Anda di halaman 1dari 6

DAFTAR 

ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
     A. Latar Belakang
     B. Rumusan Masalah
     C. Tujuan Masalah
BAB II. PEMBAHASAN
     A. Pengertian Landasan Bimbingan dan Konseling
     B. Landasan-landasan Bimbingan dan Konseling
      1. Landasan religius
      2. Landasan filosofis
      3. Landasan historis
      4. Landasan Psikologis
      5. Landasan sosial budaya
      6. Landasan ilmiah dan teknologi
      7  Landasan pedagogis
BAB III. PENUTTUP
      A. Kesimpulan
      B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di


Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan
konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan
berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran
dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh
diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran
teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa
dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan,
khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). .
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam
berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak
para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang
landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak
bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya..
Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layana
bimbingan dan konseling selama ini,– seperti adanya anggapan bimbingan dan
konseling sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang
layanan bimbingan dan konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan
tingkat pemahaman dan penguasaan konselor tentang landasan bimbingan dan
konseling. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan
secara asal-asalan, tidak dibangun di atas landasan yang seharusnya.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan
bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan
dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak
langkah bimbingan dan konseling.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian landasan bimbingan dan konseling?


2. Apa saja landasan-landasan bimbingan dan konseling?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian landasan bimbingan dan konseling
2. Untuk mengetahui landasan-landasan bimbingan dan konseling
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING


Landasan  di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (pusat
bahasa diknas.go.id) diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun secara istilah,
landasan sebagai dasar dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian
tersebut, kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan
dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi
tempat berdirinya sesuatu hal.
Sedangkan menurut pakar, Bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan
yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan
perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian
diri dengan lingkungan.[1] Adapun Konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik
sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling suatu jenis pelayanan yang
merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseli merupakan bagian terpadu dari
bimbingan dua orang individu, dimana konselor berusaha membantu konseli untuk
mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah
yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Jadi, Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan
faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor
selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan
konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu
membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak

memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan
ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak
didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran
terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya
adalah individu yang dilayaninya (klien).

B.  LANDASAN-LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya


tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan,
seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal
atau pun landasan pendidikan secara umum. Landasan Bimbingan dan Konseling
menunjukkan urgensi diadakannya BK. Berikut beberapa Landasan BK:
1. Landasan filosofis
Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti cinta dan
sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan. Sikun
pribadi mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk memperoleh
pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna hidup manusia
dialam semesta ini”.
Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan mempergunakan ilmu
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, manusia juga belajar mengatasi masalah-
masalah yang dihadapinya, semua itu terjadi berkat individu tersebut telah belajar dari
apa yang telah dilihat dan didengarnya.
Selain itu manusia juga disebut makhluk, di tinjau dari Islam pengertian makhluk
ini memberikan pemahaman bahwa ia terikat pada Khaliknya atau Penciptanya, yaitu
keterikatan sebagaimana menjadi dasar penciptaan manusia itu sendiri.  Manusia juga
makhluk yang tertinggi dan termulia derajatnya dan paling indah diantara segenap
makhluk ciptaan Sang Pencipta.  Maka dari itu manusia bisa dijadikan pemimpin bagi
makhluk lainnya. Apabila manusia memiliki ketidaksempurnaan dan kelemahan maka
akan terjadi pembalikan dari yang tertinggi derajatnya menjadi yang terendah
derajatnya.
2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis dalam bimbingan konseling berarti memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).  Terkadang ada
tingkah laku yang sejalan dengan norma dan ada yang jauh dari norma agama.  Maka
dari itu kita harus mengaitkan semua itu dengan norma-norma yang tepat dalam ajaran
Islam. Jika klien memiliki tingkah laku yang jauh dari norma, maka solusi apa yang
kita berikan padanya, misalnya kita memberikan pengertian tentang akhlak-akhlak
terpuji yang di sukai Allah atau sebaliknya, sehingga dia dapat mengambil kesimpulan
sendiri dan mengerti apa yang harus dia lakukan kedepannya. Hal ini sangat penting
karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu
tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.[6]
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses
perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan
lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai
perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung
secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi),
tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan.
[7]

3. Landasan Pendidikan
Setiap masyarakat tanpa terkecuali senantiasa menyelenggarakan pendidikan
dengan berbagai cara dan sarana untuk menjamin kelangsungan hidup mereka.
Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi
sebagai sarana reproduksi sosial (Budi Santoso, 1992). Pada landasan ini,
pendidikan akan ditinjau sebagai landasan bimbingan dan konseling dari tiga segi:
1 Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya
akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui
pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu
memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan
keberagamaanya.
2 Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-
kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan
Konseling secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah
menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada
belajar.
3 Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan,
juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena
program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas
perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan
pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial,
semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan
pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan dan
konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya.

4. Landasan sosial budaya


Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah
rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti
perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja,
perkembangan komunikasi dan lain-lain.[8]
MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya
tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya
itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan
pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut.[9]
Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan,
kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara menyeluruh
memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan dan pola hidup warganya.
Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh organisasi dan budaya lembaga-lembaga
tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat
pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang
dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang dimasukinya.[10]
Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam
pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan


faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh
konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan
dan konseling. Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling
harus dibangun di atas landasan yang kokoh. Karena landasan bimbingan dan
konseling yang kokoh merupakan tumpuan untuk terciptanya layanan
bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
Landasan adalah dasar dasar yang harus kita ketahui untuk mengetahui
macam-macam kategori masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Dan
bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah landasan yaitu; landasan
filosofis, landasan historis. landasan religius, landasan psikologis, landasan
sosial budaya, landasan ilmiah dan tekhnologi serta landasan pedagogis.
B.  SARAN

Landasan adalah hal yang pokok didalam mencapai suatu tujuan.


Dengan mengetahui landasan-landasan dalam bimbingan dan konseling
diharapkan dapat membantu peserta didik didalam pelaksanaan
pembelajarannya.

Anda mungkin juga menyukai