaran pada saat anak berusia 5 bulan.
Pada saat itu orang tua memeriksakan anak untuk
tes BERA namun hasilnya belum terdeteksi
hingga saat ini. Selain itu karena adanya kendala
dalam factor ekonomi, orang tua N. H. A
mengupayakan anak mendapat ABD/Alat Bantu

44
Dengar secara gratis. Orang tuanya rela
mengantri seharian demi mendapatkan ABD
untuk anaknya.

Hubungan orang tua atau keluarga dengan


anak sangat baik. Hal tersebut dibuktikan dari
segi komunikasi orang tua kepada anak yang
begitu baik. Orang tua mengupayakan dirinya
mampu berbahasa isyarat agar dapat
berkomunikasi dengan anak. Selain kedua orang
tua, kakak N. H. A juga mempelajari bahasa
isyarat secara otodidak karena ingin
berkomunikasi dengan adiknya secara baik.
Orang tua selalu mencari tau kosa kata baru
untuk menambah pengetahuannya agar dapat
mengajari anak bahasa isyarat dengan baik.
Hubungan keluarga yang baik juga di buktikan
dengan seringnya orang tua mengajak main anak
keluar rumah. Seperti main kerumah saudara-
saudaranya jalan-jalan ke taman, mengajak anak
jonging bersama kedua orang tua dan kakaknya,
dan lain sebagainya.

45
Orang tua selalu mengajari anak untuk
bersikap sopan dan santun terhadap orang lain.
Mereka selalu megajari anak untuk selalu bilang
terimakasih jika dikasih sesuatu oleh orang lain.
Selain itu mereka juga mengajari N. H. A untuk
selalu bilang pinjam ataupun minta ketika
menginginkan sesuatu milik orang. Anak juga
diajari jika ia ingin meminta tolong kepada orang
lain agar selalu berkata tolong. Orang tua sudah
mengajari N. H. A untuk ikut sholat lima waktu.
Agar N. H. A kedepannya dapat disiplin dalam
beribadah.

Dari hasil wawancara kepada orang tua


N. H. A. mereka mengungkapkan bahwa N. H. A
jika menginginkan sesuatu barang maka ia akan
terus-terusan meminta kepada orang tuanya, ia
susah sekali lupa terhadap apa yang ia inginkan
kecuali ada barang lain yang ia lebih inginkan.
Namun orang tua selalu memberikan pengertian
kepada anak, jika anak tersebut menginginkan
sesuatu maka kita harus bekerja keras

46
mengumpulkan uang terlebih dahulu. Ketika
orang tua memberikan pengarahan tersebut anak
akan sedikit tenang, namun jika ia teringat lagi ia
pasti akan meminta kembali barang tersebut.
Selain permintaan mengenai permintaan-
permintaan anak orang tua juga mengatakan
bahwa rasa kecemburuan N. H. A kepada
kakaknya masih sangat susah dihilangkan. N. H.
A selalu ingin di perhatikan lebih di bandingkan
kakaknya. Contoh kecilnya pada saat ibu tidur
bersama N. H. A dan kakaknya ibu tidak sengaja
memegang atau memeluk kakaknya jika N H. A
terbangun dan tau hal tersebut makan N. H. A
akan memukul kakaknya. Menurut ibunya rasa
cemburu N. H. A terhadap kakaknya sangat
berlebihan ibunya merasa kasihan terhadap
kakaknya. Padahal kakaknya selalu bersikap baik
terhadap N. H. A cuman terkadang kakaknya
suka menakut-nakuti N. H. A bahwa disini ada
hantu.

47
Orangtua sangat mengharapkan rasa
kecemburuan N. H. A terhadap kakaknya dapat
dihilangkan atau diminimalisir. Selain itu,
orangtua selalu membimbing N. H. A agar dapat
berkata atau berkata menggunakan oral bukan
selalu menggunakan bahasa isyarat dengan
harapan agar suatu saat nanti N. H. A dapat
berbicara dengan baik menggunakan oralnya.

N Progr Pelaksan
Aktivitas Target PJ
o am aan
1 Persia Membuat 18 Maret Surat izin Ilmi
pan surat 2019 observasi
observasi
di kantor
departeme
n
Mencari 23 Maret Anak Lia
anak 2019 berkebutuh
berkebutuh an khusus
an khusus usia 6
usia 6 Tahun
Tahun
tahun
Membuat 24 Maret Instrumen Noo
instrumen 2019 asesmen r
asesmen perkemban
perkemban gan anak
gan anak
Membuat 24 Maret Pedoman Aisy

48
instrumen 2019 wawancara atir
pedoman orang tua
wawancara
orang tua
2 Pelaks Melaksana 6 April Hasil Ilmi
anaan kan 2019 asesmen
asesmen
Membuat 7 April Program Lia
Program 2019
Intervensi
Berbasis
Keluarga
Melaksana 8 Mei Program Noo
kan 2019 terlaksana r
program
3 Pelapo Membuat 13 Mei Laporan Aisy
ran laporan 2019 atir

49
C. Program Intervensi Dini Berbasis Keluarga

Potensi Hambatan Sasaran Tujuan Teknik Sikap Pencap


Keluarga Intervensi Interven Intervensi Profesion aian
si al

Keluarga Orangtua Mengetahui Agar - -Sharing Mencari Orangtu


Sudah mau masih konsep orangtua dengan video a
menerima belum perkemban mampu orangtua yang memah
kondisi mengetah gan untuk - sesuai ami
anaknya, ui secara mengeta Menampi agar konsep
orangtua dan detail hui lkan konsep perkem
kakaknya mengenai tahapan Video perkemba bangan
sangat aktif tahap- perkemb -Literasi ngan lebih dan
untuk tahap angan buku atau mudah tahap-
mencari perkemba anaknya sumber dipahami tahap
pengetahuan ngan anak perkem
baru untuk bangan
NHA. nya
Keluarga Orangtua Orangtua Orangtua -Sharing Mencari Orangtu
sering belum mengetahui mampu dengan literasi a
mengajak mengetah konsep mengeta orangtua mampu
anaknya ui pola asuh hui pola -Literasi mengap
untuk kelur mengenai dan asuh buku atau likasika
rumah, teori pola jenisnya yang sumber n pola
berjalan- asuh yang tepat asuh
jalan atau ke baik untuk bagi yang
rumah anak agar anaknya tepat
sodaranya. anaknya guna dan
Sudah tidak menghila menghil
mempelajari mudah ngkan angkan
bahasa cemburu sifat sifat
isyarat untuk dengan cemburu cembur
mampu kakaknya anaknya u pada
berkomunika anakny
si dengan a
anak.
Potensi Sasaran Tujuan Teknik Sikap Pencapai
Hambatan
Anak Intervensi Intervensi Intervensi Profesional an

Kemampu Anak Mampu Agar anak Menampilk - Sharing Anak


an mudah berbagi mampu an video dengan mampu
kognitif cembru kasih berbagi yang profesional berbagi
anak terhadap sayang kasih menarik - Mencari kasih
sangat kakaknya. dengan sayang menganai sumber sayang
baik. Anak selalu kakak serta kepada konsep yang valid terhadap
Anak ingin di anggota kakak dan keluarga - Mencari orang lain
mampu perhatikan keluargany anggota dan sikap video dan dapat
meniru lebih oleh a yang lain keluarga untuk menguran
dan orangtuany yang lain. saling gi rasa
mengerti a. Mengurang menyayang cemburu
dengan i rasa i anak yang
cepat. kecembrua berlebihan
Anak n anak terhadap
mampu kepada kakaknya.
merespon orang lain
instruksi terutama
dengan kepada
baik. kakaknya.
Anak Anak Agar anak Agar anak - - Sharing Anak
sudah belum dapat mampu Menggunak dengan mampu
mampu mampu berkomuni mengucapk an media Profesional mengucap
berbahasa mengucapk kasi an namanya kertas - kan
isyarat an namanya menggunak menggunak origami Menyiapka namanya
dalam melalui an verbal an verbal untuk n media mengguna
komunika verbal. dengan menarik kan verbal
si sehari- baik perhatian
hari. anak
Anak -
mampu Menampilk
mengucap an susunan
kan huruf nama
beberapa NHA
kata menggunak
melalui an media
verbal. powerpoint

D. Implementasi Program Intervensi Berbasis


Keluarga
1. Pelaksanaan program intervensi dini kepada
anak dan keluarga.
a. Pertemuan 1
Hari : Senin, 25 Maret 2019
Tempat : SLB B Negeri Cicendo
Pertemuan pertama kami bertemu
dengan Ibu Neni selaku guru di SLB B
Negeri Cicendo untuk menjelaskan
maksud dan tajuan kami datang ke SLB
adalah untuk mencari anak berkebutuhan
khusus usia 6 Tahun yang bersedia untuk
diintervensi, lalu Ibu Neni memberi
informasi salah satu anak tunarungu yang
bernama Thalita, namun ternyata Talitha
tidak bisa diintervensi karena ia sedang
diobservasi mahasiswa dari kampus lain.
Oleh karena itu, Ibu Neni memberi
informasi siswa lain kepada kami. Siswa
tersebut bernama Nafiz Hammam As-
Sakha. Pada saat itu juga kami
diperkenalkan dengan ibu dari Nafiz oleh
Ibu Neni. Pada pertemuan pertama
dengan orangtua siswa, kami menjelaskan
maksud dan tujuan kami adalah untuk
melaksanakan program intervensi
berbasis keluarga pada anak dan orangtua
siswa menyetujuinya.
b. Pertemuan 2
Hari : Sabtu, 6 April 2019
Tempat : Rumah siswa, Jl. Gagak
No. 105 RT 01 RW 19
Pertemuan kedua kami
mengunjungi rumah anak untuk bertemu
anak dan keluarganya. Pada pertemuan ke
dua ini kami menyampaikan maksud dan
tujuan kami adalah untuk melakukan
asesmen perkembangan pada Nafiz. Saat
itu, kondisi umum Nafiz dalam keadaan
sehat dan ceria. Nafiz sangat senang
bertemu dengan kami. Pelaksanaan
asesmen perkembangan anak dimulai
pada pukul 14.00 – 17.30. Pelaksanaan
asesmen perkembangan anak berjalan
dengan cukup baik. Keluarga Nafiz
bersifat terbuka dan menerima
kedatangan kami. Pada pertemuan
pertama, asesmen yang dilakukan adalah
pada aspek perkembangan kognitif dasar,
persepsi, Bahasa, dan motoric halus.
c. Pertemuan 3
Hari : Kamis, 25 April 2019
Tempat : Rumah siswa, Jl. Gagak
No. 105 RT 01 RW 19
Pertemuan ketiga kami
mengunjungi rumah anak untuk
melanjutkan asesmen perkembangan yang
belum dilaksanakan pada pertemuan
sebelumnya. Pada pertemuan ketiga ini
kami melakukan asesmen dibantu oleh
Ibu dan Kakak Nafiz. Asesmen yang
kami lakukan pada pertemuan kali ini
adalah pada aspek perkembangan sosial,
perkembangan emosi, dan perkembangan
motoric kasar.
Pada pertemuan ketiga ini, kami
tidak hanya melakukan asesmen kepada
anak, tapi kami melaksanakan asesmen
keluarga menggunakan teknik observasi
dan wawancara. Pelaksanaan asesmen
keluarga berjalan dengan baik dan
orangtua bersikap terbuka kepada kami.
d. Pertemuan 4
Hari : Rabu, 8 Mei 2019
Tempat : Rumah siswa, Jl. Gagak
No. 105 RT 01 RW 19
Pada pertemuan keempat, kami
mulai melaksanakan program yang telah
disusun sesuai dengan hasil asesmen
perkembangan anak. Program yang kami
susun berupa hal yang dirasa penting bagi
anak, yaitu pengucapan nama dengan
Bahasa verbal. Pada pelaksanaan program
yang pertama, kami menggunakan media
berupa kertas origami berwarna yang
bertuliskan nama “Nafiz Hammam As-
Sakha”. Pada pelaksanaan program anak
terlihat tidak semangat karena ia sedang
berpuasa yang berdampak pada kurang
efektifnya pelaksanaan program pada hari
itu.
Selain melaksanakan program
kepada anak, kami juga melaksanakan
program kepada orangtua dengan
memberikan beberapa sumber pola asuh
yang baik agar menghilangkan rasa
cemburu anak terhadap kakaknya. Selain
memberi referensi berupa softfile jurnal,
kami juga bertukar informasi dan sharing
bagaimana cara pelaksanaan pola asuh
tersebut.
Adapun hal yang kami
perkenalkan kepada sang Ibu adalah
berbagai macam pola asuh yang dapat
digunakan oleh orangtua kepada anaknya.
Kami menyampaikan beberapa pola asuh
yang dikemukakan oleh Harlock
mengemukakan ada tiga jenis pola asuh
orang tua terhadap anaknya, yakni: (1)
Pola Asuh Otoriter, (2) Pola Asuh
Demokratis, dan (3) Pola Asuh Permisif.
Selain itu kami bertukar informasi cara
yang tepat agar anak dapat
menghilangkan rasa cemburu terhadap
saudaranya, yaitu dengan cara:
(1) Perlakukan setiap anak sebagai
individu.
(2) Bantulah mereka memahami bahwa
mereka diperlakukan berbeda dan
memiliki hak dan tanggung jawab
yang berbeda karena mereka adalah
individu yang berbeda.
(3) Hormati ruang masing-masing anak,
mainan, dan saat ia ingin sendirian,
jauh dari saudaranya.
(4) Hindari pelabelan atau
membandingkan satu anak yang lain.
(5) Ketika seorang anak baru datang ke
dalam keluarga, perkenalkan anggota
keluarga baru dengan hangat.
(6) Perhatikan bagaimana
memperlakukan setiap anak untuk
melihat apakah berkontribusi terhadap
persaingan.
(7) Memiliki harapan yang realistis
tentang bagaimana mereka harus
bergaul, bekerja sama, berbagi dan
saling menyukai.
(8) Berpikiran positif ketika mereka
bergaul atau ketika mereka
menyelesaikan konflik mereka
sendiri.
(9) Membuat setiap anak merasa
istimewa dan penting. Cobalah untuk
menghabiskan waktu satu-satu dengan
masing-masing anak setiap hari.
(10)Luangkan waktu untuk diri sendiri
untuk mengembalikan energi. Ingat,
persaingan saudara kandung adalah
bagian normal dalam kehidupan
keluarga.

e. Pertemuan 5
Hari : Jumat, 10 Mei 2019
Tempat : Rumah siswa, Jl. Gagak
No. 105 RT 01 RW 19
Pada pertemuan kelima, kami
melanjutkan program intervensi dini
kepada anak. Program kali ini
menggunakan media yang berbeda
dengan pertemuan sebelumnya. Media
yang digunakan adalah media powert
point yang setiap slidenya menampilkan
huruf-huruf yang menyusun nama anak.
Namun, pada pertemuan kali ini
pelaksanaan program intervensi pada
anak mengalami hambatan karena kondisi
anak yang sedang sakit demam.
Pelaksanaan program kepada anak hanya
dilaksanakan secara singkat mengingat
kondisi anak yang sedang sakit.
Pada pertemuan kelima, kami
melakukan evaluasi dan sharing
bagaimana proses dari intervensi terhadap
keluarga. Dalam hal ini adalah pola asuh
orangtua terhadap sang anak yang telah
dipaparkan pada pertemuan sebelumnya.
f. Pertemuan 6
Hari : Senin, 13 Mei 2019
Tempat : Rumah siswa, Jl. Gagak
No. 105 RT 01 RW 19
Pada pertemuan keenam, kami melakukan
sharing dengan orangtua perihal program
yang telah dilakukan sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan dari orangtua,
program yang kami berikan telah
dilakukan di rumah dan sudah ada
perubahan positif yang terjadi pada anak.
Kami juga meminta anak untuk
mengucapkan namanya dengan Bahasa
verbal, hasilnya anak dapat menyebutkan
namanya walau hanya nama depan dan
nama tengahnya saja.
E. Hasil Pelaksanaan Program Intervensi Dini
Berbasis Keluarga
1. Hasil Pelaksanaan Intervensi Anak
a. Pelaksanaan Program I
Hari : Rabu, 8 Mei 2019
Kegiatan : Melatih anak agar dapat
mengucapkan nama
lengkap dengan
menggunakan media
origami
Hasil : Pada hari pertama
pelaksanaan program, kami menggunakan
media berupa kertas warna yang
bertuliskan nama anak “Nafiz Hammam
As-Sakha”. Kondisi anak saat itu sedang
berpuasa, ia tidak bersemangat seperi
pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Karena keadaan anak yang sedang
berpuasa berdampak pada konsentrasi
anak. Anak tidak focus dan terlihat
kurang tertarik dengan media yang kami
buat. Namun, ketika anak diberi intruksi
oleh ibunya agar belajar dengan serius,
anak dapat mengikutinya dan mecoba
menyebutkan namanya dengan ucapan
verbal berulang-ulang. Hasil dari
pelaksanaan program pertama anak dapat
mengikuti program dengan cukup baik.
b. Pelaksanaan Program II
Hari : Jumat, 10 Mei 2019
Kegiatan : Melatih anak agar dapat
mengucapkan nama
lengkap dengan
menggunakan media
powerpoint
Hasil : Pada pelaksanaan kedua,
kami melaksanakan program dengan
menggunakan media power point. Kami
menggunakan media power point karena
pada pertemuan sebelumnya anak seperti
tidak tertarik dengan media origami. Saat
pertemuan kedua ini kondisi anak sedang
sakit demam. Anak terlihat lemas, lebih
manja dan tidak ingin belajar dengan
kami. Namun, saat kami mengeluarkan
laptop dan memperkenalkan media
kepada anak, ia tertarik namun terlihat
lemas karena kondisinya yang sedang
sakit. Walaupun demikian, proses
pelaksanaan program dapat berjalan
karena anak senang dengan media yang
kita berikan. Hasil dari pelaksanaan
program kedua ini adalah anak dapat
mengucapkan nama depan “Nafiz” dan
nama tengah “Hammam” namun anak
belum bisa menghafalnya. Anak hanya
bisa menyebutkan namanya ketika
diberikan stimulus berupa tampilan power
point.
c. Pelaksanaan Program III
Hari : Senin, 13 Mei 2019
Kegiatan : Evaluasi program
Hasil : Pada pelaksanaan
program yang ketiga, kami hanya
memberi stimulus berupa pertanyaan
kepada anak. Karena menurut penjelasan
dari sang ibu, setiap hari anak akan
meminta untuk belajar menyebutkan
nama kepada ibunya. Setiap hari ibunya
memberikan pelatihan pengucapan nama
dengan verbal pada anak. Oleh karena itu,
pada pertemuan ini kami hanya
mengamati apakah program yang telah
kami laksanakan berhasil atau tidak.
Kami memberikan stimulus berupa
pertanyaan kepada anak “nama panjang
Nafiz apa?” lalu anak dapat menjawab
pertanyaan kami menggunakan verbalnya,
namun dengan jawaban yang tidak
lengkap. Anak hanya bisa mengucapkan
nama depan dan nama tengahnya saja.
Hal ini disebabkan karena nama belakang
anak sulit untuk diucapkan.
2. Hasil Pelaksanaan Program Inervensi
Keluarga
a. Pelaksanaan Program I
Hari : Rabu, 8 Mei 2019
Kegiatan : Berdiskusi serta bertukar
pikiran mengenai pola
asuh yang tepat untuk
menghilangkan rasa
cemburu pada anak.
Hasil : Pada pelaksanaan
pertama keluarga dalam hal ini ibu
menceritakan bagaimana pola asuh
sebelumnya dan dapat menanggapi saran-
saran yang diberikan dengan baik. Selain
itu, ibu juga mengajukan beberapa
pertanyaan yang menunjukkan bahwa
sang ibu memiliki inisiatif untuk
menghilangkan rasa cemburu pada anak.
b. Pelaksanaan Program II
Hari : Jumat, 10 Mei 2019
Kegiatan : Memberikan sumber
bacaan mengenai pola
asuh anak.
Hasil : Pada pelaksanaan
program yang kedua, kami memberikan
sumber-sumber bacaan berupa soft file
kepada sang ibu untuk dijadikan referensi
pola asuh seperti apa yang baik untuk
menghilangkan kecemburuan berlebih
pada anak. Hasilnya ibu dari sang anak
terlihat sangat bersemangat dan lebih
terbuka terhadap kami.
c. Pelaksanaan Program III
Hari : Senin, 13 Mei 2019
Kegiatan : Berdiskusi dan bertukar
pikiran mengenai progress pola asuh ibu
kepada anak.
Hasil : Pada pelaksanaan
program yang ketiga, kami berdiskusi
mengenai hasil dari penerapan pola asuh
kepada anak. Hasilnya sang anak sudah
mulai bisa mengontrol rasa cemburunya.
Anak sudah tidak marah bila ibunya
memeluk kakaknya dan ia sudah mulai
mengerti bahwa kakak juga harus
disayang oleh ibu.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asesmen perkembangan
terhadap anak, dapat disimpulkan bahwa NHA
adalah anak dengan hambatan pendengaran
(tunarungu berat). Hambatan tersebut berdampak
pada perkembangannya, terutama pada
perkembangan Bahasa karena Bahasa erat kaitannya
dengan fungsi pendengaran. NHA telah mampu
untuk berkomunikasi dengan orangtuanya, namun
hanya melalui Bahasa isyarat yang diajarkan di
rumah. Jika tidak menggunakan Bahasa isyarat, ia
belum bisa berkomunikasi. Selain hambatan dalam
komunikasi verbal, anak juga mengalami hambatan
sosial dan emosi yaitu mudah cemburu terhadap
kakaknya, anak selalu ingin di perhatikan lebih oleh
orangtuanya dan tidak ingin berbagi kasih saying
dengan kakaknya.

Keluarga NHA sudah mampu menerima kondisi


anaknya yang mengalami hambatan pendengaran.
Tetapi, orangtua dan keluarganya belum mengetahui
bagaimana pola asuh yang tepat untuk meminimalisir
hambatan komunikasi anak dan mengoptimalkan
kemampuan yang dimiliki anaknya.

Setelah mengetahui kondisi anak dan keluarga


dari asesmen yang telah kami lakukan, kami
merancang program intervensi dini yang akan
diterapkan kepada keluarga dan anak. Program
tersebut yaitu berbagi sumber yang terpercaya
mengenai pola asuh yang tepat untuk anak. Selain itu
kami menampilkan video menarik menganai konsep
keluarga dan sikap untuk saling menyayangi,
menggunakan media kertas origami dan media
powerpoint untuk menambah kosa kota anak.

Setelah dilakukan intervensi dini berbasis


keluarga, kini orangtua telah memahami apa yang
seharusnya mereka lakukan untuk membantu tumbuh
kembang anak dengan hambatan pendengaran. Selain
itu, subjek yang berinisial NHA kini telah mampu
mengucapkan namanya dengan gerakan mulut (oral)
dan sikap cemburunya telah berangsur menghilang.
B. Saran
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan,
maka kami memberikan rekomendasi kepada
beberapa pihak yaitu orang tua diharapkan untuk bisa
melanjutkan program intervensi secara mandiri dan
konsisten kepada anak dan kepada observer
selanjutnya yang ingin melakukan kegiatan
intervensi, maka perlu disusun rencana kerja jelas
dan target waktu yang telah diciptakan, diperlukan
evaluasi berkala dalam pelaksanaan asesmen agar
dapat diketahui kekurangan dan hambatan yang
dialami selama melakukan proses asesmen serta
dapat melakukan sharing atau bertanya kepada ahli
mengenai program yang telah disusun sebelum
diimplementasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayun, Q. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan Metode


Pengasuhan dalam Membentuk Kepribadian
Anak. Jurnal Pendidikan Anak. Vol. 5 No. 1 :10-
120.
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja.
Jakarta: Grasindo.
Desmita. (2016). Psikologi Perkembangan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Greenberg, M. T. (1984). Early-Intervention: Outcomes


and Issues. University of Washington Seattle, 1-9

Kirk, S. A. & Gallagher, J. J. (1989). Educating


Exceptional Children (sixth ed.) Boston :
Houghton Mifflin Company
Moores, D.F (2001). Educating The Deaf; Psychology,
Priciples, and Practices. (fifth ed.) Boston :
Houghton Mifflin Company.
NAEYC. (1992). National Association for The
Education of Young Children. Washington DC
Nugrahanintyas, R. D. (2014). Early Cildhood
Education Papers: Universitas Negeri Semarang
Santoso, S. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Citra Pendidikan.
Shochib, Moh. (2010). Pola Asuh Orang Tua. Jakarta:
Rineka Cipta.
Somantri, T. S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa.
Bandung : Refika Aditama.
TIMELINE

N Progra Aktivitas Pelaksana Target PJ


o m an
A Persiapa Membuat 18 Maret Surat izin Ilmi
n surat 2019 observasi
observasi di
kantor
departemen
Mencari 23 Maret Anak Lia
anak 2019 berkebutu
berkebutuha han
n khusus khusus
usia 6 usia 6
Tahun Tahun
tahun
Membuat 24 Maret Instrumen Noor
instrumen 2019 asesmen
asesmen perkemba
perkembang ngan anak
an anak
Membuat 24 Maret Pedoman Aisy
instrumen 2019 wawancar atir
pedoman a orang
wawancara tua
orang tua
B Pelaksan Melaksanak 6 April Hasil Ilmi
aan an asesmen 2019 asesmen
Membuat 7 April Program Lia
Program 2019
Intervensi
Berbasis
Keluarga
Melaksanak 8 Mei Program Noor
an program 2019 terlaksana
C Pelapora Membuat 13 Mei Laporan Aisy
n laporan 2019 atir
BUTIR INSTRUMEN PERKEMBANGAN KOGNITIF
DASAR USIA 6 Tahun

Ket
Kemampua
eran
Sub n
Deskrip Butir gan
Kompo Indikator
tor Intrumen B B
nen B M
S S
B B
H B
Klasfi 1.a 1.a.1 1.a.1.1 Ana
kasi mengident anak Mengelompok k
ifikasi diminta an benda dapa
serangkaia untuk berbentuk √ t
n benda mengelo lingkaran men
menurut mpokka a) Cincin gkla
bentuk n benda b) Tutup sifik
yang Botol asik
berbentu c) Uang Koin an
k d) Kartu bend
lingkara e) Penghapus a
n men
urut
1.a.2.1 bent
Mengelompok uk
an benda deng
1.a.2 berbentuk √ an
anak persegi sedi
diminta a) Lima kertas kit
untuk karton bant
mengelo berbentuk uan
mpokka persegi dari
n benda b) Lima kertas ases
yang karton or
berbentu berbentuk dan
k lingkaran oran
persegi c) Lima kertas gtua
karton .
berbentuk
segitiga √
d) Lima kertas
karton
berbentuk
1.a.3 bintang
anak
diminta 1.a.3.1
untuk Mengelompok
mengelo an benda
mpokka berbentuk
n benda Bintang
yang a) Lima kertas
berbentu karton
k berbentuk
bintang persegi
b) Lima kertas
karton
berbentuk
lingkaran
c) Lima kertas
karton
berbentuk
segitiga
d) Lima kertas
karton
berbentuk
bintang

1.b 1.b.1 1.b.1.1 Ana


mengident anak Mengelompok k
ifikasi diminta an uang logam dapa
serangkaia untuk berukuran t
n benda mengelo besar √ men
menurut mpokka a) Lima uang gkla
ukuran n uang logam sifik
logam berukuran asik
yang besar an
besar b) Lima uang bend
logam a
berukuran men
kecil urut
√ ukur
1.b.2 2.b.1.1 an
anak Mengelompok deng
diminta an uang logam an
untuk berukuran sedi
mengelo Kecil kit
mpokka a) Lima uang bant
n uang logam uan
logam berukuran dari
yang besar ases
kecil b) Lima uang or
logam dan
berukuran oran
kecil gtua
.
1.c 1.c.1 1.c.1.1 Ana
mengident anak Mengelompok k
ifikasi diminta an penjepit dapa
serangkaia untuk kertas yang t
n benda mengelo berwarna √ men
menurut mpokka sama gkla
warna n a) Tiga sifik
penjepit penjepit kertas asik
kertas berwarna an
yang merah bend
memilik b) Tiga a
i warna penjepit kertas men
yang berwarna urut
sama kuning war
c) Tiga na
penjepit kertas deng
berwarna an
hijau √ sedi
kit
1.c.2 bant
anak 1.c.2.1 uan
diminta Mengelompok dari
untuk an penjepit ases
mengelo kertas or
mpokka berwarna dan
n hijau oran
penjepit a) Tiga gtua
kertas penjepit kertas .
yang berwarna
berwarn merah
a hijau b) Tiga
penjepit kertas √
berwarna
kuning
c) Tiga
penjepit kertas
berwarna
hijau

1.c.3
anak
diminta 1.c.3.1
untuk Mengelompok
mengelo an penjepit
mpokka kertas
n berwarna
penjepit merah
kertas a) Tiga
yang penjepit kertas
berwarn berwarna
a merah merah
b) Tiga
penjepit kertas
berwarna
kuning
c) Tiga
penjepit kertas
berwarna
hijau
Orde 2.a. 2.a.1 2.a.1.1 Ana
ring mengurut Anak Mengurutkan k
kan objek diminta uang logam dapa
berdasark untuk yang terkecil t
an ukuran mengur hingga men
utkan terbesar √ guru
ukuran a) Uang tkan
dari logam 100 obje
yang rupiah k
paling b) Uang berd
kecil logam 200 asar
hingga rupiah kan
paling c) Uang instr
besar logam 500 uksi
rupiah √ yang
dibe
2.a.2.1 rika
Mengurutkan n
uang logam oleh
2.a.2 yang terbesar ases
Anak hingga or.
diminta terkecil Nam
untuk a) Uang un,
mengur logam 100 dala
utkan rupiah m
ukuran b) Uang peng
dari logam 200 erjaa
yang rupiah nnya
paling c) Uang anak
besar logam 500 masi
hingga rupiah h
paling me
kecil merl
ukan
bant
uan
dari
oran
gtua
dan
ases
or.
2.b 2.b.1 2.b.1.1 Ana
Mengurut Anak Menyusun √ k
kan objek diminta puzzle hewan dapa
berdasark untuk di smartphone t
an menyus men
susunan un yusu
yang puzzle n
seharusny puzz
a le
deng
an
baik
diser
tai
bant
uan
dari
ases
or
dan
oran
gtua
Kon 3.a. 3.a.1 3.a.1.1 Kem
servasi Konservas Anak Menentukan amp
i kuantitas dihadap perbandingan uan
kontinyu kan diantara dua √ kons
(kuantitas kepada gelas yang erva
zat cair) perbandi sama-sama si
ngan berisikan 200 anak
dua ml air belu
buah a) Plisner m
gelas glass berisi berk
yang 200 ml, dan emb
bebeda b) Saidel glass ang,
bentukn berisi 200 ml terli
ya, hat
namun dari
diisi jawa
dengan ban
air yang anak
sama keti
banyakn ka
ya me
min
dahk
an
air
ke
wad
ah
lain,
anak
men
jawa
b
“air
nya
tida
k
sam
a
bany
ak”
3.b. 3.b.1 3.b.1.1 Anak Kem
Konservas Anak diminta untuk amp
i panjang dihadap membandingk uan
kan an dua buah kons
kepada kawat yang erva
perbandi berbeda √ si
ngan bentuknya anak
dua namun ukuran belu
buah panjangnya m
kawat sama, apakah berk
yang anak dapat emb
memilik membedakann ang,
i ya atau tidak? terli
panjang 1. a. hat
sama Pengases dari
besar menunjukkan jawa
namun dua buah ban
berbeda kawat sama anak
bentukn panjang keti
ya ka
Dan me
mbe
b. ngk
Lalu salah okka
satu kawat n
diubah kaw
bentuknya at
anak
men
Dan Lalu jawa
tanyakan b
kepada anak, “pan
apakah jang
panjang dari nya
kawat tersebut tida
berubah atau k
tidak? sam
a
bany
ak”
Kores 4.a. 4.a.1 4.a.1.1 Ana
Pon memasang memasa Mengelompok k
densi kan atau ngkan an dua benda dapa
menjodoh atau yang sama t
kan menjdod dengan √ me
kelompok ohkan jumlah yang mas
objek dua sama angk
dengan kelompo a) Lima buah an
jumlah k objek uang logam kelo
yang sama dengan 100 rupiah mpo
namun jumlah b) Lima buah k
memiliki yang kacang hijau obje
karakterist sama k
ik yang namun deng
berbeda memilik an
i juml
karakter ah
istik 4.a.2.1 yang
yang Mengelompok √ sam
berbeda an dua benda a
yang sama wala
dengan upu
4.a.2 jumlah yang n
memasa sama obje
ngkan a) Lima buah k
atau uang logam terse
menjodo 100 rupiah but
hkan b) Lima buah berb
tiga kacang hijau eda
kelompo c) Lima buah ukur
k objek kancing an.
dengan
jumlah
yang
sama
namun
memilik
i
karakter
istik
yang
berbeda
Rever 5.a. 5.a.1 5.a.1.1 Ana
sibilit Memaham anak Memindahkan k
y i bahwa memind kelereng pada dapa
jumlah ahkan gelas kaca ke t
objek suatu dalam gelas √ me
dapat objek plastic mah
diubah dari satu ami
kemudian tempat bah
kembali ke wa
ke awal tempat juml
lain dan ah
dapat kele
memaha reng
mi yang
bahwa telah
jumlah dipi
tersebut ndah
tidak kan
berubah masi
h
me
mili
ki
juml
ah
yang
sam
a.
Nam
un
me
man
g
masi
h
perl
u
bant
uan
dari
ases
or
dan
oran
gtua
.
Keterangan :

 BB: Belum Berkembang ( Jika anak tidak dapat melakukan tes


walaupun sudah diberi bantuan)
 MB : Mulai Berkembang (Jika anak dapat melakukan
tes dengan banyak bantuan dari asesoer)
 BSH : Berkembang Sesuai Harapan (Jika anak dapat
melakukan tes dengan sedikit bantuan dari asesor)
 BSB : Berkembang Sangat Baik (Jika anak dapat
melakukan tes tanpa bantuan dari asesor)

BUTIR INSTRUMEN PERKEMBANGAN

PERSEPSI USIA 6 Tahun

Ket
Kemampua
eran
Sub n
Deskrip Butir gan
Komp Indikator
tor Intrumen
onen B B
B M
S S
B B
H B
1.a. 1.a.1 1.a.1.1 Ases
Identifikas Anak menyebutkan or
i bunyi dapat kata tida
kata menyeb a) pola √ k
utkan b) bola dapa
Perke kembali c) dua t
mban pelafala d) bua men
gan n kata erap
Perse (fonem) kan
psi yang di instr
Audit instruksi ume
oris kan nt
guru/ase pers
sor epsi
audi
toris
kare
na
anak
me
mili
ki
ham
bata
n
pend
enga
ran
yang
heba
t.
1.b. 1.b.1. 1.b.1.1 Ases
Identifikas Anak menyebutkan or
i bunyi dapat kembali huruf tida
akhir menyeb terakhir √ k
utkan a) Satu dapa
kembali b) Dua t
bunyi c) Empat men
akhir d) Enam erap
kata kan
yang instr
guru/ase ume
sor nt
ucapkan pers
epsi
audi
toris
kare
na
anak
me
mili
ki
ham
bata
n
pend
enga
ran
yang
heba
t.
Perke 2.a 2.a.1. 2.a.1.1 Ana
mban Menentuk Anak menyebutkan k
gan an suatu dapat posisi benda dapa
Perse posisi menyeb di dalam √ t
psi benda utkan, rumah men
Visual menunju a) televisi unju
k dan b) jam dinding kkan
tahu c) kulkas dan
menjela men
skan jelas
letak kan
suatu kegu
posisi naan
(Menunj dari
ukkan bend
letak a
benda yang
yang dika
ada di taka
sekitar) n
oleh
ases
or
2.b 2.b.1. 2.b.1.1 Ana
Menemuk Anak Melingkari k
an bentuk dapat bagian yang dapa
pada menemu tidak t
gambar kan lengkap/hilan √ meli
bentuk g pada ngka
gambar gambar) ri
yang perb
hilang, andi
tersemb ngan
unyi, gam
dan bar
perbandi nam
ngan un
dari dua deng
gambar an
bany
ak
bant
uan
dari
ases
or
dan
oran
gtua
, hal
ini
dise
babk
an
anak
sulit
me
mah
ami
peri
ntah
mela
lui
Bah
asa
isyar
at.
3.a 3.a.1. 3.a.1.1 Ana
Menyebut Anak Menyebutkan k
Perke kan bau- dapat bau dapa
mban bauan menyeb a) Jeruk t
gan utkan b) Minyak √ me
Perse berbagai kayu putih mbe
psi macam c) Minyak daka
Hepti bau- telon n
k bauan rasa,
yang di ha
dekatka ini
n oleh terli
guru/ hat
asesor dari
eksp
resi
anak
dan
anak
men
yebu
tkan
“wa
ngi”
dan
“bau

tetap
i
anak
belu
m
men
geta
hui
nam
a
jenis
baun
ya..
3.b 3.b.1 3.b.1.1 Ana
Menyebut Anak Menyebutkan k
kan rasa dapat rasa dapa
menyeb a) asam t
utkan (jeruk) √ me
berbagai b) asin mbe
macam (garam) daka
rasa c) manis n
yang (gula) rasa,
diuji hal
cobakan ini
oleh terli
guru/ase hat
sor dari
eksp
resi
anak
dan
anak
men
yebu
tkan
“ena
k”
dan
“tida
k
enak

tetap
i
anak
belu
m
men
geta
hui
nam
a
jenis
rasa
nya.
3.c. 3.d.1. 3.d.1.1 Ana
Identifikas Anak Melakukan kbel
i gerak dapat gerakan yang um
tubuh melakuk di √ men
an instruksikan geta
gerakan a) tengok ke hui
yang di kanan kons
instruksi b) tengok ke ep
kan oleh kiri kana
guru/ase c) angkat n-
sor tangan kanan kiri,
atas-
baw
ah.

Keterangan :

 BB : Belum Berkembang (Jika anak tidak dapat


melakukan tes walaupun sudah diberi bantuan)
 MB : Mulai Berkembang (Jika anak dapat melakukan
tes dengan banyak bantuan dari asesoer)
 BSH : Berkembang Sesuai Harapan (Jika anak dapat
melakukan tes dengan sedikit bantuan dari asesor)
 BSB : Berkembang Sangat Baik (Jika anak dapat
melakukan tes tanpa bantuan dari asesor)

INSTRUMEN IDENTIFIKASI
PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 6 TAHUN

Nilai
Sub
Ti Ketera
Komp Indikator Butir Instrumen Y
da ngan
onen a
k
Menir Anak Asesor bertanya Anak
u meniru pada orang tua sering
perilaku anak mengenai meniru
orang perilaku-perilaku perilaku
yang anak yang meniru ibu dan
dikagumin kebiasaan orang kakakny
ya. yang dikaguminya, a.
seperti : Seperti
1. Anak meniru memaka
perilaku ibu i sepatu,
2. Anak meniru √ tas, dsb.
perilaku ayah
3. Anak meniru
perilaku kakak
4. Anak meniru
perilaku teman-
temannya
Kerjas Anak Anak diminta Anak
ama mampu bermain games √ mampu
melakuka bersama asesor. bekerjas
Nilai
Sub
Ti Ketera
Komp Indikator Butir Instrumen Y
da ngan
onen a
k
n kegiatan Asesor mengamati ama
kooperatif anak mengenai: dengan
dengan 1. k baik.
orang lain. erukunan Hal ini
anak saat ditunjuk
bermain kan
2. m dengan
enghargai kerukun
pemain an anak
lain saat
bermain
(tidak
berteng
kar
dengan
teman
yang
lain)
dan
mengha
rgai
lawan
mainny
a.
Simpa Anak Asesor bertanya Anak
ti memberik kepada orang tua dapat
an simpati mengenai bersimp
terhadap bagaimana respon ati
sekitarnya. anak sesuai √ dengan
terhadap situasi- orang
situasi berikut: disekita
1 Anak menangis rnya.
bila temannya Terutam
menangis a
Nilai
Sub
Ti Ketera
Komp Indikator Butir Instrumen Y
da ngan
onen a
k
2.Anak bergembira dengan
ketika temannya kakakny
bergembira a.
3. Anak menangis
ketika temannya
sakit

Berba Anak Asesor Anak


gi membagi memberikan dapat
miliknya mainan kepada berbagi
kepada anak, apakah anak dengan
orang lain mau membagi orang
mainan tersebut lain,
tanpa paksaan? tetapi
hanya
karena
√ diminta
oleh
ibunya.
Jika
tidak
diminta,
maka
anak
tidak
berbagi.
Negati Perilaku Asesor Jika
fisme melawan memperhatikan anak
terhadap perilaku anak marah,
perilaku ketika: √ anak
yang tidak 1. a akan
dihendaki. nak kesal, melemp
apakah ar
anak barang-
Nilai
Sub
Ti Ketera
Komp Indikator Butir Instrumen Y
da ngan
onen a
k
merusak barang
benda- yang
benda atau ada di
orang di sekitarn
sekitarnya ya.
? Namun,
tidak
dengan
kata-
kata
menghi
na.
2. a
nak tidak
menyukai
sesuatu,
apakah
anak
mengungk
apkannya
dengan
perkataan
menghina
?
Per- Keinginan Anak berusaha √ Anak
sa mengungg menjadi pemenang memilik
in uli dan dalam permainan i
ga mengalah yang asesor keingin
n kan orang berikan? an
lain. mengun
gguli
dan
“mengaj
arkan”
Nilai
Sub
Ti Ketera
Komp Indikator Butir Instrumen Y
da ngan
onen a
k
kepada
teman
bermain
nya.
Keterangan :

a. Ya : Ketika anak menunjukkan perilaku sosial


b. Tidak : Ketika anak tidak menunjukkan perilaku sosial
INSTRUMEN IDENTIFIKASI
PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA 5 -6 TAHUN
Nilai
Sub Keterangan
Komp Kom Butir Tida
Indikator
onen pone Instrumen Wa k
n jar Waja
r
Menge 1. 1.a 1.a.1. Anak akan
kspresi Mara Menunjukka Apakah anak marah bila
kan h n sikap marah ketika keinginanny
Emosi marah bila tidak a tidak
keinginanny mendapatka diwujudkan
a tidak n apa yang dan akan
dipenuhi. ia inginkan? terus
meminta
kepada ayah

dan ibunya
hingga
keinginanny
a tercapai,
tetapi
marahnya
hanya di
awal saja.
2. 2.a 2.a.1. Apaka √ Anak sering
Cemb Menunjukka anak cemburu
uru n sikap cemburu berlebihan
cemburu ketika Ibu pada
lebih kakaknya,
memperhatik seperti
an kakaknya. ibunya tidak
boleh
memeluk
atau
perhatian
terhadap
kakaknya.
Karena
menurutnya
ibu hanya
milik dia
seorang.
3. 3.a 3.a.1 Anak merasa
Gemb menunjukka Apakah anak senang
ira n sikap tersenyum ketika diajak
gembira atau tertawa bermain oleh
ketika asesor.
bermain
bersama

teman-
temannya.
(Asesor
mengajak
anak
bermain
lempar bola)
4. 4.a 4.a.1 Ketika Anak sangat
Ingin Menunjukka dihadapkan tertarik
Tahu n sikap ingin dengan dengan
Tahu mainan baru origami yang
apakah ia dibawa oleh
menunjukka asesor dan
n rasa anak
penasaran menanyakan
√ bagaimana
cara
membuatnya
? Lalu anak
belajar
membuat
origami
dengan
asesor.
5.Kas 5.a 5.a.1 √ Anak selalu
ih Menunjukka Apakah anak mencium
Sayan n rasa kasih memeluk orangtua
g sayang atau ketika
terhadap mencium hendak
keluarganya orangtua pergi,
ketika terlebih
hendak pergi kepada
atau pulang. ibunya.
6. 6.a 6.a.1 Anak akan
sedih menunjukka Apakah anak menangis
n sikap sedih menangis bila ditinggal
bila ketika pergi oleh
kehilangan orangtua ibunya.
orang atau akan pergi √ Namun, jika
benda yang dari rumah. ada kakak
disayangi yang
menemani,
ia tidak
menangis.
7. 7.a 7.a.1 Anak
Takut Menunjukka Apakah anak menunjukka
n reaksi khas berteriak, n ekspresi
akan menghindar, ketakutan
ketakutanny menangis √ ketika
a ketika kakaknya
melihat menceritaka
sesuatu yang n hantu.
ia takuti.
8. Iri 8.a 8.a.1 √ Anak sering
Hati menunjukka Apakah anak merasa
n sikap iri merasa kesal cemburu
hati ketika berlebihan,
orangtuanya terlebih
memberi kepada
barang kakaknya.
terhadap
orang lain
sedangkan ia
tidak
mendapatka
nnya.

Keterangan :

 Wajar : Ketika anak menunjukkan emosi yang


wajar (tidak berlebihan dan tidak kurang)
 Tidak Wajar : Ketika anak menunjukkan emosi yang
berlebihan atau bahkan tidak menunjukkan emosi sama sekali.

BUTIR INSTRUMEN PERKEMBANGAN BAHASA


USIA 6 Tahun

Kemampu
Sub Butir an Keter
Indika Deskript
Komp Intrume B B anga
tor or B M
onen n S S n
B B
H B
Kema 1.a 1.a.1 1.a.1.1 Anak
mpua Meng Anak Menguca mam
n gunak mampu pkan pu
mema an menguca Kaliamat √ meng
hami bahas pkan 4 a) Ibu ucapk
dan a kalimat memasak an 4
meng yang yang b) Aku kalim
enal seder mengand makan at
bahas hana ung c) Ibu yang
a dan subjek Pergi meng
muda dan d) Aku andun
h predikat. Bermain g
dime subje
ngerti k
predi
kat,
namu
n
tidak
secar
a
jelas.
Keren
a
hamb
atan
pende
ngara
n
pada
anak.
1.b 1.b.1 1.b.1.1 Anak
mam Anak Menguca belu
pu menguca pkan m
meng pkan kaliamat mam
ucapk kalimat dengan pu
an dengan artikulasi meng
kalim artikulasi yang ucapk
at yang jelas an
denga jelas a) aku √ kalim
n mau at
lancar makan denga
b) aku n
mau artiku
minum lasi
d) aku yang
mau cuci jelas
tangan karen
a
1.b.1.2 anak
Menguca memi
pkan liki
kalimat hamb
dengan atan
tidak pende
terbata- ngara
bata n
a) aku yang
mau meng
makan akibat
b) aku kan ia
mau tidak
minum mam
d) aku pu
mau cuci melaf
tangan alkan
kata
denga
n
jelas.
1.c 1.c.1 1.c.1.1 Anak
mam anak Merespo mam
pu mampu n pu
berbi merespo pembicar berbi
cara n aan √ cara
denga pembicar dengan tentan
n an kalimat g
bahas dengan penganda kalim
a bahasany ian at
yang a yang a) Jika penga
lebih lebih saya rajin ndain.
komp komplek belajar Namu
leks dan juga ibu akan n,
dapat membeli karen
berbicara kan buku a
tentang baru keter
kalimat b) Jika batas
penganda saya an
ian membant dalam
u ibu komu
maka ibu nikasi
akan , ia
memberi hanya
kan saya bisa
permen meng
ungka
pkann
ya
denga
n
isyara
t.
Kema 2.a 2.a.1. 2.a.1.1 Anak
mpua anak anak Menyebu telah
n dapat dapat tkan 4 mam
mema mema menjelas objek √ pu
knai hami kan dan menje
konse kaitan minimaln fungsiny laska
p kata antara ya 4 a n
dan konse nama a) Mulut fungs
komb p objek (Berbicar i
inasi Bahas yang ada a, objek
kata a di Makan, ketika
denga lingkung Minum) dimin
n annya b) ta
lingk dan Hidung oleh
ungan menyebu (Bernafa aseso
tkan 1 s) r.
fungsi c) Kamar
setiap (Tempat
objek tidur)
yang d) Kursi
ditunjuk. (Duduk)
Mam 3.a 3.a.1 3.a.1.1 Anak
pu Anak anak Berbicar mulai
mema dapat dapat a sesuai √ mam
hami meng berbicara struktur pu
penyu erti sesuai (S-P-O- berbi
sunan tata struktur K) cara
kalim Bahas (S-P-O- sesuai
at a K) denga
yang n
seder strukt
hana ur
SPO
K,
namu
n
hanya
beber
apa
saja.
Keterangan :

 BB : Belum Berkembang (Jika anak tidak dapat


melakukan tes walaupun sudah diberi bantuan)
 MB : Mulai Berkembang (Jika anak dapat melakukan
tes dengan banyak bantuan dari asesoer)
 BSH : Berkembang Sesuai Harapan (Jika anak dapat
melakukan tes dengan sedikit bantuan dari asesor)
 BSB : Berkembang Sangat Baik (Jika anak dapat
melakukan tes tanpa bantuan dari asesor)
INSTRUMEN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK

6 Tahun

Sub
Ko Nilai
Ko
mp Indik Butir Teknik
mp
one ator Instrumen
one 1 2 3 4
n
n
Mot Mot Menu 1.a.1. Anak Anak
orik orik lis diminta untuk dapat
Hal menulis abjad menulis
us mengikuti pola huruf
yang telah dengan
disediakan baik,
a. pola huruf √ tetapi
vocal A, I, U, E masih
O memerl
1.a.2. Anak ukan
diminta untuk bantuan
menyalin abjad (diberi
a. abjad A, I, U, contoh)
E, O oleh
asesor.
Meng 2.a.1. Anak √ Anak
gamb diminta untuk dapat
ar menggambar mengga
lingkaran, mbar
segitiga dan sesuai
persegi dengan
2.a.1. Anak intruksi
diminta untuk .
menggambar Namun
pohon , masih
harus
diberi
contoh.
Mew 3.a.1. Anak Anak
arnai diminta untuk dapat
mewarnai mewar
gambar yang nai

telah disediakan dengan
dengan bebas baik
dan
rapih.
Meng 5.a.1. Anak Anak
gunti diminta untuk dapat
ng menggunting mengg
kertas sesuai unting
dengan pola kertas
yang ditetapkan mengik
a. asesor uti pola
memberikan yang
kertas yang telah
berpola segitiga, disedia
segi empat, dan kan
lingkaran oleh
5.a.2. Anak √ asesor.
diminta untuk Namun
menggunting , anak
kertas sesuai masih
keinginannya memerl
a. asesor ukan
memberikan bantuan
kertas polos dan penjela
meminta anak san
untuk hingga
menggunting berkali-
kertas sesuai kali.
keinginannya
Melip 6.a.1. Anak Anak
at diminta untuk dapat
melipat kertas melipat
menjadi dua kertas
bagian sesuai
a. asesor √ dengan
memberikan intruksi
kertas dan .
meminta anak
untuk melipat
kertas tersebut.
Mot Berjal 1.a Anak Anak
orik an diminta untuk dapat
Kas berjalan 10 berjala
ar langkah ke n
depan dengan

1.b Anak posisi
diminta untuk yang
berjalan 10 baik
langkah ke dan
belakang benar.
Berla 2.a. Anak Anak
ri diminta untuk dapat
berlari mengejar berlari,
mainan yang ia namun
sukai masih

a. asesor berlari malu-
sambal malu.
memegang
mainan yang
anak sukai
Menj 2.a Anak √ Anak
aga diminta untuk dapat
kesei berjalan sesuai menjag
mban garis ubin a
gan. 2.b Anak keseim
diminta untuk bangan
berjinjit dengan dengan
tangan di baik,
pinggang
2.c. Anak
diminta untuk
meloncat
Mela 3.a Anak Anak
mbun diminta untuk dapat
gkan melambungkan melam
dan bola dengan bungka
mena satu tangan dan n dan

ngkap menangkanya menang
bola. menggunakan kap
dua tangan. bola
dengan
baik.
Keterangan:

1. Tidak dapat melakukan sama sekali


2. Dapat melakukan dengan banyak bantuan
3. Dapat melakukan dengan sedikit bantuan
4. Dapat melakukan tanpa bantuan sama sekali
Penilaian Skor Hasil Asesmen Perkembangan
Anak

Perhitungan skor yang digunakan dalam


penilaian hasil asesmen perkembangan adalah:

Skor yang diperoleh

Nilai = x 100%

Skor ideal

SKOR KEMAMPUAN
90%-100% Sangat Baik
70%-89% Baik
50%-69% Kurang
30%-49% Sangat Kurang
<30% Buruk

Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilaksanakan.


Maka, anak memiliki skor sebagai berikut:

a) Kognitif Dasar
1)Klasifikasi
27
x 100 %=84 , 37 %
32
Skor perkembangan kognitif dasar
pada aspek klasifikasi yang diperoleh siswa
yang berinisial N sebesar 84,37%. Maka,
secara kesulurah N memiliki kemampuan
perkembangan klasifikasi yang baik.
2)Seriasi
12
x 100 %=100 %
12
Skor perkembangan kognitif dasar
pada aspek ordering yang diperoleh siswa
yang berinisial N sebesar 100%. Maka, secara
kesulurah N memiliki kemampuan
perkembangan ordering yang sangat baik.
3)Konservasi
2
x 100 %=25 %
8
Skor perkembangan kofnitif dasar
pada aspek konservasi yang diperoleh siswa
yang berinisial N sebesar 25%. Maka, secara
kesulurah N memiliki kemampuan
perkembangan konservasi yang buruk.
4)Korespondensi
6
x 100 %=75 %
8
Skor perkembangan kognitif dasar
pada aspek korespondensi yang diperoleh
siswa yang berinisial N sebesar 75%. Maka,
secara kesulurah N memiliki kemampuan
perkembangan korespondensi yang baik.
5)Reversibility
3
x 100 %=75 %
4
Skor perkembangan kognitif dasar
pada aspek reversibility yang diperoleh siswa
yang berinisial N sebesar 75%. Maka, secara
kesulurah N memiliki kemampuan
perkembangan reversibility yang baik.
Kognitif Dasar
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
s i si s i si ty
ka ia va en ili
sifi er er d si b
a S
ns on r
Kl Ko sp ve
re Re
Ko

b) Persepsi
1)Auditori
2
x 100 = 25%
8

Skor perkembangan persepsi pada


aspek auditori yang diperoleh siswa yang
berinisial N sebesar 25%. Maka, secara
kesulurah N memiliki kemampuan
perkembangan persepsi auditori yang buruk.

2)Visual
5
x 100=62,5 %
8
Skor perkembangan persepsi pada
aspek visual yang diperoleh siswa yang
berinisial N sebesar 62,5%. Maka, secara
kesulurah N memiliki kemampuan
perkembangan persepsi visual yang kurang.
3)Heptik
3
x 100=25 %
12
Skor perkembangan persepsi pada
aspek heptik yang diperoleh siswa yang
berinisial N sebesar 25%. Maka, secara
kesulurah N memiliki kemampuan
perkembangan persepsi heptik yang buruk.

Persepsi
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Auditori Visual Heptik

c) Bahasa
11
x 100=55 %
20

Skor perkembangan Bahasa yang


diperoleh siswa yang berinisial N sebesar
55%. Maka, secara kesulurah N memiliki
kemampuan perkembangan Bahasa yang
kurang.
d) Sosial dan Emosi
1)Sosial
10
x 100 %=100 %
10
Skor perkembangan sosial emosi pada
aspek sosial yang diperoleh siswa yang
berinisial N sebesar 100%. Maka, secara
kesulurah N memiliki kemampuan
perkembangan sosial yang sangat baik.
2)Emosi
14
x 100 %=87,5 %
16
Skor perkembangan sosial emosi pada
aspek emosi yang diperoleh siswa yang
berinisial N sebesar 87,5%. Maka, secara
kesulurah N memiliki kemampuan
perkembangan emosi yang baik.

Sosial Emosi
105.00%
100.00%
95.00%
90.00%
85.00%
80.00%
Sosial Emosi

e) Motorik
1)Motorik Kasar
16
x 100=100 %
16
Skor perkembangan motoric pada
aspek motorik kasar yang diperoleh siswa
yang berinisial N sebesar 100%. Maka, secara
kesulurah N memiliki kemampuan
perkembangan motoric kasar yang sangat
baik.
2)Motorik Halus
15
x 100=75 %
20

Skor perkembangan motoric pada


aspek motoric halus yang diperoleh siswa
berinisial N sebesar 75%. Maka, secara
keseluruhan N memiliki kemampuan
perkembangan motoric halus yang baik.

Motorik
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Motorik Kasar Motorik Halus
Perkembangan anak secara keseluruhan

Perkembangan Anak
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Kognitif Persepsi Bahasa Sosial Motorik
Dasar Emosi

Keterangan:

Kognitif Dasar 86.87%


Persepsi 37.50%
Bahasa 55.00%
Sosial Emosi 93.75%
Motorik 87.50%
DOKUMENTASI SAAT OBSERVASI

Pertemuan pertama Sabtu, 6 April 2019

Pertemuan kedua Kamis, 25 April 2019

Pertemuan ketiga Rabu, 8 Mei 2019


Pertemuan keempat Jumat, 10 Mei 2019

Pertemuan kelima Senin, 13 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai