Anda di halaman 1dari 21

TEKNIK

KEDOKTERAN
NUKLIR
TEKNIK SIDIK TULANG
Oleh : Yeti kartikasari
Radiofarmaka
• Radiofarmaka adalah senyawa aktif yang diberikan ke
pasien peroral maupun parental untuk tujuan diagnostik
maupun terapi, merupakan sumber terbuka dan ikut
metabolisme dalam tubuh.
Kriteria yang ideal dimiliki oleh suatu radionuklida untuk
keperluan diagnostik adalah :
• Waktu paruh : pendek tetapi tidak lebih pendek dari
waktu pemeriksaan
• Radiasi : memancarkan gamma
• Energi : 50 – 400 keV
• Sifat kimia : tidak toxis dan tidak merubah sifat
biologis dari farmaka yang dilabel
• Ekonomis : murah dan dapat diproduksi dalam
jumlah banyak
Zat Pembawa
Zat pembawa adalah unsur / zat yang dapat mengikat
radionuklida dan membawa ke organ yang akan diperiksa dan
dimetabolisir oleh organ tersebut.
Sebagaimana radionuklida zat pembawa ini juga harus
mempunyai kriteria sebagai unsur dari radiofarmaka, yaitu :
• Mudah dilabel dengan radionuklida serta mudah preparasinya
tanpa merubah sifat biologisnya terutama biodistribusi dalam
tubuh.
• Harus terakumulasi atau teralokasi sebagian besar di organ
yang akan diperiksa.
• Harus bisa dieliminasi dari tubuh dengan waktu paruh yang
sesuai dengan lamanya pemeriksaan.
Zat pembawa yang umum digunakan pada pemeriksaan Kedokteran Nuklir adalah
sebagai berikut :

ORGAN YANG
NO ZAT PEMBAWA RADIONUKLIDA
DIPERIKSA
1. MDP Tc-99m Tulang

2. DTPA Tc-99m Ginjal (glomurolus)

3. DMSA Tc-99m Ginjal (parenkin)

4. MAA Tc-99m Paru

5. MIBI Tc-99m Jantung

6. HMPAO Tc-99m Otak

7. Hipuran I-131 Ginjal (tubular)

8. N I-131 Tiroid
Konfigurasi Alat
1. Gamma Kamera
• Gamma kamera pada hakekatnya merupakan kamera
skintilasi (scintillation cameras)
• Kamera gamma akan merubah photon gamma yang
berhasil diterima oleh detektor menjadi pulsa cahaya
dan selanjutnya dirubah menjadi pulsa elektronik
(voltage signal).
• Signal tersebut yang akhirnya akan membentuk citra
(image) sesuai dengan ditribusi radionuklida yang
dimasukkan kedalam tubuh.
Setiap unit kamera gamma memiliki komponen dasar
yang terdiri dari :
• Kolimator
• Detektor/ Kristal skintilasi
• Photo Multiplier Tube (PMT)
• Cathode Ray Tube (CRT)
• Pulse Height Analyzer (PHA)
• Konsole/Panel Kontrol
Anatomi
1. Organisasi sistem rangka. Rangka manusia
dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar
206 tulang) yang membentuk suatu kerangka
tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama
tersusun dari tulang, rangka disebagian tempat
dilengkapi dengan kartilago. Untuk kepentingan
ilmu pengetahuan, rangka kemudian
digolongkan menjadi rangka aksial, rangka
apendikular, dan persendian antar tulang.
2. Fungsi sistem rangka
o Tulang memberikan topangan dan bentuk
pada tubuh
o Pergerakan
o Perlindungan
o Pembentuk sel darah (hematopoiesis)
o Tempat penyimpanan mineral
3. Komposisi jaringan tulang
a) Tulang terdiri dari sel – sel dan matriks ekstraseluler.
Sel – sel tersebut adalah osteosit, osteoblas, dan
osteoklas
b) Matriks tulang tersusun dari serat – serat kolagen organik
yang tertanam pada substansi dasar dan garam garam
anorganik tulang seperti fosfor dan kalsium
c) Kedua jenis jaringan tulang, tulang cancellus (berongga) dan
tulang kompak. Kedua jenis tulang ini memiliki komposisi
yang sama, tetapi porositasnya berbeda.
Teknik Scanning Tulang
1. Teknik Scanning Tulang dengan Tc-99m MDP
➢ Indikasi
• Untuk mendiagnosa metastase pada tulang.
• Untuk mendiagnosa tumor tulang primer.
• Untuk mendiagnosa Osteomielitis.
• Untuk mendiagnosa Nekrosis aseptic.
• Untuk mendeteksi trauma pada tulang.
• Untuk mendeteksi Kelainan sendi.
• Untuk mendeteksi Penyakit metabolic pada tulang.
➢ Persiapan Alat dan Bahan
• Peralatan kamera gamma : kolimator Low Energy
High Resolution (LEHR).
• Radiofarmaka : Tc-99m – MDP 15-20
mCi diberikan secara intravena.
➢ Persiapan pasien
• Pasien tidak dalam pengaruh media kontras iodine
• Pasien membawa hasil imejing kedokteran nuklir
sebelumnya bisa sudah pernah dilakukan
pemeriksaan yang sama.
• Pasien dianjurkan BAK (buang air kecil) terlebih
dahulu sebelum masuk ruang pemeriksaan.
➢ Pengaturan Posisi Pasien
• Pasien diposisikan tidur telentang pada meja
pemeriksaan, kedua kaki dekat dengan kamera
gamma ( feet first supine ).

➢ Pengaturan Posisi Objek


• Kedua krista illiaka diposisikan pada pertengahan
kamera gamma, atau batas atas sekitar 5 cm
superior processus Xypodeus dan batas bawah
pada setinggi simpisis pubis, lengan yang tidak
diinjeksi lurus di samping tubuh, sedang lengan
yang diinjeksi luruh / menjauhi tubuh
➢ Teknik Pemeriksaan
1) Prosedur Tindakan: Pencitraan Dengan Metoda Tiga
Fase
a) Fase pertama (vaskuler)
• Penderita tidur terlentang dengan detektor
ditempatkan sedemikian rupa sehingga tubuh
yang akan diperiksa berada di atas lapang
pandang detektor.
• Pemeriksaan vase pertama merupakan
pemeriksaan dinamik dalam frame berukuran
matrix 128 x 128 dengan waktu pencacahan 2
detik/frame selama 2 menit.
• Posisi pencitraan: anterior dan atau posterior.
• Pencitraan dimulai bersamaan dengan saat
penyuntikan radiofarmaka secara bolus.
b) Fase kedua (blood pool)
• Pemeriksaan fase kedua dilaksanakan segera setelah fase
pertama selesai berupa pencitraan statik dalam frame
berukuran matrix 256 x 256 sebanyak 300 Kcounts.
• Posisi pencitraan: anterior dan atau posterior.
c) Fase ketiga (delayed/bone)
• Fase ketiga merupakan pemeriksaan statik yang dilakukan 3 jam
pasca penyuntikan radiofarmaka.
• Sebelum memasuki ruang pemeriksaan penderita dianjurkan
untuk buang air kecil dengan hati-hati untuk menghindari
kontaminasi. Pada fase ketiga ini dilakukan pemeriksaan seluruh
tubuh (whole body scan) dari posisi anterior dan posterior
dilanjutkan dengan pemeriksaan SPECT-CT pada bagian-bagian
yang mencurigakan. Pemeriksaan dalam frame berukuran matrix
256 x 256 sebanyak 700 Kcounts.
• Posisi pencitraan: anterior dan posterior. Apabila diperlukan
pemeriksaan dapat dari posisi miring (oblique) untuk
memperjelas lokasi kelainan.
2) Scanning dilakukan pada 3 jam pasca injeksi
radiofarmaka Tc-99m MDP.
a) Entry data pasien : Data identitas pasien diketik pada
computer yang meliputi nama pasien, nomor catatan medic,
umur, tanggal lahir.
b) Pemilihan Protokol Pemeriksaan Bone Scan, terdapat 4 pilihan
menu akuisisi yaitu Dinamik, Blood Pool, Whole Body, Spot
Chest AP/PA, Spot Chest Oblik, dan Spot Pelvis AP/PA.
c) Pengaturan parameter : Kolimator Low Energy High Resolution
(LEHR), sacanning dilakukan 4 tahap, pertama seluruh tubuh
wholebody AP/PA, kedua proyeksi Spot Chest AP/PA, ketiga
proyeksi Spot Chest Oblik. lebih kurang 35 derajat ke kanan
atau ke kiri, ke empat proyeksi Pot Pelvis AP/PA
d) Proses Transfer data ke Work
e) Proses rekontruksi gambar
f) Proses mencetak Gambar
➢ Evaluasi Hasil :
o Daerah tulang yang menyerap sedikit perunut atau
bahkan tidak menyerap sama sekali disebut “Cold
Spot”, yang menggambarkan bahwa suplai darah ke
tulang tersebut kurang (infarksi tulang) atau
memperlihatkan adanya kanker.
o Daerah yang menyerap perunut banyak atau terlihat
terang disebut “Hot Spot”, yang menggambarkan
terjadinya tumor, fraktur, atau infeksi.
Hasil Pemeriksaan Teknik Scanning
Tulang
• Seorang wanita berusia 81 tahun dengan riwayat kanker
payudara metastasis. Pandangan sagital dari pandangan (A)
(B) CT Scan dan (C) proyeksi intensitas maksimum anterior
menunjukkan metastasis sklerotik difus ke seluruh tulang
belakang, sternum dengan pengambilan tracer yang
abnormal. Gambar juga menunjukkan penyerapan abnormal
pada tulang rusuk dan panggul
Wanita 48 tahun dengan riwayat diskrasia sel plasma. (A, B)
menunjukkan area multifokal serapan pelacak yang
meningkat abnormal di tulang belakang, tulang rusuk
bilateral, dan mandibula. (C – H) gambar CT menunjukkan
lesi yang melibatkan tulang rusuk bilateral.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai