Pertemuan 6 Radioterapi Kanker Nasofaring & Radioterapi Kanker Kelenjar Getah Bening (Limfoma)
Pertemuan 6 Radioterapi Kanker Nasofaring & Radioterapi Kanker Kelenjar Getah Bening (Limfoma)
Radiasi konvensional 2D
• Radiasi dapat diberikan dengan lapangan radiasi plan parallel
laterolateral dan supraklavikula.
• Batas-batas lapangan penyinaran meliputi daerah tumor primer dan
sekitarnya/ potensi penjalaran per kontinuitatum, serta kelenjar
getah bening regional (kelenjar leher sepanjang jugular serta
sternokleidomastoideus dan supraklavikula).
• Dosis radiasi total 66-70 Gy, 2 Gy/fraksi, dengan blok medulla
spinalis setelah 40 Gy. Untuk kelenjar getah bening leher positif
dilanjutkan dengan booster elektron hingga mencapai total dosis
target.
Radiasi Konformal 3 Dimensi
dan IMRT
Target radiasi
• Pendefinisian target radiasi 3 dimensi harus berdasarkan terminologi
International Commission on Radiation Units and Measurements - 50
(ICRU-50); yaitu Gross Tumor Volume (GTV), Clinical Target Volume
(CTV) dan Planning Target Volume (PTV).
• Proses simulator dengan CT-Scan, pasien diposisikan dalam posisi
supine, dengan fiksasi masker termoplastik untuk imobilisasi kepala
dan leher, termasuk bahu. Pemberian kontras intravena sangat
membantu dalam mendelineasi GTV, terutama pada kelenjar getah
bening. Fusi dengan modalitas pencitraan lain seperti MRI dapat
dilakukan, lebih baik dengan yang ketebalan slice-nya minimal 3 mm.
• Basis kranii (clivus dan nervus intrakranial) sangat baik bila dilihat
dengan MRI. Marrow infiltration paling baik dilihat pada sekuens MRI
T1- non kontras.
• Target volume mencakup GTV dan CTV. Pada teknik IMRT, CTV dapat dibedakan
menjadi 2 atau lebih, terkait gross disease, high risk, atau low risk.
• CTV 70 yang mencakup gross disease dan CTV 59,4 yang mencakup high risk region),
serta PTV sebagai berikut :
1. Volume Target pada daerah Gross Disease
a. GTV70 (70 Gy):
GTV: Seluruh gross disease berdasarkan CT, MRI, informasi klinis, dan temuan
endoskopik. Kelenjar getah bening positif tumor didefinisikan sebagai KGB
berukuran > 1 cm atau KGB dengan sentral nekrosis. Untuk membedakan, GTV
pada lokasi primer dinamai GTV P dan GTV pada KGB disebut GTV N.
b. CTV70 (70 Gy):
biasanya sama dengan GTV70 (tidak perlu menambahkan margin). Jika margin
dibutuhkan akibat ketidakpastian gross disease, dapat ditambahkan 5 mm
sehingga GTV70 + 5 mm = CTV70. Pada daerah sekitar batang otak dan medulla
spinalis, batas 1 mm dianggap cukup, disebabkan perlu untuk melindungi
struktur jaringan normal kritis. Jika tumor melibatkan satu sisi, yang mana
pasien dapat terancam mengalami kebutaan sebagai akibat dari terapi, maka
perlu dilakukan informed consent dan lakukan pembatasan dosis pada kiasma
optikum, untuk melindungi struktur optik kontralateral. Gross disease pada KGB
retrofaring harus mendapatkan dosis 70 Gy.
c. PTV70 (70 Gy): CTV70 + 3-5 mm, bergantung kepada tingkat kenyamanan
pengaturan posisi pasien sehari-hari. Untuk daerah sekitar batang otak dan
medulla spinalis, batas 1 mm masih diperbolehkan.
2. Volume target pada daerah subklinis risiko tinggi (High Risk).
b. PTV 59,4 (59,4 Gy): CTV 59,4 + 3-5 mm, bergantung kepada tingkat
kenyamanan pengaturan posisi pasien sehari-hari, namun bisa sekecil 1
mm pada daerah dekat jaringan kritis normal.
3. Volume target pada daerah subklinis risiko rendah (Low Risk).
a. PTV 54 (54 Gy): pada kasus N0 atau leher bawah (Level IV dan
VB). Daerah leher anterior bawah dapat juga menggunakan
teknik konvensional (AP atau AP=PA). Daerah ini berisiko
rendah sehingga dosis dapat diturunkan menjadi 50 Gy.
Dosis radioterapi
Dosis radioterapi kuratif definitif tanpa kemoterapi adalah (NCCN, kategori
2A):
• PTV risiko tinggi (tumor primer dan KGB positif, termasuk kemungkinan
infiltrasi subklinis pada tumor primer dan KGB risiko tinggi) : 66 Gy (2,2
Gy/fraksi) sampai 70 Gy (1,8-2 Gy/fraksi)
• PTV risiko rendah hingga menengah (lokasi yang dicurigai terjadi
penyebaran subklinis) : 44-50 Gy ( 2 Gy/fraksi) sampai 54-63 Gy (1.6-1,8
Gy/fraksi)
2. Diagnosis awal harus ditegakkan berdasarkan histopatologi dan tidak cukup hanya
dengan sitologi. Pada kondisi tertentu dimana KGB sulit dibiopsi, maka kombinasi core
biopsy FNAB bersama-sama dengan teknik lain (IHK, Flowcytometri `dan lain-lain)
mungkin dapat mencukupi untuk diagnosis
Radiologi
Untuk pemeriksaan rutin/standard dilakukan pemeriksaan CT Scan
thorak/abdomen. Bila fasilitas tersedia, dapat dilakukan PET CT Scan.
Konsultasi THT
Bila Cincin Waldeyer terkena dilakukan laringoskopi.
KLASIFIKASI STADIUM DAN HISTOLOGIK
KLASIFIKASI STADIUM
Penetapan stadium penyakit harus dilakukan sebelum pengobatan dan setiap
lokasi jangkitan harus didata dengan cermat baik jumlah dan ukurannya serta
digambar secara skematis. Hal ini penting dalam menilai hasil pengobatan.
Disepakati menggunakan sistem staging menurut Ann-Arborr.
KLASIFIKASI HISTOLOGIK
Penggolongan histologik Limfoma Non Hodgkin merupakan masalah yang
rumit. Perkembangan terkhir klasifikasi yang banyak digunakan dan diterima
oleh pusat-pusat kesehatan adalah berdasarkan /WHO terbaru (2008).
B CELL NEOPLASM
I. Precursor B-cell neoplasm : Precursor B- Lanjutan……
Acute Lymphoblastic Leukemia/lymphoblastic G. Splenic marginal zone lymphoma
lymphoma H. Plasmacytoma/ plasma cell myeloma
I. Diffuse large B-cell lymphoma, NOS
II. Peripheral B-cell neoplasms J. Diffuse large B cell lymphoma variants.
A. B-cell chronic lymphocytic leukemia/small K. Burkitt’s lymphoma
lymphocytic lymphoma L. B cell lymphoma inclassifiable with
B. Lymphoplasmacytic lymphoma features intermediate between DLBCL and
C. Mantle cell lymphoma Burkitt lymphoma
D. Follicular lymphoma M. B cell lymphoma inclassifiable with
E. Extranodal marginal zone B-cell features intermediate between DLBCL and
lymphoma or MALT type classical Hodgkin lymphoma
F. Nodal marginal zone B-cell lymphoma
TATALAKSANA
Pilihan terapi bergantung pada beberapa hal, antara lain:
tipe limfoma (jenis histologi), stadium, sifat tumor
(indolen/progresif), usia, dan keadaan umum pasien.
I. LNH INDOLEN (FOLIKULAR) B. LNH INDOLEN STADIUM II, III, IV Standar pilihan terapi
1. Tanpa terapi
A. LNH INDOLEN STADIUM I DAN II Radioterapi
2. Rituximab dapat diberikan sebagai kombinasi terapi lini
memperpanjang disease free survival pada
pertama yaitu R-CVP. Pada kondisi dimana Rituximab tidak
beberapa pasien. Standar pilihan terapi :
dapat diberikan maka kemoterapi kombinasi merupakan
1. Iradiasi pilihan pertama misalnya : COPP, CHOP dan FND.
3. Purine nucleoside analogs (Fludarabin) pada LNH primer
2. Kemoterapi + radiasi 4. Alkylating agent oral (dengan/tanpa steroid), bila
kemoterapi kombinasi tidak dapat diberikan/ditoleransi (
3. Extended (regional) iradiasi
(cyclofosfamid, chlorambucil)
4. Kemoterapi (terutama pada stadium ≥2 5. Rituximab maintenance dapat dipertimbangkan
menurut kriteria GELF) 6. Kemoterapi intensif ± Total Body irradiation (TBI) diikuti
dengan stem cell resque dapat dipertimbangkan pada kasus
5. Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi tertentu
7. Raditerapi paliatif, diberikan pada tumor yang besar (bulky)
untuk mengurangi nyeri/obstruksi.
C. LNH INDOLEN RELAPS
Standar pilihan terapi
1. Radiasi paliatif
2. Kemoterapi
3. Transplantasi sumsum tulang
II. LNH AGRESIF (DIFFUSE LARGE B CELL LYMPHOMA)
A. LNH STTADIUM I DAN II
Pada kondisi tumor non bulky (diameter tumor< 10 cm) dengan kriteria: pasien muda
risiko rendah atau rendahmenengah (aaIPI score ≤1) dan risiko tinggi atau
menengahtinggi (aaIPI ≥2), bila fasilitas memungkinkan, kemoterapi kombinasi R-
CHOP 6-8 siklus merupakan protokol standar saat ini serta dapat dipertimbangkan
pemberian radioterapi (untuk konsolidasi).
B. LNH STADIUM I-II (BULKY), III DAN IV • C. LNH REFRAKTER/RELAPS
Bila memungkinkan, pemberian kemoterpi • Pasien LNH refrakter yang gagal mencapai
RCHOP 6-8 siklus ± radioterapi konsolidasi, remisi, dapat diberikan terapi salvage
dipertimbangkan pada stadium I dan II dengan radioterapi jika area yang terkena
tidak ekstensif. Terapi pilihan bila
Uji klinik pada stadium II dan IV memungkinakan adalah kemoterapi salvage
diikuti dengan transplantasi sumsum tulang
• Kemoterapi salvage seperti R-DHAP
maupun R-ICE
• High dose chemotherapy plus radioterapi
diikuti dengan transplantasi sumsum tulang
PENTING
LNM bersifat sistemik sehingga kemoterapi menjadi pilihan utama,
kemoterapi lini pertama,
kemoterapi lini kedua,
dapat dikombinasikan dengan radioterapi
PRINSIP RADIOTERAPI
Volume:
Involve-site radiation therapy (ISRT) untuk nodal disease
•Penggunaan ISRT direkomendasikan sebagai lapangan yang sesuai pada LNH. Perencanaan
terapi ISRT membutuhkan CT simulator dan kemampuan penggunaan teknik radiasi modern.
Penggunaan imaging lainnya seperti PET CT Scan dan MRI akan membantu penentuan volume
target.
•ISRT mencakup volume KGB yang terlibat pada awal penyakit. Volume target mencakup
volume awal sebelum kemoterapi atau pembedahan. Namun demikian, volume ISRT tidak
mengikutsertakan organ yang tidak terlibat yang terletak berdekatan (misal, paru, tulang,
otot, atau ginjal) ketika limfadenopati mengecil pasca kemoterapi
•Gross tumor volume (GTV) pre-kemoterapi atau pre-biopsi adalah yang menentukan clinical
target volume (CTV). Adanya pertimbangan penyebaran penyakit subklinis ataupun
ketidakpastian mengenai akurasi dan lokalisasi penyakit berdasar imaging awal dapat
mempengaruhi ekspansi CTV dan sepenuhnya berdasar dari pertimbangan klinis yang
ditentukan secara individual
•Untuk LNH indolent yang diterapi dengan radiasi saja, penentuan lapangan
yang lebih besar perlu dipertimbangkan.
•Kemungkinan pergerakan yang diakibatkan oleh pernapasan, seperti yang
dapat terlihat pada 4D-CT atau fluoroskopi (internal target volume- ITV), juga
dipertimbangkan untuk ekspansi CTV
•Planning treatment volume (PTV) merupakan tambahan ekspansi dari CTV
yang dipengaruhi hanya oleh variasi set-up (sesuai ICRU)
•Keberadaan organ at risk (OAR) harus diperhitungkan pada keputusan
perencanaan terapi (treatment planning)
•Teknik radiasi dapat menggunakan teknik konvensional, 3D conformal
radiotherapy, IMRT dengan mempertimbangkan keberadaan OAR terkait
sebaran dan pengurangan dosis pada OAR
Involve-site radiation therapy (ISRT) untuk extranodal disease
•Prinsip yang sama dengan nodal disease
•Untuk kebanyakan organ dan terutama untuk kasus indolent, CTV mencakup
seluruh organ (contoh: lambung, kelenjar saliva, tiroid).
Pada organ lainnya, termasuk orbita, payudara, paru, tulang, kulit, dan pada
beberapa kasus dimana RT diberikan sebagai konsolidasi pasca kemoterapi,
pemberian RT pada parsial organ lebih sesuai.
•Untuk kebanyakan subtipe LNH, pemberian RT pada KGB yang tidak terlibat,
tidak diperlukan.
Panduan pemberian dosis terapi secara umum:
•Konsolidasi pasca kemoterapi CR (complete response) : 30-36 Gy
•Tambahan pasca kemoterapi PR (partial response) : 40-50 Gy
•RT sebagai terapi utama pada pasien refrakter atau non-kandidat
untuk kemoterapi : 40-55 Gy
•Sebagai kombinasi dengan transplantasi stem cell : 20-36 Gy,
bergantung pada lokasi penyakit dan riwayat radiasi sebelumnya
TERIMA KASIH