Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SELF

REGULATED LEARNING PADA SISWA SMA NEGERI 2 WONOGIRI

Naskah Publikasi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta


Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Oleh :

MELINDA SERRA YUSTIKA


F 100110033

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
ii
iii
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SELF
REGULATED LEARNING PADA SISWA SMA NEGERI 2 WONOGIRI

Melinda Serra Yustika


searayushie@yahoo.com
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) hubungan antara
motivasi berprestasi dengan self regulated learning, 2) peran motivasi
berprestasi pada self regulated learning, 3) tingkat self regulated learning
pada siswa, 4) tingkat motivasi berprestasi pada siswa. Subjek penelitian
adalah siswa-siswa SMA Negeri 2 Wonogiri berjumlah 87 siswa. Metode
penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur skala
self regulated learning dan skala motivasi berprestasi. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Product
Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,836 dengan p=0,000; p<0,01, sehingga hipotesis yang
diajukan diterima. Artinya, ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara motivasi berprestasi dengan self regulated learning. Sumbangan
efektif motivasi berprestasi terhadap self regulated learning adalah
sebesar 69,8%, dan sisanya 30,2% dipengaruhi oleh variabel lain. Tingkat
self regulated learning siswa termasuk ke dalam kategori sedang dengan
rerata empirik sebesar 95,46 dan rerata hipotetik skala self regulated
learning sebesar 100. Sedangkan tingkat motivasi berprestasi siswa
termasuk dalam kategori sedang dengan rerata empirik sebesar 73,13 dan
rerata hipotetik skala motivasi berprestasi adalah sebesar 75.

Kata kunci : motivasi berprestasi, self regulated learning,siswa SMA

Pendahuluan (Siregar & Nara, 2011), kurikulum

Sistem pendidikan kita adalah pengalaman dan kegiatan

memiliki istilah yang tidak asing yaitu belajar yang direncanakan untuk

kurikulum. Menurut Soedijarto diatasi oleh siswa dalam rangka

1
mencapai tujuan pendidikan yang Sugandhi, 2011). Diharapkan remaja

telah ditetapkan oleh suatu lembaga. dengan kemampuan tersebut mampu

Pengembangan Kurikulum 2013 yang merencanakan apa yang perlu

berlaku saat ini pembelajaran berpusat dilakukan untuk mencapai tujuannya.

pada siswa, berbeda dengan Kemampuan merencanakan ini adalah

Kurikulum 2006 atau Kurikulum salah satu komponen dalam self

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) regulated learning (SLR). Seperti

yang menjadikan guru sebagai pusat yang diungkapkan oleh Ormond

pembelajaran. Kurikulum 2013 (2008) pembelajar yang mengatur diri

menuntut siswa lebih aktif sebelumnya sudah menentukan cara

mengeksplorasi kemampuan diri yang tepat dalam menggunakan waktu

dalam proses belajar mengajar dan sumber daya yang tersedia untuk

(Murdaningsih, 2013). tugas-tugas belajar.

Siswa sekolah menengah Pentingnya peran self

menurut Monks (2006) termasuk regulated learning di dalam

dalam masa remaja awal yang pencapaian tujuan pendidikan

mempunyai usia berkisar 15 sampai dibuktikan oleh Latipah (2010),

dengan 18 tahun. Remaja telah dapat mengacu pada hasil analisa data studi

berpikir secara hipotetik, yaitu meta‐analisis tentang strategi self

mengintegrasikan apa yang telah regulated learning terhadap prestasi

dipelajari dengan tantangan di masa belajar menunjukkan bahwa hipotesis

mendatang dan membuat rencana yang menyatakan terdapat korelasi

untuk masa mendatang (Yusuf & positif antara strategi self regulated

2
learning dengan prestasi belajar dapat merevisi strategi mereka di dasarkan

diterima. Maka, jika seorang siswa pada kemajuan yang mereka buat, dan

memiliki self regulated learning yang melakukan evaluasi hambatan yang

tinggi, maka kemungkinan siswa mungkin timbul dan membuat

tersebut berprestasi dalam belajarnya penyesuaian yang perlu. Ormond

juga tinggi. (2008) juga menjelaskan bahwa

Kurikulum memiliki tuntutan- pembelajaran yang diatur sendiri (self-

tuntutan yang harus dipenuhi agar regulated learning) mencakup

dapat mencapai tujuan yang komponen-komponen seperti,

diinginkan, maka sudah seharusnya penetapan tujuan, perencanaan,

siswa menggunakan kemampuannya motivasi diri, kontrol atensi,

untuk memenuhi tuntutan-tuntutan penggunaan strategi belajar yang

tersebut. Menurut Winne (Santrock, fleksibel, monitor diri, mencari

2014) pelajar yang melakukan regulasi bantuan yang tepat, dan evaluasi diri.

diri melakukan hal-hal berikut yaitu Karakteristik siswa yang

menetapkan tujuan untuk memperluas memiliki Self regulated learning

pengetahuan mereka dan tersebut menjadi landasan dalam

mempertahankan motivasi mereka, melakukan wawancara yang dilakukan

menyadari karakter emosi mereka dan pada hari Selasa, tanggal 13 Januari

memiliki strategi untuk mengelola 2015 terhadap 10 Siswa SMA Negeri

emosi mereka, secara berkala 2 Wonogiri. Hasil wawancara tersebut

memantau perkembangan mereka adalah masih adanya siswa yang tidak

menuju tujuan, menyempurnakan atau memiliki jadwal belajar rutin, tidak

3
memperhatikan guru di kelas, lebih dengan usaha optimal dan tepat waktu,

memilih bermain daripada rendahnya usaha dan kemauan siswa

menyelesaikan tugas, belum memiliki dalam meminta perbaikan (remedial)

rencana yang pasti tentang masa kepada guru mata pelajaran yang

depannya, menyontek dan melakukan nilainya belum tuntas, siswa tidak

plagiat. memiliki jadwal belajar rutin setiap

Berdasarkan dari fenomena di hari, dan siswa belajar saat akan ujian

atas kita dapat melihat bahwa siswa dengan metode klasik „sistem kebut

SMA Negeri 2 Wonogiri masih semalam‟ (SKS).

kurang memiliki self regulated Self regulated learning adalah

learning. Sejalan dengan penelitian proses individu mengenai pengaturan

yang dilakukan oleh Widiyastuti diri dalam belajar yang dilakukan

(2012) diperoleh data tingkat self secara mandiri dalam menampilkan

regulated learning siswa kelas XI serangkaian tindakan yang ditujukan

SMA Negeri 1 Nagreg tahun pelajaran untuk pencapaian target atau tujuan

2011/2012 sebanyak 2,73% berada belajar dengan mengolah strategi

pada tingkat SRL tinggi, 15,45% dalam penggunaan kognisi, perilaku,

tingkat SRL sedang, 46,36% tingkat dan motivasi (Mulyani, 2013).

SRL rendah dan 35,45% tingkat SRL Pengaturan diri yang efektif menuntut

sangat rendah. Siswa dengan SRL dimilikinya tujuan-tujuan dan motivasi

yang rendah seperti tidak tuntasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut

nilai KKM siswa, rendahnya (Schunk, Pintrich, & Meece, 2012).

keinginan untuk mengerjakan tugas McClelland dan Atkinson

4
(Djiwandono, 2008) mengatakan 0,000 (< 0,01). Hal ini berarti kedua

bahwa motivasi yang paling penting variabel berhubungan satu sama lain

untuk psikologi pendidikan adalah yaitu motivasi berprestasi siswa

motivasi berprestasi, di mana SMPN 1 Tarakan tinggi maka diikuti

seseorang cenderung berjuang untuk pula dengan self-regulated learning

mencapai sukses atau memilih suatu yang tinggi. Sebaliknya bila motivasi

kegiatan yang berorientasi untuk berprestai siswa SMPN 1 Tarakan

tujuan sukses atau gagal. Thoresen rendah maka self-regulated learning

dan Mahoney (Zimmerman, 1989) siswa pun rendah.

dari perspektif sosial-kognitif Motivasi berprestasi ini

menyatakan bahwa keberadaan self- diperlukan siswa untuk mencapai

regulated learning ditentukan oleh standar akademik yang diinginkan.

tiga faktor yakni faktor person yang Adanya motivasi berprestasi yang

salah satunya adalah motivasi diri, tinggi dalam diri siswa merupakan

faktor perilaku, dan faktor lingkungan. syarat agar siswa terdorong oleh

Hasil penelitian yang kemampuannya sendiri untuk

dilakukan oleh Inayah (2013) juga mengatasi berbagai kesulitan belajar

menunjukkan bahwa ada hubungan yang dihadapinya, dan lebih lanjut

yang sangat signifikan antara motivasi siswa akan sanggup untuk belajar

berprestasi dengan self-regulated sendiri. Sehingga yang dimaksud

learning pada siswa SMPN 1 Tarakan dengan motivasi berprestasi adalah

dengan korelasi (r) sebesar 0,636 dan keadaan internal individu yang

nilai probabilitas kesalahan (p) sebesar

5
mendorongnya untuk berprestasi dalam self regulated learning menurut

(Sukisma, 2014). Ormond (2008), yaitu aspek penetapan

Berdasarkan uraian tersebut, tujuan penetapan tujuan (goal setting),

muncul pertanyaan “apakah ada perencanaan (planning), motivasi diri

hubungan antara motivasi berprestasi (self-motivation), kontrol atensi

dengan self regulated learning pada (attention control), penggunaan

siswa SMA Negeri 2 Wonogiri?”. strategi belajar yang fleksibel (flexible

Penelitian ini memiliki tujuan untuk use of learning strategies), monitor

mengetahui apakah ada hubungan diri (self-monitoring), mencari

antara motivasi berprestasi dengan self bantuan yang tepat (appropriate help

regulated learning. Hipotesis dalam seeking), dan evaluasi diri (self-

penelitian ini adalah ada hubungan evaluation). Sedangkan skala motivasi

positif antara motivasi berprestasi berprestasi disusun oleh peneliti

dengan self regulated learning pada berdasarkan aspek-aspek motivasi

siswa SMA Negeri 2 Wonogiri. berprestasi menurut Mc. Clelland

(Pradipta, 2013) yaitu berusaha untuk


Metode Penelitian
sukses, tanggung jawab, evaluatif,
Penelitian ini dilakukan
mempertimbangkan resiko, kreatif dan
dengan pendekatan kuantitatif. Alat
inovatif, dan menyukai tantangan.
pengumpul data yang digunakan
Subjek dalam penelitian ini
adalah skala self regulated learning
adalah siswa-siswa SMA Negeri 2
dan skala motivasi berprestasi. Skala
Wonogiri. Teknik sampling yang
self regulated learning disusun oleh
digunakan adalah accidental
peneliti berdasarkan aspek-aspek
6
sampling, yaitu siswa-siswa yang learning. Kondisi tersebut berarti

dijadikan subjek penelitian berasal semakin tinggi motivasi berprestasi

dari kelas yang memiliki jadwal mata siswa SMA Negeri 2 Wonogiri maka

pelajaran Bimbingan Konseling pada semakin tinggi pula kemampuan self-

hari dilaksanakannya penelitian. Hal regulated learning, sebaliknya

ini didasarkan oleh kebijakan yang semakin rendah motivasi berprestasi

diberikan oleh pihak sekolah. Teknik siswa SMA Negeri 2 Wonogiri maka

analisis data dalam penelitian ini semakin rendah pula self-regulated

menggunakan korelasi product learning.

moment dari Pearson. Cara Hasil tersebut sesuai dengan

Penghitungannya dibantu dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

menggunakan program SPSS 15.00 Inayah (2013) yang juga menunjukkan

for window. bahwa ada hubungan positif yang

sangat signifikan antara motivasi

Hasil Penelitian dan Pembahasan berprestasi dengan self-regulated

Hasil analisis korelasi antara learning pada siswa SMPN 1 Tarakan.

motivasi berprestasi dan self regulated Meskipun subjek penelitian berada di

learning adalah sebesar 0,836 dengan tingkat pendidikan yang berbeda, tapi

p = 0,000. Sehingga dapat hasil analisis korelasinya

disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan hal yang sama.

menunjukkan adanya hubungan positif Hasil penelitian ini juga sesuai

yang signifikan antara motivasi dengan teori yang menyatakan bahwa

berprestasi dan self regulated terdapat 3 faktor yang mempengaruhi

7
self regulated learning, yaitu faktor dan meningkatkan performa (Ormond,

pribadi (person), faktor perilaku 2009). Sementara itu, self regulated

(behaviour) dan faktor lingkungan learning didefinisikan sebagai

(environtment). Motivasi berprestasi pandangan tentang pembelajaran

merupakan hasrat untuk melakukan sebagai keterampilan dan akan

sesuatu dengan lebih baik atau lebih digunakan untuk menganalisis tugas-

efisien dari pada yang telah dilakukan tugas belajar, menetapkan tujuan, dan

sebelumnya. Motivasi berprestasi merencanakan tata cara melaksanakan

berada di dalam diri manusia dan tugas itu, menerapkan keterampilan,

termasuk dalam faktor pribadi dan khususnya membuat keputusan

(person) (Thoresen & Mahoney, tentang bagaimana pembelajaran akan

dalam Zimmerman, 1989; Ormond, dilaksanakan (Woolfolk, 2009). Jadi,

2009). Motivasi juga memiliki dengan adanya motivasi berprestasi,

beberapa pengaruh terhadap siswa akan mampu menerapkan self

pembelajaran dan perilaku siswa, yaitu regulated learning dengan baik karena

siswa mampu mengarahkan perilaku motivasi berprestasi menggerakkan

ke tujuan tertentu, meningkatkan siswa untuk menetapkan tujuan berupa

usaha dan energi, meningkatkan kebutuhan akan prestasi dalam belajar,

prakarsa (inisiasi) dan kegigihan memiliki inisiatif dalam

terhadap berbagai aktivitas belajar, merencanakan tata cara belajar dan

mempengaruhi efektivitas proses bertindak mengarah pada prestasi.

belajar siswa, memunculkan rasa McClelland dan Atkinson

bangga jika nilai yang didapat tinggi (Djiwandono, 2008) mengatakan

8
bahwa motivasi yang paling penting syarat agar siswa terdorong oleh

untuk psikologi pendidikan adalah kemampuannya sendiri untuk

motivasi berprestasi. Ketika seseorang mengatasi berbagai kesulitan belajar

menganggap prestasi sebagai sebuah yang dihadapinya, dan lebih lanjut

kebutuhan, maka ia telah memiliki siswa akan sanggup untuk belajar

motivasi untuk berprestasi. Seseorang sendiri (Setiawan, 2009 dalam

cenderung berjuang untuk mencapai Sukisma, 2014). Peneliti melihat

sukses atau memilih suatu kegiatan bahwa siswa harus menerapkan self-

yang berorientasi untuk tujuan sukses regulated learning untuk menghadapi

atau gagal. Motivasi berprestasi ini tuntutan tersebut, namun sebelum itu

diperlukan siswa untuk mencapai siswa harus memiliki motivasi

standar akademik yang diinginkan. berprestasi di dalam dirinya.

Khususnya untuk memenuhi standar Titik temu antara motivasi

SMAN 2 Wonogiri yang merupakan berprestasi dengan self regulated

sekolah favorit di Wonogiri dan salah learning adalah pada usaha-usaha

satu sekolah yang telah menerapkan yang ditunjukkan oleh siswa yang

Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki motivasi untuk meraih

menuntut siswa lebih aktif prestasi yang diinginkan. Menerapkan

mengeksplorasi kemampuan diri self regulated learning telah terbukti

dalam proses belajar mengajar mampu mempengaruhi pencapaian

(Murdaningsih, 2013). Maka, dengan prestasi. Jika siswa memiliki

adanya motivasi berprestasi yang kebutuhan untuk meraih prestasi maka

tinggi dalam diri siswa merupakan siswa harus menjadikan keinginan

9
tersebut sebagai motivasi agar mampu hipotetik (RH) sebesar 100, yang

menerapkan self regulated learning menunjukkan bahwa siswa berada

dengan baik. Motivasi untuk meraih pada kategori sedang. Berdasarkan

prestasi akan memacu siswa untuk kategorisasi total skor skala self

lebih aktif dalam pembelajaran di regulated learning diketahui bahwa

sekolah, memiliki perencanaan yang terdapat 18,4 (16 subjek) yang

baik untuk kegiatan belajarnya, dan tergolong rendah, 75,9% (66 subjek)

memiliki kemandirian dalam usaha berada pada kategori sedang, dan

meningkatkan hasil belajar. 5,7% (5 subjek) berada pada kategori

Motivasi berprestasi terhadap tinggi. Tidak ada subjek yang berada

self regulated learning pada penelitian di kategori sangat rendah dan sangat

ini memiliki sumbangan efektif tinggi. Letak rerata empirik dan

sebesar 69,8% yang artinya self jumlah prosentase tertinggi

regulated learning dipengaruhi oleh menunjukkan bahwa sebagian besar

motivasi berprestasi sebesar 69,8%. subjek berada pada kategori tinggi.

Sehingga masih ada 30,2% lainnya Sehingga hal tersebut dapat diartikan

yang dipengaruhi oleh faktor-faktor bahwa subjek telah cukup memenuhi

self regulated learning di luar faktor aspek-aspek self regulated learning

motivasi berprestasi. seperti yang dikemukakan oleh

Data yang diperoleh dalam Ormond (2008) yakni penetapan

penelitian menemukan self regulated tujuan, perencanaan, motivasi diri,

learning subjek memliki rerata kontrol atensi, penggunaan strategi

empirik (RE) sebesar 95,46 dan rerata belajar yang fleksibel, monitor diri,

10
mencari bantuan yang tepat dan kategori sedang, dan 9,2% (8 subjek)

melakukan evaluasi diri. Hal ini berada pada kategori tinggi. Tidak ada

berarti subjek belum optimal dalam subjek yang berada pada kategori

menetapkan tujuan, belum memiliki sangat rendah dan sangat tinggi.

rencana pasti dalam belajar dan Kemudian, melihat letak rerata

mengarahkan perilakunya sesuai empirik yang tergolong tinggi dan

dengan rencana yang telah dibuat, prosentase jumlah terbanyak, maka

belum maksimal memanfaatkan subjek dapat dikategorikan memiliki

sumber daya yang menunjang proses motivasi berprestasi yang tinggi. Hal

belajar, dan belum melakukan tersebut berarti bahwa subjek telah

pemantauan atau evaluasi hasil belajar cukup memenuhi aspek-aspek

secara berkala. motivasi berprestasi menurut Mc.

Sedangkan, motivasi Clelland (dalam Pradipta, 2013)

berprestasi memiliki rerata empirik meskipun belum optimal. Aspek-

(RE) sebesar 73,13 dan rerata aspek motivasi berprestasi tersebut

hipotetik sebesar 75 yang yakni berusaha untuk sukses,

menunjukkan bahwa motivasi bertanggung jawab, evaluatif,

berprestasi pada subjek tergolong mempertimbangkan resiko, kreatif dan

sedang. Berdasarkan kategorisasi total inovatif, serta menyukai tantangan.

skor skala motivasi berprestasi Hal ini ditenggarai karena SMA

diketahui bahwa terdapat 19,5% (17 Negeri 2 Wonogiri tidak memiliki

subjek) berada pada kategori rendah, aturan untuk meranking nilai siswa-

71,3% (66 subjek) berada pada siswanya saat pembagian rapor. Di

11
dalam rapor hanya tercantum nilai 1. Ada hubungan positif yang sangat

keseluruhan mata pelajaran, namun signifikan antara motivasi

tidak ada peringkat kelas. Sehingga, berprestasi dan dengan self

semangat kompetisi dan motivasi regulated learning, yang

untuk memperoleh prestasi kurang ditunjukkan dengan nilai koefisien

terbangun. korelasi r=0,836 dan p=0,000 (p <

Peneliti menyadari ada 0,01), sehingga semakin tinggi

kelemahan dalam penelitian ini yaitu motivasi berprestasi maka semakin

terletak pada metode penelitian tinggi self regulated learning

terutama dalam hal pengambilan siswa SMA Negeri 2 Wonogiri

sampel yang menggunakan teknik dan semakin rendah motivasi

accidental sampling. Teknik ini berprestasi akan semakin rendah

menyebabkan anggota populasi tidak pula self regulated learning siswa.

memperoleh kesempatan yang sama 2. Rerata empirik self regulated

untuk menjadi sampel penelitian learning sebesar 95,46 dan rerata

sehingga keterwakilan populasi oleh hipotetik sebesar 100. Hasil

sampel menjadi lebih rendah daripada kategorisasi menunjukkan bahwa

penarikan sampel dengan teknik tingkat self regulated learning

random. siswa SMA Negeri 2 Wonogiri

berada pada kategori sedang.


Kesimpulan
3. Rerata empirik motivasi
Berdasarkan hasil analisis
berprestasi didapatkan sebesar
data dan pembahasan dari penelitian
73,13 dan rerata hipotetik sebesar
ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

12
75. Hasil kategorisasi dalam kategori sedang, maka yang

menunjukkan bahwa tingkat perlu siswa tersebut lakukan

motivasi berprestasi siswa SMA adalah menambah dan

Negeri 2 Wonogiri termasuk mengoptimalkan motivasi

kategori sedang. berprestasi yang dimiliki saat ini

4. Motivasi berprestasi memberikan dengan cara : mengenali minat dan

kontribusi sebesar 69,8% terhadap bakat yang dimiliki, membentuk

self regulated learning, sedangkan kelompok belajar, mengikuti

30,2% lainnya dipengaruhi oleh perlombaan

variabel lain. 2. Pihak sekolah

Pihak sekolah diharapkan untuk

Saran terus memotivasi siswa agar

Hasil penelitian ini diharapkan berusaha untuk meraih prestasi.

mampu memberikan kontribusi Salah satunya adalah dengan

terutama bagi : mengadakan sarasehan, atau temu

1. Siswa alumni SMA yang telah sukses,

Sesuai hasil penelitian, untuk mendukung siswa untuk ikut

meningkatkan self-regulated berbagai macam perlombaan,

learning dapat ditempuh dengan bukan hanya lomba akademik

cara meningkatkan motivasi namun juga lomba non-akademik,

berprestasi. Namun, karena siswa dan sekolah dapat membuat aturan

SMA Negeri 2 Wonogiri telah untuk mencantumkan peringkat

memiliki motivasi berprestasi kelas di rapor atau dengan

13
mengumumkan peraih nilai Daftar Pustaka

tertinggi di mading sekolah Djiwandono, Sri Esti. (2008).


Psikologi Pendidikan. Jakarta :
3. Peneliti selanjutnya PT Gramedia
Inayah, Eka Rahil Nur. (2013).
a. Peneliti selanjutnya yang
Motivasi Berprestasi dan Self
Regulated Learning. Jurnal
tertarik dengan topik self
Online Psikologi Vol. 01 No. 02,
hlm. 642 – 656.
regulated learning disarankan
Latipah, Eva. (2010). Strategi Self
untuk meneliti hubungan self Regulated Learning dan Prestasi
Belajar : Kajian Meta Analisis.
regulated learning dengan Jurnal Psikologi, Volume 37,
No.1 : 110 – 129.
prediktor lain misalnya faktor
Monks, F. J, dan Knoers, A. M. P.
pribadi lainnya seperti efikasi (2006). Psikologi
Perkembangan : Pengantar
diri, afeksi, penetapan tujuan; dalam Berbagainya.
Diterjemahkan oleh Hadinto, S.
faktor perilaku seperti R. Yogyakarta : UGM Press.

observasi diri, penilaian diri, Mulyani, Mustika Dwi. (2013).


Hubungan antara Manajemen
dan reaksi diri, atau faktor Waktu dengan Self Regulated
Learning pada Mahasiswa.
lingkungan misalnya faktor Educational Psychologu Journal
2 (1), hlm. 43 – 48.
guru, teman sebaya atau peran Munandar, A. S. (2011). Psikologi
Industri dan Organisasi. Jakarta:
orang tua. Penerbit Universitas Indonesia.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan Murdaningsih, Dwi. (2014).
Menghadapi Tantangan
menyempurnakan kelemahan Kurikulum 2013. (online).
(http://www.republika.co.id/beri
peneliti yaitu dengan cara ta/koran/pendidikan-
koran/14/08/22/naoz886-
melakukan teknik pengambilan menghadapi-tantangan-
kurikulum-2013, diakses tanggal
sampel secara random. 17 April 2015).

14
Ormord, J. E. (2009). Psikologi Skripsi. Bengkulu : Universitas
Pendidikan. Edisi Keenam. Alih Bengkulu.
bahasa oleh Prof. Dr. Amitya
Kumara. Jakarta: Penerbit Woolfolk, A. (2009). Educational
Erlangga. Psychology Active Learning
Edition. Edisi Kesepuluh.
Pradipta, Alief Arya. (2013). Bagian Pertama. Alih bahasa
Hubungan antara Kepercayaan oleh Drs. Helly Prajitno
Diri dengan Motivasi Soejipto, M.A dan Dra. Sri
Berprestasi Anggota Unit Bola Mulyantini Soejipto.
Basket UMS. Skripsi (tidak Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
diterbitkan). Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Yusuf, Syamsu & Sugandhi, Nani M.
Surakarta (2011). Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta : Raja Grafindo.
Santrock, J. W. (2014). Psikologi
Pendidikan. Edisi 5. Buku 1. Zimmerman, B. J. (1989). A Social
Alih bahasa oleh Harya Cognitive View of Self-
Bhimasena. Jakarta: Salemba Regulated Academic Learning.
Humanika. Journal of Educational
Psychology, Vol. 81, No. 3 ,
Sardareh, S. A., Saad, M. R., & 329-339.
Boroomand, R. (2012). Self-
regulated learning strategies
(SRLS) and academic
achievement in pre-university
EFL learners. California
Linguistic Notes, Volume
XXXVII No. 1 Winter , 1-35.
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., &
Meece, J. L. (2012). Motivasi
dalam Pendidikan : Teori,
Penelitian dan Aplikasi, Edisi
Ketiga. Diterjemahkan oleh
Ellys Tjo. Jakarta: Penerbit
Indeks.
Siregar, E., & Nara, H. (2011). Teori
Belajar dan Pembelajaran.
Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Sukisma, Palti Ovu. (2014). Pengaruh
Layanan Bimbingan Kelompok
terhadap Motivasi Berprestasi
pada Siswa Kelas VII C dan VII
G SMPN 6 Kota Bengkulu.
15

Anda mungkin juga menyukai