Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME

TERAPI OKSIGEN DAN TERAPI NEBULASI


Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lab. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia

Dosen Pengampu : Ns. Herman, M.Kep

DISUSUN OLEH :

NUR INDAH PRATIWI (I1031211042)


KELAS A1

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2021/2022
RESUME
Tujuan : Memberikan pada pasien yang membutuhkan dengan indikasi, yaitu berpotensi
hipoksia atau hipoksemia dengan saturasi oksigen kadar 92% untuk dihitung kebutuhan
oksigen dan kuantitas aliran oksigen menggunakan oksigenasi yang ditentukan dari dokter
karena oksigen merupakan satu di antara terapi pengobatan.

A. Fase Pra Interaksi


1. Membaca catatan keperawatan maupun medis
2. Menyebutkan tindakan-tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
3. Mencuci tangan dengan 6 langkah standar sebelum menyiapkan alat
4. Menyiapkan alat :
• Nasal kanul
• Selang oksigen
• Humidifier
• Steril water
• Tabung oksigen dengan flowmeter
• Oksimetri
5. Mencuci tangan dengan 6 langkah standar sebelum menangani pasien

B. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam, seperti Assalammu’alaikum dan memperkenalkan diri
2. Mengidentifikasi pasien dahulu dengan menanyakan identitas seperti nama, tanggal
lahir pasien, alamat pasien, serta memeriksa tanda identitas pasien yang dapat
berupa gelang.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur dari tindakan yang akan diberikan kepada pasien
dan atau keluarga
4. Memaparkan mengenai kontrak waktu
5. Memberi kesempatan pasien dan atau keluarga untuk bertanya mengenai perihal
tindakan yang akan diberikan
6. Meminta persetujuan pasien dan atau keluarga untuk dilakukan tindakan terhadap
pasien
7. Mendekatkan alat-alat pemeriksaan kepada pasien
8. Menjaga privasi dengan menutup tirai, menjaga keamanan dengan memasang atau
melepas side rail, serta menjaga kenyamanan pasien pada aspek posisi maupun
lingkungan sekitar pasien.

Jenis-Jenis Terapi Oksigen :


1. Nasal kanul
Terdiri atas sebuah selang dengan dua selang kecil untuk
hidung dan merupakan jenis terapi oksigen dengan aliran
rendah untuk volume oksigen yang rendah sekitar (2 liter
sampai dengan 6 liter) pemberian oksigen.

2. Masker sungkup sederhana


Bentuknya sederhana tanpa kantong udara, selang
terhubung menuju sungkup masker. Aliran oksigen
yang bisa sekitar (6 liter sampai dengan 10 liter)
oksigen.

3. Masker non-rebreathing
Terdapat kantong udara, lubang kecil pada sungkup dan
katup putih, di atas kantung udara. Dapat disebut dengan
terapi oksigen non-rebreathing yang menghirup 100%
oksigen pada kantong udara, dihirup melalui sungkup
masuk ke dalam tubuh, yang residunya akan dibuang
melalui lubang yang ada di kanan dan kiri pada sungkup.

4. Masker rebreathing
Sama dengan masker non-rebreathing, tetapi tidak
memiliki katup sehingga residu udara kembali masuk
kantung udara dan dihirup kembali atau udara yang
dihembuskan sepertiganya dapat dihirup kembali dengan
konsentrasinya. Aliran udara 100% dapat dihirup tapi
diharapkan akan menghirup kembali CO2.
C. Tahap Melakukan Terapi Oksigen Menggunakan Nassal Kanul :
1. Mencuci tangan dengan 6 langkah standar sebelum menangani pasien
2. Memohon izin dan menanyakan keadaan pasien sudah nyaman atau tidaknya
dengan posisi semifowler kurang lebih 45° (berbaring dengan posisi supine tetapi
bagian atas tubuh terangkat atau lebih tinggi) memohon izin kembali untuk
melakukan tindakan kepada pasien.
3. Melakukan pengecekan saluran napas atas untuk menentukan paten atau tidaknya,
dengan cara menutup sub bagian hidung satu secara bergantian serta meminta
tolong pasien untuk menarik napas dan hembuskan untuk memastikan tidak ada
hambatan pada saluran pernapasan. Kemudian rasakan hembusan napas keduanya
secara bersamaan dengan menggunakan punggung telapak tangan.
4. Memasang oksimeter pada jari pasien untuk mengecek kadar saturasi oksigen, jika
92% artinya pasien perlu diberikan terapi oksigen.
5. Pada sumber oksigen, yang pertama ialah mengisi gelas humidifier sampai pada
batas yang ada pada gelas humidifier, dengan air steril.
6. Mengecek fungsi dari flowmeter (alat ukur tinggi oksigen) yang akan diberikan
jumlah dosis oksigen. Pertama, membuka flowmeter dan memastikan berfungsi
baik, yaitu dapat naik dan turun sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Untuk
penggunaan nasal kanul diberikan 2 liter.
7. Memasang selang nasal kanul dengan humidifier, memastikan ujung selang tidak
tersenggol dengan yang lain. Ujung selang (pada pangkal dan tebal) dan pada
hidung pasien (bercabang dua) kemudian hubungkan selang tersebut dengan sela
tempat pada humidifier, memastikan tidak kendor sehingga tidak mudah tercabut.
Setelah itu, alirkan oksigen sambil mengecek hembusan dan sudah menunjukkan 2
liter, dapat dirasakan dengan punggung tangan.
8. Mematikan dahulu sumber oksigen, kemudian lakukan pemasangan nasal kanul
jangan terbalik, lalu pada bagian cabang masukkan pada dua lubang hidung,
penyangga berada di bawah untuk menyanggah bagian bawah hidung. Memohon
izin kepada pasien untuk dilakukan pemasangan nasal kanul yang secara perlahan
diarahkan ke belakang kepala dan diselipkan pada bawah bagian belakang telinga
dengan menyesuaikan panjang selang serta memastikan tidak ada yang terjepit
(fiksasi), lalu menyalakan aliran oksigen, kemudian memberi instruksi kepada
pasien untuk menghirup oksigen, serta menanyakan kenyamanan pasien setelah
dipasangkan nasal kanul sambil menjelaskan kembali tujuan pemasangan nasal
kanul.
9. Memonitori saturasi oksigen setelah pemberian nasal kanul ternyata mencapai 94%
dan diharapkan dapat mencapai 96%-98% kemudian membuat janji pengecekan
saturasi oksigen kembali (2 jam setelah pemasangan) lalu merapikan posisi pasien
(poisisi sama) merapikan alat-alat dan mencuci tangan serta mendoakan kesehatan
pasien, berpamitan dan mengucapkan salam untuk mengundurkan diri. Tidak lupa
untuk mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi kepada pasien.

D. Fase Terminasi
1. Membuat simpulan dari kegiatan, dari hasil terapi oksigen.
2. Melakukan manajemen post prosedur untuk tindakan invasive (seperti edukasi yang
perlu diperhatikan pasien dengan terpasangnya alat tersebut)
3. Evaluasi respon pasien
4. Memberikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
5. Mendoakan atas kesembuhan pasien
6. Melakukan kontrak untuk kegiatan berikutnya
7. Mengakhiri kegiatan dengan mengucapkan salam, seperti Waalaikumsalam.
8. Merapikan alat-alat dan bahan yang telah digunakan.
9. Mencuci tangan dengan 6 langkah standar.

E. Fase Dokumentasi
1. Menuliskan nama, umur, alamat
2. Menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan.
3. Mendata (DS / DO sebelum tindakan)
4. Action / tindakan keperawatan yang dilakukan.
5. Respon (DS / DO setelah tindakan)
6. Memberi nama dan tanda tangan ners.

Tujuan : Dengan indikasi pada pasien yang membutuhkan nebulisasi yang mengalami
gangguan bersihan jalan nafas sehingga membutuhkan pengobatan untuk mengencerkan dahak
dan juga membuka jalan nafas sehingga dahak ataupun sekret bisa keluar dengan mudah.
F. Fase Pra Interaksi
1. Membaca catatan keperawatan maupun medis
2. Menyebutkan tindakan-tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
3. Mencuci tangan dengan 6 langkah standar sebelum menyiapkan alat
4. Menyiapkan alat :
• Tabung oksigen
• Flowmeter
• Humidifier
• Nebulizer set
• Masker & cup nebulizer
• Cannula oksigen
• Spuit 2cc
• Stetoskop
• Obat-obatan untuk terapi nebulisasi
5. Mencuci tangan dengan 6 langkah standar sebelum menangani pasien

G. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam, seperti Assalammu’alaikum dan memperkenalkan diri
2. Mengidentifikasi pasien dahulu dengan menanyakan identitas seperti nama, tanggal
lahir pasien, alamat pasien, serta memeriksa tanda identitas pasien yang dapat
berupa gelang.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur dari tindakan yang akan diberikan kepada pasien
dan atau keluarga
4. Memaparkan mengenai kontrak waktu
5. Memberi kesempatan pasien dan atau keluarga untuk bertanya mengenai perihal
tindakan yang akan diberikan
6. Meminta persetujuan pasien dan atau keluarga untuk dilakukan tindakan terhadap
pasien
7. Mendekatkan alat-alat pemeriksaan kepada pasien
8. Menjaga privasi dengan menutup tirai, menjaga keamanan dengan memasang atau
melepas side rail, serta menjaga kenyamanan pasien pada aspek posisi maupun
lingkungan sekitar pasien.
H. Tahap Melakukan Terapi Nebulisasi :
1. Mencuci tangan dengan 6 langkah standar sebelum menangani pasien
2. Memohon izin dan menanyakan keadaan pasien sudah nyaman atau tidaknya
dengan posisi semifowler kurang lebih 40°-90° (berbaring dengan posisi supine
tetapi bagian atas tubuh terangkat atau lebih tinggi) memohon izin kembali untuk
melakukan tindakan kepada pasien.
3. Mendekatkan kompressor tapi tetap dengan jarak aman dari pasien, kemudian,
melakukan penghitungan dosis obat yang ditentukan dokter dengan obat ventolin
dengan dosis 2,5 mg kemudian menyiapkan obatnya dituangkan kedalam sungkup,
pastikan terpasang dengan kuat setelah siap obatnya.
4. Mengecek status pernapasan dari pasien menggunakan stetoskop untuk respirasi
ratenya atau frekuensi nafas pasien dalam satu menit. Mendengarkan bunyi napas
dari pasien, dengan memohon izin untuk melepas atasan pakaian dan meminta
tolong untuk menarik napas dan hembuskan.
5. Pemeriksaan bahwa frekuensi nafas pasien atau respirasi dengan rate 28 kali per
menit dan menemukan ada bunyi ronki yang basah pada kedua lapang paru pasien
dan terdapat bunyi wheezing pada pasien terdapat gangguan bersihan jalan nafas
6. Menghubungkan selang nebulizer dari kompressor kemudian, pada ujung yang lain
dihubungkan pada alat nebulizer pastikan sudah kuat, kemudian nyalakan mesin
berfungsi dengan tanda-tanda uap yang dihasilkan baik untuk menghasilkan uap.
7. Mematikan nebulizer dahulu, lalu menjelaskan kepada pasien mengenai
prosedurnya seperti setelah dipasangkan selang pasien diharapkan untuk
menghirup sekitar 3-5 detik kemudian menghembuskan ulangi sampai obat habis.
8. Mematikan aliran oksigen, dan melepas aliran oksigen yang akan dipasangkan
sungkup menutupi hidung dan dagu pasien, tarik tali ke belakang dan dikencangkan.
9. Menyalakan nebulizer nanti dan menginstruksikan pasien untuk selalu menghirup
asap dengan waktu yang telah ditentukan hingga asap atau uap habis.
10. Memastikan obat yang ada dalam cup tidak tersisa, jika ada obat yang tersisa
nyalakan kembali nebulizer sambil menggoyangkan cupnya sehingga habis
sempurna.
11. Setelah habis, melepaskan alat dari pasien dan memasangkan kembali aliran
oksigen sesuai dengan kebutuhan oksigen semula, kemudianlakukan monitor status
pernapasan pasien (frekuensi nafas) dan melakukan auskultasi setelah dilakukan
regulasi dianjurkan untuk batuk efektif sehingga bisa mengeluarkan dahak yang
ada.
12. Menginstruksikan pasien untuk menarik napas dan hembuskan, dan untuk
pemberian terapi nebulisasi sudah selesai. Rapikan alat dan memisahkan alat yang
dapat dicuci dan direndam.
13. Mencuci tangan dengan 6 langkah standar, dan menanyakan perasaan pasien
setelah tindakan dan memberikan arahan yang dapat dilakukan pasien secara
mandiri agar hasil tindakan dapat maksimal.
14. Melakukan janji kurang lebih dua jam lagi untuk melakukan injeksi obat antibiotik
dan mendoakan kesehatan pasien.

I. Fase Terminasi
1. Membuat simpulan dari kegiatan, dari hasil terapi nebulasi.
2. Melakukan manajemen post prosedur untuk tindakan invasive (seperti edukasi yang
perlu diperhatikan pasien dengan terpasangnya alat tersebut)
3. Evaluasi respon pasien
4. Memberikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
5. Mendoakan atas kesembuhan pasien
6. Melakukan kontrak untuk kegiatan berikutnya
7. Mengakhiri kegiatan dengan mengucapkan salam, seperti Waalaikumsalam.
8. Merapikan alat-alat dan bahan yang telah digunakan.
9. Mencuci tangan dengan 6 langkah standar.

J. Fase Dokumentasi
1. Menuliskan nama, umur, alamat
2. Menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan.
3. Mendata (DS / DO sebelum tindakan)
4. Action / tindakan keperawatan yang dilakukan.
5. Respon (DS / DO setelah tindakan)
6. Memberi nama dan tanda tangan ners.
Dari terapi oksigen dan nebulisasi tadi, dapat diambil simpulan bahwa pemeriksaan
memerlukan ketelitian dan kesabaran, untuk mendapatkan hasil yang tepat dan maksimal. Serta
perlu melakukan pengecekan ulang dan tidak melewati tahap-tahap yang sudah ada agar hasil
mendapatkan hasil diagnosa yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, serta pentingnya
pengecekan berulang untuk memastikan kondisi terbaru pasien.

Anda mungkin juga menyukai