Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

A. Jalannya Penelitian
Persiapan penyusunan proposal dilakukan pada tanggal 27 Januari 2020.. Penelitian ini
dilaksanakan di ruang inap ruangan Kemuning 5 Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung selama tiga hari
Penelitian ini dilakukan dimulai dengan pemilihan subjek penelitian dengan menggunakan kriteria insklusi
dan eklusi yang telah ditentukan. Setelah mendapatkan pasien sebagai subjek penelitian, pasien diberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif dan diberikan terapi teknik relaksasi napas dalam selama tiga (3)
hari berturut-turut untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Penyusunan laporan, dimulai dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara dan observasi langsung serta studi dokumentasi dengan menggunakan format asuhan
keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Setelah data terkumpul dilakukan analisa data untuk
menjawab tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman
(nyeri) dengan tehnik relaksasi napas dalam pada pasien pre ORIF fraktur pelvis.

B. Hasil
1. Gambaran lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di RS Hasan Sadikin Bandung di ruang inap ruangan Kemuning 5
2. Pelaksanaan penelitian
a. Pengkajian keperawatan
1) Anamnesa
Tabel 4.1 Hasil Anamnesa pada Ny.S
No Anamnesa Hasil Anamnesa
1 Identitas Ny.S seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kp. Babakan Astana
RT.001 RW.01, beragama islam, bersuku sunda, kebangsaan
Indonesia, dengan diagnosa medis closed pelvis ring
2 Keluhan utama Keluhan utama Ny.S adalah nyeri di pinggul P : akibat kecelakaan
yang dialaminya sudah 2 minggu Q: rasa nyeri seperti tertususk-tusuk
R: yang terasa dibagian pinggul dan kaki dengan S: skala nyeri 7 dan
T: nyerinya terjadi pada siang hari ataupun malam hari
3 Riwayat Pasien mengatakan 2 minggu terakhir , sudah 2 kali dirawat di RS di
kesehatan antar oleh keluarganya dengan kejadian kecelakaan yang dialami
sekarang pasien mengalami fraktur. Sekitar 2 minggu pasien masuk RS dekat
sekitar rumahnya namun akhirnya dirujuk ke RSHS untuk perawatan
yang lebih intensif. Saat pasien masuk RSHS dokter mengdiagnosa
pasien closed pelvis ring (cincin panggul tertutup) yang mana
dibagian pelvis pasien diberikan ring untuk penyangga tulang yang
hilang kemudian akan dilakukan operasi
4 Riwayat penyakit Pasien mengatakan pernah di rawat dirumah sakit sebelumnya.
dahulu Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah memiliki riwayat
penyakit kronik maupun menular yang lainnya. Pasien mengatakan
selama ini tidak ada alergi baik makanan maupun obat. Pasien
sebelumnya tidak pernah di operasi.
5 Riwayat penyakit Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada penyakit melular
keluarga atau keluarga yang sama penyakitnya dengan klien.
6 Perilaku yang Pasien mengatakan seblumnya tidak pernah mengkonsumsi minum-
mempengaruhi minuman yang berakohol, tidak pernah merokok, tidak pernah
kesehatan mengkonsumsi obat-obatan yang bersifat rutin/sering.

2) Pemeriksaan Fisik
Table 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik pada Ny.S
Observasi Hasil Observasi
Pemeriksaan fisik 3. Keadaan Umum :
Pasien tampak lemah dan meringis, kesadaran compos mentis.
4. Tanda – Tanda Vital
a. TD : 98/75 mmHg
b. N : 80 x/menit
c. RR : 21 x/menit
d. S :36,5 oC
5. Pemeriksaan Persistem
a. Sistem Pernapasaan
RR : 21x/menit, pasien tidak mengalami sesak napas, pola
napas teratur, gerakan pernapasaan simetris, bentuk dada
simetris, suara napas vesikuler, pasien tidak menggunakan
alat bantu napas, tidak menggunakan alat WSD dan tidak
menggunakan alat trakeostomy.
b. Sistem Kardiovaskuler
Bentuk dada simestris, TD: 98/75 mmHg, N: 80x/menit, CTR:<
2 detik, akral hangat, bunyi jantung normal, irama jantung
ireguler, tidak ada pembesaraan kardiomegali.
c. Sistem persyarafan
Kesadaran composmentis, GCS: 15, pupil isokor, sclera an-
ikterus, konjungtiva an-anemis, ekspresi wajah meringis
menahan nyeri.
d. Sistem Perkemihan
Tidak dilakukannya pemeriksaan dan pasien mengatakan
tidak ada keluhan saat BAK.
e. Sistem Pencernaan
TB : ± 145 cm, BB: ± 70 kg, mukosa mulut : tidak ada
perdarahan dan peradangan, mukosa bibir lembab, tidak ada
nyeri tekan dan tidak ada pembesaraan tonsil di tonggorokan,
tidak ada pembesaraan hepar dan lien, tidak ada keluhan
mual dan muntah, tidak terpasang NGT, nafsu makan baik
3x/h torgur kulit baik.
f. Sistem Muscolosceletal
Pasien mengalami keterbatasan / kekakuan gerak,
pergerakan sendi terganggu, tidak ada kelainan ekstermitas,
pasien mengatakan lemah dan merasakan nyeri dibagian kaki
kiri dan kanan, pasien mengalami fraktur pelvis, akral hangat
adanya lesi, turgor baik <3 detik, tidak ada Odema, aktivitas
pasien dibantu oleh keluarga atau perawat yang menjaga.
g. Personal Hygien
Pasien dibantu oleh keluarga dan perawat yang menjaga,
kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhn mandi, gigi
dan mulut, rambut, kuku, makan : pasien dibantu oleh
keluarga dan perawat yang menjaga.
h. Sistem Integumen
Pasien memiliki resiko terjadinya decubitus, tidak ada
ekskoriasis, psoriasis, dan urrikaria.
6. Pengkajian Spiritual
Pasien memeluk agama islam pasien sebelum masuk rs
melakukan ibadah dan saat masuk rs pasien jarang melakukan
ibadah sholat tetapi sering membaca surat pendek.

3) Terapi Farmakologis
Table 4.3 Terapi Farmakologi
No Nama obat Dosis
1 Petrdon 100mg drip 15 tetes/menit IV
2 Cefotaxsin 1 mg 2x1 IV
3 Ketrolak 3mg 2x1 IV
4 Paracetamol 2x1 IV

4) Pemeriksaan Penunjang
Table 4.4 data penunjang
Tanggal Dan Jam Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
22-10-2019 Hemoglobin L. 7,9 g/dl 12,3 – 15,3
07.28 Hematokrit L. 23,3 % 36,0 – 45,0
Leukosit H. 16,21 10 3/ul
^
4,50 – 11,0
Trombosit L. 2,69 Juta/ul 150 – 450
Eritrosit 191 Juta/ul 4,2 – 5,5
Kalium L.3,0 Meg/L 3,5 – 5,1

b. Diagnosa keperawatan
1) Analisa Data
Table 4.5 Analisa Data
No Data Senjang Etiologi Masalah
1 Ds : Robeknya jaringan lunak Nyeri Akut
- pasien mengatakan nyeri
Merangsang pengeluaran mediator
dibagian pinggul kimia (serotonin,bradikin,histamin&
prostaglandin)
Do :
- Pasien tampak meringis Merangsang ujung saraf bebas
- Skala nyeri 7
Medula spinalis
- TD : 98/75 mmHg
Talamus
- N : 80 X/menit
- RR : 21 x/menit Korteks serebri
- S : 36,5 OC
Respon nyeri

2 Ds : Fraktur tertutup Gangguan


- pasien mengatakan tidak Mobilitas Fisik
Tertutupnya kontinuitas jaringan
dapat melakukan aktivitas tulang
Do :
Daya topang tubuh menurun
- Terdapat fraktur pelvis
Keterbatasan dalam bergerak
- Terdapat kekakuan otot
ekstermitas bawah sinistra
dan distra
- Akral hangat

2) Rumusan diagnosa keperawatan


Dari hasil analisa diagnosa di atas didapatkan diagnosa yang muncul pada kasus yaitu ada
dua diagnosa yang pertama nyeri akut dan yang kedua gangguan mobilitas fisik yang sesuai
dengan tanda mayor dan minor dari tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017.
a) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik (fraktur)
b) Gangguan mobilisasi fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang

c. Intervensi keperawatan
Table 4.6 Intervensi keperawatan pada Ny.S dengan kasus fraktur pelvis
No Diagnosa keperawatan Intervensi
1 Nyeri akut b/d agen Intervensi Utama :
pencedera fisik (fraktur) Manajemen Nyeri
1. Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respons nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kulitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik

2. Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Intervensi Pendukung :
Edukasi teknik napas
1. Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Terapeutik
a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan manfaat teknik napas dalam
b. Jelaskan prosedur teknik napas
c. Anjurkan memposisikan tubuh senyaman mungkin
d. Anjurkan menutup mata dan berkonsentrasi penuh
e. Ajarkan melakukan inspirasi dengan menghirup udara
melalui hidung secara perlahan
f. Ajarkan melakukan ekspirasi dengan menghembuskan
udara mulut mencucu secara perlahan
g. Demonstrasikan menarik napas selama 4 detik,
menahan napas selama 2 detik dan menghembuskan
napas selama 8 detik
2 Gangguan mobilitas fisik Intervensi Utama
b/d kerusakan intergritas Dukungan Mobilisasi
struktur tulang 1. Observasi
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
d. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2. Terapeutik
a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
b. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
c. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

Intervensi Pendukung
Teknik Latihan Penguatan Sendi
1. Observasi
a. Identifikasi keterbatasan fungsi dan gerak sendi
b. Monitor lokasi dan sifat ketidaknyaman atau rasa sakit
selama gerakan/aktivitas
2. Terapeutik
a. Lakukan pengendalian nyeri sebelummemulai latihan
b. Berikan posisi tubuh optimal untuk gerakan sendi pasif
atau aktif
c. Fasilitas menyusun jadwal latihan rentang gerak aktif
atau pun pasif
d. Fasilitasi gerak sendi teratur dalam batas-batas rasa
sakit, ketahanan, dan mobilitas sendiri
e. Berikan penguatan positif untuk melakukan latihan
bersama
3. Edukasi
a. Jelaskan kepada pasien/keluarga tujuan dan
rencanakan latihan bersama
b. Anjurkan duduk ditempat tidur, di sisi tempat tidur atau
kursi, sesuai toleransi
c. Ajarkan melakukan latihan rentang gerak aktif dan
pasif secara sistematis
d. Anjurkan memvisualisasikan gerak tubuh sebelum
memulai gerakan
e. Anjurkan ambulasi, sesuai toleransi
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan fisioterapi dalammengembangkan
dan melaksanakan program latihan
d. Implementasi keperawatan
Table 4.7 Implementasi keperawatan
Tanggal Diagnosa Implementasi Keperawatan Respon Hasil Evaluasi
Dan Jam Keperawatan
27-10-19 Nyeri akut b/d 1. Mengidentifikasi skala nyeri 1. Skala nyeri 7 S: Pasien mengatakan nyeri dibagian panggul
10.00 wib agen pencedera 2. Mengidentifikasi lokasi nyeri 2. Lokasi nyeri di panggul O : Skala nyeri 7
fisik 3. Memberikan teknik 3. Teknik napas dalam A : Nyeri akut
nonfarmakologis untuk 4. Lingkungan yang aman P : Intervensi dilanjutkan
mengurangi nyeri dan nyaman I : Memberikan teknik nonfarmkologis untuk
4. Mengkontrol lingkungan yang mengurangi nyeri
memperberat rasa nyeri E : Pasien masih tampak kesakitan
R : Tidak ada

27-10-19 Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri 1. Nyeri dibagian panggul S : Pasien mengtakan nyeri di panggul
11.00 wib mobilisasi fisik 2. Memfasilitasi melakukan 2. Pasien belum dapat O : Pasien hanya terbaring
b/d kerusakan pergerakan melakukan pergerakan A: Gangguan mobilisasi fisik
intensitas 3. Mengajarkan mobilisasi yang 3. Pasien belum dapat P : Intervensi dilanjutkan
struktur tulang sederhana mobilisasi yang I : Melakukan mobilisasi yang sederhana
4. Melibatkan keluarga pasien sederhana E : Kllien masih belum dapat melakukan pergerakan
untuk meningkatkan pergerakan 4. Keluarga sangat antusias R : Tidak ada

28-10-19 Nyeri akut b/d 1. Mengidentifikasi skala nyeri 1. Skala nyeri 6 S: Pasien mengatakan nyeri dibagian panggul
10.00 wib agen pencedera 2. Mengidentifikasi lokasi nyeri 2. Lokasi nyeri di panggul O : Skala nyeri 6
fisik 3. Memberikan teknik 3. Teknik napas dalam A : Nyeri akut
nonfarmakologis untuk 4. Lingkungan yang aman P : Intervensi dilanjutkan
mengurangi nyeri dan nyaman I : Memberikan teknik nonfarmkologis untuk
4. Mengkontrol lingkungan yang mengurangi nyeri
memperberat rasa nyeri E : Pasien masih tampak kesakitan
R : Tidak ada

Tanggal Diagnosa Implementasi Keperawatan Respon Hasil Evaluasi


Dan Jam Keperawatan
28-10-19 Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri 1. Nyeri dibagian panggul S : Pasien mengtakan nyeri di panggul
11.00 wib mobilisasi fisik 2. Memfasilitasi melakukan 2. Pasien belum dapat O : Pasien hanya terbaring
b/d kerusakan pergerakan melakukan pergerakan A: Gangguan mobilisasi fisik
intensitas 3. Mengajarkan mobilisasi yang 3. Pasien belum dapat P : Intervensi dilanjutkan
struktur tulang sederhana mobilisasi yang sederhana I : Melakukan mobilisasi yang sederhana
4. Melibatkan keluarga pasien 4. Keluarga sangat antusias E : Kllien masih belum dapat melakukan pergerakan
untuk meningkatkan pergerakan R : Tidak ada

29-10-19 Nyeri akut b/d 1. Mengidentifikasi skala nyeri 1. Skala nyeri 4 S: Pasien mengatakan nyeri dibagian panggul
15.00 wib agen pencedera 2. Mengidentifikasi lokasi nyeri 2. Lokasi nyeri di panggul O : Skala nyeri 4
fisik 3. Memberikan teknik 3. Teknik napas dalam A : Nyeri akut
nonfarmakologis untuk 4. Lingkungan yang aman P : Intervensi dilanjutkan
mengurangi nyeri dan nyaman I : Memberikan teknik nonfarmkologis untuk
4. Mengkontrol lingkungan yang mengurangi nyeri
memperberat rasa nyeri E : Nyeri pasien berkurang
R : Tidak ada

29-10-19 Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri 1. Nyeri dibagian panggul S : Pasien mengtakan nyeri berkurang di panggul
17.00 wib mobilisasi fisik 2. Memfasilitasi melakukan 2. Pasien dapat melakukan O : skala nyeri 4
b/d kerusakan pergerakan pergerakan A: Gangguan mobilisasi fisik
intensitas 3. Mengajarkan mobilisasi yang 3. Pasien dapat mobilisasi P : Intervensi dilanjutkan
struktur tulang sederhana yang sederhana I : Melakukan mobilisasi yang sederhana
4. Melibatkan keluarga pasien 4. Keluarga sangat antusias E : Kllien sudah dapat melakukan pergerakan
untuk meningkatkan pergerakan R : Tidak ada
e. Evaluasi Keperawatan
Table 4.8 Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
1 Nyeri akut b/d agen S : Pasien mengatakan nyeri sudah
pencedera fisik berkurang
O : Skala nyeri 4
A : Nyeri akut
P : Intervensi dilanjutkan
2 Gangguan mobilisasi fisik b/d S : Pasien mengatakan dapat
kerusakan intensitas struktur menggerakkan jari-jari kaki secara perlahan
tulang O : Skala nyeri 4
A : Gangguan mobilisasi fisik
P : Intervensi dilanjutkan

C. Pembahasaan
Pada bab ini penulis akan membahas kasus tentang gangguan rasa nyaman pada kasus Pra
ORIF fraktur pelvis dengan menggunakan teknik relaksasi napas dalam dengan teori yang ada, maka
pembahasan akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses manajemen keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam,2010).
Saat pengumpulan data, peneliti menggunakan metode anamnesa, dan pemeriksaan fisik.
Pengumpulan data dilakukan di ruang kemuning 5 RSHS Bandung dengan masalah nyeri akut pada
pasien fraktur pelvis . Setelah mendapatkan data pasien yang akan diberikan terapi relaksasi napas
dalam , peneliti melakukan kontrak waktu dengan pasien untuk melakukan pengkajian awal. Selama
melakukan pengkajian terhadap pasien, peneliti tidak banyak mengalami kesulitan dalam
mendapatkan informasi yang peneliti butuhkan dari pasien.
Dari hasil pengkajian awal yang dilakukan pada tanggal 27 oktober 2019 pada Ny. S
diperoleh data bahwa keluhan utama Ny.S mengatakan mengeluh nyeri bagian punggung , dilakukan
pengkajian menggunakan pengkajian PQRST : P (Provoking Incident): pasien merasakan nyeri
karena mengalami fraktur pelvis, Q (Quality of Pain): pasien merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R
(Region): nyeri dibagian punggung, S (Scale of Pain): Skala nyeri 7, T (Time): nyeri yang dirasakan
sekitar 20 menit. Dari pemeriksaan fisik tekanan darah : 98/75 mmHg, nadi : 80x/menit, pernapasan :
21x/menit, suhu : 36,5ºC.
Keluhan yang dialami Ny.S sesuai dengan tanda mayor dan minor pada diagnosa nyeri akut
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia tahun 2017. Nyeri yang dirasakan setiap individu dapat
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dari keluhan utama yang dirasakan pasien sesuai dengan
jurnal yang peneliti dapat, karena pasien saat mengalami nyeri fraktur pelvis pasien hanya berbaring
ditempat tidur. Pada pengkajian yang didapatkan dari kasus tersebut sesuai juga dengan tanda mayor
dan minor pada diagnosa gangguan mobilitas fisik yaitu pasien mengeluh tidak dapat melakukan
aktivitas.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan respon pasien yang dianalisis dan dapat
diidentifikasi data penunjang adanya gangguan pada status kesehatan yang dialami pasien serta
dapat didukung peneliti. Setelah didukung pengkajian melalui pengumpulan data, mengklarifikasi dan
menganalisa data didapatkan dua diagnosa yang pertama nyeri akut karena pasien mengeluh nyeri
pada bagian punggung, terasa seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7, terasa dalam 20 menit. Diagnosa
kedua ganguan mobilitas fisik dengan pasien mengeluh aktivitas terganggu dan sulit bergerak.
Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisik (fraktur) ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri, gelisah, dan tampak meringis sesuai dengan tanda minor dan mayor
Tim pokja SDKI DPP PPNI 2017. Diagnosa kedua yaitu gangguan mobilitas berhubungan dengan
kerusakan intensitas struktur tulang ditandai dengan adanya fraktur dibagian ekstermitas bawah
sesuai dengan tanda mimor dan mayor sesuai Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017.
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa yang ditemukan ada dua pada Ny.S yaitu nyeri akut berhubungan dengan
pencedera fisik (fraktur) ditandai dengan mengeluh nyeri, gelisah dan meringis. Diagnosa kedua
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan intensitas struktur tulang ditandai dengan
adanya fraktur dibagian ekstermitas bawah. Tujuan yang diharapkan pada diagnosa ini adalah setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan nyeri dibagia punggung pasien dapat
berkurang serta masalah keperawatan lainnya teratasi, melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
teknik relaksasi napas dalam yang diajarkan, dan menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi keperawatan yang pertama pada diagnosa nyeri akut intervensi utama yaitu
manajemen nyeri obervasi : identifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas nyeri,
skala nyeri, respon nyeri, faktor yang memperberat dan memperingan rasa nyeri. Terapeutik :
memberikan teknik nonfarmakologis, mengontrol lingkungan. Edukasi : memjelaskan strategi
meredakan nyeri , menganjurkan monitor nyeri secara mandiri, mengajarkan teknik nonfarmakologis.
Intervensi pendukung yaitu edukasi teknik napas dalam : observasi identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi, terapeutik : menyediakan materi, memberikan jadwal , dan
memberikan kesempatan untuk bertanya, edukasi : menjelaskan tujuan, manfaat , prosedur teknik
napas dalam, menganjurkan dengan posisi senyaman mungkin sambil menutup mata dan
berkonsentrasi penuh, mengajarkan melakukan inspirasi dan ekspirasi secara perlahan.
Intervensi keperawatan yang kedua pada diagnosa gangguan mobilitasi fisik intervensi utama
yaitu dukungan mobilisasi observasi : identifikasi adanya nyeri, toleransi fisik, memonitor tekanan
darah, terapeutik : fasilitasi aktivitas mobilisasi, libatkan keluarga untuk membantu pasien, edukasi :
jelaskan tujuan, prosedur mobilisasi, ajarkan mobilisasi yang sederhana. Intervensi pendukung yaitu
teknik latihan penguatan sendi observasi : identifikasi keterbatasan fungsi gerak sendi, monitor lokasi
ketidaknyamanan saat bergerak, terapeutik : lakukan pengendalian nyeri sebelum latihan, berikan
posisi yang nyaman, menyusun jadwal latihan, edukasi : jelaskan tujuan rencana latihan bersama,
anjurkan duduk ditempat tidur atau dikursi (sesuai toleransi), ajarkan rentan gerak aktif dan pasif.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi dilaksanakan mulai dari hari kamis 27 juni 2019 sampai dengan hari sabtu 29
Juni 2019. Implementasi dilaksanakan untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut pada pasien
yaitu dengan melakukan menejemen nyeri dengan memberikan teknik relaksasi napas dalam yang
pertama yaitu mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi lokasi nyeri, memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri( teknik relaksasi napas dalam) , mengkontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri. Susuai Tim pokja SIKI DPP PPNI 2018.
Hasil implementasi keperawatan nyeri akut hari pertama sampai hari ketiga menunjukkan
perubahan nyeri yang dirasakan pasien berkurang dari skala 7 menjadi skala 4 dengan diberikannya
teknik relaksasi napas dalam. Sesuai dengan penelitian Smeltzer (2008) bahwa pasien yang
mengalami nyeri dibagian punggung, ekstermitas bawah dengan diberikan teknik relaksasi napas
dalam dapat mengurangi rasa nyeri.
Implementasi pada diagnosa gangguan mobilitas fisik yaitu mengidentifikasi adanya nyeri,
memfasilitasi melakukan pergerakan, mengajarkan mobilisasi yang sederhana dan melibatkan
keluarga pasien untuk meningkatkan pergerakan. Hasil implementasi diagnosa gangguan mobilitas
fisik pada pasien dari hari pertama sampai hari ketiga menunjukkan perubahan dari yang hari
pertama pasien tidak dapat menggerakkan jari-jari kakinya sampai hari ketiga pasien sudah dapat
menggerakan jari-jarinya secara perlahan dan bertahap.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan perkembangan kesehatan pasien untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dan kriteria hasil dapat tercapai dari satu diagnosa yang telah disusun sesuai dengan keluhan
utama selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan nyeri akut berhubungan dengan
pencedera fisiologis(fraktur) ditandai dengan mengeluh nyeri, gelisah dan meringis, dan diagnosa
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan intensitas struktur tulang ditandai dengan
terdapat fraktur pelvis dan terdapat kekakuan otot ekstermitas bawah sinistra dan distra.
Dilaksanakan sejak tanggal 27 Juni 2019 sampai 29 Juni 2019 dapat dikatakan berhasil
dimana didapatkan masalah teratasi dengan pasien walaupun belum sepenuhnya teratasi. setelah
diberikan teknik relaksasi napas dalam nyeri yang dirasakan dari hari pertama sampai hari ketiga
berkurang. Nyeri yang dirasakan berkurang dari skala 7 berubah menjadi skala 4, pasien juga tampak
lebik, pasien mengatakan melakukan teknik relaksasi napas dalam ketika rasa nyeri itu timbul dan
dapat merasa tenang dan rasa nyeri pun berkurang, kekakuan sendi yang pasien rasakan yang
awalnya tidak bisa digerakan dari hari pertama sampai hari ke tiga pasien secara perlahan-lahan
sudah dapat menggerakan jari-jari yang mengalami kekakakuan.
Evaluasi keperawatanpada kasus ini yang dihasilkan sudah sesuai dengan penelitian Asmadi
(2009) yang menyebutkan bahwa dengan memberikan teknik relaksasi napas dalam pada pasien
akan membantu memperlancar sirkulasi darah dan meningkatkan kenyamanan sehingga mampu
mengurangi rasa nyeri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Pengkajian Keperawatan
Dari hasilpengkajian yang dilakukan didapatkan data subjektif dan objektif. Dari data subjektif
pasien mengatakan nyeri pada bagian punggung dan kaki sebelah kiri dan kanan, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, terasa sekitar 20 menit, skala 7. Data objektif yang didapat yaitu tanda-tanda vital TD: 98/75
mmHg, N: 80x/menit, RR: 21x/menit, S: 36,5ºC.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil analisa data yang ada penulis lebih berfokus pada diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan pencedera fisiologis(fraktur) ditandai dengan mengeluh nyeri, gelisah, dan tampak
meringis karena dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan pada
masalah nyeri akut pada kasus pra Orif fraktur pelvis. Diagnosa nyeri akut tersebut dapat diangkat karena
nyeri yang dirasakan oleh pasien terjadi hilang timbul.Analisa yang didapat yaitu pasien mengeluh nyeri
dengan skala 7, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, terasa sekitar 20 menit.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan utama yang paling efektif dilakukan untuk menangani nyeri akut pasien
dengan fraktur pelvis yaitu dengan terapi non farmakologis teknik relaksasi napas dalam. Teknik relaksasi
napas dalam dilakukan selama 20 menit, dalam penelitian ini dilakukan 1x/hari. Sesuai dengan dilakukan
asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang/hilang.
4. Implementasi Keperawatan
Respon hasil dari pelaksanaan implementasi penerapan teknik relaksasi napas dalam
menunjukkan bahwa skala nyeri yang dirasakan pada bagian punggung semakin berkurang setiap
harinya. Skala nyeri awal yang dirasakan adalah 7, setelah tiga hari dilakukan terapi relaksasi autogenik
skala nyeri yang dirasakan menjadi 4.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan menunjukkan perbaikan mengenai kondisi kesehatan pasien. Evaluasi
asuhan keperawatan dapat dikatakan berhasil walaupun belum sepenuhnya karena setiap harinya
menunjukkan perbaikan kesehatan. Hal ini sesuai dengan implementasi yang dilakukan mengidentifikasi
skala nyeri, mengidentifikasi lokasi nyeri, memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri,
mengkontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri melaporkan bahwa nyeri berkurang dan
menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang setelah diberikan teknik relaksasi napas dalam
dibuktikan dengan pasien tidak merasaan nyeri yang hebat, mengatakan skala nyeri berkurang dari 7
menjadi 4 selama 3 hari diberikan teknik relaksasi napas dalam.
B. SARAN
1. Tempat Penelitian
Diharapkan tempat pelayanan kesehatan dapat membuat kerangka kerja untuk melakukan
penyuluhan dan rmemfasilitasi sarana dalam menunjang pelaksanaan teknik relaksasi napas dalam pada
masalah nyeri akut pada pasien dengan fraktur pelvis dilingkungan wilayah kerja.
2. Pengembangan Ilmu danTeknologi Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
dan wawasan dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan secara komplementer pada kasus pra orif
fraktur pelvis dengan masalah gangguan rasa nyaman(nyeri).
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat lebih memperdalam skill dengan meningkatkan
pengetahuan dan mengikuti perkembangan teknologi, sehingga mampu memberikan asuhan
keperawatan pada masalah nyeri akut dengan kasus pra orif fraktur pelvis .

Anda mungkin juga menyukai