Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lansia merupakan kelompok usia yang rentan akan masalah kesehatan,sehingga seiring
bertambahnya usia pada lansia mengakibatkan sistem dan fungsi tubuh mengalami suatu
penurunan.Menurut World Health Organization (WHO).Lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas.Lansia dapat diartikan sebagai menurunnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi
normalnya,sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (Darmojo,2015).

Pada lanjut usia terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah satunya adalah
kemunduran terhadap fungsi kerja pembuluh darah.Penyakit yang sering dijumpai pada
golongan lansia yang disebabkan karena kemundururan fungsi kerja pembuluh darah salah
satunya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi sering mendapat julukan
silent killer karena hal ini sering terjadi tanpa keluhan sehingga penderita tidak mengetahui
bahwa dirinya menderita hipertensi bahkan,biasanya baru diketahui setelah muncul suatu
komplikasi,sehingga terdapat beberapa organ tubuh yang menjadi targetnya seperti
otak,mata,jantung,ginjal serta pembuluh darah arteri perifer.

Prevalensi lansia yang menderita hipertensi di Indonesia pada kelompok usia 45-64 tahun
mencapai 4,02% dan pada kelompok usia > 65 tahun mencapai angka 5,17%.Hipertensi pada
lansia mempunyai prevelensi yang tinggi pada usia diatas 65 tahun didapatkan antara 60-80%
(Depkes,2013). Menurut data dari kader posyandu lansia bulan Juni 2021 di Desa Setran
Kelurahan Bedali Kecamatan Lawang berjumlah 35 lansia 15 lansia diantaranya memiliki
tekanan darah tinggi dengan hasil tekanan darah lebih dari 140/90mmHg.

Resiko perfusi cerebral tidak efektif artinya beresiko mengalami penurunan sirkulasi
darah ke otak.(SDKI,D0017).Menurut (Herdman,2014) Resiko perfusi cerebral tidak efektif
artinya berresiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menggangu
kesehatan.Sehingga akan menimbulkan aliran arteri terhambat,terjadi reduksi mekanis dari
aliran vena atau arteri,serta terjadi kerusakan transportasi oksigen melewati kapiler atau
alveolar. Secara patofisiologi hipertensi dengan masalah keperawatan resiko perfusi cerebral
tidak efektif ini ditandai oleh beberapa faktor seperti keturunan,jenis kelamin,merokok,gaya
hidup obesitas,usia,sehingga menimbulkan hipertensi dimana terjadi kerusakan vaskuler
pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur pembuluh darah sehingga terjadi
penyumbatan pembuluh darah dan akan mengalami vasokontriksi yang menimbulkan
gangguan sirkulasi pada otak sehingga suplai darah ke otak akan menurun.Maka seseorang
tersebut akan mengalami sinkop atau pingsan.(Ahmad Suyono,2017).Maka dari itu muncul
masalah keperawatan resiko perfusi cerebral tidak efektif.Sehingga,jika masalah tersebut
tidak segera ditangani maka akan timbul komplikasi lain seperti stroke,gagal jantung,bahkan
kematian.

Lansia merupakan salah satu kelompok atau populasi beresiko (population at risk) yang
semakin meningkat jumlahnya.Dari segi aspek kesehatan lansia menjadi kelompok yang
rentan mengalami penurunan derajat kesehatan,baik secara alami maupun akibat proses
penyakit. Kesehatan lansia jika tidak ditangani dengan baik,akan menyebabkan penurunan
fungsi fisik dan fisiologis sehingga terjadi kerusakan tubuh yang mengakibatkan komplikasi
dan kematian.Terdapat dua faktor yang mempengaruhi hipertensi yaitu,faktor yang dapat
dikendalikan seperti obesitas,medikasi,gaya hidup,stress serta faktor yang tidak dapat
dikendalikan usia,riwayat keluarga,jenis kelamin.(Junaedi,E dkk,2013).

Intervensi keperawatan pada diagnosa resiko perfusi cerebral tidak efektif ini berfokus
pada memonitor tanda-tanda vital dan terapi nonfarmakologis untuk mengatasi masalah
keperawatan tersebut yaitu dengan terapi rendam kaki menggunakan air hangat.Terapi ini
memiliki dampak fisilogis bagi tubuh,sehingga rendam kaki air hangat dapat digunakan
sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot,sendi yang kaku.Secara ilmiah air
hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.Pertama berdampak pada pembuluh darah
dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar,yang kedua adalah faktor
pembebanan di dalam air yang akan menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi
sendi tubuh.(Lalage,2015).Secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari air hangat
ke tubuh sehingga akan membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperlebar
pembuluh darah akibatnya lebih banyak oksigen dipasok ke jaringan yang mengalami
pembengkakan dan ketegangan otot.Oleh karena itu orang-orang yang menderita penyakit
seperti rematik,radang sendi,insomnia,stress,kelelahan,hipertensi,nyeri otot,kram,terapi ini
bisa digunakan untuk meringankan masalah tersebut.(Restuningtyas,2019).Selain itu,terapi
ini sangat mudah dilakukan oleh semua orang,tidak membutuhkan biaya yang mahal dan
tidak memiliki efek samping yang berbahaya.

Di Desa Setran ini terdapat posyandu lansia dimana dapat membantu para lansia untuk
mengetahui terkait kondisi kesehatannya.Namun, karena pada waktu ini terbatas oleh adanya
pademi sehingga segala pertemuan di desa ini berhenti sementara waktu terakhir di bulan
Juni 2021.Hal ini membuat lansia merasa khawatir terhadap kondisi kesehatanya saat ini
yang sudah tidak terkontrol lagi selama beberapa bulan tersebut.Terutama pada pasien lansia
hipertensi yang ingin mengetahui kondisi tekanan darahnya dan kesehatannya.Lansia yang
mengalami masalah keperawatan resiko cerebral tidak efektif dilihat dari data kader
posyandu lansia di desa setran ini terdapat 3 lansia dengan ditandai pernah mengalami
sinkop atau pingsan hingga dibawa ke Rumah sakit dengan tekanan sistolik >190 mmHg dan
diastolik >90mmHg.Sejak adanya posyandu lansia hipertensi pada lansia ini masih
tertanggani dengan baik.Namun,karena terbatas oleh pademi sehingga hal ini membuat
tekanan darah dan kondisi kesehatan lansia hipertensi menjadi tidak terkontrol kembali.

Penanganan yang dilakukan diposyandu lansia ini seperti pengecekan tekanan


darah,memberikan edukasi mengenai menjaga kesehatan,pola hidup sehat bagi lansia
hipertensi,serta biasanya lansia hipertensi jika tekanan darahnya tinggi diposyandu ini
mendapatkan obat penurun tekanan darah seperti Amlodipine,Catropil.Dari bebeapa lansia
yang mengalami masalah keperawatan ini.Sejauh ini masih belum ada penanganan secara
nonfarmakologi.Lansia hipertensi ini lebih cenderung berpacu pada obat penurun tekanan
darah jika tekanan darahnya mengalami kenaikkan.Apalagi dengan adanya pademi ini
membuat lansia hipertensi tekanan darah dan kesehatanya menjadi tidak terkontrol
kembali.Dari beberapa lansia yang telah mengkonsumsi obat penurun tekanan darah
keadaanya membaik sementara waktu.Namun,jika obatnya yang dari posyandu habis maka
mereka berhenti tidak minum obat lagi,Bahkan mereka tidak kontrol kembali mengenai
tekanan darahnya.Kebanyakan dari mereka baru kontrol jika merasakan gejala
muncul,seperti rasa berat ditengkung,pusing dan gejala lain yang timbul yang membuat
mereka khawatir,bahkan terdapat lansia yang mengabaikan keadaan tersebut sehingga
menimbulkan munculnya komplikasi seperti gejala stroke,dan katarak.Dari sini dapat
disimpulkan bahwa lansia di desa ini mengandalkan kegiatan posyandu untuk mengontrol
kesehatanya,Namun karena terbatas oleh pademi maka kondisi mereka menjadi tidak
terkontrol dengan baik.Disisi lain dari 3 lansia yang mengalami masalah keperawatan ini
terdapat 1 lansia yang sangat rajin dikarenakan beliau rutin untuk kontrol ke puskesmas
setiap bulannya dan mendapatkan obat.Karena lansia ini berharap tekanan darahnya dan
kondisi kesehatanya bisa tetap terkontrol dengan baik walaupun terbatas karena kondisi
pademi.

Berdasarkan latar belakang diatas,penulis tertarik untuk membuat Laporan Tugas Akhir
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Hipertensi Dengan Resiko Perfusi Cerebral
Tidak Efektif Di Wilayah Kerja Puskesmas Lawang” dengan pertimbangan banyaknya
jumlah lansia penderita hipertensi di Posyandu Desa Setran Bedali Kecamatan Lawang serta
komplikasi-komplikasi yang muncul jika tidak ditangani dengan tepat dan segera.
1.2. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian masalah diatas maka batasan masalahnya adalah:
Bagaimanakah asuahan keperawatan pada lansia hipertensi dengan resiko perfusi cerebral
tidak efektif di wilayah kerja Puskesmas Lawang ?
1.3. Tujuan Masalah
Memberikan dan menerapkan asuhan keperawatan pada lansia hipertensi secara
komperhensif.
1.3.1. Tujuan Utama
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk
memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia dengan hipertensi secara komperhensif
dan menerapkan hidroterapi rendam kaki menggunakan air hangat untuk menurunkan
tekanan darah.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Lawang.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Lawang.
3) Menyusun rencana asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Lawang.
4) Melakukan implementasi atau tindakan keperawatan pada lansia dengan hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Lawang.
5) Melakukan evaluasi keperawatan pada lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Lawang.
1.4. Manfaat

Meningkatkan keterampilan,ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam memberikan asuhan


keperawatan pada lansia dengan hipertensi.

1.4.1. Teoritis

Di harapkan dengan penulisan laporan tugas akhir ini dapat dijadikan acuan dalam
memberikan asuhan keperawatan serta meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik
khususnya pada lansia dengan hipertensi.

1.4.2. Praktis
Dengan laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan
bagi profesi keperawatan terhadap hipertensi pada lansia sehingga dapat memberikan
tindakan yang tepat secara promotif,preventif,kuratif,dan rehabilitatif.

Anda mungkin juga menyukai